uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
Makalah agama
1. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan, rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan dan menuyusun makalah ini dengan
judul Jilbab.Makalah ini disusun berdasarkan kumpulan-kumpulan buku yang ada dan
makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi para mahasiswa.Yang penyajiannya
menggunakan pendekatan pembelajaran.
Makalah ini diharapkan dapat membantu memberi bekal pembelajaran pada diri
mereka sendiri sehingga mereka bisa mengerti apa yang disampaikan oleh isi makalah ini
sendiri. Kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk membuat makalah ini sebagai
makalah yang akanmudah dimengerti oleh para pembaca, untuk itu kritik dan saran dari
berbagai pihak baik praktisi maupun narasumber sangat kami harapkan.
Surakarta, 13 Desember 2011
Penulis
2. DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 4
A. PENGERTIAN JILBAB .......................................................................................................................... 4
B. KRITERIA JILBAB ................................................................................................................................ 5
C. AURAT WANITA................................................................................................................................. 7
D. CARA MEMAKAI JILBAB YANG BENAR .............................................................................................. 9
E. MACAM-MACAM PENUTUP AURAT ............................................................................................... 11
F. MANFAAT MEMAKAI JILBAB ........................................................................................................... 12
KESIMPULAN ............................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 16
3. PENDAHULUAN
Selain kata jalabiib (jamak dari „jilbab‟), Al-Qur‟an juga memakai kata-kata lain yang
maknanya hampir sama dengan kata „jilbab‟ dalam bahasa Indonesia, seperti kata khumur
(penutup kepala) dan hijab (penutup secara umum), lalu bagaimana kata-kata serupa dalam
ayat-ayat Al Quran tersebut diterjemahkan dan dipahami dalam bahasa syara‟ (agama) oleh
para sahabat Nabi dan ulama‟ selanjutnya.
Oleh karena itu kita tidak akan tahu pandangan syara‟ terhadap hukum suatu
permasalahan kecuali setelah tahu maksud dan bentuk kongkrit serta jelas dari permasalahan
itu, maka untuk mengetahui hukum memakai jilbab terlebih dahulu harus memahami yang di
maksud dengan jilbab itu sendiri secara benar dan sesuai yang dikehendaki Al-Qur‟an ketika
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan bangsa arab saat itu.
Pada materi makalah ini, kita semua telah mempelajari tentang pengertian
Jilbab.Pengertian itu sendiri telah dilakukan di dalam kalangan masyarakat luas, dengan
menggabungkan Jilbab itu sendiri dengan perkembangan jaman pada saat sekarang ini.
4. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JILBAB
Arti kata jilbab ketika Al-Qur‟an diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai
bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang kedua oleh wanita dan semua
pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam
tafsirnya Ruuhul Ma‟ani. Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain
yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab
adalah kain yang menutup semua badan.Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal
oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu
sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang
atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu
mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda.
Namun yang lebih penting ketika kita ingin memahami hukum memakai jilbab adalah
kita harus memahami kata jilbab yang di maksudkan syara‟(agama), Shalat lima kali bisa
dikatakan wajib hukumnya kalau diartikan shalat menurut istilah syara‟, lain halnya bila
shalat diartikan atau dimaksudkan dengan berdo‟a atau mengayunkan badan seperti arti shalat
dari sisi etemologinya.Allah SWT dalam Al Quran berfirman yang artinya : “Wahai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin.
Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.Yang demikian itu
supaya mereka lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah
adalah maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59).
Ayat di atas turun ketika wanita merdeka (seperti wanita-wanita sekarang) dan para budak
wanita (wanita yang boleh dimiliki dan diperjual belikan) keluar bersama-sama tanpa ada
suatu yang membedakan antara keduanya, sementara madinah pada masa itu masih banyak
orang-orang fasiq (suka berbuat dosa) yang suka mengganggu wanita-wanita dan ketika
diperingatkan mereka (orang fasiq) itu menjawab “kami mengira mereka (wanita-wanita yang
keluar) adalah para budak wanita” sehingga turunlah ayat di atas bertujuan memberi identitas
yang lebih kepada wanita-wanita merdeka itu melalui pakaian jilbab.
