SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 34
PENATALAKSANAAN
WATER SEAL DRAINAGE
Azis aimaduddin
Pembimbing:
dr. Soebandrijo, SpB. SpBTKV
dr. Darmawan I, SpBTKV
Pendahuluan
Chest tube placement atau tube thoracoscopy 
digunakan di semua negara  mengeluarkan
udara atau cairan dari kavum pleura maupun
pasca bedah toraks
Hipprocrates  mengeluarkan cairan
empiema dg kateter dan metal tubes (selang
besi)
abad 19, Hunter mengembangkan
pengeluaran cairan di dalam rongga dada 
jarum suntik.
Playfair (1875) memperkenalkan
water sealed drainage (WSD)
Pendahuluan
Hewitt (1876) sistem drainase tertutup untuk
empiema torasis, teknik ini disempurnakan dan
dipublikasikan oleh Bulau pada 1891.
Water sealed drainage semakin populer (1917)
 wabah empiema torasis pasca influensa.
Lilienthal (1922) mempekenalkan penggunaan
WSD pasca operasi torakotomi  terus
berkembang sampai saat ini.
Pada perkembangan lebih lanjut chest tube
sering disebut dengan WSD.
Definisi :
Water sealed drainage
(WSD)  sistim drainase
kedap air (water sealed)
 mengalirkan udara dan
atau cairan dari rongga
pleura
Tujuan utama
pemasangan WSD 
membuat tekanan intra
pleura positif  negatif
kembali
Fungsi pemasangan WSD
 Diagnostik
 Terapi
 Preventif
Kontra indikasi pemasangan
• tidak ada kontra indikasi absolut kecuali menempelnya
paru menempel di dinding dada atau ada giant bullae
• kontra indikasi relatif  gangguan pembekuan darah yang
tidak terkontrol
Indikasi pemasangan WSD
• Pneumotoraks – masif,
simptomatik, tension,
progresif
• Hemotoraks
• Luka tusuk dada
• Empyema /parapneumoni
effusion dg komplikasi
• Pleurodesis
• Pasca bedah toraks
• Fistel bronkopleura
• Chylotoraks
• Effusi masif simptomatik
Anatomi Toraks
 Toraks bagian tubuh manusia berbentuk tabung
diantara leher dan abdomen.
 dinding toraks dibentuk oleh kolumna vertebralis di
belakang, iga dan sela iga di samping dan sternum di
depan.
 toraks dibagi 2 bagian utama paru kiri dan kanan
 Mediastinum  superior, anterior dan posterior.
 Angulus ludovici tonjolan pertemuan korpus dan
manubrium sterni  sudut, setinggi sela iga 2 di
bagian depan dan diskus intervertebralis 4 dan 5.
 Pada laki-laki  papila mammae berada di sela iga
5 kiri sedikit lateral dari garis midklavikula.
 Triangulus auskulatorius  area segitiga yang
dibentuk skapula di lateral, superior dibatasi oleh
batas inferior m. trapezius, dan inferior dibatasi
batas superior m. latissimus dorsi.
 Angulus skapula inferior terletak pada iga ke 7
 Rongga pleura  rongga dibentuk oleh pleura viceral
yang menyelimuti paru dan pleura parietal yang
melapisi rongga dada inferior.
 Pada rongga pleura terdapat cairan lubrikan dalam
jumlah minimal
Peralatan
• steril sarung tangan
• cairan antiseptik kulit  iodine / klorhexidine dalam
alkohol
• kassa steril
• gauze swabs
• jarum suntik ukuran antara 21-25
• anaesthesi lokal, mis. lidokain 1% atau 2%
• scalpel
 benang jahit silk 1,2
 alat untuk diseksi
tumpul klem
melengkung
 guidewire dg dilator
(jika tabung kecil yg
digunakan)
 chest tube.
 pipa penghubung /
konektor
 sistem drainase
tertutup (termasuk air
steril jika under water
seal yang digunakan)
Ukuran selang dada
 Untuk drainase cairan  selang ukuran besar, minimal
28 – 30 F
 drainase udara  nomor 20 – 24 F.
 Adapun ukuran selang dada berdasar usia :
 8 – 12 F  anak kecil.
 16 – 20 F  anak dan dewasa
 24 – 32 F  rata-rata orang dewasa
