1. Joyce Dingwell
Alih Bahasa:
Berti Nurul Khajati
THE FEEL OF SILK
PELARIAN CINTA SEORANG GADIS AUSTRALIA DAN PENCARIAN CINTA SEJATI SEORANG BANGSAWAN
PORTUGIS
2. THE FEEL OF SILK
Pelarian Cinta Seorang Gadis Australia dan Pencarian Cinta Sejati
Seorang Bangsawan Portugis
Oleh
JOYCE DINGWELL
Alih Bahasa
BERTI NURUL KHAJATI
Diterbitkan pertama kali pada tahun 1967 oleh Mills & Boon Limited, 50 Grafton
Way, Fitzroy Square, London, England.
SBN 373-01342-6
Semua karakter dalam buku ini tidak nyata melainkan hanya rekaan penulis, dan
tidak hubungannya dengan siapapun yang memiliki nama yang serupa, bahkan
tidak terinspirasi oleh seseorang baik yang dikenal maupun tidak dikenal oleh
penulis. Semua kesamaan hanyalah kebetulan belaka.
3. BAGIAN SATU
“Aku ingin berlayar,” kata Faith pada seorang karyawan di seberang meja
pemesanan dari kantor pelayaran yang didatanginya pertama kali, “sejauh dan
selama jumlah uang ini bisa membawaku...” Faith menyorongkan segulung uang,
lalu memejamkan matanya yang terasa sakit sesaat, mengingat-ingat dan
membukanya kembali untuk menambahkan,”Kembali.”
Faith heran betapa gila kedengarannya, namun mengingat bagaimana Paul,
kakaknya, yang bekerja di kantor pemesanan di luar kota yang sudah
ditinggalkan awal tahun ini untuk menyelesaikan keperawatan ekstra di Sydney
-Tallamundi hanya menyelenggarakan pendidikan keperawatan umum- dan
bagaimana Paul menyatakan bahwa sebagian pemesan tidak samar dan semua
karyawan tidak terganggu.
Karyawan ini tidak terganggu. Dia berkata,”Oh, ya, nampaknya anda
membutuhkan kelas turis. Tarif yang lebih murah memungkinkan anda lebih lama
dan lebih jauh dibanding kelas satu.”
“Turis,” Faith setuju.
“Untuk sejumlah ini,” hitung karyawan itu, masih tanpa rasa ingin tahu,”anda
bisa ‘melakukan’ New Zealand dengan bagus, baik di pulau-pulau Utara maupun
Selatan.”
“Aku tak ingin ‘melakukan’ sesuatu, aku hanya ingin pergi sejauh dan selama
aku bisa.”
“Tapi anda ingin kembali?” Nada suaranya sedikit bertanya-tanya dalam
ketenangannya. Faith menebak karyawan itu sedang bertanya pada diri sendiri
kalau dia sedang melarikan diri dari sesuatu, karena nampaknya demikian, lalu
mengapa dia kembali?
Seharusnya sejak awal Faith memberitahunya. Seharusnya dikatakannya
bahwa dia masih mempunyai waktu tiga bulan untuk sertifikat akhirnya, bahwa
dia tak boleh membiarkan sertifikat itu lepas dari genggamannya karena
nampaknya dia belum akan menikah -saat ini- sehingga akan membutuhkan
manfaatnya, bahwa dia harus kembali, meskipun dia enggan. Faith sudah
4. mengumpulkan jumlah yang cukup untuk pergi sejak di Sydney, karena sampai
Craig tiba pada titik ini, dia belum mengenal seseorang, belum ada pekerjaan
yang dilakukannya, pendeknya, bekerja. Faith sudah memperkirakan semalam
ketika akhirnya dia mengambil keputusan yang membawanya ke mari, ke kantor
pelayaran di mana uangnya baru saja disodorkan kepada karyawan itu, yang
setiap penny ditabungnya, akan habis selama kepergiannya. Kemudian dia akan
kembali dan menghadapi titik akhir – dan pada Beth dan Craig. Pada saat itu,
kalau Craig melakukan apa yang akan disampaikannya, pasangan itu, Beth dan
Craig, bisa menikah, situasi yang sejauh Craig risaukan, karena Beth tak tahu
apa-apa tentang itu, akan mereda.
“Biar kulihat …” karyawan itu berlagu,”untuk empat ratus dolar anda bisa
“melakukan” – “
“Bukan “melakukan”, pergi,” kata Faith lagi.
