SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam perawatan tanaman budidaya.
Pemupukan merupakan kegiatan pemberian unsur hara dari luar yang dibutuhkan
tanaman budidaya, yang di maksudkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman
budidaya. Pemupukan yang baik dilakukan secara rutin dan menggunakan teknologi
pengaplikasian yang benar agar dapat maksimal kinerja pupuk tersebut. Teknologi
pemupukan setiap tanaman berbeda beda, tergantung jenis tanaman dan juga kebutuhan
pupuk tanaman tersebut.
Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani
yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan
bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik
adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya
serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro
dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia.
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan
yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan
kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan.
Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh
warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air
rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih
perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan
peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.
Pada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan kita memepelajari tentang
pembuatan pupuk kompos dengan berbagai bahan dan perlakuan yang berbeda-beda untuk
mengetahui hasil pupuk kompos yang terbaik.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui definisi pupuk
b. Untuk mengetahui macam-macam pupuk
c. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk kompos
d. Untuk mengetahui kandungan dari pupuk kompos

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang baik dan benar serta
mengetahui kandungan-kandungan dari pupuk kompos.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik., kimia, biologi
sehingga lebih subur bagi pertumbuhan tanaman. (Rasmarkam, 2002)
Pupuk adalah bahan-bahan organik ataupun anorganik yang diberikan pada tanah
untuk memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapi substansi anorganik
esensial bagi tanaman. (Santoso, 1996)
Pupuk adalah bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman, zat makan (hara)
tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
mempertahankan pertumbuhannya. (Sudarmoto, 1997)
Fertilizer are materials added to soils to supply element-element essential for plant
growth. “Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk menyediakan
unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.” (Hadisuwito, 2006)
Fertilizer are meterials madeup as additional media on plant nutrient elements
countained there in. “Pupuk adalah bahan yang tersusun sebagai tambahan media pada
tanaman yang mengandung unsur-unsur hara didalamnya”. (Kloepper, 1993)
Fertilizer is material use to atter the physical properties, chemical or biological soil, so
that become better for plant growth. “Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk sifat
fisik, kimia atau biologi tanah, sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman.” (Kleger, 2006)
2.2 Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia
seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos yang berbentuk cair maupun padat.
(Suriardikata dan Styorini, 2005)
Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan
yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat
tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. (Lingga dan Marsono,
2000).
Organik fertilizer are natural fertilizer made from plant and animal residues, or their
by products or wastes. “Pupuk organik adalah pupuk alami yang terbuat dari sisa-sisa
tanaman dan hewan, atau produk dengan atau limbah.” (Saddleback, 2010)
3
2.3 Pengertian Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46%
(setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk Anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau
biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. (Lestari dkk, 2010)
Inorganik fertilizers are chemical fertilizers (non-natural) are always produced by the
industry so it is also known as chemical fertilizers or artificial fertilizers. “Pupuk
anorganik adalah pupuk kimia(non alami) selalu diproduksi oleh industri sehingga
juga dikenal sebagai pupuk kimia atau pupuk buatan.” (Mahmoud, 2009)
2.4 Macam-Macam Pupuk
2.4.1 Berdasarkan Sumber Bahan Baku
Berdasarkan sumber bahan bakunya, pupuk ini dapat terbagi ke dalam dua macam :
2.4.1.1 Pupuk alam/ organik
Pupuk alam atau disebut organik ini terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam
tanpa proses yang berarti. Jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik
alami benar - benar diambil langsung dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan,
tanah, baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi. Pupuk ini misalnya pupuk kompos,
pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P.
2.4.1.2 Pupuk buatan/ anorganik
Pupuk buatan atau disebut anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah
pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan
Sutandi, 2004), sekaligus yang dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya
alam melalui proses fisika dan atau kimia. Misalnya: TSP, urea, phonska, dan masih
banyak lainnya. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah
unsur N, P, dan K.

2.4.2 Berdasarkan Bentuk Fisik
2.4.2.1

Padat
Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah

larut air sampai yang sukar larut. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang
berbentuk padat dan lazim digunakan petani. Pemakaiannya dilakukan dengan cara
ditaburkan atau dibenamkan di dalam tanah.

2.4.2.2 Cair
4
Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air.
Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung banyak hara, baik
makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk
cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah
(diinjeksikan).
Pupuk cair umumnya merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan
dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik yang mengandung
unsur karbon, vitamin, atau metabolit skunder dapat berasal dari ekstrak tanaman,
tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pemberian pupuk organik cair umumnya
dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dengan cara disiram ke tanah.

2.4.3 Berdasarkan Kandungannya
2.4.3.1 Pupuk Makro
Pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, nitrophoska, gandasil.
2.4.3.2 Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya:
mikrovet, mikroplek, metalik.
2.4.3.3 Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering
juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur
tumbuh (hormon tumbuh) (Widyati, 2006).

2.5 Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik
Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik
Pupuk Organik

Pupuk Anorganik

Berasal dari sisa-sisa makhluk hidup

Tidak berasal dari sisa mahkluk hidup

Mengandung ikatan karbon

Berasal dari bahan kimia sintetik

Kandungan unsur haranya tidak jelas

Tidak mengandung ikatan karbon

Bahan baku sulit didapat

Kandungan unsur haranya jelas

Baunya menyengat

Mudah di dapat

Tidak praktis dalam pengangkutan

Praktis dalam pemakaian

Biaya produksi lebih mahal

Biaya produksi lebih murah

Tidak tahan lama

Dapat disimpan lama

( M.Mulyani,2008)

5
2.6 Manfaat Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik
 Manfaat pupuk organik adalah :
a) Meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas.
b) Mengurangi pencemaran lingkungan.
c) Meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
d) Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
e) Dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara tanaman.
f) Sumber energi dan hara bagi mikroba.
g) Berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam
pembentukan pupuk.
h) Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan
sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi.
( Muhammad D,2009)


Manfaat pupuk anorganik adalah :
a. Mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
b. Mengandung unsur hara yang tinggi.
c. Konsentrasi akan zat-zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tinggi.
d. Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.
(Sarwono,2003)

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik
Kelebihan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik
Pupuk Organik

Pupuk Anorganik

Menyediakan kebutuhan unsur hara

Kandungan unsur haranya jelas

secara perlahan

Mudah didapat

Memperbaiki struktur tanah

Membutuhkan sedikit tenaga kerja

Meningkatkan kesuburan tanah

Dapat langsung diaplikasikan ke tanah

Membantu mencegah erosi pada tanah
lapisan atas
Biayanya lebih murah
(M.P.Sirappa,2007)

6
Kekurangan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik
Pupuk Organik

Pupuk Anorganik

Ketika dicampur dengan pupuk

Biaya lebih mahal

anorganik maka biayanya akan

Mudah mengalami leaching

menjadi lebih banyak

Mengandung gara yang tidak dapat

Pada pembuatan pupuk ada

diserap oleh tanaman

kemungkinan terkontaminasi oleh

Mencemari lingkungan

pathogen

Jika over dosis dapat merusak

Bahan baku sulit di dapat karena

tanaman

saingan dengan pakan ternak
Membutuhkan lebih banyak tenaga
kerja
Kandungan nutrisi yang diaplikasikan
ke tanah tidak jelas
(M.Mulyani,2008)

2.8 Pengertian Kompos
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumputrumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang
telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara
mineral yang esensial bagi tanaman. (Setyorini et al.,)
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses
pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang
bekerja di dalamnya. (Murbandono, 1982)
Compost is a mixture of decaying organik matter, as from leaves and manure, used as
a soil amendment to improve soil structure and provide nutrients.The composting
process is largely the result of the activity of aerobic organisms.
“Kompos adalah campuran bahan organik yang membusuk, seperti dari daun dan
pupuk kandang, digunakan sebagai dasar tanah untuk memperbaiki struktur tanah dan
memberikan nutrisi. Proses pengomposan sebagian besar merupakan hasil dari
aktivitas organisme aerob.” (Beaulieu, 2012)

7
2.9 Manfaat Kompos
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa
manfaat sebagai berikut.
Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman
Menggemburkan tanah
Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah
Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
Memudahkan pertumbuhan akar tanaman
Menyimpan air tanah lebih lama
Mencegah lapisan kering pada tanah
Mencegah beberapa penyakit akar
Menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan
Menyediakan makanan bagi plankton yang menjadi makanan udang atau ikan
Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia
Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena harganya lebih
murah, berkualitas, dan akrab lingkungan
Bisa menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya yang lebih hemat, sebagai
contoh untuk tanaman pangan hanya memerlukan 0,5 kg tiap m2 untuk tiap musim
Bersifat multiguna karena bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar pupuk organik yang
diperkaya dengan mineral, inokulum bakteri pengikat N dan inokulum bakteri
pemfiksasi P; media tanam dalam bentuk pelet; biofilter pada sistem pengomposan
tertutup; dan untuk briket bahan bakar.
Bersifat multilahan karena bisa digunakan dilahan pertanian, perkebunan, reklamasi
lahan kritis, padang golf, dll. (Murbandono, 1982)

2.10 Ciri Kompos yang Sudah Matang
Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping
kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan
menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman. penambahan kompos yang belum
matang ke dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara
tanaman dan mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

8
Secara umum kompos yang sudah matang dapat dicirikan dengan sifat sebagai berikut.
1. Berwarna cokelat tua hingga hitam dan remah.
2. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk
suspensi.
3. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifosfat, atau larutan amonium
oksalat dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi
lebih lanjut menjadi zat humic, fulvic dan humin.
4. Rasio C/N sebesar 20-40, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi.
5. Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorpsi terhadap air yang tinggi.
6. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan
bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. nilai pupuknya ditentukan oleh
kandungan nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium.
7. Memiliki temperatur yang hampir sama dengan termperatur udara
8. Tidak mengandung asam lemak yang menguap
9. Tidak berbau.
(Djuarnani et al., 2005)

9
BAB III
METODOLOGI
3.1

Tempat dan Waktu
 Pembuatan Kompos Daun Lamtoro
 Tempat :
UPT. Kompos Universitas Brawijaya Malang
 Waktu :
Penghancuran daun Lamtoro, tanggal 11 Oktober 2012
Pemberian EM4, tanggal 11 Oktober 2012
 Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos
 Tempat :
Laboratorium Kimia Tanah I, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya
 Waktu :
Pengukuran Kadar C-Organik : 15 November 2012, N-Total : 19 November
2012, Pukul 09.15 - 11.00 WIB, dan PH Kompos :17 dan 26 oktober, 1, 8 ,dan
12 November.
 Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair
 Tempat :
PT. Kompos Universitas Brawijaya Malang
 Waktu :
Pembuatan Pupuk Granuler dan Pupuk Cair, tanggal 06 Desember 2012, Pukul
09.00-Selesai

