ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
KELOMPOK 2 (Mengatasi Berbagai Macam Ujian dan Cobaan.pdf
1. MENGATASI BERBAGAI MACAM
UJIAN DAN COBAAN
NAMA KELOMPOK 2 : AFRINA SATRIANINGRUM
BUNGA SYAFITRI
MUTIARA RIZKI AMELIA
TEGAR FADHILAN AKBAR
VIOLLA AULIA FAROS PUTRI
2. A. Berbagai Macam Ujian dan Cobaan
Q.S. Al-Baqarah/2: 155 - 157
1.
ٓاَذِإ َنِذيَّل)ٱ١٥٥( َنيِرِبٰـ َّصٱل ِر ِّشَبَو ۗ ِتَٰرَمَّثٱلَو ِسُفنَأْلٱَو ِلَٰو ْمَأْلٱ َنِّم ٍۢصَنْقَو ِعوُجْلٱَو ِفْوَخْلٱ َنِّم ٍۢءْى َشِب مَّنُكَوُلْبَنَلَو
ُمُه َكِئ
ٰٓـَل۟و
ُأ
َو ۖ ٌۭةَرْحَمَو ْم ِهِّبَّر نِّم ٌۭتَٰوَل َص ْم ِهْيَلَع َكِئ
ٰٓـَل۟و
ُأ)١٥٦( َنوُعِجَٰر ِهْيَل
ِإ ٓاَّنِإَو ِهَّلِل اَّنِإ
۟آوُلاَق ٌۭةَبي ِصُّم مُهْتَبٰـ َصَأ
)١٥٧( َنُدوَت ْهُمْلٱ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa,
dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (155).
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innā lillāhi wa innā ilaihi
rāji'ūn.' (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)"(156). "Mereka itulah
yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk" (157).
(Q.S. Al-Baqarah/2:155-157)
Sekilas penjelasan Q.S. Al-Baqarah/2: 155-157
Ujian dan cobaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Anda sekarang dapat
duduk di kelas 12 madrasah aliyah karna telah melampaui berbagai macam ujian dan di nilai berhasil. Jika
kamu tidak berhasil, tentu tidak naik kelas.
3. Beberapa bulan lagi kalian juga akan menghadapi ujian akhir sekolah agar dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dalam ajaran islam, hidup adalah ujian agar dapat di ketahui siapa
sebenarnya manusia yang amalnya lebih baik . Allah swt berfirman dalam surah Al-Mulk/67 ayat 2
ُۙرۡوُفَغۡلاُزۡيِزَعۡلا َوُهَو ؕ اًلَمَع ُن َسۡحَا ۡمُكُّيَا ۡمُكَوُلَيۡبِل َةوٰيَحۡلاَو َتۡوَمۡلا َقَلَخۡىِذَّلۨا
"(Allah) Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya.
Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun".
(Q.S. Al-Mulk/67:2)
Jadi,jelaslah bahwa ujian atau cobaan adalah sarana untuk meningkatkan kedudukan seseorang. Orang
yang beriman harus siap diuji agar keyakinannya bertambah kuat,kukuh,dan tabah dalam menghadapi
berbagai bentuk ujian (Q.S Al-Ankabut 45 : 2). Ada beberapa istilah yang disebabkan yang digunakan
dalam ayat Al-Qur'an untuk pengertian dan cobaan, misalnya al-ibtila' ,al-bala',al-musibah,al-fitnah dan
lain sebagainya. Pada umumnya manusia memahami sesuatu itu sebagai ujian atau cobaan jika
dirasakannya berat dan tidak menyenangkan.
4. Sering tidak terpikirkan dan dirasakannya sebagai ujian dan cobaan jika sesuatu itu membuatnya senang
dan mengasikkan. Padahal menurut Al-Qur'an, ujian itu ada adakalanya berbentuk sesuatu yang
tampaknya menyenangkan sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Anfal/8 ayat 28.
ࣖ ٌمْي ِظَع ْجٌرَا ٓٗهَدْنِع َهّٰللا َّنَاَّوۙ ٌةْتَنِف ْمُكُد اَلْوَاَو ْمُكُلاَو ْمَا ٓاَمَّنَا آْوُمَلْعاَو
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar".