Hal ini bukan berarti Islam membolehkan untuk mengganggu budak pada masa itu, Islam
memandang wanita merdeka lebih berhak untuk diberi penghormatan yang lebih dari para
budak dan sekaligus memerintahkan untuk lebih menutup badan dari penglihatan dan
5. gangguan orang-orang fasiq sementara budak yang masih sering disibukkan dengan kerja dan
membantu majikannya lebih diberi kebebasan dalam berpakaian.
Ketika wanita anshar (wanita muslimah asli Makkah yang berhijrah ke Madinah)
mendengar ayat ini turun maka dengan cepat dan serempak mereka kelihatan berjalan tenang
seakan burung gagak yang hitam sedang di atas kepala mereka, yakni tenang -tidak
melenggang- dan dari atas kelihatan hitam dengan jilbab hitam yang dipakainya di atas
kepala mereka.Ayat ini terletak dalam Al-Qur‟an setelah larangan menyakiti orang-orang
mukmin yang berarti sangat selaras dengan ayat sesudahnya (ayat jilbab), sebab berjilbab
paling tidak, bisa meminimalisir pandangan laki-laki kepada wanita yang diharamkan oleh
agama, dan sudah menjadi fitrah manusia, dipandang dengan baik oleh orang lain adalah
lebih menyenangkan hati dan tidak berorentasi pada keburukan, lain halnya apabila
pandangan itu tidak baik maka tentu akan berdampak tidak baik pula bagi yang dipandang
juga yang melihat, nah, kalau sekarang kita melihat kesebalikannya yaitu ketika para wanita
lebih senang untuk dipandang orang lain ketimbang suaminya sendiri maka itu adalah
kesalahan pada jiwa wanita yang perlu dibenarkan sedini mungkin dan dibuang jauh jauh
terlebih dahulu sebelum seorang wanita berbicara kewajiban berjilbab.
B. KRITERIA JILBAB
1. Menutupi seluruh badan
2. Tidak diberi hiasan-hiasan hingga mengundang pria utk melihatnya
Allah berfirman :
“Katakanlah kepada wanita-wanita yg beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan
mata dan menjaga kemaluan mereka dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa
yg biasa nampak darinya. Hendaklah mereka meletakkan dan menjulurkan kerudung di atas
kerah baju mereka
3. Tebal tdk tipis
“Akan ada nanti di kalangan akhir umatku para wanita yg berpakaian tapi hakikat mereka
telanjang Kemudian beliau bersabda: “laknatlah mereka krn sesungguh mereka itu
terlaknat”.Kata Ibnu Abdil Baar dlm sabda adl para wanita yg mengenakan pakaian dari
bahan yg tipis yg menerawangkan bentuk badan dan tdk menutupi mk wanita seperti ini
istilah saja mereka berpakaian tapi hakikat mereka telanjang”
4. Lebar tdk sempit
“Mengapa engkau tdk memakai pakaian Qibthiyah itu?” Aku menjawab: “Aku berikan
kepada istriku”. Beliau berkata : “Perintahkan istrimu agar ia memakai kain penutup setelah
6. memakai pakaian tersebut krn aku khawatir pakaian itu akan menggambarkan bentuk
tubuhnya”. memakaikan aku pakaian Qibthiyah yg tebal yg dihadiahkan oleh Dihyah Al
Kalbi kepada beliau mk aku memakaikan pakaian itu kepada istriku. Suatu ketika beliau
Usamah bin Zaid c berkata: Rasulullah
5. Tidak diberi wangi-wangian
Rassulullah bersabda :“Wanita mana saja yg memakai wangi-wangian lalu ia melewati
sekelompok orang agar mereka mencium wangi mk wanita itu pezina.”
6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
Nabidalam banyak sabda memerintahkan kita utk menyelisihi orang2 kafir dan tdk
menyerupai mereka baik dlm hal ibadah hari raya/perayaan ataupun pakaian khas mereka.
