Teori-teori sastra modern dan pascamodern meliputi formalisme, strukturalisme, poststrukturalisme, feminisme, postkolonialisme, dekonstruksi, dan postmodernisme."
4. Formalisme
• Secara etimologis formalisme berasal bahasa latin yakni
forma, yang berarti bentuk atau wujud. Formalisme
mengutamakan pola-pola suara dan kata-kata formal,
bukan isi, oleh karena itulah, cara kerjanya disebut
metode formal.
• Formalisme menolak pandangan bahwa karya sastra
sebagai ungkapan pandangan hidup, sekaligus
perbedaan secara dikotomis antara bentuk dan isi.
Formalisme juga menolak peranan karya sastra sematamata sebagai sarana untuk memahami hakikat
kebudayaan secara luas.
• Tujuan pokok formalisme adalah studi ilmiah tentang
satra, dengan cara meneliti unsur-unsur kesastraan,
puitika, asosiasi, oposisi, dan sebagainya.
5. Sebagai teori modern dari sastra, secara historis
kelahiran formalisme dipicu oleh paling sedikit tiga
faktor, sebagai berikut:
6. Konsep Formalisme
• Konsep
yang
mendasari
studi
kaum
atau
tokoh formalisme ialah tidak berfokus pada “bagaimana
sastra dipelajari” melainkan “apa yang sebenarnya
menjadi persoalan pokok dari studi sastra itu sendiri”.
• Konsep Formalisme juga menganggap penting berbagai
ragam bahasa.
• Konsep formalisme yang lain juga menjelaskan bahwa
bentuk merupakan sesuatu yang komplet, konkrit atau
nyata, dinamis, dan berdiri sendiri.
• Konsep Formalisme selanjutnya ialah gagasan mengenai
teknik berhubungan dengan bentuk.
• Konsep Formalisme menganggap bahwa plot merupakan
posisi sebagai struktur.
7. Tokoh Formalisme
Victor Sjklovski
Sjklovski mengemukakan bahwa , sifat kesastraan muncul
sebagai akibat penyusunan dan penggubahan bahan yang
semula bersifat netral.
Boris Eichenbaum
memberi penegasan, bahwa kaum formalis dipersatukan oleh
adanya gagasan untuk membebaskan diksi puitik dari kekangan
intelektualisme dan moralisme yang diperjuangkan dan menjadi
obsesi kaum simbolis.
Boris Tomashevsky
menyebut motif sebagai satuan alur terkecil. Secara umum,
motif berarti sebuah unsur yang penuh arti dan yang diulangulang di dalam satu atau sejumlah karya. Di dalam satu karya,
motif merupakan unsur arti yang paling kecil di dalam cerita.
8. Strukturalisme
•
•
•
Secara Etimologi struktur berasal dari kata Structure, bahasa
latin yang berarti bentuk atau bangunan. Struktur berasal dari
kata Structura (Latin) = bentuk, bangunan (kata benda).
System (Latin) = cara (kata kerja). Struktur sendiri adalah
bangunan teoretis (abstrak) yang terbentuk dari sejumlah
komponen yang berhubungan satu sama lain.
Menurut Yoseph (1997:38) menjelaskan bahwa teori
strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan
terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi
antara berbagai unsur teks.
Teeuw mengatakan bahwa dasar struktur sebuah karya sastra
merupakan keseluruhan, kesatuan makna yang bulat,
mempunya kohesi intrinsik, dalam keseluruhan itu setiap
bagian dan unsur memainkan peranan yang hakiki, sebaliknya
unsur dan bagiab mendapat makna seluruhnya dari makna
keseluruhan teks (lingkaran hermeneutik).
9. Lanjutan ...
Teori Mimetik,
Yang berpandangan bahwa
adalah tiruan kenyataan.
Strukturalisme ,
menentang
karya
sastra
Teori Exspresif,
yang menganggap sastra pertama-tama
sebagai ungkapan perasaan dan watak
pengarang.
Teori-teori yang menganggap sastra sebagai
media komunikasi antara pengarang dan
pembacanya.
10. Lanjutan ...
• Menurut Nurgiantoro, pada dasarnya analisis struktural
bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi
dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang
secara bersamaan menghasilkan kemenyeluruhan.
Analisis struktural ini tidak hanya terbatas menganalisis
unsur instrinsiknya saja tetapi yang lebih penting yaitu
mengaitkan hubungan antar unsur tersebut, dan makna
keseluruhan yang ingin dicapai.
• Kelemahan pokok Strukturalisme, yaitu Karya sastra
diasingkan dari konteks dan fungsinya sehingga sastra
kehilangan relevansi sosialnya, tercabut dari sejarah dan
terpisahkan dari permasalahan manusia.
12. Feminisme
•
•
•
•
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman),
berarti
perempuan
(tunggal)
yang
berjuang
untuk
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai
kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara male
dan female (sebagai aspek perbedaan psikologis dan kultural).
Dalam pengertian yang paling luas, feminis adalah gerakan
kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh
kebudayaan yang dominan, baik dalam bidang politik dan
ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.
Dalam pengertian lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis
dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik
dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi.
