SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 44
TAJAM PENGLIHATAN DAN
KELAINAN REFRAKSI
Dr. Ellya Thaher, SpM, M.Kes
Objek Penglihatan
Benda yang
dapat dilihat
Benda sumber cahaya
Benda bukan sumber cahaya
Ada pantulan sinar ke mata, terjadi
pembiasan sinar, bayangan
benda sampai ke retina
Refraksi
Proses pembelokan jalannya sinar apabila sinar
melewati 2 medium yang berbeda
kerapatannya
Media refraksi
•Kornea ( n = 1,376)
•Akuos Humor ( n = 1,336)
•Lensa ( n = 1,386)
•Korpus vitreus ( n = 1,336)
Lensa
• Sinar yang berasal dari titik yang terletak 5m
(6m; 20 feet) dari mata dianggap memasuki
pupil mata sebagai sinar sejajar
Sumbu
utama
F1 F2
Sferis + dan -
Silinder
• Beberapa Jenis Lensa:
1. Lensa Plano
– Tidak memiliki efek bias
– Titik lengkung sama
1. Lensa Sferis
– Minus  bagian tengah lebih tipis
efek divergensi cahaya
– Plus  bagian tengah lebih tebal
efek konvergensi cahaya
1. Lensa Silindris
memiliki aksis (poros)
Sinar yang melewati poros tidak dibias
Sinar bidang tegak lurus pada poros dibiaskan
Kekuatan lensa/ daya bias lensa  DIOPTRIKekuatan lensa/ daya bias lensa  DIOPTRI
Makin besar daya bias lensa, makin dekat
titik apinya pada lensa
Makin besar daya bias lensa, makin dekat
titik apinya pada lensa
f = 20 cm = 0,2 m ; KL= 1 / 0,2 = 5D
KL = 2 D ; f = 100 / 2 = 50 cm
Tajam Penglihatan
• Ditentukan menggunakan optotyp Snellen.
• Pemeriksaan dilakukan pada jarak 5 atau 6 m
• Tiap huruf Snellen membentuk sudut 5 menit pada
jarak tertentu.
• Huruf pada baris 60 berarti huruf tersebut
membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 m
• Tajam penglihatan 6/6:
pasien dapat mengenali huruf
pada jarak 6 m, yang oleh
orang normal huruf tersebut
dapat dilihat pada jarak 6 m
• Jika pasien hanya mampu
mengenali huruf pada baris 30,
berarti tajam penglihatan 6/30
• Hitung jari;
jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal
pada jarak 60 m
• Tajam penglihatan 3/60
Pasien hanya dapat menghitung jari 3 m
• Tajam penglihatan 1/60
 Pasien hanya dapat menghitung jari 1 m
• Lambaian tangan dapat dilihat oleh orang
normal pada jarak 300 m
• 1/300
 pasien hanya mengenal lambaian tangan
• Orang normal dapat melihat sinar pada jarak
tak terhingga
• 1/~  pasien hanya mengenal ada sinar
• Visus 0 ; pasien tidak mengenal adanya sinar
Akomodasi
• Daya akomodasi = DIOPTRI
Adalah kemampuan mata untuk mengubah
kecembungan lensa dengan kontraksi otot siliar
 bayangan fokus di retina
Amplitudo akomodasi
Perubahan dioptri yang diperoleh bila mata
berakomodasi maksimal dengan mata dalam keadaan
relaksasi
Menurun dengan bertambahnya umurMenurun dengan bertambahnya umur
Umur 8 thUmur 8 th 14 D14 D
Umur 50 thUmur 50 th  2D2D
Punctum Remotum
Titik terjauh yang tanpa akomodasi dibiaskan di
retina
Punctum Remotum
Titik terjauh yang tanpa akomodasi dibiaskan di
retina
Punctum Proximum
Titik tedekat yang dengan akomodasi sekuat-
kuatnya dibiaskan di retina
Punctum Proximum
Titik tedekat yang dengan akomodasi sekuat-
kuatnya dibiaskan di retina
KELAINAN KELAINAN REFRAKSI
• Sinar sejajar dengan garis pandang yang
masuk pupil, tanpa akomodasi dibiaskan di
makula dengan tajam penglihatan 6/6/> baik
Emetropia
Ametropia
Miopia
Sinar sejajar garis pandang , tanpa akomodasi
dibias di depan retina
sebab:
• sumbu mata terlalu panjang (Mp axial)
• daya pembiasan mata terlalu kuat(Mp ref)
• kornea terlalu lengkung: keratoconus
• lensa terlalu cembung: katarak imatur
• posisional miopia : lensa lebih keanterior
Variasi klinis miopia