(Q.S. Al-Anfal/,8:28)
Pada surah al-baqarah ayat 155 Allah swt mengingatkan manusia, terutama orang-orang yang beriman
agar siap menerima berbagai macam bentuk cobaan dari Allah semangat salah yang berupa perasaan
takut (khauf), kelaparan (ju'un), kekurangan harta benda (naqsul-amwal), meninggalnya seseorang yang
dekat (naqsul-anfus) dan kekurangan buah-buahan (naqsus-samarat). 5 bentuk cobaan tersebut harus
dihadapinya dengan kesabaran. Pada setiap hari pada setiap diri manusia pasti ada rasa ketakutan yang
hakikatnya adalah pangkal dari berbagai cobaan hadapilah percobaan tersebut dengan sabar caranya
tingkatan keimanan dan tawakal kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
5. Jika kamu ingin menjadi orang yang sukses dijaga rasa takut lemah kegagalan hadapilah sesuatu dengan
perhitungan dan jalan terburu karena terburu-buru adalah ajatan setan. Apabila seseorang sudah dapat
mengatasi jawaban yang berupa ketakutan dengan sabar semua bentuk cobaan lainnya insya Allah akan
dapat dihadapinya dengan lebih sadar sabar. Berbahagialah orang-orang yang seperti itu.
Pada ayat 156, Allah swt menjelaskan ciri-ciri orang yang sabar, yaitu orang yang selalu sadar sebagai
makhluk yang lemah sehingga selalu ingat kekuasaan Allah swt
َنوُعِجاَر ِهْيَل
ِإ اَّنِإَو ِهَّلِل اَّنِإ
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami pasti kembali."
Kalimat ini dinamakan kalimat istirja' (pernyataan kembali kepada Allah swt). Bagi orang yang terkena
musibah, baik besar ataupun kecil disunahkan mengucapkan ini.
Pada ayat 157, dijelaskan bahwa orang yang sabar akan mendapatkan beberapa kedudukan, yaitu
sholawat dari Allah subhanahu wa ta'ala (keberkahan yang sempurna) dan kasih sayang-Nya, sehingga
mereka tergolong orang orang yang mendapatkan petunjuk. Dalam tafsir Ibnu Abbas disebutkan, bahwa
maksud: "Salawatum min Rabbihim wa Rahmah" adalah ampunan dari dosa-dosa di dunia, dan rahmat
berarti keselamatan dari berbagai azab di akhirat.
6. Sedang dalam tafsir Jalalain kata Salawatum mir Rabbihim diartikan sebagai ampunan
(maghfirah) dan Rahmah berarti kenikmatan (nikmat). Dalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan
bahwa orang yang sabar akan mendapatkan ampunan dan pujian dari Allah swt serta
ketenangan hati. Ketenangan hati adalah rahmat dari Allah swt yang hanya dimiliki oleh orang-
orang yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah swt. Itulah pahala yang disediakan
bagi orang-orang yang sabar. Bagi orang yang tidak beriman atau tipis imannya, ketika mereka
ditimpa musibah cepat putus asa dan dunia yang luas ini akan terasa sempit sehingga sering
mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Sabar itu tidak berarti pasrah dan menerima secara
pasif ujian Allah swt. Sebaliknya, sabar berarti aktif dan dinamis dalam setiap menunaikan
syariah-Nya. Kesabaran harus selalu mengiringi dalam tiga keadaan.
2. Hadits tentang Orang yang Paling Banyak Menerima Cobaan
،ُلَث ْمَأْلاَف ُلَث ْمَأْلا َّمُث ،اُءَيِبْنَأْلَا اَلَق ؟ ًء َالَب ُّد َشلَا اِسَّنال ُّي
َأ : ِهّٰللا َلْو ُسَر اَي ُتُقْل : اَلَق ِهْيِب
َأ ْنَع ٍدْع َس ِنْب ِبَع ْصُم ْنَع
ُحَرْنَي اَمَف ،ِنِهْيِد ِب ْسَح ىَلَع ًةَّقِر ِنِهْيِد ْيِف َناَك ْنِاَو ،ُهُٔو اَلَب َّدَت ْشِا اًبْل ُص ُهُنْيِد َناَك ْنِإ
َف ،ِنِهْيِد ِب ْسَح ىَلَع ُلَّرُجال ىَلَتْبُي
)الترمذي رواه ( ٌةَئْي ِطَخ ِهْيَلَع اَم َو ِضْرَأْلا ىَلَع ْي ِش ْمَي ُهَكُرْتَي ىَّتَح ِدْبَعْلاِب ُء اَلَبْلا
7. "Mus'ab bin Sa'ad dan ayahnya, dia berkata. "Aku bertanya, Wahai Rasulullah saw.: "Siapakah manusia
sang paling berat cobaannya?" 'Beliau menjawab, 'Para Nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian
yang sepertinya. Sungguh seseorang itu diuji berdasarkan (kualitas) keagamaannya, jika agamanya
kuat, ujiannya pun berat. Sebaliknya, jika (kualitas) keagamaannya lemah dia pun diuji berdasarkan
(kualitas) keagamaannya. Ujian tidak akan pernah berhenti menimpa seorang hamba sehingga ia
berjalan di muka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan"
(HR. Tirmidzi)
Sekilas penjelasan hadits tentang orang yang paling banyak menerima cobaan
Para nabi dan rasul adalah manusia pilihan Allah SWT. Oleh karena itu Allah SWT pasti akan menyeleksi
kualitas keimanannya dengan berbagai macam ujian dan cobaan yang lebih berat daripada manusia
lainnya. Apalagi ujian dan cobaan para nabi dan rasul yang membawa misi menyebarkan agama Allah SWT,
tentu lebih berat lagi. Selanjutnya, orang yang ujian dan cobaannya berat adalah orang yang seperti para
nabi dan rasul, artinya orang yang melanjutkan misi para nabi dan rasul, yaitu memperjuangkan tegaknya
ajaran Allah SWT.
