2. PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA
Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai
bahasa resmi di
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal ini
ditandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di
Medan 1954.
Pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,
diresmikan suatu bahasa nasional, yaitu bahasa
Indonesia. Nama baru ini bersifat politis, sejalan
dengan nama negara yang diidam-idamkan.
Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat,
tetapi mengalami proses pertumbuhan
secara perlahan dengan perjuangan yang sangat
keras.
3. Beberapa faktor yang memungkinkan
diangkatnya bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan menurut Prof. Dr.
Slamet Mulyana adalah
sebagai berikut :
1. Sejarah telah membantu
penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu
merupakan lingua franca (bahasa perhubungan
/ perdagangan) di Indonesia. Malaka pada
masa jayanya menjadi pusat perdagangan dan
pengembangan agama Islam. Dengan bantuan
para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke
seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota
pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa
perhubungan antar individu. Karena bahasa
Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan
sudah menjadi bahasa sebagian penduduk,
Gubernur Jenderal Rochusen kemudian
menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan
bahasa pengantar di sekolah untuk mendidik
calon pegawai negeri bangsa bumi putera.
4. 2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang
sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang
sederhana itu, bahasa Melayu mudah dipelajari.
Dalam bahasa ini tidak dikenal gradasi (tingkatan)
bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa
Sunda dan Bali, atau pemakaian bahasa kasar
dan bahasa halus.
3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku Jawa
dan Sunda telah dengan sukarela menerima
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional,
sematamata karena didasarkan kepada keinsafan
akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa
nasional untuk seluruh kepulauan Indonesia.
4. Bahasa Melayu mempunyai
kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti luas.
5. Pertumbuhan Bahasa
Indonesia
A. Sebelum Masa Kolonial
Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya
pada abad VII. Hal ini terbukti dengan adanya
empat buah batu bertulis peninggalan
kerajaan Sriwijaya. Keempat batu bersurat itu
ditemukan di Kedukan Bukit (680), di Talang Tuwo
(dekat Palembang) (684), di Kota Kapur
(Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi)
(688).
Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu.
Di situ ditemukan sebuah prasasti yang terkenal
bernama inskripsi Gandasuli (832)
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis
dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa
Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu
Ambon, Timor, Manado, dsb.
6. B. Masa Kolonial
Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada
abad XVII, mereka menghadapi suatu kenyataan
bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa
resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam
perdagangan.
Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda
mendirikan sekolah-sekolah, mereka terbentur
dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan
bahasa Portugis dan Belanda sebagai bahasa
pengantar mengalami kegagalan. Demikian
pengakuan Belanda Dancerta tahun 1631. Ia
mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku
memakai bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar.
C. Masa Pergerakan Kebangsaan
Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan
terasa perlu adanya suatu bahasa nasional, untuk
mengikat bermacam-macam suku bangsa di
Indonesia. Suatu pergerakan yang besar dan hebat
hanya dapat berhasil kalau semua rakyat
diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa
yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang.
7. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan
bahasa mana yang akan menjadi bahasa
persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan
untuk mempersatukan berbagai suku bangsa
akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan
memilih bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar.
Dengan adanya bermacam-macam faktor
seperti tersebut di atas, akhirnya pada tanggal
28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya
Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta
dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah
Pemuda”.
1. Kami putra-putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu – Tanah air
Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
3. Kami putra-putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan bahasa Indonesia.
8. D. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan
Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang
memasuki
Indonesia, bahasa Indonesia telah menduduki
tempat yang penting dalam perkembangan
bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk
menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti
bahasa Belanda tidak terlaksana. Bahasa
Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar
di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk
keperluan ilmu pengetahuan.
9. FUNGSI DAN
KEDUDUKAN BAHASA
INDONESIA
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang
sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar
ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:
Kami putra dan putri Indonesia
menjunjungbahasapersatuan,
bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional,
kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa
daerah. Selainitu , di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV,
Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa
Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa
negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian
ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.
Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional, sesuai dengan
Sumpah Pemuda
1928, dan kedua bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa negara,
sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
10. Fungsi Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Nasional
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
2. Lambang identitas nasional
3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah,
dan antarbudaya.
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai
suku bangsa dengan latar belakang sosial ,
budaya , dan bahasanya masing –masing . ke
dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
11. Lambang kebanggaan
kebangsaan
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita.
Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia kita
pelihara dan kita
kembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya
senantiasa kita bina
Lambang Identitas Nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia kita junjung , di samping bendera dan
lambang negara kita. Bahasa Indonesia dapat
memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat
pemakainya membina dan mengembangkannya
sehingga terhindar dari unsur-unsur bahasa lain
yang tidak diperlukan.
12. Alat perhubungan
antarwarga, antardaerah,
dan antarbudaya.
Sebagai alat perhubungan antarwarga,
antardaerah, dan antar suku
bangsa, bahasa Indonesia dipakai untuk
berhubungan antar suku bangsa
di Indonesia sehingga kesalahpahaman
sebagai akibat perbedaan latar
belakang sosial, budaya, dan bahasa tidak
perlu terjadi.
13. Di samping ketiga fungsi di atas, bahasa
Indonesia juga berfungsi
sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya
penyatuan berbagai suku
bangsa yang memiliki latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang
berbeda-beda ke dalam satu kesatuan
kebangsaan yang bulat. Di dalam
hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan
berbagai-bagai suku
bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai
bangsa yang bersatu tanpa
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan
kepada nilai-nilai sosial
budaya serta latar belakang bahasa daerah
yang bersangkutan. Dengan
bahasa nasional, kita dapat meletakkan
kepentingan nasional di atas
kepentingan daerah atau golongan.
14. Fungsi Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Negara
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar di dalam dunia
pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan
teknologi.
15. Sebagai Bahasa Resmi
Kenegaraan
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Indonesia dipakai antara lain: di dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan,
dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan
serta surat-surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
16. Sebagai Bahasa Negara
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Alat Pengembangan
Kebudayaan, Ilmu
Pengetahuan, dan
Teknologi
Sebagai alat pengembangan kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi,
bahasa Indonesia dipakai sebagai alat yang
memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional
17. sehingga ia memiliki cir-iciri dan identitasnya
sendiri , yang membedakannya dari
kebudayaan daerah.
RAGAM BAHASA
Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki
bermacam-macam ragam sesuai dengan
fungsi, kedudukan, serta lingkungannya.
Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas
ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan
terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan
takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis
baku dan ragam tulis takbaku. Bahasa
Indonesia baku dipakai dalam (1) Karang-
mengarang, (2) pembicaraan pada situasi
formal, (3) pembicaraan di depan umum, dan
(4) pembicaraan di depan orang yang
dihormati; bahasa Indonesia tidak baku dipakai
dalam situasi santai. Kedua ragam bahasa itu
dapat hidup berdampingan.
18. Sifat Ragam Bahasa Baku
Ragam bahasa baku memiliki tiga sifat sebagai
berikut.
1. Kemantapan dinamis: di samping memiliki
kaidah dan aturan, relati
luwes atau terbuka untuk perubahan sejalan
perubahan masyarakat.
2. Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan
proses pemikiran yang
rumit di berbagai ilmu dan teknologi.
3. Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan
bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman
19. Macam-Macam Ejaan
Sebelum tahun 1900 setiap peneliti bahasa
Indonesia (pada waktu itu bahasa Melayu)
membuat sistem ejaannya sendiri-sendiri,
sehingga tidak terdapat kesatuan dalam ejaan.
