SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 24
BAB I
                              PENDAHULUAN



        Pemahaman tentang manusia merupakan bagian dari kajian
filsafat. Tak mengherankan jika banyak sekali kajian atau pemikiran yang
telah    dicurahkan     untuk    membahas      tentang     manusia.     Walaupun
demikian, persoalan tentang manusia akan menjadi misteri yang tek
terselesaikan.    Hal   ini   menurut    Husein     Aqil   al-Munawwar      dalam
Jalaluddin (2003: 11) karena keterbatasan pengetahuan para ilmuan
untuk menjangkau segala aspek yang terdapat dalam diri manusia. Lebih
lanjut Jalaluddin (2003: 11) mengatakan bahwa manusia sebagai
makhluk Allah yang istimewa agaknya memang memiliki latar belakang
kehidupan yang penuh rahasia. Dengan demikian, memang yang menjadi
keterbatasan untuk mengetahui segala aspek yang terdapat pada diri
manusia itu adalah selain keterbatan para ilmuan untuk mengkajinya,
juga dilatarbelakangi oleh faktor keistimewaan manusia itu sendiri.
        Walaupun demikian, sebagai hamba yang lemah, usaha untuk
mempelajarinya tidaklah berhenti begitu saja. Banyak sumber yang
mendukung untuk mempelajari manusia. Di antara sumber yang paling
tinggi adalah Kitab Suci Al-Qur’an. Yang mana di dalamnya banyak
terdapat petunjuk-petunjuk tentang penciptaan manusia. Konsep-konsep
tentang manusia banyak dibahas, mulai dari proses penciptaan sampai
kepada fungsinya sebagai makhluk ciptaan Allah.


   1.1Latar Belakang
        Berbicara tentang manusia berarti kita berbicara tentang dan pada
diri kita sendiri makhluk yang paling unik di bumi ini. Manusia
mempunyai        kelebihan     yang    luar   biasa.   Kelebihan      itu   adalah
dikaruniainya      akal.      Dengan    dikarunia      akal,   manusia      dapat
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu
mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai

                                                                                 1
amanah. Selain itu manusia juga dilengakapi unsur lain yaitu qolbu
(hati). Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai
makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan
kehadiran Ilahi secara spiritual.
      Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini merupakan bentuk
pertanggung    jawaban    mahasiswa    terhadap   dosen   mata   kuliah   “
Manajemen SDM “ dan sebagai salah satu panduan untuk lebih tahu
bagaiman hakiket manusia.


   1.2 Tujuan
      Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini adalah untuk
menjelaskan secara singkat mengenai “ Hakikat Manusia () “, pembaca
dapat terbuka wawasannya serta merupakan kajian untuk mempejari
penciptaan manusia.


   1.3 Manfaat
      Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini
adalah :
    1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana Gambaran al-Qur’an
       tentang kualitas dan hakikat manusia.

    2. Pembaca dapat mengetahui Persamaan dan Perbedaan Manusia
       dengan Makhluk Lain.

   1.4 Metode
      Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
metode yang menggambarkan mengenai “ Hakikat Manusia “.




                                    BAB II
PEMBAHASAN



 2.1 Pengertian Hakikat Manusia

 2.1.1    Menurut Agama

  1. Hakikat Manusia

    Manusia menurut Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT
dari tanah liat kering dan diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan
makhluk      yang     dimuliakan    atas    segala   ciptaanNya.   Allah    telah
menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayatNya adalah gambaran
tentang manusia.

    Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan aspek kehidupan
manusia, diantaranya:

  a. Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam “Hai bani Adam,
         pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid
         makan      dan   minumlah         dan    janganlah   berlebih-lebihan.
         Seunguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berlebih –
         lebihan”(QS 7:31)

  b. Dari aspek biologis, disebut dengan Basyar “Dan berkatalah
         pemuka – pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang
         mendustakan akan menemui hari akhirat(kelak) dan yang telah
         (Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia)(orang) ini tidak
         lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa
         yang kamu makan dan minum dari apa yang kamu minum”(QS
         23:24)

  c. Dari aspek kecerdasan, disebut dengan Insan“Dia menciptakan
         manusia (insan).mengajarnya pandai berbicara”(QS 55:3-4)

  d. Dari         aspek   sosiologis,   disebut      dengan   An-Nas       “Wahai
         manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
                                                                                3
dan orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS 2:21)

  e. Dari aspek posisinya, disebut dengan Hamba “Maka apakah
     mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di
     belakang mereka?jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan
     mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit.
     Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat
     tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali
     kepadanya”(QS 34:9)

    Selain istilah-istilah itu ada juga sebutan bagi manusia sesuai
dengan keadaannya.

  1. Makhluuq (yang diciptakan)

        Manusia merupakan makhluq atau yang diciptakan dari tanah
   liat dan diberikan ruh ke dalamnya oleh Allah ke dunia ini dengan
   tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan:
   QS. AL HIJR 28 “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
   para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari
   tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
   bentuk.Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan
   telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu
   kepadanya dengan bersujud”

  2. Mukarram (yang dimuliakan)

        Manusia merupakan makhluk yang juga dimuliakan. Buktinya
   adalah saat manusia pertama tercipta, seluruh malaikat disuruh
   bersujud kepadanya (bukan untuk menyembah). Hal ini tercantum
   dalam QS Al Hijr 29: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan
   kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku,
   maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

  3. Mukhayyar (yang bebas memilih)

        Manusia selain dimuliakan, juga diberikan kebebasan untuk
memilih, memilih untuk beriman kepada Allah ataukah kafir
    terhadap Allah. Itu semua tergantung dari pengetahuan yang
    manusia miliki tapi sesungguhnya fitrah manusia adalah beriman
    kepada Allah.

   4. Majziy (yang mendapat balasan)

          Sebagai   konsekuensi    menjadi      makhluk      yang    memiliki
      kebebasan maka manusia juga merupakan makhluk yang kelak
      akan mendapat balasan di akherat. Balasan baik atau buruk,
      semuanya tergantung dari perbuatan-perbuatan yang manusia
      lakukan di dunia ini. Jika manusia itu berbuat baik maka di
      akherat akan mendapat balasan berupa surga tapi jika perbuatan
      selama di dunia adalah buruk maka manusia itu akan mendapat
      balasan berupa neraka.

      Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas
megingatkan kita pada teori superego yang dikemukakan oleh sigmund
Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak
dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.

      Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang
mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido
bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu
buruk)   tidak   mudah   menempuh       jalan   melalui   superego     (nafsu
muthmainnah/nafsu     baik).   Karena   superego    (nafsu    muthmainnah)
berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia.Sebaliknya,
superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego
manakala instink, intuisi, dan intelegensi –ditambah dengan petunjuk
wahyu bagi orang beragama– bekerja secara matang dan integral. Artinya
superego bisa memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja
ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang
negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.

      Sebagai kesimpulan dapatlah diterangkan bahwa kualitas manusia
berada diantara naluri dan nurani. Dalam rentetan seperti itulah manusia
                                                                       5
berperilaku, baik perilaku yang positif maupun yang negatif. Fungsi
intelegensi dapat menaikkan manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Namun
intelegensi saja tidaklah cukup melainkan harus diikuti dengan nurani
yang tajam dan bersih. Nurani (mata batin, akal budi) dipahami sebagai
superego, sebagi conscience atau sebagai nafsu muthmainnah (dorongan
yang positif). Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan bahwa bagi manusia
bukan sekedar to live (bagaimana memiliki) dan to survive (bagaimana
bertahan), melainkan juga to exist (bagaimana keberadaannya). Untuk itu,
maka manusia memerlukan pembekalan yang kualitatif dan kuantitatif
yang lebih baik daripada hewan.

     Manusia bisa berkulitas kalau ia memiliki kebebasan untuk
berbuat dan kehendak. Tetapi kebebasan disini bukanlah melepaskan diri
dari kendali rohani dan akal sehat, melainkan upaya kualitatif untuk
mengekspresikan totalitas kediriannya, sambil berjuang keras untuk
menenangkan diri sendiri atas dorongan naluriah yang negatif dan
destruktif. Jadi kebebasan yang dimaksudkan disini adalah upaya sadar
untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya sebagai khalifah Allah di
muka bumi secara bertangung jawab.

  2.1.2 Menurut Psikologis Pendidikan
         Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
    a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
       hidupnya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.
    b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
       tingkah laku intelektual dan sosial.
    c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
       mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
       nasibnya.
    d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
       berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
    e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
       usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain
       dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu       keberadaan     yang   berpotensi      yang     perwujudanya
          merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
    g. Makhluk       Tuhan     yang   berarti   ia    adalah     makhluk     yang
          mengandung kemungkinan baik dan jahat.
    h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
          lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai
          dengan   martabat     kemanusaannya        tanpa     hidup   di   dalam
          lingkungan sosial.


  2.2 Perspektif Tentang Manusia
  2.2.1    Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an
    a. Konsep al-Basyr
     Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan
menggunakan kata basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia
basyar adalah anak turun Adam, makhluk fisik yang suka makan dan
berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar
mencakup anak turun Adam secara keseluruhan (Aisyah Bintu Syati,
1999: 2). Menurut Abdul Mukti Ro’uf (2008: 3), kata basyar disebutkan
sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam bentuk
mutsanna.
     Jalaluddin (2003: 19) mengatakan bahwa berdasarkan konsep
basyr, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya.
Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip
kehidupan biologis seperti berkembang biak. Sebagaimana halnya dengan
makhluk biologis lain, seperti binatang. Mengenai proses dan fase
perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah
SWT dalam Al-Qur’an, yaitu:
    1. Prenatal (sebelum lahir), proses penciptaan manusia berawal dari
          pembuahan (pembuahan sel dengan sperma) di dalam rahim,
          pembentukan fisik (QS. 23: 12-14)
    2. Post natal (sesudah lahir) proses perkembangan dari bayi, remaja,
          dewasa dan usia lanjut (QS. 40: 67)
     Secara sederhana, Quraish Shihab (1996: 279) menyatakan bahwa
                                                                                7
manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda
dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain, kata basyar
senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriahnya, mempunyai
bentuk tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama yang
ada di dunia ini. Dan oleh pertambahan usianya, kondisi fisiknya akan
menurun, menjadi tua, dan akhirnya ajalpun menjemputnya (Abuddin
Nata 1997: 31).
     Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dalam konsep
al-Basyr ini dapat berubah fisik, yaitu semakin tua fisiknya akan semakin
lemah dan akhirnya meninggal dunia. Dan dalam konsep al-Basyr ini
juga dapat tergambar tentang bagaimana seharusnya peran manusia
sebagai makhluk biologis. Bagaimana dia berupaya untuk memenuhi
kebutuhannya secara benar sesuai tuntunan Penciptanya. Yakni dalam
memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
    b. Konsep Al-Insan
     Kata   insan   bila   dilihat   asal    kata    al-nas,   berarti   melihat,
mengetahui, dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut mengandung
petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan
penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang
dilihatnya, dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta
dapat meminta izin ketika akan menggunakan sesuatu yang bukan
miliknya.   Berdasarkan    pengertian       ini,    tampak     bahwa     manusia
mampunyai potensi untuk dididik (Abuddin Nata, 1997: 29).
     Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003:
23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan
sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian,
ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan berinovasi,
manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai
bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk
yang berbudaya dan berperadaban.
    c. Konsep Al-Nas
     Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi
manusia sebagai makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai
makhluk      sosial   manusia   harus   mengutamakan      keharmonisan
bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya tidak boleh sendiri-
sendiri. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri.
      Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula
dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang
menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis
di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan
tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya
fungsi manusia dalam konsep an-naas.
    d. Konsep Bani Adam
      Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak
Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila
dilihat dari asal keturunannya (Quraish Shihab, 1996: 278). Dalam Al-
Qur’an istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat (Abdul
Mukti Ro’uf, 2008: 39).
      Menurut Thabathaba’i dalam Samsul Nizar (2001: 52), penggunaan
kata bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal
ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk
berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan
berpakaian    guna    manutup   auratnya.   Kedua,   mengingatkan   pada
keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang
mengajak kepada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di
alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya
itu adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka
memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain.
       Lebih lanjut Jalaluddin (2003: 27) mengatakan konsep Bani Adam
dalam bentuk menyeluruh adalah mengacu kepada penghormatan
kepada nilai-nilai kemanusian. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha
pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya,
yang juga mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian serta mengedepankan HAM. Karena yang membedakan
                                                                       9
hanyalah ketaqwaannya kepada Pencipta. Sebagaimana yang diutarakan
dalam QS. Al-Hujarat: 13).
    e. Konsep Al-Ins
      Kata al-Ins dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 18 kali, masing-
masing dalam 17 ayat dan 9 surat (Abdul Mukti Ro’uf, 2008:24).
Muhammad Al-Baqi dalam Jalaluddin (2003: 28) memaparkan al-Isn
adalah homonim dari al-Jins dan al-Nufur. Lebih lanjut Quraish Shihab
mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin, maka manusia adalah
makhluk yang kasab mata. Sedangkan jin adalah makhluk halus yang
tidak tampak (Jalaluddin, 2003: 28). Sisi kemanusiaan pada manusia
yang disebut dalam al-Qur’an dengan kata al-Ins dalam arti “tidak liar”
atau “tidak biadab”, merupakan kesimpulan yang jelas bahwa manusia
yang insia itu merupakan kebalikan dari jin yang menurut dalil aslinya
bersifat metafisik yang identik dengan liar atau bebas (Aisyah Bintu Syati,
1999: 5).
      Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam konsep al-ins
manusia selalu di posisikan sebagai lawan dari kata jin yang bebas.
bersifat halus dan tidak biadab. Jin adalah makhluk bukan manusia
yang hidup di alam “antah berantah” dan alam yang tak terinderakan.
Sedangkan manusia jelas dan dapat menyesuaikan diri dengan realitas
hidup dan lingkungan yang ada.
 f. Konsep Abd. Allah
      M. Quraish Shihab dalam Jalaluddin (2003: 29), seluruh makhluk
yang memiliki potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah
dalam arti dimiliki Allah. Selain itu kata Abd juga bermakna ibadah,
sebagai pernyataan kerendahan diri.
   1. Menurut M.Quraish Shihab (Jalaluddin, 2003: 29), Ja’far al-Shadiq
      memandang ibadah sebagai pengabdian kepada Allah baru dapat
      terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal, yaitu: Menyadari
      bahwa yang dimiliki termasuk dirinya adalah milik Allah dan
      berada di bawah kekuasaan Allah.
   2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitas selalu mengarah
      pada usaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
   3. Dalam mngambil keputusan selalu mengaitkan dengan restu dan
      izin Allah.
     Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konsep Abd Allah,
manusia merupakan hamba yang seyogyanya merendahkan diri kepada
Allah. Yaitu dengan menta’ati segala aturan-aturan Allah.
    g Konsep Khalifah Allah
      Pada hakikatnya eksistensi manusia dalam kehidupan dunia ini
adalah untuk melaksanakan kekhalifahan, yaitu membangun dan
mengelola    dunia   tempat   hidupnya   ini.,   sesuai   dengan   kehendak
Penciptanya. Menurut Jalaluddin (2003: 31) peran yang dilakonkan oleh
manusia menurut statusnya sebagai khalifah Allah setidak-tidaknya
terdiri dari dua jalur, yaitu jalur horizontal dan jalur vertikal. Peran
dalam jalur horizontal mengacu kepada bagaimana manusia mengatur
hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitarnya.
Sedangkan peran dalam jalur vertikal menggambarkan bagaimana
manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran ini manusia
penting menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai
alam dan sesama manusia adalah karena penegasan dari Penciptanya.


