Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi pada bayi dan anak. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, jenis-jenis imunisasi yang diberikan pada bayi dan anak seperti BCG, DPT, polio dan lainnya, serta cara kerja dan manfaat dari pemberian imunisasi pada bayi dan anak.
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Konsep dasar imunisasi pada anak
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah
dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child
Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen
internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus
neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000.
Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal)
berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus
mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa
(Ismael, 2001).
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak
mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya.
Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka
tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah
atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan
dengan hasil yang efektif.
Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program
Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus
dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan
yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu,
upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap
peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera
diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi,
termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini,
2. 2
kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya
penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan
untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi
sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien
dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan
anak, ibu serta masyarakat lainnya.
Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk
memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar
terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi
dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar,2002)[1].
Untuk meningkatkan mutu vaksin, maka vaksin harus dijaga dengan baik.
Pemeliharaan rantai dingin vaksin merupakan tulang punggung program
imunisasi. Pelaksanaan imunisasi dituntut berkualitas, sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap program dengan menekan kesakitan, kecacatan,
kematian bayi dan balita serta mereduksi penyakit menular. Cara untuk
menyimpan vaksin tersebut sering disebut juga dengan cold chain (rantai dingin).
3. 3
1.2 Rumusan Masalah
A Apa pengertian dari imunisasi pada bayi dan anak ?
B Apa tujuan dari imunisasi pada bayi dan anak ?
C Apa saja jenis – jenis imunisasi pada bayi dan anak ?
D Bagaimana jadwal pemberian imunisasi pada bayi dan anak ?
E Bagaimana teknik – teknik imunisasi pada bayi dan anak ?
F Bagaimana reaksi dari imunisasi ?
G Bagaimana penerapan Cold chain dalam imunisasi ?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui apa saja pengertian dari imunisasi pada bayi dan anak
B. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari imunisasi pada bayi dan anak
C. Untuk mengetahui apa saja jenis – jenis imunisasi pada bayi dan anak
D. Untuk mengetahui bagaimana jadwal pemberian imunisasi pada bayi dan
anak
E. Untuk mengetahui bagaimana teknik – teknik imunisasi pada bayi dan anak
F. Untuk mengetahui bagaimana reaksi dari imunisasi
G. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Cold chain dalam imunisasi
4. 4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Imunisasi pada Bayi dan Anak
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh
kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan
untuk menyerang tubuh.
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpanya sebagai
suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen
yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan lebih
banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi
sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah penyakit menular
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan mencegah penyakit seperti
Hepatitis B, Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio dan Campak (Lia
Dewi, 2010)
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri.
Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif
adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh
meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada
bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi
terhadap campak.
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap
mikroorganisme tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu.
5. 5
Vaksin, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari
mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab infeksi yang
telah dimatikan atau dilemahkan, sehingga tidak akan membuat penderita jatuh
sakit. Vaksin kemudian dimasukkan ke dalam tubuh yang biasanya melalui
suntikan.
Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang
dimasukan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme
menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi. Antibodi kemudian akan
membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang
menyerang tubuh.
Kemudian antibodi akan terus berada di peredaran darah membentuk
imunitas. Ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikororganisme yang sama
dengan yang terdapat di dalam vaksin, maka antibodi akan melindungi tubuh dan
mencegah terjadinya infeksi.
2.2. Tujuan Imunisasi pada Bayi dan Anak
Tujuan dalam pemberian imunisasi (Hidayat, 2008) antara lain :
A Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
B Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya
bagi bayi dan anak.
C Anak menjadi kebal dan terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
tertentu.
D Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi
suatu penyakit.
E Menurunkan angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa yang
dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus,
batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air dan TBC.
F Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
Adapun manfaat dari pemberian imunisasi menurut Marimbi (2010), yaitu :
1. Bagi anak
6. 6
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
kecacatan atau kematian.
2. Bagi keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Bagi Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan keluarga.
2.3. Jenis – Jenis Imunisasi pada Bayi dan Anak
Imunisasi terbagi dalam dua bagian yaitu pasif dan aktif. Aktif adalah bila
tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif
adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya
menerimanya saja (Notoadmodjo, 2003).
A. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen yang
infeksiusn pada seorang individu untuk merangsang system imun untuk
merangsang antibody yang akan mencegah infeksi. Imunisasi aktif terhadap
penyakit infeksi dihasilkan dengan cara inokulasi antigen bakteri, virus, dan
parasit, baik dalam bentuk kuman hidup yang dilemahkan atau produk dari
organisme tersebut. Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau peroral/
melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat
zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan, kadar zat-zat dapat diukur
dengan pemeriksaan darah. Pemberian vaksin dengan cara menyuntikan
kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit.
Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah
dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk
antibody. Dalam Imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang
terdapat dalam setiap vaksinnya, yaitu :
1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagi zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
7. 7
3. Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindar
tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
Ada lima jenis imunisasi pada anak dibawah lima tahun yang
harus dilakukan, yaitu :
a. BCG (Bacillus Calmette Geurin)
Merupakan imunisasi yang mengandung jenis kuman
TBC yang masih hidup tapi telah dilemahkan. Imunisasi BCG
bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC) (Marimbi, 2010). Imunisasi BCG
diberikan pada usia kurang dari 2 bulan dengan dosis 0,05 ml,
vaksin BCG diberikan secara intrakutan didaerah lengan atas
pada insertio M. Deltoideus (Marimbi, 2010). Frekuensi
pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tak perlu diulang
(Booster) sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga anti
bodi yg dihasilkan tinggi terus. Vaksin BCG memberikan
proteksi yang bervariasi antara 50-80% terhadap tubercolosis.
Pemberian vaksin BCG sangat bermanfaat bagi anak,
sedangkan bagi orang dewasa manfaatnya masih kurang jelas.
Efek sampaing imunisasi umumnya tidak ada namun, beberapa
anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau
leher bagian bawah (diselangkakangan bila penyuntikan
dilakukan di paha) biasanya akan timbul sendiri. Imunisasi
BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukkan uji Mantoux posif atau pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.
b. DPT (difteri, pertusis, tetanus)
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang akan menimbulkan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin Difteri dibuat dari toksin
atau racun kuman difteri yang telah dilemahkan dinamakan
toksoid. Vaksin tetanus dibuat dari toksoid tetanus atau
toksin/racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Sedangkan vaksin pertusis terbuat dari
8. 8
kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan selanjutnya
dikemas bersama vaksin difteri dan tetanus. Imunisasi DPT
diberikan 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2
bulan, 4 bulan, 6 bulan. Namun biasa ditambahkan 2 kali lagi,
yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun, imunisasi
diberikan melalui suntikan intra muskuler (IM). Imunisasi DPT
ditandai dengan gejala-gejala ringan seperti sedikit demam dan
rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri
atau pegal-pegal pada tempat suntikan yang akan hilang sendiri
dalam bebrapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan
obat penurunan panas pada bayi. Imunisasi DPT tidak dapat
diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau
kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bawaan, seperti
epilepsy, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau
habis dirawat karena infeksi otak (Anik maryuni, 2010).
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak (Hidayat, 2008).
Imunisasi polio diberikan pada bayi umur 0-11 bulan atau
saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4
bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio
selalu dibarengi dengan vaksin DPT. Pemberian imunisasi polio
melalui oral/ mulut. Di luar negeri, cara pemberian imunisasi
polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis
Vaccine / IPV) Imunisasi polio hampir tidak ada efek samping,
hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot, kasusnyapun sangat jarang Imunisasi polio
sebaiknya tidak diberikan pada anak dengan diare berat atau
yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38°C).
Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak
diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit
HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani
9. 9
pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak
diberikan imunisasi polio (Anik maryuni, 2010)
d. Campak
Penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis,dan ruam kuli. Campak merupakan penyebab
kematian bayi berumur <12 bulan dan anak usia 1-4 tahun.
Penyakit campak di sebabkan oleh paramiksovirus dan genus
morbili. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada
selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernafasan.
Tiga fase tanda dan gejala klinis campak, yaitu :
1) Fase Pertama
Fase pertama disebut masa inkubasi yang
berlangsung sekitar 10-12 hari, pada tahap ini anak
yang sakit belum memperlihatkan tanda dan gejala
sakit.
2) Fase kedua (fase prodormal)
Pada Fase ini timbul gejala yang mirip penyakit
flu sepertti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat
mencapai 38°-40°C, mata merah berair, mulut
muncul bintik putih (bercak koplik) dan kadang
disertai mencret.
