SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 23
Sejarah Periklanan di Dunia & DI Indonesia
SEJARAH PERIKLANAN DUNIA
Masa sebelum ditemukannya mesin cetak
Pesan komersial dan publikasi kampanye politik sudah ditemukan dalam reruntuhan
bangsa Arab kuno. Orang-orang mesir menggunakan papyrus untuk membuat
pengumuman mengenai barang-barang yang di jual dan membuat poster yang ditempelkan
di dindng, saat iklan mengenai ‘lost and found’ mulai marak di Yunani dan Romawi kuno.
Lukisan dinding dan batu untuk iklan komersial merupakan manifestasi lain dari bentuk
periklanan kuno, dimana hal itu menunjukkan kehadiran iklan masa lalu di bagian Asia,
Afrika, dan Amerika Selatan.
Para arkeolog meyakini, advertising sudah ada sejak zaman dulu. Advertising
dilakukan dalam berbagai bentuk “mempublikasikan” berbagai peristiwa (event) dan
tawaran (offers). Metode iklan pertama yang dilakukan oleh manusia sangat sederhana.
Pemilik barang yang ingin menjual barangnya akan berteriak di gerbang kota menawarkan
barangnya pada pengunjung yang masuk ke kota tersebut. Iklan sudah dikenal manusia
dalam bentuk pesan berantai (word of mouth) yang bentuknya pengumuman-pengmuman.
Pesan berantai itu disampaikan dari mulut ke mulut untuk membantu kelancaran proses
jual-beli.
Pesan iklan dalam bentuk tertulis mulai ditemukan pada masa Babylonia 3000 SM
berupa kepingan tanah liat (clay tablet) bertuliskan prasasti tentang dealer salep (ointment
dealer), juru tulis (scribe) dan pembuat sepatu.
Peninggalan Mesir dan Yunani Kuno berupa pengumuman-pengumuman di dinding
dan naskah di daun papirus, memberikan pengumuman tentang datangnya kapal pembawa
anggur, rempah-rempah, logam, barang-barang dagangan baru, acara-acara (pertarungan
gladiator) yang bakal digelar, budak yang lari dari tuannya. Orang-orang Roma mengecat
dinding untuk mengumumkan perkelahian gladiator. Iklan pada jaman ini hanya berupa
surat edaran. Karena masih banyak yang buta huruf, pengumuman-pengumuman itu
dibacakan oleh tukang teriak (town crier) yang biasa didampingi pemain musik.
Terakota Yunani dan Romawi Kuno sudah digunakan untuk mengumumkan lost &
found. Di reruntuhan kota Pompeii terdapat tanda-tanda di terakota yang mengiklankan apa
ynag dijual di toko : danging sapi (row of hams), sapi penghasil susu, kulit untuk sepatu.
Disaping itu juga ditemukan bukti-bukti adanya pesan-pesan politik.
Orang-orang Ponosea melukis gambar untuk mempromosikan perangkat keras
mereka di batu-batu besar di sepanjang jalur parade. Di Pompei misalkan, banyak lukisan
seorang tokoh politisi dan meminta dukungan suara dari masyarakat. Di Perancis, traditional
advertising sudah marak tahun 550 Sebelum Masehi untuk mengiklankan kaum negro
sebagai budak.
Pada zaman Julius Caesar di eropa banyak toko dan penginapan yang sudah pakai
tanda, papan nama, atau simbol, untuk membantu mereka yang buta huruf. Misalnya
penginapan dengan simbol Man in The Moon, Three Squirrels, Hole in The Wall.
Untuk ribuan tahun-tahun awal, orang beriklan untuk mempromosikan dua hal,
tempat dan jasa. Iklan di bawah ini adalah contoh pertama. Begitu juga plang di depan kedai
minum dan penginapan (taverns and inns)

Masa setelah ditemukannya mesin cetak
Penemuan mesin cetak Gutenberg 1450 meningkatkan angka melek huruf sehingga
merangsang orang untuk berbisnis iklan. Periklanan jadi bisnis massal. Bentuk awalnya
berupa poster,handbill (selebaran), dan iklan baris (classified) di surat kabar.
1472 William Caxton di London mencetak iklan berbahasa Inggris pertama berupa
selebaran (handbill) berisi tuntunan keagamaan tentang perayaan paskah (rules for the
guidance of the clergy at easter). Versi lain mengatakan iklannya berupa penjualan injil
(prayer book). Awal abad 16 dan 17 yang banyak ditampilkan adalah iklan tentang budak
belian, kuda buku, obat.
Sebagai bentuk printed advertising, periklanan berkembang di awal abad 15-16.
Beberapa waktu kemudian mulai muncul metode iklan dengan tulisan tangan dan dicetak di
kertas besar yang berkembang di Inggris. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan
pada Imperial Intelligencer Maret 1648.
Pada tahun 1622 Surat kabar terbit di Inggris terbit untuk pertama kalinya,The
Weekly News kemudian disusul The Tattler yang terbit tahun 1709 dan The Spectator yang
terbit pada 1711. Ketiga Koran ini merupakan media cetak yang membawa lembaran iklan
secara piggy-back.
Pada tahun 1655 istilah iklan (advertisement) muncul pertama kali dalam injil untuk
menunjuk istilah “peringatan”/“pemberitahuan” (warning/ notification).
Pada tahun 1660 mulai istilah itu dipaka untuk keperluan informasi komersial
(commercial information), khususnya oleh para saudagar toko.Pesan-pesan iklan lama
kehalaman semakin simple dan inovatif sejak tahun 1700 dan 1800-an.
Pada tahun 1690 lahir Public Occurencs Both Foreign and Dometic, Koran (tidak
harian) pertama di Amerika hanya membuat satu berita (issue).
Periklanan secara nyata mulai menunjukkan kemajuan di awal abad 17 di Inggris
untuk mempromosikan buku dan Koran yang mulai berkembang.Pada abad ke-17 di Inggris,
pesan-pesan komersial masih berbentuk poster atau selebaran lepas yang dikirim dalam
lipatan surat kabar. Produk yang paling banyak diiklankan pada masa ini adalah buku dan
obat-obatan.
Pada tahun 1704 Boston Newsletter, koan AS pertama yang muat iklan, berupa
tawaran hadiah bagi yang bisa menangkap pencuri baju.
Iklan-iklan media cetak pada abad 18 umumnya ditunjukan pada sasaran pembaca di
Eropa yang menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yang menantang untuk masa depan
di Amerika. Salah satunya iklan ada tanah 150 ha di Philadelphia.
Pada tahun 1729 Iklan pertama di surat kabar “ Pennysilvania Gazette” yang terbit di
Amerika Serikat. Amerika waktu itu masih menjadi wilayah jajahan Inggris, dan surat kabar
yang didirikan oleh Benjamin Franklin itu berhasil mencapai tiras tertinggi serta pendapatan
iklan terbesar pada masanya.
Pada tahun 1740 poster cetak outdoor pertama muncul di London (disebut
“hoarding”).
Pada tahun 1776 muncul iklan proklamasi kemerdekaan AS di Pennsylvania Evening
Post and Daily Advertiser, Koran yang terbit secara harian pertama di AS.
Ketika aktivitas perekonomian mulai meningkat diberbagai penjuru dunia, di abad
18-an, di Amerika Serikat, periklanan mulai mendapat perhatian besar. Beberapa toko di
Eropa mulai berfungsi sebagai agen yang mengumpulkan iklan untuk surat kabar.
Sangat boleh jadi Sears catalog menjadi inspirasi bagi lahirnya iklan display di media
cetak. Sears adalah pelopor rantai toko (chain stores) di A.S yang kemudian berkembang
menjadi department stores. Kehadiran Sears yang menjual berbagai barang secara lengkap
menggantikan toko-toko serupa berskala kecil yang pada waktu itu disebut dengan
mercantile.
Untuk memudahkan pelanggan, karena pada masa itu transportasi masih terbatas,
Sears menerbitkan katalog tentang semua barang yang dijual dan para langganan dapat
memesan melalui pos (mail order). Setiap barang yang ditawarkan ditampilkan secara
menarik dengan foto-foto dan gambar-gambar yang atraktif. Begitu populernya Sears
Catalog di masa lalu, sampai-sampai ia disebut sebagai Injil Petani (Farmers Bible)
Tampilan dan peragaan produk seperti di Sears Catalog itulah yang kemudian
dijumpai di berbagai surat kabar dan majalah di Amerika Serikat, serta kemudian menyebar
ke seluruh dunia. Di masa kini penampilan seperti itu sering disebut sebagai display
advertising (iklan komersial)
Pada abad ke-19 mulai dikenal pembelian ruang iklan melalui agen perseorangan
(menyalurkan lagi ke perusahaan periklanan). Pada masa dinasti Edo di Jepang, awal abad19 selebaran yang didistribusikan bersama surat kabar juga banyak membawa pesan-pesan
komersial, khususnya tentang obat-obatan.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai bergerak pesat pada awal abad ke-19
akhirnya memicu hadirnya iklan di surat kabar amerika Serikat, beberapa surat kabar mulai
memuat pesan-pesan singkat tentang produk, tampil dengan huruf-huruf kecil di dalam
kotak, di antara berita dan Tulsan lain. Iklan yang saat ini disebut sebagai classified
advertisement ini mempromosikan berbagai jenis barang dan jasa.
Pada tahun 1841 Volney Palmer, “orang iklan” (adman) masa-masa awal, bertindak
sebagai media broker / agen, mendapat komisi dari pemasangan iklan di media (media
placement). Palmer mendirikan Agensi Periklanan pertama oleh Volney Palmer di Boston.
Pada waktu itu, agensi periklanannya masih sebatas perantara pemasar dengan pihak surat
kabar sebagai penerbit iklan
Pada tahun 1844 muncul iklan majalah pertama di majalah Southern Messenger
dengan editornya Edgar Allan Poe (pengarang Tarzan). Majalah-majalah iklan periode awal
yang masih terbit sampai sekarang adalah Cosmopolitan, ladies Home Journal, ReadeR’s
Digest.
Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di surat kabar.
Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur.
Pada tahun 1864 periklanan berkembang seiring perkembangan pers yang juga
ditandai berkembangnya perusahaan periklanan dengan fungsi sederhana.
Pada tahun 1871 Charles bates membuat biro iklan professional pertama kali.
Pada tahun 1875 di Philadelpia, dibuat agensi periklanan yang lebih multi fungsi.
Dalam periode ini pula wanita mulai mengambil porsi. Baik sabagai tenaga periklanan,
maupun sebagai image produk iklan. Penggunaan “wanita” sebagai daya tarik, pertama kali
dipakai dalam iklan sabun mandi.
Pada tahun 1880 John Power, penulis naskah iklan (copywriter) pertama
Setelah 1880an, perusahaan periklanan meningkatkan fungsi dengan menawarkan
konsultasi dan jasa periklanan lain
Pada tahun 1891 J Walter Thompson, Account Executive pertama.
Pada tahun 1920 KDKA stasiun radio pertama di dunia lahir di Pittsburgh. Saat radio
siaran mulai mengudara di tahun 1920-an, periklanan di radio pun mulai marak walaupun
secara teknis dan daya tarik, tidak seperti yang kita nikmati saat ini. Sponsorsif saat itu lebih
banyak dikuasai satu orang/pihak. Misalnya, sponsorsif suatu radio, dikuasai satu bisnisman.
Dengan kata lain, space iklan digunakan sendiri. Tapi seiring dengan tingginya persaingan,
kondisi ini berangsur-angsur berubah.
Pada tahun 1922 Iklan pertama di radio duniaWEAF, New York.
Pada tahun 1939 NBC, stasiun tv pertama.
Periklanan masuk dunia televisi di awal tahun 1940an. Iklannya bisa berupa
commercial atau public advertising
Pada tahun 1941 Iklan televisi hitam/putih pertama di New York, Amerika Serikat
mengiklankan Arloji Bulova dengan harga spot US $ 9.
poster film tahun 1950
Pada tahun 1954 Iklan televisi berwarna pertama ditayangkan. Mengiklankan Castro
Decorate, New York.
Pada peralihan menuju abad ke-20, sistem manajemen periklanan modern seperti
posisi manajer iklan mulai diterapkan
Advertising modern sendiri yang mulai berkembang tahun 1960an, jauh berbeda
dengan advertising masa lampau. Pada tahun ini, periklanan menemukan bentuknya yang
modern dengan karya-karya kreatif yang menakjubkan. Perintis iklan dengan landasan karya
kreatif yang digarap secara apik ini dipelopori oleh seri iklan mobil kodok volkswagen yang
menampilkan judul-judul seperti “Think Small“ dan “ Lemon.“ Iklan-iklan Volkswagen inilah
yang meletakkan dasar positioning dan uniqe salling proposition (USP) dalam periklanan
yang masih dipegang hingga kini. Konsep ini mengikat (associate) setiap brand dengan satu
sspesific idea yang khas yang menancap di benak konsumen.
Di akhir 1980 dan awal 1990 memperlihatkan kemunculanTv Kabel dan MTV, sebagai
bagian darinya. Sebagai Pionir dalam konsep musik-video, Pelayanan MTV merupakan
sebuah tipe periklanan yang baru. Konsumen lebih menyimak pesan yang diiklankan MTV
dibandingkan dengan membeli setelah mendapat informasi dari media lain. Saat tv kabel
dan tv satelit mengalami peningkatan secara umum, beberapa saluran berada di posisi
puncak, termasuk saluran yang seluruh durasinya berisi iklan seperti QVC, Home Shopping
Network, dan Shop Tv.
Pemasaran melelui internet membuka batas baru bagi periklanan dan memberikan
kontribusi pada ‘boomingnya’ “dot-com” tahun 1990. Seluruh perusahaan terus beroperasi
semata-mata dalam bidang periklanan, dan menawarkan segalanya untuk kupon
berlangganan internet gratis. Memasuki abad ke-21 sejumlah website, termasuk ‘mesin
pencarian google’ memulai perubahan dalam dunia periklanan on-line dengan
mengekspansi relevansi kontekstual, tidak menonjolkan iklan dibandingkan dengan
pemberian bantuan dan lebih utama ketimbang membanjiri konsumen dengan brosur. Hal
ini menandai kebangkitan dari upaya untuk meningkatkan trend periklanan interaktif.
Pemasaran melalui internet membuka batas baru bagi periklanan dan memberikan
kontribusi pada ‘boomingnya’ “dot-com” tahun 1990. Seluruh perusahaan terus beroperasi
semata-mata dalam bidang periklanan, dan menawarkan segalanya untuk kupon
berlangganan internet gratis. Memasuki abad ke-21 sejumlah website, termasuk ‘mesin
pencarian google’ memulai perubahan dalam dunia periklanan on-line dengan
mengekspansi relevansi kontekstual, tidak menonjolkan iklan dibandingkan dengan
pemberian bantuan dan lebih utama ketimbang membanjiri konsumen dengan brosur. Hal
ini menandai kebangkitan dari upaya untuk meningkatkan trend periklanan interaktif.
Penyebaran pesan melalui iklan, secara relatif menelan biaya dari GDP sehingga
menyeebabkan perubahan yang cukup signifikan dalam pemilihan media. Di Amerika
misalnya, pada tahun 1925 media iklan yang utama adalah surat kabar., majalah, nyala
lampu trem,dan poster-poeter. Advertising menghabiskan anggaran sekitar 2,9% dari GDP.
Sejak 1998, televisi dan radio menjadi media perikanan yang utama dan menghabiskan dana
dari GDP yang lebih rendah, sekitar 2,4%.
Dilihat dari tujuan, penyajian sampai ke anggaran yang dibelanjakan iklan mengalami
kemajuan yang sangat pesat.
Saat ini terdapat Perusahaan Periklanan Terbesar Di Dunia, perusahaan tersebut adalah:
1. WPP Group plc (UK)
2. Omnicom Group Inc. (US)
3. The Interpublic Group of Companies, Inc. (US)
4. Publicis Groupe S.A. (FR)
Urutan largest in term of billing dan besarnya network saling kejar-mengejar. Jadi
mungkin tahun ini WPP, tahun depan Omnicom tahun depan berganti lagi antara 3
conglomerate. Sedang Publicis menempati posisi ke empat.
Masing-masing mempunyai perusahaan