“Anda dapat pergi ke New Guinea … Filipina. Jepang akan di luar jangakuan,
saya khawatir, tapi di lain pihak” – karyawan itu menemukan inspirasi, ”untuk
jumlah ini dan untuk masa enam minggu atau lebih,” dia memberitahukan, “bisa
jadi Hong Kong.”
Dia mengatakannya dengan bersungguh-sungguh, dan Faith, yang
menghargai antusiasme, karena, sampai sekarang, dia selalu menggebu dengan
antusiasme, tanpa mau menggembosinya, berkata dengan nada bodoh, “Bagus
sekali, Hong Kong.” Dia menambahkan, “Aku ingin pergi sekarang kalau ada
kapalnya.”
“Ada kapal, tapi tak semudah itu.” Karyawan itu dengan nada sedikit
mencela. Hong Kong selalu menarik perhatian, menggetarkan jiwa,
kedengarannya menggairahkan, luar biasa, namun gadis ini - .
“Tak ada pelayaran?”
“Beberapa.”
“Lalu - ?”
“Sertifikat vaksinasi,” dia mengingatkan. “Paspor dapat dipercepat, tapi – “
“Maukah anda menpercepatnya untukku?”
“Ya, tapi vaksinasi itu. Anda pasti harus mempunyai pernyataan bebas
5. cacar, kolera - “
“Aku juga mempunyai tifoid juga demam kuning,” kata Faith. Dia
memperlihatkan semua sertifikat itu. “Aku seorang perawat penyakit tropis.” Ya,
segera sesudah dia kembali. “Aku juga mempunyai sebuah foto identitas.” Dia
memperlihatkannya.
Karyawan itu memutar nomor telepon sekarang, menyimak baik-baik,
menyampaikan persyaratan, menuliskan nomor pelayaran. Dia meletakkan
teleponnya kembali dan berkata pada Faith, “Kalau anda mau kembali pukul
empat.”
“Aku akan kembali,” janji Faith. Dia sedang berpikir bahwa pukul empat
akan menyisakan lebih sedikit waktu untuk Craig, dan itulah yang harus
dimilikinya. Lebih sedikit waktu. Dia bertanya, “Kapan kapal berangkat?”
“Cathay Queen berangkat besok tengah malam.” Karyawan itu
menambahkan, “Ke Hong Kong.”
Craig sedang duduk di bangku yang biasanya di sebelah kiri Hyde Park
Memorial Fountain Sydney. Dia sudah berdiri lama sebelum Faith menyeberangi
rumput yang licin menuju ke sebelahnya. Dia sudah pergi ke kantor pelayaran itu
lagi dan karyawan tersebut sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Tiket dan
sertifikatnya ada di dalam tas. Sekarang hanya tinggal Craig.
“Kau terlambat, Faith.” Matanya tersenyum agak sedih padanya dan
hatinya bimbang. Faith benci melakukannya, tapi dia tahu … dan Craig akan
tahu … hanya inilah caranya.
“Ayo kita berjalan,” kata Faith tersentak, dan Craig Collinson, meletakkan
ujung jarinya di bawah sikunya, bertanya “Seperti ini lagi, Faith?” Selalu saat
mereka kesulitan, dan sebagian besar waktu karena situasi itu mereka sudah
kesulitan, mereka berjalan bersisian, berusaha – tanpa pernah berhasil –
membicarakannya. Bagaimana mereka bisa berhasil ketika ada Beth, manis,
tercinta, namun Beth yang tiada untuk menghalangi jalan keluar?
“Ya,” kata Faith, “Seperti ini.”
Selama beberapa saat mereka berjalan tanpa bicara, luasnya kilauan
rumput, pepohonan, kebun teh Hyde Park dengan orang-orang duduk di bawah
6. payung bergaris-garis, air mancur keperakan dan Memorial Pool yang tenang tak
dihiraukan Faith, hanya kesedihan yang meliputinya.
Craig berbicara lebih dahulu. Dia berkata sedikit padat, “Ini kita, bukan?”
“Ya.”
“Tapi kita sudah berhubungan sebelumnya, sepakat bahwa meskipun
Beth dan aku bertunangan, sebuah pertunangan tidak seperti pernikahan.” Dia
berhenti, dia berhenti, tidak hanya kata-katanya tapi juga langkahnya, dan
membuat Faith berhenti bersamanya. “Bukankah itu benar, Faith?”