Pada tahun 1900, Ch. van Ophuysen mendapat
perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan
mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya
itu ia sekedar mempersatukan bermacam-
macam sistem ejaan yang sudah ada, dengan
bertolak dari sistem ejaaan bahasa Belanda
sebagai landasan pokok. Dengan bantuan
Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim, akhirnya
ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab
Logat Melajoe, yang terkenal dengan nama
Ejaan van Ophuysen atau ada juga yang
menyebutnya Ejaan Balai Pustaka, pada tahun
1901. Ejaan tersebut tidak sekali jadi tapi tatap
mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan
baru pada tahun 1926 mendapat bentuk yang
tetap.
20. Selama Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938
telah disarankan agar ejaan itu lebih banyak
diinternasionalisasikan. Dan memang dalam
perkembangan selanjutnya terutama sesudah
Indonesia merdeka dirasakan bahwa ada
beberapa hal yang kurang praktis yang harus
disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan
itu telah dirancangkan waktu pendudukan
Jepang. Pada tanggal 19 Maret 1947
dikeluarkan penetapan baru oleh Menteri
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan
Suwandi (SK No. 264/Bag.A/47) tentang
perubahan ejaan bahasa Indonesia; sebab itu
ejaan ini kemudian terkenal dengan nama Ejaan
Suwandi. Sebagai dampak dalam keputusan di atas,
bunyi oe tidak semuanya diganti dengan u. Baru pada
tahun 1949, menurut surat edaran Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tanda oe mulai 1 Januari
1949 diganti dengan u.
21. Ejaan van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut
dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh
Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal
yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai
berikut :
1.Huruf j untuk menuliskan kata-kata
jang, pajah, sajang.
2.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, oemoer.
3.Tanda diakritik, seperti koma ain dan
tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.
22. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi
diresmikan menggantikan ejaan van
Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang
perlu diketahui sehubungan dengan pergantian
ejaan itu adalah sebagai berikut :
1.Huruf oe diganti dengan u, seperti pada
guru, itu, umur.
2.Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
3.Kata ulang boleh ditulis dengan angka
2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4.Awalan di- dan kata depan di kedua-
duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada
dirumah, dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
23. Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia
dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin
Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden
Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia.
24. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku
kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No.
156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan yang berupa pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut
direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
25. Beberapa hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.
1. Perubahan Huruf ejaan Soewandi
Ejaan yang Disempurnakan
dj= djalan, djauh j jalan, jauh
j= pajung, laju y payung, layu
nj= njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj= isjarat, masjarakat sy isyarat,
masyarakat
tj= tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch =tarich, achir kh tarikh, akhir
2. Huruf-huruf di bawah ini, yang
sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad
asing, diresmikan pemakaiannya.
F= maaf, fakir
v =valuta, universitas
z =zeni, lezat
26. 3. Huruf-huruf q dan x yang lazim
digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai
a:b=p:q
Sinar-X
4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan
dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai
awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau
ke sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
27. 5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf,
tidak boleh digunakan angka 2.
anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
TATA KALIMAT
PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat ialah suatu bagian ujaran yang berdiri
sendiri danbermakna dan diakhiri oleh intonasi
akhir. Sebuah kalimat sekurangkurangnya
memiliki subjek dan predikat.Banyak hal yang
dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa
Indonesia. Beberapa hal yang patut
memperoleh perhatian kitasehubungan dengan
upaya kita untuk memahami struktur kalimat
adalah :
(1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat, (3)
pola kalimat, (4) kalimat majemuk.
28. ALAT UJI KALIMAT
Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis,
merupakan sebuah kalimat atau baru
merupakan sebuah gabungan kata (frasa)?
Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang
benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat
penyusunan kalimat. Set iap kalimat sekurang-
kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau
kelompok kata dapat berfungsi sebagai predikat
jika dapat disertai kata benda atau kelompok
kata benda yang mempunyai relasi predikat.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. CIRI-CIRI UNSUR
KALIMAT
Apakah tuturan yang kita hasilkan
memenuhi syarat sebagai
kalimat? Salah satu syaratnya adalah
kelengkapan unsur kalimat, yaitu
subjek, predikat, objek, keterangan,
pelengkap.