• 1.Kongenital miopia
-didiagnosa pada usia 2-3 th
-unilateral,manifest sbg anisometropia
-kelainan refraksi 8-10D konstan
-anomali kongenital
seperti;katarak,aniridia,mikroptalmus
megalo kornea
2.Simple/Development myopia
-fisiologis,umum terjadi
-tidak ada hubungan dengan penyakit
mata
-prevalensi meningkat
2% -> usia 5th
;14% -> 15th
8-12 th peningkatan tajam -> school
myopia.
-genetik
kedua orang tua miop -> 20%
satu orang tua miop -> 10%
orang tua tidak miop -> 5%
Gambaran klinis
1.Kabur jauh -> gejala utama
2.Astenopia -> miop ringan
3.Mengecilkan mata
Tanda
- bola mata menonjol
- coa lebih dalam
- pupil agak besar
- fundus normal
Pertambahan per tahun -o,5+ -0,3D
Sampai usia 18-20th
Tidak lebih 6-8D
3.Patologi miopia=degeneratif=progresif
miopia.
- mulai usia 5-10th
- karena perubahan degeneratif pada
mata
- faktor heriditer
- pertumbuhan yang cepat aksial bola
mata
• Terapi
• 1.kaca mata
• 2.lensa kontak
• 3.operasi
• 4.low vision aid,bila tidak ada yang bisa
• Pencegahan
• - konseling genetik
Komplikasi
•Degenerasi makula
•Degenerasi retina perifer
•Miopik kresen pada papil
Derajat Miopia
•Ringan 1 – 3 D
•Sedang 3 – 6 D
•Tinggi >6 D
Gejala subjektif:
•Kabur jauh: dekat terang
•PR dekat: Astenopia konvergensi
• Terapi
• Lensa sferis negatif (S -) terkecil
• Pada anisometrop, dengan perbedaan OD &
OS > 3D maka koreksi terbesar diperlemah
• Misal :
• OD: S-1 : 6/6 OD: S-1
• OS: S-5 : 6/6 OS: S-3
Hipermetropia
• Sinar sejajar dengan sumbu mata dibias
dibelakang retina
• Untuk membedakan emetrop dan hipermetrop,
tambahkan S+ 0,50 di depan mata, pada
emetrop akan menjadi kabur dan pada
hipermetrop tambah terang atau tetap
Waktu lahir bola mata lebih pendek
+2 sp +3 hipermetrop
5 – 7th
-> emetrop -> 50th
> 50th
cenderung hipermetrop +2-+3D
-> senil hipermetrop,karena perubahan kristalin
lensa.
Etiologi
1.aksial hipermetrop
aksial bola mata lebih pendek
-refraktif powernya normal
2.kurvatura hipermetrop
kurvatura kornea atau lensa atau
keduanya lebih datar dari normal,shg
kekuatan refraksi mata jadi menurun
3.indeks hipermetropia
menurunnya Indeks refraksi lensa de
ngan bertambahnya usia
4.posisional hipermetropia
letak lensa lebih ke posterior
5.tidak ada lensa/aphakia
Bentuk klinis
1.simple/development hipermetropia
karena pertumbuhan bola mata
aksial dan kurvatura
2.patologi hipermetropia
indeks;posisional hipermetropia dan apakia
3.fungsional hipermetropia
paralisis otot akomodasi,pasien dengan
paralise n III
Gejala subjektif:
•Lelah
•Pusing
•Sakit kepala
Akomodasi terus-menerusAkomodasi terus-menerus
ASTENOPIA AKOMODATIF
ESOTROPIA
Penyebab
Sumbu mata terlalu pendek
Daya pembiasan terlalu lemah
Penyebab
Sumbu mata terlalu pendek
Daya pembiasan terlalu lemah
Komponen Hipermetropia
-total hipermetropia ->kelainan refraksi yang
didapat dengan sikloplegia
-hp total=hp manifes+hp laten
-hp laten 1D dapat dikoreksi otot siliaris
-hp manifes tidak bisa dikoreksi oleh kontraksi
otot siliaris
Klinis tergantung usia dan besarnya ukuran
dioptri.
Jika derajatnya kecil dan usia
muda,asimptomatik
-astenopia; full koreksi karena akomodasi
yang terus menerus
Tanda
• 1.bola mata lebih kecil
• 2.kornea lebih kecil dibanding normal
• 3.coa lebih dangkal
• 4.biometri -> anterior-posterior bola
mata lebih pendek.
Komplikasi
• 1.blefaritis,kalazion -> karena menggo
sok mata berulang-ulang(merasa
kabur)
• 2.juling konvergen akomodasi -> akomo
dasi berlebihan anak2 usia 2-3 th
• 3.ambliopia
• 4.predisposisi glaukoma sudut sempit
Terapi
1.Kaca mata
