SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 8
Descargar para leer sin conexión
70 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
PADA PRAKTIK DOKTER GIGI
DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Lelly Andayasari,* Anorital**
* Peneliti pada Pusat Teknologi Terapan dan Epidemiologi Klinik
Email : andayasari@gmail.com
** Peneliti pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
MUSCULAR DISORDERS AND PREVENTION FOR DENTIST
Abstract
Dentist’s profession high risks to go through musculosceletal disorders covering the lower and upper
parts of backbone, shoulders and wrists. From various researches being done, pravalens of
musculosceletal disorders to dentists is high enough moving between 25—85%. The conditions may
happen because of the dentists position while handling patiens is not in ergonomics positions. To reduce
the early disorders happens, the dentists working position which is initially standing then improved by
sitting position, even now the four-handed treatment technics has been developed that is now largely
acceptable. Although the treatment technics with sitting position has been developed and other
measures of prevention, various reports state that the musculosceletal disorders experienced by dentists
still happens. Many factors concerned risk against the happening of this musculosceletal disorders. The
working way, the position while treating patient, the dental unit being used, and other factor such as life
style, risk factors agains the appearance of musculosceletal disorders to the dentists. In efforts to
prevent continuously the musculosceletal disorders to the dentists, it has been developed different kinds
of ergonomics. Instruments for dentists profession, starting from dental unit design, operation
instruments, up to the using visual aids, and the good and accurate working way training. In such a
manner, too. Some prevention efforts, not concerning with the instruments used, has important role to
reduce the appearance of musculosceletal disorders to the dentists.
Keyword: Musculoskeletal disorders, ergonomic, dentist.
Abstrak
Gangguan muskuloskeletal yang meliputi tulang belakang bagian atas dan bawah, bahu, dan
pergelangan tangan merupakan faktor risiko pada profesi dokter gigi. Pada beberapa penelitian
sebelumnya diketahui prevalens gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi berkisar antara 25—85%.
Sejumlah faktor teknis seperti dental unit, lampu kerja dan peralatan lain yang digunakan tidak
ergonomis dan faktor non teknis antara lain cara dan posisi saat merawat pasien serta life style dokter
gigi merupakan risiko yang berperan penting untuk terjadinya gangguan musculoskeletal pada dokter
gigi. Memperbaiki faktor risiko teknis dan non teknis dapat dilakukan untuk mencegah gangguan
musculoskeletal pada dokter gigi. Faktor teknis antara lain, posisi berdiri saat merawat pasien,
diperbaiki dengan posisi duduk, peralatan (dental unit, meja, lampu kerja) yang ergonomis. Kerja tim
antara dokter gigi dan asisten yang terlatih menangani peralatan dikenal dengan four-handed dentistry,
sehingga dokter gigi hanya konsentrasi pada perawatan pasien saja. Faktor non teknis seperti ada jeda
waktu antara satu pasien dengan pasien lain agar dapat mengistirahatkan otot, serta ruangan praktek
yang luas perlu diperhatikan. Beberapa upaya pencegahan yang tidak berhubungan dengan peralatan
yang digunakan memegang peran penting guna mengurangi timbulnya gangguan muskuloskeletal pada
dokter gigi.
ARTIKEL
Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 71
Kata kunci: muskuloskeletal disorders, posisi ergonomic, dentist.
Submit: 14 September 2011, Review 1: 19 September 2011, Review 2: 19 September 2011, Eligible article: 16
Februari 2012
Pendahuluan
Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal
disorders) adalah penyakit yang menimbulkan rasa
nyeri berkepanjangan. Seseorang yang menderita
gangguan muskuloskeletal merasakan keluhan
mulai dari yang ringan sampai berat jika otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam
kurun waktu yang lama. Timbulnya gangguan
muskuloskeletal ini terkait dengan kondisi
lingkungan kerja dan cara kerja mendukung
sehingga dengan kondisi seperti ini dapat
menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon,
persendian, kartilago, dan diskus vertebralis.1, 2.
Gangguan muskuloskeletal yang kerap terjadi pada
praktisi kesehatan. Hal ini terjadi akibat posisi
tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan
terjadi dalam waktu yang lama serta berulang-
ulang. Di antara praktisi kesehatan yang rentan
dalam menghadapi adanya ancaman gangguan
muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum
jenis pekerjaan dokter gigi ditandai dengan adanya
posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan
perawatan terhadap pasien. Pasien yang dirawat di
atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi
harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu
lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan dokter
gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit
atau rasa tidak nyaman di daerah leher, bahu dan
tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan
antara lain gangguan muskuloskeletal yang berupa
nyeri punggung bagian bawah (lower back pain) 3, 4
.
Salah satu penyebab sindroma muskulo-
skeletal pada dokter gigi dikarenakan dokter gigi
hanya memperhatikan kenyamanan bagi pasien
yang dirawat, tapi kurang memperhatikan
kenyamanan bagi diri mereka sendiri saat merawat
pasiennya. Dokter gigi menganggap bahwa mereka
yang harus bergerak menghampiri pasien, dari pada
mengatur posisi duduk pasien di atas kursi gigi.5.
Kebanyakan gangguan muskuloskeletal terjadi
karena dokter gigi secara tanpa sadar berada pada
posisi tubuh yang kurang mendukung saat merawat
pasien. Saat melakukan preparasi gigi atau
mencabut gigi misalnya, kadang-kadang dokter gigi
membungkuk ke arah pasien, bergerak secara
mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang
lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan berkali-
kali dalam jangka waktu yang panjang. Hal inilah
yang dapat menyebabkan sindroma muskulo-
skeletal.4,6
Walaupun bekerja dengan postur netral
dapat mencegah atau mengurangi sindroma
muskuloskeletal, kebanyakan dokter gigi tidak
menyadari pentingnya manfaat sistem ergonomik
dengan posisi yang baik saat merawat pasien7
.
Postur yang baik dan benar membutuhkan peralatan
yang baik juga, misalnya bentuk kursi operator
yang ergonomik dapat mendukung tulang punggung
pada posisi yang baik.6, 8
Makalah ini akan
membahas tentang pencegahan gangguan muskulo-
skeletal pada praktik dokter gigi dengan sistem
ergonomik, meliputi posisi dokter gigi, posisi
pasien serta peralatan di dalam ruang praktik.
Tinjauan Pustaka
Ergonomik berasal dari bahasa Yunani yaitu
ergon berarti kerja dan nomos berarti hukum.
Definisi ergonomik menurut Occupational Safety
and Health Administration (OSHA) adalah
hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang
tidak mengakibatkan suatu gangguan. Secara garis
besarnya ergonomik berarti terciptanya sistem kerja
yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia. Pada
dasarnya kondisi ergonomik sangat menguntungkan
karena dapat mencegah terjadinya gangguan
muskuloskeletal dan dapat mengurangi kesalahan
yang dapat mengakibatkan cedera pada para
pekerja. Dalam kaitan tersebut di atas, ergonomik
bukan hanya tentang perasaan lebih baik secara
fisik, namun juga bagaimana menempatkan