dengan berbagai expertise di bidang

komunikasi, Advertising Agency, Media Service, Marketing Branding Strategy, PR, CRM,
Corporate ID/Brand, Direct Marketing, Event, Sales Promotion, you name it.
Anak-anak perusahaannya di tiap-tiap grup yang ada di Indonesia tidak diketahui pasti
kecuali WPP, tapi jika diperkirakan, petanya seperti berikut ini:
→ WPP Group plc : Bates, Young & Rubicam, J Walter Thompson(JWT), Landor Associates,
Ogilvy & Mather Group (termasuk One, PR, Interactive dll), MindShare etc
→ Omnicom Group Inc. : BBDO Worldwide, DDB Worldwide, TBWA Worldwide
→ The Interpublic Group of Companies, Inc. : McCann-Erickson World Group, FCB Group,
Lowe & Partners Worldwide
→ Publicis Groupe S.A. : Publicis Worldwide, Leo Burnett Worldwide, Saatchi & Saatchi
Worldwide, Fallon Worldwide and 49%-owned Bartle Bogle Hegarty (BBH), Starcom
MediaVest Group, ZenithOptimedia.
Khusus untuk WPP, dari direktori di websitenya di dapat perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang termasuk dalam grup ini:
1. Bates Asia – Indonesia
2. Dentsu, Young & Rubicam – Jakarta, Matari-Dentsu Young & Rubicam
3. J Walter Thompson – Jakarta, Adforce
4. Landor Associates – Jakarta
5. Maximize – Jakarta
6. Mediaedgecia – Indonesia
7. MindShare – Jakarta
8. Motivator – Jakarta
9. Ogilvy & Mather – Jakarta, Ogilvy & Mather
10. Ogilvy & Mather – Jakarta, Ogilvy Public Relations Worldwide
11. Ogilvy & Mather – Jakarta, OgilvyOne worldwide
12. Ogilvy Public Relations Worldwide – Jakarta
13. OgilvyInteractive – Jakarta, OgilvyInteractive
Tahun 2004 biaya permasangan iklan di Amerika Serikat mencapai sekitar $212
miliar. Sementara belanja iklan di seluruh dunia mencapai lebih dari $414 miliar. Sebuah
angka yang luar biasa besar. Sementara accounting firm Pricewaterhouse Coopers
menyebutkan, tahun 2010, belanja iklan seluruh dunia akan mencapai lebih dari setengah
triliun dolar Amerika Serikat.
Pemasangan iklan saat ini, banyak dilakukan berbagai macam organisasi nirlaba,
profesi, pemerintahan dan badan social. Bahkan pembelanja iklan terbesar ke 25 adalah
pemerintah Amerika Serikat.
Saat ini, inovasi dunia periklanan semakin berkembang pesat dengan menggunakan
metode pendekatan yang tidak biasa, seperti mendirikan panggung di area public, memberi
hadiah mobil dalam mempromosikan brand tertentu, dan mengadakan promosi interaktif
dimana konsumen bisa merespon dan menjadi bagian saat promosi berlangsung. Hal ini
memberi gambaran perkembangan trend periklanan interaktif melalui penempatan produk,
voting melalui SMS dan berbagai inovasi lainnya yang menggunakan jaringan internet,
seperti MySpace dan media telekomunikasi mutakhir lainnya.

2.3 Legenda Periklanan Dunia
Berikut ini nama-nama beberapa tokoh yang menjadi legenda periklanan dunia
selain volney palmer:
Leo Burnett
Leo Burnett Agency, Chicago
Mendirikan biro iklan di Chicago. Filosofi biro iklannya adalah “Gapailah ketinggian,
karena dengan cara itu kita tidak akan mengejar segenggam lumpur”. Prinsipnya yang paling
terkenal adalah “Ide Besar”. Menurutnya setiap kampanye harus mengandung ide yang
Akan bertahan selama bertahun-tahun dan memisahkannya dengan hal yang lain. Beberapa
karya

periklanan

Burnett

bersumber

pada

nilai-nilai

kemanusiaan

universal.

Rooser Reeves (1910-1984)
Ted Bates & Co, New York
Tokoh periklanan pada tahun 1950-an di biro iklan Ted Bates New York. Ia
menerbitkan buku “Reality in Advertising” di tahun 1961 semasa aktif di Ted Bates dan
menjadi best-seller. Teorinya yang paling terkenal di dalam periklanan adalah USP atau
biasa disebut “ Unique Selling Proposition“ dan mengantarkan Rosser Reeves menjadi
terkenal di bidang periklanan. Ia menggambarkan USP di (dalam) tiga komponen yang
mengedepankan prinsip dari teknik menjual agresif. Menurutnya tugas iklan adalah
memasukkan merek sebanyak mungkin kedalam kotak mental, dengan cara menjual ciri
khas dari produk tersebut.

Bill Bernbach (1911-1982)
Doyle Dane Bernbach, New York
” Aku memperingatkan kamu untuk melawan terhadap kepercayaan bahwa iklan
adalah suatu ilmu pengetahuan ” Bernbach memimpin revolusi periklanan pada dekade
1960-an dan menjadikannya salah satu kekuatan kreatif paling berpengaruh di dalam
sejarah periklanan. Di biro iklan Doyle Dane Bernbach (DDB) New York, ia mempelopori
iklan yang dibuat lebih jenaka, lebih cerdas dan kadang sangat tidak sopan.
Ia adalah seorang Adman yang banyak mengilhami orang lain. Setelah kematian
Bernbach pada Oktober 1982, prinsipnya berdampak lebih besar pada kultur Amerika
dibanding para Adman lain yang telah lahir 133 tahun sebelumnya” 16 tahun kemudian,
Dampak Bernbach berlanjut dan tidak berkurang. Ia dianugrahi daftar kehormatan Iklan
abad 20 sebagai orang yang paling berpengaruh dalam periklanan. Pengaruhnya masih
hidup dan relevan untuk membantu memberi petunjuk untuk industri periklanan sampai
abad 21.
Bagi penulis naskah dan pengarah seni muda yang masih berkembang harus
mempelajari kampanye klasik Bernbach karena banyak dari apa yang diyakininya telah
menjadi “hukum kreatif” bagi orang-orang iklan.
Prinsipnya yang palig terkenal adalah menempatkan iklan sebagai sebuah seni bukan
ilmu pengetahuan.” Iklan bukan suatu ilmu pengetahuan, Iklan adalah bujukan. Dan bujukan
adalah suatu seni.” – Bill Bernbach

David Ogilvy (1911-1999)
Ogilvy & Mather Worldwide, New York
Ogilvy adalah Adman yang terkenal di dunia. Ia adalah raksasa di dalam bisnis
periklanan selain nama besar Bill Bernbach, Leo Burnett, Ted Bates, Rosser Reeves dan
raksasa periklanan lain dalam bisnis itu.
Pesaingnya Ed Ney, yang memimpin Young & Rubicam mengatakan: “Ia mahluk
cerdas yang sangat Kompetitif. Ia membawa gaya kepada bisnis periklanan. Bernbach OK,
tetapi David adalah terbaik dari yang terbaik” Di tahun 1975, dia disebut sebagai “ahli sihir
yang paling dicari di dalam industri periklanan.”
David menjadikan bisnis periklanan sangat menarik dan mengundang banyak orang
cerdas kedalamnya. Bukunya Confessions of an Advertising Man adalah buku paling laris
yang diterbitkannya di tahun 1962, dan diterbitkan kembali di inggris lebih dari 40 tahun
kemudian. Buku itu telah mempengaruhi pandangan dari banyak orang tentang bisnis
periklanan.
Pendiri biro iklan Ogilvy & Mather ini filosofinya banyak didasarkan pada hasil riset.
Prinsipnya yang paling kontroversial dan jadi perdebatan adalah “tidak seorangpun akan
membeli sesuatu dari seorang pelawak atau komedian dan bahwa tulisan putih di atas latar
belakang hitam akan sulit dibaca”. Namun prinsipnya bahwa “konsumen itu bukan orang
yang bodoh, ia adalah istri anda” merupakan prinsip yang sulit terbantahkan.

John Hegarty
Bartle Bogle Hegarty, New York
Menciptakan kampanye iklan legendaris : levis, lego, audi John yang bertubuh mungil
dan ceking, bersama teman-temannya mendirikan BBH di tahun 1982 dan semenjak saat itu
merebut serangkaian penghargaan kreatif. Menurutnya untuk membuat iklan yang baik
craftsmanship merupakan hal yang penting karena saat ini kita hidup di budaya visual.
Orang lebih peduli pada pencitraan dibanding masa sebelumnya. Cara kita berbusana,
dalam hal yang kita kerjakan, bahkan makan. Semuanya bersifat visually driven. Orang
mengambil keputusan berdasarkan visual.
Pakar periklanan Amerika ini juga menyebutkan, globalisasi membuat produk-produk
memiliki kualitas yang hampir serupa. Sekarang industri lebih banyak bersaing dengan
menyentuh emosi dan gengsi konsumen. Hegarty mengatakan, saat ini konsumen membeli
barang bukan karena keunggulannya tapi karena produk tersebut membuat sang konsumen
percaya, merasa yakin, dan jatuh cinta. Itulah yang disebut dengan Emotional Selling
Proposition

Jean Marie Dru
TBWA Worldwide
Disturbtion

adalah

pendekatan

revolusioner

terhadap

periklanan

yang

dikembangkan oleh Jean Marie Dru dari biro iklan TBWA Worldwide. Ia mengatakan jika
perusahaan tidak menciptakan perubahan maka perubahanlah yang akan menciptakan
mereka. Dru percaya bahwa iklan harus mengganggu kenormalan yang dapat diprediksi,
sehingga dapat masuk ke dalam koteks yang sama sekali baru

Jay Chiat
Chiat/Day, California
Pendiri biro iklan Chiat/Day yang sangat berpengaruh di California, dan berhasil
mengangkat derajat biro iklan yang tidak berlokasi di Madison Avenue.
Jay adalah sosok yang mempesona, menghebohkan dan memiliki daya juang tinggi.
Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah “How big can we get, before we get bad ?”.