• Lensa sferis positif terbesar agar melihat baik
tanpa akomodasi  hipermetrop manifest
• Anak-anak: HpM + ¼ HpL, 1/3 HpL, ½ HpL
• Jika koreksi dilakukan dengan melumpuhkan
akomodasi dengan sikloplegik maka
dibutuhkan lensa + lebih besar:
Hipermetrop total
Anak-anak hp latennya lebih tinggi dan
berkurang seiring bertambahnya usia.
• Pemberian lensa sferis + sesuai dengan
derajat Hp Manifest
• Jika tidak ada keluhan tidak diberikan
kacamata.
• 2.Lensa kontak
• 3.Operasi
Astigmatismus
• Jika dengan lensa sferis ≠ 6/6 : astigmat
• Refraksi astigmat adalah sinar sejajar
sumbu penglihatan tidak dibiaskan pada satu
titik, tetapi pada banyak titik
TitikTitik
pembiasanpembiasan
Tidak teratur ( astigmat ireguler)Tidak teratur ( astigmat ireguler)
Permukaan kornea tidak teraturPermukaan kornea tidak teratur
Teratur ( astigmat reguler)Teratur ( astigmat reguler)
Astigmat Regular
1. Astig: Miopia (hipermetropia)simpleks;
kelainan pada satu sumbu miop/hipermetrop
dan lainnya emetrop
2. Astig: Miopia (hipermitropia) kompositus;
kedua meridian miop atau hipermetrop
3. Astig mikstus
suatu meridian miop dan meridian lainnya
hipermetrop
Etiologi terbanyak adalah abnormalitas kurvatu
ra kornea -> korneal astigmat.
Terapi
• Lensa silinder
• Untuk astigmat ireguler: lensa kontak
Ametropia Kausa
Lensa koreksi Refraksi Aksial
Miopia Lensa - Bias kuat Bola mata panjang
Hipermetropia Lensa + Bias
lemah
Bola mata pendek
Astigmat
reguler
Kacamata
silinder
Kurvatur 2 meridian tegak lurus
Astigmat
ireguler
Lensa kontak Kurvatur kornea ireguler
Presbiopia
• Jika punctum prox letaknya jauh dari jarak
baca
• Timbul usia 40 tahun
• Koreksi dengan lensa sferis +
– 40 th add S+1,00
– 45 th add S+1,50
– 50 th add S+2,00
– 55 th add S+2,50
– 60 th add S+3,00
Uji Refraksi
• Periksa mata satu persatu, biasakan OD
dahulu
1.Visus tanpa koreksi
2.Visus dengan koreksi
3.Adisi untuk 40 tahun keatas
4.Ukur pupil distansi (PD)
5.Buat R/ kacamata
Uji Pin Hole
• Untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan karena kelainan refraksi
atau anatomis
COMPUTER VISION SYNDROME (CVS)
• Adalah dampak negatif akibat
pemakaian komputer atau video
display terminal (VDT)
• Kumpulan gejala; okuler, non
okuler setelah bekerja di depan
komputer
• CVS terjadi pada 75% pekerja
yang menggunakan komputer 6 –
9 jam /hari
Gejala okuler
Astenopia
Eye strain
Dry eye
Penglihatan buram
Iritasi mata
Manifestasi klinis
Gejala non okuler
Sakit kepala (frontal & oksipital)
Nyeri otot leher
Nyeri otot punggung
Etiopatogenesis
1. Mekanisme permukaan okular
mata kering, seperti berpasir, rasa berat (paling
sering). Hal ini disebabkan lingkungan AC, kipas
angin, debu, bertambah usia, produksi air mata 
1. Mekanisme akomodatif
huruf pada layar terdiri dari titik-titik halus yang
tersusun sehingga mata akan berakomodasi secara
berulang-ulang agar tulisan terlihat jelas
3. Mekanisme ekstraokuler
gangguan tajam penglihatan mempengaruhi organ
tubuh seperti otot. Pengguna komputer yang melihat
tulisan tidak jelas  memicu gerakan kepala leher,&
bahu sehingga pegal.
Penatalaksanaan
1. pencahayaan  tidak terlalu terang, pakai
filter akan mengurangi silau.
2. Posisi layar komputer  jarak layar –
mata34 -40 cm, bagian tengah layar 5 – 6
inchi dibawah garis pandang.
3. Istirahat,bekerja selama 4jam tanpa istirahat
 CVS.
4. Lubrikasi mata.
5. Kacamata yang sesuai.
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Adhita Dwi Aryanti
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
Novi Vie Opie
 