1. Subjek: Subjek dapat diketahui dari
jawaban atas pertanyaan siapa
atau apa predikat.
Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas
makalah.
2. Predikat: Predikat dapat diketahui dari
jawaban atas pertanyaan
bagaimana atau mengapa subjek.
Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.
42. 3. Objek: Objek dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Objek hanya
terdapat pada kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja transitif.
Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan
masalahnya.
Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa
itu.
4. Pelengkap: Pelengkap tidak dapat
menjadi subjek sebab tidak dapat
dipasifkan.
Contoh: Mereka belajar matematika
dengan sungguh-sungguh.
5. Keterangan: Posisi keterangan dapat
berpindah-pindah di depan,
tengah, atau akhir kalimat.
Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.
43. POLA DASAR KALIMAT
(1.a) Kalimat Dasar Berpola S-P (P1 KK)
Mereka pulang.
Semua peserta datang.
(1.b) Kalimat Dasar Berpola S-P (P2 KB)
Dia mahasiswa.
Ayahnya pengusaha.
(1.c) Kalimat Dasar Berpola S-P (P3 KS)
Mahasiswa di sini pandai-pandai
Gedungnya tinggi-tinggi.
44. (2) Kalimat Dasar Berpola S-P-
K
•Presiden berasal dari Jawa
Tengah.
•Kalung itu terbuat dari emas.
(3) Kalimat Dasar Berpola S-P-
Pel.
•Negara RI berdasarkan
Pancasila.
•Kantor kami kemasukan pencuri
45. (4.a) Kalimat Dasar Berpola S-P-O
(P1 KK transitif)
Mahasiswa membuat makalah.
Wartawan mencari berita.
(4.b) Kalimat Dasar Berpola S-P-O-
Pel (P1 KK dwitransitif)
Ayah mengirimi saya uang.
Presiden menganugerahi para
pahlawan tanda jasa.
(5) Kalimat Dasar Berpola S-P-O-K
Mereka mengadakan penelitian di
luar kota.
Para mahasiswa mengikuti KKN di
daerah .
46. Jenis Kalimat Menurut
Fungsinya
Menurut fungsinya, kalimat dapat terbagi
menjadi empat macam, yaitu kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaa, kalimat
perintah dan kalimat seruan. Kalimat-
kalimat tersebut dapat berbentuk positif
ataupun negatif.
1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Bentuk kalimat ini dipakai jika seseorang
ingin menyatakan sesuatu dengan
lengkap kepada lawan bicaranya saat ia
ingin menyampaikan informasi
47. 2. Kalimat pertanyaan (Interogatif)
Kalimat ini digunakan jika seseorang ingin
memperoleh informasi atau mencari tahu
sesuatu. Kalimat ini sering menggunakan kata
tanya, misalnya apa, bagaimana, di mana,
mengapa dan kapan,
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat ini digunakan untuk memberikan
suatu perintah (menyuruh) atau melarang
seseorang untuk berbuat sesuatu.
4. Kalimat Seruan
Kalimat ini digunakan untuk mengungkapkan
perasaan yang mendadak
48. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau
pendengar seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis.
Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri
kesepadanan struktur, keparalelan bentuk,
ketegasan makna, kehematan kata,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan
dan kelogisan bahasa.
49. Kesepadanan
Kesepadanan merupakan keseimbangan
antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kalimat yang
sepadan adalah kalimat yang memiliki
kekompakan pikiran dan bahasanya
Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu.
Misalnya kalimat bentuk pertama
menggunakan verba, maka kalimat bentuk
kedua juga harus menggunakan verba.
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan adalah
sesuatu hal yang ditekankan pad aide
pokok kalimat.
50. Kehematan
Kehematan merupakan penggunaan kata, frase atau
bentuk lain yang tidak berlebihan. Maksud dari
penghematan tidaklah harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat, tetapi
penghematan terhadap kata yang memang sebenarnya
tidak diperlukan dalam kalimat tersebut.
