Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi pengenalan pembawa materi, unit kompetensi pengawas operasional pertama, tujuan dan sasaran pelatihan, referensi, definisi istilah, penjelasan tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian, dan kesimpulan.
2. DAFTAR ISI MATERI PEMBAHASAN
1. Pengenalan Pembawa Materi
2. Unit Kompetensi Pengawas Operasional Pertama
3. Tujuan dan Sasaran
4. Referensi
5. Definisi
6. Penjelasan Tentang Identifikasi Bahaya
7. Penjelasan Tentang Penilaian Resiko
8. Penjelasan Tentang Pengendalian
9. Kesimpulan
10. Evaluasi
11. Kunci Jawaban
3. PENGENALAN PEMBAWA MATERI
Nama : Yusnizar Christian Putra
Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 16 Juni 1995
Alamat : Jalan Urip Sumoharjo No. 198 RT 05 / RW 05
Ngronggo, Kediri - Jawa Timur
Profesi : Praktisi K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja)
Nomer Telepon : +6281335115630
E-mail : Christianputrayusnizar@gmail.com
4. UNIT KOMPETENSI PENGAWAS OPERASIONAL PERTAMA
1. Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait Keselamatan Pertambangan
2. Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan Pertambangan pada Area yang menjadi
Tanggung Jawabnya
3. Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan Terencana
4. Melaksanakan Investigasi Kecelakaan
5. Melaksanakan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
6. Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait Perlindungan Lingkungan
7. Melaksanakan Inspeksi
8. Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan
5. TUJUAN ATAU SASARAN
Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta mampu :
1. Peserta mampu meningkatkan dan mempertajam naluri kewaspadaan karyawan terhadap potensi-
potensi bahaya dilingkungan kerja
2. Peserta mampu meningkatkan cara berfikir sistematis dalam mengendalikan bahaya
3. Peserta mampu terlibat sebagai karyawan dalam pencegahan kecelakaan
4. Peserta mampu mendukung manajemen dalam upaya mengurangi atau meniadakan kecelakaan
6. REFERENSI
• UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
• UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
• UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
• UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
• PP No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan UU No. 11 Tahun 1967
• PP No. 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan Umum
• PP No. 37 tahun 1986 Tentang Penyerahan Sebagaian Urusan Pemerintah di Bidang Pertambangan Kepada
Pemda Tingkat 1
• PP No. 75 Tahun 2001 Tentang Perubahan Kedua atas PP No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan UU No. 11
Tahun 1967
• Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara
• Kepmen PE No. 1256 Tahun 1991 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan Bahan Galian Golongan C
• Kepmen ESDM No. 1452 Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di
Bidang Pertambangan Umum
• Kepmen PE No. 2555 Tahun 1993 Tentang Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
7. REFERENSI
REFERENSI
• PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
• ISO 45001 : 2018 Klausul 6.1.2 Tentang Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko Dan Peluang
8. DEFINISI
Menurut ISO 45001 : 2018
BAHAYA
Bahaya sebagai sumber atau situasi yang berpotensi untuk menyebabkan cedera dan kesehatan yang buruk
(klausul 3.19).
RESIKO
Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan
cidera parah atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya (klausul 3.21).
PELUANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Peluang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah keadaan atau serangkaian keadaan yang dapat mengarah
pada peningkatan kinerja K3 (klausul 3.22).
PENGENDALIAN
Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor resiko penyakit atau gangguan
kesehatan terhadap seseorang serta kerusakan pada alat, benda dan lingkungan tempat kerja.
