SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Teori Kishore Mahbubani tentang Westernisasi
Kishore Mahbubani dalam bukunya yang berjudul The Great Convergence: Asia, the West, and
the Logic of One World (Public Affairs) menjelaskan bahwa peradaban global baru diciptakan oleh
sekumpulan masyarakat (tidak disebutkan secara spesifik). Mayoritas negara-negara non-Barat
mengagumi danmematuhi standarhidupyangada.Namun, Mahbubani mengingatkan bahwa perintah
global baru(newly emerging globalorder) muncul dan dikuasai melalui kebijakandansikapkekinian.Dia
berpendapat bahwa pembuat kebijakan di seluruh dunia harus mengubah prasangka mereka dan
menerimabahwakitahidupdi satu dunia. Kepentingan nasional harus diimbangi dengan kepentingan
global dan daya harus dibagi. Mahbubani mendesak bahwa hanya melalui tindakan ini dapat kita
menciptakan dunia yang saling menyatu. Dia menyatakan ada konflik antara “West and The Rest”
(Negara-begara barat dan sisanya).1
Terlepasdari bahasanwesternisasi,di Indonesiajugapernahmengalami hal ini,yakni padamasa
pemerintahan Orde Baru atau New Order yang melambangkan kekuasaan yang baru. Namun, dalam
cakupanyang lebihluasyaituyangberkaitandenganwesternisasi adalah globalisasi yang digambarkan
denganmunculnyakekuasaanbarudalamcakupanmultinasional atau New World Orderyang berasumsi
bahwa kekuatan barat memiliki dominasi yang kuat dalam hal yang berkaitan dengan teknologi,
ekonomi, dan aspek-aspek lainnya yang memperkuat posisinya sebagai “negara-negara penguasa.”
Dalam hal ini, negara-negara non-Barat dapat mencoba untuk melakukan isolasi untuk
mempertahankan nilai-nilai mereka sendiri dan melindungi diri dari ‘invasi’ negara-negara Barat.
Namun, Huntington berpendapat bahwa tindakan ini memakan biaya yang sangat tinggi dan hanya
beberapa negara saja yang mampu menerapkannya.
Teori “Band-wagoning”
Menurut teori ini, negara-negara non-Barat dapat bergabung dan menerima nilai-nilai Barat.
Negara-negara non-Barat juga dapat melakukan upaya penyeimbangan kekuatan Barat melalui
modernisasi, mengembangkan ekonomi dan kekuatan militernya serta bekerjasama dengan Barat
dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakatnya.
1 S. P. Hungtington, The Clash of Civilzations? In: Lechner FJ, Boli J, editors. The globalization reader. 4th ed. West
Sussex: Wiley-Blackwell;2012, Hal.37-44
Teori ini memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi saat ini. Negara-negara berkembang
seperti Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya tengah berusaha melakukan modernisasi serta
menjalinhubunganbaikdengannegara-negara Barat lainnya untuk menekan kekuatan-kekuatan Barat
untuk mengurangi dominasi tersebut di negaranya masing-masing.
Samuel P. Huntington dan westernisasi
Berbeda dengan delineasi wilayah yang diterapkan kebanyakan ilmuwan lainnya, Samuel P.
Huntington, memandang “Barat” dari sisi afiliasi keagamaannya, misalnya Kristen mayoritas di Eropa
Barat dan Amerika Utara menciptakan 6 peradaban (civilization) lain, termasuk Amerika Latin,
Konghucu, Jepang, Islam, Hindu dan Slavia-Ortodoks yang ada di sana untuk “mengatur dunia.”2
Selainitu,Huntingtonmengklaimbahwasetelahberakhirnya perang dingin, politik dunia telah
berpindahke satukekuasaan yangbarudi mana peradabannon-Barattidaklebih hanya‘penerima’yang
dieksploitasiolehperadaban Barat, namun menjadi aktor penting yang bergabung dengan Barat untuk
membentuk dan memindahkan (shape and move) sejarah dunia.3
Huntington meyakini bahwa ketika
masa ideologi tersebut berakhir, dunia hanya akan kembali seperti semula yakni ditandai dengan
munculnyakonflikbudayadi berbagai.Dalamtesisnya, diaberpendapatbahwapenyulutkonflikdi masa
depan adalah garis budaya dan agama.4
Hal ini cukup masuk akal jika melihat apa yang terjadi di masa sekarang. Ketika kita melihat
kejadian-kejadian di masa lalu, fenomena berkuasanya negara-negara Barat hingga kembali seperti
semula (keadaan sebelumnya ketika dominasi kekuasaan tersebut tidak berpengaruh) seperti hanya
berputar-putardanpadaakhirnyakembali dankembali lagi padakeadaansemula. Apa yang terjadi saat
ini hamper sama dengan apa yang digambarkan oleh Huntington dalam gagasannya.
Teori Edward Said tentang westernisasi
Dalam Orientalismenya, Edward Said memandang westernisasi layaknya yang terjadi dalam
proseskolonisasi, di manaadalahsebuahpelatihandari esensialisasi sebuah“ras subjek” (an exercise of
2James Graham, Samuel P. Huntington's Clash of Civilizations,
http://www.historyorb.com/world/clashofcivilizations.php Diakses pada 7 Desember 2014 pukul 22:22 WIB.
3 S. Murden, Cultures in world affairs. dalamBaylis J, Smith S, Owens P, ed., The Globalization of World Politics. 5th
ed. New York: Oxford University Press,2011, hal.416-426.
4 Rashad Mehbaliyev, Civilization, Their Nature and Clash Possibilities,
http://www.slideshare.net/mehbaliyev/rashad-mehbaliyev-civilizations-their-nature-and-clash-possibilities
Diakses pada 7 Desember 2014 pukul 22:32 WIB
essentializing a “subject race”) agar dapat mendominasi mereka secara lebih efektif. Arthur Balfour,
Perdana Menteri Inggris dari tahun 1902-1905, menganggap kebangkitan nasionalisme di Mesir pada
akhirabad ke-19 sebagai kontraproduktif dengansistem “baikhati”(benevolent)dari sistempengaturan
kerja.Balfour,dalamargumennyamendukung pemerintahrakyatMesirdenganmenarik sebagian besar
“pemahaman” Inggris dalam peradaban Mesir. Mengenai klaim ini, Said mengatakan, “Balfour
mengartikan survei sebuah peradaban mulai dari asal-usulnya hingga ke induknya. Objek tersebut
secara inheren rentan terhadap pengawasan dan pengetahuan akan hal tersebut sendiri hanya
digunakan untukmendominasinyalebihdalam.“Tindakanmengklaimpengetahuan koherenmasyarakat
berlaku objektif dan masih dalam marginalisasi yang membuat orang-orang yang diklasifikasikan ke
dalamperlombaan tersebutsebagai‘di mana-manahampirsama.’”Dengandemikian, “Barat”bertindak
sebagai konstruksi yang sama seperti halnya “oriental.” Maksudnya, Barat hanya diartikan sebagai
“orang Amerika”atau“orang Eropa” sebagaimanahalnyaoriental di artikan sebagai “orang China” atau
“orang Asia” dan semacamnya.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Warnet Raha
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Shally Rahmawaty
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
Anang Dwi Purwanto
 