8. Bukan merupakan pakaian utk ketenaran
Yakni pakaian yg dikenakan dgn tujuan agar terkenal di kalangan manusia sama saja
apakah pakaian itu mahal/ mewah dgn maksud utk menyombongkan diri di dunia atau
pakaian yg jelek yg dikenakan dgn maksud utk menampakkan kezuhudan dan riya.
bersabda:Berkata Ibnul Atsir: Pakaian yg dikenakan itu masyhur di kalangan manusia krn
warna berbeda dgn warna-warna pakaian mereka hingga manusia mengangkat pandangan ke
arah jadilah orang tadi merasa banggadiridansombong.Rasulullah “Siapa yg memakai
pakaian utk ketenaran di dunia mk Allah akan memakaikan pakaian kehinaan pada hari
kiamat kemudian dinyalakan api padanya”.
9. Melihat laki-laki dari Balik Kerudung
Imam Nawawi menjawab dalil mereka ini bahwasa peristiwa itu mungkin terjadi ketika
Aisyah belum baligh. menutupi dgn selendang beliau menunjukkan peristiwa ini terjadi
setelah turun perintahNamun Al Hafidz Ibnu Hajar membantah dgn mengatakan ucapan
Aisyah bahwa Nabi hijab.Imam Nawawi memberi kemungkinan yg lain beliau mengatakan:
Dimungkinkan Aisyah hanya memandang kepada permainan tombak mereka bukan
memandang wajah-wajah dan tubuh-tubuh mereka. Dan bila pandangan jatuh ke wajah dan
tubuh mereka tanpa sengaja bisa segera dipalingkan ke arah lain saat itu juga.Dengan
demikian hendaklah seorang wanita memiliki rasa malu dan jangan membiarkan pandangan
mata jatuh kepada sesuatu yg tdk diperkenankan bagi termasuk memandang laki2 yg bukan
mahramnya.
Wallahu ta„ala a„lam bishawwab.“Jilbab mulai lazim dipakai di Indonesia sekitar tahun
1980-an, di mana saat itu terjadi peritiwa revolusi besar di Iran ketika Imam Khomeini
7. berhasil menggusur Reza Pahlevi yang dipopulerkan sebagai antek dunia Barat di Timur
Tengah. Khomeini menjadi lambang kemenangan Islam terhadap boneka Barat. Simbol-
simbol kekuatan Khomeini, seperti foto Imam Khomeini dan komunitas Black Veil menjadi
tren di kalangan generasi muda Islam seluruh dunia. Semenjak itu jilbab mulai menghiasi
kampus dunia Islam, tidak terkecuali Indonesia”.Kemudian, wanita yang berjilbab, namun
buruk perangainya.
Bagaimanapun, seorang akhwat, seorang wanita muslimah adalah manusia juga. Banyak
faktor yang menyebabkan itu terjadi. Karena lingkungan dan kebiasaan. Nah, justru ketika
seorang mengenakan jilbab, akan timbul kesadaran untuk berperilaku lebih islami, dan tentu
saja menjaga adab sebagai seorang muslimah, untuk menjaga nama baik para jilbaber. Dia
merasa punya tanggung jawab moral untukmenjaga citra jilbab yang identikdengan islam.
Sedikit banyak, perasaan seperti itu pasti. Minimal, dia takkan mau dikatakan sama aja
dengan perempuan pengumbar aurat.Inilah mungkin letak sulitnya seorang da‟i. Mereka
dituntut ”tidak boleh salah”, mereka jadi qudwah, mereka teladan, mereka di dengar
omongannya, mereka di anggap ”suci”, mereka sangat tabu untuk melakukan kesalahan!
Padahal, seorang da‟i juga manusia, tak luput dari dosa dan kesalahan. Sedikit saja seorang
da‟i berbuat salah, maka hilanglah kredibilitasnya sebagai seorang yang di hormati.
Ibaratnya, satu kesalahan yang di lakukan, itu menghapus seribu kebaikan yang telah dia
lakukan. Sungguh tidak adil memang, tapi begitulah frame berpikir masyarakat kita, belum
bisa open-minded.
