Film Milk menceritakan perjuangan politikus Harvey Milk, orang homoseksual pertama di San Fransisco, dalam memperjuangkan hak-hak kaum gay di Amerika pada tahun 1970-an. Meskipun berhasil menjadi supervisor, Milk akhirnya dibunuh oleh saingan politiknya. Film ini menggambarkan karakter dan tekad kuat Milk dalam melawan diskriminasi terhadap komunitasnya.
1. Diana Sari MKT 11-3C / 2007110153 Psychology of Communication Milk Film “Milk” bercerita tentang perjuangan dan kehidupan pribadi seorang Harvey Milk. Harvey Milk adalah seorang pria cerdas berkharisma yang mempunyai kelainan orientasi seksual. Ia adalah seorang homoseksual atau yang lebih dikenal dengan sebutan gay. Dulu gay merupakan kaum minor yang hak-haknya dinomorduakan atau bahkan diabaikan oleh negara. Kaum gay juga seringkali dianiaya dan dibunuh. Tidak ada satupun orang yang peduli akan nasib kalangan gay kala itu. Melihat kondisi yang seperti ini, Milk merasa tergugah untuk memperjuangkan kedudukan dan persamaan hak kaum gay. Milk berhasil memperjuangkan kaumnya dengan menjadi politikus homoseksual pertama meskipun pada akhirnya ia harus dibunuh oleh saingannya yang bernama Dan White. Secara umum, Harvey Milk mempunyai karakter pemberani, berkarisma, cerdas, pantang menyerah dan juga setia pada pasangannya. Keberanian dan kecerdasan Milk dapat dilihat dari kefasihannya serta kepiawaiannya berpidato saat memperjuangkan kaum gay agar dapat diterima oleh masyarakat. Ia tidak takut melawan orang-orang yang menentangnya. Milk juga mempunyai sikap yang pantang menyerah. Sikap pantang menyerah Milk ditunjukkan melalui kegigihannya dalam berusaha ketika ia kalah saat kampanye pemilihan dewan supervisor. Meskipun kalah, ia tidak putus asa dan tetap maju sehingga pada akhirnya ia pun mampu mengukuhkan dirinya menjadi supervisor. Harvey Milk mempunyai karakter yang positif terlepas dari ketidaksempurnaannya. Dalam film diceritakan bahwa Milk mempunyai pasangan yang notabene berjenis kelamin pria bernama Scott Smith. Pada awalnya, Scott terlihat setia dan mendukung apa yang dilakukan oleh Milk, meskipun pada akhirnya Scott meninggalkan Milk untuk orang lain. Karakter Scott tidak segigih Milk, Scott cenderung mudah putus asa. Ia pergi meninggalkan Milk. Mungkin hal ini dikarenakan kesibukan Milk dalam memperjuangkan kaum gay. Terkait dengan teknik komunikasi, kita dapat menemukan komunikasi verbal dan non verbal dengan cukup mudah dalam film ini. Komunikasi verbal dalam film ini dapat dilihat ketika Milk berkomunikasi dengan tokoh-tokoh lain, berpidato (media oral) dan juga ketika Milk mempublikasikan keinginannya dalam memperjuangkan kaum gay pada media untuk memperoleh simpati serta dukungan publik (media tertulis). Dalam film ini media tertulis yang dipakai adalah koran. Komunikasi non verbal turut mendukung komunikasi verbal dalam film ini. Komunikasi non verbal dapat dilihat melalui gaya berpakaian, gaya mendengarkan, dan bahasa tubuh. Sebagai orang yang intelek, Milk berpakaian formal dan necis dengan rambut yang tertata rapi. Gaya berpakaian Milk serasi dengan image seorang politikus yang coba ia angkat. Milk juga merupakan sosok pendengar yang baik. Hal ini terlihat dalam satu adegan di mana Milk menerima panggilan telepon dari seorang pria homoseksual yang tidak dapat berjalan. Dari ekspresi wajahnya, dapat disimpulkan bahwa Milk benar-benar mengerti apa yang dibicarakan oleh orang tersebut dan mampu merasakan perasaan serta mengonsentrasikan seluruh perhatiannya pada orang tersebut. Sehubungan dengan bahasa tubuh, bahasa tubuh Milk mampu menunjukkan bahwa ia orang yang cerdas dan berkarisma namun di lain pihak bahasa tubuh Milk juga menunjukkan kelainan orientasi seksualnya. Gerakan dan intonasi bicara Milk terkesan gemulai dan menunjukkan kefemininitas. Sisi feminin Milk juga terlihat melalui kelihaian Milk saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak.