Dokumen tersebut membahas tentang potensi Indonesia menjadi negara maju, tetapi berbagai permasalahan seperti moral, politik, dan korupsi menghambat hal itu. Perbaikan moral bangsa, terutama di kalangan pemimpin, diperlukan agar Indonesia dapat maju. Presiden harus mencontoh moral yang tinggi untuk membersihkan akar permasalahan dan memajukan bangsa.
1. Berbisik Hati ke Hati Bersama Sosok Presiden
Oleh: Elsa Susanti
Melirik berbagai kekayaan yang tertancap di bumi Nusantara membuat
bangsa Indonesia berpotensi menjadi Negara yang maju di era globalisasi ini.
Sumber daya alam, sosial, ekonomi, SDM merupakan modal yang lebih dari
cukup untuk mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat (Tony
Suryo Kusumo. 2013). Namun berbagai kekayaan Indonesia yang terbentang dari
Sabang hingga Merauke belum mampu menjadi satu-satunya kunci kemajuan
bangsa. Permasalahan bangsa yang terus menjamur di bebagai bidang, mulai dari
infrastruktur, politik, kesenjangan sosial, hukum, ekonomi, pendidikan, kesehatan,
penanggulangan bencana serta korupsi yang tak kunjung mereda merupakan batu
penghambat perkembangan bangsa. Tetapi yang paling perlu disadari, akar dari
berbagai permasalahan yang sedang menghantam ini adalah kemerosotan moral.
Menurut Yulie Anistyowatie(2013), semua negara pada dasarnya berawal dari
bangsa/negara yang miskin dan bodoh, karena itu tidak ada alasan untuk
mengkambing-hitamkan kemiskinan dan kebodohan sebagai penyebab bangsa ini
terpuruk. Tetapi, tidak semua negara mengalami kemerosotan moral. Seharusnya
kalau mau memperbaiki bangsa Indonesia, kemerosotan moral inilah yang harus
ditangani terlebih dahulu, bukan reaksioner terhadap kasus- kasus yang terjadi
atau hanya berputar-putar dari masalah yang satu ke masalah yang lain.
Hal yang paling memprihatinkan adalah kemerosotan moral ini malah
mudah berkembang biak di kalangan wakil rakyat. Money politik, agama
dijadikan kedok politik, korupsi, kolusi dan nepotisme adalah sebagian bentuk
penyelewengan politik yang terjadi saat ini akibat kemerosotan moral para wakil
rakyat. Kemerosotan moral yang menjalar akan terus membuahkan kerugian bagi
rakyat dan menimbulkan banyak tindakan anarki dan kejahatan terjadi dalam
lingkungan masyarakat.
Dalam kaca mata beberapa pengamat, apabila masih larut berkubang
dalam perhelatan politik pragmatis, mementingkan jabatan tanpa kerja dan
2. kepercayaan publik, mementingkan kemegahan tanpa busana infrastruktur dan
suprastruktut, mengedepankan arogansi tanpa ada kearipan dan kejayaan,
mengutamakan perdebatan tanpa makna keadilan dan kemakmuran maka
Indonesia berada diambang kehancuran (BINA INSAN PERS.2014). Lahirnya
para pemimpin dengan kualitas moral yang tinggi dan jiwa kepemimpinan adalah
obat ampuh dalam menghindari kehancuran bangsa dan bekal berharga untuk
mampu mengibarkan bendera kejayaan Nusantara.
Pemilihan dan penentuan dengan hati nurani serta pola pikir yang cerdas
sangat diperlukan dalam memilih pemimpin bangsa, terutama pemilihan presiden.
Presiden sebagai kepala Negara Republik Indonesia, terpilih karena adanya
kepercayaan rakyat sebagai tonggak utama dalam kepemimpinan bangsa. Jutaan
doa dan cucuran harapan rakyat memberkati setiap lambaian tangan Presiden
dalam menggerakkan perubahan dan menggapai kemajuan.
Bukanlah kesempurnaan yang akan dituntut rakyat pada Presiden. Bukan
pula kemewahan atau kekuasaan, namun terutama pembasmi akar permasalahan
yaitu perbaikan moral bangsa sehingga masa jabatan Presiden tak hanya akan
habis tersita dengan kejutan kerakusan para koruptor dan tikus-tikus papan atas yang
serakah dan rakus, dada Presiden tak akan sakit melihat jurang ketimpangan di negeri ini
yang bagaikan langit dan bumi.
Sumbangan gaji demi kemakmuran rakyat dan hilangnya wajah Presiden di
media akibat kesibukan yang membanjiri, bukan itu pula yang harus direlakan oleh
seorang Presiden demi menggenggam kebanggaan rakyat. Ketegasan, kewibawaan, dan
kepemimpinannya yang mampu mengundang mata dan telinga dunia serta media yang
datang tanpa diundang untuk penyebaran harum kebijaksanannya adalah kebanggaan luar
biasa yang akan menghalangi lahirnya noda penyelesalan terhadap kepercayaan rakyat
pada seorang Presiden.
Bekerja untuk bangsa tanpa wacana untuk memikat, namun hidup dengan
dedikasi yang tinggi demi membangun Indonesia. Cinta akan membawanya perlahan
menginjakkan kaki di 34 Provinsi. Wajah kabur Presiden di benak rakyat perlahan
terobati karena Presiden Indonesia senantiasa mengenalkan diri dan membaur dengan
beragam suku rakyatnya. Ia menyiapkan fasilitas kesehatan dan menjamin pendidikan
3. dan mengajak putra-putri bangsa untuk sambil mencoba mengintip masa depan dengan
bangga. Senantiasa mendengar keluhan rakyat, meneteskan air mata mendengarkan cerita
pedih rakyatnya, begitulah sosok sang pemimpin Negara Republik Indonesi yang
dibisikkan lewat jalur hati ke hati oleh rakyat kepada sang sosok Presiden tercinta.
http://adikarsa.wordpress.com/2013/08/17/indonesiabenarkah-bangsa-yang-sebenarnya-
berpotensi-menjadi-negara-maju/
http://hankam.kompasiana.com/2013/11/13/ternyata-akar-permasalahan-bangsa-indonesia-
bukan-kemiskinan-dan-kebodohan--610360.html
http://binpers.wordpress.com/2014/01/27/pemilihan-umum-2014-pertaruhkan-nasib-
negara-kesatuan-ri/