3.2

Alat dan Bahan
 Pembuatan Kompos Alat
 Timbangan

: untuk mengitung berat jerami padi

 Mesin penghancur

: sebagai alat untuk menghaluskan jerami lamtoro

 Gelas ukur

: sebagai tempat pereaksi molase dan EM4

 Gembor

: sebagai tempat air untuk menyiram jerami

 Tabung sprayer

: mempermudah pengaplikasian EM4 dan Molase

 Termometer

: sebagai alat mengukur suhu

 Garu

: sebagai alat pembolak-balik jerami

 Polybag

: sebagai tempat pengkomposan

 Talirafia

: mempermudah menutup polybag

 Label

: memberi tanda pada kemasan (polybag)
10
 Jas lab

: mencegah terkontaminasi

 Sarung tangan

: mencegah terkontaminasi

 Masker

: mencegah terkontaminasi

 Kamera

: mendokumentasikan

 Alat tulis

: sebagai alat untuk mencatat hasil

 Kertas

: media penulisan

Bahan
 Daun lamtoro(30 kg) : bahan utama pembuatan kompos
 Bakteri EM4 (10 ml) : sebagai bioaktivator saat pengkomposan
 Molase (10 ml)

: sebagai campuran EM4 dan sumber nutrisi atau
makanan bakteri EM4

 Solar (1 liter)
Air (2 liter)

: untuk menjalankan mesin penghancur
: untuk membasahi jerami

 Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos
Alat pengukuran Kadar C-Organik
 Timbangan

: untuk menimbang bahan

 Erlenmeyer

: tempat pereaksi

 Pipet

: mengambil cairan dalam jumlah kecil

 Kjedahl

: digunakan untuk menyuling larutan dalam
perhitungan N-total

 Pengaduk (stirer)

: sebagai pengaduk

 Kamera

: untuk mendokumentasikan

Alat pengukuran Kadar N-Total
 Timbangan

: untuk menimbang bahan

 Labu Kjeldahi

: tempat mereaksikan dalam perhitungan N-total

 Alat dektruksi

: untuk membakar hingga asapnya hilang

 Pengaduk (stirer)

: sebagai pengaduk

 Kamera

: untuk mendokumentasikan

Alat pengukuran Kadar PH Kompos
 Botol film

: tempat pencampuran kompos dengan aquades
untuk mengukur pH Kompos

 Timbangan

: untuk menimbang bahan

 pH meter

: mengukur pH kompos

 Kamera

: untuk mendokumentasikan
11
Bahan pengukuran Kadar C-Organik
 Pupuk kompos
 Larutan K2Cr2O7 untuk mengikat rantai karbon
 Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) dapat memisahkan rantai karbon
 Larutan H3PO4 85% dapat menghilangkan pengaruh Fe3+
 FeSO4 digunakan untuk metiltrasi
Bahan pengukuran Kadar N-Total
 Pupuk kompos
 H2O murni atau aquadest untuk menghentikan reaksi H2PO4
 Selen dapat membantu pembakaran
 Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) dapat membantu proses pembakaran
 NaOH 40% untuk campuran proses penyulingan
 Asam Borat untuk campuran proses penyulingan
Bahan pengukuran Kadar PH Kompos
 Pupuk kompos
 Larutan buffer digunakan untuk menetralkan pH meter
 H2O murni atau aquadest untuk campuran larutan
 Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair
Alat pembuatan Pupuk Granular
 Plastik

: tempat pupuk granule yang sudah jadi

 Wadah

: untuk tempat cairan kompos

 Granulator

: alat untuk membentuk pupuk menjadi granule

 Kamera

: untuk mendokumentasikan kegiatan

Alat pembuatan Pupuk Cair
 Saringan

: untuk menyaring pupuk cair

 Alat pengaduk cairan : mengaduk atau meratakan cairan kompos
 Kamera

: untuk mendokumentasikan kegiatan

Bahan pembuatan Pupuk Granular
 Pupuk kompos
 Molase 100ml mempercepat dalam proses penggranulan
 Bubuk arang hitam sebagai campuran dalam pembuatan pupuk granule
Bahan pembuatan Pupuk Cair
 Air 1 liter

: campuran pembuatan pupuk cair

 Pupuk kompos
12
3.3

Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan Kompos
Persiapan Alat dan
Bahan

Menyiapkan Mollase
Dan EM4

Campurkan Mollase + EM4
Tambahkan air secukupnya

Masukkan dalam kotak kayu

Menimbang Bahan
sebanyak 30 kg

Menggrinding /
Menghaluskan Bahan

Menyiramkan Larutan ( Mollase,
EM4 + Air) ke bahan pupuk

Aduk Hingga Rata

Amati dan Ukur suhu
serta pH setiap minggu

Letakkan pada tempat teduh serta tutup
bagian atas dengan karung goni

13
3.3.2 Pengukuran Kadar
 C-Organik

Timbang kompos 0,1 gram halus (yang
lolos melalui ayakan 0,5 mm)

Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat, labu

Masukkan dalam labu
erlenmeyer 500 ml

Tambahkan10 ml tepat larutan K2Cr2O7

erlenmeyer digoyang-goyangkan
untuk membuat kompos bereaksi
sepenuhnya. Diamkan selama 20-30
menit.

Larutan diencerkan dengan air
sebanyak 200 ml

Sesudah itu tambahkan 10 ml H3PO4
85% dan difenilamina sebanyak 30
tetes

Catat hasil dan hitung persentase
bahan organiknya

Larutan dititrasi dengan larutan
FeSO4 melalui biuret. Perubahan dari
warna hijau gelap sampai pada titik
akhir titrasi warna berubah menjadi
hijau terang.
14
 N-Total

Ditimbang 0.1 g contoh kompos dan
masukkan ke dalam labu kjedahl

ditambahkan 25 ml NaOH
40% lalu disulingkan
dengan segera

Ditambah 1 g campuran garam dan 5
ml H2SO4 pekat. Kemudian didektruksi
pada temperatur 300oC. Tunggu
sampai asap hilang
.

Setelah sempurna didinginkan
lalu diencerkan kira-kira
dengan 60 ml H2O

Sulingan ditampung dengan asam borat
penunjuk sebanyak 20 ml, dan biarkan
bereaksi di kjedahl sampai warna
penampung menjadi hijau dan

Dititrasi sampai titik akhir dengan
H2SO4 sampai warnanya kembali
ke warna semula

volumenya kurang lebih 50 ml

Catat hasil
15
 PH Kompos

Siapkan botol film dan beri kode untuk
larutan Timbang 5 g sampel kompos

Tambahkan aquades sebanyak 10 ml

yang sudah kering udara, masukkan ke
botol film
Homogenkan (kocok) selama 15 menit.

Bufferkan PH meter dengan H2O (aquades)

Sambil menunggu kompos yang sedang
dikocok, nyalakan pH meter.

Catat pH kompos tersebut.

Ukur pH dari larutan kompos tersebut
dengan menggunakan pH meter
16
3.3.5 Pembuatan Pupuk Granular

Saring daun dengan pengayakan (0,5)
kemudian dilanjutkan dengan (0,1)

Dikering anginkan selama 2
hari

Ambil hasil ayakan pupuk kompos,
timbang (1kg)

Masukkan pada pan granulator dan beri molase
untuk merekatkan serta abu agar agregat konstan
pada ukuran kecil

3.3.6 Pembuatan Pupuk Cair

Ambil pupuk kompos yang telah jadi,
lalu, letakkan dalam ember

Masukkan dalam kemasan botol
plastik

Tambahkan air, Aduk campuran
bahan tersebut hingga merata

Tutup ember dengan plastik rendam
selama 24 Saring hasilnya
jam

17
3.4 Analisa Perlakuan Pada Pupuk Kompos
3.4.1 Pembuatan Kompos
Dalam proses pembuatan kompos diawali dengan persiapan alat dan bahan, lalu untuk
menghaluskan bahan dilakukan penggrindingan setelah menimbang bahan sebanyak 30 kg
lalu ditambahkan EM4 dan molase, dimana molase sebagai bioaktivator atau sumber
nutrisi bagi bakteri EM4 saat pengkomposan. Campurkan EM4 dengan molase dan
ditambahkan air secukupnya. Kemudian siram campuran larutan tersebut ke bahan pupuk.
Dan di aduk hingga rata lalu masukkan ke dalam kotak dan diletakkan pada tempat yang
teduh, lalu dilakukan pengamatan pada pH, suhu, dan kadar airnya pada setiap minggunya.

3.4.2 C-Organik
Dalam proses praktikum C-Organik, kompos ditimbang 0,1 gram dengan lolos ayakan
0,5 mm dan di masukkan ke dalam tabung erlemeyer 50 ml. Setelah itu ditambah 10 ml
larutan K2Cr2O7 untuk mengikat rantai karbon, lalu ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat untuk
memisahkan rantai karbon pada labu erlenmeyer digoyang-goyangkan untuk membuat
kompos bereaksi sepenuhnya. Biarkan campuran itu terdiam selama 20-30 menit. Dan
larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu ditambahkan 10 ml H 3PO3
85% untuk menghilangkan pengaruh Fe3+ dan difenilamina sebagai indikator warna
sebanyak 30 tetes. Dan larutan sekarang dititrasi dengan larutan FeSO4 melalui biuret.
Perubahan warna dari warna hijau gelap pada permulaan sampai pada titik akhir titrasi
warna berubah menjadi hijau terang. Kemudian diperoleh hasil.

3.4.3 N-Total
Pada praktikum N-Total, sample ditimbang 0,1 gram dan dimasukkan kedalam labu
kjeldahl. Setelah itu ditambah 1 gram campuran selen yang membantu pembakaran dan 5
ml H2SO4, kemudian didestruksi pada suhu 300oC dan ditunggu sampai asapnya hilang.
Dan setelah sempurna di dinginkan lalu diencerkan kira-kira dengan 60 ml H2Ountuk
menghentikan reaksi H2PO4. Lalu hasil destruksi diencerkan menjadi kurang lebih 100 ml
dan ditambahkan 25 ml NaOH 40% untuk campuran proses penyulingan

kemudian

dilakukan penyulingan, dan hasil sulingan ditampung dengan asam borat sebagai campuran
proses penyulingan penunjuk sebanyak 20 ml dan dibiarkan bereaksi di labu kjeldahl
sampai warna penampung menjadi hijau dan volumenya kurang lebih 50 ml. Lalu dititrasi
sampai titik akhir dengan H2SO4 0.01ml sampai warnanya kembali seperti semula
kemudian catat hasilnya.
18
3.4.4 pH-Kompos
Perhitungan pH pada pupuk kompos diawali dengan menimbang 5 gram sample lalu
dimasukkan ke botol fial film lalu ditambah aquadest 10 ml dan dikocok selama 5 menit
lalu ukur dengan pH meter untuk mengetahui pH kompos tersebut.