 36 – 40 F  dewasa yang berbadan besar
Tempat insersi drain
 Pada dasarnya selang dada /
chest tube dapat dipasang
dimana saja  membuat
tekanan dalam rongga pleura
menjadi negatif kembali.
 Posisi paling umum  garis
pertengahan aksila, melalui
"segitiga aman“ mengurangi
risiko terhadap struktur dasar 
a. mamaria interna dan
menghindari kerusakan pada
jaringan otot dan payudara 
jaringan parut tidak begitu
nampak.
TeknikPemasanganChestTube
-Trocar tube thoracostomy
-Trocar tube thoracostomy (Inner trocar)
Operative tube thoracostomy
Guidewire tube thoracostomy (Seldinger
technic)
Trocartubethoracostomy
 Tindakan septik / aseptik
 Anaesthesi lokal
 Incisi kulit 2-4 cm deseksi
tumpul sampai pleura
 Masukkan trocar dalam
rongga pleura,stylet
dicabut, ibu jari menutup
lobang trocar.
 Masukkan chest tube lewat
lubang trocar, sementara
sisi proximal chest tube
diklem
 Tahan chest tube lalu trochar
ditarik keluar.
•Klem dipasang diantara trocar
dan dinding dada
•klem proximal dibuka agar
trocar dapat ditarik keluar 
ditutup kembali
•Setelah ujung proximal chest
tube terfiksasi di bawah air,
klem dapat dibuka.
• Jahit.
•Tutup dengan kassa steril dan
plester.
Trocartubethoracostomy
stylet
trocar
Trocartubethoracostomy (Innertrocar)
 Tindakan septik aseptik
 Anaesthesi lokal
 Incisi kulit 2-4 cm,
dilakukan deseksi
tumpul sampai pleura.
 Trocar masukkan ke
dalam rongga pleura,
inner trocar dicabut
pelan-pelan.
 Setelah ujung proximal
chest tube terfiksasi di
bawah air, klem dapat
dibuka.
 Jahit, tutup dengan
kassa steril dan plester.
Operativetubethoracostomy
 Tindakan septik aseptik
 Anaesthesi lokal
 Incisi kulit 2-4 cm, dilakukan
deseksi tumpul sampai pleura.
 Jari operator dimasukkan ke
dalam rongga pleura untuk
melepaskan perlekatan paru
dan dinding dada.
 Masukkan chest tube yang
telah diklem ujung
proximalnya ke dalam rongga
pleura dengan tuntunan
hemostat
 Setelah ujung proximal chest
tube terfiksasi di bawah air,
klem dapat dibuka.
 Jahit.
 Tutup dengan kassa steril dan
plester
Finger is
used
to explore
the
space to
avoid sharp
instrument
A clamp dissects over the rib to
avoid the nerves and vessels
below the rib
The clamp
opens to
spread the
muscles
Clamp holds chest tube and
guides into place
Operative tube thoracostomy
Choose site Explore with finger
Place tube with clamp
Suture tube to chestPhotos courtesy trauma.org
Guidewiretubethoracostomy(Seldingertechnic)
 Tindakan septik aseptik
 Anaesthesi lokal
 Incisi kulit sesuai ukuran
chest tube
 Masukkan syringe dg jarum
18 G ke dalam rongga pleura,
aspirasi untuk memastikan
cairan atau udara.
 Syringe dicabut tapi jarum
tetap di tempat
 masukkan J wire melalui
jarum sesuai arah yang
diinginkan.
 Jarum dicabut, masukkan
zat anesthesi di sekitar J wire
• Masukkan dilator dg gerakan
memutar melalui J wire sampai
rongga pleura, kemudian
keluarkan dilator.
• Masukkan chest tube yang
mengandung inserter melalui J
wire, lalu inserter dan j wire
dicabut
• chest tube di klem di ujung
proximal.
• Setelah ujung proximal chest
tube terfiksasi di bawah air, klem
dapat dibuka.
• Jahit., tutup kassa steril dan
plester
Guidewiretubethoracostomy(Seldingertechnic)
Penjahitan
 Penjahitan pada chest
tube  tabac sac /
matras, 
memungkinkan menutup
tanpa menjahit ulang
setelah chest tube
dicabut.
 ditambahkan
penggantung chest
tube tidak berubah posisi.
SistemWaterSealDrainage