   2.2.2   Manusia Dalam Perspektif Filsafat
      Para ahli pikir filsafat mencoba memaknai hakikat manusia.
Mereka mencoba manamai manusia sesuai dengan potensi yang ada pada
manusia itu. Berdasarkan potensi yang ada, para ahli pikir dan ahli
filsafat tersebut memberi nama pada diri manusia di muka bumi ini, para
ahli pikir dan ahli filsafat tersebut memberi nama pada diri manusia
dengan sebutan-sebutan sebagai berikut:
    a. Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi.
    b. Animal Rational, artinya binatang yang berpikir.
    c. Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa
       dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata
       yang tersusun.
    d. Homo Faber, yaitu makhluk yang terampil, pandai membuat
                                                                         11
perkakas, atau disebut juga tool making animal, yaitu binatang
       yang pandai membuat alat.
    e. Aoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul
       dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi
       kebutuhan hidupnya.
    f. Homo Economicus, yaitu makhluk yang tunduk pada prinsip-
       prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.
    g. Homo Religius, yaitu makhluk yang beragama. (Syahminan Zaini,
       1980: 5-6)


      Dalam perspektif filsafat, konsep manusia menurut Jalaluddin
(2003: 32-33) juga mencakup ruang lingkup kosmologi (bagian dari alam
semester), antologi (pengabdi Penciptanya), philosophy of mind (potensi),
epistemology (proses pertumbuhan dan perkembangan potensi) dan
aksiologi (terikat nilai-nilai). Berbicara mengenai pandangan filsafat
tentang hakikat manusia, ada 4 aliran yang ditawarkan oleh para ahli
filsafat. Adapun keempat aliran tersebut, seperti yang dikutip Jalaluddin
dan Abdullah (1997:107-108) dan Zuhairini (1995:71-74) adalah sebagai
berikut:
       a. Aliran Serba Zat.
           Aliran ini menyatakan bahwa yang sungguh-sunguh ada
    hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat sesuatu.
    Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur alam.
    Oleh karena itu, hakikat manusia adalah zat atau materi.
       b. Aliran Serba Ruh.
           Aliran ini berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu yang
    ada di dunia ini ialah ruh, termasuk juga hakikat manusia. Adapun
    zat atau materi adalah manifestasi ruh di atas dunia ini. Dengan
    demikian, jasad atau badan manusia hanyalah manifestasi atau
    penjelmaan ruh.




       c. Aliran Dualisme.
Aliran ini menggabungkan pendapat kedua aliran di atas.
     Aliran ini berpandangan bahwa hakikatnya manusia terdiri dari dua
     substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini merupakan
     unsur asal, tidak tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak
     berasal dari ruh, dan sebaliknya, ruh tidak berasal dari badan.
     Dalam perwujudannya, manusia tidak serba dua, melainkan jadi
     hubungan sebab akibat yang keduanya saling mempengaruhi.
       d. Aliran Eksistensialisme.
           Aliran ini   memandang       manusia     dari    segi    eksistensinya.
     Menurut aliran ini, hakikat manusia merupakan eksistensi atau
     perwujudan sesungguhnya dari manusia. intinya, hakikat manusia
     adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Dari
     uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif filsafat,
     manusia dinamai berdasarkan fungsi dan potensinya. Dan manusia
     juga dipandang dalam bentuk aliran-aliran oleh para ahli filsafat.


      Berbicara tentang manusia maka satu pertanyaan klasik yang
sampai saat ini belum memperoleh jawaban yang memuaskan adalah
pertanyaan    tentang    siapakah      manusia    itu.     Banyak     teori   telah
dikemukakan, di antaranya adalah pemikiran dari aliran materialisme,
idealisme, realisme klasik, dan teologis.
      Aliran materialisme mempunyai pemikiran bahwa materi atau zat
merupakan satu-satunya kenyataan dan semua peristiwa terjadi karena
proses material ini, sementara manusia juga dianggap juga ditentukan
oleh proses-proses material ini.
      Sedangkan aliran idealisme beranggapan bahwa jiwa adalah
kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk
kejiwaan/kerohanian. Aliran realisme klasik beranggapan bahwa jiwa
adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai
makhluk kejiwaan/kerohanian, dan aliran teologis membedakan manusia
dari makhluk lain karena hubungannya dengan Tuhan.
      Di samping itu, beberapa ahli telah berusaha merekonstruksikan
kedudukan     manusia    di   antara    makhluk    lainnya.    Juga     berusaha

                                                                                13
membandingkan      manusia    dengan    makhluk    lainnya.   Dari   hasil
perbandingan tersebut ditemukan bahwa semua makhluk mempunyai
dorongan yang bersifat naluriah yang termuat dalam gen mereka.
       Sementara yang membedakan manusia dari makhluk lainnya
adalah kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan.
Pengetahuan manusia jauh lebih berkembang daripada pengetahuan
makhluk lainnya, sementara melalui perasaan manusia mengembangkan
eksistensi kemanusiaannya.

   2.3Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk
       Lain

       Manusia dan makhluk lainnya itu memiliki persamaan dan juga
perbedaan. Salah satunya adalah manusia dan makhluk lain memiliki
tujuan yang sama dalam hal penciptaan yaitu untuk beribadah kepada
Allah sedangkan dalam hal raga dan ruh manusia memiliki perbedaan.
Raga manusia termasuk ke dalam derajat terendah diantara makhluk
lainnya sedangkan ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi.
Hikmah yang terkandung dalam hal ini adalah manusia mengemban
beban amanat pengetahuan tentang Allah sebab tidak sesuatupun di
dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban
amanat ini.Manusia mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat - sifat
ruh yang diberikan Allah. Tidak ada satupun di dunia ruh yang
menyamai kekuatan ruh ini,baik itu malaikat maupun iblis.

       Berikut ini persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk
lainnya:

           a. Persamaan

   •   Semua    makhluk   termasuk     manusia   adalah   makhluk    yang
       diciptakan oleh Allah SWT.

   •   Tujuan penciptaannya adalah hanya untuk beribadah kepada
       Allah.

   •   Semua makhluk akan kembali kepada Allah.
•    Dan tiap-tiap makhluk ada di dalam penjagaan dan pengawasan
       Allah.

           b. Perbedaan

  •    Manusia memiliki hati nurani dan juga nafsu tapi makhluk lain
       hanya memiliki salah satunya saja.

  •    Derajat manusia sejati adalah lebih tinggi dari makhluk yang lain.

  •    Manusia tercipta dari tanah sebagai jasad dan nur sebagai hati.
       Sedangkan makhluk lain tidak ada yang tercipta dari tanah dan
       nur.

  •    Bentuk ibadah manusia telah diatur di dalam Al Qur’an.

  •    Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan kehidupannya.

  2.4Fungsi dan Peranan yang Diberikan Allah kepada
       Manusia

      Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan
Allah kepada manusia.

      1. Menjadi abdi Allah

       Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak
mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah
makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat
resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah
membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS. Az Dzariyat :
56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”




      2. Menjadi saksi Allah


                                                                            15
Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak
ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah
beriman kepada Allah tapiorang tuanya yang menjadikan manusia
sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS.
Al A’raf : 172   “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):”Bukankah    Aku       ini   Tuhanmu?”.    Mereka   menjawab:”Betul
(Engkau TuhanKami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan
Tuhan)”

    3. Menjadi khalifah Allah

     Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat
sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia
dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud
Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang
dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang
mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan
Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah
yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali
Allah yang mempusakai dunia ini. Sehingga seorang khalifah harus
benar-benar memiliki akhlak Al Quran dan Al Hadis.

     Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah: 30 - 36, maka status
dasar manusia adalah sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran Allah)
sehingga manusia harus :

  1. Belajar

            Manusia sebagai khalifah harus mau belajar. Obyek belajar
   nya adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya. Hal
   ini    tercantum   juga   di     dalam   QS   An    Naml:   15   -   16   dan
   QS. Al Mukmin: 54
2. Mengajarkan Ilmu

          Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk
   mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
   Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan

  3. Membudayakan Ilmu

          Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada manusia
   lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus diamalkan
   akan    membudaya.      Hal    ini     tercantum    pula   di     dalam
   QS. Al Mu’min: 35

      Dari ketiga peran tersebut,maka semua yang dilakukan oleh
khalifah harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba
Allah serta pertanggungjawabannya kepada Allah, diri sendiri, dan
masyarakat.