3.4.5 Pembuatan Pupuk Granule
Pembuatan pupuk kompos granul diawali dengan pengambilan hasil pembuatan pupuk
kompos dengan bahan jerami dan kotoran sapi, hasil pupuk kompos kemudian diayak
menggunakan ayakan dengan ukuran 5 mm. Hasil dari ayakan diambil sebanyak 1 kg. hasil
ayakan 1 kg dimasukkan ke mesin pan granular selama 10 menit, mesin pan granular
berfungsi untuk membuat kompos yang berbentuk granul. Ketika mesin pan granular
dinyalakan masukkan abu secara perlahan, pemberian abu ini bertujuan agar pupuk tidak
menggumpal sehingga hasilnya akan berbentuk bulatan kecil-kecil. Setelah melalui proses
ini hasilnya diambil dan ditaruh wadah kemudian di bungkus.

3.4.6 Pembuatan Pupuk Cair
Proses pembuatan pupuk cair ini diawali dengan pengambilan bahan pupuk cair, yaitu
pupuk kompos berbahan kotoran sapi dan jerami padi yang sudah jadi sebanyak 2 kg,
letakkan kompos tersebut kedalam ember yang ditambahkan air sebanyak 1 liter dan aduk
campuran kompos dengan air tersebut sampai mengental, kemudian diamkan (rendam)
selama 12 jam, agar kandungan pupuk tersebut dapat keluar dan terlarut bersama air.
Selanjutnya pada tahapan terakhir pupuk yang sudah direndam selama 12 jam disentrifuse
2000 rpm selama ± 5 menit, kemudian hasil dari sentrifuse diperas dengan kain, agar
pupuk cair tersebut lebih bersih dari ampas-ampas yang masih terkandung dalam pupuk
cair hasil dari sentrifuse.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Bahan yang Digunakan
Lamtoro
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : L. leucocephala
Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak
ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Kegunaan lainnya adalah
sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi
tanaman-tanaman yang melilit sepertilada, panili, markisa dan gadung, serta pohon
penaung

di

perkebunan

kopi

dan kakao.

Di

hutan-hutan

tanaman jati yang

dikelola Perhutani diJawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk
mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah.
Lamtoro banyak mengandung unsur hara, daunnya mengandung protein, zat
lemak, dan mimosin. Kemudian akarnya, bisa menyuburkan tanah di sekitarnya.
Akarnya yang mengandung bakteri rizobium dapat mengikat unsur nitrogen dari udara
bebas maupun dari dalam tanah. Berdasarkan penelitian, lamtoro mampu menghasilkan
pupuk hijau yang mengandung tiga unsur NPK sehingga keberadaannya bisa
menambah kandungan unsur hara dan cocok sebagai tanaman pelindung untuk tanaman
utama.
Manfaat dari lamtoro adalah daunnya dapat digunakan sebagai pupuk hijau yang
dapat menyuburkan tanaman karena daun lamtoro memiliki kandungan nitrogen yang
sangat tinggi dibandingkan dengan daun-daun hijau lainnya. Disamping itu, tanaman
20
ini juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung yang dapat memberikan unsur
hara nitrogen bagi tanaman disekitarnya.
Daun lamtoro dapat digunakan menjadi pupuk hijau yang memiliki manfaat, yaitu
mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah sebagai pengganti yang telah
habis diserap tanaman selama periode pengolahan tanah, Mengurangi leaching selama
periode kosong antara dua objek agronomi yang dikelola, menambah nitrogen apabila
yang dijadikan pupuk hijau adalah legumes, mengurangi erosi vertikal, dan mengurangi
penyakit akar pada tanaman kapas (Jumin, 2002).

4.1.2 Pengukuran PH, Kadar air, dan Suhu

SUHU
70
60
50
40
30

suhu

20
10
0

PH
8.1
8
7.9
7.8
7.7
7.6
7.5
7.4
7.3
7.2

PH

21
Kadar air : Ka =
=

x 100%

=

x 100%

= 13,64 %
4.1.3 Pengukuran C-Organik
% C-organik =
=
= x
= 6,81 %
% BO =
= 1,72 x 6,81 %
= 11, 71 %
4.1.4 Pengukuran N Total
Fk = Faktor Kadar Air =
=
=
= 0,8636
Kadar Nitrogen =
=
=
= 3,49 %
Keterangan :
Vc

: Volume contoh

Vb

: Volume Blanko (BI = 0,72)

И

: normalitas (0,009395)
22
4.1.5 Pembuatan Pupuk Granul

Pupuk kompos yang sudah jadi di ayak hingga halus ( ayakan 0,5ml )

Menimbang 1 kg kompos padat halus dan masukkan ke granulator

Menambahkan molase 100 ml agar membentuk bulat

Menyemprot dengan air dan menambahkan abu ketel agar terbentuk granul

Nyalakan mesin granulator dan proses pembuatan granul selama 30 menit

Ambil pupuk dan letakkan dinampan (hasil)

4.1.6 Pembuatan Pupuk Cair
Pupuk kompos yang sudah jadi di ayak hingga halus ( ayakan 0,5ml )

Menimbang pupuk kompos sebanyak 2 kg, lalu campur dengan air sebanyak 1000 ml

Mencampurkan hingga merata

Meletakkan pada ember atau wadah tertentu
(diamkan selama 24 jam)

Menutup dengan plastik

Menyaring larutan kompos

Penyaringan dilakukan 3 kali

Hasil (dikemas dalam botol)

23
4.2 Pembahasan
Pembahasan Pengamatan Suhu
Pada pengamatan suhu pupuk kompos kelompok N1 yang terbuat dari 30 kg daun
lamtoro didapat hasil sebagai berikut. Dari data hasil pengamatan suhu yang dilakukan
pada tanggal 11 oktober 2012 hingga 16 November 2012, didapatkan 10 kali
pengamatan suhu, setiap 3 hari sekali dan diketahui suhu mencapai 60oC. Menurut
literatur yang kami peroleh dalam pembuatan pupuk kompos suhu awal dalam
pembuatan kompos mencapai minimal 40oC. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Handayani (2009) bahwa untuk menghasilkan suatu kompos yang baik maka
pengaturan suhu sangat diperhatikan jika suhu pada kompos mencapai 400C, maka
mikroorganisme mesofil akan di gantikan dengan mikroorganisme thermofil, jika suhu
mencapai diatas 600 C maka fungi akan berhenti bekerja dan akan digantikan dengan
aktinomisetes serta strain bakteri pembentuk spora. Kemudian panas yang dihasilkan
pada awal proses pengomposan, panas ini disebabkan oleh kegiatan mikroorganisme
yang sedang merombak bahan organik. Pada tahap ini, mikrorganisme memperbanyak
diri secara cepat, namun setelah itu, suhu pengomposan akan turun kembali hingga
250-300C yang menandakan kompos matang.
Pada pengamatan ke-2 terjadi penurunan suhu yang signifikan, mencapai 380C
dan pada pengamatan ke-3 turun sampai 320C. Pada pengamatan berikutnya
pengamatan suhu menunjukkan hasil yang fluktuatif diantara angka 330C hingga 270C.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Handayani (2009) bahwa pengomposan yang cepat
dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan
terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh
porositas dan kandungan air bahan (kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka
akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos.
Selain itu pupuk kompos ini pada awalnya memiliki bau yang tidak sedap namun
setelah dianginkan bau tersebut hilang. Hal ini sesuai dengan yang kemukakan oleh
Guntoro (2003) bahwa Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam
proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada ketersediaan
oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40-60% adalah kisaran optimum untuk
24
metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila
kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
Pembahasan Pengamatan pH
Dari hasil pengamatan pH yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan ph akhir
sebesar 7,6. Dari setiap minggunya pupuk kompos yang terbuat dari daun lamtoro
selalu mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Menurut kami pupuk kompos
kelompok kami ini sudah matang karena pHnya sudah mendekati netral dan sudah
berbentuk remah, warnanya pun coklat dan kering sudah seperti tanah. Hal ini sesuai
dengan penrnyataan Hadisumitro (2002), bahwa pupuk matang dicirikan oleh sifat
kimia diantaranya mengandung hara karbon (C) lebih dari 10 %, nisbah C/N dibawah
20 %, pH sekitar netral (6 - 8) dan tidak mengandung garam serta kandungan unsur
mikro dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu Lestari, 2010. Penambahan bahan
organik yang belum masak atau bahan organik yang masih mengalami proses
dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses
dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya
pH tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang kita
tambahkan telah termineralisasi dan akan melepaskan mineralnya berupa kationkation basa.
Selain itu pupuk kami telah memenuhi syarat untuk dijadikan pupuk tanaman
karena pHnya netral. Hal ini didukung dengan pernyataan Setyorini et al., 2006 bahwa
pupuk hijau dapat meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium
dan unsur mikro bagi tanaman. Selain itu dengan ph 7,6 tanah masih bisa menerima
pupuk tersebut dan dapat menyerap kandungan pupuk tersebut untuk mendukung
proses pertumbuhan tanaman.
Pembahasan C- Organik
Menurut Triesia (2011), C-Organik ( Bahan Organik) merupakan bagian dari
tanah yang merupakan satu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa
tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus-menerus
25
mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan
kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun
pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, termasuk seresah,
fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di
dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Supriyono dkk, (2009) menyebutkan kandungan C-Organik menurut tipe
fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-Organik 4%, kedalaman
10-2- cm adalah 3,38% dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52% dengan harkat sedang
sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5%,
kedalaman 10-20 cm adalah 2,67% dan kedalaman 20-30 adalah 2,38% dengan harkat
sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik
adalah 5,63%, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89% dan kedalaman 20-30 adalah 3,56
% dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi. Kandungan C-Organik cenderung
menurun dengan semakin dalamnya tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi
bahan organik yang berasal dari dekomposisi seresah lebih banyak di bagian atas.
Dengan kandungan yang tinggi pada pupuk kompos dari daun lamtoro buatan
kelompok N1 yang memiliki kandungan C-Organik yang tinggi yaitu sebesar 6,81 %
diharapkan mampu memberi kesuburan yang lebih bagi tanah. Selain tanah disuplai
dari seresah, sisa ranting dan sebagainya, tanah juga disuplai oleh pupuk daun lamtoro
yang kandungan C-Organiknya tinggi, sehingga tanah menjadi lebih subur dan gembur
dan dapat menyediakan banyak unsur hara bagi tanaman.
Pembahasan N total
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa besar %N adalah
sekitar 18,79% dan kadar N adalah sebesar 3,49 %. Diketahui bahwa N total adalah
banyaknya atau jumlah unsur N yang berada dalam tanah. Semakin banyak N total
dalam tanah, maka tanah tersebut dapat memberikan unsur yang banyak pada
tanaman. Unsur N adalah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Pupuk kompos yang dibuat kelompok N1 ini memang memiliki kadar N total
yang tidak terlalu tinggi, namun meskipun demikian dapat berkontribusi dalam
menyuburkan tanah. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun
sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein.
Menurut Hardjowigeno (1992), Nitrogen dalam tanah berasal dari :
26
a. BOT
b. Peningkatanolehmikroorganismedari N udara
c. Pupuk
d. Air hujan
Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000-4000 kg/ha pada lapisan 020 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 3% dari jumlah tersebut
(Hardjowigeno, 1992). Dengan pemberian pupuk kompos hasil dari kelas N1 ini,
diharapkan mampu untuk menambah N total dalam tanah, sehingga tanah
mendapatkan suplai tambahan unsur N dari pupuk. N total yang besar dalam tanah,
memberikan efek yang baik bagi tanaman dan tanah itu sendiri.
Pembuatan Pupuk Granul
Pembuatan pupuk dalam bentuk granul dilakukan untuk memudahkan aplikasi.
Pengaplikasian pupuk di perkebunan besar, seperti perkebunan tebu lahan kering,
sering menggunakan aplikator pupuk. Bentuk yang baik untuk aplikator pupuk adalah
bentuk granul. Bentuk granul juga dibuat untuk memudahkan transportasi pupuk.
Massa pupuk bebentuk granul lebih ringan daripada pupuk berbentuk curah, sehingga
memudahkan dan mengurangi biaya tranportasi. Pupuk bebentuk granul juga lebih
mudah ditaburkan daripada bentuk curah (Isroi 2009).
Bahan baku utama pembuatan pupuk organik granul adalah bahan organik,
seperti kompos atau pupuk kandang. Bahan lain yang cukup penting adalah perekat,
supaya pupuk organik dapat dibuat granul. Hanya dengan dua macam bahan ini saja
sebenarnya sudah bisa dibuat pupuk organik granul. Akan tetapi, pada pembuatan
pupuk organik granul sering ditambahkan beberapa bahan. Bahan-bahan yang sering
ditambahkan dalam pembuatan pupuk organik granul adalah gambut, fosfat alam,
dolomit, kapur pertanian, zeolit, abu atau arang, dll (Isroi 2009).
Pembuatan Pupuk Cair
Sedangkan untuk pupuk cair adalah exstrak dari pembusukan bahan-bahan
pupuk dimana dengan mengekstrak tersebut bisa mengambil seluruh nutriens yang
terkandung pada di dalam