SEJARAH PERIKLANAN INDONESIA
Berawal dari Gerobak Sapi
Pada tahun 1930an, banyak poster dan papan reklame ditempel pada panel samping
gerobak sapi yang hilir mudik mengangkut barang. Pada masa itu, kebanyakan papan
reklame dicetak diatas lembar plat seng atau logam yang cukup tebal. Banyak pula yang
dilapis enamel agar tahan lama. Setelah tahun 1948, ketika bahan ”ajaib” yang bernama
scothlite ditemukan banyak pula papan reklame yang menggunakan scothlite tadi karena
mampu memantulkan cahaya dengan efek mengagumkan. Plat-plat seng reklame itu kini
merupakan kolekters item yang berharga di pasar benda-benda antik. Ketika itu, produk
yang paling banyak diiklankan melalui media luar ruang bergerak (moving outdoor media)
antara lain adalah produk-produk ban sepeda dari goodyear dan michelin, produk sabun
dan tapal lidi dari unilever, limun (soda pop) merek regional, dan produk rokok dari berbagai
produsen, termasuk cerutu impor. Media opportunity pada waktu itu memang sangat
terbatas, tetapi orang-orang periklanan sudah sangat kreatif menggunakan setiap peluang
yang ada-termasuk media tradisional.
Belum terbayangkan ketika itu bahwa jauh di kemudian hari kreativitas iklan telah
melahirkan berbagai media untuk menempatkan iklan diluar ruang. Transit advertising telah
menjadi sub bisnis besar dalam periklanan. Sisi-sisi bus dan kendaraan umum dipasangan
panel iklan, atau spanduk yang ditarik pesawat terbang rendah, bahkan penutup velg roda
(hubcaps) maupun lampung punggung taksi. Tetapi, gajah di thailand yang sejak dulu sering
”ditempeli” papan iklan, sampai di zaman modern ini pun masih menjadi media iklan yang
efektif. Surat kabar, tentu saja, merupakan media yang juga populer di indonesia sejak
pertengahan awal abad ke 19. tetapi, berdasarkan kriteria umumnya sebetulnya iklan surat
kabar sudah hadir di indonesia sejak tahun 1621 ketika gubernur jenderal Jan Pieterszon
Con (1619-1629) menerbitkan Memorie De Nouvelles pamflet informasi semacam surat
kabar yang memuat berbagai berita dari pemerintah hindia belanda, khususnya yang
menyangkut mutasi dan promosi para pejabat penting di kawasan ini. Pamflet ini berupa
tulisan indah (silografi) yang diperbanyak dengan mesin cetak temuan Johannes Gutenberg
(1445).
Berita-berita yang dimuat itu sebetulnya merupakan iklan karena pemuatannya di
Memorie De Nouvelles sepenuhnya di biayai oleh pemerintah hindia belanda. Sekalipun
sangat berbau perbenturan kepentingan (conflict of interest, bahasa masa kini = KKN),
tetapi sang gubernur jenderal Con adalah juga penerbit media itu dan sekaligus memiliki
reclame Bureau yang megatur pemuatan ”berita di pamflet itu”. Con juga memakai
Memorie de Nouvelles untuk memuat ”berita dengan pesan khusus ” untuk melemahkan
daya saing peniaga portugis di kawasan maluku. Tentu saja, ada VOC dibelakang siasat
perang dagang itu. Pada tahun 1744, terbitlah surat kabar pertama yang memakai teknologi
cetak tinggi, dengan (plat cetak dari timah) di nusantara. Namanya : Bataviaasche Nouvelles.
Tetapi, surat kabar yang juga disponsori oleh pemerintah hindia belanda pada masa
gubernur Jenderal Gustaav Willem Baron Van Imhovv itupun sebetulnya lebih merupakan
lembaran iklan karena memang lebih banyak menampilkan iklan dan dibiayai hampir
sepenuhnya oleh pendapatan iklan pula. Maklum, surat kabar pada waktu itu hanya bertiras
paling banyak hanya 2500 eks. Sehingga penghasilan sirkulasinya tentulah sangat sedikit.
Dari berbagai surat kabar yang terbit di jakarta, bandung, semarang, surabaya,
makasar, manado, dan medan pada pertengahan abad ke 19, dapat dilihat hadirnya
berbagai iklan barang dan jasa yang memenuhi halaman-halaman media cetak. Beberapa
nama koran besar di masa itu antara lain adalah: Bataviaasch Nieuwsblad, Nieuws van de
Dag, Java Bode (batavia), Preanger Bode (Bandung), De Locomotief (semarang, semula
Samarangsche Nieuws en Advertentieblad), Nieuwe Vorstenlanden (solo), Soerabaiasche
Courant (Surabaya, semula Oostpost), Makassararsche Courant (makasar), Tjahaja Siang
(manado), Sumatra Post (Medan), dan Soematra Bode (padang).
Selain itu, telah mulai hadir pula berbagai surat kabar dalam bahasa melayu
(sebelum kemudian menjadi bahasa indonesia sejak 1928.) surat kabar berbahasa melayu
yang populer pada masa itu antara lain adalah Medan Moeslimin, Medan Prijaji, Sinar de
Jawa, Sinar Terang, dan Soerat Kabar Minggoean. Kebijaksanaan kontrol informasi yang
diterapkan sangat ketat oleh pemerintah hindia belanda pun membuat surat kabar tidak
dapat menjalankan fungsinya secara penuh sebagai lembaga pemberita. Peran pers
indonesia sebagai alat politik baru muncul pada awal abad ke 20 seiring dengan kegerakkan
kebangkitan nasional dan lahirnya ordonasi pers yang mengatur pembredelan surat kabar.
Di zaman ”kuda gigit besi” itu, ikaln-iklan juga ramai diudarakan melalui radio,
diproyeksikan di gedung bioskop dan ditampilkan melalui pertunjukan keliling (mobil
propaganda) mirip tukang obat yang hingga kini masih banyak dijupai di berbagai kota kecil.
Iklan radio sebetulnya mash merupakan sebuah novelty pada awal bad ke-20 setelah radio
commercial pertama dikumandangkan oleh stasiun WEAV di New York City pada 28 Agustus
1922. Sebuah perusahaan real estate di Quinsboro membayar US $50 untuk penyuaran
pesan komersial selama 5 hari.
Adventertie poenza kaperloean soedah kentara , kerna advertentie perloenja boeat
perkenalken barang-barang dagangan kita ada publiek. Kaloe barang jang kita dagangken
tidak dikenal, bagaiman bisa dapatken pembeli
Liem Kha Tong
Sebelum iklan hadir di radio, pesan komersial sudah lebih dulu hadir melalui saluran
telepon. Pada tahun 193, perusahaan telepon di Hongaria ”menjual spot 12 detik di antara
musik dan berita yan dipanarkan lewat telepon dengan tarif sekitar US $0.50. Perusahaan
telepon AT&T di Amerika Serikat juga pada awal abad ke-20 menerima pesan-pesan
komersial yag dipancarkan melali cara call broadcasting ini.
Di Indonesia, radio sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Tidak lama setelah
Guglielmo Marconi menemukan gelombang suara dan mengembangkannya menjadi alat
komunikasi yang bernama radio telegrafik, dan keudian berkembang lagi menjadi pemancar
dan penerima gelombang radio. Radio Nederland WERELDOMROEP yang memancarkan
siarannya ke seluruh dunia sejak taun 1920-an. Merupakan pemancar yang paling digemari
kaum elite, khususnya orang-orang belanda di Indonesia pada waktu itu.
Akan tetapi, radio swasta baru muai hadir cikal bakalnya di Indonesia sejak akhir
tahun 1960-an, yitu sejak tumpasnya pemberontakan G30 S/PKI. Sebelumnya, di Indonesia
hanya dienal RRI yang telah mengudara sejak tahun 1945. RRI sendiri dapat dirunut
sejarahnya sejak stasiun radio bentukan pemerintah Hindia Belanda yang dikendalikan oleh
tentara pendudukan jepang.
Pada awalnya, beberapa mahasiswa di Bandung secara iseng-iseng mengudara
dengan pemancar sederhana berkekuatan rendah. Pada waktu itu mereka menyebutnya
sebaga radio amatir sebuah istilah yang salah kaprah kaena engertian amateur radio
menjeaskan kegiatan yang berbeda dengan teknologi radio dua arah.
Kata “amatir” disini agaknya dipakai sebagai antonym dari “professional.” Stasiunstasiun radio “amatir” ini meruakan bagian dari perlawanan politik kaum muda terhadap
sisa-sisa PKI. Sebelumnya, mereka juga telah melakukan perlawanan dengan membentuk
lascar dan batalyon, seperti LAskar Arif Rachman Hakim yang merupakan onderboue dari
KAMI. Maka, lahirlah radio ARH dan radio-radio semacam itu di Indonesia.
Gerakan itu dengan cepet menyebar ke Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.
Radio Prambors kini telah mengembangkan jejarinnya dengan beberapa anak perusahaan
stasiun radio yang masing-masing memiliki pasar khas di jalan Borobudur, Jakarta Pusat,
juga dapat dirunut sejarahnya pada periode itu.
Kehadiran radio-radio ”Amatir” itu segera mendapat lirikan para pengiklan yang
memang sedang membutuhkan media alternatif. Salah satu perintis pengguna radio
”amatir” di Indoesia sebagai media iklan adalah Ajino moto. Embanjirnya iklan di radio
kemudian meningkatkan profesionalisme para pengelola radio ”amatir” apalagi karena
pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan pemerintah no.55 tahun 1970 yang
ewajibkan semua stasiun radio siaran niaga dipayungi dalm wadah badan hukum berbentuk
PT. Sejak saat itu, istilah ”radio amatir” berubah menjadi ”radio siaran swasta niaga”.

Perusahaan Periklanan Perintis
Salah satu perusahaan consumer products yang aktif beriklan pada masa itu adalah
Unilever-amalgamasi perusahaan Margarine Union (Belanda) dan Lever Brothers (Inggris)yang sejak tahun 1933 telah membangun pabrik sabun di Bacherachtsgracht, Batavia
(sekarang Angke, Jakarta Barat). Setelah berdirinya pabrik sabun itu,Unilever juga
membangun pabrik margarin. Sebelumnya, produk-produk Unilever diimpor langsung dari
Negeri Belanda. Hadirnya Unilever juga kemudian membawa masuknya cikal bakal Lintas
(singkatan dari Lever International Advertising Services) ke Nusantara. Semula, Lintas adalah
divisi periklanan dari Lever Brothers, sebelum kemudian berdiri sendiri menjadi perusahaan
periklanan independen. Apa yang dilakukan Lintas yang berlogo bola dunia pada masa-masa
awal itu sebetulnya tidak lain adalah melakukan adaptasi bentuk-bentuk iklan yang telah
mereka luncurkan terhadap produk-produk serupa di bagian dunia lainnya, serta melakukan
media placement. Perlu dicatat bahwa Lintas pada saat itu sudah memiliki keberanian
membuat iklan dalam bahasa daerah. Misalnya, iklan Margarine Blue Band dalam bahasa
Sunda memakai judul ”Pamoeda Sehat… Rajat Kiat” (Pemuda Sehat…Rakyat Kuat), dengan
tagline ”Blue Band Mengandoeng Seueur Vitamin” (Mengandung Banyak Vitamin).
”Model organisasi” seperti Lintas itulah yang agaknya kemudian ditiru oleh beberapa
usahawan di Batavia dan kota-kota besar Indonesia lainnya. Sebelum masa kemerdekaan
Republik Indonesia, beberapa perusahaan periklanan (ketika itu disebut reclamebureau atau
advertentiebureau) sudah beroperasi di Indonesia. Hingga masa pendudukan Jepang,
beberapa perusahaan periklanan ynag terkenal di Jakarta adalah, antara lain:
- A de la Mar, di Koningsplein (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara, dekat Istana Merdeka
- Aneta (sebagai bagian dari kantor berita bernama sama), di Passer Baroe (sekarang
Museum LKBN Antara di Jalan Antara)
- Globe, di Jalan Kali Besar Timur,
- IRAB (Indonesia Reclame en Advertentiebureau), semula berkantor di Molenvliet (sekarang
Jalan Hayam Wuruk), tetapi kemudian pindah ke Asem Reges (kemudian menjadi Sawah
Besar, sekarang Jalan KH Samanhudi),
- Preciosa, di Gang Secretarie (kantor Sekretariat Negara sekarang, Jalan Veteran IV ),
- Elite
Hampir semua perusahaan periklanan itu dipimpin oleh orang-orang Belanda,
kecuali IRAB dan Elite yang diselenggarakan oleh kaum Bumiputra. Pada masa pendudukan
Jepang, terjadi perubahan lanskap periklanan Indonesia. Karena banyak warga Belanda yang
mengungsi-sebagian lagi ditawan maka kondisi vakum itu diisi dengan munculnya berbagai
perusahaan periklanan baru milik kaum pribumi. Sayangnya, tidak cukup catatan tentang
kehadiran perusahaan periklanan yang dijalankan etnis Tionghoa. Padahal, dari mulut ke
mulut kita sering mendengar bukti-bukti peran mereka dalam perintisan periklanan
Indonesia. Yang jelas, etnis Tionghoa sangat berperan dalam menumbuhkan dunia
persuratkabaran di Indonesia, sehingga dengan demikian dapat dilihat pula keterlibatan
mereka dalam periklanan secara langsung maupun tidak. Sekalipun kebanyakan perusahaan
periklanan baru itu berukuran kecil, tetapi tercatat lima perusahaan periklanan yang
berskala cukup besar, yakni Elite, RAB, Korra, Pikat, Tandjoeng. Selama masa pendudukan
Jepang, merosotnya aktivitas ekonomi ikut mengkerdilkan dunia periklanan Indonesia.
Setelah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kepercayaan kepada Republik yang
muda ini tampak dengan kembali bergairahnya kehidupan perekonomian. Sayangnya,
kecenderungan itu tidak berlangsung lama karena Belanda mulai menggelar aksi militernya
terhadap Indonesia. Keadaan perekonomian pun redup kembali. Pemerintah Republik
Indonesia sempat hijrah ke Yogyakarta selama empat tahun. Keadaan ini berakhir setelah
dicapainya kesepakatan pengakuan kedaulatan dalam KMB pada akhir tahun 1949.
Kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Jakarta menandai kebangkitan baru
perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan nasional mulai bertumbuhan, seiring
dengan masuknya kembali beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan
Belanda yang semula mengungsi, pun kembali lagi melakukan usahanya. Salah satunya
adalah Unilever. Era baru itu juga disambut oleh Unilever dengan meluncurkan berbagai
produk baru. Dunia periklanan seakan berdarah kembali. Beberapa perusahaan periklanan
yang tercatat hadir di Jakarta pada masa itu antara lain adalah: Azeta, Contact, Cotecy, De
Unie, Elite, IRAB, Studi Berk, dan Titi. Pada awal dasawarsa 1950’an yang paling banyak
ditempatkan di dunia cetak adalah iklan obat-obatan. Sayangnya, menjamurnya iklan obatobatan itu tidak dibarengi dengan etika dan tanggung jawab para insan periklanan. Banyak
obat-obatan yang diiklankan itu sebetulnya diragukan manfaatnya, atau malah
membahayakan kesehatan penggunanya. Keadaan yang nyaris lepas kendali ini akhirnya
ditata dengan terbitnya ketentuan Menteri Kesehatan pada tahun 1954 yang mengatur
keharusan untuk mendapatkan lisensi manfaat dan keselamatan obat sebelum dipasarkan,
dan ketentuan agar iklan obat harus menjelaskan manfaat obat secara jelas.

Kebangkitan Asosiasi Periklanan Indonesia
Menurut catatan, pada tahun 1951, istilah periklanan pertama kali diperkenalkan
oleh seorang tokoh pers indonesia, Soedarjo Tjokrosisworo, untuk menggantikan istilah
reklame atau advertensi yang ke belanda-belandaan. Senapas dengan semangat kebangsaan
itu, sebuah biro reklame di bandung yang sebelumnya bernama Medium, juga mengubah
nama menjadi Balai Iklan. Atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang berdomisili
di Jakarta dan Bandung, pada awal September 1949 dilembagakan sebuah asosiasi bagi
perusaaan-perusahaan periklanan. Asosiasi ini diberi nama Bond van Reclamebureaux in
Indonesia atau dalam bahasa indonesia Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama
asosiasi yang masih menggunakan bahasa Belanda ini tidak lain karena mayoritas
anggotanya adalah memang perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang
Belanda.
Sebelas perusahaan periklanan tercatat sebagai anggota PBRI, yaitu: Budi Ksatria,
Contact, De Unie, F. Bodmer, Franklijn, Grafika, Life, Limas, Lintas, Rosada, dan Studio Berk.
Akan tetapi, kehadiran PBRI dianggap hanya mewakili perusahaan-perusahaan periklanan
besar khususnya yang dimiliki atau dikuasai oleh orang-orang Belanda. Perusahaanperusahaan periklanan kecil merasa bahwa aspirasi mereka tidak memukau jalan untuk
disampaikan ke dalam PBRI. Suasana seperti itu kemudian memicu lahirnya sebuah asosiasi
perusahaan periklanan nasional yang dimliki dan diawaki oleh orang-orang Indonesia.
Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) dibentuk pada tahun 1953, dan sertamerta menjadi
organisasi tandingan bagi PBRI. Tidak jelas mengapa semangat nasionalisme di dalam SBRN
tidak memunculkan istilah iklan yang sudah dikenal sejak dua tahun sebelumnya, dan masih
menggunakan istilah biro reklame yang berbau Belanda. Anggota SBRN yang tercatat adalah
13 perusahaan periklanan: Azeta, Elite, Garuda, IRAB, Kilat, Kusuma, Patriot, Pikat, Reka,
Lingga, Titi, dan Trio. Tidak semua perusahaan perilanan bersedia bergabung ke dalam
asosiasi. Contonya adalah Medium yang telah bertukar nama menjadi Balai Iklan. Ia memilih
untuk tidak bergabung dengan salah satu dari dua asosiasi tersebut. Tjetje Senaputra,
pemiliknya berdalih bahwa Balai Iklan tidak menangani iklan display dan karena itu tidak
menganggap perusahaan sebagai full-service agency. Balai Iklan memang mengkhususkan
diri pada iklan-iklan klasika berukuran kecil tentang lowongan kerja dan berita keluarga.
Ada pula dugaan bahwa terbentuknya SBRN diilhami oleh keterbelahan penerbit
surat kabar yang juga memiliki dua asosiasi, yaitu: Perserikatan Persuratkabaran Indonesia
(PPI), dan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), PPI merupakan kelanjutan dari Verenigde
Dagblad Pers di masa Hindia Belanda. Tentu saja keterbelahan perusahaan-perusahaan
periklanan itu membuat prihatin F. Berkhout, Ketua PBRI pada saat itu. Ia kemudian
menghubungi beberapa pimpinan SBRN dan mnawarkan dibentuknya fusi atau peleburan
dari kedua asosiasi tersebut. Bila tujuannya sama, mengapa harus memakai dua kendraan
yang justru menyulitkan pembinaan ke luar maupun ke dalam, di samping juga tidak
mencuatkan kesan persatuan.
Gagasan fusi itu tampaknya diterima secara umum oleh kedua belah pihak. Orangorang Belanda yang semula menguasai berbagai posisi dan fungsi di PBRI sepakat untuk
mengundurkan diri agar digantikan oleh orang-orang Indonesia. Tetapi fusi itu secara
organisatoris ternyata tidak pernah menjadi kenyataan. Dalam tubuh SBRN terjadi
perpecahan, sehingga semua anggotanya mengundurkan diri dan bergabung ke dalam PBRI.
Baru pada tahun 1956, melalui forum rapat umum anggota, secara aklamasi Muhammad
Napis dikukuhkan sebagai ketua PBRI. Pada tahun 1957, PBRI menyelenggarakan Kongres
Reklame seluruh Indonesia yang pertama. Dalam kongres tersebut, kata ”perserikatan”
diubah menjadi ”persatuan”.

