Puisi ini menceritakan tentang refleksi sang penyair mengenai kepemilikan dan takdir. Ia menyadari bahwa semua yang dimilikinya sebenarnya hanyalah titipan dari Allah. Namun, sang penyair seringkali lupa dan menganggap semuanya miliknya sendiri. Ia juga sering mengeluh ketika titipan tersebut diambil kembali oleh Allah dan menganggapnya sebagai musibah. Padahal seharusnya ia menerima takdir dengan ik
2. Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah
titipan....
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
3. Tetapi,
mengapa
aku
tak
pernah
bertanya...
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus
kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang
Puisi WS Rendra
bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika
titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
4. Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai
musibah....
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu
sebagai petaka....
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja
untuk melukiskan kalau itu adalah derita....
Puisi WS Rendra
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang
cocok dengan hawa nafsuku....
5. Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak
kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman
bagiku....
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti
matematika....
Puisidunia kerap menghampiriku....
WS Rendra
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan
kekasih....
6. Kuminta
Dia
membalas
"perlakuan
baikku",
dan
menolak
keputusan-‐Nya
yang
tak
sesuai
keinginanku....
Ya
Allah,
padahal
Eap
hari
kuucapkan,
hidup
dan
maEku
hanya
untuk
beribadah....
"KeEka
lPuisi WS Rendra
angit
dan
bumi
bersatu,
bencana
dan
keberuntungan
sama
saja".
(Coret2
terakhir
WS
Rendra
yang
ditulis
di
atas
ranjang
RS
sebelum
ajal
menjemputnya).