3) Fase ketiga
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak
merah seiring demam tinggi yang terjadi. Namun,
bercak tak langsung muncul diseluruh tubuh,
melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari
belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan
kaki (Cahyono, 2010).
Imunisasi diberikan satu kali pada usia 9 bulan, dan
dianjurkan sesuai jadwal. Selain karena antibody dari ibu sudah
menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya
menyerang anak di usia balita. Jika sampai usia 12 anak belum
mendapat imunisasi campak, maka 12 bulan ini anak harus di
10. 10
imunisasi. Cara pemberian imunisasi melalui subkutan,
biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisai, mungkin terjadi
demam ringan/ bercak merah pada pipi bawah telinga pada hari
ke 7-8 setelah hari penyuntikan. Imunisasi campak tidak
diberikan pada anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai
demam, penyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC tanpa
pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit keganasan,
kerentanan tinggi terhadap protein telur (Anik maryuni, 2010).
e. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan
untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B,
yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati (Marimbi,
2010).
Hepatitis B disebabkan oleh Virus hepatitis B (VHB),
suatu anggota yang family hepadnavirus yaitu suatu virus DNA
yang berlapis ganda dapat menyebabkan peradangan hati akut
atau kronis yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut
menjadi sirosis hati (hati mengeras dan mengecil) atau kanker
hati (Cahyono, 2010).
Imunisasi ini sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir,
dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada
gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan
pada saat bayi berusia 1 bulan dan usia 3-6 bulan. Pemberian
imunisasi melallui intra muskuler (I.M) di lengan deltoid atau
paha anterolateral bayi, penyuntikan di bokong tidak dianjurkan
karena bias mengurangi efektivitas vaksin. Imunisasi ini
umumnya tidak ada efek samping, jika-pun terjadi namun
sangat jarang berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang
disusul demam ringan dan pembengkakan, namun reaksi ini
akan menghilang dalam waktu 2 hari. Imunisasi ini tidak dapat
diberikan pada anak yang menderita sakit berat (Anik maryuni,
2010).
11. 11
B. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah perpindahan antibody yang telah dibentuk
yang dihasilkan host lain. Antibody ini dapat timbul secara alami atau
sengaja diberikan. Imunisasi pasif diberikan dalam bentuk Gama globulin
intravena (IVIG) atau serum binatang, menghasilkan proteksi untuk
sementara waktu terhadap infeksi atau penyakit. Imunisasi pasif terdiri dari
dua macam, yaitu:
1. Imunisasi pasif bawaan
Imunisasi bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat
antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan, yaitu berupa zat
antibody yang melalui jalan darah menebus plasenta. Namun, zat anti
tersebut lambat laun akan menghilang/ lenyap dari tubuh bayi.
Dengan demikian, sampai umur 5 bulan bayi dapat terhindar dari
beberapa oenyakit infeksi, seperti campak, difteri dan lain-lain.
2. Imunisasi pasif didapat
Imunisasi didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat
antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau
serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari
luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti
seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak, misalnya
pemberian serum anti tetanus terhadap penyakit tetanus (Anik
maryuni, 2010).
2.4. Kontra indikasi pemberian Imunisasi
A. Anafilaksis atau rekaasi hypersensitivitas yang hebat merupakan kontra
indikasi mutlak terhadap dosis berikutnya. Riwayat kejang demam dan
panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT/HB1 dan
Campak
B. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menujukan tanda-tanda dan
gejala AIDS, sedangkan vaksin lainnya sebaiknya diberikan
C. Jika orangtua dangat keberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi
yang sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika
bayinya sudah sehat
12. 12
Bayi yang mengalami kondisi ini sebaiknya diimunisasai:
1. Alergi atau asma (keculi jika diketahui ada alergi terhadap komponen
khusus dari vaksin yang disebutkn diatas)
2. Sakit ringan seperti inveksi saluran pernapasan atau diare dengan
suhu dibawah 38,5oC
3. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah
imunisasi
4. Pengobatan antibiotik
5. Dugaan inveksi HIV atau positif terinveksi HIV dengan tidak
menunjukan tanda-tanda dan gejala AIDS, tanda-tanda dan gejala
AIDS kecuali BCG
6. Anak diberi Asi
7. Sakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau
liver
8. Kondisi saraf stabil seperti kelumpuhan otak karna luka atau
downsyindrom
9. Prematur atau berat lahir rendah
10. Sebelum atau paska operasi
11. Kurang gizi
12. Riwayat sakit kunign pada sat kelahiran
2.5. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dan Anak
Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan
faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari
lahir sampai awal masa kanak-kanak.