Kelahiran Periklanan Modern Indonesia
Berbagai merk internasional mulai bermunculan di Indonesia dan dengan garangnya
berupaya meraup pangsa pasar sebesar-sebesarnya. Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film,
American Express, Citibank, adalah sebagian dari nama-nama besar yang mulai membanjiri
pasar Indonesia. Pada saat yang sama, muncul pula local brands yang dipicu oleh
kemudahan mendapatkan kredit penanaman modal dari lembaga-lembaga perbankan yang
juga sedang bertumbuh pesat. Salah satu sektor yang paling hidup pada dasawarsa 1970an
itu adalah industri farmasi dengan berbagai jenis obat baru yang diluncurkan pada saat itu
antara lain adalah Bodrex-obat sakit kepala yang populer hingga saat ini. Begitu populernya
nama Bodrex bahkan sampai dijadikan ikon jurnalistik Indonesia untuk menyebut wartawan
yang datang tak diundang.
Suasana baru di dunia usaha itu memicu berbagai kelahiran perusahaan periklanan.
Tentu saja, yang pertama kali muncul justru perusahaan-perusahaan periklanan yang secara
ilmiah terbawa oleh masuknya perusahaan multinasional ke Indonesia. Contohnya adalah
Olgilvy & Mather yang berkibar di Jakarta dengan nama IndoAd di bawah pimpinan Emir
Muchtar, karena hadirnya klien-klien O&M di Indonesia, seperti: American Express, dll.
Sebelumnya O&M lahir di Indonesia dengan nama SH Benson, kemudian berubah menjadi
Olgivy &Mather. Perubahan nama O&M menjadi IndoAd terkait Peraturan Menteri
Perdagangan pada tahun 1970 yang melarang perusahaan periklanan asing di Indonesia.
Contoh lain adalah McCann Erickson yang dibawa oleh Coca cola dan kemudian
mengibarkan bendera Perwanal Utama di bawah pimpinan Savrinus Suardi.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan nasional lama pun mendapat
angin dari transformasi ekonomi yang terjadi. Perusahaan itu antara lain: Bhineka yang
dipimpin oleh tokoh lama Muhammad Napis, dan InterVista yang dipimpin oleh Nuradi
seorang mantan diplomat yang beralih ke dunia periklanan. InterVista adalah sebuah
fenomena yang perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia, khususnya
karena Nuradi, pendirinya, dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. Setelah
Proklamasi kemerdeaan Indonesia, Nuradi diangkat menjadi pegawai Departemen Luar
Negri, Nuradi bertugas sebagai jurubahasa yang mendampingi Presiden Soekarno. Sebagai
karyawan Departemen Penerangan, tugas Nuradi adalah penyiar siaran bahasa Inggris di
RRI. Pada tahun 1950, Nuradi ditunjuk untuk menjalankan misi khusus Uni soviet, dan
kemudian menjadi anggota Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Markas Besar
Perserikatan Bangsa-bangsa di New York selama di Amerika Serikat, Nuradi juga sempat
menyelesaikan studi di Harvard University.
Perintis periklanan yang bernama Nuradi ini. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926.
Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan
formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas
Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (19491950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia
menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di Foreign Service Institute, US State
Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York
(1952-1954) dan menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University,
Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone
dan Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama
diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen
Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio
Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung
Karno, Bung Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian
penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri
Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet dan menjadi
anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri
telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk
kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri
pada tahun 1957, untuk bergabung dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura dan
Hongkong.
Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962
mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan
terbesar di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui
cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta (1963) dia mendirikan
perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd..
Pada awalnya, Nuradi hanya mengiklankan produk-produk milik ayahnya (Hotel
Tjipajung) dan kenalannya (PT Masayu, agen alat-alat berat). Ia juga membuat iklan untuk
usaha milik Judith Wawaruntu, sahabatnya yang secara timbal balik menjadi pembuat
gambar untuk iklan-iklan Intervista. Ketika menangani klien Lambretta, merek Scooter masa
lalu, Nuradi untuk pertama kali membuat slide untuk iklan di Bioskop. Terobosan ini
merupakan awal dari gebrakkan-gebrakkan Nuradi selanjutnya. Pada dasawarsa 1970an,
InterVista telah mampu membuat film iklan produksi dalam negri, bahkan memperkerjakan
seorang sutradara pribumi untuk menanganinya secara khusus. Tidak heran bila dalam
waktu singkat InterVista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar seperti, Indomilk,
Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran British American Tobacco, Vespa dan lain-lain.
Beberapa karya iklan InterVista di masa itu, selalu mengundang decak kagum dan menjadi
pengingat (mnemonic) dibenak masyarakat, misalnya: Ini Bir Baru, Ini Baru Bir (Anker),
Indomilk…..sedaaap, Makin Mesra dengan Mascot (rokok).
Awal dasawarsa 1970an juga ditandai oleh lahirnya berbagai perusahaan periklanan
ketika itu lebih umum disebut biro iklan seperti: Libelle pimpinan Yo Wijayakusumah,
Trinanda Chandra pimpinan Abdoel Moeid Chandra (juga pemilik radio swasta niaga dengan
nama sama), Prima Advera pimpinana Usamah, AdForce pimpinan Sjahrial Djalil, Fortune
pimpinan Indra Abidin bekerja sama dengan Mochtar Lubis, Hikmad & Chusen pimpianan H.
Hamid Moerni, Metro pimpinan Henry Saputra, Rama Perwira, dan lain-lain.

Berdirinya PPPI
Popularitas The Jakarta Admen Club bahkan melebihi organisasi resmi yang
sebetulnya lebih dulu terbentuk pada tahun 1972, yaitu Persatuan Perusahaan Periklanan
Indonesia (PPPI).
Seperti telah dikemukakan pada Bab 1, asosiasi perusahaan periklanan yang pertama
berdiri di Indonesia pada tahun 1949 dengan nama Bond van Reclame Bureaux in Indonesia
atau dalam bahasa Indonesia disebut Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama
resminya justru yang berbahasa Belanda, karena pada waktu itu sebagian besar pelaku di
industri periklanan adalah orang-orang Belanda maupun keturunan Belanda. Demikian juga
para pengurusnya adalah orang-orang belanda dan keturunannya. Baru setelah PBRI
diketuai oleh orang Indonesia, Muh.Napis,maka pada tahun 1957 diputuskan perhgantian
namanya resmi menjadi PBRI. Dengan nama baru itu juga dilekukan penyesuaian istilah dari
“perserikatan” menjadi “persatuan”.
Napis adalah seorang tokoh periklanan Indonesia yang ternyata berhasil memimpin
PBRI secara terus-menerus hingga memasuki dasawarsa 1970-an. Napis sendiri ternyata
sudah jenuh menjadi Ketua PBRI selama belasan tahun, dan menganggap bahwa situasi
seperti itu dapat mengarah kepada hal-hal yang tidak demokratis.
Pada tahun 1971, Napis menyelenggarakan referendum di antara anggota PBRI
untuk memilih ketua yang baru, di samping juga meminta usulan perubahan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, serta usulan perubahan kebijakan dan strategi. Namun,
ternyata referendum itu tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Napis tetap secara
aklamasi diterima sebagai ketua PBRI.
Pada tahun 1972, Pemerintah Republik Indonesia tiba-tiba merasa perlu untuk
mengatur industri periklanan. Harsono yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Jenderal
Pembinaan Pers dan Grafika (Dirjen PPG) Departemen penerangan, memprakarsai
diselenggarakannya

Seminar

Periklanan-forum

nasional

resmi

pertama

yang

diselenggarakan di Indonesia untuk membicarakan arah industri periklanan. Seminar ini
diseenggarakan di restoran Geliga, Jalan wahid Hasyim, Jakarta Pusat, dengan ketua
penyelenggaraan H.G. Rorimpandey, Ketua Umum Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) yang
ketika itu juga Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan.
(catatan penulis: sebetulnya, Christianto Wibisono yang ketika itu menjadi Direktur
Majalah Tempo pada tahun 1971 telah menyelenggarakan sebuah seminar periklanan untuk
mendiskusikan dalam menyikapi masuknya elemen asing ke dalam industri perikalanan
Industri Indonesia. Tetapi, lingkup seminar ini masih bersifat terbatas di tataran pelaksana
periklanan-bukan pengambil keputusan di tingkat asosiasi dan regulator).
Dalam kesempatan itu pemerintah menyatakan bahwa PBRI adalah satu-satunya
wadah perusahaan periklanan yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Pernyataan ini
tampaknya didorong oleh kenyataan telah hadirnya berbagai perusahaan periklanan yang
disponsori pihak asing, dan tidak merasa berkepentingan untuk menjadi anggota PBRI.
Sekalipun pada tahun 1970 Menteri Perdagangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo telah
menerbitkan surat keputusan yang melarang kehadiran perusahaan periklanan asing di
Indonesia, namun kenyataannya praktik “Ali Baba” tetap menghadirkan banyak negara asing
di industri periklanan Indonesia. Pernyataan Pemerintah itu membuat hampir semua
perusahaan periklanan yang baru didirikan sekitar 1970-an kemudian mendaftar-kan diri
menjadi anggota PBRI.
Seminar periklanan itu juga memuncukan napas dan harapan baru akan munculnya
generasi modern periklanan Indonesia. Keinginan untuk berorganisasi secara serius pun
mulai tampak hidup. Napis pun semakin berharap bahwa penggantinya akan segera muncul.
Kebetulan, pada tahun 1972 itu juga berlangsung Asian Advertising Congress (AAC) VIII di
Bangkok. Masih dengan semangat Seminar Periklanan, beberapa tokoh periklanan Indonesia
pun segera berangkat menghadiri kongres tersebut. Mereka antara lain adalah: Christian
Wibisono, Ken Sudarto, Sjahrial Djalil, Ernst Katoppo, Abdul Moeid Chandra, Jacoba Muaja,
Usamah, dan Yo Wijayakusumah. Tidak tanggung-tanggung, delegasi Indonesia pada waktu
itu secara nekat juga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah AAC IX pada tahun 1974.
hebatnya lagi, usulan itu ternyata diterima. Pertumbuhan pesat industri periklanan
Indonesia tentulah menjadi faktor pembobot yang menghasilkan keputusan itu.
Semangat untuk menjadi tuan rumah Aac IX itulah yang membuat insan periklanan
Indonesia semakin membulatkan tekad untuk berorganisasi secara rapi. Pada tanggal 20
Desember 1972, bertempat di restoran Chez Mario milik Muhammad Napis di jalan Ir. H.
Juanda III/23, jakarta Pusat, diselenggarakan Rapat Anggota PBRI.
Rapat itu juga dihadiri Direktur Bina Pers dari Direktorat Jenderal Pembinaan Pers
dan Grafika Departmen Penerangan, Drs. Tjoek Atmadi. Rapat itu mengagendakan
pemilihan pengurus baru, serta membahas kemungkinan dibentuknya sebuah asosiasi
periklanan dengan visi dan lingkup yang lebih luas.
Abdul Maeid Chandra, seorang putra Madura aktivis PBRI yang memiliki stasiun radio
Trinanda Chandra dan perusahaan perilanan dengan nama yang sama, akhirnya terpilih
sebagai Ketua Umum. Di jajaran pengurus tercatat beberapa orang tokoh periklanan
Indonesia, seperti: Savrinus Suardi, Usamah, Sjahrial Djalil, dan Yo Wijayakusumah. Mereka
adalah muka-muka baru yang sebelumnya bukan merupakan aktivis PBRI.
Rapat Anggota juga menyepakati pembubaran PBRI dan pembentukan asosiasi yang
baru dengan nama Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Dengan
pembentukan PPPI, secara resmi hilang pula istilah ”biri reklame” yang berbau kebelandabelandaan, digantikan dengan istilah yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman:
”perusahaan periklanan”. Desakan untuk mengganti istilah ”biro reklame” juga didasari
pada kenyataan bahwa tukang pembuat stempel di pinggir jalan pun menyebut diri mereka
sebagai biro reklame.
Pada saat didirikan, PPPI beranggotakan 30 perusahaan periklanan. Sahrial Djalil
AdForce menyumbangkan logo bagi asosiasi yang baru itu. PPPI juga segera merumuskan
Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga yang baru untuk menampung aspirasi
periklanan modern.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

media dan budaya populer
media dan budaya populermedia dan budaya populer
media dan budaya populer
andre rahman
 
Media PR - Perbedaan Media PR vs Media Relations
Media PR - Perbedaan Media PR vs Media RelationsMedia PR - Perbedaan Media PR vs Media Relations
Media PR - Perbedaan Media PR vs Media Relations
Embun Pagi
 
5. hubungan internal dan ekternal public relations
5. hubungan internal dan ekternal public relations5. hubungan internal dan ekternal public relations
5. hubungan internal dan ekternal public relations
blade_net
 
Budaya konteks verbal dan non verbal
Budaya konteks verbal dan non verbalBudaya konteks verbal dan non verbal
Budaya konteks verbal dan non verbal
University of Andalas
 

La actualidad más candente (20)

Makalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi MassaMakalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi Massa
 
Teori teori periklanan
Teori teori periklananTeori teori periklanan
Teori teori periklanan
 
CONTOH PROPOSAL PR
CONTOH PROPOSAL PRCONTOH PROPOSAL PR
CONTOH PROPOSAL PR
 
Pengantar komunikasi visual
Pengantar komunikasi visualPengantar komunikasi visual
Pengantar komunikasi visual
 
Creative planning; Proses Kreatif
Creative planning;  Proses KreatifCreative planning;  Proses Kreatif
Creative planning; Proses Kreatif
 
media dan budaya populer
media dan budaya populermedia dan budaya populer
media dan budaya populer
 
Format radio. pert. 2
Format radio. pert. 2Format radio. pert. 2
Format radio. pert. 2
 
MEDIA PROMOSI UNTUK PEMASARAN
MEDIA PROMOSI UNTUK PEMASARANMEDIA PROMOSI UNTUK PEMASARAN
MEDIA PROMOSI UNTUK PEMASARAN
 
Presentasi promosi & periklanan
Presentasi promosi & periklananPresentasi promosi & periklanan
Presentasi promosi & periklanan
 
Pengaruh media massa terhadap budaya konsumerisme masyarakat
Pengaruh media massa terhadap budaya konsumerisme masyarakatPengaruh media massa terhadap budaya konsumerisme masyarakat
Pengaruh media massa terhadap budaya konsumerisme masyarakat
 
Media PR - Perbedaan Media PR vs Media Relations
Media PR - Perbedaan Media PR vs Media RelationsMedia PR - Perbedaan Media PR vs Media Relations
Media PR - Perbedaan Media PR vs Media Relations
 
Perumusan Strategi Media
Perumusan Strategi Media Perumusan Strategi Media
Perumusan Strategi Media
 
Mata Kuliah Periklanan
Mata Kuliah PeriklananMata Kuliah Periklanan
Mata Kuliah Periklanan
 