peralatan pada posisi yang mudah dijangkau
sehingga akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.9
Menurut OSHA, gangguan muskulo-
skeletal yang berhubungan dengan pekerjaan
seseorang dapat terjadi bilamana ada ketidak-
cocokan antara kebutuhan fisik kerja dan
kemampuan fisik tubuh manusia. Ergonomik,
72 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan jenis
pekerjaan terhadap pekerja/manusia dengan
merancang pekerjaan tersebut agar menghasilkan
lingkungan kerja yang mendukung pencegahan
terjadinya gangguan muskuloskeletal.9
Sistem
ergonomik di bidang kedokteran gigi tidak hanya
sekedar posisi operator dan desain alat, namun
integrasi dari peralatan yang digunakan di dalam
praktik dokter gigi.6.
Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal
disorders) adalah suatu kumpulan gangguan atau
cedera yang mengenai sistem muskuloskeletal.
Umumnya gejala timbulnya gangguan muskulo-
skeletal terlihat dalam berbagai bentuk sehingga hal
inilah yang menyebabkan sulitnya mengidentifikasi
penyebab awal. Rasa sakit atau gangguan
muskuloskeletal ini biasanya dikaitkan dengan
pekerjaan seseorang yang disertai adanya rasa tidak
nyaman pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang
punggung akibat posisi saat bekerja dengan postur
tubuh yang tetap selama bekerja. Gangguan
muskuloskeletal dapat terjadi pada dokter gigi
dikarenakan saat melakukan perawatan pasien
berada dalam posisi berdiri, duduk atau
membungkuk. Gangguan muskuloskeletal dapat
disebabkan oleh tekanan fisik maupun psikis.2, 8.
Adapun faktor penyebab gangguan muskuloskeletal
sangat sulit untuk ditentukan, namun perlu
diketahui bahwa belum tentu suatu faktor risiko
akan menjadi penyebab. Banyak faktor yang
menjadi penyebab dan lamanya waktu dari mulai
terjadinya faktor risiko sampai timbulnya gangguan
muskuloskeletal.2.
Namun besar kecilnya derajat
faktor risiko dapat menunjukkan timbulnya
gangguan muskuloskeletal. Faktor risiko tersebut
meliputi adanya pengulangan gerakan yang terus
menerus; kekuatan yang berlebihan sehingga
menyebabkan kelelahan otot dan menimbulkan rasa
nyeri; tekanan mekanis yang disebabkan oleh
cedera akibat benda tajam, peralatan atau
instrumen; sikap kerja selama melakukan
pekerjaan; getaran akibat penggunaan peralatan
dengan frekuensi getar di atas 5.000 Hz; suhu udara
yang tidak nyaman; dan tekanan yang disebabkan
oleh keadaan luar. 10, 11, 12.
Faktor risiko lainnya
meliputi usia, penyakit tertentu, dan aktivitas
lainnya di luar pekerjaan. Selain itu dari beberapa
penelitian, diketahui bahwa ada hubungan faktor
risiko penyebab gangguan muskuloskeletal dengan
rancangan kursi dokter gigi, kursi asisten, pasien,
teknik kerja dan pencahayaan.2, 3, 7, 13.
Tubuh manusia adalah dinamis dan dirancang
untuk dapat melakukan gerakan, hal ini tidak akan
berfungsi secara optimal kecuali jika sendi dan otot
bergerak secara teratur. Bila seseorang duduk agak
lama, maka posisi ini akan menekan discus spinalis,
mengurangi cairan di sendi dan menurunkan aliran
darah dan nutrisi ke discus spinalis. Perubahan ini
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, dan
bilamana berlangsung lama maka dapat meng-
akibatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal.
Hal inilah yang sering terjadi pada dokter gigi
selama melakukan perawatan pada pasien, dan
kadang-kadang tidak disadari dokter gigi
tersebut.2,4,6
Untuk menghindari posisi duduk yang
terlalu kaku, operator perlu senantiasa secara teratur
mengubah posisi kerja. Perubahan posisi ini akan
memindahkan beban kerja dari satu otot ke otot
yang lain, serta memungkinkan otot beristirahat dan
mengisi kembali nutrisi ke otot yang digunakan
tersebut. Perubahan posisi berdiri, kemudian duduk
atau sekali-kali meregangkan otot yang tegang akan
sangat bermanfaat dalam usaha pencegahan
terjadinya gangguan muskuloskeletal. 8
Posisi yang
fleksibel merupakan bagian integral dalam usaha
pencegahan dan kontrol sakit bagi dokter gigi yang
paling sering mengalami peradangan dan
kehilangan oksigen akibat kontraksi yang statis dan
menetap. Posisi dokter gigi saat melakukan
perawatan pada pasien dapat menyebabkan
kontraksi otot secara terus menerus yang
menghasilkan suatu pola ketidakseimbangan otot
yang merupakan ciri khas yang terjadi pada profesi
dokter gigi.6, 7
Tanda-tanda adanya gangguan
muskuloskeletal adalah rasa sakit pada daerah leher,
bahu dan punggung, kesemutan pada lengan dan
jari-jari, kekejangan otot, kaku otot, dan rasa pegal
sekitar daerah punggung dan bahu. 9.
Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal
Usaha pencegahan gangguan muskuloskeletal
dengan sistem ergonomik bukan saja terbatas pada
perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat
melakukan perawatan pada pasien, namun juga
melibatkan peralatan di ruang perawatan dan
bagaimana dokter gigi bekerja secara bebas di
dalam suatu ruang yang sempit14, 15.
diantaranya:
1) Peralatan Ergonomik
Peralatan yang ergonomik membantu
operator dan asisten dapat bekerja dengan posisi
Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 73
dan postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar
selama melakukan perawatan yang membutuhkan
waktu yang panjang dan posisi tubuh yang menetap.
Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan
dental unit menunjang tubuh dari kemungkinan
terjadinya ketegangan otot yang dapat
menyebabkan gangguan muskuloskeletal. 15
2) Operating Stool: adalah kursi yang digunakan
dokter gigi.
- Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh
dalam posisi yang benar dengan spinal yang
tegak dan dekat dengan kursi gigi.
- Bentuk sandaran yang mendukung punggung
agar otot punggung bagian bawah tetap tegak
dan lengkungannya dipertahankan.
- Sandaran lengan dirancang untuk
mengurangi tekanan dan kelelahan pada otot-
otot punggung bagian atas, leher dan bahu
dengan membentuk sudut tegak lurus
terhadap siku lengan dokter gigi.
3) Operator Table: adalah meja dari kursi dental
yang memungkinkan pergerakan posisi vertikal
dan horisontal, sehingga dapat disesuaikan
dengan posisi operator berada.
- Kursi dental dengan sandaran kepala dan
belakang yang lebar serta tebal akan
menyulitkan operator bekerja lebih dekat
dengan pasien, sehingga cenderung
membungkuk ke arah pasien.
- Kursi dental yang ergonomik adalah dengan
sandaran kepala yang sempit dan tipis.
Bentuk demikian memungkinkan operator
meletakkan tangannya dengan mudah di
bawah pasien, memudahkan pandangan ke
daerah operasi, dan tetap mempertahankan
postur yang optimal.
4) Dental-loupe: adalah alat bantu lihat yang dapat
memperbesar obyek yang dilihat sehingga
memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih
nyaman dengan postur leher dan bahu yang
optimal.
- Pembesaran paling kurang dua kali sudah
cukup menghasilkan jarak penglihatan yang
baik dengan posisi pasien.
- Pembesaran yang lebih tinggi ditambah
dengan sistem pencahayaan yang optimal
dapat meningkatkan efisiensi penglihatan
yang lebih rinci dan tidak ada hambatan
bayangan pada daerah operasi.
5) Handpiece/ultra sonic scaler/endodontic
- Permukaan handpiece yang halus.
- Tangkai handpiece membentuk sudut 15o
dengan permukaan daerah kerja.
- Jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece
yang masuk di dalam mulut pasien sampai ke
tangkai yang bersudut.
- Peralatan tersebut diharapkan ringan dan
tidak terlalu besar diameternya.
6) Dental light
Dental light yang dianjurkan adalah jangan
terlalu besar dan lebar, pilih yang sempit dan fokus
hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan
bayangan yang mengganggu. Lebih dianjurkan
menggunakan dental light dengan sensor, atau
monitor untuk lampu ditempatkan pada lokasi yang
mudah dicapai tanpa harus memegang tangkai
lampu. Pada dental unit yang dirancang dengan
sistem ergonomik, tombol untuk menyalakan dan
memadamkan dental light sudah menyatu pada
meja kursi dental dan pada assistant console,
sehingga mudah dijangkau. Operator tidak perlu
lagi menyentuh tombol dental light untuk mengatur
posisinya.
Konsep Four-Handed Dentistry
Telah dikembangkan suatu konsep kerja tim
yang merupakan teknologi baru yang diintegrasikan
dalam suatu praktik dokter gigi modern selama
beberapa dekade terakhir. Konsep ini dikenal
sebagai four-handed dentistry yang terdiri dari
dokter gigi dan asisten yang masing-masing
memiliki keterampilan. Pada umumnya rancangan
dental unit dibuat dengan sputum-bowl yang
terletak di daerah posisi asisten, sehingga bagian ini
menghambat penempatan asisten di daerah tersebut.
Akibatnya dokter gigi harus mengambil dan
mengembalikan handpiece atau peralatan lainnya
dari/pada tempatnya, sehingga fokus pandangan
operator berpindah-pindah dari mulut pasien ke
tempat peralatan (instrument tray). Hal ini
menyebabkan tekanan fisik pada tubuh yang sering
bergerak dengan posisi otot yang menegang,
kemudian menyebabkan kelelahan pada mata. Alat
yang baik sekalipun belum tentu memberikan
manfaat ergonomik, alat yang baik harus digunakan
secara benar.14
Konsep four-handed dentistry diharapkan
dapat mencegah terjadinya pergerakan yang
menegangkan otot serta perpindahan pandangan
74 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012
dokter gigi dari daerah mulut pasien yang
menyebabkan kelelahan pada mata. Namun konsep
ini bukan sekedar pemindahan alat dari asisten ke
dokter gigi atau agar pekerjaan menjadi lebih cepat
dan mudah. Juga butuh keterampilan dalam
melaksanakan suatu kerja tim yang andal.15
Walaupun telah bekerja dengan konsep four-handed
dentistry, bila menggunakan alat yang tidak
mendukung sistem ergonomik atau penempatan alat
yang jauh dari jangkauan asisten maupun dokter
gigi sendiri, maka akan tetap terjadi ketegangan otot
akibat pergerakan yang berlebihan. Kelelahan fisik
juga dapat dialami oleh pasien akibat postur yang
tegang karena posisi duduk pasien di atas kursi
gigi.14, 15
Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk
menerapkan konsep four-handed dentistry agar
dapat memberi manfaat yang lebih baik yaitu:15
a. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga
tidak perlu melakukan pergerakan yang tidak
efisien. Misalnya mengambil forcep atau alat
pencabutan gigi di daerah yang jauh dari
jangkauannya.
b. Asisten yang membantu dokter gigi harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan
dalam menangani peralatan. Terlatih untuk
mengikuti setiap prosedur perawatan yang
dilakukan dokter gigi.
c. Asisten harus lebih sering menangani peralatan
misalnya saliva ejector, suction pump,
handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak
perlu melakukannya sendiri. Idealnya
penanganan peralatan yang dilakukan asisten
adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga
dokter gigi hanya berkonsentrasi pada perawatan
pasien.
d. Letak peralatan yang harus ditangani asisten
lebih banyak berada pada sisi asisten untuk
memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi.
Posisi alat harus berada di depan asisten dan
jangan di samping asisten, agar tidak perlu
melakukan pergerakan tubuh memutar.
e. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas
agar mudah memindahkan alat tanpa melewati
dada pasien. Alat yang dipindahkan sebaiknya
melewati batas dagu pasien.
f. Bidang perawatan (operatory-field) dibentuk
sedemikian rupa sehingga terdapat ruang bebas,
baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien.
Kondisi seperti ini menyebabkan pasien tidak
merasa terkurung oleh dokter gigi maupun
asisten. Biasanya ruangan dibagi atas empat
daerah aktivitas, yaitu daerah operator, daerah
asisten, daerah untuk memindahkan alat, dan
daerah statik.
Penglihatan yang kurang baik juga dapat
mengakibatkan dokter gigi cenderung membungkuk
ke arah pasien agar mudah melihat daerah kerjanya.
Hal ini dapat menyebabkan ketegangan pada
diskus, ligamentum dan otot di daerah leher.
Bilamana posisi ini dipertahankan selama berjam-
jam, maka akan menimbulkan gangguan muskulo-
skeletal. Bagi dokter gigi dengan penglihatan yang
kurang memadai, dapat menggunakan alat
pembesar atau dental-loupe sebagai alat bantu lihat.
Alat ini mencegah posisi membungkuk ke arah
mulut pasien. 14
Pencahayaan yang sesuai dengan persyaratan
merupakan salah satu faktor penentu lainnya. Arah
cahaya yang salah menyebabkan dokter gigi
cenderung berada pada posisi yang kurang
menguntungkan. Jika cahaya dihalangi dengan
tangan, kepala, atau alat; dokter gigi akan
menjulurkan leher dan badan bagian atas untuk
mencapai suatu bidang pandangan yang lebih baik.
Penggunaan dental-light yang besar dapat
membantu dokter gigi melihat daerah kerja lebih
baik, namun biasanya cahaya lampu menjadi panas
dan hal ini memberi rasa tidak nyaman bagi pasien.
Biasanya penggunaan fiber-optic handpiece lebih
bermanfaat. Posisi dental-light yang baik juga
penting. Sebanyak 84% dari dokter gigi biasanya
meletakan sumber cahaya lebih tinggi, sehingga
kadang-kadang menimbulkan bayangan.15.
Beberapa Cara Pencegahan Gangguan
Muskuloskeletal 8, 9, 14, 15, 16.
1. Gunakan kursi dental dengan sistem
ergonomik atau kursi dental selalu diatur
dengan posisi yang mendukung postur yang
tepat.
2. Usahakan agar posisi dokter gigi lebih dekat
dengan pasien. Hindari postur yang
membungkuk yang menyebabkan rasa sakit
pada punggung dan leher.
3. Hindari kecenderungan dokter gigi untuk
menyesuaikan posisi terhadap pasien, namun
usahakan pasien didudukkan sesuai dengan
posisi yang benar bagi dokter gigi.
4. Hindari mengangkat siku atau lengan terlalu
tinggi untuk mencegah otot terlalu tegang.
Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 75
5. Siapkan waktu untuk memposisikan pasien
pada posisi horisontal (terlentang) dengan
sudut yang benar, pada saat melakukan
perawatan untuk gigi rahang atas, sedangkan
posisi pasien setengah horisontal untuk
perawatan gigi rahang bawah.
6. Gunakan bantal di bawah leher pasien untuk
mempertahankan posisi kepala yang benar
selama melakukan perawatan gigi pada rahang
atas.
7. Lakukan latihan yoga, meditasi, senam ringan,
relaksasi otot dengan pengurutan, mandi uap
setelah melakukan kegiatan yang sangat
menegangkan otot.
8. Senantiasa melakukan perubahan posisi, agar
tidak hanya dalam posisi menetap, kaku dan
hindari postur yang menetap dalam jangka
waktu lama.
9. Gunakan sarung tangan yang cocok, jangan
terlalu cekat dan jangan juga longgar, karena
dapat mengakibatkan carpal tunnel syndrome
(CTS).
10. Gunakan dental-loupe untuk membantu
penglihatan agar tidak terjadi kelelahan pada
mata.
11. Bilamana menerapkan four-handed dentistry
dalam praktik, maka lakukan dengan konsep
yang benar, agar lebih efisien dan bermanfaat.
12. Sebaiknya dokter gigi menggunakan semacam
korset (lumbosacral support) yang berfungsi
sebagai penyangga tulang belakang sewaktu
merawat pasien.
13. Ada jeda waktu antara satu pasien dengan
pasien lainnya agar dapat mengistirahatkan
otot.
Pembahasan
Di Indonesia prevalens gangguan
muskuloskeletal pada dokter gigi dan asistennya
tidak diketahui dengan pasti, namun prevalens pada
komunitas ditemukan 66,9% dari 1.645 responden
di DKI Jakarta mengalami gangguan muskulo-
skeletal terutama pada kelompok umur di atas 45