A. Program Pengembangan Imunisasi (PPI diwajibkan)
Jenis
vaksin
Umur pemberian imunisasi
Bulan Tahun
La
hir
1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
BCG
POLIO 0 1 2 3 4 5
13. 13
Hepatitis
B
1 2 3
DPT 1 2 3 4 5 6
Campak 1 2
Vaksinasi Jadwal Pemberian
Usia
Ulangan/Booster Imunisasi Untuk
melawan
BCG Waktu lahir - Tuberkulosis
Hepatitis B Waktu lahir dosis 1
1 bulan – dosis 2
6 bulan - dosis 3
1 tahun – pada bayi dari
ibu dengan hepatitis B
Hepatitis B
DPT dan
Polio
3 bulan – dosis 1
4 bulan – dosis 2
5 bulan – dosis 3
18 bulan – booster 1
6 tahun – booster 2
12 tahun – booster 3
Dipteria, pertusis,
tetanus, dan polio
Campak 9 bulan - Campak
2.6. Pemberian Vaksin yang tepat dan aman
A. Sebelum pelaksanaan Imunisasi :
1. Periksa label vaksin dan pelarut
2. Periksa tanggal kadarluasa
3. Periksa VVM
4. Jangan gunakan :
a. Vaksin tanpa label
b. Vaksin yang kadarluasa
c. Vaksi dengan status VVM telah C atau D
B. Mencampur vaksin dengan pelarut
1. Baca label pada ampul atau pelarut, pastikan dikirim oleh pabrik yang
sama
2. Goyang botol atau ampul vaksin, pastikan semua bubuk ada pada
dasar ampul atau vial
3. Buka vial atau ampul vaksin, amati pelarut pastikan tidak retak
4. Buka ampul kaca,
14. 14
a. Sedot pelarut kedalam seprit pencampur. Gunakan ADS yang
baru untuk mecampur vaksin dengan pelarut
b. Mencampur vaksin dengan pelarut. Tarik pelan-pelan pelarut
masuk kedalam semprit dan suntikan kedalam vial atau ampul
vaksin. Lalu dikocok sehingga campuran menjadi homogen.
Masukan semprit dan jarum pencampur kedalam savetybox
setelah digunakan.
Penanganan vaksin yang sudah dilarutkan
1) Pelarut tidak boleh saling bertukar
2) Gunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin
3) Pelarut harus sama suhunya sebelum dicampur dengan vaksin,
oleh karena itu pelarut harus dimasukan kedalam lemari es
minimal 12 jam sebelum digunakan, agar suhunya seimbang
4) Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum sasaran
datang.
5) Buang vaksin yang telah dicampur dengan pelarut setelah 3 jam
(untuk vaksin BCG) atau setelah 6 jam (untuk vaksin campak)
atau pada akhir imunisasi
C. Sewaktu pelayanan imunisasi, menyimpan vaksin yang telah dicampur
dengan pelarut ataupun vaksin yang telah dibuka diletakkan diatas bantalan
busa yang ada didalam vaksin carier.