C. AURAT WANITA
Dari ayat di atas pula para ulama juga berbeda pendapat tentang kaki sampai mata kaki,
tangan sampai pegelangan dan wajah dari seorang wanita apakah itu termasuk aurat yang
wajib di tutup atukah tidak(?) Yaitu ketika menafsirkan kata ziinah (perhiasan) bagi yang
mengartikan dengan perhiasan yang khalqiyah (keindahnya tubuh) seperti kecantikan dan
daya tarik seorang wanita, bagi kelompok ini termasuk Imam Al-Qaffal kata “kecuali yang
tampak darinya” diartikan dengan anggota badan yang tampak dalam kebiasaan dan
keseharian masyarakat seperti wajah dan telapak tangan karena menutup keduanya adalah
dorurat (keterpaksaan) yang bila diwajibkan akan bertentangan dengan agama Islam yang
diturunkan penuh kemudahan bagi pemeluknya, oleh sebab itu tidak ada perbedaan pendapat
dalam hal bolehnya membuka wajah dan telapak tangan (meski sebenarnya dalam madzhab
syafi‟i masih ada yang berbeda pendapat dalam hal ini, misalnya dalam kitab Azza Zawajir
wajah dan telapak tangan wanita merdeka adalah aurat yang tidak boleh dibuka atau dilihat
8. karena melihatnya bisa menimbulkan fitnah jinsiyah (godaan seksual), adapun di dalam
shalat maka itu bukan aurat tetapi tetap haram untuk dibuka atau dilihat).
Sedangkan yang menafsirkan kata ziinah (perhiasan) dengan perhiasan yang biasa di
pakai wanita, mulai dari yang wajib dipakai seperti baju, pakaian bawah yang lain yang
digunakan menutup badan wanitia sampai perhiasan yang hanya boleh dipakai wanita seperti
pewarna kuku, pewarna telapak tangan, pewarna kulit, kalung, gelang, anting dan lain-lain,
maka mereka (mufassir) itu mengartikan kata “dengan perhiasan-perhiasan yang biasa
tampak” seperti cincin, celak mata, pewarna tangan dan yang tidak mungkin untuk ditutup
seperti baju, pakaian bawah bagian luar dan jilbab atau kerudung.
Dan adapun telapak kaki maka tidak termasuk yang boleh di buka karena keterpaksaan
untuk membukanya dianggap tidak ada, namun yang lebih shahih (benar) menurut Imam Ar-
Rozi dalam tafsirnya hukum menampakkan cincin, gelang, pewarna tangan, kuku, dan
sebagainya adalah seperti hukum membuka kaki yaitu haram untuk dibuka sebab tidak ada
kebutuhan yang memaksa untuk boleh membukanya menurut agama.
Semua hal di atas adalah di luar waktu melaksanakan shalat dan selain wanita budak
(wanita yang bisa dimiliki dan diperjual belikan) yaitu wanita muslimah zaman sekarang.
Adapun waktu melaksakan shalat, Madzhab Hanafi berpendapat kalau semua badan
wanita adalah aurat dan termasuk di dalamnya adalah rambut yang memanjang di samping
telinga kecuali telapak tangan dan bagian atas dari telapak kaki. Madzhab Syafi‟i berpendapat
yang sama yaitu semua anggota badan wanita ketika shalat adalah aurat yang wajib ditutup
kecuali wajah telapak tangan dan telapak kaki yang dalam (yang putih).
Madzhab Hambali mengecualikan wajah saja selain itu semuanya aurat termasuk telapak
tangan dan kaki. Sedangkan ulama-ulama madzhab Maliki menjelaskan bahwa dalam shalat
aurat laki-laki, wanita merdeka dan budak, terbagi menjadi dua:
1. Aurat mughalladhah (berat), untuk laki-laki aurat ini adalah dua kemaluan depan dan
belakang, sedangkan bagi wanita merdeka aurat ini adalah semua badan kecuali tangan, kaki,
kepala dada dan sekitarnya (bagian belakangnya).