9. Tempat Kerja
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Lama Pekerjaan Baru
Potensi Bahaya Teridentifikasi
Resiko Kecelakaan Kerja Menurun
Review
Aman
Resiko Dapat Diterima
Potensi Bahaya Belum Teridentifikasi
Resiko Kecelakaan Kerja Tinggi
Identifikasi Bahaya
Penilaian Resiko
Pengendalian
Review
KERANGKA PEMIKIRAN MANAJEMEN RESIKO
10. PERENCANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skenario Kondisi
4M 1E
• Man (Manusia)
• Material (Bahan Baku)
• Machine (Mesin)
• Method (Metode)
• Environment (Lingkungan)
Identifikasi Bahaya
Physical (Fisik)
Chemical (Bahan Kimia)
Biological (Biologi)
Phychology (Psikologi)
Ergonomic (Ergonomi)
Electrical (Listrik)
Mechanical (Mekanik)
Penilaian Resiko
Probability X Severity
Kemungkinan X Keparahan
Pengendalian Resiko
• Eliminasi
• Subtitusi
• Engineering Control
• Admisnistrasi Control
• PPE
Evaluasi / Review Kajian ulang sebagai bahan review K3 / improvement (perbaikan)
11. 5 LANGKAH KEGIATAN MANAJEMEN RESIKO
1. Mengidentifikasi Bahaya
2. Menilai & Memprioritaskan Resiko
3. Menetapkan Pengendalian Resiko
4. Menerapkan Pengendalian Resiko
5. Memantau dan Meninjau Ulang Pengendalian
Resiko
SEBELUM PROYEK
DILAKSANAKAN
(IBPR / HIRADC)
SELAMA PROYEK
DILAKSANAKAN
12. FAKTOR BAHAYA FISIK
Berada diatas ketinggian tanpa menggunakan FBH
FAKTOR BAHAYA KIMIA
Pengecekan gas beracun menggunakan alat
FAKTOR BAHAYA BIOLOGI
Genangan air yang menjadi sumber penyakit
FAKTOR BAHAYA PSIKOLOGI
Bekerja dimalam hari tanpa rotasi
• Deadline pendek
• Waktu kerja
terlalu penjang
• Hubungan
komunikasi yang
kurang baik
dengan atasan
• Karir yang
stagnan
FAKTOR BAHAYA ERGONOMI
Bekerja dengan posisi yang kurang tepat
FAKTOR BAHAYA LISTRIK
Bekerja dilokasi arus listrik yang menyala
FAKTOR BAHAYA MEKANIK
Berada didekat alat berputar
13. B A H A Y A
ISO 45001 : 2018 mendefinisikan Bahaya sebagai sumber atau situasi yang berpotensi untuk menyebabkan
cedera dan kesehatan yang buruk
(klausul 3.19).
14. K A T E G O R I B A H A Y A
Bahaya Nyata
• Bahaya
yang
terlihat
• Mesin-
mesin yg
tidak
mempunyai
pengaman
• Peralatan
listrik yang
cacat
Bahaya
Tersembunyi
• Yang tidak
tampak
• Uap
beracun
• Suara
frekuansi
yang tinggi
• Instalasi
listrik
Bahaya yang
Berkembang
• Bahaya
yang tidak
segera
dilakukan
pengendali
an
Bahaya
Sementara
• Bahaya yg
kadang-
kadang
muncul
Contoh :
mesin
overload
15. FAKTOR BAHAYA FISIK
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar.
Misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Kepmenaker No. 13 Tahun 2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Ditempat Kerja
(Tidak Berlaku)
Referensi
Kepmenaker No. 05 Tahun 2018
Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
PEKERJA TERPAPAR
KEBISINGAN YANG CUKUP
TINGGI DILOKASI KERJA
PEKERJAAN DI DALAM
DECK DENGAN KONDISI
PANAS
RUANGAN YANG
INTENSITAS CAHAYANYA
KURANG
PEKERJAAN DENGAN
MENGGUNAKAN JACK
HUMMER UNTUK
PEMBOBOKAN JALAN
PEKERJAAN RADIOGRAPY
TEST
16. FAKTOR BAHAYA KIMIA
Bahaya kimia adalah jenis bahaya pekerjaan yang disebabkan oleh paparan bahan
kimia di tempat kerja. Paparan bahan kimia di tempat kerja dapat menyebabkan
efek kesehatan yang merugikan baik akut maupun jangka panjang.
PEKERJAAN DI LABORATORIUM PENGECEKAN GAS BERACUN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT GAS DETECTOR
Kepmenaker No. 13 Tahun 2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Ditempat Kerja
(Tidak Berlaku)
Referensi
Kepmenaker No. 05 Tahun 2018
Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
17. FAKTOR BAHAYA BIOLOGI
Bahaya biologi dapat merujuk pada organisme maupun bahan-bahan yang
berasal dari organisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Ia dapat
berupa limbah medis ataupun sampel mikroorganisme, virus, dan racun yang
dapat memengaruhi kesehatan manusia.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964
Tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
(Tidak Berlaku)
Referensi
Kepmenaker No. 05 Tahun 2018
Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
GENANGAN AIR YANG MENJADI SALAH SATU
SUMBER PENYAKIT
TUMPUKAN SAMPAH YANG TIDAK DIKELOLA
AKAN MENCEMARI LINGKUNGAN SEKITAR
SETIALAH PADA PASANGAN SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS HIV
18. FAKTOR BAHAYA PSIKOLOGI
Bahaya psikologi adalah suatu bahaya non-fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek uraian tugas, desain kerja dan organisasi serta
managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan yang berpotensi
menimbulkan gangguan fisik, sosial dan psikologi.
