Dokumen tersebut membahas tentang tauhid sebagai kewajiban utama yang diserukan para rasul. Tauhid adalah menyembah Allah saja tanpa mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Dokumen ini juga membahas tentang syarat-syarat tauhid tujuh butir serta hal-hal yang dapat membatalkan tauhid seperti memakai jimat, menyembah selain Allah, dan bergantung kepada selain-Nya. Dokumen ini menekankan pentingnya mengamalk
2. Landasan Tauhid
Sesungguhnya Tauhid itu adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para
rasul, yang merupakan fondasi da’wah mereka, Allah swt berfirman:Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-
orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-
rasul). (An-Nahl:36)
Dan tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya,
sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Mu’adz
ra berkata: Rasulullah saw bersabda: ‘Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah
mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain.’
Maka barangsiapa yang mengamalkan tauhid akan masuk surga, dan barangsiapa
yang mengamalkan dan menyakini hal-hal yang bertentangan dengannya, maka ia
termasuk penghuni neraka. Dan karena tauhid itu pulalah para rasul diperintahkan
untuk memerangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda
Rasulullah saw: Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah.[H.R. Bukhari-Muslim].
3. Syarat-syarat Tauhid
Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak semua orang yang mengucapkan termasuk ahli tauhid hingga
terpenuhinya syarat-syarat tauhid yang tujuh itu, seperti yang disebutkan oleh ulama, yaitu:
1. Hal-hal yang Mengetahui makna dan maksudnya, dengan kedua dimensinya, baik dari segi peniadaan (laa
ilaha) tiada tuhan maupun dari segi penetapan (illallah) kecuali Allah, jadi tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah swt.
2. Meyakini kandungannya dengan keyakinan yang kuat
3. Menerima apa yang dimaksudkan oleh kalimat ini dengan hati dan lisan
4. Tunduk kepada kandungannya
5. Jujur, yaitu ia menyibutkan dengan lisan yang dibenarkan oleh hatinya
6. Ikhlas yang tidak dicampuri oleh perasaan riya
7. Mencintai kalimat ini dengan segala kandungannya
Sebagaimana kita wajib untuk mengamalkan tauhid dengan memenuhi syarat-syarat maka kitapun
diwajibkan untuk menghindari dan mencegah diri dari perbuatan syirik dengan segala bentuk, pintu dan tempat
masuknya, baik syirik yang besar maupun syirik yang kecil, karena sebesar-besar kezaliman adalah syirik kepada
Allah, dimana Allah swt mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali perbuatan syirik itu. Dan barangsiapa yang
terperosok ke dalamnya maka Allah swt mengharamkan surga baginya dan nerakalah tempat kembalinya. Allah swt
berfirman
: ]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (Q.S. An-Nisaa’:48).
4. Hal-Hal yang Membatalkan Tauhid
Hal-hal yang dapat membatalkan tauhid diantaranya:
Memakai kalung atau benang (yang diikatkan di leher atau di tangan) dari apapun jenisnya, seperti
kuningan, besi ataupun kulit dengan maksud mengangkat(menghilangkan) dan menolak bencana
karena hal ini termasuk perbuatan syirik.
Menggunakan Ruqyah Bid’ah (pengobatan dengan membaca mantra) dan Tamimah (jimat).
mencari berkah pada orang-orang tertentu dengan menyentuh dan meminta berkahnya, atau
mencari berkah pada pohon-pohon, batu-batu dan lain-lain, bahkan kepada Ka’bahpun tidak boleh
disentuh dengan tujuan mencari dan mengambil berkahnya.
Diantara yang membatalkan tauhid adalah menyembelih hewan bukan karena Allah, seperti untuk
para wali, setan-setan, jin dengan tujuan mengambil manfaat dan mencegah kejahatan mereka,
perbuatan ini termasuk syirik paling besar.
Bernadzar untuk selain Allah, karena nadzar itu adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada
selain Allah swt.
Membangun sesuatu diatas kuburan atau membuat kubah dan masjid, serta dilarang meninggikan
(tanah kuburan) nya.
mendatangi tukang sihir, dukun, ahli nujum dan sebagainya. Jadi tukang sihir itu adalah orang yang
kafir, tidak boleh mendatangi, bertanya dan membenarkannya, walaupun mereka mengaku sebagai
wali, syaikh dan sebagainya.