2. Aurat mukhaffafah (ringan), aurat ini untuk laki-laki adalah selain mugalladhah yang
berada diantara pusar dan lutut, sedang untuk wanita merdeka adalah tangan, kaki, kepala,
dada dan bagian belakangnya, dua lengan tangan, leher, kepala, dari lutut sampai akhir
telapak kaki dan adapun wajah dan kedua telapak tangan (luar atau dalam) tidak termasuk
aurat wanita dalam shalat baik yang mugalladhah atau yang mukhaffafah. Untuk wanita
budak aurat ini adalah sebagaimana laki-laki namun di tambah pantat dan sekitarnya dan
kemaluan, vulva dan bagian yang ditumbuhi rambut kemaluan itu.
9. Ulama-ulama madzhab Maliki juga menjelaskan bahwa apabila seorang melakukan shalat
dengan tidak menutup aurat mugalladhah meskipun hanya sedikit dan dia mampu
menutupnya baik membeli kain penutup atau meminjam (tidak wajib menerima penutup aurat
bila penutup aurat itu diberikan dengan cara hibah pemberian murni) maka shalat yang
demikian hukumnya adalah tidak sah dan batal dan apabila dia ingat kewajiban untuk
menutup aurat itu maka wajib baginya untuk mengulang shalatnya ketika dia telah siap
melaksakan shalat dengan menutup aurat mughalladhah itu.
Sedangkan bila aurat mukhaffafah saja yang terbuka semua atau sebagiannya maka
shalatnya tetap sah, tetapi di haramkan atau di makruhkan bila mampu untuk menutup aurat
itu dengan sempurnah dan apabila telah ada penutup aurat yang sempurnah maka dia di
sunnatkan untuk mengulang shalatnya (ada perincian tetacara pengulangan shalatnya (lihat
madzhibul arba‟ah).
D. CARA MEMAKAI JILBAB YANG BENAR
Cara memakai jilbab dengan arti aslinya yaitu sebelum diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang baku, adalah aturan yang mana para sahabat dan ulama‟ berbeda
pendapat ketika menafsirkan ayat Al-Qur‟an di atas. Perbedaan cara memakai jilbab antara
sahabat dan juga antara ulama itu disebab bagaimana idnaa‟ul jilbab (melabuhkan jilbab atau
melepasnya) yang ada dalam ayat itu. Ibnu Mas‟ud dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas
menjelaskan cara yang diterangkan Al-Qur‟an dengan kata idnaa‟ yaitu dengan menutup
semua wajah kecuali satu mata untuk melihat, sedangkan sahabat Qotadah dan riwayat Ibnu
Abbas yang lain mengatakan bahwa cara memakainya yaitu dengan menutup dahi atau
kening, hidung, dengan kedua mata tetap terbuka. Adapun Al-Hasan berpendapat bahwa
memakai jilbab yang disebut dalam Al-Qur‟an adalah dengan menutup separuh muka, beliau
tidak menjelaskan bagian separuh yang mana yang ditutup dan yang dibuka ataukah tidak
menutup muka sama sekali. Dari perbedaan pemahaman sahabat seputar ayat di atas itu
muncul pendapat ulama yang mewajibkan memakai niqob atau burqo‟ (cadar) karena semua
badan wanita adalah aurat (bagian badan yang wajib ditutup) seperti Abdul Aziz bin Baz
Mufti Arab Saudi, Abu Al a‟la Al maududi di Pakistan dan tidak sedikit Ulama-ulama Turky,
India dan Mesir yang mewajibkan bagi wanita muslimah untuk memakai cadar yang menutup
muka, Hal di atas sebagaimana yang ditulis oleh Dr.Yusuf Qardlawi dalam Fatawa
Muashirah, namun beliau sendiri juga mempunyai pendapat bahwa wajah dan telapak tangan
wanita adalah tidak aurat yang harus ditutup di depan laki-laki lain yang bukan mahram (laki-
laki yang boleh menikahinya), beliau juga menegaskan bahwa pendapat itu bukan
10. pendapatnya sendiri melainkan ada beberapa Ulama yang berpendapat sama, seperti
Nashiruddin Al-Albani dan mayoritas Ulama-ulama Al-Azhar, Qardlawi juga berpendapat
memakai niqob atau burqo‟ (cadar) adalah kesadaran beragama yang tinggi yang mana bila
dipaksakan kepada orang lain, maka pemaksaan itu dinilainya kurang baik, sebab wanita
yang tidak menutup wajahnya dengan cadar juga mengikuti ijtihad Ulama yang kredibelitas
dalam berijtihadnya dipertanggung jawabkan.