Pemicu iii modul inera (mata diabetik)
Pemicu iii modul inera (mata diabetik)Pemicu iii modul inera (mata diabetik)
Pemicu iii modul inera (mata diabetik)
Nita Thamrin
 

La actualidad más candente (20)

Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Presentasi katarak senilis penyuluhan
Presentasi katarak senilis penyuluhanPresentasi katarak senilis penyuluhan
Presentasi katarak senilis penyuluhan
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
3. lensa
3. lensa3. lensa
3. lensa
 
Ablasio retina
Ablasio retinaAblasio retina
Ablasio retina
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
Pemeriksaan khusus Mata
Pemeriksaan khusus MataPemeriksaan khusus Mata
Pemeriksaan khusus Mata
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
ambliopia
ambliopiaambliopia
ambliopia
 
Pemicu iii modul inera (mata diabetik)
Pemicu iii modul inera (mata diabetik)Pemicu iii modul inera (mata diabetik)
Pemicu iii modul inera (mata diabetik)
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 

Destacado

Destacado (20)

Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visusPemeriksaan visus
Pemeriksaan visus
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi
 
Kelainan Refraksi
Kelainan RefraksiKelainan Refraksi
Kelainan Refraksi
 
Penglihatan
PenglihatanPenglihatan
Penglihatan
 
Kelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan LasikKelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan Lasik
 
Kelainan refraksi
Kelainan refraksiKelainan refraksi
Kelainan refraksi
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
 
Pulstaile tinitus radiology
Pulstaile tinitus radiologyPulstaile tinitus radiology
Pulstaile tinitus radiology
 
WOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata GlaukomaWOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata Glaukoma
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 
SOP Irigasi telinga dan mata
SOP Irigasi telinga dan mataSOP Irigasi telinga dan mata
SOP Irigasi telinga dan mata
 
