1. “Mengapa sosialisasi TBC di masyarakat menjadi sangat penting?” tanya Sukendri Siswanto
mengawali sambutannya dalam acara Sosialisasi TBC (Tuberkolusis) di ORA Himpunan
Kelompok Petani Maju (HKPM) desa Jatimudo, kecamatan Sulang, kabupaten Rembang
tanggal 19 Oktober 2010 lalu.
Menurut Area Manager UPKM/CD Bethesda wilayah Jawa Tengah ini, sosialisasi TBC di
masyarakat sangat penting karena berdasarkan data, Indonesia menyandang peringkat ketiga
setelah China dan India sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbesar di dunia.
“Melihat kondisi ini, maka masyarakat harus diberi pemahaman tentang penyakit menular ini,
termasuk cara penularan, pencegahan dan juga pengobatannya,” papar Sukendri. “Dengan
demikian, bagi mereka yang positif dapat segera diketahui dan diobati, sehingga tidak
menularkan kepada orang lain.”
Kegiatan yang
diadakan di rumah Kepala Desa Jatimudo ini menghadirkan narasumber dokter Cahya,
Kepala Puskesmas Sulang. Peserta yang hadir sebagian besar kader posyandu sebanyak 45
orang.
Data yang dihimpun Puskesmas Sulang, menunjukkan ada 43 orang yang dinyatakan BTA
positif atau menderita TBC. “Berdasarkan data tersebut, masyarakat harus lebih hati-hati dan
waspada,” kata dokter Cahya mengingatkan.
“Bila ada yang dicurigai menderita penyakit TBC, segera bawa ke Puskesmas terdekat untuk
diperiksa dan bila positif TBC segera diobati,” lanjutnya.
Lebih lanjut, dokter Cahya menyatakan bahwa orang yang terkena TBC biasanya merasa
malu. “Jadi budaya malu masih melekat di masyarakat,” ujar Cahya.
Dalam pemaparannya, dokter Cahya menjelaskan bahwa TBC adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tubercolosa. Kuman ini mudah menyerang pada
paru-paru.
2. “Kuman TBC sebenarnya mudah mati apabila kena sinar matahari. Maka jendela rumah
harus dibuka agar sinar matahari bisa masuk kedalam rumah,” paparnya.
TBC dapat digolongkan menjadi dua, yaitu TB paru dewasa dan TB paru anak atau bisa
disebut dengan istilah flek. Tanda-tanda penyakit TBC dewasa antara lain batuk berdahak
selama tiga minggu atau lebih, badan demam dan meriang selama sebulan atau lebih.
Selain itu, penderita biasanya mengalami nyeri dada dan sesak nafas, keluar keringat di
malam hari meski tanpa kegiatan apa pun, nafsu makan dan berat badan turun, serta dahak
bercampur darah.
Cara penularannya melalui percikan ludah saat penderita batuk atau melalui kontak langsung
karena tinggal serumah dengan penderita.
Sedangkan tanda-tanda TB pada anak atau flex, yaitu berat badan tidak naik alias menurun,
ada riwayat kontak dengan penderita TB, pembesaran kelenjar di leher, dan nafsu makan
berkurang.
“Bila mempunyai tanda-tanda tersebut, baik orang dewasa maupun anak-anak, segera
periksakan di Puskesmas dahaknya sebanyak 3 kali,” kata dokter Cahya. “Apabila diperiksa
dahaknya ada kuman TBC maka dinyatakan menderita TBC.”
Penyakit TBC bukan penyakit kutukan atau turunan sehingga dapat disembuhkan. Bila
dinyatakan positif, Puskesmas akan memberikan obat paket TBC secara gratis dan
pengobatan berlangsung sampai 6 bulan.
Bila ingin
sembuh, penderita harus patuh minum obat selama 6 bulan yang didampingi oleh pengawas
minum obat (PMO) dan memeriksakan diri secara rutin sesuai anjuran petugas medis.
