MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Jurnal HAELKA 096
1. 71
Pembuatan Perencanaan Pengajaran Mata Diklat MenerapkanKonsep Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika Komputer Pada
Kompetensi Dasar Menjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan Aljabar Boole Dalam Elektronika Digital Di SMK Negeri 39 Jakarta (Januardi)
PembuatanPerencanaanPengajaran Mata DiklatMenerapkankonsep
Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika
KomputerPadaKompetensiDasarMenjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan
Aljabar Boole DalamElektronika Digital Di Smk Negeri 39 Jakarta.
Januardi
Alumni2012 (096)Universitas Negeri Jakarta ProgramStudiPendidikanTeknikElektronika
YuliatriSastrawijaya
DosenPembimbingUniversitas Negeri Jakarta Program Studi
Pendidikan Teknik Elektronika
Abdullah Hajis
MahasiswaUniversitas Negeri Jakarta
ProgramStudiPendidikanTeknikElektronika Angkatan 2012
(5215122638)
Abstract
This teaching plan can be implemented in the second semester at SMK Negeri 39
Jakarta. In presenting the theory, methods educators use the Learning Cooperative
learning (CL), where the Learning Cooperative learning is a group learning
activity organized by the principle that learning should be based on changes in
social information among groups of learners in which each learner is responsible
for own learning and are encouraged to enhance the learning of other members.At
the end of the article described on criteria for graduation and the manner of
assessment. Where the judgment is taken from the cognitive, affective, and
psychomotor.Minimal completeness criteria (KKM) for the assessment of
completeness on the basis of competency describes the basic principles of logic
and Boolean algebra in digital elektonika is 72.5. Increased level of thoroughness
that is better than each indicator.
KataKunci:Cooperative Learning, CL, Boole, Elektronika Digital
2. 72
HAELKA, Vol. 097, No. 8, Juni 2012 : 71-81
Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan merupakan
masalah yang dijadikan agenda
utama untuk diatasi dalam kebijakan
pembangunan pendidikan, karena
hanya dengan pendidikan yang
bermutu akan diperoleh lulusan
bermutu yang mampu membangun
diri, keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Standar Nasional
Pendidikan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005, dan merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, telah
menggariskan ketentuan minimum
bagi satuan pendidikan formal agar
dapat memenuhi mutu pendidikan.
Pada
dasarnyapembelajaranmerupakanhasi
lsinergidaritigakomponenpembelajar
anutamayaknisiswa, kompetensiguru,
dan fasilitaspembelajaran.
Pada setiappembelajaran,
setiapsiswamemasukikelasdenganpe
ngetahuan, kemampuan, dan
motivasi yang beragam.
Setiapsiswamempunyaikecepatanbel
ajar yang berbeda,pemberiantindakan
yang sama
dalampembelajarandengankarakterist
iksiswasepertiiniakanmerugikansisw
a.
Siswadengankecepatanbelajarcepata
kanbanyakmembuang-
buangwaktukarenaharusmenunggusis
wadengankecepatanbelajar
yanglebihlambat.
Sedangkansiswadengankecepatanbel
ajarlambatakanmendapatkankesulita
nselamapembelajarankarenaharusme
ngikutisiswadengankecepatanbelajar
cepat. Tujuan penulisan makalah
komprehensif yang berjudul
Pembuatan Perencanaan
Pengajaran Mata Diklat
Menerapkan Konsep Elektronika
Digital dan Rangkaian Elektronika
Komputer Pada Kompetensi Dasar
menjelaskan prinsip dasar logika
dan aljabar boole dalam elektonika
digital di SMK N 39 Jakarta adalah
untuk memberikan masukan kepada
guru mata diklat Menerapkan
Konsep Elektronika Digital dan
Rangkaian Elektronika
Komputerdengan menggunakan
metode pengajaran kooperatif tipe
TAI agar proses pembelajaran
disekolah dapat berjalan dengan baik
dan prestasi siswa meningkat.