“Tidak. Maksudku kita tidak benar-benar berhubungan, kan, dan kita tidak
benar-benar sepakat, sebaliknya” – dengan mengiba – “akankah kita masih
bertemu, jika tidak secara rahasia selain pasti dengan rendah hati seperti ini?
Tidak, Craig, kita tidak berada di manapun, tapi kita akan segera. Kaulihat, aku
akan pergi.”
“Kau tak dapat melakukannya, kau terikat dengan rumah sakit.”
“Aku punya waktu hampir dua bulan untuk pergi dan karenanya aku akan
melakukannya.”
“Aku juga harus pergi, Faith. Kita bisa – “ Dia berhenti karena sentuhan
jari Faith di bibirnya.
“Hanya saja, bukan kita,” dia berkata dengan tenang namun mantap. “Kau
tetap tinggal untuk menikahi Beth, dan aku – aku pergi ke Hong Kong.”
“Hong Kong?”,pasti sekarang karyawan itu takkan mencela nada
bodohnya. Suara Craig tak mencerminkan apa-apa kecuali kebodohan.
“Ya. Tidak terencana namun karena ketersediaan. Hong Kong adalah
tempat yang sejauh dan selama uangku mencukupi; juga kapalnya akan berlayar
besok.”
“Besok - ? Dua bulan - ?” Craig terdiam sesaat. “Tapi kau akan kembali.”
“Untuk melengkapi sertifikatku, Craig, selesai. Craig, kau mengerti?”
Kesunyian makin meliputi mereka. Sepanjang Elizabeth Street sebuah bis
meraung lewat, namun hampir tidak mengusik kesunyian di antara mereka. Hyde
Park perlahan-lahan menjadi gelap. Pohon-pohon yang sore itu masih berwarna
keemasan telah berubah menjadi bayang-bayang ungu. Senja akan segera
7. menjelang.
“Ini takkan berguna, Craig,” kata Faith dengan hati-hati. “Kuakui sebuah
pertunangan bukanlah pernikahan, namun semua ini takkan berguna lagi.”
“Faith …..”
“Seandainya ini seseorang selain Beth, mungkin, Beth yang sama-sama
kita cintai….ya, Craig, cinta.”
Craig berkata dengan sedikit meredam suara bahwa jika Beth
mencintainya dia pasti sudah datang ke Sydney ketika Craig memintanya, tapi
Faith memotongnya.
“Kalian berdua sudah sepakat berpisah beberapa waktu sehingga kalian
dapat menabung untuk masa depan, Beth masih punya jabatan yang bagus di
Tallamundi, kau di sini. Itu saling menguntungkan, Craig.”
“Ya, tapi ketika aku memohon…”
Itu membutuhkan lebih dari sekedar jawaban. Beth seharusnya datang,
pikir Faith; uang tak boleh lebih penting daripada cinta. Tapi Beth menolak
dengan hanya dari sudut pandang Craig, berharap untuk menolongnya. Orang
muda yang memulai suatu urusan bersama membutuhkan kesatuan usaha,
bukan usaha dari salah satu pihak saja, meskipun Beth akan segera mendapat
pekerjaan di Sydney dengan mudah, jabatannya di Tallamundi adalah hal yang
sangat luar biasa dengan gaji yang sangat memuaskan.
“Dia menolak untukmu,” kata Faith memberitahu Craig.
“Aku tahu, dan aku seharusnya menghargainya, tapi saat itu aku terluka,
dan k au……”
“Aku ada di sini.” Suara Faith meledak. Karena itu sudah selesai, dan di
suatu tempat dalam dirinya dia sudah tahu semuanya.
Craig kesepian, Faith kesepian, mereka bertemu, melalui kekukuhan
pendirian Beth, dan menemukan hampir seketika sesuatu yang belum pernah
mereka sadari di Tallamundi, bahwa mereka menyukai hal yang sama, berjalan
dengan langkah yang sama. Mereka larut dalam kebersamaan.
Namun apakah kebersamaan itu – cinta?
Faith tak punya jawaban, dan dia tahu Craig juga tak punya jawaban.
8. Faith tahu bahwa, sebagaimana dirinya, Craig juga datang dengan penuh gairah
ke tempat mereka bertemu, mencari makna yang tak terukur dalam
persahabatan mereka, mendekati kesempurnaan bahwa haruslah menjadi dekat
untuk saling peduli. Namun seandainya ini sebuah kepedulian bukankah
seharusnya itu sudah terjadi di Tallamundi sana, di saat Craig sudah memilih
Beth di antara kedua gadis itu?