  2.5Manusia yang Sempurna Menurut Islam

      Apa ciri manusia sempurna menurut islam? Manusia sempurna
menurut Islam tidak mungkin di luar hakikatnya. Berikut ini adalah
beberapa ciri manusia menurut islam :

                    1. Jasmani     yang      sehat    serta   kuat    dan
                        berketerampilan

      Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat,
terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta
penegakan ajaran Islam. Dilihat dari sudut ini maka Islam mengidealkan
muslim yang sehat serta kuat jasmaninya. Islam juga menghendaki agar
orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman) adalah
persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan
jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka kesehatan jasmani pun
penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan
pembelaan Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani
(agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin Islam. Pendidikan itu

                                                                        17
langsung dihubungkan dengan pembelaan Islam, yaitu berupa latihan
memanah, berenang, menggunakan senjata, dsb.

                        2. Cerdas dan pandai

        Dalam menginginkan pemeluknva cerdas serta pandai. Itulah ciri
akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya
kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan
pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki
informasi. Salah satu ciri Muslim yang sempurna ialah cerdas serta
pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat ditilik melalui indikator-
indikator sebagai berikut ini. Perlunya ciri akliah dimiliki oleh Muslim
dapat diketahui dari ayat-ayat al-Quran serta hadis Nabi Muhammad
saw. Ayat dan hadis itu biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah
agar belajar dan ada perintah menggunakan indera dan akal, atau pujian
kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya. Sebagian kecil
dari ayat al-Quran dan hadis tersebut dituliskan berikut ini yang artinya :

   “Katakanlah, samakah antara orang yang mengetahui dan orang
   yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang
   berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(Az-Zumar:9)

   “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya
   adalah ulama.”(Al-Fathir:28)

   “Dan perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, tidak mungkin
   dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al-
   Ankabut: 43)

        Ayat-ayat     di    atas   jelas   menunjukkan    pentingnya       ilmu
(pengetahuan) dimiliki orang Islam, pentingnya berpikir, dan pentingnya
belajar. Nabi Muhammad SAW. menyatakan bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dengan cara belajar. Jadi, kalau begitu orang Islam diperintah
agar belajar. Seperti Surat Al-Alaq ayat 1 yang mengandung pengertian
bahwa    orang      Islam   seharusnya     dapat   membaca.   Ayat   ini   juga
mengandung perintah agar orang Islam belajar karena pada umumnya
kemampuan membaca itu diperoleh dari belajar. Dalam al-Quran surat
Al-Nahl ayat 43 Tuhan menyuruh orang Islam bertanya jika ia tidak tahu.
Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar.

         Jadi, jelaslah bahwa Islam menghendaki agar orang Islam
berpengetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik.
Akal yang berkembang baik itu berisi banyak pengetahuan sains, filsafat,
serta mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan atau filosofis.
Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornva ialah kecerdasan
umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan
dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan pula dengan
kecerdasan tersebut. Kalau begitu, kesehatan dan kekuatan seperti yang
telah diuraikan sebelum ini memang berkaitan juga dengan tingkat
kecerdasan.

                       3. Rohani yang Berkualitas Tinggi

         Rohani yang dimaksud disini ialah aspek manusia selain jasmani
dan akal (logika). Pengertian atau hakikat rohani masih sangt sukar
untuk ditemukan, namun banyak yang mengaitkan dengan kalbu saja.
Kalbu di sini, sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannva,
gejalanya jelas. Gejalanya itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa
tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta,
iman. Kalbu vang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi
iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yang takwa kepada
Allah.

         Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat
banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu
ditandai bila orangnya salat. Ia salat khusyuk (Al-Mu'min: l-2); bila
mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang (Al-Zumar:23); bila disebut
nama Allah, bergetar hatinya (Al-Hajj : 34-35); bila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (Maryam:58,
Al-Isra':109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman atau takwa. Dari
situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan

                                                                        19
kehendak Tuhan.Jadi,dapatlah disimpulkam bahwa manusia sempurna
dalam pandangan Islam ialah manusia yang hatinya penuh iman atau
takwa kepada Tuhan

       Hakikat wujud manusia menurut Ahmad Tafsir (2005: 34) adalah
makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa manusia mempunyai
banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyaknya potensi yang
dimiliki. Dalam hal ini beliau membagi kecenderungan itu dalam dua
garis besar yaitu cenderung menjadi orang baik dan cenderung menjadi
orang jahat (2003: 35).
       Secara rinci, M. Nasir Budiman (Kemas Badaruddin, 2007)
mengklasifikasikan    manusia     ini   menjadi   empat   klasifikasi,   yaitu:
1. Hakikat manusia secara umum.
      a. Manusia sebagai makhluk Allah SWT mempunyai kebutuhan
         untuk bertaqwa kepadaNya.
      b. Manusia membutuhkan lingkungan hidup, berkelompok untuk
         mengembangkan dirinya.
      c. Manusia mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dan
         membutuhkan material sertas spiritual yang harus dipenuhi.
      d. Manusia itu pada dasarnya dapat dan harus dididik serta dapat
         mendidik diri sendiri.
         2. Hakikat manusia sebagai subjek didik
            a. Subjek didik bertanggung jawab atas pendidikannya
               sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup.
            b. Subjek didik memiliki potensi baik fisik maupun psikologis
               yang   berbeda     sehingga   masing-masing     subjek    didik
               merupakan insane yang unik.
            c. Subjek didik memerlukan pembinaan individual serta
               perlakuan yang manusiawi.
            d. Subjek didik pada dasarnya merupakan insane yang aktif
               menghadapi lingkungan hidupnya.
         3. Hakikat manusia sebagai pendidik
                  a. Pendidik adalah agen perubahan
b. Pendidik      berperan   sebagai    pemimpin      dan
                    pendukung nilai-nilai masyarakat dan agama.
                  c. Pendidik sebagai fasilitator yang memungkinkan
                    terciptanya kodisi belajar subjek didik yang efektif
                    dan efisien.
                  d. Pendidik bertanggung jawab terhadap keberhasilan
                    tujuan pendidikan.
                  e. Pendidik dan tenaga kependidikan dituntut untuk
                    menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar
                    mengajar bagi calon guru yang menjadi subjek
                    didiknya.
                  f. Pendidik bertanggung jawab secara professional
                    untuk            terus-menerus          meningkatkan
                    kemampuannya.
                  g. Pendidik menjunjung tinggi kode etik profesionalnya.
        4. Hakikat manusia sebagai anggota masyarakat.
  a. Kehidupan masyarakat berlandaskan sistem nilai-nilai keagamaan,
     social dan budaya yang dianut oleh warga masyarakat. Sebagian
     daripada nilai-nilai tersebut bersifat lestari dan sebagian lain terus
     berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
     teknologi.
  b. Masyarakat merupakan sumber nilai-nilai yang memberikan arah
     normatif kepada pendidikan.
  c. Kehidupan masyarakat ditingkatkan kualitasnya oleh insan-insan
     yang berhasil mengembangkan dirinya melalui pendidikan.


     Lebih lanjut Omar Moh. Al-Toumy al-Syaibany (1983: 145-148)
memaparkan tentang haikikat manusia berkaitan dengan wataknya di
dalam Al-Qur’an, yaitu:
    1. Kikir dan bekerja keras di dunia, (Al-Adiyat: 8, Al-Fajr:20,
       Annisa:128, Al-Balad:4)
    2. Penakut dan lemah (An Nisa:28, Ar Rum:54, Al-Ma’arij:19-21)
    3. Cepat akan harta dan kesenangan (Al-Isra’:11, Yunus:11, Al-
                                                                        21
Anbiya’:37, Al-Qiyamah:20)
    4. Membantah Allah (Al-Kahfi:54)
    5. Mudah gembira jika mendapat nikmat dan putus asa ketika hilang
        nikmat (Al-Fushilat:49 Dan 51)
    6. Kasih sayang (Al-A’raf:189, Annisa:9)
    7. Yakin akan Allah (Az-zumar:8, Ar-rum:8, Lukman:32)


      Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat manusia itu
sangat beragam sekali, mulai dari hakikatnya sebagai makhluk Allah SWT
dan hakikatnya sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain hakikat
manusia itu adalah adanya hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan manusia itu sendiri serta lingkungan (alam).
      Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci
dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa
yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan
dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan
istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa
manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran
justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang
dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi
di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan
beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini.
Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat
aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).

      Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah
baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki
kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui
bahwa    kualitas   dan   hakikat    baik   benar   dan   indah   itu   selalu
mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal
tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat
untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup
manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling
mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu
buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia
untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.