8. Berdasarkan hadis tersebut, tidak ada manusia yang bebas dari ujian dan cobaan. Semua akan diuji dan
dicoba oleh Allah SWT, berdasarkan kualitas keyakinan dan pengalaman agamanya. Semakin tangguh
akidah dan amaliya agamanya, agama semakin berat pula ujian dan cobaan seseorang. Dibalik ujian dan
cobaan, Allah SWT bermaksud menaikkan kedudukan mereka, yaitu menjadi manusia yang bersih dari dosa
sehingga aman dan siksa neraka dan lancar masuk ke surga. Dalam hadis riwayat Baihaqi disebutkan pula
sebagai berikut.
Abu Sa'ad pun bertanya' wahai Rausullah ,siapakah manusiay ang paling berat ujiannya?'
Rasulullah saw menjawab 'Para nabi' Kemudian aku bertama lagi,' lalu siapa lagi?' Rasulullah
sam menjawab, 'Kemudian orang shalih'. Sungguh ada di antara mereka yang diuji dengan
kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia gunakan. Sungghl para nabi dan
orang shalihi tu lebih bangga dengan ujian yang dideritanya melebihi kegembiraan kalian
ketika mendapat rezekil." (HR. Baihaqi)
َناَك ْنِإ ، َنْوُحُلا َّصال َّمُث : اَلَق ؟ ْنَم َّمُث ،ِهّٰللا َلْو ُسَر اَي : ُتُقْل ،اُءَيِبْنَأْلا : اَلَق ؟ ًء اَلَب ُّد َشَأ
ُساَّنال ُّي
َأ ،ِهّٰللا َلْو ُسَر اَي : ُتُقْل
( اِءَخِّرالِب ْمُكُدَح
َأ ُحَرْفَي اَمَك ِء اَلَبْلاِب ُحَرْفَيِل ْمُدُهَح
َأ َناَك ْنِإَو .اَهْنِوْحُي َةاَءَبِعْلا اَّل
ِإ ْمُدُهَحَا ُدِجَي اَم ىَّتَح ِرْقِفْلاِب ىَلَتُيْبَل ْمُدُهَح
َأ
)البيهقي رواه
9. Dalam hadis yang lain dijelaskan pula bahwa ketika Allah SWT menyenangi seseorang, dia akan diuji-Nya.
Apabila dia dapat menyikapinya dengan sabar dan ridha, Allah pun akan ridha terhadapnya. Sebaliknya
apabila hujan mencoba itu disikapinya dengan ketidaksukaan dan putus asaan Allah pun akan
menyikapinya demikian. Oleh karena itu, semakin berat ujian manusia akan semakin tinggi pula
kedudukannya di sisi Allah SWT.