2.7. Cara dan lokasi penyuntikan
Vaksin BCG DPT/HB Campak Polio HB PID
Tempat/
Lokasi
suntikan
Lengan
kanan atas
luar
Paha tengah
bagian luar
Lengan kiri
atas
Mulut Paha
sebelah
kanan
bagian
tengah luar
Cara/ teknik
penyuntikan
Suntukan
Intracutan
Suntikan
Intramuskular
Suntikan
Subcutan
Diteteska
dimulut
Suntikan
Intramasku
lar
Dosis 0,05 cc 0,5 ml 0,5 ml 2 tetes 0,5 ml
15. 15
Ukuran jarum 10 mm,
ukuran 26
G
25 mm,
ukuran 23 G
25 mm,
ukuran 23
G
Ukuran 26
G
Jenis Bubuk +
pelarut
Siap pakai Bubuk +
pelarut
Botol
dengan alat
tetes mulut
Siap pakai
Bentuk Cairan
putih keruh
dengan
sedimen
yang
melayang
jika
dikocok
Cairan putih
keruh dengan
sedimen yang
melayang
jika dikocok
Cairan
jernih
kekuning-
kuningnan
Cairan
jernih
berwarna
merah
jambu atau
oranye
Cairan
jernih
2.8. Teknik – Teknik Pemberian Imunisasi
A imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah tindakan memberikan vaksin BCG yang
bertujuan untuk memberi kekebalan tubuh terhadap kuman Mycobacterium
tuberculosis denan cara menghambat penyebaran kuman
Alat dan bahan :
1. Spuit tuberkulin dengan jarum ukuran 25 – 27 panjang 10 mm
2. Vial vaksin BCG kering dan gergaji ampul
3. Pelarut vaksin
4. Alkohol sweb
5. Handscoon bersih
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan handscoon bersih
c. Jelaskan prosedur kepada orang tua bayi tindakan imunisasi yangakan
dilakukan
d. Buka ampul vaksin BCG kering
16. 16
e. Larutkan vaksin dengan pelarut vaksinyang tersedia kurang lebih 4 cc
f. Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan
g. Atur posisi dan bersihkan lengan dengan alkohol sweb (daerah yang
akan di injeksi, yaitu 1/3 bagian lengan atas)
h. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
i. Lakukan injeksi dengan memasukan jarum pada sudut 10 - 150
(intracutan)
j. Tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan melakukan masase
k. Usap bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang keluar
l. Lepas handscoon
m. Cuci tangan
n. Catat respon yang terjadi, vaksin dikatakan berhasil jika timbul
benjolan dikulit, kulit tampak pucat dan pori – pori jelas
B Imunisasi DPT/HB
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang akan menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus. Vaksin Difteri dibuat dari toksin atau racun kuman difteri yang
telah dilemahkan dinamakan toksoid. Vaksin tetanus dibuat dari toksoid
tetanus atau toksin/racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Sedangkan vaksin pertusis terbuat dari kuman
bordetella pertusis yang telah dimatikan selanjutnya dikemas bersama
vaksin difteri dan tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali (paling sering
dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible
2. Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alkohol
4. Sarung tangan
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
17. 17
d. Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program / anjuran
e. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul
bayi, menyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri
bayi. Tangan kanan bayi melingkar kebelakang tubuh ibu, dan tangan
kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat )
f. Lakukan disinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luaryang akan
diinjeksi dengan kapas alkohol
g. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
h. Lakukan injeksi dengan memasukan jarum ke intra muskular di
daerah femur
i. Lepas sarung tangan
j. Cuci tangan
k. Dokumentasi
B. Imunisasi Polio
Merupakan tindakan imunisasi dengan menggunakan vaksin polio
(dalam bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vacine (OVP)
yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis, dapat
diberikan empat kali dengan interval 4 – 6 minggu.
Alat dan bahan :
1. Vaksin polio dalam termos es / flakon berisi vaksin polio
2. Pipet plastik
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
c. Ambil vaksin polio dalam termos es
d. Atur posisi bayi dalam posisi terlentang diatas pangkuan ibunya dan
pegang dengan erat
e. Teteskan vaksin kemulut sesuai jumlah dosis yang di programkan
atau di anjurkan yaitu 2 tetes
f. Cuci tangan
g. Dokumentasi
18. 18
C. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah tindakan memberikan vaksin campak pada
anak yang bertujuan memebentuk kekebalan terhadap penyakit campak
yang dapat diberikan pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian dapat
diulang dalam interval waktu 6 bulan lebih setelah suntukan pertama
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin campak dan pelarutnya dalamtermos es
3. Kapas alkohol dan tempatnya
4. Sarung tangan
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
d. Ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan program / anjuran
(0,5 ml)
e. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya , lengan kanan bayi dijepit
diketiak ibunya, ibu menopang kepala bayi, tangan kiri ibu
memegang tangan kiri bayi)
f. Lakukan disinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
g. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
h. Lakukan injeksi dengan memasukan jarum pada sudut 450
i. Setelah vaksin habis , tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntukan
dengan kapas
j. Lepas sarung tangan
k. Cuci tangan
l. Dokumentasi
D. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B, yaitu penyakit
infeksi yang dapat merusak hati.
