Dokumen tersebut membahas tentang perjanjian antara Allah dan manusia. Perjanjian tersebut memerlukan komitmen dari kedua belah pihak, yaitu Allah dan orang-orang tertentu seperti Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, dan akhirnya semua orang. Komitmen tersebut dijelaskan melalui Hukum Allah yang tertuang dalam Sepuluh Perintah yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia. Agar perjanjian terus berjalan,
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
Pelajaran sekolah sabat ke 8 triwulan II 2021
1. Pelajaran ke-8 Triwulan II 2021
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu,
Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan
kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan
berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu
keturunan,” (Ulangan 7:9).
2. Siapa yang menandatangani perjanjian?
Apa yang mereka komitmenkan?
Bagaimana kita berurusan dengan hukum?
Peran hukum
Tujuan hukum
Memelihara hukum
Sebuah perjanjian memerlukan dua pihak yang bersedia
untuk memulai suatu hubungan.
Perjanjian Kekal adalah suatu hubungan yang akan terus
berlangsung. Aturan dan batasan diperlukan untuk hubungan
jangka panjang.
Mengapa saya menandatangani perjanjian ini? Apa yang dapat
saya berikan? Apa yang harus saya lakukan (atau berhenti
lakukan) untuk tetap berada dalam ketentuan perjanjian?
3. SIAPA YANG
MENANDA-
TANGANI
PERJANJIAN?
“mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan
Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan
kepada korban-korban bakaran dan korban-korban
sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-
Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala
bangsa.” (Yesaya 56:7)
TUHAN-lah yang terlebih dahulu menandatangani perjanjian. IA menyebut
Perjanjian yang Kekal sebagai “perjanjian-Ku” (Kejadian 6:18; 17:2;
Keluaran 6:4-5; 19 5). Siapa pihak lain yang menandatangani perjanjian?
Pada awalnya, orang-
orang tertentu: Nuh,
Abraham, Ishak, dan
Yakub
Kemudian, orang
Israel
Akhirnya, semua
orang
Penandatanganan tersebut dilakukan secara bertahap.
Setiap kali seseorang menandatangani perjanjian dengan
ALLAH,, mereka berkomitmen untuk mengumumkan
perjanjian tersebut dan mengundang orang lain untuk
menandatanganinya juga (Yesaya 42:6; 1Petrus 2:9).
4. APA YANG MEREKA
KOMITMENKAN?
“Dan Ia memberitahukan kepadamu perjanjian, yang
diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni
Kesepuluh Firman dan Ia menuliskannya pada dua loh
batu.” (Ulangan 4:13)
Perjanjian jangka panjang memerlukan aturan dan batasan
yang jelas yang merumuskan tanggung jawab masing-
masing pihak.
Batasan tersebut ditentukan dalam Sepuluh Perintah, juga
dijelaskan melalui aturan, ketetapan, perintah, dan
hukum. Semua itu dikenal sebagai “Hukum” (Bhs. Ibrani:
“Tôrāh”).
Abraham telah mengetahui Hukum tersebut dan ia
mematuhinya (Kejadian 26:5). Kemudian Hukum tersebut
ditulis oleh ALLAH sendiri di gunung Sinai.
Jika kita ingin menjadi bagian dari Perjanjian Kekal ALLAH, kita harus
berjanji untuk menghormati aturannya; yaitu, untuk memelihara
Hukum. Perjanjian adalah tindakan kasih karunia dari ALLAH,
namun ia tidak membebaskan kita dari memenuhi kewajiban kita.
5. PERAN HUKUM
“karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu
untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut
jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah,
ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan
bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di
negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.”
(Ulangan 30:16)
Apa peran Hukum dalam perjanjian? Mengapa Tuhan
menjadikannya bagian utama dari perjanjian?
Hukum tidak dibuat untuk mempersulit hidup kita,
atau menjadi ujian yang harus kita setujui untuk
mendapatkan faedah dari perjanjian.
Hukum dibuat demi kesejahteraan kita, untuk
memberi kita hidup dan berkat, untuk membebaskan
kita dari akibat dosa yang mengerikan. Ia melindungi
setiap aspek kehidupan kita.
Di atas segalanya, Hukum menunjukkan kepada kita
seperti apakah TUHAN itu, apa yang IA kehendaki,
dan bagaimana kita dapat mencapai kekudusan.
6. TUJUAN
HUKUM
Tujuan hukum adalah untuk menolong kita mengenal
TUHAN dan meneladani karakter-Nya. Ia menunjukkan
kepada kita bagaimana kita harus berinteraksi dengan-
Nya (perintah 1-4) dan dengan sesama manusia (perintah
5-10).
“Bahwasanya Aku,
TUHAN, tidak berubah,
dan kamu, bani Yakub,
tidak akan lenyap.”
(Maleakhi 3:6)
Hukum TUHAN adalah tampilan kehendak-Nya,
transkrip karakter-Nya. TUHAN tidak pernah berubah,
demikian juga dengan Hukum-Nya. Hukum tersebut
tidak sewenang-wenang maupun berubah-ubah,
tetapi sepenuhnya adil dan dapat dijadikan pegangan.
Tujuan hukum bukan untuk
membebaskan kita dari dosa,
memberi kita keselamatan, atau
menjadikan kita kudus.
Hukum menetapkan cara hidup yang
ALLAH rencanakan untuk dijalani
oleh anak-anak perjanjian-Nya,
untuk kebahagiaan dan
kesejahteraan mereka sendiri.
7. MEMELIHARA
HUKUM
“Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu
senantiasa, untuk seterusnya dan
selamanya.” (Mazmur 119:44)
Ketika kita dengan bebas memilih untuk berperilaku
seperti yang TUHAN inginkan, kita menciptakan
suasana yang tepat untuk menerima berkat iman.
Kita akan merindukan hal-hal yang digemari TUHAN
jika “jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-
Mu” (Mazmur 63: 1). Kemudian, IA akan mengerjakan
dalam diri kita “baik kemauan maupun pekerjaan
menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13).
Sifat bersyarat dari Perjanjian dituliskan beberapa kali dalam
Alkitab: “Jika ... kamu mengikuti” (Keluaran 15:26; 1Raja-raja 6:
12; Amsal 2:1; Zakharia 3:7).
Menaati hukum bukan suatu pembayaran wajib untuk mendapatkan
berkat dari perjanjian. TUHAN memberkati kita dan menyelamatkan
kita hanya dengan kasih karunia-Nya.
8. E. G. W. (The Ministry of Healing, cp. 7, p. 114)
“Hendaknya dijelaskan bahwa pola perintah-perintah
ALLAH itu adalah sebuah pola hidup. ALLAH telah
menegakkan hukum alam, tetapi hukum-Nya itu
tidaklah bersifat sewenang-wenang. Setiap ucapan
“Jangan kamu …,” apakah yang menyangkut hukum
fisik atau moral, mengandung suatu janji. Jika kita
menurutinya, berkat akan mengikuti langkah-langkah
kita. Allah tidak pernah memaksa kita melakukan yang
benar, tetapi Ia berusaha menyelamatkan kita dari
kejahatan, dan menuntun kita kepada kebaikan.”