َهَّللا َّنِاَو ِء اَلَبْلا ِم َظِع َعَم اِءَزَجْلا َم َظِع َّنِإ َمَّل َوَس ِهْيَلَع ُهّٰللا ىَّل َص ِهّٰللا َلْو ُسَر اَلَق : اَلَق ُكاِلَم ِنْبا ٍسَنَا ْنَع
)الترمذي رواه ( ُطَخ َّسال ُهَفَل َطِخ َس ْنَمَو ا َضِّرال ُهَفَل
َي ِضَر ْنَمَف ْمُه اَلَتْبِا اًمْوَق َّبَح
َأ اَذِإ
ىَلاَعَت
Anas bin Malik ra, berkata, "Rasulullah saw bersabda. Apabila Allah swt menghendaki hamba-Nya
menjadi orang yang baik. Allah menyegerakan penderitaannya di dunia Dan apabila Allah swt
menghendaki hambanya menjadi orang yang jahat, maka Dia menangguhkan balasan dasarya,
sehingga Allah swt. akan menuntutnya pada hari kiamat Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya
besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah swt itu ketika senang
kepada suatu kaum maka menurunkan cobaan kepada mereka. Jika mereka ridha, akan memperoleh
ridha Allah, tetapi apabila mereka benci, akan memperoleh kebencian dari Allah swt." (H.R. Tirmidzi)
10. B. Strategi Menghadapi Ujian dan Cobaanl
Q.S. Ali 'Imran/:186
1.
ْنِاَو ۗ اًرْيِثَك ىًذَا آْوُكَر ْشَا َنْيِذَّلا َنِمَو ْمُكِلْبَق ْنِم َبٰتِكْلا واُتْوُا َنْيِذَّلا َنِم َّنُعَم ْسَتَلَو ْۗمُك ِسْنُفَاَو ْمُكاِلَو ْمَا ْٓيِف َّنُوَلْبُتَل
ِرْوُمُاْلا ِمْزَع ْنِم َكِلٰذ َّنِاَف اْوُقَّتَتَو اُرْوِب ْصَت
"Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang
sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang (patut) diutamakan." (Q.S. Ali 'Imran/3:186)
Sekilas penjelasan Quran surah Ali Imran 3:186
Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin diingatkan tentang berbagai ujian dan cobaan yang akan
menimpanya baik dalam masalah harta benda maupun jiwanya. Bagi kaum muslimin harus siap untuk
diuji dalam kepemilikan harta bendanya, baik berupa ujian kekurangan harta benda ataupun berupa
kewajiban berkorban untuk mengeluarkan harta bendanya dalam berjuang menegakkan agama Allah
SWT
11. Kemudian kaum muslimin juga harus siap dalam menghadapi ujian dan cobaan yang berupa jiwa seperti
menahan kesakitan dan kepedihan sebab luka anggota tubuhnya akibat datangnya penyakit dan juga
meninggalnya suami, saudara, teman dalam berjuang membela kebenaran.
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ketika nabi Muhammad SAW dan kaum mukminin sampai di
Madinah sebelum terjadi perang badar, Allah SWT memberitahukan akan datangnya gangguan-gangguan
dari ahli kitab dan kaum musyrik Allah SWT. Menyuruh mereka agar menerima gangguan tersebut dan
kesabaran dan lapang dada. Allah swt menghibur mereka dengan firmannya : "jika kamu bersabar dan
bertakwa, sesungguhnya, yang demikian itu merupakan persoalan yang patut diutamakan." Menurut Ibnu
Abi hakim berdasarkan riwayat Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah SAW telah melaksanakan amanah Allah
SWT dalam ayat ini dengan cara memberikan maaf kepada ahli kitab dan kaum musyrik. Dengan cara
memaafkan perilaku mereka banyak diantara mereka di kemudian hari memeluk Islam.
12. 2. Hadits tentang Cara Terbaik Menghadapi Ujian dan Cobaan
َّنِإ ِنؤمُمْلا ِر ْمَأِل اًبَجَع : َمَّل َوَس ِهْيَلَع ُهللا ىَّل َص ِهللا وُل ُسَر اَلَق : اَلَق ُهْنَع ُهللا َي ِضَر ٍناَن ِس ِنْب ِبْيَه ُص ىَيْحَي يِب
َأ ْنَع
َناَكَف َرَب َص ،اُءَّر َض ُهْتَبا َصَأ ْنِإَو ،ُهَل اًرْيَخ َناَكَف ،َرَك َش اُءَّر َس ُهْتَبا َصَأ ْنِإ : ِنِمْؤُمْلِل اَّل
ِإ ٍدَحَأِل َكِلَذ َسْيَلَو ،ٌرْيَخ ُهَل ُهَّلُك ُهَر ْم
َأ
)(رواهمسلم ُهَل اًرْيَخ
Abi Yahya Suhaib r.a. berkata, 'Rasulullah saw bersabda, 'Sungguh mengagumkan perkara orang yang
beriman, karena seluruh perkaranya bernilai kebaikan, dan itu terjadi bagi orang mukmin. Apabila dia
mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, dia bersyukur, maka dia mendapatkan kebaigan. Dan
apabila dia mendapatkan kesusahan, dia bersabar, maka dia pun mendapatkan kebaika.'