GUE KASIH ELO TUGAS
DAN GUE MAU LOE
SELESEIN BESOK
BAIK PAK
KALAU LOE GAK BISA
SELESAIN TUGAS
MENDING LOE RESIGN
AJA
MAAFKAN
SAYA PAK
HARI PERTAMA HARI KEDUA
Referensi
Kepmenaker No. 05 Tahun 2018
Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
19. FAKTOR BAHAYA ERGONOMI
Bahaya psikologi adalah suatu bahaya non-fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek uraian tugas, desain kerja dan organisasi serta
managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan yang berpotensi
menimbulkan gangguan fisik, sosial dan psikologi.
Referensi
Kepmenaker No. 05 Tahun 2018
Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
20. FAKTOR BAHAYA LISTRIK
Bahaya listrik adalah bahaya yang berasal dari arus listrik yang berpotensi
menyebabkan cidera pada manusia atau kerusakan terhadap property serta
tempat kerja (menimbulkan kerugian).
Kepmenaker No. 12 Tahun 2015
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik
Referensi
BEKERJA DILOKASI YANG DIALIRI ARUS
LISTRIK
BAHAYA LISTRIK KABEL TERKELUPAS
PENATAAN KABEL YANG SEMRAWUT
DAN TERGENANG AIR
21. FAKTOR BAHAYA MEKANIK
Bahaya mekanik (biomechaical hazards) merupakan bahaya yang berasal dari
benda-benda bergerak, benda-benda tajam, benda yang berukuran lebih besar
dan berat yang dapat menimbulkan risiko pada pekerja seperti tersayat, tertusuk,
terjepit, terhimpit, terpotong, tertabrak dan sebagainya.
• UU No.1 Tahun 1970 Tentan Keselamatan Kerja
• Permenaker No. 38 Tahun 2016 Tentang Pesawat Tenaga Dan Produksi
• Permenaker No. 08 Tahun 2020 Tentang Pesawat Angkat Dan Angkut
• Permenaker No. 01 Tahun 1989 Tentang Kualifikasi Dan Syarat-Syarat Operator Crane Angkat
Referensi
TANGAN BERADA DIBAWAH
BENDA BERPUTAR
SEORANG RIGGER / SIGNAMLAM BERADA
DIBAWAH BEBAN
MENGGERINDA TANPA MENGGUNAKAN
SARUNG TANGAN DAN CLAMP
24. TEKNIK MELAKUKAN IDENTIFIKASI BAHAYA
Persiapan :
• Ruang lingkup kegiatan
• Personil yang terlibat
• Standar dalam penentuan kriteria risiko
• Prosedur dan dokumentasi terkait seperti :
1. Prosedur manajemen risiko & komunikasi
2. Daftar bahaya dan risiko (risk register)
3. Form rencana / program pengendalian
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui dan mendata bahaya bahaya apa saja yang berada ditempat
kerjanya dengan mempertimbangkan :
• Apa sumber yang berpotensi menyebabkan cidera
• Bagaimana cidera dapat terjadi
• Siapa yang dapat cidera
25.
26. R E S I K O
ISO 45001 : 2018 mendefinisikan Risiko sebagai kombinasi dari kemungkinan
terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat
kerja atau terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya (klausul 3.21).
27. KEBAKARAN DI SEKTOR INDUSTRI MIGAS KECELAKAAN DI SEKTOR KONTRUKSI
KECELAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN KECELAKAAN DI SEKTOR LAUT
28. PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
Unsafe Condition
Perletakan Mini Kolom di atas SBG sebelum
terpasangnya Life Line
Unsafe Action
Body Harness digunakan tidak sesuai
dengan Fungsinya
30. PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
INCIDENT
Incident adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga, kapan saja serta dimana saja yang berpotensi menimbulkan sakit
akibat kerja, cidera fisik terhadap orang, kerusakan/kerugian harta benda serta pencemaran lingkungan.