La actualidad más candente (20)

SUMBER PENDIDIKAN MORAL
SUMBER PENDIDIKAN MORALSUMBER PENDIDIKAN MORAL
SUMBER PENDIDIKAN MORAL
 
Upaya Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa Indonesia
Upaya Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa IndonesiaUpaya Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa Indonesia
Upaya Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa Indonesia
 
PPT DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN
PPT DESAIN MEDIA PEMBELAJARANPPT DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN
PPT DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
 
dimensi manusia
dimensi manusiadimensi manusia
dimensi manusia
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Karakteristik warga negara yang demokratis
Karakteristik warga negara yang demokratisKarakteristik warga negara yang demokratis
Karakteristik warga negara yang demokratis
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Makalah teori belajar behavioristik
Makalah teori belajar behavioristikMakalah teori belajar behavioristik
Makalah teori belajar behavioristik
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Contoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaContoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasa
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
 
Organisasi pelayanan-manusia
Organisasi pelayanan-manusiaOrganisasi pelayanan-manusia
Organisasi pelayanan-manusia
 

Similar a Teori westernisasi

Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori Sosiohistoris
Gideon Repi
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islami
yuandakusuma
 
Unsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasionalUnsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasional
Yabniel Lit Jingga
 
Sekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Sekalirsme, Liberalilsme, PluralismeSekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Sekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Suardi Al-Bukhari
 