Sedangkan empat Madzhab, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi`iyah dan Hanabila berpendapat
bahwa wajah wanita tidaklah aurat yang wajib ditutupi di depan laki-laki lain bila sekira tidak
ditakutkan terjadi fitnah jinsiyah (godaan seksual), menggugah nafsu seks laki-laki yang
melihat. Sedangkan Syafi‟iyah juga ada yang berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan
wanita adalah aurat (bagian yang wajib ditutup) seperti yang ada dalam kitab Madzahibul
Arba‟ah, diperbolehkannya membuka telapak tangan dan wajah bagi wanita menurut mereka
disebabkan wanita tidak bisa tidak tertuntut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya
baik dengan jual beli, syahadah (persaksian sebuah kasus), berdakwah kepada masyarakatnya
dan lain sebagainya, yang semuanya itu tidak akan sempurnah terlaksana apabila tidak
terbuka dan kelihatan.
Ringkasnya, para ulama Islam salafy (klasik)sampai yang muashir (moderen) masih
berselisih dalam hal tersebut di atas. Bagi muslimah boleh memilih pendapat yang menurut
dia adalah yang paling benar dan autentik juga dengan mempertimbangkan hal lain yang
lebih bermanfaat dan penting dibanding hanya menutup wajah yang hanya bertujuan
menghindari fitnah jinsiyah yang masih belum bisa dipastikan bahwa hal itu memang
disebabkan membuka wajah dan telapak tangan saja.
Namun sekali lagi menutup kepala seperti itu di atas adalah kesadaran tinggi dalam
memenuhi seruan agama sebab banyak ulama yang tidak mengharuskan cara yang demikian.
Kita tidak diharuskan mengikuti pendapat salah satu Ulama dan menyalahkan yang lain
karena masalah ini adalah masalah ijtihadiyah (yang mungkin salah dan mungkin benar
menurut Allah SWT) yang benar menurut Allah SWT akan mendapat dua pahala, pahala
ijtihad dan pahala kebenaran dalam ijtihad itu, dan bagi yang salah dalam berijtihad mendapat
satu pahala yaitu pahala ijtihad itu saja, ini apabila yang berijtihad sudah memenuhi syarat-
syaratnya. Adalah sebuah kesalahan yaitu apabila kita memaksakan pendapat yang kita ikuti
dan kita yakini benar kepada orang lain, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain yang
bertentangan tanpa tendensi pada argumen dalil yang kuat dalam Al-Qur‟an dan Hadist atau
Ijma‟.
11. Para Ulama sepakat bahwa menutup aurat cukup dengan kain yang tidak transparan
sehingga warna kulit tidak tampak dari luar dan juga tidak ketat yang membentuk lekuk
tubuh, sebab pakaian yang ketat atau yang transparan demikian tidak bisa mencegah
terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual)bagi laki-laki yang memandang secara sengaja atau
tidak sengaja bahkan justru sebaliknya lebih merangsang terjadinya hal tersebut, atas dasar
itulah para ulama sepakat berpendapat bahwa kain atau model pakaian yang demikian itu
belum bisa digunakan menutup aurat, seperti yang dikehendaki Syariat dan Maqasidnya
(tujuan penetapan suatu hukum agama) yaitu menghindari fitnah jinsiyah (godaan seksual)
yang di sebabkan perempuan.
Selanjutnya kalau kita mengkaji sebab diturunkannya ayat di atas yaitu ketika orang-
orang fasiq mengganggu wanita-wanita merdeka dengan berdalih tidak bisa membedakan
wanita-wanita merdeka itu dari wanita-wanita budak (wanita yang bisa dimiliki dan diperjual
belikan), maka kalau sebab yang demikian sudah tidak ada lagi pada masa sekarang, karena
memang sedah tidak ada budak, maka itu berarti menutup dengan cara idnaa‟ melabuhkan ke
dada dan sekitarnya agar supaya bisa dibedakan antara mereka juga sudah tidak diwajibkan
lagi, adapun kalau di sana masih ada yang melakukan cara demikian dengan alasan untuk
lebih berhati-hati dan berjaga-jaga dalam mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan
seksual) maka adalah itu masuk dalam katagori sunnat dan tidak sampai kepada kewajiban
yang harus dilaksanakan.