Ppt 8 budaya pop
Ppt 8 budaya popPpt 8 budaya pop
Ppt 8 budaya pop
 
pesan komunikasi politik
pesan komunikasi politikpesan komunikasi politik
pesan komunikasi politik
 
Pengantar periklanan
Pengantar periklananPengantar periklanan
Pengantar periklanan
 
Dramatism Theory
Dramatism TheoryDramatism Theory
Dramatism Theory
 
5. hubungan internal dan ekternal public relations
5. hubungan internal dan ekternal public relations5. hubungan internal dan ekternal public relations
5. hubungan internal dan ekternal public relations
 
Budaya konteks verbal dan non verbal
Budaya konteks verbal dan non verbalBudaya konteks verbal dan non verbal
Budaya konteks verbal dan non verbal
 
Media periklanan
Media periklananMedia periklanan
Media periklanan
 

Similar a Sejarah periklanan di dunia

Syarifudin, desain grafis
Syarifudin, desain grafisSyarifudin, desain grafis
Syarifudin, desain grafis
Syarifudin Amq
 
Perkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesiaPerkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesia
wardatul_fijriya
 
2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations
blade_net
 

Similar a Sejarah periklanan di dunia (20)

Pendahuluan #1 SEJARAH PERIKLANAN.pdf
Pendahuluan #1 SEJARAH PERIKLANAN.pdfPendahuluan #1 SEJARAH PERIKLANAN.pdf
Pendahuluan #1 SEJARAH PERIKLANAN.pdf
 
Jurnalistik dalam lintasan_sejarah
Jurnalistik dalam lintasan_sejarahJurnalistik dalam lintasan_sejarah
Jurnalistik dalam lintasan_sejarah
 
Sejarah Perkembangan Jurnalistik
Sejarah Perkembangan JurnalistikSejarah Perkembangan Jurnalistik
Sejarah Perkembangan Jurnalistik
 
Sejarah Perkembangan Jurnalistik.pptx
Sejarah Perkembangan Jurnalistik.pptxSejarah Perkembangan Jurnalistik.pptx
Sejarah Perkembangan Jurnalistik.pptx
 
sejarah perkembangan koperasi di dunia dan Indonesia
sejarah perkembangan koperasi di dunia dan Indonesiasejarah perkembangan koperasi di dunia dan Indonesia
sejarah perkembangan koperasi di dunia dan Indonesia
 
Syarifudin, desain grafis
Syarifudin, desain grafisSyarifudin, desain grafis
Syarifudin, desain grafis
 
1. penemuan mesin cetak
1. penemuan mesin cetak1. penemuan mesin cetak
1. penemuan mesin cetak
 
Sejarah jurnalistik abad 15
Sejarah jurnalistik abad 15Sejarah jurnalistik abad 15
Sejarah jurnalistik abad 15
 
Hand Out (Revolusi - Revolusi Besar di Dunia)
Hand Out (Revolusi - Revolusi Besar di Dunia)Hand Out (Revolusi - Revolusi Besar di Dunia)
Hand Out (Revolusi - Revolusi Besar di Dunia)
 
Jurnalisme.pptx
Jurnalisme.pptxJurnalisme.pptx
Jurnalisme.pptx
 
7 Renaissance.pdf
7 Renaissance.pdf7 Renaissance.pdf
7 Renaissance.pdf
 
Perkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesiaPerkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesia
 
Budaya pop
Budaya popBudaya pop
Budaya pop
 
Materi 3 - Sejarah Periklanan.pptx
Materi 3 - Sejarah Periklanan.pptxMateri 3 - Sejarah Periklanan.pptx
Materi 3 - Sejarah Periklanan.pptx
 
Perkembangan Seni Rupa Renaissance _Ulfa Aini.pptx
Perkembangan Seni Rupa Renaissance _Ulfa Aini.pptxPerkembangan Seni Rupa Renaissance _Ulfa Aini.pptx
Perkembangan Seni Rupa Renaissance _Ulfa Aini.pptx
 
Kubisme, surealisme, dan romantisme
Kubisme, surealisme, dan romantismeKubisme, surealisme, dan romantisme
Kubisme, surealisme, dan romantisme
 
Media belajar sejarah minat kelas XI SMA
Media belajar sejarah minat kelas XI SMAMedia belajar sejarah minat kelas XI SMA
Media belajar sejarah minat kelas XI SMA
 
2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations
 
Jejak illuminati sampai ke indonesia. bag. 1
Jejak illuminati sampai ke indonesia. bag. 1Jejak illuminati sampai ke indonesia. bag. 1
Jejak illuminati sampai ke indonesia. bag. 1
 
Presentasi Tentang Sejarah, Gratis Silahkan download
Presentasi Tentang Sejarah, Gratis Silahkan downloadPresentasi Tentang Sejarah, Gratis Silahkan download
Presentasi Tentang Sejarah, Gratis Silahkan download
 

Más de University of Andalas

Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
University of Andalas
 

Más de University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 

Último

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Último (20)

