1. Pelajaran 11 Triwulan I 2021
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“… apabila engkau menyerahkan kepada orang
lapar apa yang kauinginkan sendiri dan
memuaskan hati orang yang tertindas maka
terangmu akan terbit dalam gelap dan
kegelapanmu akan seperti rembang tengah
hari.” (Yesaya 58:10).”
2. Rencana Keselamatan:
Harga mahal keselamatan. Yesaya 55:1-5
Melampaui pemahaman kita. Yesaya 55:6-13
Berpuasa:
Puasa yang tidak berkenan bagi ALLAH. Yesaya 58:1-5
Puasa yang berkenan bagi ALLAH. Yesaya 58:6-12
Hari Sabat:
Bersukacita dalam TUHAN. Yesaya 58:13-14
Yesaya membawa sebuah undangan dari YESUS. Dia mengundang
kita untuk datang ke dekapan-Nya untuk memuaskan dahaga kita
akan keselamatan (Matius 11:28; Yohanes 4: 13-14), untuk
berbagi apa yang kita miliki dengan mereka yang membutuhkan
(Lukas 6:35), dan menikmati kebersamaan dengan “TUHAN atas
hari Sabat” (Matius 12: 8).
3. HARGA MAHAL
KESELAMATAN
“Ayo, hai semua orang yang haus,
marilah dan minumlah air, dan hai
orang yang tidak mempunyai
uang, marilah! Terimalah gandum
tanpa uang pembeli dan
makanlah, juga anggur dan susu
tanpa bayaran!” (Yesaya 55:1)
Membeli tanpa uang, tanpa kartu
kredit, tanpa cek, tanpa transfer
bank…? Bagaimana mungkin?
Secara efektif, keselamatan tersedia
bagi kita semua secara cuma-cuma.
ALLAH tidak menuntut imbalan apa
pun. Namun, kita harus
membelinya. Harganya tak ternilai,
jadi kita harus menghargainya,
sungguh-sungguh menginginkannya,
dan memintanya (Kisah 16: 30-31).
Kematian ALLAH sendiri adalah harga keselamatan kita. Namun, Ia ingin memberikannya
kepada kita secara cuma-cuma sebagai pemberian-Nya yang penuh kasih (Roma 6:23).
4. “Keselamatan adalah pemberian yang cuma-cuma namun
demikian ia harus dibeli dan dijual. Dalam pasar di mana
pengasihan Ilahi yang memimpin, mutiara yang berharga itu
digambarkan sebagai dibeli tanpa uang. Di pasar ini semua bisa
memperoleh harta sorga […]
Injil Kristus adalah satu berkat yang dapat
diperoleh semua orang. Orang yang termiskin
sanggup sama seperti orang yang terkaya
“membeli” keselamatan; karena tidak ada
jumlah kekayaan dunia yang bisa
memperolehnya. Ia diperoleh melalui penurutan
dengan sukarela, dengan menyerahkan diri kita
kepada Kristus sebagai milik yang dibeli-Nya
sendiri.” E.G.W. (Christ’s Object Lessons, cp. 9, p. 116-117)
5. MELAMPAUI
PEMAHAMAN KITA
“Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari
rancanganmu.” (Yesaya 55:9)
Pikiran kita tidak dapat memahami misteri keselamatan. Hal itu hanya dapat
dipahami secara rohani (1Korintus 2:14). Oleh karena itu, ALLAH memberi
kita pengetahuan yang diperlukan untuk memahaminya (1Timotius 2:3-4).
“Tema penebusan adalah tema
yang ingin dipelajari para
malaikat; itu akan menjadi
pengetahuan dan nyanyian umat
tebusan sepanjang masa
kekekalan. Apakah ia tidak layak
untuk dipikirkan dan dipelajari
dengan cermat saat ini?” (E.G.W.,
“My Life Today”, p. 360).