3. Menurut dokter Cahya, apabila penderita TBC dalam jangka 5 tahun tidak diobati, sekitar 50
persennya akan mati, 25 persen bisa tetap hidup tapi dalam keadaan kritis, dan 25 persen bisa
sembuh sendiri karena mungkin salah satu menu yang dimakan mangandung gizi sehingga
bisa kebal terhadap penyakit.
Bila tidak ingin terkena penyakit TBC, ada beberapa tips yang bisa dilakukan, antara lain
jangan lupa membawa anak ke Posyandu supaya memperoleh vaksin BCG, makan jagung,
ubi atau nasi ditambah sayur dan lauk 3 kali sehari, buka jendela rumah setiap hari supaya
cahaya matahari masuk ke dalam rumah. Selain itu, bersihkan halaman rumah pagi dan sore,
jangan biarkan air menggenang, dan buatlah saluran pembuangan air limbah atau air hujan.
Bagi penderita TBC, bila ingin sembuh, ada beberapa tips yang harus dilakukan, antara lain
minum obat secara teratur tanpa putus-putus selama 6 bulan, makan makanan yang bergizi,
banyak istirahat, tidak mengangkat benda-benda berat, bila sedang batuk usahakan mulut
ditutup, tidak meludah di sembarang tempat, serta tidak boleh minum bir dan minuman keras
lainnya.
Kasih sayang dari keluarga juga sangat dibutuhkan agar tak menambah penderitaan penderita.
Sembuh dari TBC merupakan prestasi bagi si sakit dan keluarga melalui dorongan, kesetiaan
dan kepatuhan.
Melalui sosialisasi TBC ini diharapkan masyarakat bisa memahami penyebab, penularan, dan
pencegahannya sehingga penyakit TBC dapat diberantas. (Sudiman)
SKK Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS
By baktihusad@cyber
A. SELAYANG PANDANG TENTANG PENYAKIT AIDS
Aids ( Acquemend Immune Deficiency Syndrome ) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus ARN (Asam Ribonukleat) yang disebut HIV ( Humman
Immunudeficiency Virus ). Dalam kurun waktu penemuannya, AIDS menjadi
epidemic yang menyebabkan kematian didunia sampai 3, 1 juta berdasarkan
data tahun 2004.
Menurut ilmuan, HIV secara intensif, Virus itu terdapat pada cairan tubuh
seperti darah dan cairan kelamin. Seseorang tidak dapat tertular penyakit HIV
hanya karena kontak biasa, seperti berciuman, berpelukan atau berjabatangan.
Virus HIV dapat menbyerang para pengguna obat-obatan dan menggunakan
jarum dan semprotan yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Seorang ibu
penderita HIV yang sedang hamil atau menyusui dapat menularkan dan
menurunkan virus tersebut ke bayinya. Sebagian penularan HIV terjadi melalui
kontak seksual. Sebelum tes HIV dikembangkan, penularan virus itu sering kali
terjadi melalui transfuse darah.
A. GEJALA-GEJALA AIDS
4. AIDS memiliki gejala-gejala penyakit yang di sebabkan oleh infeksi berbagai
macam kuman sebagai akibat dari rusaknya kekebalan tubuh. Rusaknya
kekebalan tubuh disebabkan HIV menyerang sel darah putih tertentu yang
biasanya melindungi tubuh dari infeksi dan melemahnya system kekebalan
tubuh. Seseorang pengidap HIV tidak dapat melindungi dirinya sendiri dari
segala jenis virus atau bakteri yang menyebabkan infeksi. Oleh karena itu,
penderita sering terkena penyakit pneumonia, TBC, dan kangker tertentu.
Penyakit-penyakit itu disebut penyakit indicator, yaitu penyakit berat yang
menyertai penyakit AIDS
Gejala-gejala umum dapat berupa :
Ø Kelelahan
Ø Demam
Ø Berkeringat
Ø Penurunan berat badan
Ø Sariawan dimulut
Ø Batuk-batuk
Ø Pembesaran kelenjar (biasanya di leher, ketiak, lipatan paha)
Ø Pendarahan dari bawah kulit, dan dari mulut, hidung atau dubur.