NEAR MISS
Near miss adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang apabila keadaannya sedikit saja berbeda dapat mengakibatkan kerugian pada
manusia, harta benda dan lingkungan kerja.
ACCIDENT
Accident adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia.
FIRST AID
First Aid adalah kasus kecelakaan kerja yang dalam perawatan lukanya tidak memerlukan penanganan dari tenaga media yang profesional
(perawat atau dokter) cukup ditangani oleh First Aider (petugas P3K) yang sudah diberikan pelatihan.
MEDICAL TREATMENT CASE
Medical Treatment Case adalah kasus kecelakaan kerja yang mana korban membutuhkan perawatan oleh tenaga profesional seperti
perawat atau dokter.
RESTRICTED WORK CASE
Restricted Work Case adalah kasus kecelakaan kerja yang mana korban tidak dapat bekerja secara normal dibagian pekerjaannya atau harus
dipindahkan ke bagian pekerjaan yang lainnya pada hari berikutnya setelah mengalami kecelakaan kerja.
LOST TIME INJURY
Lost Time Injury adalah kasus kecelakaan kerja yang mana korban telah dinyatakan oleh dokter atau tenaga profesional dibidang kesehatan
bahwasannya tidak dapat melanjutkan pekerjaan setelah mengalami kecelakaan kerja dalam kurun waktu 24 jam.
FATALITY
Fatality adalah kasus kecelakaan kerja yang menimbulkan kematian pada korban.
31. PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
RESIKO = KEMUNGKINAN X KEPARAHAN
RISK = PROBABILITY X SEVERITY
Keterangan :
✓ Kemungkinan akan terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
✓ Keparahan yang akan diterima akibat dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
✓ Resiko merupakan hasil kombinasi dari Kemungkinan X Keparahan
32. MATRIKS RESIKO
Probability
(Kemungkinan
yang
akan
terjadi)
Severity
Keparahan yang akan diterima
(1)
insignificant
Sangat Rendah
(2)
Low
Rendah
(3)
Minor
Sedang
(4)
Major
Berat
(5)
Extreme
Sangat Berat
(5)
Almost Certain
Pasti Terjadi
(H)
11
(H)
16
(E)
20
(E)
23
(E)
25
(4)
Likely
Sangat Mungkin
(M)
7
(H)
12
(H)
17
(E)
21
(E)
24
(3)
Moderate
Mungkin
(L)
4
(M)
8
(H)
13
(E)
18
(E)
22
(2)
Unlikely
Jarang
(L)
2
(L)
5
(M)
9
(H)
14
(E)
19
(1)
Rare
Sangat jarang
(L)
1
(L)
3
(M)
6
(M)
10
(H)
15
33. PROBABILITY
(KEMUNGKINAN YANG AKAN TERJADI)
Rare (Sangat jarang) Terjadi hanya dalam keadaan-keadaan tertentu saja
Unlikely (Jarang) Terjadi sekali-sekali saja
Moderate (Mungkin) Bisa terjadi sewaktu-waktu
Likely
(Sangat Mungkin)
Sangat mungkin terjadi dalam berbagai kondisi
Almost Certain
(Pasti Terjadi)
Pasti terjadi dalam setiap saat
34. SEVERITY
(KEPARAHAN YANG AKAN DITERIMA)
Insignificant (Sangat Rendah) Tidak ada cidera
Low (Rendah) Cidera ringan seperti luka lecet dan bisa diatasi dengan menggunakan P3K
Minor (Sedang)
Cidera sedang seperti luka robek, kekurangan fungsi motorik, sendorik dan psikologis
(Hal ini tidak berhubungan dengan penyakit atau memperpanjang hari perawatan)
Major (Berat)
Cidera luas/berat seperti cacat, lumpuh, kehilangan fungsi motorik, sendorik dan
psikologis
(Hal ini tidak berhubungan dengan penyakit atau memperpanjang hari perawatan)
Extreme (Sangat Berat) Kematian yang tidak berhubungan dengan penyakit
35. ACTION CONTROL PROBABILITY X SEVERITY
(TINDAKAN PENGENDALIAN PENILAIAN RESIKO)
Level Tindakan Pengendalian
Insignificant (Sangat Rendah) Melakukan kontrol yang sudah ditetapkan
Low (Rendah)
Tidak memerlukan kontrol tambahan dan hanya diperlukan monitoring agar kontrol
yang ditetapkan dapat dipertahankan
Minor (Sedang) Dikendalikan dengan monitoring yang spesifik atau membuat prosedur kerja
Major (Berat)
Diperlukan tanggung jawab spesifik yang melibatkan menejemen serta tindakan tepat
dan cepat
Extreme (Sangat Berat) Diperlukan Tindakan langsung
38. KOMUNIKASI DAN KONSULTASI
Tujuan :
✓ Memberikan informasi kepada pekerja mengenai risiko yang ada di
tempat kerja
✓ Memberikan awareness kepada pekerja mengenai risiko dan berperan
aktif dalam identifikasi bahaya
✓ Memastikan pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian
yang ditetapkan
Tentukan :
• Kenapa
• Bagaimana
• Untuk Apa
Bahaya/Risiko
dikomunikasikan
39. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN SERTA PENGENDALIAN RESIKO
Sesuai dengan yang telah disebutkan dalam rangkuman pada ISO 45001 :
2018 klausal 6.1.2 sebagai berikut :
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu proses-
proses untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko serta peluang
K3 yang sedang berlangsung dan proaktif dalam menjalankannya.