Kajian Teoritis
A. Definisi Perencanaan
Cunningham mengemukakan bahwa
perencanaan ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa
yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi
hasil yang diinginkan, urutan
kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang
dapat diterima yang akan datang
serta usaha untuk mencapainya.
Definisi yang lainnya
mengemukakan bahwa perencanaan
adalah hubungan apa yang ada
sekarang (what is) dengan
bagaimana seharusnya (what should
be) yang bertalian dengan kebutuhan,
penentuan tujuan, prioritas, program
dan alokasi sumber.
3. 73
Pembuatan Perencanaan Pengajaran Mata Diklat MenerapkanKonsep Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika Komputer Pada
Kompetensi Dasar Menjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan Aljabar Boole Dalam Elektronika Digital Di SMK Negeri 39 Jakarta (Januardi)
B. PengertianPerencanaan
Pembelajaran
Pembelajaran atau pengejaran
menurut Gedeng adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam
pengertian ini secara implisit dalam
pelajaran terdapat memilih,
menetapkan, mengembangkan
metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Dalam
hal ini pembelajaran memiliki
hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya
untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak
hanya berinteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar
(yang dipakai oleh siswa, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dengan peserta didik lain,
untuk memudahkan belajar), tetapi
berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Pembelajaran yang akan
direncanakan memerlukan berbagai
teori untuk merancangnya agar
rencana pembelajaran yang disusun
benar-benar dapat melalui tahapan
dan tujuan pembelajaran.
merancangnya agar rencana
pembelajaran yang disusun benar-
benar dapat melalui tahapan dan
C. Dasar perlunya perencanaan
pembelajaran
Upaya perbaikan pembelajaran ini
dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut:
1.Untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran perlu diawali
dengan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran;
2. Untuk merancang suatu
pembelajaranperlu menggunakan
pendekatan sistem;
3. Perencanaan desain pembelajaran
diacukan pada bagaimana
seseorang belajar;
4.Untuk merencanakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada
siswa secara perorangan;
5. Sasaran akhir dari perencanaan
desain pembelajaran adalah
mudahnya siswa untuk belajar.
Langkah-langkah desain
pembelajaran menurut Dick dan
Carrey sebagai berikut:
1.Mengeidentifikasi tujuan
umumpengajaran;
2. Melaksanakan analisis pengajaran;
3. Mengidentifikasi tingkah laku
masukan dan karakteristik siswa;
4.Merumuskan tujuan performasi;
5. Mengembangkan butir-butir tes
acuan patokan;
6. Mengembangkan strategi
pengajaran;
7. Mengembangkan dan memilih
material pengajaran;
8. Mendesain dan melaksanakan
evaluasi formatif;
9. Merevisi bahan pengajaran;
Mendesain dan melaksanakan
evaluasi sumatif.
D. Arti dan taksonomi tujuan
Pembelajaran
Menurut Robert F. Mager (1962),
tujuan pembelajaran sebagai perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi
dan tingkat kompetensi tertentu.
Edwar L. Dejnozka dan David E.
Kapel (1981), memandang bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku dan
penampilan yang diwujudkan dalam
4. 74
HAELKA, Vol. 097, No. 8, Juni 2012 : 71-81
bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Taksonomi tujuan
pembelajaran biasanya diarahkan
pada salah satu kawasan dari
taksonomi. Benyamin S. Bloom dan
D. Krathwohl (1964) memilah
taksonomi pembelajaran dalam tiga
kawasan, yakni kawasan kognitif
(mental/pengetahuan), afektif (Sikap
dan perilaku), dan psikomotor.