Materi perubahan sosial
Materi perubahan sosialMateri perubahan sosial
Materi perubahan sosial
Farel Santoso
 
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Edi Awaludin
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
tojing
 
Cbr sejarah fisika kel 5
Cbr sejarah fisika kel 5Cbr sejarah fisika kel 5
Cbr sejarah fisika kel 5
Anggi Yolanda
 
KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptx
KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptxKONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptx
KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptx
Poniman10
 

Similar a Teori westernisasi (20)

Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori Sosiohistoris
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islami
 
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIIDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
 
Unsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasionalUnsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasional
 
Sekularisasi Agama
Sekularisasi AgamaSekularisasi Agama
Sekularisasi Agama
 
Prb+sosial
Prb+sosialPrb+sosial
Prb+sosial
 
Sekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Sekalirsme, Liberalilsme, PluralismeSekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Sekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
 
3 93-1-pb
3 93-1-pb3 93-1-pb
3 93-1-pb
 
Materi perubahan sosial
Materi perubahan sosialMateri perubahan sosial
Materi perubahan sosial
 
Worldview Slide Lengkap
Worldview Slide LengkapWorldview Slide Lengkap
Worldview Slide Lengkap
 
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
 
Cbr sejarah fisika kel 5
Cbr sejarah fisika kel 5Cbr sejarah fisika kel 5
Cbr sejarah fisika kel 5
 
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era GlobalStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global
 
Peradaban sebuah pengantar
Peradaban sebuah pengantarPeradaban sebuah pengantar
Peradaban sebuah pengantar
 
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
 
Fundmentalisme
FundmentalismeFundmentalisme
Fundmentalisme
 
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaFilsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya
 
KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptx
KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptxKONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptx
KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF POSTMODERNISME.pptx
 
masyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdfmasyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdf
 