Dibawah ini merupakan contoh formulir IBPR atau HIRADC yang sering
digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan proyek yang sedang
berlangsung.
Hazard Identification and Risk Assessment Determining Control (HIRADC) merupakan sebuah
metode menilai risiko dari pekerjan-pekerjaan yang ada di perusahaan sehingga didapatkan
prioritas pekerjaan yang mana dulu yang harus dikendalikan bahayanya
40. Logo Perusahaan
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO
PROYEK JALAN TOL JAKARTA – ELEVATED 2
PT. INNOTECH SYSTEMS
(MEMBER OF PT. ACSET INDONUSA)
No. Formulir : 07
Revisi : -
Tanggal : 17 juli 2017
Tanggal Dibuat 17 September 2017
Dibuat
Oleh
Yusnizar C.P. HSE Coordinator Ttd
Aktivitas Pekerjaan
Pemasangan Steel Box Girder dengan menggunakan 2
Crane
Oldy Kustyolaksono Site Manager Ttd
M. Ziaurrahman Engineering Ttd
Lokasi Pekerjaan Jalur Selatan Km 39.00
Disetujui
Oleh
Dwiyanto Project Manager Ttd
No. Pekerjaan Identifikasi Bahaya Resiko
Penilaian Resiko Pengendalian Resiko
&
Hirarkinya
PIC
Kemungkinan Keparahan
Tingkat
Resiko
1.
2
3
Pengamanan
jalan raya dan
landasan Crane
untuk
pengangkatan
Steel Box Girder
• Lalu lintas ramai
dan padat
• Kondisi landasan
Crane tidak rata
• Cuaca buruk
• Tabrakan atau tertabrak
• Crane mengalami
roboh
• Kegagalan pada saat
proses rigging & lifting
(3)
Moderate
Sedang
(4)
Major
Berat
(12)
Major
Berat
• Melakukan penutupan jalan
sementara dengan dikawal oleh PJR &
Traffic Menegement team
• Memberikan plat untuk menstabilkan
area landasan Crane
• Menunggu kondisi cuaca membaik
Traffic
Management
team
&
Lifting
Supervisor
4
5
6 Untuk selanjutnya silahkan teman-teman semua lanjutkan sendiri ya dalam pembuatan IBPRnya
41. Logo Perusahaan
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO
PROYEK ……………………………………………….
PT…………………………………………………………..
No. Formulir : 07
Revisi : -
Tanggal : 17 juli 2017
Tanggal Dibuat
Dibuat
Oleh
Aktivitas Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan
Disetujui
Oleh
No. Pekerjaan Identifikasi Bahaya Resiko
Penilaian Resiko Pengendalian Resiko
&
Hirarkinya
PIC
Kemungkinan Keparahan
Tingkat
Resiko
1.
2
3
4
5
42. KESIMPULAN
1. Selalu melakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta
mengambil keputusan pengendalian pada saat sebelum melakukan
aktivitas pekerjaan
2. Selalu komunikasi dan konsultasi untuk menyesuaikan pekerjaan dengan
kondisi lingkungan
3. Selalu memelihara dan menyimpan informasi terdokumentasi sejauh
yang diperlukan untuk meyakinkan bahwasannya proses proses telah
dilakukan sesuai rencana
4. Selalu mempromosikan budaya yang mendukung sistem manajemen K3