tahun.17.
Dari hal tersebut di atas, tampak bahwa
gangguan muskuloskeletal sudah merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup
serius di awal abad ke 21 ini. Dalam WHO
Technical Report Series Nomor 919/2003 yang
berjudul "The Burden of Musculoskeletal
Conditions at the Start of the New Millenium"
menyatakan bahwa gangguan muskoloskeletal dan
penyakit reumatik merupakan penyebab utama
morbiditas di seluruh penjuru dunia terutama pada
warga usia lanjut sehingga mengakibatkan
tingginya anggaran pemeliharaan kesehatan
Pemerintah. Secara garis besar, gangguan
muskuloskeletal terjadi pada tulang belakang
bagian bawah, tulang belakang bagian atas
termasuk tulang belikat, dan tangan serta
pergelangan tangan. Selain itu bagi penderita
dengan adanya gangguan nyeri dan inflamasi
berkepanjangan serta disabilitas, menyebabkan
gangguan psikologik dan sosial penderita.1.
Selain faktor usia tua, gangguan
muskuloskeletal dapat juga terjadi akibat pekerjaan
(occupational hazard). Menurut berbagai laporan,
hubungan antara praktik dokter gigi dengan
gangguan muskuloskeletal dikatakan sangat erat.
Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh
Chowanadisai dkk di Thailand pada tahun 2000
sebanyak 78% dari 178 dokter gigi menderita nyeri
punggung bagian bawah.18.
Demikian juga di Nepal,
Acharya RS dkk melaporkan adanya kejadian
gangguan muskuloskeletal selama satu tahun
terakhir pada 103 dokter gigi yang menjadi
responden penelitiannya yaitu leher 52,4%, tulang
belakang bagian bawah 52,4%, bahu 49,5%, tulang
belakang bagian atas 21,4%, dan tangan 12,6%.19
Adanya hubungan yang erat antara dokter gigi
dengan pekerjaannya terungkap dari hasil penelitian
Pargali dan Jowkar di Shiraz, Iran Tenggara. Dari
82 dokter gigi yang dikirimi kuesioner, 33%
menderita nyeri tulang belakang bagian bawah,
28% sakit pada leher, dan 12% menderita kedua hal
tersebut.12.
Demikian juga di Glasgow, 86% dokter
gigi dilaporkan menderita nyeri tulang belakang
bagian bawah yang disebabkan salahnya posisi
duduk selama merawat pasien. Untuk mencegah
timbulnya gangguan muskuloskeletal pada tulang
belakang bagian bawah, sebanyak 43% dokter gigi
memilih tindakan pencegahan dengan
menggunakan ’Bambach saddle seat’ dan 21%
memilih merubah posisi tubuh saat merawat
pasien.13.
Murphy sebagaimana yang dikutip
Rucker,4
melakukan penelitian pada tahun 1997
untuk melihat adanya faktor risiko sehubungan
dengan praktik dokter gigi, dengan mengamati
akibat duduk yang menetap saat merawat pasien,
postur leher, bahu dan pergelangan tangan,
kekuatan tangan saat melakukan ekstraksi, gerakan
yang berulang-ulang saat melakukan skaling dan
durasi tekanan saat melakukan penyuntikan
76 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012
(anestesi). Demikian juga dari beberapa hasil
penelitian ditemukan bahwa prevalensi carpal
tunnel syndrome yaitu sekumpulan gejala nyeri
pada jari dan tangan dokter gigi, lebih tinggi
dibanding dengan masyarakat umum.7, 9.
Dari berbagai penelitian tersebut di atas, jelas
bahwa risiko terhadap gangguan musculoskeletal
yang dihadapi dokter gigi cukup tinggi. Meskipun
prevalens gangguan musculoskeletal bervariasi di
masing-masing negara, secara umum sebenarnya
dokter gigi tahan terhadap sakit yang diderita. Hal
ini dikarenakan mereka kurang memahami
penyebab yang sebenarnya dari gangguan yang
dialaminya, paling tidak tindakan apa yang harus
dilakukan terhadap gangguan tersebut. Biasanya
gangguan ini dianggap wajar-wajar saja
sehubungan dengan pekerjaan dan profesi mereka
yang tidak dapat dihindari. Untuk itu dokter gigi
perlu untuk mengetahui berbagai risiko terjadinya
gangguan musculoskeletal sehingga mereka dapat
secara efektif mencegah timbulnya gejala, dan
mereka juga harus memahami berbagai peralatan
ergonomis, cara kerja yang baik dan gaya hidup.
Ketiga hal ini merupakan kunci dalam mencegah
timbulnya gangguan muskuloskeletal terkait
dengan profesi dokter gigi.
Kesimpulan
Gangguan muskuloskeletal dengan gejala
kekakuan otot leher, bahu, punggung, rasa
kesemutan pada telapak dan jari-jari tangan, nyeri
hebat pada punggung bagian bawah sangat sering
ditemukan sehubungan dengan jenis pekerjaan,
termasuk pada dokter gigi. Posisi kerja yang
menetap dan kaku pada saat merawat pasien,
peralatan yang digunakan tidak ergonomis
merupakan faktor risiko (high risk) dokter gigi
mengalami gangguan muskuloskeletal.
Upaya pencegahan yang harus dilakukan
dengan mengantisipasi faktor risiko penyebab
gangguan muskuloskeletal antara lain:
menggunakan peralatan yang ergonomis,
menggunakan four-handed dentistry, latihan
relaksasi otot/yoga, dan adanya jeda waktu antara
satu pasien dengan pasien berikutnya.
Daftar Pustaka
1. Bethany Valachi and Keith Valachi.
Mechanisms Leading to Musculoskeletal
Disorders in Dentistry. Jam Dent Assoc, Vol.
134 No. 10. 2003. p. 1344-1350.
2. Lederas S, Felsenfeld AL, Ergonomic and the
Dental Office: an overview and consideration
of regulatory influence. J Calif Dent Assoc
(online) 2002. Available from
http://www.cda.org/member/pubs/journal/regu
latory.html.
3. Rucker LM, Sunell S. Ergonomic Risk Factors
Asscosiated with Clinical Dentistry. J Calif
Den Assoc 2002; 30:139-48.
4. Hamann C. Prevalence of Carpal Tunnel
Syndrome and Median Mononeuropathy
Among Dentist. J Am Dent Assoc 2001;
132:163-70.
5. Furlong A. Ergonomic and Dentistry. ADA
News 2000; 31(18):16-9.
6. Dougherty M. Feel-based Design: A Reason to
Endorse Ergonomic Standards. J Colo Dent
Assoc 1999; 78(4):22-5.
7. Ligh RQ. Cummulative Trauma Injury –
Carpal Tunnel Syndrome. J Calif Dent Assoc
(online) 2002. Available from
http://www.cda.org/member/pubs/journal/carp
al.html.
8. Mito RS, Fernandez K. Why is Ergonomic An
Issue In Dentistry? J Calif Dent Assco (online)
2002. Available from
http://www.cda.org/member/puns/journal/
introduction.html.
9. Harry Isbagio. Pidato Pengukuhan Guru Besar
―Osteoartritis dan Osteoporosis Sebagai
Masalah Muskuloskeletal Utama Warga Usia
Lanjut Abad 21‖. 10 Desember 2005.
10. Arief Cahyanto. ―Makalah: Aspek Ergonomik
di Bidang Kedokteran Gigi‖. Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran.
Bandung. 2003.
11. Rahmaniyah Dwi Astuti. Analisa Pengaruh
Aktivitas Kerja dan beban Angkat Terhadap
Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik, No.
2. Tahun X, Juli 2007.
12. Pargali, N. Jowkar, N. Prevalence of
Musculoskeletal Pain Among Dentists in
Shiraz, Southern Iran.
www.theijoem.com/ijoem/index.php/ijoem/artic
le/download/26/59. International Journal of
Occupational and Environmental Medicine.
Vol. 1 No. 2. 2010.
13. A Study of Back Pain in Dentistry. Elective
Report 2005.
Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 77
https://dspace.gla.ac.uk/bitstream/1905/499/1/
church_cairns.pdf.
14. Finkbeinr BL. Four-handed Dentistry
Revisited. J Contemp Dent Pract 2000; 1(4):3-
5.
15. Manji I. Designing Better Dentistry: The
Ergonomic Approach. J Can Dent Assoc 1992;
58(3):172-3.
16. Martha Mozartha. ‖Dokter Gigi Rentan Sakit
Punggung?‖. Health News.
www.klikdokter.com. 17 Agustus 2011.
17. FKUI—Badan Litbangkes—Dinas Kesehatan
DKI Jakarta. Penelitian Penyakit Perkotaan di
DKI Jakarta. 2006. Jurnal.com. 26/01/2007.
18. Chowanadisai S, Kukiattrakoon B, Yapong B,
Kedjarune U, Leggat PA. Occupational Health
Problems of Dentists in Southern Thailand. Int
Dent J 2000;50(1):36-40.
19. Acharya RS, Acharya S, Pradhan A, Oraibi S.
Musculoskeletal Disorders Among Dentist in
Nepal. Journal of Nepal Dental Association
(2010), Vol. 11, No. 2, Jul—Dec. 107—113.