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

Sejarah periklanan di dunia

  • 1. Sejarah Periklanan di Dunia & DI Indonesia SEJARAH PERIKLANAN DUNIA Masa sebelum ditemukannya mesin cetak Pesan komersial dan publikasi kampanye politik sudah ditemukan dalam reruntuhan bangsa Arab kuno. Orang-orang mesir menggunakan papyrus untuk membuat pengumuman mengenai barang-barang yang di jual dan membuat poster yang ditempelkan di dindng, saat iklan mengenai ‘lost and found’ mulai marak di Yunani dan Romawi kuno. Lukisan dinding dan batu untuk iklan komersial merupakan manifestasi lain dari bentuk periklanan kuno, dimana hal itu menunjukkan kehadiran iklan masa lalu di bagian Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Para arkeolog meyakini, advertising sudah ada sejak zaman dulu. Advertising dilakukan dalam berbagai bentuk “mempublikasikan” berbagai peristiwa (event) dan tawaran (offers). Metode iklan pertama yang dilakukan oleh manusia sangat sederhana. Pemilik barang yang ingin menjual barangnya akan berteriak di gerbang kota menawarkan barangnya pada pengunjung yang masuk ke kota tersebut. Iklan sudah dikenal manusia dalam bentuk pesan berantai (word of mouth) yang bentuknya pengumuman-pengmuman. Pesan berantai itu disampaikan dari mulut ke mulut untuk membantu kelancaran proses jual-beli. Pesan iklan dalam bentuk tertulis mulai ditemukan pada masa Babylonia 3000 SM berupa kepingan tanah liat (clay tablet) bertuliskan prasasti tentang dealer salep (ointment dealer), juru tulis (scribe) dan pembuat sepatu. Peninggalan Mesir dan Yunani Kuno berupa pengumuman-pengumuman di dinding dan naskah di daun papirus, memberikan pengumuman tentang datangnya kapal pembawa anggur, rempah-rempah, logam, barang-barang dagangan baru, acara-acara (pertarungan gladiator) yang bakal digelar, budak yang lari dari tuannya. Orang-orang Roma mengecat dinding untuk mengumumkan perkelahian gladiator. Iklan pada jaman ini hanya berupa surat edaran. Karena masih banyak yang buta huruf, pengumuman-pengumuman itu dibacakan oleh tukang teriak (town crier) yang biasa didampingi pemain musik. Terakota Yunani dan Romawi Kuno sudah digunakan untuk mengumumkan lost & found. Di reruntuhan kota Pompeii terdapat tanda-tanda di terakota yang mengiklankan apa
  • 2. ynag dijual di toko : danging sapi (row of hams), sapi penghasil susu, kulit untuk sepatu. Disaping itu juga ditemukan bukti-bukti adanya pesan-pesan politik. Orang-orang Ponosea melukis gambar untuk mempromosikan perangkat keras mereka di batu-batu besar di sepanjang jalur parade. Di Pompei misalkan, banyak lukisan seorang tokoh politisi dan meminta dukungan suara dari masyarakat. Di Perancis, traditional advertising sudah marak tahun 550 Sebelum Masehi untuk mengiklankan kaum negro sebagai budak. Pada zaman Julius Caesar di eropa banyak toko dan penginapan yang sudah pakai tanda, papan nama, atau simbol, untuk membantu mereka yang buta huruf. Misalnya penginapan dengan simbol Man in The Moon, Three Squirrels, Hole in The Wall. Untuk ribuan tahun-tahun awal, orang beriklan untuk mempromosikan dua hal, tempat dan jasa. Iklan di bawah ini adalah contoh pertama. Begitu juga plang di depan kedai minum dan penginapan (taverns and inns) Masa setelah ditemukannya mesin cetak Penemuan mesin cetak Gutenberg 1450 meningkatkan angka melek huruf sehingga merangsang orang untuk berbisnis iklan. Periklanan jadi bisnis massal. Bentuk awalnya berupa poster,handbill (selebaran), dan iklan baris (classified) di surat kabar. 1472 William Caxton di London mencetak iklan berbahasa Inggris pertama berupa selebaran (handbill) berisi tuntunan keagamaan tentang perayaan paskah (rules for the guidance of the clergy at easter). Versi lain mengatakan iklannya berupa penjualan injil (prayer book). Awal abad 16 dan 17 yang banyak ditampilkan adalah iklan tentang budak belian, kuda buku, obat. Sebagai bentuk printed advertising, periklanan berkembang di awal abad 15-16. Beberapa waktu kemudian mulai muncul metode iklan dengan tulisan tangan dan dicetak di kertas besar yang berkembang di Inggris. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Pada tahun 1622 Surat kabar terbit di Inggris terbit untuk pertama kalinya,The Weekly News kemudian disusul The Tattler yang terbit tahun 1709 dan The Spectator yang terbit pada 1711. Ketiga Koran ini merupakan media cetak yang membawa lembaran iklan secara piggy-back.
  • 3. Pada tahun 1655 istilah iklan (advertisement) muncul pertama kali dalam injil untuk menunjuk istilah “peringatan”/“pemberitahuan” (warning/ notification). Pada tahun 1660 mulai istilah itu dipaka untuk keperluan informasi komersial (commercial information), khususnya oleh para saudagar toko.Pesan-pesan iklan lama kehalaman semakin simple dan inovatif sejak tahun 1700 dan 1800-an. Pada tahun 1690 lahir Public Occurencs Both Foreign and Dometic, Koran (tidak harian) pertama di Amerika hanya membuat satu berita (issue). Periklanan secara nyata mulai menunjukkan kemajuan di awal abad 17 di Inggris untuk mempromosikan buku dan Koran yang mulai berkembang.Pada abad ke-17 di Inggris, pesan-pesan komersial masih berbentuk poster atau selebaran lepas yang dikirim dalam lipatan surat kabar. Produk yang paling banyak diiklankan pada masa ini adalah buku dan obat-obatan. Pada tahun 1704 Boston Newsletter, koan AS pertama yang muat iklan, berupa tawaran hadiah bagi yang bisa menangkap pencuri baju. Iklan-iklan media cetak pada abad 18 umumnya ditunjukan pada sasaran pembaca di Eropa yang menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yang menantang untuk masa depan di Amerika. Salah satunya iklan ada tanah 150 ha di Philadelphia. Pada tahun 1729 Iklan pertama di surat kabar “ Pennysilvania Gazette” yang terbit di Amerika Serikat. Amerika waktu itu masih menjadi wilayah jajahan Inggris, dan surat kabar yang didirikan oleh Benjamin Franklin itu berhasil mencapai tiras tertinggi serta pendapatan iklan terbesar pada masanya. Pada tahun 1740 poster cetak outdoor pertama muncul di London (disebut “hoarding”). Pada tahun 1776 muncul iklan proklamasi kemerdekaan AS di Pennsylvania Evening Post and Daily Advertiser, Koran yang terbit secara harian pertama di AS. Ketika aktivitas perekonomian mulai meningkat diberbagai penjuru dunia, di abad 18-an, di Amerika Serikat, periklanan mulai mendapat perhatian besar. Beberapa toko di Eropa mulai berfungsi sebagai agen yang mengumpulkan iklan untuk surat kabar. Sangat boleh jadi Sears catalog menjadi inspirasi bagi lahirnya iklan display di media cetak. Sears adalah pelopor rantai toko (chain stores) di A.S yang kemudian berkembang menjadi department stores. Kehadiran Sears yang menjual berbagai barang secara lengkap
  • 4. menggantikan toko-toko serupa berskala kecil yang pada waktu itu disebut dengan mercantile. Untuk memudahkan pelanggan, karena pada masa itu transportasi masih terbatas, Sears menerbitkan katalog tentang semua barang yang dijual dan para langganan dapat memesan melalui pos (mail order). Setiap barang yang ditawarkan ditampilkan secara menarik dengan foto-foto dan gambar-gambar yang atraktif. Begitu populernya Sears Catalog di masa lalu, sampai-sampai ia disebut sebagai Injil Petani (Farmers Bible) Tampilan dan peragaan produk seperti di Sears Catalog itulah yang kemudian dijumpai di berbagai surat kabar dan majalah di Amerika Serikat, serta kemudian menyebar ke seluruh dunia. Di masa kini penampilan seperti itu sering disebut sebagai display advertising (iklan komersial) Pada abad ke-19 mulai dikenal pembelian ruang iklan melalui agen perseorangan (menyalurkan lagi ke perusahaan periklanan). Pada masa dinasti Edo di Jepang, awal abad19 selebaran yang didistribusikan bersama surat kabar juga banyak membawa pesan-pesan komersial, khususnya tentang obat-obatan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai bergerak pesat pada awal abad ke-19 akhirnya memicu hadirnya iklan di surat kabar amerika Serikat, beberapa surat kabar mulai memuat pesan-pesan singkat tentang produk, tampil dengan huruf-huruf kecil di dalam kotak, di antara berita dan Tulsan lain. Iklan yang saat ini disebut sebagai classified advertisement ini mempromosikan berbagai jenis barang dan jasa. Pada tahun 1841 Volney Palmer, “orang iklan” (adman) masa-masa awal, bertindak sebagai media broker / agen, mendapat komisi dari pemasangan iklan di media (media placement). Palmer mendirikan Agensi Periklanan pertama oleh Volney Palmer di Boston. Pada waktu itu, agensi periklanannya masih sebatas perantara pemasar dengan pihak surat kabar sebagai penerbit iklan Pada tahun 1844 muncul iklan majalah pertama di majalah Southern Messenger dengan editornya Edgar Allan Poe (pengarang Tarzan). Majalah-majalah iklan periode awal yang masih terbit sampai sekarang adalah Cosmopolitan, ladies Home Journal, ReadeR’s Digest. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di surat kabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur.
  • 5. Pada tahun 1864 periklanan berkembang seiring perkembangan pers yang juga ditandai berkembangnya perusahaan periklanan dengan fungsi sederhana. Pada tahun 1871 Charles bates membuat biro iklan professional pertama kali. Pada tahun 1875 di Philadelpia, dibuat agensi periklanan yang lebih multi fungsi. Dalam periode ini pula wanita mulai mengambil porsi. Baik sabagai tenaga periklanan, maupun sebagai image produk iklan. Penggunaan “wanita” sebagai daya tarik, pertama kali dipakai dalam iklan sabun mandi. Pada tahun 1880 John Power, penulis naskah iklan (copywriter) pertama Setelah 1880an, perusahaan periklanan meningkatkan fungsi dengan menawarkan konsultasi dan jasa periklanan lain Pada tahun 1891 J Walter Thompson, Account Executive pertama. Pada tahun 1920 KDKA stasiun radio pertama di dunia lahir di Pittsburgh. Saat radio siaran mulai mengudara di tahun 1920-an, periklanan di radio pun mulai marak walaupun secara teknis dan daya tarik, tidak seperti yang kita nikmati saat ini. Sponsorsif saat itu lebih banyak dikuasai satu orang/pihak. Misalnya, sponsorsif suatu radio, dikuasai satu bisnisman. Dengan kata lain, space iklan digunakan sendiri. Tapi seiring dengan tingginya persaingan, kondisi ini berangsur-angsur berubah. Pada tahun 1922 Iklan pertama di radio duniaWEAF, New York. Pada tahun 1939 NBC, stasiun tv pertama. Periklanan masuk dunia televisi di awal tahun 1940an. Iklannya bisa berupa commercial atau public advertising Pada tahun 1941 Iklan televisi hitam/putih pertama di New York, Amerika Serikat mengiklankan Arloji Bulova dengan harga spot US $ 9. poster film tahun 1950 Pada tahun 1954 Iklan televisi berwarna pertama ditayangkan. Mengiklankan Castro Decorate, New York. Pada peralihan menuju abad ke-20, sistem manajemen periklanan modern seperti posisi manajer iklan mulai diterapkan Advertising modern sendiri yang mulai berkembang tahun 1960an, jauh berbeda dengan advertising masa lampau. Pada tahun ini, periklanan menemukan bentuknya yang modern dengan karya-karya kreatif yang menakjubkan. Perintis iklan dengan landasan karya kreatif yang digarap secara apik ini dipelopori oleh seri iklan mobil kodok volkswagen yang
  • 6. menampilkan judul-judul seperti “Think Small“ dan “ Lemon.“ Iklan-iklan Volkswagen inilah yang meletakkan dasar positioning dan uniqe salling proposition (USP) dalam periklanan yang masih dipegang hingga kini. Konsep ini mengikat (associate) setiap brand dengan satu sspesific idea yang khas yang menancap di benak konsumen. Di akhir 1980 dan awal 1990 memperlihatkan kemunculanTv Kabel dan MTV, sebagai bagian darinya. Sebagai Pionir dalam konsep musik-video, Pelayanan MTV merupakan sebuah tipe periklanan yang baru. Konsumen lebih menyimak pesan yang diiklankan MTV dibandingkan dengan membeli setelah mendapat informasi dari media lain. Saat tv kabel dan tv satelit mengalami peningkatan secara umum, beberapa saluran berada di posisi puncak, termasuk saluran yang seluruh durasinya berisi iklan seperti QVC, Home Shopping Network, dan Shop Tv. Pemasaran melelui internet membuka batas baru bagi periklanan dan memberikan kontribusi pada ‘boomingnya’ “dot-com” tahun 1990. Seluruh perusahaan terus beroperasi semata-mata dalam bidang periklanan, dan menawarkan segalanya untuk kupon berlangganan internet gratis. Memasuki abad ke-21 sejumlah website, termasuk ‘mesin pencarian google’ memulai perubahan dalam dunia periklanan on-line dengan mengekspansi relevansi kontekstual, tidak menonjolkan iklan dibandingkan dengan pemberian bantuan dan lebih utama ketimbang membanjiri konsumen dengan brosur. Hal ini menandai kebangkitan dari upaya untuk meningkatkan trend periklanan interaktif. Pemasaran melalui internet membuka batas baru bagi periklanan dan memberikan kontribusi pada ‘boomingnya’ “dot-com” tahun 1990. Seluruh perusahaan terus beroperasi semata-mata dalam bidang periklanan, dan menawarkan segalanya untuk kupon berlangganan internet gratis. Memasuki abad ke-21 sejumlah website, termasuk ‘mesin pencarian google’ memulai perubahan dalam dunia periklanan on-line dengan mengekspansi relevansi kontekstual, tidak menonjolkan iklan dibandingkan dengan pemberian bantuan dan lebih utama ketimbang membanjiri konsumen dengan brosur. Hal ini menandai kebangkitan dari upaya untuk meningkatkan trend periklanan interaktif. Penyebaran pesan melalui iklan, secara relatif menelan biaya dari GDP sehingga menyeebabkan perubahan yang cukup signifikan dalam pemilihan media. Di Amerika misalnya, pada tahun 1925 media iklan yang utama adalah surat kabar., majalah, nyala lampu trem,dan poster-poeter. Advertising menghabiskan anggaran sekitar 2,9% dari GDP.
  • 7. Sejak 1998, televisi dan radio menjadi media perikanan yang utama dan menghabiskan dana dari GDP yang lebih rendah, sekitar 2,4%. Dilihat dari tujuan, penyajian sampai ke anggaran yang dibelanjakan iklan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Saat ini terdapat Perusahaan Periklanan Terbesar Di Dunia, perusahaan tersebut adalah: 1. WPP Group plc (UK) 2. Omnicom Group Inc. (US) 3. The Interpublic Group of Companies, Inc. (US) 4. Publicis Groupe S.A. (FR) Urutan largest in term of billing dan besarnya network saling kejar-mengejar. Jadi mungkin tahun ini WPP, tahun depan Omnicom tahun depan berganti lagi antara 3 conglomerate. Sedang Publicis menempati posisi ke empat. Masing-masing mempunyai perusahaan dengan berbagai expertise di bidang komunikasi, Advertising Agency, Media Service, Marketing Branding Strategy, PR, CRM, Corporate ID/Brand, Direct Marketing, Event, Sales Promotion, you name it. Anak-anak perusahaannya di tiap-tiap grup yang ada di Indonesia tidak diketahui pasti kecuali WPP, tapi jika diperkirakan, petanya seperti berikut ini: → WPP Group plc : Bates, Young & Rubicam, J Walter Thompson(JWT), Landor Associates, Ogilvy & Mather Group (termasuk One, PR, Interactive dll), MindShare etc → Omnicom Group Inc. : BBDO Worldwide, DDB Worldwide, TBWA Worldwide → The Interpublic Group of Companies, Inc. : McCann-Erickson World Group, FCB Group, Lowe & Partners Worldwide → Publicis Groupe S.A. : Publicis Worldwide, Leo Burnett Worldwide, Saatchi & Saatchi Worldwide, Fallon Worldwide and 49%-owned Bartle Bogle Hegarty (BBH), Starcom MediaVest Group, ZenithOptimedia. Khusus untuk WPP, dari direktori di websitenya di dapat perusahaan-perusahaan di Indonesia yang termasuk dalam grup ini: 1. Bates Asia – Indonesia 2. Dentsu, Young & Rubicam – Jakarta, Matari-Dentsu Young & Rubicam 3. J Walter Thompson – Jakarta, Adforce 4. Landor Associates – Jakarta 5. Maximize – Jakarta
  • 8. 6. Mediaedgecia – Indonesia 7. MindShare – Jakarta 8. Motivator – Jakarta 9. Ogilvy & Mather – Jakarta, Ogilvy & Mather 10. Ogilvy & Mather – Jakarta, Ogilvy Public Relations Worldwide 11. Ogilvy & Mather – Jakarta, OgilvyOne worldwide 12. Ogilvy Public Relations Worldwide – Jakarta 13. OgilvyInteractive – Jakarta, OgilvyInteractive Tahun 2004 biaya permasangan iklan di Amerika Serikat mencapai sekitar $212 miliar. Sementara belanja iklan di seluruh dunia mencapai lebih dari $414 miliar. Sebuah angka yang luar biasa besar. Sementara accounting firm Pricewaterhouse Coopers menyebutkan, tahun 2010, belanja iklan seluruh dunia akan mencapai lebih dari setengah triliun dolar Amerika Serikat. Pemasangan iklan saat ini, banyak dilakukan berbagai macam organisasi nirlaba, profesi, pemerintahan dan badan social. Bahkan pembelanja iklan terbesar ke 25 adalah pemerintah Amerika Serikat. Saat ini, inovasi dunia periklanan semakin berkembang pesat dengan menggunakan metode pendekatan yang tidak biasa, seperti mendirikan panggung di area public, memberi hadiah mobil dalam mempromosikan brand tertentu, dan mengadakan promosi interaktif dimana konsumen bisa merespon dan menjadi bagian saat promosi berlangsung. Hal ini memberi gambaran perkembangan trend periklanan interaktif melalui penempatan produk, voting melalui SMS dan berbagai inovasi lainnya yang menggunakan jaringan internet, seperti MySpace dan media telekomunikasi mutakhir lainnya. 2.3 Legenda Periklanan Dunia Berikut ini nama-nama beberapa tokoh yang menjadi legenda periklanan dunia selain volney palmer: Leo Burnett Leo Burnett Agency, Chicago Mendirikan biro iklan di Chicago. Filosofi biro iklannya adalah “Gapailah ketinggian, karena dengan cara itu kita tidak akan mengejar segenggam lumpur”. Prinsipnya yang paling terkenal adalah “Ide Besar”. Menurutnya setiap kampanye harus mengandung ide yang