E. Hakikat materi pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran
(learning materialsi) adalah sesuatu
yang menjadi isi kurikulum yang
harus dikuasai oleh siswa sesuai
dengan kompetensi dasar dalam
rangka mencapai standar kompetensi
setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tententu. Materi pelajaran
merupakan bagian terpenting dalam
proses pembelajaran, bahkan dalam
pengajaran yang berpusat pada
materi pelajaran (subject-centered
teaching), materi pelajaran
merupakan inti dari kegiatan
pembelajaran. Menurut Subject-
centered teaching keberhasilan suatu
proses pembelajaran ditentukan oleh
seberapa banyak siswa dapat
menguasai materi kurikulum.
Materi pelajaran dapat dibedakan
menjadi: pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap
(attitude). Pengetahuan menunjuk
pada informasi yang disimpan dalam
pikiran (mind) siswa, dengan
demikian pengetahuan berhubungan
dengan berbagai informasi yang
harus dihafalkan dan dikuasai oleh
siswa, sehingga manakala diperlukan
siswa dapaat mengungkapkan
kembali. Keterampilan (skill),
menunjuk pada tindakan-tindakan
(fisik dan nonfisik) yang dilakukan
seseorang dengan cara yang
kompeten untuk mencapai tujuan
tertentu. Sikap menunjuk pada
kecendrungan seseorang untuk
bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang diyakini kebenarannya
oleh siswa.
F. Dasar pemilihan bahan
Pengajaran
Bahan pelajaran atau materi
pelajaran adalah gabungan antara
pengetahuan (fakta, informasi yang
terperinci), keterampilan (langkah,
prosedur, keadaan dan syarat
syarat) dan faktor sikap. Dasar yang
dipakai dalam memilih bahan atau
materi pelajaran menurut A. Samana
terdiri dari:
1.Tujuan instruksional umum
2.Tingkat pengembangan dan
intelektual anak
3. Pengalaman anak dan
4. Alokasi waktu
Sementara itu Suharsimi Arikunto
mengemukakan dasar pemilihan
materi pelajaran sebagai berikut:
1.Tujuan
2.Keadaan siswa
3.Situasi setempat
4.Tersedianya waktu dan fasilitas
Dari kedua pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa dasar pemilihan
materi adalah sebagai berikut:
1.Tujuan instruksional umum
2.Tingkat pengembangan siswa
3.Pengalaman siswa
4.Tersedianya waktu dan fasilitas.
G. Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
5. 75
Pembuatan Perencanaan Pengajaran Mata Diklat MenerapkanKonsep Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika Komputer Pada
Kompetensi Dasar Menjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan Aljabar Boole Dalam Elektronika Digital Di SMK Negeri 39 Jakarta (Januardi)
Dalam pembelajaran, guru harus
memahami hakikat materi pelajaran
yang diajarkannya dan memahami
berbagai model pembelajaran yang
dapat merangsang kemampuan siswa
untuk belajar dengan perencanaan
pengajaran yang matang oleh
guru.Model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual.
Sistem pembelajaran kooperatif
dapat didefinisikan sebagai sistem
kerja/ belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam
struktur ini adalah lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu
saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan
proses kelompok. Falsafah yang
mendasari pembelajaran kooperatif
(pembelajaran gotong royong) dalam
pendidikan adalah “homo homini
socius” yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk
sosial.Pembelajaran
kooperatif adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih.Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi
pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya
“Cooperative Learning”, bahwa
model pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan sekedar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur
dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Roger dan David
Johnson mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif, untuk itu
harus diterapkan lima unsur model
pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat
bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif,
pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain dapat mencapai tujuan
mereka.
2.Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat
menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, setiap
siswa akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik.
Pengajar yang efektif dalam
model pembelajaran kooperatif
membuat persiapan dan menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga
masing-masing anggota kelompok
harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.
3.Tatap muka.
Dalam pembelajaran kooperatif
setiap kelompok harus diberikan
6. 76
HAELKA, Vol. 097, No. 8, Juni 2012 : 71-81
kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti
dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan,
dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para
pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena
keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga
merupakan proses panjang. Namun,
proses ini merupakan proses yang
sangat bermanfaat dan perlu
ditempuh untuk memperkaya
pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional
para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu
khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif.
