Dokumen tersebut membahas tentang bencana alam di Indonesia yang disebabkan oleh proses geologi seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir bandang. Juga menjelaskan tentang pengukuran kekuatan gempa menggunakan skala magnitudo dan intensitas, serta hubungannya dengan kerusakan yang ditimbulkan. Dokumen tersebut juga menyinggung tentang pentingnya penelitian arkeologi untuk mengungkap
6. Kekuatan gempa diukur dari magnitudonya yang berdasarkan
atas energi yang terlepaskan dan ditentukan dari amplitudo
gelombang sismik yang tercatat di sismograf.
Peralatan pencatat gempa terdiri dari:
Sismometer (penangkap getaran) dan merubah gelombang
mekanik menjadi gelombang elektromagnet dan yang dicatat
oleh sismograf (pencatat gempa). Catatannya disebut
sismogram.
C.F. Richter pada tahun 1935 membuat alat pengukur sekala
magnitudo. Secara empiris dia membandingkannya dengan
gempa-gempa di California. Magnitudo ini kemudian disebut
dengan Sekala Richter (SR).
Besaran ini bervariasi secara logarithm dengan amplitudo
gempa. Jadi setiap penambahan angka bulat pada magnitudo
mewakili penambahan sebesar 10 x amplitudo gempa.
Konsekuensinya ialah magnitudo 6 menghasilkan gerakan
tanah dengan amplitudo 10 x sebesar gempa dengan
magnitudo 5 dan 1000 x sebesar amplitudo 3.
KEKUATAN GEMPA
7. Magnitudo ini tergantung dari energi yang dilepaskan.
Gutenberg dan Richter mendekati perumusan untuk
energi yang terlepas ialah:
Log E = A + BM
E = energi dalam erg
A = 11,4
B = 1,5
M = magnitudo
INTENSITAS GEMPA
Intensitas ini menunjukkan kerusakan yang
ditimbulkan oleh suatu gempa. Mercalli pada tahun
1902 membuat sekala kerusakan ini yang kemudian di
modifikasi oleh Wood dan Neumann dan Richter,
terkenal dengan sekala MM (Modified Mercalli Scale).
8. Intensitas Sifat Pemerian (Description)
I Tak Terasa Hanya dapat dicatat oleh alat
II Lemah Dirasakan oleh manusia yang kepekaannya tinggi
Barang-barang yang digantung bergoyang
III Ringan Terasa getaran seperti mobil atau truck lewat. Kendaraan yang sedang
diparkir bergoyang
IV Sedang Dirasakan dalam rumah. Terabangun dari tidur. Jendela dan piring-piring
bergetar.
V Agak Kuat Dirasakan oleh semua orang. Plesteran tembok berjatuhan. Jendela dan
piring-piring pecah. Bandul jam bisa berhenti
VI Kuat Dirasakan oleh semua orang. Mulai takut dan panik. Meja dan kursi
bergerak
VII Sangat kuat Alarm; Orang-orang keluar rumah. Bangunan yang kurang kuat mulai rusak.
Terasa di kendaraan yang sedang bergerak
VIII Merusak Alarm umum; Setiap orang keluar rumah. Bangunan kurang kuat roboh.
Bangunan kuat sedikit rusak. Monumen bergetar. Meja dan kursi terbalik
IX Sangat merusak Panik. Bangunan kurang kuat hancur lebur. Bangunan kuat mulai retak.
Fondasi rusak. Pipa bawah tanah pecah. Tanah mulai belah-belah
X Penghancur Panik. Bangunan yang sangat bagus dan kuat dapat bertahan. Fondasi
hancur. Tanah merekah. Rel kereta api bengkok. Terjadi tanah longsor
XI Sangat
penghancur
Panik. Bangunan sangat kuat yang dibangun sesuai aturan kode bangunan
masih berdiri tegak. Rekahan tanah makin melebar
XII KatastrofI Sangat panik. Perusakan total. Gelombang dapat dilihat di tanah. Benda-
bendan bertebangan
SKALA INTENSITAS MERCALLI GEMPABUMI
(MODIFIED MERCALLI SCALE OF EARTHQUAKE INTENSITIES)
9. PERBANDINGAN ANTARA MAGNITUDO
RICHTER DAN INTENSITY
Magnitud
Intensitas
Maksimum
Jumlah per tahun
Ekualensi energi yang
lepas pada waktu
kejadian
0 700 000 l.k. 500 gram TNT
1
2
2 – 2,9 II 300.000
3
3-3,9 49.000
4 III
4-4,9 Minor 6.200
5 VI Bom Atom 20.000 ton TNT
5-5,9 Merusak 800
6 VII Bom hidrogen, 1 megaton
6-6,9 Sangat
merusak
120
7 X
7-7,9 Major 18
8 XII
8-8,6 Besar sekali 1 setiap beberapa
tahun
60.000 bom 1- megaton
10. PERIODISASI BENCANA dan
MITIGASINYA
• Dapat tercatat di kebudayaan yg terkubur
• Setiap kebudayaan memuncak di katastrofi
akibat bencana
• Setelah katastrofi, kebudayaan akan dimulai
baru dg bahan2 tersisa / survivor
• Danau2 (purba), pinggiran2 sungai (purba),
tepi2 pantai (purba), tinggian2, gua2, candi2,
piramida2: kemungkinan menyimpan catatan2
bencana dan mitigasinya
11. Kemungkinan lokasi2 peninggalan arkeologi pra sejarah di sekitar danau mencatat
bencana2 gempa (LIWA) dan letusan Gn Api Lampung - Sumsel
12. BEBERAPA PATAHAN RAWA DANAU BANTEN YG KMUNGKINAN
BERHUBUNGAN DG SPLAY PATAHAN SUMATRA DAN GN KRAKATAU
KEMUNGKINAN LOKASI
PENINGGALAN2 ARKEOLOGI
DARI ABAD 3-4 DI DAERAH INI
YG TERKAIT DG LETUSAN
KRAKATAU PURBA PRA 1883
13. PENELITIAN PENINGGALAN2 ARKEOLOGI MANUSIA PRA-SEJARAH DI
SEKITAR DANAU BANDUNG PURBA DAPAT MENGUAK SEJARAH BENCANA
DAN MITIGASI DI SEPUTARAN GN SUNDA PURBA (SESAR LEMBANG,
LETUSAN LELERAN LAVA GN API, BANJIR, KEKERINGAN DANAU DSB)
14. Rangkaian gunung api berbatu keras membentang dari Gunung Puncaksalam,
Pasir Kamuning, Pasir Kalapa, Gunung Lalakon, Pasir Malang, Gunung Selacau,
Gunung Lagadar, Gunung Padakasih, Gunung Jatinunggal, sampai Gunung
Bohong di selatan Cimahi. Rangkaian gunung itu disebut sebagai Pematang
Tengah karena membatasi Danau Bandung timur dan barat.