 Water Seal Drainage (WSD )  sistim drainage
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau
cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)
 Tujuan :
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga
pleura  mempertahankan tekanan negatif rongga tsb
• normal  rongga pleura memiliki tekanan negatif dan
hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrikan.
PrinsipWaterSealDrainage
 Gravitasi udara dan cairan mengalir dari tekanan lebih
tinggi ke tekanan lebih rendah.
 Udara / cairan menghasilkan tekanan positif
(>763 mmHg) dalam rongga pleura
 Udara / cairan water seal pada selang dada menghasilkan
tekanan positif kecil (761 mmHg).
 Suction, kekuatan tarikan lebih kecil dari tekanan
atmosfir (760mmHg).
 Suction kekuatan -20 mmHg  tekanan sub atmosfir
746 mmHg  udara / cairan berpindah dari tekanan lebih
tinggi ke tekanan lebih rendah.
SistemPleuralDrainage
 Bottle collection system
- Sistem satu botol / one bottle collection system
- Sistem dua botol
- Sistem tiga botol
 One way flutter valve
Sistem satu botol
 Botol berfungsi sebagai water seal dan botol
penampung.
 Drainage berdasarkan adanya gravitasi.
 Umumnya digunakan pada pneumotoraks.
 Chest tube dihubungkan dg selang kaku melalui lubang
sumbat ke dalam botol yang telah diisi cairan, ujung
distal tertanam 2 cm di bawah permukaan cairan dalam
botol.
 Sumbat botol juga memiliki ventilasi untuk mencegah
peningkatan tekanan akibat masuknya cairan atau udara
ke dalam botol
Carakerja
 saat tekanan selang kaku
menjadi positif dan
tekanan dalam selang
kaku lebih besar daripada
maka udara / cairan akan
masuk ke dalam botol dan
dikeluarkan lewat lubang
ventilasi.
 Jika tekanan pleura
negatif maka cairan
dalam botol akan masuk
ke selang kaku atau ke
arah rongga pleura.
Sistem dua botol
 Botol pertama sebagai
penampung / drainase.
Botol kedua sebagai
water seal.
 Keuntungannya 
water seal tetap pada
satu level. Dapat
dihubungkan sengan
suction control
 Baik di gunakan untuk
evakuasi cairan.
 Botol pertama penampung / drainase. Botol
kedua  water seal. Botol ke tiga sebagai suction
kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.
 Digunakan bila menggunakan continues suction /
mesin penghisap.
 Bila menggunakan mesin penghisap dapat
menggunakan tekanan -15 sampai -20.
Onewayfluttervalve
 Dibuat dengan prinsip klep satu arah yang akan menutup
bila tekanan dalam pleura lebih kecil dari tekanan
atmosfir dan membuka jika sebaliknya. Disarankan
untuk pneumothoraks tanpa cairan
Pelepasanchesttube
 sebaiknya di klem selama 12 - 24 jam sebelum
pelepasan.
 Pada saat pengangkatan, pasien harus membuang
napas dan melakukan manuver valsava.
 Chest tube diangkat pada akhir ekspirasi kemudian
jahitan dikaitkan.
 Perawatan rutin luka jahitan dan aff pada 3 - 5 hari
 Rontgen dada dianjurkan 1,2 sampai 24 jam setelah
pengangkatan chest tube
SIMPULAN
 Chest tube placement / tube thoracoscopy 
mengeluarkan udara / cairan dan pasca dilakukan
bedah toraks
 bisa dilakukan ahli bedah, pulmonologis, intesifis,
emergency physicians, radiologis.
 Tujuan utama pemasangan WSD  membuat
tekanan intra pleura positif menjadi negatif kembali.
 Teknik pemasangan chest tube ada 3  Trocar tube
thoracostomy, operative tube thoracostomy,
guidewire tube thoracostomy.
 Ada beberapa macam pleural drainage system
Bottle collection system dan One way flutter valve.
Wsd