Urutan langkah-langkah perilaku
guru menurut model pembelajaran
kooperatif yang diuraikan oleh
Arends (1997) adalah sebagaimana
terlihat pada table berikut ini:
Tabel Sintaks Pembelajaran
Kooperatif
B. Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif
berbeda dengan kelompok
konvensional yang menerapkan
sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain.
Sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya (Slavin,
1994).
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yang
dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun
mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademis penting
lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-
konsep sulit. Para pengembang
7. 77
Pembuatan Perencanaan Pengajaran Mata Diklat MenerapkanKonsep Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika Komputer Pada
Kompetensi Dasar Menjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan Aljabar Boole Dalam Elektronika Digital Di SMK Negeri 39 Jakarta (Januardi)
model ini telah menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan
nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di
samping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
2. Penerimaan terhadap
perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran
kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi
siswa dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja dengan
saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan
sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak
anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
Metodologi Penelitian
PenulismemilihSMK Negeri
39Jakarta sebagai tempat yang akan
di jadikan tempat dalam penulisan
makalah ini,
karenamenurutpengalaman yang
penulislihat pada
saatmelaksanakanProgramPengalam
anLapangan (PPL) di SMK Negeri
39 Jakartapembelajaran pada
pelajaranProduktif yang berjalan di
SMKtersebutmasihterpusat pada
guru. Pembelajarandimulaidari fase
persiapan, demonstrasi,
pelatihanterbimbing, umpanbalik,
dan pelatihanlanjut (mandiri).
Meskipuntidaksinonimdengancerama
h dan resitasi, namunlangkah-
langkahtersebutmasihberpusat pada
gurusehinggadikhawatirkansiswaaka
ncepat bosan dan
kurangaktifdalambelajar.
Hasilbelajar yang
diperolehdenganpembelajaransepertii
niternyatakurangoptimal.
Pembelajarankooperatifmenjadisalah
satumodelpembelajaran yang selalu
di sarankanolehhampirsemua
penelitipedagogis.
Merekabahkansudahmenunjukkansu
perioritas dan
efektivitasdibandingkandenganpemb
elajarankompetitif dan
individualistik. Tidakhanyaitu,
nyarissemuapenulisan yang
membandingkanketigamodelpembela
jaranini dan
pengaruhnyaterhadapprestasibelajars
iswamelaporkanbahwapembelajaran
kooperatifcenderungmemberikanhasi
lbelajar yang lebihbaik. Dan
pembelajarankooperatifinimemilikib
eberapametode yang
8. 78
HAELKA, Vol. 097, No. 8, Juni 2012 : 71-81
digunakandiantaranyaJIGSAW,
TeamAssistedIndividualization(TAI)
dan juga StudentTeam-
AchievementDivision (STAD), dll
yang masing-masingmemiliki cara
pelaksanaan yang
berbedadalamprosesbelajarmengajar.
Pembahasan
Pembelajarankooperatiftipe TAI
inidikembangkanolehSlavin.
Tipeinimengkombinasikankeunggula
npembelajarankooperatifdanpembela
jaran
individual.Tipeinidirancanguntukme
ngatasikesulitanbelajarsiswasecara
individual.Olehkarenaitu,kegiatanpe
mbelajarannyalebihbanyakdigunakan
untukpemecahanmasalah,
cirikhaspadatipe TAI
iniadalahsetiapsiswasecara individual
belajarmateripembelajaran yang
sudahdipersiapkanoleh guru.