19. 19
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
d. Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai dengan program / anjuran
(0,5 ml)
e. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul
bayi, menyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri
bayi. Tangan kanan bayi melingkar kebelakang tubuh ibu, dan tangan
kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat )
f. Lakukan disinfeksi di 1/3 area paha tengah bagian luar yang akan
diinjeksi dengan kapas alkohol
g. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
h. Lakukan injeksi dengan memasukan jarum ke intra muskular di
daerah femur
i. Lepas sarung tangan
j. Cuci tangan
k. Dokumentasi
2.9. Reaksi dari Imunisasi pada Bayi dan Anak
A imunisasi BCG
1. Reaksi normal
a. Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi
pembengkakan kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka
dengan diameter 10 mm.
b. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan
apapun pada luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan
menggunakan kain kasa kering dan bersih.
20. 20
c. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan
parut (scar) dengan diametr 5-7 mm.
2. Reaksi berat
a. Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces
yang lebih luas.
b. Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
3. Kontra Indikasi
a. Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
b. Anak yang telah menderita penyakit TBC.
B DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
1. Reaksi lokal
a. Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan
disertai demam ringan selama 1-2 hari.
b. Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab
panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh
bayi.
2. Reaksi Umum
a. Demam tinggi, kejang dan syok berat.
b. Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat)
sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.
3. Kontra Indikasi
a. Panas diatas 38º C
b. Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya
seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
C Imunisasi Polio
1. Reaksi :
a. Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya
berak-berak ringan.
b. Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan
pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.
21. 21
c. Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.
2. Kontra Indikasi
a. Anak menderita diare berat
b. Anak sakit panas
D Imunisasi Campak
1. Reaksi :
a. Panas lebih dari 38ºC
b. Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
c. Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi
kejadian ini jarang terjadi.
2. Kontra Indikasi
a. Panas lebih dari 38ºC
b. Anak yang sakit parah
c. Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
d. Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
e. Riwayat kejang demam
E Hepatitis B
Tidak ada reaksi dan kontra indikasi
2.10. Penerapan Cold Chain pada Imunisasi Bayi dan Anak
Rangkaian sejuk (Cold Chain) adalah satu system untuk penyimpanan dan
penghantaran vaksin dalam keadaan daripada pengeluar sehingga kepada individu
yang diimunisasikan.
Rantai dingin merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam
keadaan baik atau tidak rusak, sehingga mempunyai kemampuan atau efek
kekebalan bagi penerimanya. Jika vaksin di luar temperatur yang dianjurkan
maka akan mengurangi potensi kekebalannya. Cold Chain adalah Pengelolaan
vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan
kondisi yang telah ditetapkan.
A. Peralatan Rantai Vaksin
Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan
dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
22. 22
pada suhu yang telah ditetapkan. Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat
secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap jenis sarana cold
chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
1. Lemari Es
Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar
program (buka atas) Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi
dengan lemari es.
2. Mini Freezer
Sebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap puskesmas
diperlukan 1 buah freezer.
3. Vaccine Carrier
Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk
pengambilan vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit
vaccine carrier sangat cocok digunakan ke lapangan, mengingat jarak
tempuh maupun sarana jalan, sehingga diperlukan vaccine carrier
yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.
4. Thermos
Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke
lapangan/posyandu. Setiap thermos dilengkapi dengan cool pack
minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan untuk
mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos
sangat cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah
dijangkau.
5. Cold Box
Cold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam
keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau
lemari es sedang mengalami kerusakan yang bila diperbaiki memakan
waktu lama.
6. Freeze Tag/Freeze Watch
Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas
pada waktu membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai
lapangan/posyandu dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.
7. Kotak dingin cair (Cool Pack)
23. 23
Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk
segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian
didinginkan pada suhu +2ºC dalam lemari es selama 24 jam. Bila
kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.
8. Kotak dingin beku (Cold Pack)
Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk
segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian
pada suhu -5ºC − 15ºC dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak
dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.
B. Pengelolaan Vaksin
1. Penerimaan /pengambilan vaksin (transportasi)
a. Pengambilan vaksin dari Puskesmas ke kabupaten/kota dengan
menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan.