Sering kali dalam pembicaraan mereka Faith membahasnya, dan Craig
menjawab, “Ya, itu Beth nanti, tapi, maka tolonglah aku, Faith, sekarang aku tak
tahu.”
Kesulitannya adalah Faith tidak tahu, juga tidak yakin, namun akal sehat
mengatakan bahwa faktor geografi adalah hal yang kuat untuk saling peduli,
bahwa hal utama dalam cinta adalah berada di sana untuk dicintai. Contohnya,
seandainya Craig tidak meninggalkan Tallamundi ketika Faith
melakukannya…..seandainya mereka tidak berjumpa di Sydney…….
“Never the time and the place and the loved one together.” Ungkapan
Browning terlintas dalam pikiran Faith saat dia berdiri di taman bersama Craig,
dan dia tahu bahwa Beth seharusnya berada di sini pula, ini tentu membuat
waktu, tempat dua orang yang saling mencintai berada dalam kepastian, buka
ketidakpastian, seperti sekarang ini.
Ketidakpastian. Inilah yang harus diingatnya, inilah yang harus dicobanya
untuk membuat Craig juga melihatnya.
Dengan tenang, mantap, Faith memulai.
“Ini akan menjadi hal singkat yang sempurna, Craig, penuh cinta,
nostalgia, tapi tetap saja singkat. Ada keraguan yang tak terucapkan di antara
kita, kupikir, sedikit kesulitan yang harus kita alami. Berpisah saat kita melalui
jalan ini. Aku merasa - bersalah. Bukan alasan sebenarnya, tapi aku tetap
merasa bersalah. Kupikir - Kupikir kaupun merasakan hal yang sama.”
Ada kesunyian yang lama, bahkan lebih lama daripada kesunyian yang
menyelimuti mereka sebelumnya, lalu Craig Collinson berbicara perlahan-lahan.
“Aku berharap bisa membalikkan kata-katamu padamu, Faith, namun aku
tak bisa. Kaulihat, sayang, sepanjang waktu aku merasakan hal yang sama
9. denganmu - bersalah. Di sini, di Sydney ini, aku mencintaimu, namun tidak waktu
itu, di Tallamundi sana, dan aku harus mengakuinya. Kau anak manis, kau
sahabat terbaik Beth, namun semua berakhir di situ. Namun takkan berakhir
begitu saja, jauh dari Tallamundi, jauh dari Beth, dan aku menjadi bingung dan
tidak yakin karenanya. Oh, seandainya saja Beth tidak lebih berpikir tentang
rumah daripada apa yang ada di dalamnya, semangat, cinta.”
“Dia melakukannya, Craig, dengan caranya sendiri.”
“Aku tak menginginkan cara itu. Oh, aku tahu kami telah membuat
kesepakatan yang saling menguntungkan, namun aku menginginkan
spontanitas, sedikit nekad.”
“Mungkin,” kata Faith hati-hati, “Beth menginginkannya juga.”
“Maksudmu - Faith, apa maksudmu?”
“Maksudku, mungkin kau menerima penolakannya atas permintaanmu
agar Beth datang kemari, terlalu mudah. Beberapa wanita harus direpotkan,
Craig, didominasi. Mereka tak dapat menemukan celah masuk.” Faith yang
melihat kilatan ketertarikan dalam mata lelahnya, dan buru-buru melanjutkan.
“Beth selalu menjadi moluska kecil. Sedikit saja sentuhan kasar dia akan masuk
ke dalam cangkangnya.”
“Namun menyuruh seseorang untuk bergabung, itu bukan sentuhan
kasar.”
“Mungkin menyuruh iya. Memohon, meminta mungkin itulah yang
dibutuhkannya.”
“Tikus kecil!” Ada nada baru dalam suara Craig, dan Faith mengetahuinya.
Sekaranglah waktunya berpamitan.
“Craig, kau akan membantunya menemukan celah masuk, kau akan
melakukannya besok.”
“Dan kau?” Dia berkata dengan nada mengambang, dengan tanda-tanda
terluka menyamarkan ketertarikan yang baru saja menyertainya. “Dan kau,
Faith?”