                               BAB III
                          KESIMPULAN



  3.1 Kesimpulan
     Setelah penulis selesai menyusun makalah ini yang pada dasarnya
masih banyak kekurangan dan penulis telah menguraikan secara singkat
terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi berkaitan tentang
Hakikat Manusia, yaitu:
  1. Dalam uraian singkat makalah di atas, Hakikat manusia itu sangat
     beragam sekali, mulai dari hakikatnya sebagai makhluk Allah SWT.
                                                                      23
dan hakikatnya sebagai makhluk sosial.
2. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan
  makhluk yang lain, dengan memiliki potensi akal, qolbu dan
  potensi-potensi     lain    untuk     digunakan        sebagai   modal
  mengembangkan kehidupan.

3. Kualitas dan nilai manusia akan terkuak bila manusia memiliki
  kemampuan untuk mengarahkan naluri bebasnya itu berdasarkan
  pertimbangan      aqliah   yang   dikaruniai   Allah   kepadanya   dan
  dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling
  murni.

3.2 Saran

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamSiti Hardiyanti
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahRezaQyu RezaQta
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamWachidatin N C
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN Desi Rahmawati
 
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawAhlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawMuhamad Yogi
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHery Kurniawan
 
Subjek dan objek dakwah k4
Subjek dan objek dakwah k4Subjek dan objek dakwah k4
Subjek dan objek dakwah k4LBB. Mr. Q
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)Nisrokhah6
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahSofyan Siroj
 
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Ria Widia
 
hakikat manusia dalam pandangan islam
hakikat manusia dalam pandangan islamhakikat manusia dalam pandangan islam
hakikat manusia dalam pandangan islammochammad johari
 
Bab. ii tauhid dalam islam powerpoint
Bab. ii tauhid dalam islam powerpointBab. ii tauhid dalam islam powerpoint
Bab. ii tauhid dalam islam powerpointmallaoktaviani
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaPandi Yusup
 
Agama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusiaAgama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusiadaffi90
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakDini Audi
 

La actualidad más candente (20)

Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
 
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawAhlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
 
pengertian ihsan dan masalah ihsan
pengertian ihsan dan masalah ihsanpengertian ihsan dan masalah ihsan
pengertian ihsan dan masalah ihsan
 
Subjek dan objek dakwah k4
Subjek dan objek dakwah k4Subjek dan objek dakwah k4
Subjek dan objek dakwah k4
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullah
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
 
hakikat manusia dalam pandangan islam
hakikat manusia dalam pandangan islamhakikat manusia dalam pandangan islam
hakikat manusia dalam pandangan islam
 
Bab. ii tauhid dalam islam powerpoint
Bab. ii tauhid dalam islam powerpointBab. ii tauhid dalam islam powerpoint
Bab. ii tauhid dalam islam powerpoint
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia
 
Agama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusiaAgama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusia
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint Akhlak
 

Destacado

Manusia menurut agama dan sains
Manusia menurut agama dan sainsManusia menurut agama dan sains
Manusia menurut agama dan sainsMohammad Fakhrizal
 
Penakwilan ayat dan hadits dalam matsnawi
Penakwilan ayat dan hadits dalam matsnawiPenakwilan ayat dan hadits dalam matsnawi
Penakwilan ayat dan hadits dalam matsnawiMuhammad Nur Jabir
 
Falsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timurFalsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timurLyNn YAniey
 
Penciptaan Manusia menurut Al-QUran
Penciptaan Manusia menurut Al-QUranPenciptaan Manusia menurut Al-QUran
Penciptaan Manusia menurut Al-QUranSri Sumarni
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamAsmida Herawati
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaMuhammad Hafizh Annur
 
Konsep Pendidikan dari Perspektif Islam
Konsep Pendidikan dari Perspektif IslamKonsep Pendidikan dari Perspektif Islam
Konsep Pendidikan dari Perspektif IslamAmeerul Syarief
 
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanFp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanMuhammad Hafizh Annur
 
Bab II hakikat manusia dan sosial
Bab II hakikat  manusia dan sosialBab II hakikat  manusia dan sosial
Bab II hakikat manusia dan sosialPotpotya Fitri
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaPujiati Puu
 
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemenIrfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemenintan007
 
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdfMakalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdfMythaChan
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilHidayat Amin
 
Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab ManusiaHakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusiapjj_kemenkes
 
Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosialMakalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosialDini Nur Hanifah
 

Destacado (20)

Manusia menurut agama dan sains
Manusia menurut agama dan sainsManusia menurut agama dan sains
Manusia menurut agama dan sains
 
Penakwilan ayat dan hadits dalam matsnawi
Penakwilan ayat dan hadits dalam matsnawiPenakwilan ayat dan hadits dalam matsnawi
Penakwilan ayat dan hadits dalam matsnawi
 
Falsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timurFalsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timur
 
1.hakekat manusia
1.hakekat manusia1.hakekat manusia
1.hakekat manusia
 
Penciptaan Manusia menurut Al-QUran
Penciptaan Manusia menurut Al-QUranPenciptaan Manusia menurut Al-QUran
Penciptaan Manusia menurut Al-QUran
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
 
Konsep Pendidikan dari Perspektif Islam
Konsep Pendidikan dari Perspektif IslamKonsep Pendidikan dari Perspektif Islam
Konsep Pendidikan dari Perspektif Islam
 
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanFp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
 
Bab II hakikat manusia dan sosial
Bab II hakikat  manusia dan sosialBab II hakikat  manusia dan sosial
Bab II hakikat manusia dan sosial
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
 
4. hakikat manusia
4. hakikat manusia4. hakikat manusia
4. hakikat manusia
 
Manajemen pendidikan
Manajemen pendidikanManajemen pendidikan
Manajemen pendidikan
 
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemenIrfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemen
 
Hakikat manusia (2)
Hakikat manusia (2)Hakikat manusia (2)
Hakikat manusia (2)
 
01 hakikat manusia
01 hakikat manusia01 hakikat manusia
01 hakikat manusia
 
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdfMakalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
 
Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab ManusiaHakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia
 
Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosialMakalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
 

Similar a Hakikat manusia bab I

Similar a Hakikat manusia bab I (20)

Manusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-newManusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-new
 
Agama , haris
Agama , harisAgama , haris
Agama , haris
 
bimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docxbimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docx
 
bab 2 tambahan.pptx
bab 2 tambahan.pptxbab 2 tambahan.pptx
bab 2 tambahan.pptx
 
Tugas PAI Jumrah
Tugas PAI JumrahTugas PAI Jumrah
Tugas PAI Jumrah
 
Bab 3 tambahan
Bab 3 tambahanBab 3 tambahan
Bab 3 tambahan
 
Makalah agama-
Makalah agama-Makalah agama-
Makalah agama-
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
 
Manusia dalam perspektif alqur'an
Manusia dalam perspektif alqur'anManusia dalam perspektif alqur'an
Manusia dalam perspektif alqur'an
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Tugas tafsir
Tugas tafsirTugas tafsir
Tugas tafsir
 
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
 
Pemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang ManusiaPemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang Manusia
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusia
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 pai
 