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
Noorahmah Adiany
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
Listiana Dewi
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Verar Oka
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
aauyahilda
 

La actualidad más candente (20)

peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Katarak Imatur
Katarak ImaturKatarak Imatur
Katarak Imatur
 

Similar a Wsd

Teknik-Operasi-Chest-Tubexxxxxxxxxxxxxxx
Teknik-Operasi-Chest-TubexxxxxxxxxxxxxxxTeknik-Operasi-Chest-Tubexxxxxxxxxxxxxxx
Teknik-Operasi-Chest-Tubexxxxxxxxxxxxxxx
faizal653432
 
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udaraWsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Septian Muna Barakati
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
RTISanglah
 

Similar a Wsd (20)

Teknik-Operasi-Chest-Tubexxxxxxxxxxxxxxx
Teknik-Operasi-Chest-TubexxxxxxxxxxxxxxxTeknik-Operasi-Chest-Tubexxxxxxxxxxxxxxx
Teknik-Operasi-Chest-Tubexxxxxxxxxxxxxxx
 
Tatalaksana WSD.pptx
Tatalaksana WSD.pptxTatalaksana WSD.pptx
Tatalaksana WSD.pptx
 
Teknik operasi ctt regi
Teknik operasi ctt regiTeknik operasi ctt regi
Teknik operasi ctt regi
 
Post operasi wsd
Post operasi wsdPost operasi wsd
Post operasi wsd
 
Post operasi wsd KABUPATEN MUNA
Post operasi wsd KABUPATEN MUNAPost operasi wsd KABUPATEN MUNA
Post operasi wsd KABUPATEN MUNA
 
Makalah dewi
Makalah dewiMakalah dewi
Makalah dewi
 
PENJAGAAN TIUB DADA DAN UNDER WATER SEAL DRAINAGE
PENJAGAAN TIUB DADA DAN UNDER WATER SEAL DRAINAGEPENJAGAAN TIUB DADA DAN UNDER WATER SEAL DRAINAGE
PENJAGAAN TIUB DADA DAN UNDER WATER SEAL DRAINAGE
 
Makalah dewi
Makalah dewiMakalah dewi
Makalah dewi
 
Makalah dewi
Makalah dewiMakalah dewi
Makalah dewi
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
TNM & WSD.pptx
TNM & WSD.pptxTNM & WSD.pptx
TNM & WSD.pptx
 
Plebotomi - teknik pengambilan darah vena
Plebotomi - teknik pengambilan darah venaPlebotomi - teknik pengambilan darah vena
Plebotomi - teknik pengambilan darah vena
 
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udaraWsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
 
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udaraWsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
Wsd merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara
 
SPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGTSPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGT
 
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxBreathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
 
CHEST TUBE & UNDER WATER SEAL
CHEST TUBE  &  UNDER WATER SEALCHEST TUBE  &  UNDER WATER SEAL
CHEST TUBE & UNDER WATER SEAL
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
 
Memasang NGT.docx
Memasang NGT.docxMemasang NGT.docx
Memasang NGT.docx
 
PLEBOTOMI (2).ppt
PLEBOTOMI (2).pptPLEBOTOMI (2).ppt
PLEBOTOMI (2).ppt
 

Más de Azis Aimaduddin

Más de Azis Aimaduddin (20)

Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptxHemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
 
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
Incisi pada pembedahan  keganasan oncologyIncisi pada pembedahan  keganasan oncology
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
 
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
 
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustioEscarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
 
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebriopen skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
 
Tatalaksana Cidera kepala otak, COR
Tatalaksana Cidera kepala otak, CORTatalaksana Cidera kepala otak, COR
Tatalaksana Cidera kepala otak, COR
 
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiPenatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
 
Cidera trauma Lien iatrogenik
Cidera trauma Lien iatrogenikCidera trauma Lien iatrogenik
Cidera trauma Lien iatrogenik
 
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustioMyoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
 
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomyOPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
 
Free flap postoperative evaluation
Free flap postoperative evaluationFree flap postoperative evaluation
Free flap postoperative evaluation
 
