Penulisan sirah Nabi Muhammad menduduki urutan kedua setelah penulisan sunnah beliau (baca: hadist Rasulullah). Orang yang pertama memberikan perhatian besar penulisan riwayat hidup nabi dan berbagai peperangan yang diikuti Nabi adalah Urwah bin zubair, Abban ibn Utsman, Wahab bin Munabih, Syarhabil Ibn Sa’d dan Ibn syihab az-zuhri. Sayangnya, tulisan yang disusun oleh kelima tokoh itu musnah ditelan waktu. Yang sampai ke tangan kita hanyalah fragmen-fragmen kecil yang berserakan di sana sini yang berhasil dihimpun oleh Ibn ishaq walau tak semuanya
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Fadh Ahmad - Kajian sirah Nabi saw Menurut ilmuwan Muslim dan Orientalis
1. 1
Kajian Sirah Nabi saw Menurut Ilmuwan Muslim dan
Orientalis
1
Oleh: Fadh Ahmad Arifan
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
Di dalam al-Qur‟an disebutkan Nabi Muhammad saw adalah suri tauladan tiada duanya.
Tidak mungkin kita mengetahui suri tauladannya jika tidak membaca dan menghayati
riwayat kehidupan Nabi Muhammad saw. Berbeda dengan Nabi-nabi yang lain, Nabi saw
lahir dalam sorotan sejarah yang terang. Beliau adalah tokoh historis yang eksisstensinya
jelas ada. Orang mencatat riwayat hidupnya secara rinci, mulai dari siapa yang membantu
kelahirannya, berapa utas uban dihari tuanya, hingga bagaimana dia menghembuskan
nafasnya yang terakhir.2
Sudah tak terhitung banyaknya buku-buku yang membahas sejarah Nabi saw. Dari Ibn
Ishaq, Ibn Hisyam hingga tulisan sarjana-sarjana di abad modern baik orientalis maupun
ilmuwan Muslim. Boleh dibilang kajian sirah nabawiyah, biografi tentang Nabi terakhir Ini,
adalah kajian biografi yang paling banyak dilakukan para ilmuwan.
Dari ilmuwan Muslim misalnya, kajian ilmiah sejarah nabi dilakukan oleh Muhammad
Husain Haykal yang menulis buku Hayat Muhammad. Dr. Abdul Radhi Muhammad, Syekh
Akram Dhiya‟ Al-Umri, Mustafa as-Sibai, Shafiyur Rahman Al-Mubarakfuri, Dr. Said
Ramadhan al-Buthi, Syauqi Abu Khalil dengan karya Monumentalnya Atlas Siroh an-
Nabawiyyah, Abul Hasan Ali An Nadwi dari India, Muhammad bin Alwi al-Maliki, Martin
Lings alias Abu Bakar Sirajuddin (w. 2005) hingga Fethullah gulen asal Turki. Sedangkan di
Indonesia, terdapat KH Moenawar Chalil yang menulis Kelengkapan Tarikh Nabi
Muhammad (6 jilid), H. Al-Hamid al-Husaini dengan judul „Riwayat Kehidupan nabi besar
Muhammad‟ (yayasan al-Hamidiy, 1991). Buku ini cukup impresif karena sumber-sumber
penulisannya tidak menggunakan buku-buku yang ditulis oleh para orientalis sebagai rujukan
1
Alumni MAN 3 Malang dan telah menyelesaikan S2 Studi Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Malang
2
Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah: Kurun Makkah, suatu Penafsiran Baru (Jakarta: Tama
Publisher, 2005), hal 4
2. 2
dalam daftar pustakanya. Hal serupa bisa kita temukan pada karya Martin Lings. Dan yang
terbaru adalah karya Quraish shihab „Membaca sirah Nabi Muhammad saw‟ (Lentera hati,
2011). Selain dalam bentuk buku ilmiah. Ada juga penulis seperti Andy wasis yang menulis
buku berjudul „Rasul‟ dalam format Novel sejarah.