Más contenido relacionado

Similar a Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya

Power point anatomi
Power point anatomiPower point anatomi
Power point anatomiWarnet Raha
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluancutrahil
 
K3 & GP2SP PKM Magepanga.pptx
K3 & GP2SP PKM Magepanga.pptxK3 & GP2SP PKM Magepanga.pptx
K3 & GP2SP PKM Magepanga.pptxAgnesDuaNurak
 
Modul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendiModul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendihyoki
 
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdfERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdfSitiMaijah
 
Ergonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptx
Ergonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptxErgonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptx
Ergonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptxrishamdihserbindo
 
akupresur mandiri di tempat kerja
akupresur mandiri di tempat kerja akupresur mandiri di tempat kerja
akupresur mandiri di tempat kerja Ian Al Fatih
 
Intervensi perioperative
Intervensi perioperativeIntervensi perioperative
Intervensi perioperativeYulinar Syam
 
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT
 PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKITFera Rausanni Ilma
 
Physiotherapy in Scoliosis
Physiotherapy in ScoliosisPhysiotherapy in Scoliosis
Physiotherapy in Scoliosisfauzan adhia
 
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4NahriyahSalsabilah
 
Ergonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptx
Ergonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptxErgonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptx
Ergonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptxSulhikmaRamadhan
 
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...Mirmanto
 
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptxSARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptxJulfiana Mardatillah
 

Similar a Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya (20)

Power point anatomi
Power point anatomiPower point anatomi
Power point anatomi
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
K3 & GP2SP PKM Magepanga.pptx
K3 & GP2SP PKM Magepanga.pptxK3 & GP2SP PKM Magepanga.pptx
K3 & GP2SP PKM Magepanga.pptx
 
Modul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendiModul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdfERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
 
MAKALAH Nyeri punggung
MAKALAH Nyeri punggung MAKALAH Nyeri punggung
MAKALAH Nyeri punggung
 
Ergonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptx
Ergonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptxErgonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptx
Ergonomi WS K3 Perkantoran 15 Maret 2023.pptx
 
akupresur mandiri di tempat kerja
akupresur mandiri di tempat kerja akupresur mandiri di tempat kerja
akupresur mandiri di tempat kerja
 
Intervensi perioperative
Intervensi perioperativeIntervensi perioperative
Intervensi perioperative
 
Artikel si edo
Artikel si edoArtikel si edo
Artikel si edo
 
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT
 PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT
 
Physiotherapy in Scoliosis
Physiotherapy in ScoliosisPhysiotherapy in Scoliosis
Physiotherapy in Scoliosis
 
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
 
Ergonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptx
Ergonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptxErgonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptx
Ergonomika dalam Perancangan Mesin Pertanian (BAB 3).pptx
 
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
 
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptxSARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
 

Más de dentalid

Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017dentalid
 
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitPedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitdentalid
 
Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019dentalid
 
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgidentalid
 
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletalDiagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletaldentalid
 
Evaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringEvaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringdentalid
 
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...dentalid
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAdentalid
 
Odontologi Forensik
Odontologi ForensikOdontologi Forensik
Odontologi Forensikdentalid
 
Global economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesGlobal economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesdentalid
 
Visagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental CompositionVisagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental Compositiondentalid
 
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanaPeran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanadentalid
 
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of DentistryImportance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistrydentalid
 
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)dentalid
 

Más de dentalid (14)

Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017
 
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitPedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
 
Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019
 
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
 
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletalDiagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
 
Evaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringEvaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneering
 
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
 
Odontologi Forensik
Odontologi ForensikOdontologi Forensik
Odontologi Forensik
 
Global economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesGlobal economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseases
 
Visagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental CompositionVisagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental Composition
 
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanaPeran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
 
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of DentistryImportance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
 
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
 

Último

Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 

Último (17)

Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 

Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya

  • 1. 70 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PRAKTIK DOKTER GIGI DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Lelly Andayasari,* Anorital** * Peneliti pada Pusat Teknologi Terapan dan Epidemiologi Klinik Email : andayasari@gmail.com ** Peneliti pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan MUSCULAR DISORDERS AND PREVENTION FOR DENTIST Abstract Dentist’s profession high risks to go through musculosceletal disorders covering the lower and upper parts of backbone, shoulders and wrists. From various researches being done, pravalens of musculosceletal disorders to dentists is high enough moving between 25—85%. The conditions may happen because of the dentists position while handling patiens is not in ergonomics positions. To reduce the early disorders happens, the dentists working position which is initially standing then improved by sitting position, even now the four-handed treatment technics has been developed that is now largely acceptable. Although the treatment technics with sitting position has been developed and other measures of prevention, various reports state that the musculosceletal disorders experienced by dentists still happens. Many factors concerned risk against the happening of this musculosceletal disorders. The working way, the position while treating patient, the dental unit being used, and other factor such as life style, risk factors agains the appearance of musculosceletal disorders to the dentists. In efforts to prevent continuously the musculosceletal disorders to the dentists, it has been developed different kinds of ergonomics. Instruments for dentists profession, starting from dental unit design, operation instruments, up to the using visual aids, and the good and accurate working way training. In such a manner, too. Some prevention efforts, not concerning with the instruments used, has important role to reduce the appearance of musculosceletal disorders to the dentists. Keyword: Musculoskeletal disorders, ergonomic, dentist. Abstrak Gangguan muskuloskeletal yang meliputi tulang belakang bagian atas dan bawah, bahu, dan pergelangan tangan merupakan faktor risiko pada profesi dokter gigi. Pada beberapa penelitian sebelumnya diketahui prevalens gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi berkisar antara 25—85%. Sejumlah faktor teknis seperti dental unit, lampu kerja dan peralatan lain yang digunakan tidak ergonomis dan faktor non teknis antara lain cara dan posisi saat merawat pasien serta life style dokter gigi merupakan risiko yang berperan penting untuk terjadinya gangguan musculoskeletal pada dokter gigi. Memperbaiki faktor risiko teknis dan non teknis dapat dilakukan untuk mencegah gangguan musculoskeletal pada dokter gigi. Faktor teknis antara lain, posisi berdiri saat merawat pasien, diperbaiki dengan posisi duduk, peralatan (dental unit, meja, lampu kerja) yang ergonomis. Kerja tim antara dokter gigi dan asisten yang terlatih menangani peralatan dikenal dengan four-handed dentistry, sehingga dokter gigi hanya konsentrasi pada perawatan pasien saja. Faktor non teknis seperti ada jeda waktu antara satu pasien dengan pasien lain agar dapat mengistirahatkan otot, serta ruangan praktek yang luas perlu diperhatikan. Beberapa upaya pencegahan yang tidak berhubungan dengan peralatan yang digunakan memegang peran penting guna mengurangi timbulnya gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi. ARTIKEL
  • 2. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 71 Kata kunci: muskuloskeletal disorders, posisi ergonomic, dentist. Submit: 14 September 2011, Review 1: 19 September 2011, Review 2: 19 September 2011, Eligible article: 16 Februari 2012 Pendahuluan Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah penyakit yang menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Seseorang yang menderita gangguan muskuloskeletal merasakan keluhan mulai dari yang ringan sampai berat jika otot menerima beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama. Timbulnya gangguan muskuloskeletal ini terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan cara kerja mendukung sehingga dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan diskus vertebralis.1, 2. Gangguan muskuloskeletal yang kerap terjadi pada praktisi kesehatan. Hal ini terjadi akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama serta berulang- ulang. Di antara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi adanya ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis pekerjaan dokter gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di daerah leher, bahu dan tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain) 3, 4 . Salah satu penyebab sindroma muskulo- skeletal pada dokter gigi dikarenakan dokter gigi hanya memperhatikan kenyamanan bagi pasien yang dirawat, tapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri saat merawat pasiennya. Dokter gigi menganggap bahwa mereka yang harus bergerak menghampiri pasien, dari pada mengatur posisi duduk pasien di atas kursi gigi.5. Kebanyakan gangguan muskuloskeletal terjadi karena dokter gigi secara tanpa sadar berada pada posisi tubuh yang kurang mendukung saat merawat pasien. Saat melakukan preparasi gigi atau mencabut gigi misalnya, kadang-kadang dokter gigi membungkuk ke arah pasien, bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan berkali- kali dalam jangka waktu yang panjang. Hal inilah yang dapat menyebabkan sindroma muskulo- skeletal.4,6 Walaupun bekerja dengan postur netral dapat mencegah atau mengurangi sindroma muskuloskeletal, kebanyakan dokter gigi tidak menyadari pentingnya manfaat sistem ergonomik dengan posisi yang baik saat merawat pasien7 . Postur yang baik dan benar membutuhkan peralatan yang baik juga, misalnya bentuk kursi operator yang ergonomik dapat mendukung tulang punggung pada posisi yang baik.6, 8 Makalah ini akan membahas tentang pencegahan gangguan muskulo- skeletal pada praktik dokter gigi dengan sistem ergonomik, meliputi posisi dokter gigi, posisi pasien serta peralatan di dalam ruang praktik. Tinjauan Pustaka Ergonomik berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos berarti hukum. Definisi ergonomik menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu gangguan. Secara garis besarnya ergonomik berarti terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia. Pada dasarnya kondisi ergonomik sangat menguntungkan karena dapat mencegah terjadinya gangguan muskuloskeletal dan dapat mengurangi kesalahan yang dapat mengakibatkan cedera pada para pekerja. Dalam kaitan tersebut di atas, ergonomik bukan hanya tentang perasaan lebih baik secara fisik, namun juga bagaimana menempatkan peralatan pada posisi yang mudah dijangkau sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.9 Menurut OSHA, gangguan muskulo- skeletal yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang dapat terjadi bilamana ada ketidak- cocokan antara kebutuhan fisik kerja dan kemampuan fisik tubuh manusia. Ergonomik,
  • 3. 72 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan jenis pekerjaan terhadap pekerja/manusia dengan merancang pekerjaan tersebut agar menghasilkan lingkungan kerja yang mendukung pencegahan terjadinya gangguan muskuloskeletal.9 Sistem ergonomik di bidang kedokteran gigi tidak hanya sekedar posisi operator dan desain alat, namun integrasi dari peralatan yang digunakan di dalam praktik dokter gigi.6. Gangguan Muskuloskeletal Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah suatu kumpulan gangguan atau cedera yang mengenai sistem muskuloskeletal. Umumnya gejala timbulnya gangguan muskulo- skeletal terlihat dalam berbagai bentuk sehingga hal inilah yang menyebabkan sulitnya mengidentifikasi penyebab awal. Rasa sakit atau gangguan muskuloskeletal ini biasanya dikaitkan dengan pekerjaan seseorang yang disertai adanya rasa tidak nyaman pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang punggung akibat posisi saat bekerja dengan postur tubuh yang tetap selama bekerja. Gangguan muskuloskeletal dapat terjadi pada dokter gigi dikarenakan saat melakukan perawatan pasien berada dalam posisi berdiri, duduk atau membungkuk. Gangguan muskuloskeletal dapat disebabkan oleh tekanan fisik maupun psikis.2, 8. Adapun faktor penyebab gangguan muskuloskeletal sangat sulit untuk ditentukan, namun perlu diketahui bahwa belum tentu suatu faktor risiko akan menjadi penyebab. Banyak faktor yang menjadi penyebab dan lamanya waktu dari mulai terjadinya faktor risiko sampai timbulnya gangguan muskuloskeletal.2. Namun besar kecilnya derajat faktor risiko dapat menunjukkan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Faktor risiko tersebut meliputi adanya pengulangan gerakan yang terus menerus; kekuatan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan otot dan menimbulkan rasa nyeri; tekanan mekanis yang disebabkan oleh cedera akibat benda tajam, peralatan atau instrumen; sikap kerja selama melakukan pekerjaan; getaran akibat penggunaan peralatan dengan frekuensi getar di atas 5.000 Hz; suhu udara yang tidak nyaman; dan tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar. 10, 11, 12. Faktor risiko lainnya meliputi usia, penyakit tertentu, dan aktivitas lainnya di luar pekerjaan. Selain itu dari beberapa penelitian, diketahui bahwa ada hubungan faktor risiko penyebab gangguan muskuloskeletal dengan rancangan kursi dokter gigi, kursi asisten, pasien, teknik kerja dan pencahayaan.2, 3, 7, 13. Tubuh manusia adalah dinamis dan dirancang untuk dapat melakukan gerakan, hal ini tidak akan berfungsi secara optimal kecuali jika sendi dan otot bergerak secara teratur. Bila seseorang duduk agak lama, maka posisi ini akan menekan discus spinalis, mengurangi cairan di sendi dan menurunkan aliran darah dan nutrisi ke discus spinalis. Perubahan ini menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, dan bilamana berlangsung lama maka dapat meng- akibatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal. Hal inilah yang sering terjadi pada dokter gigi selama melakukan perawatan pada pasien, dan kadang-kadang tidak disadari dokter gigi tersebut.2,4,6 Untuk menghindari posisi duduk yang terlalu kaku, operator perlu senantiasa secara teratur mengubah posisi kerja. Perubahan posisi ini akan memindahkan beban kerja dari satu otot ke otot yang lain, serta memungkinkan otot beristirahat dan mengisi kembali nutrisi ke otot yang digunakan tersebut. Perubahan posisi berdiri, kemudian duduk atau sekali-kali meregangkan otot yang tegang akan sangat bermanfaat dalam usaha pencegahan terjadinya gangguan muskuloskeletal. 