Teori
feminis,
sebagai
alat
kaum
wanita
untuk
memperjuangkan hak-haknya, erat berkaitan dengan konflik
kelas dan ras, khusunya konflik gender.
13. Lanjutan ...
• Sesuai dengan latar belakang kelahirannya, sebagai
gerakan politik, sosial, dan ekonomi, analisis feminis
dengan demikian termasuk penelitian multidisiplin,
melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Keberagaman dan
perbedaan objek dengan teori dan metodenya merupakan
ciri khas studi feminis.
• Dalam kaitannya dengan sastra, bidang studi yang relevan,
diantaranya : tradisi literer perempuan, pengarang
perempuan, pembaca perempuan, ciri khas bahasa
perempuan, tokoh-tokoh perempuan, novel popular dan
perempuan,dsb
• Dalam kaitannya dengan kajian budaya, permasalahan
perempuan lebih banyak berkaitan dengan kesetraan
gender.
14. Menurut Teeuw, beberapa indikator yang dianggap telah memicu
lahirnya gerakan feminis di dunia Barat tersebut, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Berkembangnya teknik kontrasepsi,
Radikalisasi politik,
Lahirnya gerakan pembebasan dari iktan-ikatan tradisional,
Sekularisasi, menurunnya wibawa agama dalam segala
bidang kehidupan.
5. Perkembangan pendidikan yang secara khusus dinikmati oleh
perempuan
6. Reaksi terhadap pendekatan sastra yg mengasingkan karya
dari struktur sosial, seperti Kritik Baru dan strukturalisme.
7. Ketidak puasan terhadap teori dan praktik ideology Marx is
Ortodoks.
15. Post Kolonial
• Secara etimologis postcolonial berasal dari kata „post‟ dan
kolonial, sedangkan kata colonial itu sendiri berasal dari
akar kata colonia, bahasa Romawi yang berarti tanah
pertanian atau pemukiman.
• Visi postkolonial tidak ada kaitan dengan masalah-masalah
sosial sosial politis secara praktis. Dalam analisis,
khsususnya dalam karya sastra, tidak mesti dikaitkan
dengan intensi pengarang.
• Secara definitif (Bill Ashcroft, dkk., 2003: xxii-xxiii) teori
postkolonial lahir sesudah kebanyakan Negara-negara
terjajah memperoleh kemerdekaannya. Teori postkolonial
mencakup seluruh khazanah sastra nasional yang pernah
mengalami kekuasaan imperial sejak awal kolonsasi
imperial sejak awal kolonisasi hingga sekarang.
16. Lanjutan ...
• Teori postkolonial dikatakan bersifat multidisiplin sekaligus
sebagai studi kultural. Postkolonial melibatkan tiga
pengertian, yaitu.
– Abad berakhirnya imperium colonial di seluruh dunia
– Segala tulisan yang berkaitan dengan pengalamanpengalaman kolonial
– Teori- teori yang digunakan untuk mengananalisis masalahmasalah pascakolonialisme
• Teori postkolonial merupakan akumulasi teori dan kritik
yang digunakan untuk menilai kembali aspek-aspek
kebudayaan, yaitu sejarah, politik, ekonomi, sastra,
bahkan arsip pemerintah, sekaligus hubungannya dengan
warisan kebudayaan yang ditinggalkannya.
17. Empat alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk
dianalisis melalui teori-teori postkolonial:
1. Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem
komunikasi antara pengirim dan penerima, sebagai
mediator antara masa lampau dengan masa sekarang.
2. Karya sastra menampilkan berbagai problematika
kehidupan, emosionalitas dan intelektualitas, fiksi dan
fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3. Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu,
kontemporaritas adalah manifestasinya yang paling
signifikan.
4. Berbagai masalah yang dimaksud dilukiskan secara
simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan yang
sesungguhnya tidak tampak.
18. Post Modernisme
• Postmodernisme, dari kata „post‟ + modern + „isme‟, yang
berarti paham sesudah modern, dan postrukturalisme, dari
kata „post‟ + struktur + „isme‟, yang berarti paham sesudah
struktur, baik secara historis pragmatis maupun intelektual
akademis memiliki kaitan yang sangat erat.
• Ciri-ciri utama teori postmodern (Linda Hutcheon, 1992:60)
dan dengan sendirinya juga poststrukturalisme adalah
penolakan terhadap adanya satu pusat, kemutlakan,
narasi-narasi besar, metanarasi, gerak sejarah yang
monolinier.
• Postmodernisme mengakui identitas lain, sebagai
relativisme budaya. Oleh karena itu, metode yang
dianggap tepat adalah kualitatif sebab tujuannya bukanlah
objektivitas, tetapi dasar-dasar berpikir yang berbeda.
19. Pemicu postmodernisme dan postrukturalisme
berkembang.
• Posmodernisme dan postrukturalisme sebagai
kecenderungan mutakhir peradaban manusia
berkembang dalam situasi dan kondisi yang
serba cepat
• Perkembangan pesat kajian wacana, baik dalam
bidang sastra, sebagai teks, maupun nonsastra,
sebagai diskursus
• Perkembangan
cepat
interdisipliner
yang
memungkinkan berbagai disiplin dalam kajian
tunggal.