Kecermatan
Suatu kalimat tidak diperbolehkan memiliki arti ganda
atau ambigu dan harus tepat dalam pemilihan katanya.
Hal inilah yang disebut dengan kecermatan
Kepaduan
Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu, sehingga informasi yag disampaikannya tidak
terpecah-pecah, maka perlu dihindari kalimat yang
panjang dan bertele-tele.
Kelogisan
Kelogisan merupakan ide kalimat yang dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan EYD.
51. PARAGRAF
DEFINISI PARAGRAF :
Menuangkan buah pikiran secara teratur
dan terorganisasi kedalam sebuah tulisan
sehingga pembaca dapat mengikuti dan
memahami jalan pikiran seseorang, tidaklah
mudah. Banyak orang fasih berbicara,
namun kurang mampu menuangkan
gagasannya secara tertulis. Kalaupun ahli-
ahli bicara itu mampu menuliskan
gagasannya dengan baik, biasanya hal ini
terjadi sesudah melalui latihan yang intensif,
baik secara formal maupun nonformal. Hal
ini wajar karena kemampuan menulis
merupakan hasil proses belajar dan
ketekunan.
52. Paragraf merupakan inti penuangan buah
pikiran dalam sebuah karangan. Dalam
paragrap terkandung satu unit buah pikiran
yang didukung oleh semua kalimat dalam
paragraf tersebu mulai kalimat pengenal,
kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-
kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan.
53. SYARAT PARAGRAF
Paragraf merupakan satu kesatuan pikiran
yang dibangun dengan
serangkaian kalimat. Satu kesatuan pikiran
merupakan komponen isi dan
satu rangkaian kalimat merupakan komponen
bentuk paragraf. Satu
kesatuan pikiran dan satu kesatuan bentuk
merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi sebuah paragraf. Dalam
sebuah paragraf harus memenuhi
tuntutan koherensi dalam isi (coherencein
meaning) dan kohesi (hubungan yang erat)
dalam
bentuk (cohesion in form)
54. Syarat Koherensi
Yang dimaksud dengan koherensi ialah
kesatuan isi atau
kepaduan maksud; koherensi paragraf ialah
kepaduan isi paragraf.
Paragraf yang tidak menunjukkan adanya
kepaduan isi disebut paragraf
yang tidak koheren.
Demi terpenuhinya tuntutan koherensi
paragraf, ada dua hal
pokok yang harus diperhatikan. Kedua hal
yang dimaksud ialah (1)
kokohnya kalimat penjelas dalam
menjelaskan ide pokok dan (2)
logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau
tempat, dan proses.
55. Syarat Kohesi
Kohesi mengandung arti hubungan yang
erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif
berarti padu. Jadi, paragraf yang baik
dituntut untuk mempunyai hubungan
antarkalimat yang erat, perpaduan
antarkalimat yangkokoh.Untukmemperoleh :
(a)Konjungsi,
(b)Pronomina,(kata yang dipakai mengganti
kt orang/benda = aku,engkau, dia)
(c) Repetisi (latihan)
(d) Sinonim (persamaan kata)
(e) Hiponim (hub.antara spesifik dan makna
generik)
(f) Paralelisme (kemiripan)
(g) Elipsasi
56. JENIS PARAGRAF
Berdasarkan jenisnya, paragraf dapat
dibedakan :
(1) berdasarkan nalar atau letak kalimat
topik,
(2) berdasarkan teknik pengembangan, dan
(3) berdasarkan fungsinya.
57. Paragraf Berdasarkan
Nalar
Nalar atau logika secara singkat dapat
diartikan jalan pikiran yang sesuai
dengan akal; bernalar sama dengan
berpikir logis. Penalaran sama dengan
proses menggunakan nalar atau proses
menggunakanpikiran secara logis.