(HR Muslim ).
13. Sekilas penjelasan hadis tentang cara terbaik dalam menghadapi ujian cobaan
Iman merupakan landasan yang akan memberikan makna kehidupan bagi manusia. Hidup di dunia ini
waktunya sangat pendek, dan lebih pendek lagi apabila manusia tidak beriman. Manusia yang tidak
beriman, beranggapan bahwa hidup ini akan berakhir ketika ajal telah menjemputnya, tetapi bagi
manusia yang beriman hidup di dunia ini menjadi sangat berharga, sebab waktunya sangat singkat tetapi
dapat membawa kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak.
Dalam hadist tersebut di jelaskan bahwa orang yang percaya Allah swt sangat beruntung, sebab pasang
surut gelombang kehidupan nya menjadi bermakna. Suka dan duka yang selalu menyertai dalam
hidupnya selalu berdampak positif. Orang beriman selalu bersyukur ketika mendapatkan sesuatu yang
menyenangkan dalam hatinya. Kebahagian mereka dapatkan di gunakannya untuk lebih mendekatkan
diri kepada allah yang maha pengasih yang telah memberinya kebahagian. Tidak untuk menjauhkan dan
melalaikannya. Dengan demikian , kenikmatan yang di terimanya akan semakin bertambah nilainya.
Sementara itu orang yang tidak beriman beranggapan bahwa kebahagian itu hasil dari jerih payah ny
sendiri sehingga akan di nikmati untuk memuaskan hawa nafsunya.Maka, dia harus menanggung
akibatnya.
14. Allah swt berfirrman
ٌدۡيِد َشَل
ۡىِباَذَع َّنِا ۡمُتۡرَكَف ۡن ِٕٮَلَو ۡمُكـَّنَدۡيِزَاَل ۡمُتۡرَك َش ۡن ِٕٮَل ۡمُكُّبَر َنَّذَاَت ۡذِاَو
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat." (Q.S. Ibrahim/14:7)
Bagi orang yang beriman, musibah yang menimpa pada dirinya akan diterima menjadi energi positif untuk
mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Yang maha penyayang. Tidak putus asa dan tidak pula berbuat
dosa, tetapi dihadapinya dengan sabar, tawakal, memohon ampun kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun
akan memberikan ampunan dan memuliakannya dengan mendapatkan kedudukan yang tinggi. Dalam
sebuah hadis disebut sebagai berikut.
15. Orang yang beriman selalu sadar bahwa hakikat kehidupan ini adalah cobaan. Suka dan duka dalam hidup
ini hakikatnya cobaan, sakit dan sehat adalah cobaan, anak durhaka dan anak sholeh pun coba,miskin dan
kaya juga coba bahkan, hidup dan mati juga cobaan, (Q.S. Al-Fajr/89: 15-16). Sebaliknya, bagi orang-orang
yang tidak beriman ketika ditimpa musibah akan mudah putus asa, menyalakan dan ingkar kepada Allah
SWT sebagai penciptanya (Q.S. Al-Fajr/89: 15-16).
ِةَنِمْؤُمْلاَو ِنِمْؤُمْلاِب ُء اَلَبْلا اُلَزَياَم : َمَّل َوَس ِهْيَلَع ُهّٰللا ىَّل َص ِهّٰللا َلْو ُسَر ُتْعِم َس : اَلَق ُهْنَع ُهّٰللا َي ِضَر َةَرْيَرُه ْيِب
َأ ْنَع
)الترمذي (رواه ٌةَئْي ِطَخ ِهْيَلَع اَمَو ىَلاَعَت ُهّٰللا ىَقْلَي ىَّتَح اِلِهَمَوِ ِدهَلَوَو ِه ِسَنْف ِفي
Abu Hurairahnr.a. berkata, Bersabda Rasulullsh saw, "Bertubi-tubi cobaan yang menimpa terhadap
orang mu'min laki-lakimdan perempuan pada jiwa, anak dan hartanya, sehingga dia akan
menghadap Allah swt tanpa dosa (sebab telah diampuni-Nya)".
(H.R. Tirmidzi)