Kolorectal ppk
Kolorectal ppkKolorectal ppk
Kolorectal ppk
 
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fractureTransosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
 
Vulnus degloving
Vulnus  deglovingVulnus  degloving
Vulnus degloving
 
Optek meatotomi
Optek meatotomiOptek meatotomi
Optek meatotomi
 
Teknik operasi orif femur
Teknik operasi orif femurTeknik operasi orif femur
Teknik operasi orif femur
 
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation AbdominalperinealresectionCa recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
 
Keganasan thyroid Ca tyroid
Keganasan thyroid Ca tyroidKeganasan thyroid Ca tyroid
Keganasan thyroid Ca tyroid
 
Modified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiModified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aai
 
Zoladex ca mammae
Zoladex ca mammaeZoladex ca mammae
Zoladex ca mammae
 

Último

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 

Último (20)

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 

Wsd

  • 1. PENATALAKSANAAN WATER SEAL DRAINAGE Azis aimaduddin Pembimbing: dr. Soebandrijo, SpB. SpBTKV dr. Darmawan I, SpBTKV
  • 2. Pendahuluan Chest tube placement atau tube thoracoscopy  digunakan di semua negara  mengeluarkan udara atau cairan dari kavum pleura maupun pasca bedah toraks Hipprocrates  mengeluarkan cairan empiema dg kateter dan metal tubes (selang besi) abad 19, Hunter mengembangkan pengeluaran cairan di dalam rongga dada  jarum suntik. Playfair (1875) memperkenalkan water sealed drainage (WSD)
  • 3. Pendahuluan Hewitt (1876) sistem drainase tertutup untuk empiema torasis, teknik ini disempurnakan dan dipublikasikan oleh Bulau pada 1891. Water sealed drainage semakin populer (1917)  wabah empiema torasis pasca influensa. Lilienthal (1922) mempekenalkan penggunaan WSD pasca operasi torakotomi  terus berkembang sampai saat ini. Pada perkembangan lebih lanjut chest tube sering disebut dengan WSD.
  • 4. Definisi : Water sealed drainage (WSD)  sistim drainase kedap air (water sealed)  mengalirkan udara dan atau cairan dari rongga pleura Tujuan utama pemasangan WSD  membuat tekanan intra pleura positif  negatif kembali
  • 5. Fungsi pemasangan WSD  Diagnostik  Terapi  Preventif
  • 6. Kontra indikasi pemasangan • tidak ada kontra indikasi absolut kecuali menempelnya paru menempel di dinding dada atau ada giant bullae • kontra indikasi relatif  gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol Indikasi pemasangan WSD • Pneumotoraks – masif, simptomatik, tension, progresif • Hemotoraks • Luka tusuk dada • Empyema /parapneumoni effusion dg komplikasi • Pleurodesis • Pasca bedah toraks • Fistel bronkopleura • Chylotoraks • Effusi masif simptomatik
  • 7. Anatomi Toraks  Toraks bagian tubuh manusia berbentuk tabung diantara leher dan abdomen.  dinding toraks dibentuk oleh kolumna vertebralis di belakang, iga dan sela iga di samping dan sternum di depan.  toraks dibagi 2 bagian utama paru kiri dan kanan  Mediastinum  superior, anterior dan posterior.
  • 8.  Angulus ludovici tonjolan pertemuan korpus dan manubrium sterni  sudut, setinggi sela iga 2 di bagian depan dan diskus intervertebralis 4 dan 5.  Pada laki-laki  papila mammae berada di sela iga 5 kiri sedikit lateral dari garis midklavikula.  Triangulus auskulatorius  area segitiga yang dibentuk skapula di lateral, superior dibatasi oleh batas inferior m. trapezius, dan inferior dibatasi batas superior m. latissimus dorsi.
  • 9.  Angulus skapula inferior terletak pada iga ke 7  Rongga pleura  rongga dibentuk oleh pleura viceral yang menyelimuti paru dan pleura parietal yang melapisi rongga dada inferior.  Pada rongga pleura terdapat cairan lubrikan dalam jumlah minimal