Secara umum dikenal paragraf deduktif,
induktif, deduktif –induktif, dan dekriptif –
naratif.
58. Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf
mencakup dua hal:
Kemampuan memerinci secara
maksimal gagasan utama alinea
ke dalam gagasan-gagasan
bawahan;
Kemampuan mengurutkan
gagasan-gagasan bawahan ke
dalam suatu urutan yang teratur.
59. KARANGAN
Karangan merupakan karya tulis hasil
dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan
menyampaikanya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami.
60. Lima jenis karangan yang umum
dijumpai dalam keseharian adalah :
1. Narasi
2. deskripsi
3. eksposisi
4. argumentasi
5. persuasi.
61. Karangan dapat dibedakan atas
beberapa macam penggolongan
(klasifikasi). Dapat dibedakan atas
kararangan prosa dan karangan puisi.
Dapat dibedakan atas karangan ilmiah
dan non ilmiah. Dapat pula dibedakan
atas karangan fiksi dan non fiksi. Dan
masih bisa dibedakan atas penggolongan
lain lagi; sesuai dengan kebutuhan
pengarangnya.
62. Karangan Narasi
Karangan narasi adalah karangan yang
menceritakan seseorang atau beberapa
orang dengan beberapa kejadian atau
peristiwa. Rangkaian kejadian atau
peristiwa tersebut biasanya disusun
berdasarkan urutan waktu (secara
kronologi).
63. Isi karangan narasi dapat berupa fakta
atau peristiwa yang dialami seseorang
yang benar-benar terjadi juga dapat
berupa khayalan juga rekaan.
Berdasarkan hal tersebut karangan
narasi dibagi menjadi dua bagian,yaitu
narasi fiksi dan narasi nonfiksi. Narasi
fiksi meliputi
dongeng,hikayat,cerpen,roman atau
novel, sedangkan narasi nonfiksi meliputi
biografi dan otobiografi.
64. Meliahat uraian diatas dapatlah ditarik
suatu kesimpulan bahwa yang disebut
adalah karangan yang menceritakan
kehidupan seseorang atau beberapa
orang dengan ciri-ciri karangannya
sebagai berikut :
a. harus ada tokoh
b. harus ada dialog
c. harus ada konflik.
65. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi disebut karangan
lukisan atau gambaran tentang sesuatu
hal. Hal yang digambarkannya itu dapat
berupa sifat, tingkah laku,keadaan
tempat, keadaan perasaan seseorang
dan lain-lain.
66. Lukisan dalam deskripsi harus
diusahakan sedemikian rupa agar
pembaca seolah-olah melihat sendiri apa
yang kita lukiskan tersebut. Berdasarkan
hal tersebut diatas, deskripsi adalah
sebuah karangan yang menggambarkan
sesuatu hal berdasarkan pengalaman
indera seseorang (pengalaman
penglihatan,pendengaran,penciuman,per
asaan). Dengan pengalaman inderanya
tersebut seorang penulis akan dengan
mudah menuangkan hal yang
dilihat,didengar,dicium,dan dirasanya
kedalam kalimat demi kalimat.
67. Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan
yang berusaha menerangkan suatu hal ,
karangan eksposisi adalah karangan
yang menjelaskan suatu proses
Karangan eksposisi disebut juga karangan
paparan
68. Berdasakan hal tersebut, yang ternasuk
kedalam eksposisi yaitu :
menguraikan taktik gerilya bangsa
Indonesia dalam merebut kemerdekaa;
menjelaskan tujuan didirikannya sebuah
panti asuhan;
menguraikan perkembangan dan
peradilan manusia;
memberikan petunjuk bagaimana cara
membuat tahu dan lain-lain.
69. Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi disebut juga
karangan alasan , untuk membuat
karangan ini, penulis terlebih dahulu
harus mengamati berbagai persoalan
yang terjadi :
70. Setelah pengamatan dilakukan timbulah
sebuah opini atau pernyataan atas
pengamatannya tersebut. Opini yang
dimunculkan tersebut harus berlandaskan
pada alasan-alasan yang logis dan
rasional bahkan lengkapnya dengan
pembuktian
71. Karangan Persuasi
Karangan persuasi disebut juga karangan ajakan
atau himbauan. Karangan ini oleh banyak orang
digolongkan kedalam karangan argumentasi.
Mengapa demikian? karena karangan persuasi
memiliki cirri yang sama dengan argumentasi
yaitu didahului oleh sebuah opini yang
membedakannya dengan argumentasi yaitu pada
bagian akhir ada sebuah kalimat ajakan atau
himbauan, sedangkan argumentasi tidak
demikian.
72. Tema,Topik,Judul
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide
pikiran dalam membuat suatu tulisan.
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”,
berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu
yang telah ditempatkan. Tema merupakan
amanat utama yang disampaikan oleh penulis
melalui karangannya. Dalam karang mengarang,
tema adalah pokok pikiran yang mendasari
karangan yang akan disusun. Dalam tulis
menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan
disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan
menentukan arah tulisan atau tujuan dari
penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti
menentukan apa masalah sebenarmya yang
akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
73. Syarat Tema yang Baik :
1. Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus
untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan
dengan tema tersebut.
2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan
tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih
mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah
bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila
cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat
memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai
sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum
cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih
bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.
74. tema dapat dikesan
melalui:
1. Perwatakan watak-watak
dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa,kisah,suasana
dan unsur lain seperti nilai-
nilai kemanusian dan
kemasyarakatan yang
terdapat dalam cerita.
3. Persoalan-persoalan
yang disungguhkan dan
kemudian mendapatkan
pokok persoalannya secara
keseluruhan.
4. Plot cerita.
75. Topik
Pengertian Topik:
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani
“topoi” yang berarti tempat, dalam tulis
menulis bebarti pokok pembicaraan atau
sesuatu yang menjadi landasan
penulisan suatu artikel.
76. Cara membatasi sebuah topik dapat
dilakukan dengan mempergunakan cara
sebagai berikut:
1.Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam
kedudukan sentral.
2.Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang
berada dalam kedudukan sentral itu masih
dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat,
tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik
pertama tadi.
3.Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan
dipilih.
4.Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi
masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
Topik karangan merupakan jawaban atas
pertanyaan
“Masalah apa yang akan ditulis? dan hendak
menulis tentang apa?”
Ciri topik → permasalahannya yang bersifat
umum dan belum terurai
77. Judul
Pengertian Judul :
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku,
bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain;
identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya
tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang
manarik perhatian dan adakalanya
menentukan wilayah (lokasi).
Dalam artikel judul sering disebut juga kepala
tulisan.
Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan
singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur
isi bahasan.
Judul hendaknya dibuat dengan ringkas,
padat dan menarik. Judul artikel diusahakan
tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup
menggambarkan isi bahasan
78. Syarat-syarat pembuatan judul :
1. Harus relevan, yaitu harus mempunyai
pertalian dengan temanya, atau ada pertalian
dengan beberapa bagian penting dari tema
tersebut.
2. Harus provokatif, yaitu harus menarik
dengan sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keinginan tahu dari tiap
pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil
bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi
harus berbentuk kata atau rangklaian kata
yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari
lima kata.
79. Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
1.Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian
utama berita, sehingga hubugannya dengan
bagian utama nampak jelas.
2.Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya
dengan bagian utama berita tapi tetap
menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
80. Fungsi Judul
1. Merupakan identitas/cermin dari jiwa
seluruh karya tulis
2. Temanya menjelaskan diri dan menarik
sehingga mengundang orang untuk
membacanya atau untuk mempelajari isinya.
3. Merupakan gambaran global tentang arah,
maksud, tujuan, dan ruang
lingkupnya.
4. Relevan dengan isi seluruh naskah,
masalah maksud,dan tujunnya