8 Posisi yang fleksibel merupakan bagian integral dalam usaha pencegahan dan kontrol sakit bagi dokter gigi yang paling sering mengalami peradangan dan kehilangan oksigen akibat kontraksi yang statis dan menetap. Posisi dokter gigi saat melakukan perawatan pada pasien dapat menyebabkan kontraksi otot secara terus menerus yang menghasilkan suatu pola ketidakseimbangan otot yang merupakan ciri khas yang terjadi pada profesi dokter gigi.6, 7 Tanda-tanda adanya gangguan muskuloskeletal adalah rasa sakit pada daerah leher, bahu dan punggung, kesemutan pada lengan dan jari-jari, kekejangan otot, kaku otot, dan rasa pegal sekitar daerah punggung dan bahu. 9. Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal Usaha pencegahan gangguan muskuloskeletal dengan sistem ergonomik bukan saja terbatas pada perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat melakukan perawatan pada pasien, namun juga melibatkan peralatan di ruang perawatan dan bagaimana dokter gigi bekerja secara bebas di dalam suatu ruang yang sempit14, 15. diantaranya: 1) Peralatan Ergonomik Peralatan yang ergonomik membantu operator dan asisten dapat bekerja dengan posisi
  • 4. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 73 dan postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar selama melakukan perawatan yang membutuhkan waktu yang panjang dan posisi tubuh yang menetap. Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan dental unit menunjang tubuh dari kemungkinan terjadinya ketegangan otot yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. 15 2) Operating Stool: adalah kursi yang digunakan dokter gigi. - Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan spinal yang tegak dan dekat dengan kursi gigi. - Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian bawah tetap tegak dan lengkungannya dipertahankan. - Sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan kelelahan pada otot- otot punggung bagian atas, leher dan bahu dengan membentuk sudut tegak lurus terhadap siku lengan dokter gigi. 3) Operator Table: adalah meja dari kursi dental yang memungkinkan pergerakan posisi vertikal dan horisontal, sehingga dapat disesuaikan dengan posisi operator berada. - Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar serta tebal akan menyulitkan operator bekerja lebih dekat dengan pasien, sehingga cenderung membungkuk ke arah pasien. - Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang sempit dan tipis. Bentuk demikian memungkinkan operator meletakkan tangannya dengan mudah di bawah pasien, memudahkan pandangan ke daerah operasi, dan tetap mempertahankan postur yang optimal. 4) Dental-loupe: adalah alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang dilihat sehingga memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman dengan postur leher dan bahu yang optimal. - Pembesaran paling kurang dua kali sudah cukup menghasilkan jarak penglihatan yang baik dengan posisi pasien. - Pembesaran yang lebih tinggi ditambah dengan sistem pencahayaan yang optimal dapat meningkatkan efisiensi penglihatan yang lebih rinci dan tidak ada hambatan bayangan pada daerah operasi. 5) Handpiece/ultra sonic scaler/endodontic - Permukaan handpiece yang halus. - Tangkai handpiece membentuk sudut 15o dengan permukaan daerah kerja. - Jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece yang masuk di dalam mulut pasien sampai ke tangkai yang bersudut. - Peralatan tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar diameternya. 6) Dental light Dental light yang dianjurkan adalah jangan terlalu besar dan lebar, pilih yang sempit dan fokus hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan bayangan yang mengganggu. Lebih dianjurkan menggunakan dental light dengan sensor, atau monitor untuk lampu ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai tanpa harus memegang tangkai lampu. Pada dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik, tombol untuk menyalakan dan memadamkan dental light sudah menyatu pada meja kursi dental dan pada assistant console, sehingga mudah dijangkau. Operator tidak perlu lagi menyentuh tombol dental light untuk mengatur posisinya. Konsep Four-Handed Dentistry Telah dikembangkan suatu konsep kerja tim yang merupakan teknologi baru yang diintegrasikan dalam suatu praktik dokter gigi modern selama beberapa dekade terakhir. Konsep ini dikenal sebagai four-handed dentistry yang terdiri dari dokter gigi dan asisten yang masing-masing memiliki keterampilan. Pada umumnya rancangan dental unit dibuat dengan sputum-bowl yang terletak di daerah posisi asisten, sehingga bagian ini menghambat penempatan asisten di daerah tersebut. Akibatnya dokter gigi harus mengambil dan mengembalikan handpiece atau peralatan lainnya dari/pada tempatnya, sehingga fokus pandangan operator berpindah-pindah dari mulut pasien ke tempat peralatan (instrument tray). Hal ini menyebabkan tekanan fisik pada tubuh yang sering bergerak dengan posisi otot yang menegang, kemudian menyebabkan kelelahan pada mata. Alat yang baik sekalipun belum tentu memberikan manfaat ergonomik, alat yang baik harus digunakan secara benar.14 Konsep four-handed dentistry diharapkan dapat mencegah terjadinya pergerakan yang menegangkan otot serta perpindahan pandangan
  • 5. 74 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 dokter gigi dari daerah mulut pasien yang menyebabkan kelelahan pada mata. Namun konsep ini bukan sekedar pemindahan alat dari asisten ke dokter gigi atau agar pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah. Juga butuh keterampilan dalam melaksanakan suatu kerja tim yang andal.15 Walaupun telah bekerja dengan konsep four-handed dentistry, bila menggunakan alat yang tidak mendukung sistem ergonomik atau penempatan alat yang jauh dari jangkauan asisten maupun dokter gigi sendiri, maka akan tetap terjadi ketegangan otot akibat pergerakan yang berlebihan. Kelelahan fisik juga dapat dialami oleh pasien akibat postur yang tegang karena posisi duduk pasien di atas kursi gigi.14, 15 Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four-handed dentistry agar dapat memberi manfaat yang lebih baik yaitu:15 a. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga tidak perlu melakukan pergerakan yang tidak efisien. Misalnya mengambil forcep atau alat pencabutan gigi di daerah yang jauh dari jangkauannya. b. Asisten yang membantu dokter gigi harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menangani peralatan. Terlatih untuk mengikuti setiap prosedur perawatan yang dilakukan dokter gigi. c. Asisten harus lebih sering menangani peralatan misalnya saliva ejector, suction pump, handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu melakukannya sendiri. Idealnya penanganan peralatan yang dilakukan asisten adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga dokter gigi hanya berkonsentrasi pada perawatan pasien. d. Letak peralatan yang harus ditangani asisten lebih banyak berada pada sisi asisten untuk memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi. Posisi alat harus berada di depan asisten dan jangan di samping asisten, agar tidak perlu melakukan pergerakan tubuh memutar. e. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah memindahkan alat tanpa melewati dada pasien. Alat yang dipindahkan sebaiknya melewati batas dagu pasien. f. Bidang perawatan (operatory-field) dibentuk sedemikian rupa sehingga terdapat ruang bebas, baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien. Kondisi seperti ini menyebabkan pasien tidak merasa terkurung oleh dokter gigi maupun asisten. Biasanya ruangan dibagi atas empat daerah aktivitas, yaitu daerah operator, daerah asisten, daerah untuk memindahkan alat, dan daerah statik. Penglihatan yang kurang baik juga dapat mengakibatkan dokter gigi cenderung membungkuk ke arah pasien agar mudah melihat daerah kerjanya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan pada diskus, ligamentum dan otot di daerah leher. Bilamana posisi ini dipertahankan selama berjam- jam, maka akan menimbulkan gangguan muskulo- skeletal. Bagi dokter gigi dengan penglihatan yang kurang memadai, dapat menggunakan alat pembesar atau dental-loupe sebagai alat bantu lihat. Alat ini mencegah posisi membungkuk ke arah mulut pasien. 14 Pencahayaan yang sesuai dengan persyaratan merupakan salah satu faktor penentu lainnya. Arah cahaya yang salah menyebabkan dokter gigi cenderung berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Jika cahaya dihalangi dengan tangan, kepala, atau alat; dokter gigi akan menjulurkan leher dan badan bagian atas untuk mencapai suatu bidang pandangan yang lebih baik. Penggunaan dental-light yang besar dapat membantu dokter gigi melihat daerah kerja lebih baik, namun biasanya cahaya lampu menjadi panas dan hal ini memberi rasa tidak nyaman bagi pasien. Biasanya penggunaan fiber-optic handpiece lebih bermanfaat. Posisi dental-light yang baik juga penting. Sebanyak 84% dari dokter gigi biasanya meletakan sumber cahaya lebih tinggi, sehingga kadang-kadang menimbulkan bayangan.15. Beberapa Cara Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal 8, 9, 14, 15, 16. 1. Gunakan kursi dental dengan sistem ergonomik atau kursi dental selalu diatur dengan posisi yang mendukung postur yang tepat. 2. Usahakan agar posisi dokter gigi lebih dekat dengan pasien. Hindari postur yang membungkuk yang menyebabkan rasa sakit pada punggung dan leher. 3. Hindari kecenderungan dokter gigi untuk menyesuaikan posisi terhadap pasien, namun usahakan pasien didudukkan sesuai dengan posisi yang benar bagi dokter gigi. 4. Hindari mengangkat siku atau lengan terlalu tinggi untuk mencegah otot terlalu tegang.