  • 10. Peralatan • steril sarung tangan • cairan antiseptik kulit  iodine / klorhexidine dalam alkohol • kassa steril • gauze swabs • jarum suntik ukuran antara 21-25 • anaesthesi lokal, mis. lidokain 1% atau 2% • scalpel
  • 11.  benang jahit silk 1,2  alat untuk diseksi tumpul klem melengkung  guidewire dg dilator (jika tabung kecil yg digunakan)  chest tube.  pipa penghubung / konektor  sistem drainase tertutup (termasuk air steril jika under water seal yang digunakan)
  • 12. Ukuran selang dada  Untuk drainase cairan  selang ukuran besar, minimal 28 – 30 F  drainase udara  nomor 20 – 24 F.  Adapun ukuran selang dada berdasar usia :  8 – 12 F  anak kecil.  16 – 20 F  anak dan dewasa  24 – 32 F  rata-rata orang dewasa  36 – 40 F  dewasa yang berbadan besar
  • 13. Tempat insersi drain  Pada dasarnya selang dada / chest tube dapat dipasang dimana saja  membuat tekanan dalam rongga pleura menjadi negatif kembali.  Posisi paling umum  garis pertengahan aksila, melalui "segitiga aman“ mengurangi risiko terhadap struktur dasar  a. mamaria interna dan menghindari kerusakan pada jaringan otot dan payudara  jaringan parut tidak begitu nampak.
  • 14. TeknikPemasanganChestTube -Trocar tube thoracostomy -Trocar tube thoracostomy (Inner trocar) Operative tube thoracostomy Guidewire tube thoracostomy (Seldinger technic)
  • 15. Trocartubethoracostomy  Tindakan septik / aseptik  Anaesthesi lokal  Incisi kulit 2-4 cm deseksi tumpul sampai pleura  Masukkan trocar dalam rongga pleura,stylet dicabut, ibu jari menutup lobang trocar.  Masukkan chest tube lewat lubang trocar, sementara sisi proximal chest tube diklem  Tahan chest tube lalu trochar ditarik keluar. •Klem dipasang diantara trocar dan dinding dada •klem proximal dibuka agar trocar dapat ditarik keluar  ditutup kembali •Setelah ujung proximal chest tube terfiksasi di bawah air, klem dapat dibuka. • Jahit. •Tutup dengan kassa steril dan plester.
  • 17. Trocartubethoracostomy (Innertrocar)  Tindakan septik aseptik  Anaesthesi lokal  Incisi kulit 2-4 cm, dilakukan deseksi tumpul sampai pleura.  Trocar masukkan ke dalam rongga pleura, inner trocar dicabut pelan-pelan.  Setelah ujung proximal chest tube terfiksasi di bawah air, klem dapat dibuka.  Jahit, tutup dengan kassa steril dan plester.
  • 18. Operativetubethoracostomy  Tindakan septik aseptik  Anaesthesi lokal  Incisi kulit 2-4 cm, dilakukan deseksi tumpul sampai pleura.  Jari operator dimasukkan ke dalam rongga pleura untuk melepaskan perlekatan paru dan dinding dada.  Masukkan chest tube yang telah diklem ujung proximalnya ke dalam rongga pleura dengan tuntunan hemostat  Setelah ujung proximal chest tube terfiksasi di bawah air, klem dapat dibuka.  Jahit.  Tutup dengan kassa steril dan plester
  • 19. Finger is used to explore the space to avoid sharp instrument A clamp dissects over the rib to avoid the nerves and vessels below the rib The clamp opens to spread the muscles Clamp holds chest tube and guides into place
  • 20. Operative tube thoracostomy Choose site Explore with finger Place tube with clamp Suture tube to chestPhotos courtesy trauma.org
  • 21. Guidewiretubethoracostomy(Seldingertechnic)  Tindakan septik aseptik  Anaesthesi lokal  Incisi kulit sesuai ukuran chest tube  Masukkan syringe dg jarum 18 G ke dalam rongga pleura, aspirasi untuk memastikan cairan atau udara.  Syringe dicabut tapi jarum tetap di tempat  masukkan J wire melalui jarum sesuai arah yang diinginkan.  Jarum dicabut, masukkan zat anesthesi di sekitar J wire • Masukkan dilator dg gerakan memutar melalui J wire sampai rongga pleura, kemudian keluarkan dilator. • Masukkan chest tube yang mengandung inserter melalui J wire, lalu inserter dan j wire dicabut • chest tube di klem di ujung proximal. • Setelah ujung proximal chest tube terfiksasi di bawah air, klem dapat dibuka. • Jahit., tutup kassa steril dan plester