  • 9. Akan bertahan selama bertahun-tahun dan memisahkannya dengan hal yang lain. Beberapa karya periklanan Burnett bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan universal. Rooser Reeves (1910-1984) Ted Bates & Co, New York Tokoh periklanan pada tahun 1950-an di biro iklan Ted Bates New York. Ia menerbitkan buku “Reality in Advertising” di tahun 1961 semasa aktif di Ted Bates dan menjadi best-seller. Teorinya yang paling terkenal di dalam periklanan adalah USP atau biasa disebut “ Unique Selling Proposition“ dan mengantarkan Rosser Reeves menjadi terkenal di bidang periklanan. Ia menggambarkan USP di (dalam) tiga komponen yang mengedepankan prinsip dari teknik menjual agresif. Menurutnya tugas iklan adalah memasukkan merek sebanyak mungkin kedalam kotak mental, dengan cara menjual ciri khas dari produk tersebut. Bill Bernbach (1911-1982) Doyle Dane Bernbach, New York ” Aku memperingatkan kamu untuk melawan terhadap kepercayaan bahwa iklan adalah suatu ilmu pengetahuan ” Bernbach memimpin revolusi periklanan pada dekade 1960-an dan menjadikannya salah satu kekuatan kreatif paling berpengaruh di dalam sejarah periklanan. Di biro iklan Doyle Dane Bernbach (DDB) New York, ia mempelopori iklan yang dibuat lebih jenaka, lebih cerdas dan kadang sangat tidak sopan. Ia adalah seorang Adman yang banyak mengilhami orang lain. Setelah kematian Bernbach pada Oktober 1982, prinsipnya berdampak lebih besar pada kultur Amerika dibanding para Adman lain yang telah lahir 133 tahun sebelumnya” 16 tahun kemudian, Dampak Bernbach berlanjut dan tidak berkurang. Ia dianugrahi daftar kehormatan Iklan abad 20 sebagai orang yang paling berpengaruh dalam periklanan. Pengaruhnya masih hidup dan relevan untuk membantu memberi petunjuk untuk industri periklanan sampai abad 21. Bagi penulis naskah dan pengarah seni muda yang masih berkembang harus mempelajari kampanye klasik Bernbach karena banyak dari apa yang diyakininya telah menjadi “hukum kreatif” bagi orang-orang iklan.
  • 10. Prinsipnya yang palig terkenal adalah menempatkan iklan sebagai sebuah seni bukan ilmu pengetahuan.” Iklan bukan suatu ilmu pengetahuan, Iklan adalah bujukan. Dan bujukan adalah suatu seni.” – Bill Bernbach David Ogilvy (1911-1999) Ogilvy & Mather Worldwide, New York Ogilvy adalah Adman yang terkenal di dunia. Ia adalah raksasa di dalam bisnis periklanan selain nama besar Bill Bernbach, Leo Burnett, Ted Bates, Rosser Reeves dan raksasa periklanan lain dalam bisnis itu. Pesaingnya Ed Ney, yang memimpin Young & Rubicam mengatakan: “Ia mahluk cerdas yang sangat Kompetitif. Ia membawa gaya kepada bisnis periklanan. Bernbach OK, tetapi David adalah terbaik dari yang terbaik” Di tahun 1975, dia disebut sebagai “ahli sihir yang paling dicari di dalam industri periklanan.” David menjadikan bisnis periklanan sangat menarik dan mengundang banyak orang cerdas kedalamnya. Bukunya Confessions of an Advertising Man adalah buku paling laris yang diterbitkannya di tahun 1962, dan diterbitkan kembali di inggris lebih dari 40 tahun kemudian. Buku itu telah mempengaruhi pandangan dari banyak orang tentang bisnis periklanan. Pendiri biro iklan Ogilvy & Mather ini filosofinya banyak didasarkan pada hasil riset. Prinsipnya yang paling kontroversial dan jadi perdebatan adalah “tidak seorangpun akan membeli sesuatu dari seorang pelawak atau komedian dan bahwa tulisan putih di atas latar belakang hitam akan sulit dibaca”. Namun prinsipnya bahwa “konsumen itu bukan orang yang bodoh, ia adalah istri anda” merupakan prinsip yang sulit terbantahkan. John Hegarty Bartle Bogle Hegarty, New York Menciptakan kampanye iklan legendaris : levis, lego, audi John yang bertubuh mungil dan ceking, bersama teman-temannya mendirikan BBH di tahun 1982 dan semenjak saat itu merebut serangkaian penghargaan kreatif. Menurutnya untuk membuat iklan yang baik craftsmanship merupakan hal yang penting karena saat ini kita hidup di budaya visual. Orang lebih peduli pada pencitraan dibanding masa sebelumnya. Cara kita berbusana,
  • 11. dalam hal yang kita kerjakan, bahkan makan. Semuanya bersifat visually driven. Orang mengambil keputusan berdasarkan visual. Pakar periklanan Amerika ini juga menyebutkan, globalisasi membuat produk-produk memiliki kualitas yang hampir serupa. Sekarang industri lebih banyak bersaing dengan menyentuh emosi dan gengsi konsumen. Hegarty mengatakan, saat ini konsumen membeli barang bukan karena keunggulannya tapi karena produk tersebut membuat sang konsumen percaya, merasa yakin, dan jatuh cinta. Itulah yang disebut dengan Emotional Selling Proposition Jean Marie Dru TBWA Worldwide Disturbtion adalah pendekatan revolusioner terhadap periklanan yang dikembangkan oleh Jean Marie Dru dari biro iklan TBWA Worldwide. Ia mengatakan jika perusahaan tidak menciptakan perubahan maka perubahanlah yang akan menciptakan mereka. Dru percaya bahwa iklan harus mengganggu kenormalan yang dapat diprediksi, sehingga dapat masuk ke dalam koteks yang sama sekali baru Jay Chiat Chiat/Day, California Pendiri biro iklan Chiat/Day yang sangat berpengaruh di California, dan berhasil mengangkat derajat biro iklan yang tidak berlokasi di Madison Avenue. Jay adalah sosok yang mempesona, menghebohkan dan memiliki daya juang tinggi. Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah “How big can we get, before we get bad ?”. SEJARAH PERIKLANAN INDONESIA Berawal dari Gerobak Sapi Pada tahun 1930an, banyak poster dan papan reklame ditempel pada panel samping gerobak sapi yang hilir mudik mengangkut barang. Pada masa itu, kebanyakan papan reklame dicetak diatas lembar plat seng atau logam yang cukup tebal. Banyak pula yang dilapis enamel agar tahan lama. Setelah tahun 1948, ketika bahan ”ajaib” yang bernama scothlite ditemukan banyak pula papan reklame yang menggunakan scothlite tadi karena mampu memantulkan cahaya dengan efek mengagumkan. Plat-plat seng reklame itu kini
  • 12. merupakan kolekters item yang berharga di pasar benda-benda antik. Ketika itu, produk yang paling banyak diiklankan melalui media luar ruang bergerak (moving outdoor media) antara lain adalah produk-produk ban sepeda dari goodyear dan michelin, produk sabun dan tapal lidi dari unilever, limun (soda pop) merek regional, dan produk rokok dari berbagai produsen, termasuk cerutu impor. Media opportunity pada waktu itu memang sangat terbatas, tetapi orang-orang periklanan sudah sangat kreatif menggunakan setiap peluang yang ada-termasuk media tradisional. Belum terbayangkan ketika itu bahwa jauh di kemudian hari kreativitas iklan telah melahirkan berbagai media untuk menempatkan iklan diluar ruang. Transit advertising telah menjadi sub bisnis besar dalam periklanan. Sisi-sisi bus dan kendaraan umum dipasangan panel iklan, atau spanduk yang ditarik pesawat terbang rendah, bahkan penutup velg roda (hubcaps) maupun lampung punggung taksi. Tetapi, gajah di thailand yang sejak dulu sering ”ditempeli” papan iklan, sampai di zaman modern ini pun masih menjadi media iklan yang efektif. Surat kabar, tentu saja, merupakan media yang juga populer di indonesia sejak pertengahan awal abad ke 19. tetapi, berdasarkan kriteria umumnya sebetulnya iklan surat kabar sudah hadir di indonesia sejak tahun 1621 ketika gubernur jenderal Jan Pieterszon Con (1619-1629) menerbitkan Memorie De Nouvelles pamflet informasi semacam surat kabar yang memuat berbagai berita dari pemerintah hindia belanda, khususnya yang menyangkut mutasi dan promosi para pejabat penting di kawasan ini. Pamflet ini berupa tulisan indah (silografi) yang diperbanyak dengan mesin cetak temuan Johannes Gutenberg (1445). Berita-berita yang dimuat itu sebetulnya merupakan iklan karena pemuatannya di Memorie De Nouvelles sepenuhnya di biayai oleh pemerintah hindia belanda. Sekalipun sangat berbau perbenturan kepentingan (conflict of interest, bahasa masa kini = KKN), tetapi sang gubernur jenderal Con adalah juga penerbit media itu dan sekaligus memiliki reclame Bureau yang megatur pemuatan ”berita di pamflet itu”. Con juga memakai Memorie de Nouvelles untuk memuat ”berita dengan pesan khusus ” untuk melemahkan daya saing peniaga portugis di kawasan maluku. Tentu saja, ada VOC dibelakang siasat perang dagang itu. Pada tahun 1744, terbitlah surat kabar pertama yang memakai teknologi cetak tinggi, dengan (plat cetak dari timah) di nusantara. Namanya : Bataviaasche Nouvelles. Tetapi, surat kabar yang juga disponsori oleh pemerintah hindia belanda pada masa gubernur Jenderal Gustaav Willem Baron Van Imhovv itupun sebetulnya lebih merupakan
  • 13. lembaran iklan karena memang lebih banyak menampilkan iklan dan dibiayai hampir sepenuhnya oleh pendapatan iklan pula. Maklum, surat kabar pada waktu itu hanya bertiras paling banyak hanya 2500 eks. Sehingga penghasilan sirkulasinya tentulah sangat sedikit. Dari berbagai surat kabar yang terbit di jakarta, bandung, semarang, surabaya, makasar, manado, dan medan pada pertengahan abad ke 19, dapat dilihat hadirnya berbagai iklan barang dan jasa yang memenuhi halaman-halaman media cetak. Beberapa nama koran besar di masa itu antara lain adalah: Bataviaasch Nieuwsblad, Nieuws van de Dag, Java Bode (batavia), Preanger Bode (Bandung), De Locomotief (semarang, semula Samarangsche Nieuws en Advertentieblad), Nieuwe Vorstenlanden (solo), Soerabaiasche Courant (Surabaya, semula Oostpost), Makassararsche Courant (makasar), Tjahaja Siang (manado), Sumatra Post (Medan), dan Soematra Bode (padang). Selain itu, telah mulai hadir pula berbagai surat kabar dalam bahasa melayu (sebelum kemudian menjadi bahasa indonesia sejak 1928.) surat kabar berbahasa melayu yang populer pada masa itu antara lain adalah Medan Moeslimin, Medan Prijaji, Sinar de Jawa, Sinar Terang, dan Soerat Kabar Minggoean. Kebijaksanaan kontrol informasi yang diterapkan sangat ketat oleh pemerintah hindia belanda pun membuat surat kabar tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh sebagai lembaga pemberita. Peran pers indonesia sebagai alat politik baru muncul pada awal abad ke 20 seiring dengan kegerakkan kebangkitan nasional dan lahirnya ordonasi pers yang mengatur pembredelan surat kabar. Di zaman ”kuda gigit besi” itu, ikaln-iklan juga ramai diudarakan melalui radio, diproyeksikan di gedung bioskop dan ditampilkan melalui pertunjukan keliling (mobil propaganda) mirip tukang obat yang hingga kini masih banyak dijupai di berbagai kota kecil. Iklan radio sebetulnya mash merupakan sebuah novelty pada awal bad ke-20 setelah radio commercial pertama dikumandangkan oleh stasiun WEAV di New York City pada 28 Agustus 1922. Sebuah perusahaan real estate di Quinsboro membayar US $50 untuk penyuaran pesan komersial selama 5 hari. Adventertie poenza kaperloean soedah kentara , kerna advertentie perloenja boeat perkenalken barang-barang dagangan kita ada publiek. Kaloe barang jang kita dagangken tidak dikenal, bagaiman bisa dapatken pembeli
  • 14. Liem Kha Tong Sebelum iklan hadir di radio, pesan komersial sudah lebih dulu hadir melalui saluran telepon. Pada tahun 193, perusahaan telepon di Hongaria ”menjual spot 12 detik di antara musik dan berita yan dipanarkan lewat telepon dengan tarif sekitar US $0.50. Perusahaan telepon AT&T di Amerika Serikat juga pada awal abad ke-20 menerima pesan-pesan komersial yag dipancarkan melali cara call broadcasting ini. Di Indonesia, radio sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Tidak lama setelah Guglielmo Marconi menemukan gelombang suara dan mengembangkannya menjadi alat komunikasi yang bernama radio telegrafik, dan keudian berkembang lagi menjadi pemancar dan penerima gelombang radio. Radio Nederland WERELDOMROEP yang memancarkan siarannya ke seluruh dunia sejak taun 1920-an. Merupakan pemancar yang paling digemari kaum elite, khususnya orang-orang belanda di Indonesia pada waktu itu. Akan tetapi, radio swasta baru muai hadir cikal bakalnya di Indonesia sejak akhir tahun 1960-an, yitu sejak tumpasnya pemberontakan G30 S/PKI. Sebelumnya, di Indonesia hanya dienal RRI yang telah mengudara sejak tahun 1945. RRI sendiri dapat dirunut sejarahnya sejak stasiun radio bentukan pemerintah Hindia Belanda yang dikendalikan oleh tentara pendudukan jepang. Pada awalnya, beberapa mahasiswa di Bandung secara iseng-iseng mengudara dengan pemancar sederhana berkekuatan rendah. Pada waktu itu mereka menyebutnya sebaga radio amatir sebuah istilah yang salah kaprah kaena engertian amateur radio menjeaskan kegiatan yang berbeda dengan teknologi radio dua arah. Kata “amatir” disini agaknya dipakai sebagai antonym dari “professional.” Stasiunstasiun radio “amatir” ini meruakan bagian dari perlawanan politik kaum muda terhadap sisa-sisa PKI. Sebelumnya, mereka juga telah melakukan perlawanan dengan membentuk lascar dan batalyon, seperti LAskar Arif Rachman Hakim yang merupakan onderboue dari KAMI. Maka, lahirlah radio ARH dan radio-radio semacam itu di Indonesia. Gerakan itu dengan cepet menyebar ke Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Radio Prambors kini telah mengembangkan jejarinnya dengan beberapa anak perusahaan stasiun radio yang masing-masing memiliki pasar khas di jalan Borobudur, Jakarta Pusat, juga dapat dirunut sejarahnya pada periode itu. Kehadiran radio-radio ”Amatir” itu segera mendapat lirikan para pengiklan yang memang sedang membutuhkan media alternatif. Salah satu perintis pengguna radio
  • 15. ”amatir” di Indoesia sebagai media iklan adalah Ajino moto. Embanjirnya iklan di radio kemudian meningkatkan profesionalisme para pengelola radio ”amatir” apalagi karena pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan pemerintah no.55 tahun 1970 yang ewajibkan semua stasiun radio siaran niaga dipayungi dalm wadah badan hukum berbentuk PT. Sejak saat itu, istilah ”radio amatir” berubah menjadi ”radio siaran swasta niaga”. Perusahaan Periklanan Perintis Salah satu perusahaan consumer products yang aktif beriklan pada masa itu adalah Unilever-amalgamasi perusahaan Margarine Union (Belanda) dan Lever Brothers (Inggris)yang sejak tahun 1933 telah membangun pabrik sabun di Bacherachtsgracht, Batavia (sekarang Angke, Jakarta Barat). Setelah berdirinya pabrik sabun itu,Unilever juga membangun pabrik margarin. Sebelumnya, produk-produk Unilever diimpor langsung dari Negeri Belanda. Hadirnya Unilever juga kemudian membawa masuknya cikal bakal Lintas (singkatan dari Lever International Advertising Services) ke Nusantara. Semula, Lintas adalah divisi periklanan dari Lever Brothers, sebelum kemudian berdiri sendiri menjadi perusahaan periklanan independen. Apa yang dilakukan Lintas yang berlogo bola dunia pada masa-masa awal itu sebetulnya tidak lain adalah melakukan adaptasi bentuk-bentuk iklan yang telah mereka luncurkan terhadap produk-produk serupa di bagian dunia lainnya, serta melakukan media placement. Perlu dicatat bahwa Lintas pada saat itu sudah memiliki keberanian membuat iklan dalam bahasa daerah. Misalnya, iklan Margarine Blue Band dalam bahasa Sunda memakai judul ”Pamoeda Sehat… Rajat Kiat” (Pemuda Sehat…Rakyat Kuat), dengan tagline ”Blue Band Mengandoeng Seueur Vitamin” (Mengandung Banyak Vitamin). ”Model organisasi” seperti Lintas itulah yang agaknya kemudian ditiru oleh beberapa usahawan di Batavia dan kota-kota besar Indonesia lainnya. Sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa perusahaan periklanan (ketika itu disebut reclamebureau atau advertentiebureau) sudah beroperasi di Indonesia. Hingga masa pendudukan Jepang, beberapa perusahaan periklanan ynag terkenal di Jakarta adalah, antara lain: - A de la Mar, di Koningsplein (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara, dekat Istana Merdeka - Aneta (sebagai bagian dari kantor berita bernama sama), di Passer Baroe (sekarang Museum LKBN Antara di Jalan Antara) - Globe, di Jalan Kali Besar Timur,