“Aku akan bertolak ke Hong Kong. Saat aku kembali, aku ingin kau dan
Beth menikah, dengan atau tanpa rumah. Aku ingin semua ini” - Faith
10. mengembangkan tangannya samar-samar - “Tertinggal di belakang. Aku akan
selalu mengenang minggu-minggu ini dengan cinta, kau juga, tapi semua akan
terjadi, aku yakin itu, minggu-minggu dengan cinta, dan cinta, betapapun kuat
dan menguntungkan, itu bukanlah cinta sejati.”
Karena Craig masih saja kurang yakin, Faith segera berkata, “ Kami
berdua ada di depanmu sekarang, Craig. Beth, Faith. Tutup matamu dan jujurlah
sesaat, benar-benar jujur. Apakah dia ...?”
Craig mematuhinya. Dia menutup matanya, lama. Lalu dibukanya dan
berkata pelan, penuh keyakinan, “Dia Beth.”
Saat Faith membuat gerakan kecil menjauhinya, dia menangkap
lengannya, erat, dan menambahkan, “Tapi ini menjadi lebih daripada
menghabiskan waktu yang nyaman, Faith, ini akan menjadi hari-hari yang
dilingkari tinta merah untukku selama sisa hidupku. Kau sudah sangat berarti
untukku, dan akan selalu begitu. Kukira kau akan memiliki sebuah sudut di mana
Beth takkan pernah memasukinya.”
“Selama dia tak mengetahuinya.”
“Tak akan. Aku berjanji.” Dia berhenti dengan sedikit terluka. “Jadi, ini
sudah selesai. Selesai. Kau benar, tentu saja. Namun akan menjadi berat
awalnya, tidak bertemu denganmu setiap pagi, saat yang akan aku akan
kuhadapi malam ini.”
“Kau akan bertemu Beth.”
“Begitukah?” Kembali cahaya redup di mata Craig, sangat redup.
Faith merasa dia harus menggerakkannya, jadi dia bergurau, “Tapi
seandainya kau tak terlalu berkesan!”
Craig tertawa, “Aku seharusnya menamparmu karenanya. Namun aku
justru akan menciummu. Ciuman selamat tinggal. Dan hal yang lebih mustahil
dari semua ini, Faith, adalah bahwa kau dan aku bahkan tak pernah sejauh ini,
sejauh sebuah ciuman.” Dia membungkuk dan mencium bibir Faith.
Dalam pelukan Craig, balas mencium, tiba-tiba saja Faith, hampir seperti
tersengat listrik, menyadari adanya kehadiran orang ketiga. Ketika mereka
berhenti berjalan secara naluri, tak seorangpun di antara mereka yang melihat
11. lingkungan sekitar. Mungkin dia - seorang pria - sudah berada di sana sepanjang
waktu, duduk di bangku, terlalu bijaksana, atau mungkin menjadi malu untuk
begerak menjauh.
Kini, seolah oleh sebuah magnet, Faith menatap melalui bahu Craig,
seorang pria yang sangat besar, sangat gelap, bangga dan terbuka. Dia nampak
asing, pikir Faith samar, agak Spanyol, dan itu sedikit mengejutkannya, karena
Sydney, meskipun penuh penduduk migran yang berasal dari selusin negara,
hanya ada sedikit warga negara Spanyol. Meski mungkin pria ini, Faith
penasaran, seorang migran, karena hanya ada satu kata sifat untuk
menggambarkannya di samping membedakannya. Kaya. Dengan pakaian, aura
ketegasan dan kebanggaan semacam itu, dia pasti orang kaya.
Craig berbicara lagi, lebih lancar sekarang, lebih terkontrol, tapi Faith
masih saja menatap pria itu. Dalam ketakutan Faith, pria itu balas menatapnya
dengan mantap. Matanya bahkan lebih gelap daripada rambutnya, hitam pekat,
dan ada kilatan amarah di dalamnya dan ketika dia menatap Faith tadi, juga ada
kebencian yang nyata. Baiklah, pikir Faith, nampaknya tak elok, berciuman di
taman.
Dia menarik diri dari pelukan Craig.
“Jangan temui aku besok malam, Craig. Tidak, aku mendesakmu dengan
tegas. Lihat, aku bahkan tak akan berdiri di dek untuk menyaksikan
keberangkatanku sendiri. Ketika aku meninggalkanmu, seperti aku akan pergi
sekarang, aku bahkan tak akan berbalik untuk melambaikan tanganku.”
“Aku akan menemuimu kembali, Craig. Kau dan Beth. Dan - dan semoga
Tuhan memberkatimu.”