Biasanya orang yang menderita HIV meninggal dunia karena penyakit indicator
tersebut bukan semata-mata HIV itu sendiri.
Ilmuwan dan dokter bekerja keras melwan AIDS dengan mempelajari virus dan
menggunakan terapi obat-obatan yang baru. Belum ada vaksin yang dapat di
gunakan. Hanya beberapa obat seperti Zidovudine di sepakati digunakan untuk
pengobatan. Obat ini tidak menyembuhkan, tetapi hanya mengobati gejala dan
hal-hal tertentu dapat memperpanjang usia. Agar menjadikan obat yang
bermanfaat tersedia sesegera mungkin, badan Administrasi makanan dan obat-
obatan atau FDA (Food and Drug Administration ) membuat suatu pengecualian
hokum dan menyetujui obat-obatan untuk digunakan melawan AIDS sedini
mungkin Zidovudine disetujui penggunaanya kurang dari 4 bulan. Biasanya
memerlukan rata-rata tahun bagi obat-obatan agar disetujui penggunaanya.
Penelitian untuk penyakit AIDS ini menghabiskan biaya yang sangat
mahalaaaaaa. Oleh karena itu, waspadalah terhadap penyakit AIDS.
5. A. PENCEGAHAN AIDS
AIDS memang dapat dicegah dengan langkah-langkah yang dapat diambil,
seperti berikut :
Ø Menghindari hubungan seks dengan penderita AIDS atau tersangka AIDS
Ø Menghindari hubungan Seks dengan banyak pasangan atau yang mempunyai
banyak pasangan
Ø Menghindari hubungan seks dengan orang yang menyalahgunakan obat,
khususnya Narkotika.
Ø Mencegah orang yang termasuk resiko tinggi (homoseks, WTS, dan pecandu
narkotika) untuk menjadi donor darah.
Ø Menjamin sterilitas dari setiap alat suntik dan tidak memakai alat suntik lebih
dari sekali
A. ALASAN MENGAPA AIDS MERISAUKAN
Alasan AIDS merisaukan di Indonesia :
Ø Penjaja Seks Komersial (PSK) meluas.
Ø Penyebaran penyakit kelamin tinggi
Ø Urbanisasi dan migrasi penduduk tinggi.
Ø Kecenderungan hubungan seks sebelum menikah meningkat.
Ø Lalun lintas dari atau keluar negeri berlangsing dengan bebas, serta
Ø Penggunaan alat suntik, tato dan tindak yang tidak sehat.
Ø Selain itu, ada istilah ODHA yang merupakan singkatan dari Orang dengan
HIV/AIDS belum terisolasikan secara benbar di masyarakat. Misalnya, orang
percaya bahwa batuk atau flu dan bersentuhan badan dapat menuarkan HIV.
Bentuk stigma diskriminasi yang dilakukan antara lain :
Ø Tidak diterima bekerja di instansi manapun bila diketahui sebagai ODHA.
Ø Terancam dikucilkan dari teman, keluarga dan masyarakat.
6. Ø Ancaman fisik, seperti diusir dan disingkirkan dari tempat tinggal.
Ø Dianggap sebagai orang kotor.
Sebenarnya ODHA tidak perlu didiskriminasikan karena ODHA juga manusia
biasa seperti kita yang ingin punya teman, bergaul, dan bekerja. Selain itu, HIV
yang ada di dalam tubuhnya tidak mudah menular. Dengan Stigma dan
diskriminasi yang dilakukan dapat menghambat program pencegahan HIV
karena orang menjadi takut berbicara HIV. Perlu diketahhui bahwa semua orang
berpeluang terinfeksi HIV karena infeksi HIV dapat terjadio akibat perilaku kita
ataupun pasangan kita.