Pengetahuan ini bertumbuh seiring dengan hubungan kita sehari-
hari dengan KRISTUS (Kolose 1:10; 2Petrus 3:18). Namun, kita
tidak akan pernah memahaminya sepenuhnya. Kita akan terus
mempelajari rencana penebusan untuk selama-lamanya.
6. BERPUASA YANG
TIDAK BERKENAN
BAGI ALLAH
“Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan
mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala
seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai
lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa,
mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?” (Yesaya 58:5)
Hari Pendamaian adalah satu-satunya hari
berpuasa yang diperintahkan ALLAH.
Itulah sebabnya ia disebut “waktu puasa”
(Kisah 27:9). Kemudian orang-orang
menambahkan hari puasa harian atau hari
dalam siklus pekan lainnya. Hal itu tidak
diminta oleh ALLAH, dan Ia tidak
menyetujuinya (Zakharia 7: 3-10).
Bangsa Israel berharap agar ALLAH berkenan terhadap puasa mereka (Yesaya 58:3).
Namun, Ia menjawab dengan cara yang tidak terduga: “Dengan caramu berpuasa seperti
sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.” (ayat 4)
Mereka mencoba untuk melembutkan hati ALLAH dengan “perbuatan keagamaan”
mereka untuk membeli pengampunan. ALLAH sama sekali tidak meminta hal tersebut.
7. BERPUASA YANG
BERKENAN BAGI
ALLAH
“supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar
dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya
rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya
engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri
terhadap saudaramu sendiri!” (Yesaya 58:7)
Hal-hal yang menyenangkan ALLAH tidak terkait
dengan tidak makan untuk beberapa waktu. Ia
bersukacita ketika kita membagikan apa yang kita
miliki, dan peduli terhadap orang lain. Ini harus
menjadi gaya hidup, bukan tindakan sesekali saja.
Puasa kita menyenangkan
ALLAH hanya jika kita telah
menunjukkan kasih-Nya kepada
orang lain dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kemudian, Ia akan
menuntun kita, memuaskan
jiwa kita, dan menguatkan kita
(Yesaya 58:11).
“Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan
Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga
supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”
(Yakobus 1:27).
8. BERSUKACITA
DALAM
TUHAN
“Apabila engkau tidak menginjak-injak
hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu
pada hari kudus-Ku; apabila engkau
menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan",
dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia";
apabila engkau menghormatinya dengan tidak
menjalankan segala acaramu dan dengan
tidak mengurus urusanmu atau berkata
omong kosong, maka engkau akan bersenang-
senang karena TUHAN.” (Yesaya 58:13-14)
Bagaimanakah jiwa yang menderita, menolong orang
lain, dan hari Sabat saling terkait?
Ketiganya melibatkan konsentrasi pada ALLAH, prioritas-
Nya, dan pengakuan ketergantungan kita kepada-Nya.
Dengan melakukan ketiganya, kita mengejar kekudusan
dengan meneladani ALLAH, yang merendahkan diri-Nya
(Filipi 2: 8), menunjukkan kebaikan yang rela berkorban
(Kisah 10:38), dan berhenti bekerja pada hari Sabat
(Kejadian 2:2-3).
Selain menyenangkan, memelihara
hari Sabat juga mendatangkan
berkat khusus (Yesaya 58:14).
9. E.G.W. (The Ministry of Healing, cp. 18, p. 257)
“Perbuatan kebajikan adalah berkat ganda,
memberi manfaat bagi si pemberi dan si
penerima kebaikan itu. Kesadaran akan
perbuatan yang benar adalah salah satu obat
terbaik bagi penyakit tubuh dan pikiran.
Apabila pikiran senang dan bebas dari
perasaan kewajiban yang telah dilakukan
dengan baik dan rasa puas karena
memberikan kebahagiaan kepada orang lain,
maka pengaruh yang menggembirakan dan
mengangkat jiwa itu memberi hidup baru
kepada manusia seutuhnya.”