Katarak upt puskesmas bantarsari
Katarak upt puskesmas bantarsariKatarak upt puskesmas bantarsari
Katarak upt puskesmas bantarsari
 
Konjungtivitis gonoredan penatalaksanaannya
Konjungtivitis gonoredan penatalaksanaannyaKonjungtivitis gonoredan penatalaksanaannya
Konjungtivitis gonoredan penatalaksanaannya
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peradangan Pada Mata (Konjungtivitis)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Peradangan Pada Mata (Konjungtivitis)Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Peradangan Pada Mata (Konjungtivitis)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peradangan Pada Mata (Konjungtivitis)
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 

Similar a 1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi

Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
megaapr
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
megaapr
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
megaapr
 
Buku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optikBuku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optik
ajeng karina
 
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxPenggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
MuhammadReza735642
 
Askep myopia
Askep myopiaAskep myopia
Askep myopia
q_key
 

Similar a 1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi (20)

KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptxKP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
 
Kelainan Refraksi
Kelainan RefraksiKelainan Refraksi
Kelainan Refraksi
 
173043078 case-mi-op-selvi-edit
173043078 case-mi-op-selvi-edit173043078 case-mi-op-selvi-edit
173043078 case-mi-op-selvi-edit
 
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptxPenyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
 
1. mata (01)
1. mata (01)1. mata (01)
1. mata (01)
 
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdfCRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
 
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedoktrefleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
 
ALAT OPTIK FISIKA SMA
ALAT OPTIK FISIKA SMAALAT OPTIK FISIKA SMA
ALAT OPTIK FISIKA SMA
 
Biologi : ALAT INDERA MANUSIA (MATA)
Biologi : ALAT INDERA MANUSIA (MATA)Biologi : ALAT INDERA MANUSIA (MATA)
Biologi : ALAT INDERA MANUSIA (MATA)
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Miopi
Miopi Miopi
Miopi
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Buku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optikBuku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optik
 
Sistem Penglihatan
Sistem PenglihatanSistem Penglihatan
Sistem Penglihatan
 
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxPenggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
 
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
 
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdfMAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
 
Askep myopia
Askep myopiaAskep myopia
Askep myopia
 

Más de fikri asyura (20)

Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Tb
TbTb
Tb
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Askariasis
AskariasisAskariasis
Askariasis
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Ankilostomiasis
AnkilostomiasisAnkilostomiasis
Ankilostomiasis
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 

Último

PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 

Último (20)

PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 

1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi

  • 1. TAJAM PENGLIHATAN DAN KELAINAN REFRAKSI Dr. Ellya Thaher, SpM, M.Kes
  • 2. Objek Penglihatan Benda yang dapat dilihat Benda sumber cahaya Benda bukan sumber cahaya Ada pantulan sinar ke mata, terjadi pembiasan sinar, bayangan benda sampai ke retina
  • 3. Refraksi Proses pembelokan jalannya sinar apabila sinar melewati 2 medium yang berbeda kerapatannya Media refraksi •Kornea ( n = 1,376) •Akuos Humor ( n = 1,336) •Lensa ( n = 1,386) •Korpus vitreus ( n = 1,336)
  • 4. Lensa • Sinar yang berasal dari titik yang terletak 5m (6m; 20 feet) dari mata dianggap memasuki pupil mata sebagai sinar sejajar Sumbu utama F1 F2 Sferis + dan - Silinder
  • 5. • Beberapa Jenis Lensa: 1. Lensa Plano – Tidak memiliki efek bias – Titik lengkung sama 1. Lensa Sferis – Minus  bagian tengah lebih tipis efek divergensi cahaya – Plus  bagian tengah lebih tebal efek konvergensi cahaya 1. Lensa Silindris memiliki aksis (poros) Sinar yang melewati poros tidak dibias Sinar bidang tegak lurus pada poros dibiaskan
  • 6. Kekuatan lensa/ daya bias lensa  DIOPTRIKekuatan lensa/ daya bias lensa  DIOPTRI Makin besar daya bias lensa, makin dekat titik apinya pada lensa Makin besar daya bias lensa, makin dekat titik apinya pada lensa f = 20 cm = 0,2 m ; KL= 1 / 0,2 = 5D KL = 2 D ; f = 100 / 2 = 50 cm
  • 7. Tajam Penglihatan • Ditentukan menggunakan optotyp Snellen. • Pemeriksaan dilakukan pada jarak 5 atau 6 m • Tiap huruf Snellen membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu. • Huruf pada baris 60 berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 m
  • 8. • Tajam penglihatan 6/6: pasien dapat mengenali huruf pada jarak 6 m, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 m • Jika pasien hanya mampu mengenali huruf pada baris 30, berarti tajam penglihatan 6/30
  • 9. • Hitung jari; jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 m • Tajam penglihatan 3/60 Pasien hanya dapat menghitung jari 3 m • Tajam penglihatan 1/60  Pasien hanya dapat menghitung jari 1 m
  • 10. • Lambaian tangan dapat dilihat oleh orang normal pada jarak 300 m • 1/300  pasien hanya mengenal lambaian tangan • Orang normal dapat melihat sinar pada jarak tak terhingga • 1/~  pasien hanya mengenal ada sinar • Visus 0 ; pasien tidak mengenal adanya sinar
  • 11. Akomodasi • Daya akomodasi = DIOPTRI Adalah kemampuan mata untuk mengubah kecembungan lensa dengan kontraksi otot siliar  bayangan fokus di retina Amplitudo akomodasi Perubahan dioptri yang diperoleh bila mata berakomodasi maksimal dengan mata dalam keadaan relaksasi Menurun dengan bertambahnya umurMenurun dengan bertambahnya umur Umur 8 thUmur 8 th 14 D14 D Umur 50 thUmur 50 th  2D2D
  • 12. Punctum Remotum Titik terjauh yang tanpa akomodasi dibiaskan di retina Punctum Remotum Titik terjauh yang tanpa akomodasi dibiaskan di retina Punctum Proximum Titik tedekat yang dengan akomodasi sekuat- kuatnya dibiaskan di retina Punctum Proximum Titik tedekat yang dengan akomodasi sekuat- kuatnya dibiaskan di retina
  • 13. KELAINAN KELAINAN REFRAKSI • Sinar sejajar dengan garis pandang yang masuk pupil, tanpa akomodasi dibiaskan di makula dengan tajam penglihatan 6/6/> baik Emetropia Ametropia
  • 14. Miopia Sinar sejajar garis pandang , tanpa akomodasi dibias di depan retina sebab: • sumbu mata terlalu panjang (Mp axial) • daya pembiasan mata terlalu kuat(Mp ref) • kornea terlalu lengkung: keratoconus • lensa terlalu cembung: katarak imatur • posisional miopia : lensa lebih keanterior