Keuntungan bila tidak melakukan diskriminasi adalah ODHA akan memiliki
keberanian untuk menceritakan kondisinya kepada semua orang terlebih lagi
pada teman, keluarga atau pasangan. Hal itu berakibat positif terhadap
perkembangan psikologi sehingga harapan hidup menjadi lebih baik. Jika orang
pernah melakukan perilaku beresiko tertular HIV, maka dia memiliki
keberanian untuk melakukan tes HIV karena tidak takut di diskriminasi.
Penanggulangan Penyakit Menular Disosialisasikan
Kamis, 04 Februari 2010 | 10:23 WIB 524 Kali Dibaca
SUMBEREJO – Puskesmas Margoyoso, Kecamatan
Sumberejo, Tanggamus, melalui para bidan pekon dan
Email
puskesmas pembantu (pustu) menyosialisasikan program
Berita
kesehatan dasar dan penanggulangan penyakit menular
(P2M) di aula Kecamatan Sumberejo. Pesertanya adalah Print Berita
kepala sekolah, guru SD, guru SMP, guru SMA, dan para
kepala pekon. PDF Berita
Mereka diharapkan meneruskan sosialisasi itu kepada
masyarakat. Penanggulangan penyakit menular yang disosialisasikan meliputi
flu burung, demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, dan TB paru.
Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan (Diskes) Sumberjo yang
juga Kepala Puskesmas Margoyoso dr. Hj. Diyan Ekawati mengatakan,
sosialisasi dilakukan karena kini kasus TB paru banyak ditemukan di Pekon
Dadapan dan Sidomulyo.
’’Untuk penyakit menular TB paru, di Puskesmas Margoyoso tercatat 13 pasien
positif mengidap penyakit TB Paru BTA pada 2009,” tegasnya.
Lebih lanjut, Diyan mengatakan bahwa 13 pasien yang berhasil diidentifikasi
tersebut kini dalam proses penyembuhan. ’’Penyakit TB paru bisa disembuhkan
dalam waktu enam bulan dengan catatan pasien menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter atau Diskes,” tegasnya.
Para pasien harus teratur minum obat selama masa penyembuhan itu. ’’Kalau
tidak teratur selama enam bulan, penyakit itu terus berkembang dan pasien
7. kebal terhadap obat,’’ terang Diyan.
Ditambahkan, adanya 13 pasien TB paru dalan kurun waktu setahun itu
berdasar temuan di lapangan. ’’Petugas harus kerja ekstra untuk menemukan
pasien lain yang menderita gejala-gejala TB paru. Ini kami lakukan untuk
menghindari penularan kepada warga lain,” jelasnya.
Diyan menambahkan, penyakit TB paru dibagi tiga kategori. Yakni TB paru
BTA (positif), TB paru ronsen (positif), dan TB paru anak. Penularan penyakit
ini tidak mengenal usia. ’’Seperti dari 12 pasien yang dirawat sekarang ini, ada
delapan orang yang berusia 20–30 tahun atau masa produktif dan usia lanjut
sebanyak empat orang yakni usia 30–60 tahun,” sebutnya.
Penularan penyakit TB paru, katanya, sangat mudah. Bisa dari udara ketika
penderita batuk-batuk atau dari ludah yang dibuang sembarang oleh si
penderita. ’’Diharapkan warga yang mengidap penyakit ini menutup mulut
ketika batuk untuk menghindari kontak langsung dengan lawan bicaranya dan
tidak membuang ludah sembarang. Karena sisa ludah itu masih mengandung
kuman dan bisa menular pada orang lain,” katanya.
Ia menambahkan, tujuan sosialisasi program kesehatan dasar adalah mendukung
tercapainya pembangunaan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Terpisah, Camat
Sumberejo Sucipto, S.E. mengimbau masyarakat mendukung program-program
Diskes agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.(*)