Hasilbelajar individual
dibawakekelompok-
kelompokuntukdidiskusikandansalin
gdibahasolehanggotakelompok,
dansemuaanggotakelompokbertangg
ungjawabataskeseluruhanjawabanseb
agaitanggungjawabbersama.Langkah
-langkah pembelajarankooperatiftipe
TAI sebagaiberikut:
a.Gurumemberikantugaskepad
asiswauntukmempelajarimat
eripembelajaransecara
individual yang
sudahdipersiapkanoleh
guru.
b. Guru memberikankuissecara
individual
kepadasiswauntukmendapat
kanskordasaratauskorawal.
c. Guru
membentukbeberapakelomp
ok.
Setiapkelompokterdiridari 4
– 5
siswadengankemampuan
yang berbeda-
bedabaiktingkatkemampuan
(tinggi, sedangdanrendah)
Jikamungkinanggotakelomp
okberasaldariras, budaya,
suku yang
berbedasertakesetaraanjende
r.
d.
Hasilbelajarsiswasecaraindi
vidual
didiskusikandalamkelompo
k. Dalamdiskusikelompok,
setiapanggotakelompoksalin
gmemeriksajawabantemans
atukelompok.
e.Gurumemfasilitasisiswadala
mmembuatrangkuman,
mengarahkan,
danmemberikanpenegasanp
adamateripembelajaran
yang telahdipelajari.
f.
Gurumemberikankuiskepad
asiswasecara individual.
g. Guru member
penghargaanpadakelompok
berdasarkanperolehannilaip
eningkatanhasilbelajar
individual
dariskordasarkeskorkuisberi
kutnya (terkini).
Hasil Penelitian
9. 79
Pembuatan Perencanaan Pengajaran Mata Diklat MenerapkanKonsep Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika Komputer Pada
Kompetensi Dasar Menjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan Aljabar Boole Dalam Elektronika Digital Di SMK Negeri 39 Jakarta (Januardi)
Salah satu pengguanan hasil evaluasi
adalah laporan. Laporan yang
dimaksudkan untuk memberikan
feedback kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran, baik
secara langsung maupun tidak
langsung. Secara umum terdapat
lima penggunaan hasil evaluasi
untuk keperluan sebagai berikut:
1. Laporan
Pertanggungjawaban, dengan
asumsi banyak pihak yang
berkepentingan terhadap hasil
evaluasi, oleh karena itu
laporan ke berbagai pihak
sebagai bentuk akuntabilitas
publik;
2. Seleksi, dengan asumsi setiap
awal dan akhir tahun terdapat
peserta didik yang masuk
sekolah dan menamatkan
sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dimana
hasil evaluasi dapat
digunakan untuk menyeleksi
baik ketika masuk
sekolah/jenjang atau jenis
pendidikan tertentu, selama
mengikuti program
pendidikan, pada saat mau
menyelesaikan jenjang
pendidikan, maupun ketika
masuk dunia kerja;
3. Promosi, dengan asumsi
prestasi yang diperoleh akan
diberikan ijazah atau
sertifikat sebagai bukti fisik
setelah dilakukan kegiatan
evaluasi dengan kriteria
tertentu baik aspek
ketercapaian kompetensi
dasar, perilaku dan kinerja
peserta didik;
4. Diagnosis, dengan asumsi
hasil evaluasi menunjukkan
ada peserta didik yang kurang
mampu menguasai
kompetensi sesuai dengan
kriteria yang yang telah
ditetapkan maka perlu
dilakukan diagnosis untuk
mencari faktor-faktor
penyebab bagi peserta didik
yang kurang mampu dalam
menguasai komptensi tertentu
sehingga diberikan
bimbingan atau pembelajaran
remedial. Bagi yang telah
menguasai kompetensi lebih
cepat dari peserta didik yang
lain, mereka juga berhak
mendapatkan pelayanan
tindak lanjut untuk
5. Memprediksi Masa Depan
Peserta Didik, tujuannya
adalah untuk mengetahui
sikap, bakat, minat dan
aspek-aspek kepribadian
lainnya dari peserta didik,
serta dalam hal apa peserta
didik diangap paling
menonjol sesuai dengan
indikator keunggulan, agar
dapat dianalisis dan dijadikan
dasar untuk pengembangan
peserta didik dalam memilih
jenjang pendidikan atau
karier pada masa yang akan
datang.