5. Hal-Hal yang Membatalkan Tauhid
Thiyarah (yaitu perasaan pesimis karena melihat suatu jenis burung tertentu) kepada
hari, bulan, atau orang tertentu.
Mengandalkan dan bergantung kepada-sesuatu-sebab (perantara) seperti dokter,
pengobatan, jabatan, dan sebagainya dan tidak bertawakkal kepada Allah SWT.
Meminta hujan berdasarkan musim, bintang dan benda langit lainnya dengan keyakinan
bahwa bintang-bintang itulah yang menurunkan atau menahan hujan.
Perasaan aman dari tipu daya dan adzab Allah serta berputus asa dari rahmat-Nya.
Riya’ dan sum’ah (ingin memperdengarkan kebaikannya) dimana seseorang melakukan
kebaikan karena dunia.
Termasuk perbuatan yang merusak Tauhid adalah mencaci maki tahun, waktu, hari dan
bulan.
Menggunakan nama Abdul Nabi, Abdul Ka’bah dan Abdul Husain. Ini semua dilarang
karena mengandung makna penghambaan diri kepada selain Allah.
Mengangkat orang-orang kafir dan munafiq sebagai pemimpin dengan mengagungkan
dan memuliakan mereka atau memanggil mereka dengan sebutan sayyid (tuan),
menyambut ataupun mencintai mereka.
6. Antisipasi hal yang menafikkan tauhid
1. Dalam masalah Sifat, hendaklah anda menyifati Allah dengan apa yang Dia sifati dirinya dan apa yang
Rasulullah sifati dengan tanpa penyimpangan, penggambaran bentuk, penyerupaan dan peniadaan.
2. Meyakini bahwa Al-Qur’an itu adalah kalam Allah, bukan makhluk yang diturunkan oleh-Nya dan akan
kembali kepada-Nya.
3. Beriman dengan apa yang akan terjadi setelah mati seperti adzab kubur dan sebagainya.
4. Keyakinan bahwa iman itu adalah perkataan dan perbuatan yang bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan.
5. Tidak boleh mengkafirkan seseorang ketika melakukan dosa selain syirik selama ia tidak melakukannya.
6. Ahlus-Sunnah mencintai, mengagumi dan mengikuti seluruh sahabat Rasulullah, apakah mereka
termasuk Ahlul-Bait atau bukan.
7. Mereka beriman kepada karomah para wali yaitu orang-orang yang bertakwa dan sholeh.
8. Mereka tidak melihat bolehnya keluar dari kepemimpinan seorang imam (pemimpin) selama ia masih
menegakkan sholat.
9. Mereka juga beriman kepada takdir baik dan buruk dengan seluruh tingkatannya, dan meyakini bahwa
manusia itu berjalan dan memiliki ikhtiyar (pilihan untuk melakukan usaha atau perbuatan yang
terbaik).
10. Mereka senang melakukan kebaikan untuk manusia, mereka adalah sebaik-baik manusia bahkan
termasuk yang paling adil diantar amanusia
7. KESIMPULAN
Sesungguhnya Tauhid itu adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para
rasul, yang merupakan fondasi da’wah mereka, Allah swt berfirman: Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut (An-Nahl:36)
Dan tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya,
sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Mu’adz
ra berkata: Rasulullah saw bersabda: ‘Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah
mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain’.
Sebagaimana kita wajib mengamalkan Tauhid dan berhati-hati dari segala hal yang
bertentangan dan membatalkannya, maka kita juga harus selalu berjalan diatas
jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang dikenal dengan sebutan Al-Firqatun Najiyah
(golongan yang selamat) yaitu jalan orang-orang salaf (dulu) umat ini seperti para
sahabat dan yang datang sesudah mereka dalam segala aspek aqidah dan akhlak.
Dan sebagaimana Ahlus Sunnah memiliki manhaj (jalan hidup) dalam hal aqidah
pada masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah dan sebagainya, maka demikian
pula mereka memiliki manhaj dalam hal tingkah laku, akhlak, muamalah, ibadah,
dan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu ketika Rasulullah
saw menyebutkan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan: Semua di
neraka kecuali satu, Beliau ditanya: Siapa mereka? Lalu Beliau menjawab: Mereka
adalah seperti apa yang para sahabatku jalani sekarang.