Hakikat manusia bab I

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Pemahaman tentang manusia merupakan bagian dari kajian filsafat. Tak mengherankan jika banyak sekali kajian atau pemikiran yang telah dicurahkan untuk membahas tentang manusia. Walaupun demikian, persoalan tentang manusia akan menjadi misteri yang tek terselesaikan. Hal ini menurut Husein Aqil al-Munawwar dalam Jalaluddin (2003: 11) karena keterbatasan pengetahuan para ilmuan untuk menjangkau segala aspek yang terdapat dalam diri manusia. Lebih lanjut Jalaluddin (2003: 11) mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk Allah yang istimewa agaknya memang memiliki latar belakang kehidupan yang penuh rahasia. Dengan demikian, memang yang menjadi keterbatasan untuk mengetahui segala aspek yang terdapat pada diri manusia itu adalah selain keterbatan para ilmuan untuk mengkajinya, juga dilatarbelakangi oleh faktor keistimewaan manusia itu sendiri. Walaupun demikian, sebagai hamba yang lemah, usaha untuk mempelajarinya tidaklah berhenti begitu saja. Banyak sumber yang mendukung untuk mempelajari manusia. Di antara sumber yang paling tinggi adalah Kitab Suci Al-Qur’an. Yang mana di dalamnya banyak terdapat petunjuk-petunjuk tentang penciptaan manusia. Konsep-konsep tentang manusia banyak dibahas, mulai dari proses penciptaan sampai kepada fungsinya sebagai makhluk ciptaan Allah. 1.1Latar Belakang Berbicara tentang manusia berarti kita berbicara tentang dan pada diri kita sendiri makhluk yang paling unik di bumi ini. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai 1
  • 2. amanah. Selain itu manusia juga dilengakapi unsur lain yaitu qolbu (hati). Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini merupakan bentuk pertanggung jawaban mahasiswa terhadap dosen mata kuliah “ Manajemen SDM “ dan sebagai salah satu panduan untuk lebih tahu bagaiman hakiket manusia. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini adalah untuk menjelaskan secara singkat mengenai “ Hakikat Manusia () “, pembaca dapat terbuka wawasannya serta merupakan kajian untuk mempejari penciptaan manusia. 1.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia. 2. Pembaca dapat mengetahui Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain. 1.4 Metode Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan mengenai “ Hakikat Manusia “. BAB II
  • 3. PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hakikat Manusia 2.1.1 Menurut Agama 1. Hakikat Manusia Manusia menurut Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari tanah liat kering dan diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan makhluk yang dimuliakan atas segala ciptaanNya. Allah telah menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayatNya adalah gambaran tentang manusia. Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan aspek kehidupan manusia, diantaranya: a. Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam “Hai bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Seunguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berlebih – lebihan”(QS 7:31) b. Dari aspek biologis, disebut dengan Basyar “Dan berkatalah pemuka – pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat(kelak) dan yang telah (Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia)(orang) ini tidak lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan minum dari apa yang kamu minum”(QS 23:24) c. Dari aspek kecerdasan, disebut dengan Insan“Dia menciptakan manusia (insan).mengajarnya pandai berbicara”(QS 55:3-4) d. Dari aspek sosiologis, disebut dengan An-Nas “Wahai manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu 3
  • 4. dan orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS 2:21) e. Dari aspek posisinya, disebut dengan Hamba “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka?jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali kepadanya”(QS 34:9) Selain istilah-istilah itu ada juga sebutan bagi manusia sesuai dengan keadaannya. 1. Makhluuq (yang diciptakan) Manusia merupakan makhluq atau yang diciptakan dari tanah liat dan diberikan ruh ke dalamnya oleh Allah ke dunia ini dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan: QS. AL HIJR 28 “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” 2. Mukarram (yang dimuliakan) Manusia merupakan makhluk yang juga dimuliakan. Buktinya adalah saat manusia pertama tercipta, seluruh malaikat disuruh bersujud kepadanya (bukan untuk menyembah). Hal ini tercantum dalam QS Al Hijr 29: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” 3. Mukhayyar (yang bebas memilih) Manusia selain dimuliakan, juga diberikan kebebasan untuk
  • 5. memilih, memilih untuk beriman kepada Allah ataukah kafir terhadap Allah. Itu semua tergantung dari pengetahuan yang manusia miliki tapi sesungguhnya fitrah manusia adalah beriman kepada Allah. 4. Majziy (yang mendapat balasan) Sebagai konsekuensi menjadi makhluk yang memiliki kebebasan maka manusia juga merupakan makhluk yang kelak akan mendapat balasan di akherat. Balasan baik atau buruk, semuanya tergantung dari perbuatan-perbuatan yang manusia lakukan di dunia ini. Jika manusia itu berbuat baik maka di akherat akan mendapat balasan berupa surga tapi jika perbuatan selama di dunia adalah buruk maka manusia itu akan mendapat balasan berupa neraka. Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada teori superego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia. Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia.Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instink, intuisi, dan intelegensi –ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama– bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri. Sebagai kesimpulan dapatlah diterangkan bahwa kualitas manusia berada diantara naluri dan nurani. Dalam rentetan seperti itulah manusia 5
  • 6. berperilaku, baik perilaku yang positif maupun yang negatif. Fungsi intelegensi dapat menaikkan manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Namun intelegensi saja tidaklah cukup melainkan harus diikuti dengan nurani yang tajam dan bersih. Nurani (mata batin, akal budi) dipahami sebagai superego, sebagi conscience atau sebagai nafsu muthmainnah (dorongan yang positif). Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan bahwa bagi manusia bukan sekedar to live (bagaimana memiliki) dan to survive (bagaimana bertahan), melainkan juga to exist (bagaimana keberadaannya). Untuk itu, maka manusia memerlukan pembekalan yang kualitatif dan kuantitatif yang lebih baik daripada hewan. Manusia bisa berkulitas kalau ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan kehendak. Tetapi kebebasan disini bukanlah melepaskan diri dari kendali rohani dan akal sehat, melainkan upaya kualitatif untuk mengekspresikan totalitas kediriannya, sambil berjuang keras untuk menenangkan diri sendiri atas dorongan naluriah yang negatif dan destruktif. Jadi kebebasan yang dimaksudkan disini adalah upaya sadar untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi secara bertangung jawab. 2.1.2 Menurut Psikologis Pendidikan Hakekat manusia adalah sebagai berikut : a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhannya. b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
  • 7. f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. 2.2 Perspektif Tentang Manusia 2.2.1 Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an a. Konsep al-Basyr Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan menggunakan kata basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia basyar adalah anak turun Adam, makhluk fisik yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan (Aisyah Bintu Syati, 1999: 2). Menurut Abdul Mukti Ro’uf (2008: 3), kata basyar disebutkan sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam bentuk mutsanna. Jalaluddin (2003: 19) mengatakan bahwa berdasarkan konsep basyr, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak. Sebagaimana halnya dengan makhluk biologis lain, seperti binatang. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu: 1. Prenatal (sebelum lahir), proses penciptaan manusia berawal dari pembuahan (pembuahan sel dengan sperma) di dalam rahim, pembentukan fisik (QS. 23: 12-14) 2. Post natal (sesudah lahir) proses perkembangan dari bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut (QS. 40: 67) Secara sederhana, Quraish Shihab (1996: 279) menyatakan bahwa 7
  • 8. manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain, kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada di dunia ini. Dan oleh pertambahan usianya, kondisi fisiknya akan menurun, menjadi tua, dan akhirnya ajalpun menjemputnya (Abuddin Nata 1997: 31). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dalam konsep al-Basyr ini dapat berubah fisik, yaitu semakin tua fisiknya akan semakin lemah dan akhirnya meninggal dunia. Dan dalam konsep al-Basyr ini juga dapat tergambar tentang bagaimana seharusnya peran manusia sebagai makhluk biologis. Bagaimana dia berupaya untuk memenuhi kebutuhannya secara benar sesuai tuntunan Penciptanya. Yakni dalam memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. b. Konsep Al-Insan Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang dilihatnya, dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa manusia mampunyai potensi untuk dididik (Abuddin Nata, 1997: 29). Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003: 23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian, ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk yang berbudaya dan berperadaban. c. Konsep Al-Nas Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi
  • 9. manusia sebagai makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya tidak boleh sendiri- sendiri. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas. d. Konsep Bani Adam Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya (Quraish Shihab, 1996: 278). Dalam Al- Qur’an istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat (Abdul Mukti Ro’uf, 2008: 39). Menurut Thabathaba’i dalam Samsul Nizar (2001: 52), penggunaan kata bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain. Lebih lanjut Jalaluddin (2003: 27) mengatakan konsep Bani Adam dalam bentuk menyeluruh adalah mengacu kepada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang juga mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta mengedepankan HAM. Karena yang membedakan 9
  • 10. hanyalah ketaqwaannya kepada Pencipta. Sebagaimana yang diutarakan dalam QS. Al-Hujarat: 13). e. Konsep Al-Ins Kata al-Ins dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 18 kali, masing- masing dalam 17 ayat dan 9 surat (Abdul Mukti Ro’uf, 2008:24). Muhammad Al-Baqi dalam Jalaluddin (2003: 28) memaparkan al-Isn adalah homonim dari al-Jins dan al-Nufur. Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin, maka manusia adalah makhluk yang kasab mata. Sedangkan jin adalah makhluk halus yang tidak tampak (Jalaluddin, 2003: 28). Sisi kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam al-Qur’an dengan kata al-Ins dalam arti “tidak liar” atau “tidak biadab”, merupakan kesimpulan yang jelas bahwa manusia yang insia itu merupakan kebalikan dari jin yang menurut dalil aslinya bersifat metafisik yang identik dengan liar atau bebas (Aisyah Bintu Syati, 1999: 5). Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam konsep al-ins manusia selalu di posisikan sebagai lawan dari kata jin yang bebas. bersifat halus dan tidak biadab. Jin adalah makhluk bukan manusia yang hidup di alam “antah berantah” dan alam yang tak terinderakan. Sedangkan manusia jelas dan dapat menyesuaikan diri dengan realitas hidup dan lingkungan yang ada. f. Konsep Abd. Allah M. Quraish Shihab dalam Jalaluddin (2003: 29), seluruh makhluk yang memiliki potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah dalam arti dimiliki Allah. Selain itu kata Abd juga bermakna ibadah, sebagai pernyataan kerendahan diri. 1. Menurut M.Quraish Shihab (Jalaluddin, 2003: 29), Ja’far al-Shadiq memandang ibadah sebagai pengabdian kepada Allah baru dapat terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal, yaitu: Menyadari bahwa yang dimiliki termasuk dirinya adalah milik Allah dan berada di bawah kekuasaan Allah. 2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitas selalu mengarah pada usaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi
  • 11. larangan-Nya. 3. Dalam mngambil keputusan selalu mengaitkan dengan restu dan izin Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konsep Abd Allah, manusia merupakan hamba yang seyogyanya merendahkan diri kepada Allah. Yaitu dengan menta’ati segala aturan-aturan Allah. g Konsep Khalifah Allah Pada hakikatnya eksistensi manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk melaksanakan kekhalifahan, yaitu membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini., sesuai dengan kehendak Penciptanya. Menurut Jalaluddin (2003: 31) peran yang dilakonkan oleh manusia menurut statusnya sebagai khalifah Allah setidak-tidaknya terdiri dari dua jalur, yaitu jalur horizontal dan jalur vertikal. Peran dalam jalur horizontal mengacu kepada bagaimana manusia mengatur hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan peran dalam jalur vertikal menggambarkan bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran ini manusia penting menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai alam dan sesama manusia adalah karena penegasan dari Penciptanya. 2.2.2 Manusia Dalam Perspektif Filsafat Para ahli pikir filsafat mencoba memaknai hakikat manusia. Mereka mencoba manamai manusia sesuai dengan potensi yang ada pada manusia itu. Berdasarkan potensi yang ada, para ahli pikir dan ahli filsafat tersebut memberi nama pada diri manusia di muka bumi ini, para ahli pikir dan ahli filsafat tersebut memberi nama pada diri manusia dengan sebutan-sebutan sebagai berikut: a. Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi. b. Animal Rational, artinya binatang yang berpikir. c. Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun. d. Homo Faber, yaitu makhluk yang terampil, pandai membuat 11
  • 12. perkakas, atau disebut juga tool making animal, yaitu binatang yang pandai membuat alat. e. Aoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. f. Homo Economicus, yaitu makhluk yang tunduk pada prinsip- prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis. g. Homo Religius, yaitu makhluk yang beragama. (Syahminan Zaini, 1980: 5-6) Dalam perspektif filsafat, konsep manusia menurut Jalaluddin (2003: 32-33) juga mencakup ruang lingkup kosmologi (bagian dari alam semester), antologi (pengabdi Penciptanya), philosophy of mind (potensi), epistemology (proses pertumbuhan dan perkembangan potensi) dan aksiologi (terikat nilai-nilai). Berbicara mengenai pandangan filsafat tentang hakikat manusia, ada 4 aliran yang ditawarkan oleh para ahli filsafat. Adapun keempat aliran tersebut, seperti yang dikutip Jalaluddin dan Abdullah (1997:107-108) dan Zuhairini (1995:71-74) adalah sebagai berikut: a. Aliran Serba Zat. Aliran ini menyatakan bahwa yang sungguh-sunguh ada hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur alam. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah zat atau materi. b. Aliran Serba Ruh. Aliran ini berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu yang ada di dunia ini ialah ruh, termasuk juga hakikat manusia. Adapun zat atau materi adalah manifestasi ruh di atas dunia ini. Dengan demikian, jasad atau badan manusia hanyalah manifestasi atau penjelmaan ruh. c. Aliran Dualisme.
  • 13. Aliran ini menggabungkan pendapat kedua aliran di atas. Aliran ini berpandangan bahwa hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini merupakan unsur asal, tidak tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak berasal dari ruh, dan sebaliknya, ruh tidak berasal dari badan. Dalam perwujudannya, manusia tidak serba dua, melainkan jadi hubungan sebab akibat yang keduanya saling mempengaruhi. d. Aliran Eksistensialisme. Aliran ini memandang manusia dari segi eksistensinya. Menurut aliran ini, hakikat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. intinya, hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif filsafat, manusia dinamai berdasarkan fungsi dan potensinya. Dan manusia juga dipandang dalam bentuk aliran-aliran oleh para ahli filsafat. Berbicara tentang manusia maka satu pertanyaan klasik yang sampai saat ini belum memperoleh jawaban yang memuaskan adalah pertanyaan tentang siapakah manusia itu. Banyak teori telah dikemukakan, di antaranya adalah pemikiran dari aliran materialisme, idealisme, realisme klasik, dan teologis. Aliran materialisme mempunyai pemikiran bahwa materi atau zat merupakan satu-satunya kenyataan dan semua peristiwa terjadi karena proses material ini, sementara manusia juga dianggap juga ditentukan oleh proses-proses material ini. Sedangkan aliran idealisme beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Aliran realisme klasik beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian, dan aliran teologis membedakan manusia dari makhluk lain karena hubungannya dengan Tuhan. Di samping itu, beberapa ahli telah berusaha merekonstruksikan kedudukan manusia di antara makhluk lainnya. Juga berusaha 13
  • 14. membandingkan manusia dengan makhluk lainnya. Dari hasil perbandingan tersebut ditemukan bahwa semua makhluk mempunyai dorongan yang bersifat naluriah yang termuat dalam gen mereka. Sementara yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan. Pengetahuan manusia jauh lebih berkembang daripada pengetahuan makhluk lainnya, sementara melalui perasaan manusia mengembangkan eksistensi kemanusiaannya. 2.3Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain Manusia dan makhluk lainnya itu memiliki persamaan dan juga perbedaan. Salah satunya adalah manusia dan makhluk lain memiliki tujuan yang sama dalam hal penciptaan yaitu untuk beribadah kepada Allah sedangkan dalam hal raga dan ruh manusia memiliki perbedaan. Raga manusia termasuk ke dalam derajat terendah diantara makhluk lainnya sedangkan ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini adalah manusia mengemban beban amanat pengetahuan tentang Allah sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat ini.Manusia mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat - sifat ruh yang diberikan Allah. Tidak ada satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatan ruh ini,baik itu malaikat maupun iblis. Berikut ini persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lainnya: a. Persamaan • Semua makhluk termasuk manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. • Tujuan penciptaannya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. • Semua makhluk akan kembali kepada Allah.
  • 15. Dan tiap-tiap makhluk ada di dalam penjagaan dan pengawasan Allah. b. Perbedaan • Manusia memiliki hati nurani dan juga nafsu tapi makhluk lain hanya memiliki salah satunya saja. • Derajat manusia sejati adalah lebih tinggi dari makhluk yang lain. • Manusia tercipta dari tanah sebagai jasad dan nur sebagai hati. Sedangkan makhluk lain tidak ada yang tercipta dari tanah dan nur. • Bentuk ibadah manusia telah diatur di dalam Al Qur’an. • Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan kehidupannya. 2.4Fungsi dan Peranan yang Diberikan Allah kepada Manusia Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia. 1. Menjadi abdi Allah Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS. Az Dzariyat : 56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu” 2. Menjadi saksi Allah 15