  • 15. Variasi klinis miopia • 1.Kongenital miopia -didiagnosa pada usia 2-3 th -unilateral,manifest sbg anisometropia -kelainan refraksi 8-10D konstan -anomali kongenital seperti;katarak,aniridia,mikroptalmus megalo kornea
  • 16. 2.Simple/Development myopia -fisiologis,umum terjadi -tidak ada hubungan dengan penyakit mata -prevalensi meningkat 2% -> usia 5th ;14% -> 15th 8-12 th peningkatan tajam -> school myopia.
  • 17. -genetik kedua orang tua miop -> 20% satu orang tua miop -> 10% orang tua tidak miop -> 5% Gambaran klinis 1.Kabur jauh -> gejala utama 2.Astenopia -> miop ringan 3.Mengecilkan mata
  • 18. Tanda - bola mata menonjol - coa lebih dalam - pupil agak besar - fundus normal Pertambahan per tahun -o,5+ -0,3D Sampai usia 18-20th Tidak lebih 6-8D
  • 19. 3.Patologi miopia=degeneratif=progresif miopia. - mulai usia 5-10th - karena perubahan degeneratif pada mata - faktor heriditer - pertumbuhan yang cepat aksial bola mata
  • 20. • Terapi • 1.kaca mata • 2.lensa kontak • 3.operasi • 4.low vision aid,bila tidak ada yang bisa • Pencegahan • - konseling genetik
  • 21. Komplikasi •Degenerasi makula •Degenerasi retina perifer •Miopik kresen pada papil Derajat Miopia •Ringan 1 – 3 D •Sedang 3 – 6 D •Tinggi >6 D Gejala subjektif: •Kabur jauh: dekat terang •PR dekat: Astenopia konvergensi
  • 22. • Terapi • Lensa sferis negatif (S -) terkecil • Pada anisometrop, dengan perbedaan OD & OS > 3D maka koreksi terbesar diperlemah • Misal : • OD: S-1 : 6/6 OD: S-1 • OS: S-5 : 6/6 OS: S-3
  • 23. Hipermetropia • Sinar sejajar dengan sumbu mata dibias dibelakang retina • Untuk membedakan emetrop dan hipermetrop, tambahkan S+ 0,50 di depan mata, pada emetrop akan menjadi kabur dan pada hipermetrop tambah terang atau tetap
  • 24. Waktu lahir bola mata lebih pendek +2 sp +3 hipermetrop 5 – 7th -> emetrop -> 50th > 50th cenderung hipermetrop +2-+3D -> senil hipermetrop,karena perubahan kristalin lensa. Etiologi 1.aksial hipermetrop aksial bola mata lebih pendek
  • 25. -refraktif powernya normal 2.kurvatura hipermetrop kurvatura kornea atau lensa atau keduanya lebih datar dari normal,shg kekuatan refraksi mata jadi menurun 3.indeks hipermetropia menurunnya Indeks refraksi lensa de ngan bertambahnya usia
  • 26. 4.posisional hipermetropia letak lensa lebih ke posterior 5.tidak ada lensa/aphakia Bentuk klinis 1.simple/development hipermetropia karena pertumbuhan bola mata aksial dan kurvatura 2.patologi hipermetropia indeks;posisional hipermetropia dan apakia
  • 27. 3.fungsional hipermetropia paralisis otot akomodasi,pasien dengan paralise n III
  • 28. Gejala subjektif: •Lelah •Pusing •Sakit kepala Akomodasi terus-menerusAkomodasi terus-menerus ASTENOPIA AKOMODATIF ESOTROPIA Penyebab Sumbu mata terlalu pendek Daya pembiasan terlalu lemah Penyebab Sumbu mata terlalu pendek Daya pembiasan terlalu lemah
  • 29. Komponen Hipermetropia -total hipermetropia ->kelainan refraksi yang didapat dengan sikloplegia -hp total=hp manifes+hp laten -hp laten 1D dapat dikoreksi otot siliaris -hp manifes tidak bisa dikoreksi oleh kontraksi otot siliaris Klinis tergantung usia dan besarnya ukuran dioptri. Jika derajatnya kecil dan usia muda,asimptomatik
  • 30. -astenopia; full koreksi karena akomodasi yang terus menerus Tanda • 1.bola mata lebih kecil • 2.kornea lebih kecil dibanding normal • 3.coa lebih dangkal • 4.biometri -> anterior-posterior bola mata lebih pendek.
  • 31. Komplikasi • 1.blefaritis,kalazion -> karena menggo sok mata berulang-ulang(merasa kabur) • 2.juling konvergen akomodasi -> akomo dasi berlebihan anak2 usia 2-3 th • 3.ambliopia • 4.predisposisi glaukoma sudut sempit