Dari kalangan orientalis, penulisan sejarah hidup Nabi saw dirintis oleh Thomas Carlyle
(1795-1881). Thomas pernah menulis buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
oleh Ali Adham dengan judul Al-Abthâl dimana orientalis asal Inggris itu menulis satu pasal
tentang Nabi Muhammad saw yang isinya cukup simpatik.3 Selain Thomas, ada Marshal
Hodgson dengan bukunya The Venture of Islam dan tentu saja yang tidak boleh dilupakan
adalah Karen Amstrong. Akan tetapi jika kita cermati bersama mengenai karya-karya
orientalis tentang sirah Nabi saw, lebih banyak yang ngawur, penuh kebencian dan
tendensius ketimbang yang obyektif, memberi penghargaan dan simpatik kepada Nabi saw.
Oraeintalis yang penulis maksudkan diantaranya: Philip K. Hitti, William Montgomery Watt,
H.A.R. Gibb, William Muir dan Emile Dermenghem. Metodologi orientalis (baca: filologi,
deduksi individu, metode kritik sejarah dll) tentu tidak ada ada apa-apanya jika dibandingkan
dengan metodologi ilmuwan Muslim yang menggunakan sanad, riwayat, kaidah jarh wa
ta’dil dan prinsip periwayatan hadist sebagai alat pengukur kebenaran.
Pakar Sejarah, Prof. Azyumardi Azra berpendapat penulisan sîrah Nabi bukan berasal dari
pengaruh tradisi Yahudi, Kristen, atau Persia; justru akar penulisan Sîrah Nabi berasal dari
dari ajaran Islam sendiri. Akan tetapi, Nabi tidak pernah menulis atau memerintahkan untuk
menulis biografinya sendiri.4 Meski begitu, penulisan sirah Nabi menduduki urutan kedua
setelah penulisan sunnah beliau (baca: hadist Rasulullah). Orang yang pertama memberikan
perhatian besar penulisan riwayat hidup nabi dan berbagai peperangan yang diikuti Nabi
adalah Urwah bin zubair (93 H), Abban ibn Utsman, Wahab bin Munabih, Syarhabil Ibn Sa‟d
dan Ibn syihab az-zuhri. Sayangnya, tulisan yang disusun oleh kelima tokoh itu musnah
ditelan waktu. Yang sampai ke tangan kita hanyalah fragmen-fragmen kecil yang berserakan
di sana sini yang berhasil dihimpun oleh Ibn ishaq walau tak semuanya.5
3
Quraish shihab, Orientalisme, dalam http://www.psq.or.id (diakses pada 29/5/2012 pk 18.05)
4
Kata Pengantar Azyumardi Azra, dalam buku Versi Terdalam: Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)
5
Lihat Mustafa as-Siba’ie, The Life of Prophet Muhammad: Hightlight and Lesson (Riyadh: International
Islamic Pblishing House, 2003), hal 33; Said Ramadhan al-Buthi, Fikih Sirah: Hikmah Tersirat Dalam
Lintas Sejarah Hidup Rasulullah saw, (Hikmah, 2010), hal 6
3. 3
Secara garis besar, kajian sirah Nabawiyyah bisa di bagi menjadi 4 macam, yaitu: sîrah
Nabi dengan gaya penulisan versi tradisional, penulisan versi modern, penulisan versi
tematik dan versi ringkasannya (Mukhthasar). Versi tradisional mengacu pada pendekatan
kronologis yang ditulis secara berurutan dan rinci dimulai dari pra-Islam/Jahillyah, nasab,
kelahirannya hingga wafatnya Nabi. Kemudian penulisan sirah nabi versi modern, sebetulnya
rujukannya mengacu pada kitab-kitab klasik tetapi ditulis dengan metode ilmiah yang salah
satu tujuannya mengcounter karya-karya orientalis yang tidak obyektif. Adapun versi yang