Faith benar-benar menarik diri sekarang, berbalik dan pergi. Dia
melakukan seperti apa yang telah diucapkannya, dia tak pernah menoleh. Ada
air mata di matanya, dan berjuta beban dihatinya, namun dia tetap melangkah.
Namun pada tengah malam berikutnya, pada keberangkatan Cathay
Queen, Faith tidak melakukan apa yang telah diucapkannya, justru dia berdiri di
dek untuk melihat ucapan selamat jalan, karena dia menyadari bahwa keramaian
dan kegembiraan itu terlalu sulit ditahan.
12. Dan di sampingnya, tiba-tiba saja, atau begitulah kelihatannya, karena dia
tidak memperhatikan dari awal akan kehadirannya, pria besar, gelap dan bangga
yang dilihatnya di Hyde Park, pria yang telah menatapnya dengan kebencian
yang nyata, kini menatapnya kembali dan berkata dalam suara yang tepat,
terlalu bagus, suara orang asing yang dikenalinya dengan bahasa Inggris yang
sempurna - atau malah dingin:
“Jadi, senorita, sekarang tak ada ucapan selamat jalan cinta.”
Senorita. Jadi benar, Faith berkata pada dirinya sendiri saat membongkar
tasnya di kamar kabin di dek D. Orang asing yang besar dan gelap itu adalah
orang Spanyol. Dia mendapati bahkan lebih tidak biasa seorang Spanyol yang
bepergian ke Hong Kong daripada seorang Spanyol yang mencari tempat tinggal
baru di Australia, meskipun, dia mengingatkan dirinya sendiri dengan penuh
sesal, seorang bangsawan Spanyol seperti pria itu nampaknya tak akan mencari
tempat tinggal baru di manapun, dia tak membutuhkan lebih dari lusinan castilo
yang mungkin telah dimilikinya.
Faith belum menjawab tuduhan dingin di atas sana, di dek berpendar
pelangi. Pelabuhan itu memperlihatkan pemandangan terbaiknya dalam
gemerlap, dan harapan di kepala, meninggalkan sinar bulan dalam air segelap
anggur, yang memaksanya untuk tinggal, namun, dengan membalikkan tumitnya,
tanpa menatap pria itu, Faith telah turun.
Akan ada sedikit ketakutan bertemu kembali. Cathay Queen mengangkut
penumpang dari dua kelas yang berbeda, dan pria itu, tak diragukan lagi, hanya
akan menjadi bagian dari kelas itu, Kelas Utama. Selama pelayaran, hal-hal
yang menyenangkan selama tetap di kelas masing-masing tak akan ada
masalah, tapi saat kapal ada di laut ... Oh, tidak, Faith tak perlu meresahkan
kejadian di taman itu- tidak terlalu meresahkannya, mungkin lebih pada
menyesali atas turut campurnya kebencian pria tinggi gelap itu - karena dia tak
akan bertemu lagi.
Teman-teman sekabin bergabung, semua seusia, dan semua berteman.
“Kami penasaran seperti apa rupanya teman keenam kami,” mereka
tersenyum. “ Kami benar-benar berharap untuk mengisi semua tempat tidur kami
13. dari grup kami sendiri, tapi itu pasti menghabiskan uang. Kukira, kau seperti
kami, hanya menunggu untuk menghabiskan dolar Hong Kong di Kowloon.”
Faith seharusnya mengatakan bahwa uang yang tersisa di dompetnya
bahkan tak dapat mengeluarkan suara gemerincing, tapi, seperti wabah, mereka
melanjutkan. Mereka semua bertunangan ... bagaimana dengannya? ... dan
sedang memanfaatkan liburan terakhir masa gadis mereka ke Hong Kong untuk
menambah persediaan di masa depan. Tak ada di manapun, semua orang tahu,
menyukai liburan ke Hong Kong ini, dengan kelimpahan segala sesuatunya di
bumi, segala sesuatu yang tidak biasa, eksotis dan indah, untuk menghabiskan
uang. Adrienne menginginkan tirai merah berpernis, Miriam kapur barus. Faith
senang karena dalam luapan kegembiraan, mereka tidak sempat menanyakan
apa yang ingin dibelinya.