Teori westernisasi

  • 1. Teori Kishore Mahbubani tentang Westernisasi Kishore Mahbubani dalam bukunya yang berjudul The Great Convergence: Asia, the West, and the Logic of One World (Public Affairs) menjelaskan bahwa peradaban global baru diciptakan oleh sekumpulan masyarakat (tidak disebutkan secara spesifik). Mayoritas negara-negara non-Barat mengagumi danmematuhi standarhidupyangada.Namun, Mahbubani mengingatkan bahwa perintah global baru(newly emerging globalorder) muncul dan dikuasai melalui kebijakandansikapkekinian.Dia berpendapat bahwa pembuat kebijakan di seluruh dunia harus mengubah prasangka mereka dan menerimabahwakitahidupdi satu dunia. Kepentingan nasional harus diimbangi dengan kepentingan global dan daya harus dibagi. Mahbubani mendesak bahwa hanya melalui tindakan ini dapat kita menciptakan dunia yang saling menyatu. Dia menyatakan ada konflik antara “West and The Rest” (Negara-begara barat dan sisanya).1 Terlepasdari bahasanwesternisasi,di Indonesiajugapernahmengalami hal ini,yakni padamasa pemerintahan Orde Baru atau New Order yang melambangkan kekuasaan yang baru. Namun, dalam cakupanyang lebihluasyaituyangberkaitandenganwesternisasi adalah globalisasi yang digambarkan denganmunculnyakekuasaanbarudalamcakupanmultinasional atau New World Orderyang berasumsi bahwa kekuatan barat memiliki dominasi yang kuat dalam hal yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, dan aspek-aspek lainnya yang memperkuat posisinya sebagai “negara-negara penguasa.” Dalam hal ini, negara-negara non-Barat dapat mencoba untuk melakukan isolasi untuk mempertahankan nilai-nilai mereka sendiri dan melindungi diri dari ‘invasi’ negara-negara Barat. Namun, Huntington berpendapat bahwa tindakan ini memakan biaya yang sangat tinggi dan hanya beberapa negara saja yang mampu menerapkannya. Teori “Band-wagoning” Menurut teori ini, negara-negara non-Barat dapat bergabung dan menerima nilai-nilai Barat. Negara-negara non-Barat juga dapat melakukan upaya penyeimbangan kekuatan Barat melalui modernisasi, mengembangkan ekonomi dan kekuatan militernya serta bekerjasama dengan Barat dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakatnya. 1 S. P. Hungtington, The Clash of Civilzations? In: Lechner FJ, Boli J, editors. The globalization reader. 4th ed. West Sussex: Wiley-Blackwell;2012, Hal.37-44
  • 2. Teori ini memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi saat ini. Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya tengah berusaha melakukan modernisasi serta menjalinhubunganbaikdengannegara-negara Barat lainnya untuk menekan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengurangi dominasi tersebut di negaranya masing-masing. Samuel P. Huntington dan westernisasi Berbeda dengan delineasi wilayah yang diterapkan kebanyakan ilmuwan lainnya, Samuel P. Huntington, memandang “Barat” dari sisi afiliasi keagamaannya, misalnya Kristen mayoritas di Eropa Barat dan Amerika Utara menciptakan 6 peradaban (civilization) lain, termasuk Amerika Latin, Konghucu, Jepang, Islam, Hindu dan Slavia-Ortodoks yang ada di sana untuk “mengatur dunia.”2 Selainitu,Huntingtonmengklaimbahwasetelahberakhirnya perang dingin, politik dunia telah berpindahke satukekuasaan yangbarudi mana peradabannon-Barattidaklebih hanya‘penerima’yang dieksploitasiolehperadaban Barat, namun menjadi aktor penting yang bergabung dengan Barat untuk membentuk dan memindahkan (shape and move) sejarah dunia.3 Huntington meyakini bahwa ketika masa ideologi tersebut berakhir, dunia hanya akan kembali seperti semula yakni ditandai dengan munculnyakonflikbudayadi berbagai.Dalamtesisnya, diaberpendapatbahwapenyulutkonflikdi masa depan adalah garis budaya dan agama.4 Hal ini cukup masuk akal jika melihat apa yang terjadi di masa sekarang. Ketika kita melihat kejadian-kejadian di masa lalu, fenomena berkuasanya negara-negara Barat hingga kembali seperti semula (keadaan sebelumnya ketika dominasi kekuasaan tersebut tidak berpengaruh) seperti hanya berputar-putardanpadaakhirnyakembali dankembali lagi padakeadaansemula. Apa yang terjadi saat ini hamper sama dengan apa yang digambarkan oleh Huntington dalam gagasannya. Teori Edward Said tentang westernisasi Dalam Orientalismenya, Edward Said memandang westernisasi layaknya yang terjadi dalam proseskolonisasi, di manaadalahsebuahpelatihandari esensialisasi sebuah“ras subjek” (an exercise of 2James Graham, Samuel P. Huntington's Clash of Civilizations, http://www.historyorb.com/world/clashofcivilizations.php Diakses pada 7 Desember 2014 pukul 22:22 WIB. 3 S. Murden, Cultures in world affairs. dalamBaylis J, Smith S, Owens P, ed., The Globalization of World Politics. 5th ed. New York: Oxford University Press,2011, hal.416-426. 4 Rashad Mehbaliyev, Civilization, Their Nature and Clash Possibilities, http://www.slideshare.net/mehbaliyev/rashad-mehbaliyev-civilizations-their-nature-and-clash-possibilities Diakses pada 7 Desember 2014 pukul 22:32 WIB
  • 3. essentializing a “subject race”) agar dapat mendominasi mereka secara lebih efektif. Arthur Balfour, Perdana Menteri Inggris dari tahun 1902-1905, menganggap kebangkitan nasionalisme di Mesir pada akhirabad ke-19 sebagai kontraproduktif dengansistem “baikhati”(benevolent)dari sistempengaturan kerja.Balfour,dalamargumennyamendukung pemerintahrakyatMesirdenganmenarik sebagian besar “pemahaman” Inggris dalam peradaban Mesir. Mengenai klaim ini, Said mengatakan, “Balfour mengartikan survei sebuah peradaban mulai dari asal-usulnya hingga ke induknya. Objek tersebut secara inheren rentan terhadap pengawasan dan pengetahuan akan hal tersebut sendiri hanya digunakan untukmendominasinyalebihdalam.“Tindakanmengklaimpengetahuan koherenmasyarakat berlaku objektif dan masih dalam marginalisasi yang membuat orang-orang yang diklasifikasikan ke dalamperlombaan tersebutsebagai‘di mana-manahampirsama.’”Dengandemikian, “Barat”bertindak sebagai konstruksi yang sama seperti halnya “oriental.” Maksudnya, Barat hanya diartikan sebagai “orang Amerika”atau“orang Eropa” sebagaimanahalnyaoriental di artikan sebagai “orang China” atau “orang Asia” dan semacamnya.