pupuk tersebut. Selain nutriens kita juga sekaligus

menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa, dan nematoda.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan kompos, dapat disimpulkan bahwa pupuk kompos yang
dibuat oleh kelompok N1 dapat dikatan berhasil, karena berwarna cokelat tua hingga hitam
dengan kadar air sangat rendah, remah, memiliki temperatur yang hampir sama dengan
termperatur udara, dan tidak berbau menyengat. Pupuk dari bahan dasar daun lamtoro ini
mengandung kadar air 13,64 %, bahan organik 11, 71 %, dan kadar nitrogen sebesar 3,49 %.
Pada proses pembuatan pupuk kompos dari daun lamtoro ini mengalami penurunan
suhu dari pengamatan tiap minggunya. Pada pengamatan pertama suhu mencapai 60 C
kemudian pada pengamatan-pengamatan berikutnya mengalami penurunan suhu hingga pada
pengamatan terakhir suhunya mencapai 27 C. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme
mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik. Pada awal pembuatan di campurkan
larutan molase, sebagai sumber bahan makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat
mendekomposisi bahan organik secara optimal. Energi panas yang dihasilkan oleh
mikroorganisme inilah yang menyebabkan tingginya suhu pada pengamatan pertama.
Sedangkan pengamatan pH pada tiap minggunya menunjukkan hasil yang fluktuatif. Salah
satu faktor yang dominan penyabab rendah dan tingginya pH ini adalah curah hujan yang
tidak menentu. Sehingga mengakibatkan pHnya naik turun.
Pupuk kompos dari daun lamtoro buatan kelompok N1 yang memiliki kandungan COrganik yang tinggi yaitu sebesar 6,81 %. Menurut Supriyono dkk, (2009) menyebutkan
kandungan C-Organik menurut tipe fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan
C-Organik 4%, kedalaman 10-2- cm adalah 3,38% dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52%
dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik
adalah 5%, kedalaman 10-20 cm adalah 2,67% dan kedalaman 20-30 adalah 2,38% dengan
harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik
adalah 5,63%, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89% dan kedalaman 20-30 adalah 3,56 %
dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi.
Sedangkan kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 - 4000 kg/ha pada
lapisan 0-20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 3% dari jumlah tersebut
(Hardjowigeno, 1992). Sehingga kadar nitrogen pupuk kelompok N1 dapat dikatakan tinggi,
yaitu sebesar 3,49 %. Hal ini disebabkan oleh karakteristik daun lamtoro yang merupakan
salah satu jenis tanaman legume, sehingga mengandung kadar nitrogen tinggi.

28
5.2 Saran
Dalam pembuatan pupuk kompos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Antara
lain yaitu bahan dasar yang digunakan (daun lamtoro) haruslah kering sebelum di haluskan.
Kemudian proses penghalusan yang baik adalah dilakukan beberapakali sehingga rantingnya
dapat terpotong dan dapat didekomposisi dengan baik oleh mikroorganisme. Kemudian setiap
3 hari sekali harusnya dilakukan pembalikan agar udara yang ada didalam atau didasar pupuk
dapat berganti dan proses dekomposisinya dapat merata. Dan pengukuran suhunya sebaiknya
dilakukan minimal 2 hari sekali agar mendapat data yang lengkap dan dapat mengetahui
proses metabolisme dekomposisi pupuk tersebut.
Pada proses pembuatan pupuk fakultas pertanian universitas Brawijaya ini, UPT
kompos terlihat tidak dapat menampung kapasitas praktikan yang bertambah setiap tahunnya.
Hendaknya semakin besar penerimaan mahasiswa baru, fasilitas bagi kami juga harusnya
diperhatikan.
Asisten pada praktikum teknologi pupuk dan pemupukan sudah menjalankan tugasnya
sebagaimana seharusnya dengan baik. Mampu memberikan materi yang jelas dan sangat
membantu dalam proses pembuatan pupuk kompos ini. Semoga program kerja asisten
Teknologi Pupuk dan Pemupukan selanjutnya tetap lancar seperti ini.

29
DAFTAR PUSTAKA
Beaulieu, David. 2012. Compost.http://landscaping.about.com/cs/lazylandscaping/g/compost.htm.
diakses 28 November 2012.
Bapelkescikarang. 2012. Modul: Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dari Sampah Organik.
bapelkescikarang or.id/.../mi-.(Online). Diakses 6 Desember 2012.
Djazuli,Muhammad dan Joko Pitono,2009.Dalam Jurnal Pengaruh Jenis Dan Taraf.
Djuarnani, Nan, Kristian dan Budi Susilo Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
AgroMedia Pustaka:Jakarta.
Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap
Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam
Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Hadisumitro, L.M. 2002. Membuat Pupuk kascing. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hadisuwito, Sukamto. 2006. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka:Jakarta.
Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan
Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 28 November 2012
Hardjiowigeno, Sarwono. 1992. Dasar Ilmu Tanah. MaduatamaSarana Pratama : Jakarta.
Hardjowigeno,Sarwono.2003.Ilmu Tanah.Akademika Pressindo: Jakarta.
IPB.2012.repository.ipb.ac.id/.../BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?...3(Online).
Diakses 27 November 2012
Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul Sebuah Petunjuk Praktis. [e-book]
http://isroi.wordpress.com/2009/04/12/buku-petunjuk-praktis-membuat-pupukorganikgranul/. Diakses 6 Desember 2012.
Kleger. 2006. Definition of Fertilizer. New York University Press :New York.
30
Kloepper, JW. 1993. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria Biological Control Agent. P
255-274.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004 . Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lestari, dkk. 2010. Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan Kompos Sampah Kota Tanaman
Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt)Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361)Volume 12,
Nomor 2, Hal. 01-06 ISSN 0852-8349 Juli – Desember 2010.
Lingga dan Marsono.2000.Pupuk Organik. Kanisius : Yogyakarta.
M.P.Sirappa dan Nasruddin Razak. 2007. Dalam Jurnal Kajian Penggunaan Pupuk.
Mahmoud, Esawy dkk. 2009. Effects of Different Organik and Inorganik Fertilizers on
Cucumber Yield and Some Soil Properties. World Journal of Agricultural Sciences 5
(4): 408-414, 2009
Mulyani,Mul. 2008. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta :Jakarta.
Murbandono, L. 1982. Membuat Kompos. Penebar Swadaya : Jakarta.
ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI
SAWAH.BTBP:Maluku.
PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PURWOCENG. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatic : Bogor.
Rasmarkam, Afandie. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:Yogyakarta.
Saddleback. 2010. Go Organik Reading Level 3. Saddleback Education Publishing
Santoso, Heronymus B. 2006. Jahe Gajah. Kanisius:Yogyakarta.
Setyorini, Diah, Rasti Saraswati dan Ea Kosman Anwar. 2.Kompos.
balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf. diakses 27
November 2012
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, Ea, K. 2006. Kompos . Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati Organik fertilizer and Biofertilizer .Balai Besar Litbang Sumber daya lahan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 313 hal.
31
Sudarmoto, AS. 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius:Yogyakarta.
Supriyono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik dan N total pada seresah dan tanah pada 3 tipe
fisiognomi (Studi kasus DI Wanagama , Gunung Kidul, DIY). Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Vol. 9 No. 1 p:49-57.
Suriardikata D.A dan D. Setyorini. 2005. Laporan Hasil Penelitian Standar Mutu Pupuk
Organik. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Triesia, 2011. Pengertian C-Organik. (Online). http://blog.ub.ac.id/yurike/2011/05/01/corganik/. Diakses pada 3 Desember 2012.
Widyati, E. 2006. Bioremediasi Tanah Bekas Tambang Batubara dengan SludgeIndustri
Kertas Untuk Memacu Revegatasi Lahan.

32
LAMPIRAN
1. Desain Poster

2. Tabulasi Data Pengamatan

33

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanaman
perdos5 cuy
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
diana novitasari
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
Mohammad Muttaqien
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
AGROTEKNOLOGI
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
fahmiganteng
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
Riva Anggraeni
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
edhie noegroho
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
AGROTEKNOLOGI
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Firlita Nurul Kharisma
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Arif nor fauzi
 

La actualidad más candente (20)

Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanaman
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 

Destacado (9)

Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 
Laporan akhir pembuatan pupuk
Laporan akhir pembuatan pupukLaporan akhir pembuatan pupuk
Laporan akhir pembuatan pupuk
 
Laporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGisLaporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGis
 
Macam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikro
Macam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikroMacam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikro
Macam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikro
 
Makalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dariMakalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dari
 
Contoh penulisan literature
Contoh penulisan literatureContoh penulisan literature
Contoh penulisan literature
 
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cairLaporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
 
Pengolahan Kompos presentasi pklh
Pengolahan Kompos presentasi pklhPengolahan Kompos presentasi pklh
Pengolahan Kompos presentasi pklh
 
Proposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomatProposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomat
 

Similar a Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

PPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptx
PPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptxPPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptx
PPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptx
anamansyah
 
Pupuk kandang
Pupuk kandangPupuk kandang
Pupuk kandang
f' yagami
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
Aris Sam
 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk Organik
BBPP_Batu
 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
BBPP_Batu
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
f' yagami
 

Similar a Laporan teknologi pupuk dan pemupukan (20)

Bhn
BhnBhn
Bhn
 
pembahasan pupuk organik . By:Arfitantur Purwaningtyas Kusumajati
pembahasan pupuk organik . By:Arfitantur Purwaningtyas Kusumajatipembahasan pupuk organik . By:Arfitantur Purwaningtyas Kusumajati
pembahasan pupuk organik . By:Arfitantur Purwaningtyas Kusumajati
 
PPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptx
PPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptxPPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptx
PPT_PUPUK_ORGANIK_pptx.pptx
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Pupuk kandang
Pupuk kandangPupuk kandang
Pupuk kandang
 
Tinjauan pustaka
Tinjauan pustakaTinjauan pustaka
Tinjauan pustaka
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Kimia Organik dalam bidang pertanian
Kimia Organik dalam bidang pertanianKimia Organik dalam bidang pertanian
Kimia Organik dalam bidang pertanian
 
Pupuk organik,rio kelas pertanian 3b
Pupuk organik,rio kelas pertanian 3bPupuk organik,rio kelas pertanian 3b
Pupuk organik,rio kelas pertanian 3b
 
(Paper 1 )industri pupuk fix
(Paper 1 )industri pupuk fix(Paper 1 )industri pupuk fix
(Paper 1 )industri pupuk fix
 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk Organik
 
Laporan Praktikum Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal
Laporan Praktikum Budidaya Tanaman pada Lahan MarginalLaporan Praktikum Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal
Laporan Praktikum Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal
 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
Teknis pembuatan pupuk organik padat
Teknis pembuatan  pupuk organik padatTeknis pembuatan  pupuk organik padat
Teknis pembuatan pupuk organik padat
 
Tugas pupuk alami randy 1210213079
Tugas pupuk alami randy 1210213079Tugas pupuk alami randy 1210213079
Tugas pupuk alami randy 1210213079
 
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
 
pkm
pkm pkm
pkm
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
 

Más de fahmiganteng

Makalah gametogenisis
Makalah gametogenisisMakalah gametogenisis
Makalah gametogenisis
fahmiganteng
 
Makalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of lifeMakalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of life
fahmiganteng
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
fahmiganteng
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
fahmiganteng
 
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanahLaporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
fahmiganteng
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
fahmiganteng
 
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putihLaporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
fahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
fahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainaseLaporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainase
fahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
fahmiganteng
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
fahmiganteng
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
fahmiganteng
 
Laporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilLaporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofil
fahmiganteng
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
fahmiganteng
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
fahmiganteng
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
fahmiganteng
 
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnaLaporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
fahmiganteng
 
Laporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha taniLaporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha tani
fahmiganteng
 
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutLaporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
fahmiganteng
 

Más de fahmiganteng (20)

Makalah gametogenisis
Makalah gametogenisisMakalah gametogenisis
Makalah gametogenisis
 
Makalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of lifeMakalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of life
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
 
Laporan tanah 1
Laporan tanah 1Laporan tanah 1
Laporan tanah 1
 
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanahLaporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
 
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putihLaporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainaseLaporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainase
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
 
Laporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilLaporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofil
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnaLaporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
 
Laporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha taniLaporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha tani
 
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutLaporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
 

Laporan teknologi pupuk dan pemupukan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam perawatan tanaman budidaya. Pemupukan merupakan kegiatan pemberian unsur hara dari luar yang dibutuhkan tanaman budidaya, yang di maksudkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman budidaya. Pemupukan yang baik dilakukan secara rutin dan menggunakan teknologi pengaplikasian yang benar agar dapat maksimal kinerja pupuk tersebut. Teknologi pemupukan setiap tanaman berbeda beda, tergantung jenis tanaman dan juga kebutuhan pupuk tanaman tersebut. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan. Pada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan kita memepelajari tentang pembuatan pupuk kompos dengan berbagai bahan dan perlakuan yang berbeda-beda untuk mengetahui hasil pupuk kompos yang terbaik. 1
  • 2. 1.2 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui definisi pupuk b. Untuk mengetahui macam-macam pupuk c. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk kompos d. Untuk mengetahui kandungan dari pupuk kompos 1.3 Manfaat Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang baik dan benar serta mengetahui kandungan-kandungan dari pupuk kompos. 2
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik., kimia, biologi sehingga lebih subur bagi pertumbuhan tanaman. (Rasmarkam, 2002) Pupuk adalah bahan-bahan organik ataupun anorganik yang diberikan pada tanah untuk memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapi substansi anorganik esensial bagi tanaman. (Santoso, 1996) Pupuk adalah bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman, zat makan (hara) tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan mempertahankan pertumbuhannya. (Sudarmoto, 1997) Fertilizer are materials added to soils to supply element-element essential for plant growth. “Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.” (Hadisuwito, 2006) Fertilizer are meterials madeup as additional media on plant nutrient elements countained there in. “Pupuk adalah bahan yang tersusun sebagai tambahan media pada tanaman yang mengandung unsur-unsur hara didalamnya”. (Kloepper, 1993) Fertilizer is material use to atter the physical properties, chemical or biological soil, so that become better for plant growth. “Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk sifat fisik, kimia atau biologi tanah, sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.” (Kleger, 2006) 2.2 Pengertian Pupuk Organik Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos yang berbentuk cair maupun padat. (Suriardikata dan Styorini, 2005) Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. (Lingga dan Marsono, 2000). Organik fertilizer are natural fertilizer made from plant and animal residues, or their by products or wastes. “Pupuk organik adalah pupuk alami yang terbuat dari sisa-sisa tanaman dan hewan, atau produk dengan atau limbah.” (Saddleback, 2010) 3
  • 4. 2.3 Pengertian Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000). Pupuk Anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. (Lestari dkk, 2010) Inorganik fertilizers are chemical fertilizers (non-natural) are always produced by the industry so it is also known as chemical fertilizers or artificial fertilizers. “Pupuk anorganik adalah pupuk kimia(non alami) selalu diproduksi oleh industri sehingga juga dikenal sebagai pupuk kimia atau pupuk buatan.” (Mahmoud, 2009) 2.4 Macam-Macam Pupuk 2.4.1 Berdasarkan Sumber Bahan Baku Berdasarkan sumber bahan bakunya, pupuk ini dapat terbagi ke dalam dua macam : 2.4.1.1 Pupuk alam/ organik Pupuk alam atau disebut organik ini terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar - benar diambil langsung dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, tanah, baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi. Pupuk ini misalnya pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P. 2.4.1.2 Pupuk buatan/ anorganik Pupuk buatan atau disebut anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004), sekaligus yang dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia. Misalnya: TSP, urea, phonska, dan masih banyak lainnya. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K. 2.4.2 Berdasarkan Bentuk Fisik 2.4.2.1 Padat Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan petani. Pemakaiannya dilakukan dengan cara ditaburkan atau dibenamkan di dalam tanah. 2.4.2.2 Cair 4
  • 5. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah (diinjeksikan). Pupuk cair umumnya merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik yang mengandung unsur karbon, vitamin, atau metabolit skunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pemberian pupuk organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dengan cara disiram ke tanah. 2.4.3 Berdasarkan Kandungannya 2.4.3.1 Pupuk Makro Pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, nitrophoska, gandasil. 2.4.3.2 Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik. 2.4.3.3 Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh) (Widyati, 2006). 2.5 Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik Pupuk Organik Pupuk Anorganik Berasal dari sisa-sisa makhluk hidup Tidak berasal dari sisa mahkluk hidup Mengandung ikatan karbon Berasal dari bahan kimia sintetik Kandungan unsur haranya tidak jelas Tidak mengandung ikatan karbon Bahan baku sulit didapat Kandungan unsur haranya jelas Baunya menyengat Mudah di dapat Tidak praktis dalam pengangkutan Praktis dalam pemakaian Biaya produksi lebih mahal Biaya produksi lebih murah Tidak tahan lama Dapat disimpan lama ( M.Mulyani,2008) 5
  • 6. 2.6 Manfaat Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik  Manfaat pupuk organik adalah : a) Meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas. b) Mengurangi pencemaran lingkungan. c) Meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. d) Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. e) Dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara tanaman. f) Sumber energi dan hara bagi mikroba. g) Berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. h) Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi. ( Muhammad D,2009)  Manfaat pupuk anorganik adalah : a. Mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. b. Mengandung unsur hara yang tinggi. c. Konsentrasi akan zat-zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tinggi. d. Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat. (Sarwono,2003) 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik Kelebihan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik Pupuk Organik Pupuk Anorganik Menyediakan kebutuhan unsur hara Kandungan unsur haranya jelas secara perlahan Mudah didapat Memperbaiki struktur tanah Membutuhkan sedikit tenaga kerja Meningkatkan kesuburan tanah Dapat langsung diaplikasikan ke tanah Membantu mencegah erosi pada tanah lapisan atas Biayanya lebih murah (M.P.Sirappa,2007) 6
  • 7. Kekurangan Pupuk Organik dibanding dengan Pupuk Anorganik Pupuk Organik Pupuk Anorganik Ketika dicampur dengan pupuk Biaya lebih mahal anorganik maka biayanya akan Mudah mengalami leaching menjadi lebih banyak Mengandung gara yang tidak dapat Pada pembuatan pupuk ada diserap oleh tanaman kemungkinan terkontaminasi oleh Mencemari lingkungan pathogen Jika over dosis dapat merusak Bahan baku sulit di dapat karena tanaman saingan dengan pakan ternak Membutuhkan lebih banyak tenaga kerja Kandungan nutrisi yang diaplikasikan ke tanah tidak jelas (M.Mulyani,2008) 2.8 Pengertian Kompos Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumputrumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. (Setyorini et al.,) Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. (Murbandono, 1982) Compost is a mixture of decaying organik matter, as from leaves and manure, used as a soil amendment to improve soil structure and provide nutrients.The composting process is largely the result of the activity of aerobic organisms. “Kompos adalah campuran bahan organik yang membusuk, seperti dari daun dan pupuk kandang, digunakan sebagai dasar tanah untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan nutrisi. Proses pengomposan sebagian besar merupakan hasil dari aktivitas organisme aerob.” (Beaulieu, 2012) 7
  • 8. 2.9 Manfaat Kompos Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman Menggemburkan tanah Memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air Memudahkan pertumbuhan akar tanaman Menyimpan air tanah lebih lama Mencegah lapisan kering pada tanah Mencegah beberapa penyakit akar Menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan Menyediakan makanan bagi plankton yang menjadi makanan udang atau ikan Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena harganya lebih murah, berkualitas, dan akrab lingkungan Bisa menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya yang lebih hemat, sebagai contoh untuk tanaman pangan hanya memerlukan 0,5 kg tiap m2 untuk tiap musim Bersifat multiguna karena bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar pupuk organik yang diperkaya dengan mineral, inokulum bakteri pengikat N dan inokulum bakteri pemfiksasi P; media tanam dalam bentuk pelet; biofilter pada sistem pengomposan tertutup; dan untuk briket bahan bakar. Bersifat multilahan karena bisa digunakan dilahan pertanian, perkebunan, reklamasi lahan kritis, padang golf, dll. (Murbandono, 1982) 2.10 Ciri Kompos yang Sudah Matang Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman. penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dan mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. 8
  • 9. Secara umum kompos yang sudah matang dapat dicirikan dengan sifat sebagai berikut. 1. Berwarna cokelat tua hingga hitam dan remah. 2. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk suspensi. 3. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifosfat, atau larutan amonium oksalat dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi lebih lanjut menjadi zat humic, fulvic dan humin. 4. Rasio C/N sebesar 20-40, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi. 5. Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorpsi terhadap air yang tinggi. 6. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. nilai pupuknya ditentukan oleh kandungan nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium. 7. Memiliki temperatur yang hampir sama dengan termperatur udara 8. Tidak mengandung asam lemak yang menguap 9. Tidak berbau. (Djuarnani et al., 2005) 9
  • 10. BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu  Pembuatan Kompos Daun Lamtoro  Tempat : UPT. Kompos Universitas Brawijaya Malang  Waktu : Penghancuran daun Lamtoro, tanggal 11 Oktober 2012 Pemberian EM4, tanggal 11 Oktober 2012  Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos  Tempat : Laboratorium Kimia Tanah I, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya  Waktu : Pengukuran Kadar C-Organik : 15 November 2012, N-Total : 19 November 2012, Pukul 09.15 - 11.00 WIB, dan PH Kompos :17 dan 26 oktober, 1, 8 ,dan 12 November.  Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair  Tempat : PT. Kompos Universitas Brawijaya Malang  Waktu : Pembuatan Pupuk Granuler dan Pupuk Cair, tanggal 06 Desember 2012, Pukul 09.00-Selesai 3.2 Alat dan Bahan  Pembuatan Kompos Alat  Timbangan : untuk mengitung berat jerami padi  Mesin penghancur : sebagai alat untuk menghaluskan jerami lamtoro  Gelas ukur : sebagai tempat pereaksi molase dan EM4  Gembor : sebagai tempat air untuk menyiram jerami  Tabung sprayer : mempermudah pengaplikasian EM4 dan Molase  Termometer : sebagai alat mengukur suhu  Garu : sebagai alat pembolak-balik jerami  Polybag : sebagai tempat pengkomposan  Talirafia : mempermudah menutup polybag  Label : memberi tanda pada kemasan (polybag) 10
  • 11.  Jas lab : mencegah terkontaminasi  Sarung tangan : mencegah terkontaminasi  Masker : mencegah terkontaminasi  Kamera : mendokumentasikan  Alat tulis : sebagai alat untuk mencatat hasil  Kertas : media penulisan Bahan  Daun lamtoro(30 kg) : bahan utama pembuatan kompos  Bakteri EM4 (10 ml) : sebagai bioaktivator saat pengkomposan  Molase (10 ml) : sebagai campuran EM4 dan sumber nutrisi atau makanan bakteri EM4  Solar (1 liter) Air (2 liter) : untuk menjalankan mesin penghancur : untuk membasahi jerami  Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos Alat pengukuran Kadar C-Organik  Timbangan : untuk menimbang bahan  Erlenmeyer : tempat pereaksi  Pipet : mengambil cairan dalam jumlah kecil  Kjedahl : digunakan untuk menyuling larutan dalam perhitungan N-total  Pengaduk (stirer) : sebagai pengaduk  Kamera : untuk mendokumentasikan Alat pengukuran Kadar N-Total  Timbangan : untuk menimbang bahan  Labu Kjeldahi : tempat mereaksikan dalam perhitungan N-total  Alat dektruksi : untuk membakar hingga asapnya hilang  Pengaduk (stirer) : sebagai pengaduk  Kamera : untuk mendokumentasikan Alat pengukuran Kadar PH Kompos  Botol film : tempat pencampuran kompos dengan aquades untuk mengukur pH Kompos  Timbangan : untuk menimbang bahan  pH meter : mengukur pH kompos  Kamera : untuk mendokumentasikan 11
  • 12. Bahan pengukuran Kadar C-Organik  Pupuk kompos  Larutan K2Cr2O7 untuk mengikat rantai karbon  Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) dapat memisahkan rantai karbon  Larutan H3PO4 85% dapat menghilangkan pengaruh Fe3+  FeSO4 digunakan untuk metiltrasi Bahan pengukuran Kadar N-Total  Pupuk kompos  H2O murni atau aquadest untuk menghentikan reaksi H2PO4  Selen dapat membantu pembakaran  Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) dapat membantu proses pembakaran  NaOH 40% untuk campuran proses penyulingan  Asam Borat untuk campuran proses penyulingan Bahan pengukuran Kadar PH Kompos  Pupuk kompos  Larutan buffer digunakan untuk menetralkan pH meter  H2O murni atau aquadest untuk campuran larutan  Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair Alat pembuatan Pupuk Granular  Plastik : tempat pupuk granule yang sudah jadi  Wadah : untuk tempat cairan kompos  Granulator : alat untuk membentuk pupuk menjadi granule  Kamera : untuk mendokumentasikan kegiatan Alat pembuatan Pupuk Cair  Saringan : untuk menyaring pupuk cair  Alat pengaduk cairan : mengaduk atau meratakan cairan kompos  Kamera : untuk mendokumentasikan kegiatan Bahan pembuatan Pupuk Granular  Pupuk kompos  Molase 100ml mempercepat dalam proses penggranulan  Bubuk arang hitam sebagai campuran dalam pembuatan pupuk granule Bahan pembuatan Pupuk Cair  Air 1 liter : campuran pembuatan pupuk cair  Pupuk kompos 12
  • 13. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Pembuatan Kompos Persiapan Alat dan Bahan Menyiapkan Mollase Dan EM4 Campurkan Mollase + EM4 Tambahkan air secukupnya Masukkan dalam kotak kayu Menimbang Bahan sebanyak 30 kg Menggrinding / Menghaluskan Bahan Menyiramkan Larutan ( Mollase, EM4 + Air) ke bahan pupuk Aduk Hingga Rata Amati dan Ukur suhu serta pH setiap minggu Letakkan pada tempat teduh serta tutup bagian atas dengan karung goni 13
  • 14. 3.3.2 Pengukuran Kadar  C-Organik Timbang kompos 0,1 gram halus (yang lolos melalui ayakan 0,5 mm) Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat, labu Masukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml Tambahkan10 ml tepat larutan K2Cr2O7 erlenmeyer digoyang-goyangkan untuk membuat kompos bereaksi sepenuhnya. Diamkan selama 20-30 menit. Larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml Sesudah itu tambahkan 10 ml H3PO4 85% dan difenilamina sebanyak 30 tetes Catat hasil dan hitung persentase bahan organiknya Larutan dititrasi dengan larutan FeSO4 melalui biuret. Perubahan dari warna hijau gelap sampai pada titik akhir titrasi warna berubah menjadi hijau terang. 14
  • 15.  N-Total Ditimbang 0.1 g contoh kompos dan masukkan ke dalam labu kjedahl ditambahkan 25 ml NaOH 40% lalu disulingkan dengan segera Ditambah 1 g campuran garam dan 5 ml H2SO4 pekat. Kemudian didektruksi pada temperatur 300oC. Tunggu sampai asap hilang . Setelah sempurna didinginkan lalu diencerkan kira-kira dengan 60 ml H2O Sulingan ditampung dengan asam borat penunjuk sebanyak 20 ml, dan biarkan bereaksi di kjedahl sampai warna penampung menjadi hijau dan Dititrasi sampai titik akhir dengan H2SO4 sampai warnanya kembali ke warna semula volumenya kurang lebih 50 ml Catat hasil 15
  • 16.  PH Kompos Siapkan botol film dan beri kode untuk larutan Timbang 5 g sampel kompos Tambahkan aquades sebanyak 10 ml yang sudah kering udara, masukkan ke botol film Homogenkan (kocok) selama 15 menit. Bufferkan PH meter dengan H2O (aquades) Sambil menunggu kompos yang sedang dikocok, nyalakan pH meter. Catat pH kompos tersebut. Ukur pH dari larutan kompos tersebut dengan menggunakan pH meter 16
  • 17. 3.3.5 Pembuatan Pupuk Granular Saring daun dengan pengayakan (0,5) kemudian dilanjutkan dengan (0,1) Dikering anginkan selama 2 hari Ambil hasil ayakan pupuk kompos, timbang (1kg) Masukkan pada pan granulator dan beri molase untuk merekatkan serta abu agar agregat konstan pada ukuran kecil 3.3.6 Pembuatan Pupuk Cair Ambil pupuk kompos yang telah jadi, lalu, letakkan dalam ember Masukkan dalam kemasan botol plastik Tambahkan air, Aduk campuran bahan tersebut hingga merata Tutup ember dengan plastik rendam selama 24 Saring hasilnya jam 17
  • 18. 3.4 Analisa Perlakuan Pada Pupuk Kompos 3.4.1 Pembuatan Kompos Dalam proses pembuatan kompos diawali dengan persiapan alat dan bahan, lalu untuk menghaluskan bahan dilakukan penggrindingan setelah menimbang bahan sebanyak 30 kg lalu ditambahkan EM4 dan molase, dimana molase sebagai bioaktivator atau sumber nutrisi bagi bakteri EM4 saat pengkomposan. Campurkan EM4 dengan molase dan ditambahkan air secukupnya. Kemudian siram campuran larutan tersebut ke bahan pupuk. Dan di aduk hingga rata lalu masukkan ke dalam kotak dan diletakkan pada tempat yang teduh, lalu dilakukan pengamatan pada pH, suhu, dan kadar airnya pada setiap minggunya. 3.4.2 C-Organik Dalam proses praktikum C-Organik, kompos ditimbang 0,1 gram dengan lolos ayakan 0,5 mm dan di masukkan ke dalam tabung erlemeyer 50 ml. Setelah itu ditambah 10 ml larutan K2Cr2O7 untuk mengikat rantai karbon, lalu ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat untuk memisahkan rantai karbon pada labu erlenmeyer digoyang-goyangkan untuk membuat kompos bereaksi sepenuhnya. Biarkan campuran itu terdiam selama 20-30 menit. Dan larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu ditambahkan 10 ml H 3PO3 85% untuk menghilangkan pengaruh Fe3+ dan difenilamina sebagai indikator warna sebanyak 30 tetes. Dan larutan sekarang dititrasi dengan larutan FeSO4 melalui biuret. Perubahan warna dari warna hijau gelap pada permulaan sampai pada titik akhir titrasi warna berubah menjadi hijau terang. Kemudian diperoleh hasil. 3.4.3 N-Total Pada praktikum N-Total, sample ditimbang 0,1 gram dan dimasukkan kedalam labu kjeldahl. Setelah itu ditambah 1 gram campuran selen yang membantu pembakaran dan 5 ml H2SO4, kemudian didestruksi pada suhu 300oC dan ditunggu sampai asapnya hilang. Dan setelah sempurna di dinginkan lalu diencerkan kira-kira dengan 60 ml H2Ountuk menghentikan reaksi H2PO4. Lalu hasil destruksi diencerkan menjadi kurang lebih 100 ml dan ditambahkan 25 ml NaOH 40% untuk campuran proses penyulingan kemudian dilakukan penyulingan, dan hasil sulingan ditampung dengan asam borat sebagai campuran proses penyulingan penunjuk sebanyak 20 ml dan dibiarkan bereaksi di labu kjeldahl sampai warna penampung menjadi hijau dan volumenya kurang lebih 50 ml. Lalu dititrasi sampai titik akhir dengan H2SO4 0.01ml sampai warnanya kembali seperti semula kemudian catat hasilnya. 18
  • 19. 3.4.4 pH-Kompos Perhitungan pH pada pupuk kompos diawali dengan menimbang 5 gram sample lalu dimasukkan ke botol fial film lalu ditambah aquadest 10 ml dan dikocok selama 5 menit lalu ukur dengan pH meter untuk mengetahui pH kompos tersebut. 3.4.5 Pembuatan Pupuk Granule Pembuatan pupuk kompos granul diawali dengan pengambilan hasil pembuatan pupuk kompos dengan bahan jerami dan kotoran sapi, hasil pupuk kompos kemudian diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 5 mm. Hasil dari ayakan diambil sebanyak 1 kg. hasil ayakan 1 kg dimasukkan ke mesin pan granular selama 10 menit, mesin pan granular berfungsi untuk membuat kompos yang berbentuk granul. Ketika mesin pan granular dinyalakan masukkan abu secara perlahan, pemberian abu ini bertujuan agar pupuk tidak menggumpal sehingga hasilnya akan berbentuk bulatan kecil-kecil. Setelah melalui proses ini hasilnya diambil dan ditaruh wadah kemudian di bungkus. 3.4.6 Pembuatan Pupuk Cair Proses pembuatan pupuk cair ini diawali dengan pengambilan bahan pupuk cair, yaitu pupuk kompos berbahan kotoran sapi dan jerami padi yang sudah jadi sebanyak 2 kg, letakkan kompos tersebut kedalam ember yang ditambahkan air sebanyak 1 liter dan aduk campuran kompos dengan air tersebut sampai mengental, kemudian diamkan (rendam) selama 12 jam, agar kandungan pupuk tersebut dapat keluar dan terlarut bersama air. Selanjutnya pada tahapan terakhir pupuk yang sudah direndam selama 12 jam disentrifuse 2000 rpm selama ± 5 menit, kemudian hasil dari sentrifuse diperas dengan kain, agar pupuk cair tersebut lebih bersih dari ampas-ampas yang masih terkandung dalam pupuk cair hasil dari sentrifuse. 19
  • 20. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Bahan yang Digunakan Lamtoro Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Leucaena Spesies : L. leucocephala Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit sepertilada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani diJawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Lamtoro banyak mengandung unsur hara, daunnya mengandung protein, zat lemak, dan mimosin. Kemudian akarnya, bisa menyuburkan tanah di sekitarnya. Akarnya yang mengandung bakteri rizobium dapat mengikat unsur nitrogen dari udara bebas maupun dari dalam tanah. Berdasarkan penelitian, lamtoro mampu menghasilkan pupuk hijau yang mengandung tiga unsur NPK sehingga keberadaannya bisa menambah kandungan unsur hara dan cocok sebagai tanaman pelindung untuk tanaman utama. Manfaat dari lamtoro adalah daunnya dapat digunakan sebagai pupuk hijau yang dapat menyuburkan tanaman karena daun lamtoro memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi dibandingkan dengan daun-daun hijau lainnya. Disamping itu, tanaman 20
  • 21. ini juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung yang dapat memberikan unsur hara nitrogen bagi tanaman disekitarnya. Daun lamtoro dapat digunakan menjadi pupuk hijau yang memiliki manfaat, yaitu mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah sebagai pengganti yang telah habis diserap tanaman selama periode pengolahan tanah, Mengurangi leaching selama periode kosong antara dua objek agronomi yang dikelola, menambah nitrogen apabila yang dijadikan pupuk hijau adalah legumes, mengurangi erosi vertikal, dan mengurangi penyakit akar pada tanaman kapas (Jumin, 2002). 4.1.2 Pengukuran PH, Kadar air, dan Suhu SUHU 70 60 50 40 30 suhu 20 10 0 PH 8.1 8 7.9 7.8 7.7 7.6 7.5 7.4 7.3 7.2 PH 21
  • 22. Kadar air : Ka = = x 100% = x 100% = 13,64 % 4.1.3 Pengukuran C-Organik % C-organik = = = x = 6,81 % % BO = = 1,72 x 6,81 % = 11, 71 % 4.1.4 Pengukuran N Total Fk = Faktor Kadar Air = = = = 0,8636 Kadar Nitrogen = = = = 3,49 % Keterangan : Vc : Volume contoh Vb : Volume Blanko (BI = 0,72) И : normalitas (0,009395) 22
  • 23. 4.1.5 Pembuatan Pupuk Granul Pupuk kompos yang sudah jadi di ayak hingga halus ( ayakan 0,5ml ) Menimbang 1 kg kompos padat halus dan masukkan ke granulator Menambahkan molase 100 ml agar membentuk bulat Menyemprot dengan air dan menambahkan abu ketel agar terbentuk granul Nyalakan mesin granulator dan proses pembuatan granul selama 30 menit Ambil pupuk dan letakkan dinampan (hasil) 4.1.6 Pembuatan Pupuk Cair Pupuk kompos yang sudah jadi di ayak hingga halus ( ayakan 0,5ml ) Menimbang pupuk kompos sebanyak 2 kg, lalu campur dengan air sebanyak 1000 ml Mencampurkan hingga merata Meletakkan pada ember atau wadah tertentu (diamkan selama 24 jam) Menutup dengan plastik Menyaring larutan kompos Penyaringan dilakukan 3 kali Hasil (dikemas dalam botol) 23
  • 24. 4.2 Pembahasan Pembahasan Pengamatan Suhu Pada pengamatan suhu pupuk kompos kelompok N1 yang terbuat dari 30 kg daun lamtoro didapat hasil sebagai berikut. Dari data hasil pengamatan suhu yang dilakukan pada tanggal 11 oktober 2012 hingga 16 November 2012, didapatkan 10 kali pengamatan suhu, setiap 3 hari sekali dan diketahui suhu mencapai 60oC. Menurut literatur yang kami peroleh dalam pembuatan pupuk kompos suhu awal dalam pembuatan kompos mencapai minimal 40oC. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Handayani (2009) bahwa untuk menghasilkan suatu kompos yang baik maka pengaturan suhu sangat diperhatikan jika suhu pada kompos mencapai 400C, maka mikroorganisme mesofil akan di gantikan dengan mikroorganisme thermofil, jika suhu mencapai diatas 600 C maka fungi akan berhenti bekerja dan akan digantikan dengan aktinomisetes serta strain bakteri pembentuk spora. Kemudian panas yang dihasilkan pada awal proses pengomposan, panas ini disebabkan oleh kegiatan mikroorganisme yang sedang merombak bahan organik. Pada tahap ini, mikrorganisme memperbanyak diri secara cepat, namun setelah itu, suhu pengomposan akan turun kembali hingga 250-300C yang menandakan kompos matang. Pada pengamatan ke-2 terjadi penurunan suhu yang signifikan, mencapai 380C dan pada pengamatan ke-3 turun sampai 320C. Pada pengamatan berikutnya pengamatan suhu menunjukkan hasil yang fluktuatif diantara angka 330C hingga 270C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handayani (2009) bahwa pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan (kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. Selain itu pupuk kompos ini pada awalnya memiliki bau yang tidak sedap namun setelah dianginkan bau tersebut hilang. Hal ini sesuai dengan yang kemukakan oleh Guntoro (2003) bahwa Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada ketersediaan oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40-60% adalah kisaran optimum untuk 24