Namun bisa jadi ketika jilbab sudah memasyarakat sehingga banyak wanita berjilbab
terlihat di mall, pasar, kantor, kampus dan lain sebagainya, namun cara mereka sudah tidak
sesuai lagi dengan yang diajarkan agama, misalnya tidak sempurna bisa menutup rambut atau
dengan membuka sebagian leher. Atau ada sebab lain, misalnya berjilbab hanya mengikuti
trend atau untuk memikat laki-laki yang haram baginya atau disebabkan para muslimah yang
berjilbab masih sering melanggar ajaran agama di tempat-tempat umum yang demikian itu
bisa mengurangi dan bahkan menghancurkan wacana keluhuran dan kesucian Islam, sehingga
dibutuhkan sudah saatnya dibutuhkan kelmbali adanya pilar pembeda antara yang berjilbab
dengan rasa kesadaran penuh atas perintah Allah SWT dalam Al-Qur‟an dari para wanita
muslimah yang hanya memakai jilbab karena hal-hal di atas tanpa memahami nilai berjilbab
itu sendiri.
E. MACAM-MACAM PENUTUP AURAT
Mungkin ini memakai jilbab dengan cara melabuhkan ke dada dan sekitarnya diwajibkan
untuk mejadi pilar pembeda antara jilbab yang ngetrend dan tidak Islami dari yang berjilbab
12. yang Islami dan ngetrend serta mengedepankan nilai jilbab dan tujuan disyariatkannya jilbab
itu.
Asy-Syaih Athiyah Shoqor (Ulama ternama Mesir) ketika ditanya hukum seorang wanita
yang cuma mengenakan penutup kepala yang bisa menutup rambut dan leher saja tanpa
memanjangkan kain penutup itu ke dada dan sekitarnya, beliau menjawab dengan membagi
permasalahan menutup aurat (kepala) itu menjadi tiga :
1.Khimar (kerudung) yaitu segala bentuk penutup kepala wanita baik itu yang panjang
menutup kepala dada dan badan wanita atau yang hanya rambut dan leher saja.
2.Niqob atau burqo‟ (cadar) yaitu kain penutup wajah wanita dan ini sudah ada dan
dikenal dari zaman sebelum Islam datang seperti yang tertulis di surat kejadian dalam kitab
Injil. Namun kata beliau “ini juga kadang disebut Khimar”.
3.Hijab (tutup) yaitu semua yang dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah
terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) baik dengan menahan pandangan, tidak mengubah
intonasi suara bicara wanita supaya terdengan lebih menarik dan menggugah, menutup aurat
dan lain sebagainya, semuanya ini dinamankan hijab bagi wanita.
Untuk jilbab atau penutup kepala yang hanya menutup rambut dan leher serta tidak ada
sedikitpun cela yang menampakkan kulit wanita, maka itu adalah batas minimal dalam
menutup aurat wanita. Adapun apabila melabuhkan kain penutup kepala ke bawah bagian
dada dan sekitarnya maka itu termasuk hukum sunat yang tidak harus dilakukan dan dilarang
untuk dipaksakan pada orang lain.Beliau juga menambahkan apabila fitnah jinsiyah itu lebih
dimungkinkan dengan terbukanya wajah seorang wanita sebab terlalu cantik dan banyak mata
yang memandang maka menutup wajah itu adalah wajib baginya, untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan selanjutnya, dan bila kecantikan wajah wanita itu dalam stara rata-rata
atau menengah ke bawah maka menutupnya adalah sunat. Mungkin yang difatwakan oleh
beliau inilah jalan keluar terbaik untuk mencapai kebenaran dan jalan tengah menempuh
kesepakatan dalam masalah manutup wajah wanita dan berjilbab yang dari dulu sampai
sekarang masih di persengketakan ulama tentang cara, wajib dan tidak wajibnya.