  • 16. - IRAB (Indonesia Reclame en Advertentiebureau), semula berkantor di Molenvliet (sekarang Jalan Hayam Wuruk), tetapi kemudian pindah ke Asem Reges (kemudian menjadi Sawah Besar, sekarang Jalan KH Samanhudi), - Preciosa, di Gang Secretarie (kantor Sekretariat Negara sekarang, Jalan Veteran IV ), - Elite Hampir semua perusahaan periklanan itu dipimpin oleh orang-orang Belanda, kecuali IRAB dan Elite yang diselenggarakan oleh kaum Bumiputra. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan lanskap periklanan Indonesia. Karena banyak warga Belanda yang mengungsi-sebagian lagi ditawan maka kondisi vakum itu diisi dengan munculnya berbagai perusahaan periklanan baru milik kaum pribumi. Sayangnya, tidak cukup catatan tentang kehadiran perusahaan periklanan yang dijalankan etnis Tionghoa. Padahal, dari mulut ke mulut kita sering mendengar bukti-bukti peran mereka dalam perintisan periklanan Indonesia. Yang jelas, etnis Tionghoa sangat berperan dalam menumbuhkan dunia persuratkabaran di Indonesia, sehingga dengan demikian dapat dilihat pula keterlibatan mereka dalam periklanan secara langsung maupun tidak. Sekalipun kebanyakan perusahaan periklanan baru itu berukuran kecil, tetapi tercatat lima perusahaan periklanan yang berskala cukup besar, yakni Elite, RAB, Korra, Pikat, Tandjoeng. Selama masa pendudukan Jepang, merosotnya aktivitas ekonomi ikut mengkerdilkan dunia periklanan Indonesia. Setelah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kepercayaan kepada Republik yang muda ini tampak dengan kembali bergairahnya kehidupan perekonomian. Sayangnya, kecenderungan itu tidak berlangsung lama karena Belanda mulai menggelar aksi militernya terhadap Indonesia. Keadaan perekonomian pun redup kembali. Pemerintah Republik Indonesia sempat hijrah ke Yogyakarta selama empat tahun. Keadaan ini berakhir setelah dicapainya kesepakatan pengakuan kedaulatan dalam KMB pada akhir tahun 1949. Kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Jakarta menandai kebangkitan baru perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan nasional mulai bertumbuhan, seiring dengan masuknya kembali beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan Belanda yang semula mengungsi, pun kembali lagi melakukan usahanya. Salah satunya adalah Unilever. Era baru itu juga disambut oleh Unilever dengan meluncurkan berbagai produk baru. Dunia periklanan seakan berdarah kembali. Beberapa perusahaan periklanan yang tercatat hadir di Jakarta pada masa itu antara lain adalah: Azeta, Contact, Cotecy, De Unie, Elite, IRAB, Studi Berk, dan Titi. Pada awal dasawarsa 1950’an yang paling banyak
  • 17. ditempatkan di dunia cetak adalah iklan obat-obatan. Sayangnya, menjamurnya iklan obatobatan itu tidak dibarengi dengan etika dan tanggung jawab para insan periklanan. Banyak obat-obatan yang diiklankan itu sebetulnya diragukan manfaatnya, atau malah membahayakan kesehatan penggunanya. Keadaan yang nyaris lepas kendali ini akhirnya ditata dengan terbitnya ketentuan Menteri Kesehatan pada tahun 1954 yang mengatur keharusan untuk mendapatkan lisensi manfaat dan keselamatan obat sebelum dipasarkan, dan ketentuan agar iklan obat harus menjelaskan manfaat obat secara jelas. Kebangkitan Asosiasi Periklanan Indonesia Menurut catatan, pada tahun 1951, istilah periklanan pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh pers indonesia, Soedarjo Tjokrosisworo, untuk menggantikan istilah reklame atau advertensi yang ke belanda-belandaan. Senapas dengan semangat kebangsaan itu, sebuah biro reklame di bandung yang sebelumnya bernama Medium, juga mengubah nama menjadi Balai Iklan. Atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang berdomisili di Jakarta dan Bandung, pada awal September 1949 dilembagakan sebuah asosiasi bagi perusaaan-perusahaan periklanan. Asosiasi ini diberi nama Bond van Reclamebureaux in Indonesia atau dalam bahasa indonesia Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama asosiasi yang masih menggunakan bahasa Belanda ini tidak lain karena mayoritas anggotanya adalah memang perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang Belanda. Sebelas perusahaan periklanan tercatat sebagai anggota PBRI, yaitu: Budi Ksatria, Contact, De Unie, F. Bodmer, Franklijn, Grafika, Life, Limas, Lintas, Rosada, dan Studio Berk. Akan tetapi, kehadiran PBRI dianggap hanya mewakili perusahaan-perusahaan periklanan besar khususnya yang dimiliki atau dikuasai oleh orang-orang Belanda. Perusahaanperusahaan periklanan kecil merasa bahwa aspirasi mereka tidak memukau jalan untuk disampaikan ke dalam PBRI. Suasana seperti itu kemudian memicu lahirnya sebuah asosiasi perusahaan periklanan nasional yang dimliki dan diawaki oleh orang-orang Indonesia. Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) dibentuk pada tahun 1953, dan sertamerta menjadi organisasi tandingan bagi PBRI. Tidak jelas mengapa semangat nasionalisme di dalam SBRN tidak memunculkan istilah iklan yang sudah dikenal sejak dua tahun sebelumnya, dan masih menggunakan istilah biro reklame yang berbau Belanda. Anggota SBRN yang tercatat adalah 13 perusahaan periklanan: Azeta, Elite, Garuda, IRAB, Kilat, Kusuma, Patriot, Pikat, Reka,
  • 18. Lingga, Titi, dan Trio. Tidak semua perusahaan perilanan bersedia bergabung ke dalam asosiasi. Contonya adalah Medium yang telah bertukar nama menjadi Balai Iklan. Ia memilih untuk tidak bergabung dengan salah satu dari dua asosiasi tersebut. Tjetje Senaputra, pemiliknya berdalih bahwa Balai Iklan tidak menangani iklan display dan karena itu tidak menganggap perusahaan sebagai full-service agency. Balai Iklan memang mengkhususkan diri pada iklan-iklan klasika berukuran kecil tentang lowongan kerja dan berita keluarga. Ada pula dugaan bahwa terbentuknya SBRN diilhami oleh keterbelahan penerbit surat kabar yang juga memiliki dua asosiasi, yaitu: Perserikatan Persuratkabaran Indonesia (PPI), dan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), PPI merupakan kelanjutan dari Verenigde Dagblad Pers di masa Hindia Belanda. Tentu saja keterbelahan perusahaan-perusahaan periklanan itu membuat prihatin F. Berkhout, Ketua PBRI pada saat itu. Ia kemudian menghubungi beberapa pimpinan SBRN dan mnawarkan dibentuknya fusi atau peleburan dari kedua asosiasi tersebut. Bila tujuannya sama, mengapa harus memakai dua kendraan yang justru menyulitkan pembinaan ke luar maupun ke dalam, di samping juga tidak mencuatkan kesan persatuan. Gagasan fusi itu tampaknya diterima secara umum oleh kedua belah pihak. Orangorang Belanda yang semula menguasai berbagai posisi dan fungsi di PBRI sepakat untuk mengundurkan diri agar digantikan oleh orang-orang Indonesia. Tetapi fusi itu secara organisatoris ternyata tidak pernah menjadi kenyataan. Dalam tubuh SBRN terjadi perpecahan, sehingga semua anggotanya mengundurkan diri dan bergabung ke dalam PBRI. Baru pada tahun 1956, melalui forum rapat umum anggota, secara aklamasi Muhammad Napis dikukuhkan sebagai ketua PBRI. Pada tahun 1957, PBRI menyelenggarakan Kongres Reklame seluruh Indonesia yang pertama. Dalam kongres tersebut, kata ”perserikatan” diubah menjadi ”persatuan”. Kelahiran Periklanan Modern Indonesia Berbagai merk internasional mulai bermunculan di Indonesia dan dengan garangnya berupaya meraup pangsa pasar sebesar-sebesarnya. Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film, American Express, Citibank, adalah sebagian dari nama-nama besar yang mulai membanjiri pasar Indonesia. Pada saat yang sama, muncul pula local brands yang dipicu oleh kemudahan mendapatkan kredit penanaman modal dari lembaga-lembaga perbankan yang juga sedang bertumbuh pesat. Salah satu sektor yang paling hidup pada dasawarsa 1970an
  • 19. itu adalah industri farmasi dengan berbagai jenis obat baru yang diluncurkan pada saat itu antara lain adalah Bodrex-obat sakit kepala yang populer hingga saat ini. Begitu populernya nama Bodrex bahkan sampai dijadikan ikon jurnalistik Indonesia untuk menyebut wartawan yang datang tak diundang. Suasana baru di dunia usaha itu memicu berbagai kelahiran perusahaan periklanan. Tentu saja, yang pertama kali muncul justru perusahaan-perusahaan periklanan yang secara ilmiah terbawa oleh masuknya perusahaan multinasional ke Indonesia. Contohnya adalah Olgilvy & Mather yang berkibar di Jakarta dengan nama IndoAd di bawah pimpinan Emir Muchtar, karena hadirnya klien-klien O&M di Indonesia, seperti: American Express, dll. Sebelumnya O&M lahir di Indonesia dengan nama SH Benson, kemudian berubah menjadi Olgivy &Mather. Perubahan nama O&M menjadi IndoAd terkait Peraturan Menteri Perdagangan pada tahun 1970 yang melarang perusahaan periklanan asing di Indonesia. Contoh lain adalah McCann Erickson yang dibawa oleh Coca cola dan kemudian mengibarkan bendera Perwanal Utama di bawah pimpinan Savrinus Suardi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan nasional lama pun mendapat angin dari transformasi ekonomi yang terjadi. Perusahaan itu antara lain: Bhineka yang dipimpin oleh tokoh lama Muhammad Napis, dan InterVista yang dipimpin oleh Nuradi seorang mantan diplomat yang beralih ke dunia periklanan. InterVista adalah sebuah fenomena yang perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia, khususnya karena Nuradi, pendirinya, dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. Setelah Proklamasi kemerdeaan Indonesia, Nuradi diangkat menjadi pegawai Departemen Luar Negri, Nuradi bertugas sebagai jurubahasa yang mendampingi Presiden Soekarno. Sebagai karyawan Departemen Penerangan, tugas Nuradi adalah penyiar siaran bahasa Inggris di RRI. Pada tahun 1950, Nuradi ditunjuk untuk menjalankan misi khusus Uni soviet, dan kemudian menjadi anggota Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa di New York selama di Amerika Serikat, Nuradi juga sempat menyelesaikan studi di Harvard University. Perintis periklanan yang bernama Nuradi ini. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (19491950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia
  • 20. menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone dan Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura dan Hongkong. Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta (1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd.. Pada awalnya, Nuradi hanya mengiklankan produk-produk milik ayahnya (Hotel Tjipajung) dan kenalannya (PT Masayu, agen alat-alat berat). Ia juga membuat iklan untuk usaha milik Judith Wawaruntu, sahabatnya yang secara timbal balik menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan Intervista. Ketika menangani klien Lambretta, merek Scooter masa lalu, Nuradi untuk pertama kali membuat slide untuk iklan di Bioskop. Terobosan ini merupakan awal dari gebrakkan-gebrakkan Nuradi selanjutnya. Pada dasawarsa 1970an, InterVista telah mampu membuat film iklan produksi dalam negri, bahkan memperkerjakan seorang sutradara pribumi untuk menanganinya secara khusus. Tidak heran bila dalam waktu singkat InterVista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar seperti, Indomilk, Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran British American Tobacco, Vespa dan lain-lain. Beberapa karya iklan InterVista di masa itu, selalu mengundang decak kagum dan menjadi
  • 21. pengingat (mnemonic) dibenak masyarakat, misalnya: Ini Bir Baru, Ini Baru Bir (Anker), Indomilk…..sedaaap, Makin Mesra dengan Mascot (rokok). Awal dasawarsa 1970an juga ditandai oleh lahirnya berbagai perusahaan periklanan ketika itu lebih umum disebut biro iklan seperti: Libelle pimpinan Yo Wijayakusumah, Trinanda Chandra pimpinan Abdoel Moeid Chandra (juga pemilik radio swasta niaga dengan nama sama), Prima Advera pimpinana Usamah, AdForce pimpinan Sjahrial Djalil, Fortune pimpinan Indra Abidin bekerja sama dengan Mochtar Lubis, Hikmad & Chusen pimpianan H. Hamid Moerni, Metro pimpinan Henry Saputra, Rama Perwira, dan lain-lain. Berdirinya PPPI Popularitas The Jakarta Admen Club bahkan melebihi organisasi resmi yang sebetulnya lebih dulu terbentuk pada tahun 1972, yaitu Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Seperti telah dikemukakan pada Bab 1, asosiasi perusahaan periklanan yang pertama berdiri di Indonesia pada tahun 1949 dengan nama Bond van Reclame Bureaux in Indonesia atau dalam bahasa Indonesia disebut Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama resminya justru yang berbahasa Belanda, karena pada waktu itu sebagian besar pelaku di industri periklanan adalah orang-orang Belanda maupun keturunan Belanda. Demikian juga para pengurusnya adalah orang-orang belanda dan keturunannya. Baru setelah PBRI diketuai oleh orang Indonesia, Muh.Napis,maka pada tahun 1957 diputuskan perhgantian namanya resmi menjadi PBRI. Dengan nama baru itu juga dilekukan penyesuaian istilah dari “perserikatan” menjadi “persatuan”. Napis adalah seorang tokoh periklanan Indonesia yang ternyata berhasil memimpin PBRI secara terus-menerus hingga memasuki dasawarsa 1970-an. Napis sendiri ternyata sudah jenuh menjadi Ketua PBRI selama belasan tahun, dan menganggap bahwa situasi seperti itu dapat mengarah kepada hal-hal yang tidak demokratis. Pada tahun 1971, Napis menyelenggarakan referendum di antara anggota PBRI untuk memilih ketua yang baru, di samping juga meminta usulan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta usulan perubahan kebijakan dan strategi. Namun, ternyata referendum itu tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Napis tetap secara aklamasi diterima sebagai ketua PBRI.
  • 22. Pada tahun 1972, Pemerintah Republik Indonesia tiba-tiba merasa perlu untuk mengatur industri periklanan. Harsono yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika (Dirjen PPG) Departemen penerangan, memprakarsai diselenggarakannya Seminar Periklanan-forum nasional resmi pertama yang diselenggarakan di Indonesia untuk membicarakan arah industri periklanan. Seminar ini diseenggarakan di restoran Geliga, Jalan wahid Hasyim, Jakarta Pusat, dengan ketua penyelenggaraan H.G. Rorimpandey, Ketua Umum Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) yang ketika itu juga Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan. (catatan penulis: sebetulnya, Christianto Wibisono yang ketika itu menjadi Direktur Majalah Tempo pada tahun 1971 telah menyelenggarakan sebuah seminar periklanan untuk mendiskusikan dalam menyikapi masuknya elemen asing ke dalam industri perikalanan Industri Indonesia. Tetapi, lingkup seminar ini masih bersifat terbatas di tataran pelaksana periklanan-bukan pengambil keputusan di tingkat asosiasi dan regulator). Dalam kesempatan itu pemerintah menyatakan bahwa PBRI adalah satu-satunya wadah perusahaan periklanan yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Pernyataan ini tampaknya didorong oleh kenyataan telah hadirnya berbagai perusahaan periklanan yang disponsori pihak asing, dan tidak merasa berkepentingan untuk menjadi anggota PBRI. Sekalipun pada tahun 1970 Menteri Perdagangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo telah menerbitkan surat keputusan yang melarang kehadiran perusahaan periklanan asing di Indonesia, namun kenyataannya praktik “Ali Baba” tetap menghadirkan banyak negara asing di industri periklanan Indonesia. Pernyataan Pemerintah itu membuat hampir semua perusahaan periklanan yang baru didirikan sekitar 1970-an kemudian mendaftar-kan diri menjadi anggota PBRI. Seminar periklanan itu juga memuncukan napas dan harapan baru akan munculnya generasi modern periklanan Indonesia. Keinginan untuk berorganisasi secara serius pun mulai tampak hidup. Napis pun semakin berharap bahwa penggantinya akan segera muncul. Kebetulan, pada tahun 1972 itu juga berlangsung Asian Advertising Congress (AAC) VIII di Bangkok. Masih dengan semangat Seminar Periklanan, beberapa tokoh periklanan Indonesia pun segera berangkat menghadiri kongres tersebut. Mereka antara lain adalah: Christian Wibisono, Ken Sudarto, Sjahrial Djalil, Ernst Katoppo, Abdul Moeid Chandra, Jacoba Muaja, Usamah, dan Yo Wijayakusumah. Tidak tanggung-tanggung, delegasi Indonesia pada waktu itu secara nekat juga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah AAC IX pada tahun 1974.
  • 23. hebatnya lagi, usulan itu ternyata diterima. Pertumbuhan pesat industri periklanan Indonesia tentulah menjadi faktor pembobot yang menghasilkan keputusan itu. Semangat untuk menjadi tuan rumah Aac IX itulah yang membuat insan periklanan Indonesia semakin membulatkan tekad untuk berorganisasi secara rapi. Pada tanggal 20 Desember 1972, bertempat di restoran Chez Mario milik Muhammad Napis di jalan Ir. H. Juanda III/23, jakarta Pusat, diselenggarakan Rapat Anggota PBRI. Rapat itu juga dihadiri Direktur Bina Pers dari Direktorat Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Departmen Penerangan, Drs. Tjoek Atmadi. Rapat itu mengagendakan pemilihan pengurus baru, serta membahas kemungkinan dibentuknya sebuah asosiasi periklanan dengan visi dan lingkup yang lebih luas. Abdul Maeid Chandra, seorang putra Madura aktivis PBRI yang memiliki stasiun radio Trinanda Chandra dan perusahaan perilanan dengan nama yang sama, akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum. Di jajaran pengurus tercatat beberapa orang tokoh periklanan Indonesia, seperti: Savrinus Suardi, Usamah, Sjahrial Djalil, dan Yo Wijayakusumah. Mereka adalah muka-muka baru yang sebelumnya bukan merupakan aktivis PBRI. Rapat Anggota juga menyepakati pembubaran PBRI dan pembentukan asosiasi yang baru dengan nama Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Dengan pembentukan PPPI, secara resmi hilang pula istilah ”biri reklame” yang berbau kebelandabelandaan, digantikan dengan istilah yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman: ”perusahaan periklanan”. Desakan untuk mengganti istilah ”biro reklame” juga didasari pada kenyataan bahwa tukang pembuat stempel di pinggir jalan pun menyebut diri mereka sebagai biro reklame. Pada saat didirikan, PPPI beranggotakan 30 perusahaan periklanan. Sahrial Djalil AdForce menyumbangkan logo bagi asosiasi yang baru itu. PPPI juga segera merumuskan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga yang baru untuk menampung aspirasi periklanan modern.