  • 25. metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Pembahasan Pengamatan pH Dari hasil pengamatan pH yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan ph akhir sebesar 7,6. Dari setiap minggunya pupuk kompos yang terbuat dari daun lamtoro selalu mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Menurut kami pupuk kompos kelompok kami ini sudah matang karena pHnya sudah mendekati netral dan sudah berbentuk remah, warnanya pun coklat dan kering sudah seperti tanah. Hal ini sesuai dengan penrnyataan Hadisumitro (2002), bahwa pupuk matang dicirikan oleh sifat kimia diantaranya mengandung hara karbon (C) lebih dari 10 %, nisbah C/N dibawah 20 %, pH sekitar netral (6 - 8) dan tidak mengandung garam serta kandungan unsur mikro dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu Lestari, 2010. Penambahan bahan organik yang belum masak atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang kita tambahkan telah termineralisasi dan akan melepaskan mineralnya berupa kationkation basa. Selain itu pupuk kami telah memenuhi syarat untuk dijadikan pupuk tanaman karena pHnya netral. Hal ini didukung dengan pernyataan Setyorini et al., 2006 bahwa pupuk hijau dapat meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro bagi tanaman. Selain itu dengan ph 7,6 tanah masih bisa menerima pupuk tersebut dan dapat menyerap kandungan pupuk tersebut untuk mendukung proses pertumbuhan tanaman. Pembahasan C- Organik Menurut Triesia (2011), C-Organik ( Bahan Organik) merupakan bagian dari tanah yang merupakan satu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus-menerus 25
  • 26. mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, termasuk seresah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Supriyono dkk, (2009) menyebutkan kandungan C-Organik menurut tipe fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-Organik 4%, kedalaman 10-2- cm adalah 3,38% dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52% dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5%, kedalaman 10-20 cm adalah 2,67% dan kedalaman 20-30 adalah 2,38% dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5,63%, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89% dan kedalaman 20-30 adalah 3,56 % dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi. Kandungan C-Organik cenderung menurun dengan semakin dalamnya tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi bahan organik yang berasal dari dekomposisi seresah lebih banyak di bagian atas. Dengan kandungan yang tinggi pada pupuk kompos dari daun lamtoro buatan kelompok N1 yang memiliki kandungan C-Organik yang tinggi yaitu sebesar 6,81 % diharapkan mampu memberi kesuburan yang lebih bagi tanah. Selain tanah disuplai dari seresah, sisa ranting dan sebagainya, tanah juga disuplai oleh pupuk daun lamtoro yang kandungan C-Organiknya tinggi, sehingga tanah menjadi lebih subur dan gembur dan dapat menyediakan banyak unsur hara bagi tanaman. Pembahasan N total Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa besar %N adalah sekitar 18,79% dan kadar N adalah sebesar 3,49 %. Diketahui bahwa N total adalah banyaknya atau jumlah unsur N yang berada dalam tanah. Semakin banyak N total dalam tanah, maka tanah tersebut dapat memberikan unsur yang banyak pada tanaman. Unsur N adalah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk kompos yang dibuat kelompok N1 ini memang memiliki kadar N total yang tidak terlalu tinggi, namun meskipun demikian dapat berkontribusi dalam menyuburkan tanah. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Menurut Hardjowigeno (1992), Nitrogen dalam tanah berasal dari : 26
  • 27. a. BOT b. Peningkatanolehmikroorganismedari N udara c. Pupuk d. Air hujan Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000-4000 kg/ha pada lapisan 020 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 3% dari jumlah tersebut (Hardjowigeno, 1992). Dengan pemberian pupuk kompos hasil dari kelas N1 ini, diharapkan mampu untuk menambah N total dalam tanah, sehingga tanah mendapatkan suplai tambahan unsur N dari pupuk. N total yang besar dalam tanah, memberikan efek yang baik bagi tanaman dan tanah itu sendiri. Pembuatan Pupuk Granul Pembuatan pupuk dalam bentuk granul dilakukan untuk memudahkan aplikasi. Pengaplikasian pupuk di perkebunan besar, seperti perkebunan tebu lahan kering, sering menggunakan aplikator pupuk. Bentuk yang baik untuk aplikator pupuk adalah bentuk granul. Bentuk granul juga dibuat untuk memudahkan transportasi pupuk. Massa pupuk bebentuk granul lebih ringan daripada pupuk berbentuk curah, sehingga memudahkan dan mengurangi biaya tranportasi. Pupuk bebentuk granul juga lebih mudah ditaburkan daripada bentuk curah (Isroi 2009). Bahan baku utama pembuatan pupuk organik granul adalah bahan organik, seperti kompos atau pupuk kandang. Bahan lain yang cukup penting adalah perekat, supaya pupuk organik dapat dibuat granul. Hanya dengan dua macam bahan ini saja sebenarnya sudah bisa dibuat pupuk organik granul. Akan tetapi, pada pembuatan pupuk organik granul sering ditambahkan beberapa bahan. Bahan-bahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan pupuk organik granul adalah gambut, fosfat alam, dolomit, kapur pertanian, zeolit, abu atau arang, dll (Isroi 2009). Pembuatan Pupuk Cair Sedangkan untuk pupuk cair adalah exstrak dari pembusukan bahan-bahan pupuk dimana dengan mengekstrak tersebut bisa mengambil seluruh nutriens yang terkandung pada di dalam pupuk tersebut. Selain nutriens kita juga sekaligus menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa, dan nematoda. 27
  • 28. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari praktikum pembuatan kompos, dapat disimpulkan bahwa pupuk kompos yang dibuat oleh kelompok N1 dapat dikatan berhasil, karena berwarna cokelat tua hingga hitam dengan kadar air sangat rendah, remah, memiliki temperatur yang hampir sama dengan termperatur udara, dan tidak berbau menyengat. Pupuk dari bahan dasar daun lamtoro ini mengandung kadar air 13,64 %, bahan organik 11, 71 %, dan kadar nitrogen sebesar 3,49 %. Pada proses pembuatan pupuk kompos dari daun lamtoro ini mengalami penurunan suhu dari pengamatan tiap minggunya. Pada pengamatan pertama suhu mencapai 60 C kemudian pada pengamatan-pengamatan berikutnya mengalami penurunan suhu hingga pada pengamatan terakhir suhunya mencapai 27 C. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik. Pada awal pembuatan di campurkan larutan molase, sebagai sumber bahan makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat mendekomposisi bahan organik secara optimal. Energi panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme inilah yang menyebabkan tingginya suhu pada pengamatan pertama. Sedangkan pengamatan pH pada tiap minggunya menunjukkan hasil yang fluktuatif. Salah satu faktor yang dominan penyabab rendah dan tingginya pH ini adalah curah hujan yang tidak menentu. Sehingga mengakibatkan pHnya naik turun. Pupuk kompos dari daun lamtoro buatan kelompok N1 yang memiliki kandungan COrganik yang tinggi yaitu sebesar 6,81 %. Menurut Supriyono dkk, (2009) menyebutkan kandungan C-Organik menurut tipe fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-Organik 4%, kedalaman 10-2- cm adalah 3,38% dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52% dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5%, kedalaman 10-20 cm adalah 2,67% dan kedalaman 20-30 adalah 2,38% dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-Organik adalah 5,63%, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89% dan kedalaman 20-30 adalah 3,56 % dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi. Sedangkan kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 - 4000 kg/ha pada lapisan 0-20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 3% dari jumlah tersebut (Hardjowigeno, 1992). Sehingga kadar nitrogen pupuk kelompok N1 dapat dikatakan tinggi, yaitu sebesar 3,49 %. Hal ini disebabkan oleh karakteristik daun lamtoro yang merupakan salah satu jenis tanaman legume, sehingga mengandung kadar nitrogen tinggi. 28
  • 29. 5.2 Saran Dalam pembuatan pupuk kompos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Antara lain yaitu bahan dasar yang digunakan (daun lamtoro) haruslah kering sebelum di haluskan. Kemudian proses penghalusan yang baik adalah dilakukan beberapakali sehingga rantingnya dapat terpotong dan dapat didekomposisi dengan baik oleh mikroorganisme. Kemudian setiap 3 hari sekali harusnya dilakukan pembalikan agar udara yang ada didalam atau didasar pupuk dapat berganti dan proses dekomposisinya dapat merata. Dan pengukuran suhunya sebaiknya dilakukan minimal 2 hari sekali agar mendapat data yang lengkap dan dapat mengetahui proses metabolisme dekomposisi pupuk tersebut. Pada proses pembuatan pupuk fakultas pertanian universitas Brawijaya ini, UPT kompos terlihat tidak dapat menampung kapasitas praktikan yang bertambah setiap tahunnya. Hendaknya semakin besar penerimaan mahasiswa baru, fasilitas bagi kami juga harusnya diperhatikan. Asisten pada praktikum teknologi pupuk dan pemupukan sudah menjalankan tugasnya sebagaimana seharusnya dengan baik. Mampu memberikan materi yang jelas dan sangat membantu dalam proses pembuatan pupuk kompos ini. Semoga program kerja asisten Teknologi Pupuk dan Pemupukan selanjutnya tetap lancar seperti ini. 29
  • 30. DAFTAR PUSTAKA Beaulieu, David. 2012. Compost.http://landscaping.about.com/cs/lazylandscaping/g/compost.htm. diakses 28 November 2012. Bapelkescikarang. 2012. Modul: Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dari Sampah Organik. bapelkescikarang or.id/.../mi-.(Online). Diakses 6 Desember 2012. Djazuli,Muhammad dan Joko Pitono,2009.Dalam Jurnal Pengaruh Jenis Dan Taraf. Djuarnani, Nan, Kristian dan Budi Susilo Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka:Jakarta. Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Hadisumitro, L.M. 2002. Membuat Pupuk kascing. Jakarta : Penebar Swadaya. Hadisuwito, Sukamto. 2006. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka:Jakarta. Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 28 November 2012 Hardjiowigeno, Sarwono. 1992. Dasar Ilmu Tanah. MaduatamaSarana Pratama : Jakarta. Hardjowigeno,Sarwono.2003.Ilmu Tanah.Akademika Pressindo: Jakarta. IPB.2012.repository.ipb.ac.id/.../BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?...3(Online). Diakses 27 November 2012 Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul Sebuah Petunjuk Praktis. [e-book] http://isroi.wordpress.com/2009/04/12/buku-petunjuk-praktis-membuat-pupukorganikgranul/. Diakses 6 Desember 2012. Kleger. 2006. Definition of Fertilizer. New York University Press :New York. 30
  • 31. Kloepper, JW. 1993. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria Biological Control Agent. P 255-274. Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004 . Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lestari, dkk. 2010. Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan Kompos Sampah Kota Tanaman Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt)Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361)Volume 12, Nomor 2, Hal. 01-06 ISSN 0852-8349 Juli – Desember 2010. Lingga dan Marsono.2000.Pupuk Organik. Kanisius : Yogyakarta. M.P.Sirappa dan Nasruddin Razak. 2007. Dalam Jurnal Kajian Penggunaan Pupuk. Mahmoud, Esawy dkk. 2009. Effects of Different Organik and Inorganik Fertilizers on Cucumber Yield and Some Soil Properties. World Journal of Agricultural Sciences 5 (4): 408-414, 2009 Mulyani,Mul. 2008. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta :Jakarta. Murbandono, L. 1982. Membuat Kompos. Penebar Swadaya : Jakarta. ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH.BTBP:Maluku. PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PURWOCENG. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatic : Bogor. Rasmarkam, Afandie. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:Yogyakarta. Saddleback. 2010. Go Organik Reading Level 3. Saddleback Education Publishing Santoso, Heronymus B. 2006. Jahe Gajah. Kanisius:Yogyakarta. Setyorini, Diah, Rasti Saraswati dan Ea Kosman Anwar. 2.Kompos. balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf. diakses 27 November 2012 Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, Ea, K. 2006. Kompos . Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organik fertilizer and Biofertilizer .Balai Besar Litbang Sumber daya lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 313 hal. 31
  • 32. Sudarmoto, AS. 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius:Yogyakarta. Supriyono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik dan N total pada seresah dan tanah pada 3 tipe fisiognomi (Studi kasus DI Wanagama , Gunung Kidul, DIY). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p:49-57. Suriardikata D.A dan D. Setyorini. 2005. Laporan Hasil Penelitian Standar Mutu Pupuk Organik. Bogor: Balai Penelitian Tanah. Triesia, 2011. Pengertian C-Organik. (Online). http://blog.ub.ac.id/yurike/2011/05/01/corganik/. Diakses pada 3 Desember 2012. Widyati, E. 2006. Bioremediasi Tanah Bekas Tambang Batubara dengan SludgeIndustri Kertas Untuk Memacu Revegatasi Lahan. 32
  • 33. LAMPIRAN 1. Desain Poster 2. Tabulasi Data Pengamatan 33