Faith bergabung dengan mereka pada hari berikutnya, namun untuk
semua persahabatan ini dia tahu bahwa dia tak akan pernah benar-benar
menjadi bagian dari mereka. Mereka telah memiliki segalanya jauh sebelumnya,
dan entah bagaimana, untuk semua kata-katanya yang berani kepada Craig,
untuk semua keyakinan dalam dirinya bahwa dia telah melakukan hal yang
benar, Faith merasa dia telah meninggalkan segalanya di belakang.
Cathay Queen menjelajahi pantai timur Australia, mengarungi bermil-mil
pantai yang sempurna, menyusuri keindahan tak terbayangkan dari pulau-pulau
karang di Great Barrier Reef, permainan kapal seperti biasa, berpesiar, dan
menari bersama-sama di Brisbane, Cairns, Port Moresby di New Guinea, lalu
Manila di Filipina, di mana Faith, yang dengan hemat memutuskan untuk
membiarkan dirinya sendiri mengendarai kereta kuda, sangat gembira saat
menyadari dirinya dihadiahi sebuah pesiar untuk perjalanan singkat di
pegunungan subur di bawah kota propinsi. Dia mendapat keberuntungan serupa
dalam pesiar gratis di Cairns dan Moresby, menyaksikan pemandangan bawah
air di Green Island, Chairns, perjalanan ke bukit di Moresby, menggembirakan
dan tak terduga. Karena Manila yang sedikit semrawut dan lusuh, kesempatan
untuk melihat lebih banyak dari ibukota negara itu sudah menggembirakannya,
meskipun dia tak dapat mengingat perlombaan ataupun kontes apapun.
14. Pun gadis-gadis itu, dan mereka hanya dapat menatapnya cemburu saat
Faith meluncur. Jejak perjalanan mereka di Manila hanyalah jeepney, atau jeep
yang telah dimodifikasi untuk mengangkut enam atau delapan orang, karena
belanja di Hong Kong masih samar-samar, dan mereka menolak untuk
mengeluarkan lebih banyak uang.
“Tapi aku tak menolak perjalanan singkat yang gratis,” desah Adrienne.
“Kau dapat berbagi jawaban yang jitu dengan kami.”
“Aku tak ingat jawaban jitu apapun,” kata Faith. “Aku tak ingat perlombaan
apapun.”
Meski demikian Faith tak membiarkan hal ini menjadi teka-teki, dia hanya
menikmati dirinya sendiri ... meskipun diakuinya keberadaan pria besar dan
gelap itu bahkan lebih agung daripada semua kulit putih tropis berjalan di antara
pengunjung lain, membawa beberapa kenikmatan sebagaimana diingatnya pada
pertemuan sebelumnya.
“Mungkin,” usul pemandu Filipinanya yang banyak senyum, dia selalu
tersenyam menghargai Faith, “gadis muda ini ingin bergabung dengan turis
Cathay Queen kami yang lain.”
Ingin menyetujui, Faith mengingatkan dirinya akan identitas turis yang lain
tersebut, dan menolak.
Orang Filipina itu mengangkat bahu, dan Faith tak lagi melihat pria gelap
itu, sedikit mengharap lima hari kemudian saat mereka tiba di Hong Kong, dia
melihatnya saat berdiri di dek, melihatnya datang dengan sengaja ke arahnya,
bahkan saat mereka di pelabuhan lagi dan batas antar kelas menjadi lebih
longgar, mempercepat langkah menuju ke arahnya. Faith tak ingin lagi
komentarnya yang sempurna dan kering, dia juga tak ingin ketinggalan satu
detilpun dari, mungkin pelabuhan yang paling mempesona di dunia, maka,
dengan sengaja, Faith menarik diri ke sisi lain ...yang rahasia ...di dalam relung.
Suatu saat dia melupakannya dalam pesona yang luar biasa dari
kehalusan warna-warna dan nyanyian, pemandangan-pemandangan dan suara-
suara yang memabukkan, petunjuk-petunjuk ribuan rahasia aneh, pelabuhan-
pelabuhan yang seperti ukiran dan kota-kota berpagoda, jung-jung, sampan-
15. sampan, perahu-perahu dayung hampir tumpah-ruah oleh orang-orang yang
berdagang, mengemis, berjualan, air yang harum, karenanya Hong Kong secara
harafiah berarti “Fragant Harbour, “ dari koloni permata kecil ini.
Dan sebagaimana Faith melupakankan sosok orang asing yang gelap itu
dari benaknyanya, Faithpun melupakan Craig Collinson. Akhirnya.
(bersambung)