F. MANFAAT MEMAKAI JILBAB
Allah memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan manusia.Dan setiap
yang benar-benar manfaat dan dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, pasti disyariatkan
atau diperintahkan oleh-Nya.Di antara perintah Allah itu adalah berjilbab bagi wanita
muslimah.Berikut ini beberapa manfaat berjilbab menurut Islam dan Sains.
1. Selamat dari Adzab Allah (Adzab Neraka)
13. “Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok
laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia
dengannya.Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan,
yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini)
tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium
dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-
wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan
menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari Pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka
sendiri.Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam:“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya
bagi laki-laki dari pada wanita.” (HR. Bukhari).
Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita
pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka
bagaimana wanita pada jaman sekarang??? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini
telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak
berjilbab).
3. Memelihara Kecemburuan Laki-Laki
Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah subhanahu wataala tanamkan kepada hati
laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya.Cemburu merupakan
sifat terpuji dalam Islam.
“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu.Kecemburuan Allah adalah
apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim).
Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi
pelecehan tidak ada yang akan membela.
4. Akan seperti Bidadari Surga
“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak
pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56). “Mereka
laksana permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: 58). “Mereka laksana telur yang
tersimpan rapi.” (QS. Ash-Shaffaat: 49).
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan
pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk
14. menjaga kehormatan diri.Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga. Dengan
berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.
5. Mencegah Penyakit Kanker Kulit
Kanker adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah
sifatnya.Kanker kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang
disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.
Penelitian menunjukkan kanker kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV)
yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki.Kanker ini banyak menyerang orang berkulit
putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.
Kanker tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita.Hanya saja, wanita
memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dari pada laki-laki.Oleh karena itu, wanita lebih
mudah terserang penyakit khususnya kanker kulit.
Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanker kulit adalah dengan menutupi
kulit. Salah satunya dengan berjilbab.Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit dari
sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat.
Kenapa?Karena hal itu percuma saja.Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang
ketat apalagi pakaian transparan.Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.
6. Memperlambat Gejala Penuaan
Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu
lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan
antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.
Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari.Sinar matahari memang penting
bagi pembentukan vitamin D yang berperan penting terhadap kesehatan kulit.Namun, secara
ilmiah dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk
mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin.Jaringan kolagen dan
elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.
15. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari penjelasan diatas jelas bahwasanya Allah SWT memerintahkan
kepada seluruh wanita muslim wajib menutup auratnya seperti yang telah dijelaskan dalam
surat ( Al-Ahzab : 59) dengan tujuan agar mereka mudah untuk dikenal dan mereka mendapat
penghormatan yang selayaknya dan terhindar dari perbuatan keji serta fitnah.
Dari sini jelas bahwa jilbab tidak boleh diulurkan bagian per bagian misalnya baju
potongan, tetapi diulurkannya langsung dari atas ke bawah.Selain itu mengulurkannya harus
sampai telapak kaki (bukan mata kaki), tidak boleh kurang dari itu, oleh karena itu apabila
jilbabnya terulur sampai mata kaki dan sisanya (telapak kaki) ditutup dengan kaos
kaki/sepatu, maka hal ini tidak cukup menggantikan keharusan irkha‟ (terulurnya baju sampai
ke bawah).Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah adanya irkha‟, yaitu jilbab harus
diulurkan sampai menutupi kedua telapak kaki sehingga dapat diketahui dengan jelas bahwa
baju itu adalah baju di kehidupan umum.
Apabila jilbabnya sudah terulur sampai ujung kaki tetapi jika berjalan kakinya masih
terlihat sedikit seperti ketika menerima tamu, berjalan di sekitar rumah, maka hal ini tidak
apa-apa walaupun tetap dianjurkan untuk „iffah (berhati-hati/menjaga diri). Hanya saja
apabila aktivitas wanita tersebut membuat kakinya banyak terlihat semisal mengendarai
sepeda, motor dan lain-lain maka diwajibkan untuk menggunakan penutup kaki apa saja
seperti kaos kaki, sepatu dan lain-lain.