1. Pelajaran 11 untuk 15 Juni 2019
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Karena … marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi
kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin
kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang
dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan
bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” (Ibrani 12:1,2)
2. Setiap keluarga memiliki latar belakang
budayanya masing-masing. Budaya yang
kita jalani membentuk cara kita
memahami dan menerima Injil.
Kepercayaan dan kebiasaan kita yang
manakah yang berdasarkan budaya? Aspek
budaya apa sajakah yang harus kita terima
atau tolak? Bagaimana dengan konflik
budaya antara komunitas Kristen yang
berbeda? Bagaimana kita dapat
mengkhotbahkan Injil kepada suatu
budaya yang berbeda dengan kita?
INJIL DAN BUDAYA
Pegang Erat Apa yang Baik
Menolak Apa Yang Jahat
Mempertahankan Keluarga
melewati Perubahan
BUDAYA INJIL
Membagikan Injil
Menyiarkan Injil
3. PEGANG ERAT APA YANG BAIK
“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
(1Tesalonika 5:21)
Ketika Injil mulai diberitakan dan diterima oleh
budaya yang berbeda, gereja memutuskan untuk
tidak memaksakan budaya Yahudi pada orang Kristen
baru (Kisah para Rasul 15).
Haruskah kita menghilangkan setiap pengaruh budaya
ketika memberitakan Injil?
Kita adalah anggota komunitas, dan kita berada
dalam budaya komunitas tersebut. Beberapa aspek
budaya selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab. Kita
harus menghormati dan mendukungnya.
Orang Yahudi abad pertama tidak boleh memasuki
rumah orang bukan Yahudi atau berbagi makanan
dengan orang bukan Yahudi. Aturan ini bukan
berdasarkan Alkitab, melainkan budaya. TUHAN
campur tangan secara ajaib untuk menghilangkan
konsep tersebut dari pikiran mereka.
4. “Ketika praktik budaya masyarakat kita tidak bertentangan
dengan hukum ALLAH, kita dapat menyesuaikan diri dengan
mereka. Jika para pekerja ALLAH gagal melakukan hal ini,
mereka tidak hanya akan menghalangi pekerjaan mereka
sendiri, tetapi mereka akan menempatkan batu sandungan di
jalan mereka yang kepadanya mereka bekerja dan
menghalangi mereka untuk menerima kebenaran.”
E.G.W. (Mind, Character and Personality, vol. 2, cp. 60, p. 560)
5. Kode Hammurabi menetapkan bahwa seorang istri
yang tidak dapat melahirkan boleh memberikan salah
satu budaknya kepada suaminya, dan anak dari
budaknya tersebut masih dianggap sebagai miliknya.
Sarai menggunakan tradisi ini untuk membenarkan
perilaku yang bertentangan dengan kehendak ALLAH.
Budaya dapat memengaruhi
kita, tetapi kita harus dengan
tegas menyangkal apa pun yang
dapat membahayakan iman kita.
MENOLAK APA
YANG JAHAT
“Jawab Laban: "Tidak biasa orang berbuat demikian
di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih
dahulu dari pada kakaknya.'” (Kejadian 29:26)
Jika suatu tradisi budaya menggerakkan
orang untuk membenci orang lain karena
gender, kelompok etnis, kelas sosial,
kecacatan, usia atau perbedaan lainnya, kita
harus menolaknya.
6. Ada kisah tentang orang-orang yang diangkat
keluar dari budaya mereka dan dibawa
kepada budaya yang sama sekali berbeda,
seperti Abraham, Rut, Ester dan Daniel.
Janji-janji Allah, percaya kepada-Nya dan dukungan
keluarga dan teman-teman kita, dapat memberi kita
kekuatan dalam keadaan tersebut.
Kita harus belajar bagaimana beradaptasi dengan
budaya baru seraya menerima hal-hal baik dan
menolak yang buruk. Doa dan tuntunan ROH KUDUS
adalah sangat penting.
MEMPERTAHANKAN
KELUARGA MELALUI
PERUBAHAN
“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu'” (Kejadian 12:1)
Jenis perubahan seperti itu sudah umum saat ini. Ia
memengaruhi keluarga dan kehidupan rohani kita, dan
dapat menimbulkan kekhawatiran.
7. Para pendiri gerakan biasanya berkomitmen
penuh untuk keyakinan mereka. Kemudian,
setelah satu atau dua generasi, banyak
yang tidak melihat prinsip-prinsip yang
mendukung nilai-nilai mereka.
Kebiasaan segera menjadi tradisi. Akhirnya,
tradisi dan prinsip menjadi tidak dapat
dibedakan satu sama lain.
Tugas kita adalah menjelaskan kepercayaan kita
kepada anak-anak kita. Tetapi ALLAH tidak
memiliki cucu, Ia hanya memiliki anak.
Iman bukanlah karakteristik genetik yang dapat
ditularkan ke generasi berikutnya. Setiap orang
harus mengalami hubungan pribadi dengan Yesus
untuk menjadi anak ALLAH.
MEMBAGIKAN
INJIL
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka
yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan
pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki,
melainkan dari Allah.” (Yohanes 1:12-13)
8. Keluarga-keluarga Kristen didorong untuk
mengalami kuasa Injil bersama, dan
membagikannya terlepas dari budaya di
mana mereka tinggal.
Kita harus menjadi juru bicara yang
bersemangat yang menyiarkan Injil
keselamatan dan bekerja menuju persatuan
dan harmoni (Yohanes 17: 20-23). Kita
bahkan harus rela mempertaruhkan hidup
kita sendiri demi kepercayaan kita (Wahyu
12:11).
Kita mungkin tersandung ketika
mencoba menjelaskan iman kita
kepada budaya tertentu. Namun,
ALLAH tahu bagaimana
memperkenalkan Kerajaan-Nya
dalam konteks budaya apa pun.
Jika kita bekerjasama dengan-
Nya, Ia akan membimbing kita
dengan Firman-Nya dan Roh-Nya.
MENYIARKAN
INJIL
“Sebab aku telah memutuskan
untuk tidak mengetahui apa-
apa di antara kamu selain
Yesus Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan.” (1 Korintus 2:2)