Kesimpulan
Pada
10. 80
HAELKA, Vol. 097, No. 8, Juni 2012 : 71-81
dasarnyapembelajaranmerupakanhasi
lsinergidaritigakomponenpembelajar
anutamayaknisiswa, kompetensiguru,
dan
fasilitaspembelajaran.Pembelajarank
ooperatifmenjadisalahsatumodelpem
belajaran yang selalu di
sarankanolehhampirsemua
penelitipedagogis.
Merekabahkansudahmenunjukkan
superioritas dan
efektivitasdibandingkandenganpemb
elajarankompetitif dan
mengoptimalkan laju perkembangan
mereka;individualistik.
Tidakhanyaitu,
nyarissemuapenulisan yang
membandingkanketigamodelpembela
jaranini dan
pengaruhnyaterhadapprestasibelajars
iswamelaporkanbahwapembelajaran
kooperatifcenderungmemberikanhasi
lbelajar yang lebihbaik. Dan
pembelajarankooperatifinimemilikib
eberapametode yang
digunakandiantaranyaJIGSAW,
TeamAssistedIndividualization (TAI)
dan juga StudentTeam-
AchievementDivision (STAD), dll
yang masing-masingmemiliki cara
pelaksanaan yang
berbedadalamprosesbelajarmengajar.
Untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa adalah seorang guru
memberikan perhatian penuh kepada
siswanya, bagaimanapun guru harus
membuat metode pembelajaran yang
menarik, agar siswa tidak bosan
dengan materi yang diajarkan.
Berikut beberapa yang sebaiknya
dilakukan guru:
1. Selalu berperilaku baik
2. Setiap pertemuan, seorang
guru sebaiknya selalu
memberikan hal baru kepada
siswa-siswanya.
3. Memberikan kuis kepada
peserta didik tentang mata
pelajaran yang telah
dipelajari.
4. Memberikan penghargaan
bagi siswa yang mampu
menjawab kuis.
5. Mengajar dengan
menggunakan metode
Cooperative Learning.
Saran
Sudah saatnya para pengajar
mengevaluasi cara mengajarnya dan
menyadari dampaknya terhadap anak
didik. Untuk menghasilkan manusia
yang bisa berdamai dan bekerja sama
dengan sesamanya dalam
pembelajaran di sekolah,
model pembelajaran kooperatif perlu
lebih sering digunakan karena
suasana positif yang timbul akan
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencintai pelajaran dan
sekolah/guru. Selain itu, siswa akan
merasa lebih terdorong untuk belajar
dan berpikir.
11. 81
Pembuatan Perencanaan Pengajaran Mata Diklat MenerapkanKonsep Elektronika Digital Dan Rangkaian Elektronika Komputer Pada
Kompetensi Dasar Menjelaskan Prinsip Dasar Logika Dan Aljabar Boole Dalam Elektronika Digital Di SMK Negeri 39 Jakarta (Januardi)
Daftar Pustaka
B Uno Hamzah.2008.Perencanaan
Pembelajaran. Bumi Aksara.
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2006.
Undang Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2007. Materi
Sosialisasi dan Pelatihan
Kirikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMK. Jakarta.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative
Learning. Metode, Teknik,
Struktur dan Model Terapan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning,
Mengembangkan Kemampuan
Belajar Berkelompok. Alfabeta.
Bandung.
Mulyasa. 2009. Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi.
Rosdakarya. Bandung.
Mulyasa. 2009. Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Kemandirian Guru
dan Kepala Sekolah. Bumi
Aksara. Jakarta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.co
m/2008/07/31/cooperative-
learning-teknik-jigsaw/
http://www.totosimandja.com/2013/0
3/makalah-perencanaan-
pembelajaran.html