  • 6. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 75 5. Siapkan waktu untuk memposisikan pasien pada posisi horisontal (terlentang) dengan sudut yang benar, pada saat melakukan perawatan untuk gigi rahang atas, sedangkan posisi pasien setengah horisontal untuk perawatan gigi rahang bawah. 6. Gunakan bantal di bawah leher pasien untuk mempertahankan posisi kepala yang benar selama melakukan perawatan gigi pada rahang atas. 7. Lakukan latihan yoga, meditasi, senam ringan, relaksasi otot dengan pengurutan, mandi uap setelah melakukan kegiatan yang sangat menegangkan otot. 8. Senantiasa melakukan perubahan posisi, agar tidak hanya dalam posisi menetap, kaku dan hindari postur yang menetap dalam jangka waktu lama. 9. Gunakan sarung tangan yang cocok, jangan terlalu cekat dan jangan juga longgar, karena dapat mengakibatkan carpal tunnel syndrome (CTS). 10. Gunakan dental-loupe untuk membantu penglihatan agar tidak terjadi kelelahan pada mata. 11. Bilamana menerapkan four-handed dentistry dalam praktik, maka lakukan dengan konsep yang benar, agar lebih efisien dan bermanfaat. 12. Sebaiknya dokter gigi menggunakan semacam korset (lumbosacral support) yang berfungsi sebagai penyangga tulang belakang sewaktu merawat pasien. 13. Ada jeda waktu antara satu pasien dengan pasien lainnya agar dapat mengistirahatkan otot. Pembahasan Di Indonesia prevalens gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi dan asistennya tidak diketahui dengan pasti, namun prevalens pada komunitas ditemukan 66,9% dari 1.645 responden di DKI Jakarta mengalami gangguan muskulo- skeletal terutama pada kelompok umur di atas 45 tahun.17. Dari hal tersebut di atas, tampak bahwa gangguan muskuloskeletal sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di awal abad ke 21 ini. Dalam WHO Technical Report Series Nomor 919/2003 yang berjudul "The Burden of Musculoskeletal Conditions at the Start of the New Millenium" menyatakan bahwa gangguan muskoloskeletal dan penyakit reumatik merupakan penyebab utama morbiditas di seluruh penjuru dunia terutama pada warga usia lanjut sehingga mengakibatkan tingginya anggaran pemeliharaan kesehatan Pemerintah. Secara garis besar, gangguan muskuloskeletal terjadi pada tulang belakang bagian bawah, tulang belakang bagian atas termasuk tulang belikat, dan tangan serta pergelangan tangan. Selain itu bagi penderita dengan adanya gangguan nyeri dan inflamasi berkepanjangan serta disabilitas, menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita.1. Selain faktor usia tua, gangguan muskuloskeletal dapat juga terjadi akibat pekerjaan (occupational hazard). Menurut berbagai laporan, hubungan antara praktik dokter gigi dengan gangguan muskuloskeletal dikatakan sangat erat. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh Chowanadisai dkk di Thailand pada tahun 2000 sebanyak 78% dari 178 dokter gigi menderita nyeri punggung bagian bawah.18. Demikian juga di Nepal, Acharya RS dkk melaporkan adanya kejadian gangguan muskuloskeletal selama satu tahun terakhir pada 103 dokter gigi yang menjadi responden penelitiannya yaitu leher 52,4%, tulang belakang bagian bawah 52,4%, bahu 49,5%, tulang belakang bagian atas 21,4%, dan tangan 12,6%.19 Adanya hubungan yang erat antara dokter gigi dengan pekerjaannya terungkap dari hasil penelitian Pargali dan Jowkar di Shiraz, Iran Tenggara. Dari 82 dokter gigi yang dikirimi kuesioner, 33% menderita nyeri tulang belakang bagian bawah, 28% sakit pada leher, dan 12% menderita kedua hal tersebut.12. Demikian juga di Glasgow, 86% dokter gigi dilaporkan menderita nyeri tulang belakang bagian bawah yang disebabkan salahnya posisi duduk selama merawat pasien. Untuk mencegah timbulnya gangguan muskuloskeletal pada tulang belakang bagian bawah, sebanyak 43% dokter gigi memilih tindakan pencegahan dengan menggunakan ’Bambach saddle seat’ dan 21% memilih merubah posisi tubuh saat merawat pasien.13. Murphy sebagaimana yang dikutip Rucker,4 melakukan penelitian pada tahun 1997 untuk melihat adanya faktor risiko sehubungan dengan praktik dokter gigi, dengan mengamati akibat duduk yang menetap saat merawat pasien, postur leher, bahu dan pergelangan tangan, kekuatan tangan saat melakukan ekstraksi, gerakan yang berulang-ulang saat melakukan skaling dan durasi tekanan saat melakukan penyuntikan
  • 7. 76 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 (anestesi). Demikian juga dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yaitu sekumpulan gejala nyeri pada jari dan tangan dokter gigi, lebih tinggi dibanding dengan masyarakat umum.7, 9. Dari berbagai penelitian tersebut di atas, jelas bahwa risiko terhadap gangguan musculoskeletal yang dihadapi dokter gigi cukup tinggi. Meskipun prevalens gangguan musculoskeletal bervariasi di masing-masing negara, secara umum sebenarnya dokter gigi tahan terhadap sakit yang diderita. Hal ini dikarenakan mereka kurang memahami penyebab yang sebenarnya dari gangguan yang dialaminya, paling tidak tindakan apa yang harus dilakukan terhadap gangguan tersebut. Biasanya gangguan ini dianggap wajar-wajar saja sehubungan dengan pekerjaan dan profesi mereka yang tidak dapat dihindari. Untuk itu dokter gigi perlu untuk mengetahui berbagai risiko terjadinya gangguan musculoskeletal sehingga mereka dapat secara efektif mencegah timbulnya gejala, dan mereka juga harus memahami berbagai peralatan ergonomis, cara kerja yang baik dan gaya hidup. Ketiga hal ini merupakan kunci dalam mencegah timbulnya gangguan muskuloskeletal terkait dengan profesi dokter gigi. Kesimpulan Gangguan muskuloskeletal dengan gejala kekakuan otot leher, bahu, punggung, rasa kesemutan pada telapak dan jari-jari tangan, nyeri hebat pada punggung bagian bawah sangat sering ditemukan sehubungan dengan jenis pekerjaan, termasuk pada dokter gigi. Posisi kerja yang menetap dan kaku pada saat merawat pasien, peralatan yang digunakan tidak ergonomis merupakan faktor risiko (high risk) dokter gigi mengalami gangguan muskuloskeletal. Upaya pencegahan yang harus dilakukan dengan mengantisipasi faktor risiko penyebab gangguan muskuloskeletal antara lain: menggunakan peralatan yang ergonomis, menggunakan four-handed dentistry, latihan relaksasi otot/yoga, dan adanya jeda waktu antara satu pasien dengan pasien berikutnya. Daftar Pustaka 1. Bethany Valachi and Keith Valachi. Mechanisms Leading to Musculoskeletal Disorders in Dentistry. Jam Dent Assoc, Vol. 134 No. 10. 2003. p. 1344-1350. 2. Lederas S, Felsenfeld AL, Ergonomic and the Dental Office: an overview and consideration of regulatory influence. J Calif Dent Assoc (online) 2002. Available from http://www.cda.org/member/pubs/journal/regu latory.html. 3. Rucker LM, Sunell S. Ergonomic Risk Factors Asscosiated with Clinical Dentistry. J Calif Den Assoc 2002; 30:139-48. 4. Hamann C. Prevalence of Carpal Tunnel Syndrome and Median Mononeuropathy Among Dentist. J Am Dent Assoc 2001; 132:163-70. 5. Furlong A. Ergonomic and Dentistry. ADA News 2000; 31(18):16-9. 6. Dougherty M. Feel-based Design: A Reason to Endorse Ergonomic Standards. J Colo Dent Assoc 1999; 78(4):22-5. 7. Ligh RQ. Cummulative Trauma Injury – Carpal Tunnel Syndrome. J Calif Dent Assoc (online) 2002. Available from http://www.cda.org/member/pubs/journal/carp al.html. 8. Mito RS, Fernandez K. Why is Ergonomic An Issue In Dentistry? J Calif Dent Assco (online) 2002. Available from http://www.cda.org/member/puns/journal/ introduction.html. 9. Harry Isbagio. Pidato Pengukuhan Guru Besar ―Osteoartritis dan Osteoporosis Sebagai Masalah Muskuloskeletal Utama Warga Usia Lanjut Abad 21‖. 10 Desember 2005. 10. Arief Cahyanto. ―Makalah: Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi‖. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran. Bandung. 2003. 11. Rahmaniyah Dwi Astuti. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan beban Angkat Terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik, No. 2. Tahun X, Juli 2007. 12. Pargali, N. Jowkar, N. Prevalence of Musculoskeletal Pain Among Dentists in Shiraz, Southern Iran. www.theijoem.com/ijoem/index.php/ijoem/artic le/download/26/59. International Journal of Occupational and Environmental Medicine. Vol. 1 No. 2. 2010. 13. A Study of Back Pain in Dentistry. Elective Report 2005.
  • 8. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 2, Juni Tahun 2012 77 https://dspace.gla.ac.uk/bitstream/1905/499/1/ church_cairns.pdf. 14. Finkbeinr BL. Four-handed Dentistry Revisited. J Contemp Dent Pract 2000; 1(4):3- 5. 15. Manji I. Designing Better Dentistry: The Ergonomic Approach. J Can Dent Assoc 1992; 58(3):172-3. 16. Martha Mozartha. ‖Dokter Gigi Rentan Sakit Punggung?‖. Health News. www.klikdokter.com. 17 Agustus 2011. 17. FKUI—Badan Litbangkes—Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Penelitian Penyakit Perkotaan di DKI Jakarta. 2006. Jurnal.com. 26/01/2007. 18. Chowanadisai S, Kukiattrakoon B, Yapong B, Kedjarune U, Leggat PA. Occupational Health Problems of Dentists in Southern Thailand. Int Dent J 2000;50(1):36-40. 19. Acharya RS, Acharya S, Pradhan A, Oraibi S. Musculoskeletal Disorders Among Dentist in Nepal. Journal of Nepal Dental Association (2010), Vol. 11, No. 2, Jul—Dec. 107—113.