tematik, metode penulisannya sama dengan versi tradisional dan modern. Bedanya para
ilmuwan yang memilih versi tematik biasanya mengkhususkan pada tema-tema yang sesuai
dengan masalah kekinian.6
Di era sekarang, terdapat dua versi sirah Nabi yakni versi ilmuwan Sunni dan Syiah. Apa
perbedaan diantara keduanya? Kalau kita baca karya-karya seperti Muhammad Husain
Haykal, Shafiyur Rahman Al-Mubarakfuri dan Said Ramadhan al-Buthi, sisi nabi sebagai
manusia biasa akan nampak. Maksudnya jika sebagai manusia biasa, beliau pernah
merasakan “takut” ketika menerima wahyu, mencuekin orang buta (Ummi maktum). Bahkan
soal penyerbukan kurma yang gagal hingga berbuat “khilaf” sehingga oleh Allah swt beliau
ditegur. Misalnya Nabi pernah mengharamkan dirinya atas madu. Sumber-sumber referensi
yang digunakan sejahrawan sunni diantaranya: al-Qur‟an, kitab-kitab hadist, para perawi
yang memiliki perhatian besar terhadap sirah Nabi saw.7
Terakhir, kita bahas bagaimana versi kalangan Syiah. Ada beberapa yang menulis sejarah
nabi diantaranya: Syed Amer Ali, Murtadha Mutahari yang karyanya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia dengan judul Sirah Sang Nabi. Kemudian ada Ali Syari‟ati, Ja‟far
Subhani dengan bukunya berjudul The Message dan Sayid Ali Asgher Razwy. Dalam versi
kalangan Syiah, Sisi nabi sebagai manusia tidak akan dinampakkan. Menurut pandangan
mereka Nabi saw itu maksum, bersih dari kesalahan dan sempurna perilakunya.8 Kalangan
syiah referensinya mengacu pada Nahjul balaghah, Kanzul Fawa'id, Biharul anwar,9 al-Kafi
serta dilengkapi dengan referensi dari kalangan Sunni dan orientalis.
6
Kata pengantar Azyumardi Azra, Op.Cit. hal XII
7
Said Ramadhan, Fikih Sirah... hal 7
8
Lihat Ja`far Subhani, The Message (Pakistan: Islamic Seminary Publications, tt)
9
Biharul anwar adalah kitab terbesar mazhab Syi'ah yang memuat hadits dari kitab-kitab rujukan syiah
karya Muhammad Baqir Al Majlisi. Syiah menganggap Majlisi sebagai salah satu ulama yang dihormati
dan diagungkan. Dia dianggap sebagai salah satu ulama yang menguasai dan menjaga mazhab syiah.
4. 4
Sudah barang tentu mereka akan menonjolkan peranan Ali bin abi Thalib. Contohnya
dalam buku Ali Asgher Razwy, ada sub bab mengenai kelahiran Ali, peranan Ali dalam
Perang Uhud dan perang Hunain bahkan saat detik-detik wafatnya nabi dan upacara
pemakaman nabi.10 Kalangan Syiah meragukan nabi Muhammad wafat di pangkuan siti
Aisyah, mereka hanya meyakini beliau wafat di pangkuannya Ali. Mengenai prosesi
pemakaman nabi, Masih menurut versi syiah, ketika Ali dan bani Hasyim sedang sibuk
memakamkan nabi, justru abu bakar, Umar bin Khattab dan beberapa orang lainnya sibuk
membicarakan dan salin mengklaim tampuk kekhalifahan.11 Wallahu’allam bishowab
10
Tentang Ali sibuk mengurus pemakaman Nabi saw, bisa dibandingkan dengan Barnaby Rogerson,
Muhammad Biografi singkat (Yogjakarta: Mitra buku, 2012), hal 273-274
11
Ali Asgher Razwy, Muhammad Rasulullah saw: Sejarah lengkap Kehidupan dan Perjuangan Nabi
Islam Menurut Sejahrawan Timur dan Barat, (Zahrah, 2004), hal. 400