Misalnya: cold box atau vaccine carrier.
b. Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah
vaksin yang akan diambil.
c. Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa
indikator vaksin (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanya
bila indikator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM
pada tingkat C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat
digunakan lagi.
d. Masukkan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa
dan di bagian tengah diletakkan thermometer Muller, untuk
jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke
dalam alat pembawa.
e. Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama
perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena
sinar matahari langsung.
f. Catat dalam buku stok vaksin : tanggal menerima vaksin,
jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
2. Penyimpanan Vaksin
a. Vaksin disimpan pada suhu +2ºC − +8ºC.
24. 24
b. Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack)
sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu
c. Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.
d. Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari
tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik.
e. Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari
es. Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik
suhu yaitu saat datang pagi hari dan menjelang pulang
siang/sore hari.
3. Pemantauan Suhu
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui suhu vaksin
selama pendistribusian dan penyimpanan, apakah vaksin pernah
terpapar/terkena panas yang berlebih atau suhu yang terlalu dingin
(beku). Sehingga petugas mengetahui kondisi vaksin yang digunakan
dalam keadaan baik atau tidak. Adapun alat pemantau suhu vaksin
antara lain :
a. VVM (Vaccine Vial Monitor )
b. Setiap lemari es dipantau dengan 1 buah thermometer
Dial/Muller
c. Sebuah freeze tag atau freeze watch
d. Sebuah buku grafik pencatatan suhu.
C. Pemeriksaan Vaksin dengan Uji Kocok
Bila vaksin tersangka beku maka untuk meyakinkan apakah vaksin
masih layak atau tidak untuk digunakan maka dilakukan pemeriksaan
dengan Uji Kocok (Shake Test).
Langkah-langkah shake test sebagai berikut :
1. Periksa freeze watch, freeze tag, catatan/grafik suhu lemari es
untuk melihat tanda-tanda bahwa suhu lemari es tersebut pernah
turun di bawah titik beku.
2. Freeze watch : Apakah kertas absorban berubah menjadi biru.
3. Bila menggunakan freeze tag : Apakah tanda √ telah berubah
jadi tanda X.
4. Termometer : Apakah suhu turun hingga di bawah titik beku ?
25. 25
5. Bila salah satu atau ketiga jawabannya YA.
D. Lakukan Uji Kocok (Shake Test)
1. Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan yang dekat dengan evaporator dan bagian lemari es
yang paling dingin. Beri label .Tersangka beku.. Bandingkan dengan
vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga
beku padat seluruhnya dan beri label .Dibekukan.
2. Biarkan contoh .Dibekukan. dan vaksin .Tersangka beku. sampai
mencair seluruhnya.
3. Kocok contoh .Dibekukan. dan vaksin .Tersangka beku. Secara
bersamaan.
4. Amati contoh Dibekukan. dan vaksin. Tersangka beku. Bersebelahan
untuk membandingkan waktu pengendapan. (Umumnya 5-30 menit).
5. Bila terjadi :
a. Pengendapan vaksin, tersangka beku. Lebih lambat dari contoh
dibekukan, vaksin dapat digunakan.
b. Pengendapan vaksin .Tersangka beku. sama atau lebih cepat
daripada contoh .Dibekukan. jangan digunakan, vaksin sudah
rusak.
26. 26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh
kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan
untuk menyerang tubuh.
Tujuan dalam pemberian imunisasi (Hidayat, 2008), yaitu mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, melindungi dan mencegah penyakit-
penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak, anak menjadi kebal
dan terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu,
menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi
suatu penyakit, menurunkan angka penderitaan suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada
penderitanya. Beberapa yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air dan
TBC, mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.
Imunisasi terbagi dalam dua bagian yaitu pasif dan aktif. Aktif adalah bila
tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif
adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya
menerimanya saja (Notoadmodjo, 2003).
Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan
faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari
lahir sampai awal masa kanak-kanak.
Rangkaian sejuk (Cold Chain) adalah satu system untuk penyimpanan dan
penghantaran vaksin dalam keadaan daripada pengeluar sehingga kepada individu
yang diimunisasikan.
3.2. Penutup
Demikian makalah ini kami susun, semoga materi yang di sajikan dapat
dijadikan bahan referensi pembelajaan bagi mahasiswa/i politeknik kesehatan
kementrian kesehatan Banten