  • 23. Penjahitan  Penjahitan pada chest tube  tabac sac / matras,  memungkinkan menutup tanpa menjahit ulang setelah chest tube dicabut.  ditambahkan penggantung chest tube tidak berubah posisi.
  • 24. SistemWaterSealDrainage  Water Seal Drainage (WSD )  sistim drainage menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)  Tujuan : • Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura  mempertahankan tekanan negatif rongga tsb • normal  rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrikan.
  • 25. PrinsipWaterSealDrainage  Gravitasi udara dan cairan mengalir dari tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah.  Udara / cairan menghasilkan tekanan positif (>763 mmHg) dalam rongga pleura  Udara / cairan water seal pada selang dada menghasilkan tekanan positif kecil (761 mmHg).  Suction, kekuatan tarikan lebih kecil dari tekanan atmosfir (760mmHg).  Suction kekuatan -20 mmHg  tekanan sub atmosfir 746 mmHg  udara / cairan berpindah dari tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah.
  • 26. SistemPleuralDrainage  Bottle collection system - Sistem satu botol / one bottle collection system - Sistem dua botol - Sistem tiga botol  One way flutter valve
  • 27. Sistem satu botol  Botol berfungsi sebagai water seal dan botol penampung.  Drainage berdasarkan adanya gravitasi.  Umumnya digunakan pada pneumotoraks.  Chest tube dihubungkan dg selang kaku melalui lubang sumbat ke dalam botol yang telah diisi cairan, ujung distal tertanam 2 cm di bawah permukaan cairan dalam botol.  Sumbat botol juga memiliki ventilasi untuk mencegah peningkatan tekanan akibat masuknya cairan atau udara ke dalam botol
  • 28. Carakerja  saat tekanan selang kaku menjadi positif dan tekanan dalam selang kaku lebih besar daripada maka udara / cairan akan masuk ke dalam botol dan dikeluarkan lewat lubang ventilasi.  Jika tekanan pleura negatif maka cairan dalam botol akan masuk ke selang kaku atau ke arah rongga pleura.
  • 29. Sistem dua botol  Botol pertama sebagai penampung / drainase. Botol kedua sebagai water seal.  Keuntungannya  water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan sengan suction control  Baik di gunakan untuk evakuasi cairan.
  • 30.  Botol pertama penampung / drainase. Botol kedua  water seal. Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.  Digunakan bila menggunakan continues suction / mesin penghisap.  Bila menggunakan mesin penghisap dapat menggunakan tekanan -15 sampai -20.
  • 31. Onewayfluttervalve  Dibuat dengan prinsip klep satu arah yang akan menutup bila tekanan dalam pleura lebih kecil dari tekanan atmosfir dan membuka jika sebaliknya. Disarankan untuk pneumothoraks tanpa cairan
  • 32. Pelepasanchesttube  sebaiknya di klem selama 12 - 24 jam sebelum pelepasan.  Pada saat pengangkatan, pasien harus membuang napas dan melakukan manuver valsava.  Chest tube diangkat pada akhir ekspirasi kemudian jahitan dikaitkan.  Perawatan rutin luka jahitan dan aff pada 3 - 5 hari  Rontgen dada dianjurkan 1,2 sampai 24 jam setelah pengangkatan chest tube
  • 33. SIMPULAN  Chest tube placement / tube thoracoscopy  mengeluarkan udara / cairan dan pasca dilakukan bedah toraks  bisa dilakukan ahli bedah, pulmonologis, intesifis, emergency physicians, radiologis.  Tujuan utama pemasangan WSD  membuat tekanan intra pleura positif menjadi negatif kembali.  Teknik pemasangan chest tube ada 3  Trocar tube thoracostomy, operative tube thoracostomy, guidewire tube thoracostomy.  Ada beberapa macam pleural drainage system Bottle collection system dan One way flutter valve.