  • 16. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapiorang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS. Al A’raf : 172 “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau TuhanKami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)” 3. Menjadi khalifah Allah Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini. Sehingga seorang khalifah harus benar-benar memiliki akhlak Al Quran dan Al Hadis. Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah: 30 - 36, maka status dasar manusia adalah sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran Allah) sehingga manusia harus : 1. Belajar Manusia sebagai khalifah harus mau belajar. Obyek belajar nya adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya. Hal ini tercantum juga di dalam QS An Naml: 15 - 16 dan QS. Al Mukmin: 54
  • 17. 2. Mengajarkan Ilmu Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan 3. Membudayakan Ilmu Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada manusia lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus diamalkan akan membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS. Al Mu’min: 35 Dari ketiga peran tersebut,maka semua yang dilakukan oleh khalifah harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah serta pertanggungjawabannya kepada Allah, diri sendiri, dan masyarakat. 2.5Manusia yang Sempurna Menurut Islam Apa ciri manusia sempurna menurut islam? Manusia sempurna menurut Islam tidak mungkin di luar hakikatnya. Berikut ini adalah beberapa ciri manusia menurut islam : 1. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran Islam. Dilihat dari sudut ini maka Islam mengidealkan muslim yang sehat serta kuat jasmaninya. Islam juga menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka kesehatan jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin Islam. Pendidikan itu 17
  • 18. langsung dihubungkan dengan pembelaan Islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan senjata, dsb. 2. Cerdas dan pandai Dalam menginginkan pemeluknva cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri Muslim yang sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat ditilik melalui indikator- indikator sebagai berikut ini. Perlunya ciri akliah dimiliki oleh Muslim dapat diketahui dari ayat-ayat al-Quran serta hadis Nabi Muhammad saw. Ayat dan hadis itu biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan ada perintah menggunakan indera dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat al-Quran dan hadis tersebut dituliskan berikut ini yang artinya : “Katakanlah, samakah antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(Az-Zumar:9) “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya adalah ulama.”(Al-Fathir:28) “Dan perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, tidak mungkin dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al- Ankabut: 43) Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan) dimiliki orang Islam, pentingnya berpikir, dan pentingnya belajar. Nabi Muhammad SAW. menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan cara belajar. Jadi, kalau begitu orang Islam diperintah agar belajar. Seperti Surat Al-Alaq ayat 1 yang mengandung pengertian bahwa orang Islam seharusnya dapat membaca. Ayat ini juga mengandung perintah agar orang Islam belajar karena pada umumnya
  • 19. kemampuan membaca itu diperoleh dari belajar. Dalam al-Quran surat Al-Nahl ayat 43 Tuhan menyuruh orang Islam bertanya jika ia tidak tahu. Ini dapat diartikan sebagai suruhan belajar. Jadi, jelaslah bahwa Islam menghendaki agar orang Islam berpengetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik. Akal yang berkembang baik itu berisi banyak pengetahuan sains, filsafat, serta mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan atau filosofis. Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornva ialah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan pula dengan kecerdasan tersebut. Kalau begitu, kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini memang berkaitan juga dengan tingkat kecerdasan. 3. Rohani yang Berkualitas Tinggi Rohani yang dimaksud disini ialah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika). Pengertian atau hakikat rohani masih sangt sukar untuk ditemukan, namun banyak yang mengaitkan dengan kalbu saja. Kalbu di sini, sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannva, gejalanya jelas. Gejalanya itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, iman. Kalbu vang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yang takwa kepada Allah. Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya salat. Ia salat khusyuk (Al-Mu'min: l-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang (Al-Zumar:23); bila disebut nama Allah, bergetar hatinya (Al-Hajj : 34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (Maryam:58, Al-Isra':109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman atau takwa. Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan 19
  • 20. kehendak Tuhan.Jadi,dapatlah disimpulkam bahwa manusia sempurna dalam pandangan Islam ialah manusia yang hatinya penuh iman atau takwa kepada Tuhan Hakikat wujud manusia menurut Ahmad Tafsir (2005: 34) adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyaknya potensi yang dimiliki. Dalam hal ini beliau membagi kecenderungan itu dalam dua garis besar yaitu cenderung menjadi orang baik dan cenderung menjadi orang jahat (2003: 35). Secara rinci, M. Nasir Budiman (Kemas Badaruddin, 2007) mengklasifikasikan manusia ini menjadi empat klasifikasi, yaitu: 1. Hakikat manusia secara umum. a. Manusia sebagai makhluk Allah SWT mempunyai kebutuhan untuk bertaqwa kepadaNya. b. Manusia membutuhkan lingkungan hidup, berkelompok untuk mengembangkan dirinya. c. Manusia mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dan membutuhkan material sertas spiritual yang harus dipenuhi. d. Manusia itu pada dasarnya dapat dan harus dididik serta dapat mendidik diri sendiri. 2. Hakikat manusia sebagai subjek didik a. Subjek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup. b. Subjek didik memiliki potensi baik fisik maupun psikologis yang berbeda sehingga masing-masing subjek didik merupakan insane yang unik. c. Subjek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi. d. Subjek didik pada dasarnya merupakan insane yang aktif menghadapi lingkungan hidupnya. 3. Hakikat manusia sebagai pendidik a. Pendidik adalah agen perubahan
  • 21. b. Pendidik berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat dan agama. c. Pendidik sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kodisi belajar subjek didik yang efektif dan efisien. d. Pendidik bertanggung jawab terhadap keberhasilan tujuan pendidikan. e. Pendidik dan tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi subjek didiknya. f. Pendidik bertanggung jawab secara professional untuk terus-menerus meningkatkan kemampuannya. g. Pendidik menjunjung tinggi kode etik profesionalnya. 4. Hakikat manusia sebagai anggota masyarakat. a. Kehidupan masyarakat berlandaskan sistem nilai-nilai keagamaan, social dan budaya yang dianut oleh warga masyarakat. Sebagian daripada nilai-nilai tersebut bersifat lestari dan sebagian lain terus berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Masyarakat merupakan sumber nilai-nilai yang memberikan arah normatif kepada pendidikan. c. Kehidupan masyarakat ditingkatkan kualitasnya oleh insan-insan yang berhasil mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Lebih lanjut Omar Moh. Al-Toumy al-Syaibany (1983: 145-148) memaparkan tentang haikikat manusia berkaitan dengan wataknya di dalam Al-Qur’an, yaitu: 1. Kikir dan bekerja keras di dunia, (Al-Adiyat: 8, Al-Fajr:20, Annisa:128, Al-Balad:4) 2. Penakut dan lemah (An Nisa:28, Ar Rum:54, Al-Ma’arij:19-21) 3. Cepat akan harta dan kesenangan (Al-Isra’:11, Yunus:11, Al- 21
  • 22. Anbiya’:37, Al-Qiyamah:20) 4. Membantah Allah (Al-Kahfi:54) 5. Mudah gembira jika mendapat nikmat dan putus asa ketika hilang nikmat (Al-Fushilat:49 Dan 51) 6. Kasih sayang (Al-A’raf:189, Annisa:9) 7. Yakin akan Allah (Az-zumar:8, Ar-rum:8, Lukman:32) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat manusia itu sangat beragam sekali, mulai dari hakikatnya sebagai makhluk Allah SWT dan hakikatnya sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain hakikat manusia itu adalah adanya hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia itu sendiri serta lingkungan (alam). Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif). Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu
  • 23. buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas. BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Setelah penulis selesai menyusun makalah ini yang pada dasarnya masih banyak kekurangan dan penulis telah menguraikan secara singkat terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi berkaitan tentang Hakikat Manusia, yaitu: 1. Dalam uraian singkat makalah di atas, Hakikat manusia itu sangat beragam sekali, mulai dari hakikatnya sebagai makhluk Allah SWT. 23
  • 24. dan hakikatnya sebagai makhluk sosial. 2. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang lain, dengan memiliki potensi akal, qolbu dan potensi-potensi lain untuk digunakan sebagai modal mengembangkan kehidupan. 3. Kualitas dan nilai manusia akan terkuak bila manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan naluri bebasnya itu berdasarkan pertimbangan aqliah yang dikaruniai Allah kepadanya dan dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling murni. 3.2 Saran