  • 32. Terapi 1.Kaca mata • Lensa sferis positif terbesar agar melihat baik tanpa akomodasi  hipermetrop manifest • Anak-anak: HpM + ¼ HpL, 1/3 HpL, ½ HpL • Jika koreksi dilakukan dengan melumpuhkan akomodasi dengan sikloplegik maka dibutuhkan lensa + lebih besar: Hipermetrop total Anak-anak hp latennya lebih tinggi dan berkurang seiring bertambahnya usia.
  • 33. • Pemberian lensa sferis + sesuai dengan derajat Hp Manifest • Jika tidak ada keluhan tidak diberikan kacamata. • 2.Lensa kontak • 3.Operasi
  • 34. Astigmatismus • Jika dengan lensa sferis ≠ 6/6 : astigmat • Refraksi astigmat adalah sinar sejajar sumbu penglihatan tidak dibiaskan pada satu titik, tetapi pada banyak titik TitikTitik pembiasanpembiasan Tidak teratur ( astigmat ireguler)Tidak teratur ( astigmat ireguler) Permukaan kornea tidak teraturPermukaan kornea tidak teratur Teratur ( astigmat reguler)Teratur ( astigmat reguler)
  • 35. Astigmat Regular 1. Astig: Miopia (hipermetropia)simpleks; kelainan pada satu sumbu miop/hipermetrop dan lainnya emetrop 2. Astig: Miopia (hipermitropia) kompositus; kedua meridian miop atau hipermetrop 3. Astig mikstus suatu meridian miop dan meridian lainnya hipermetrop Etiologi terbanyak adalah abnormalitas kurvatu ra kornea -> korneal astigmat.
  • 36. Terapi • Lensa silinder • Untuk astigmat ireguler: lensa kontak Ametropia Kausa Lensa koreksi Refraksi Aksial Miopia Lensa - Bias kuat Bola mata panjang Hipermetropia Lensa + Bias lemah Bola mata pendek Astigmat reguler Kacamata silinder Kurvatur 2 meridian tegak lurus Astigmat ireguler Lensa kontak Kurvatur kornea ireguler
  • 37. Presbiopia • Jika punctum prox letaknya jauh dari jarak baca • Timbul usia 40 tahun • Koreksi dengan lensa sferis + – 40 th add S+1,00 – 45 th add S+1,50 – 50 th add S+2,00 – 55 th add S+2,50 – 60 th add S+3,00
  • 38. Uji Refraksi • Periksa mata satu persatu, biasakan OD dahulu 1.Visus tanpa koreksi 2.Visus dengan koreksi 3.Adisi untuk 40 tahun keatas 4.Ukur pupil distansi (PD) 5.Buat R/ kacamata
  • 39. Uji Pin Hole • Untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan karena kelainan refraksi atau anatomis
  • 40. COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) • Adalah dampak negatif akibat pemakaian komputer atau video display terminal (VDT) • Kumpulan gejala; okuler, non okuler setelah bekerja di depan komputer • CVS terjadi pada 75% pekerja yang menggunakan komputer 6 – 9 jam /hari
  • 41. Gejala okuler Astenopia Eye strain Dry eye Penglihatan buram Iritasi mata Manifestasi klinis Gejala non okuler Sakit kepala (frontal & oksipital) Nyeri otot leher Nyeri otot punggung
  • 42. Etiopatogenesis 1. Mekanisme permukaan okular mata kering, seperti berpasir, rasa berat (paling sering). Hal ini disebabkan lingkungan AC, kipas angin, debu, bertambah usia, produksi air mata  1. Mekanisme akomodatif huruf pada layar terdiri dari titik-titik halus yang tersusun sehingga mata akan berakomodasi secara berulang-ulang agar tulisan terlihat jelas 3. Mekanisme ekstraokuler gangguan tajam penglihatan mempengaruhi organ tubuh seperti otot. Pengguna komputer yang melihat tulisan tidak jelas  memicu gerakan kepala leher,& bahu sehingga pegal.
  • 43. Penatalaksanaan 1. pencahayaan  tidak terlalu terang, pakai filter akan mengurangi silau. 2. Posisi layar komputer  jarak layar – mata34 -40 cm, bagian tengah layar 5 – 6 inchi dibawah garis pandang. 3. Istirahat,bekerja selama 4jam tanpa istirahat  CVS. 4. Lubrikasi mata. 5. Kacamata yang sesuai.