1. ISSN : 2085 - 0204
JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT
HOSPITAL
MAJAPAHIT
VOL 3 NO. 1
Hlm.
1 - 103
Mojokerto
Februari 2011
ISSN
2085 - 0204
DIAN IRAWATI
Faktor Karakteristik Ibu Yang Berhubungan Dengan Ketepatan Imunisasi DPT
Combo Dan Campak Di Pasuruan
SULISDIANA
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Muji Winarnik Mojokerto
ELYANA MAFTICHA
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Tablet Kalsium Pada
Wanita Premenopouse Di Desa Tanjek Wagir Kecamatan Krembung
Kabupaten Sidoarjo
FARIDA YULIANI
Perilaku Pantang Makan Pada Ibu Nifas Di BPS “A” Balongtani
Jabon Sidoarjo
DYAH SIWI HETY
Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Ca Cervix Di RSUD Sidoarjo
Tahun 2009
SARMINI MOEDJIARTO
Karakteristik Ibu Yang Berhubungan Dengan Perdarahan Post Partum
Di RB Medika Utama Wonokupang Balongbendo Sidoarjo
Tahun 2009
2. HOSPITAL MAJAPAHIT
Vol. 3. No. 1, Februari 2011 ISSN : 2085 - 0204
Pengantar Redaksi,
Jurnal Hospital Majapahit Vol. 3 No 1 Tahun 2011 banyak didominasi oleh publikasi dosen
kebidanan tentang pengembangan penelitian di bidang kesehatan ibu dan anak. Hasil
penelitian ini selain menunjang perbaikan materi pengajaran ke mahasiswa juga diharapkan
membawa manfaat pada peningkatan status derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Artikel yang pertama ditulis oleh Dian Irawati yang membahas tentang faktor karakteristik ibu
yang berhubungan dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan campak di Pasuruan. Dalam artikel
ini dijelaskan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan
Campak. Pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo dan Campak mempengaruhi ketepatan
imunisasi DPT Combo dan Campak pada bayi yang disebabkan beberapa faktor antara lain
pengetahuan ibu, sumber informasi yang didapat,pendidikan ibu. Semakin kurang pengetahuan ibu
semakin tidak tepat pula dalam mengimunisasikan bayinya. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan
dan kader harus lebih di tingkatkan untuk memberikan informasi melalui penyuluhan dengan
menyebarkan leaflet tentang jadwal pemberian Imunisasi secara tepat dan pentingnya imunisasi pada
bayi.
Artikel yang kedua ditulis oleh Sulisdiana yaitu tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Muji Winarnik
Mojokerto. Hasil penelitian ini membahas bahwa sebagian besar ibu sebenarnya telah mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang regurgitasi. Pengetahuan ini muncul karena responden telah
memperoleh informasi yang cukup baik dari pengalaman sendiri atau lingkungan serta dapat pula dari
tenaga kesehatan. Pengetahuan responden terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
umur, pendidikan, dan pekerjaan.
Artikel yang ketiga ditulis oleh Ellyana Mafticha dengan tema Faktor-faktor yang
berhubungan dengan konsumsi tablet kalsium pada wanita pre menopouse di desa Tanjek Wagir
Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Artikel ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan
pengetahuan tentang osteoporosis dengan konsumsi tablet kalsium pada wanita premenopouse di Desa
Tanjek Wagir Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo.Tingkat keeratan hubungan dalam penelitian
ini adalah sangat kuat. Sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang osteoporosis akan
tatapi mereka tidak mengkonsumsi tablet kalsium dengan teratur di karenakan masalah biaya dan
malas minum tablet kalsium setiap hari. Konsumsi tablet kalsium ini bermanfaat untuk mencegah
terjadinya gangguan pertumbuhan, kerapuhan tulang, dan kejang otot.
Artikel yang keempat ditulis oleh Farida Yuliani yang membahas tentang Perilaku Pantang
Makan Pada Ibu Nifas di BPS A Balongtani Jabon Sidoarjo. Artikel ini menjelaskan bahwa pantang
makan pada ibu nifas dapat mempengaruh kelancaran produksi ASI. Sehingga perlunya peningkatan
informasi tentang pantang makan pada ibu nifas, supaya ibu nifas mengetahui pentingnya makanan
bergizi untuk kesehatan ibu dan bayi.
Artikel yang kelima ditulis oleh Dyah Siwi Hety tentang hasil penelitiannya yang
dipublikasikan pada tahun 2010 yakni tentang Hubungan Usia dan Paritas Dengan Kejadian Ca Cervix
di RSUD Sidoarjo Tahun 2009. Hasil penelitian ini membahas tentang hubungan antara paritas
dengan kejadian Ca Cerviks. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Ca Cerviks : Human
Papilloma Virus, merokok, hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini, berganti-ganti
pasangan seksual, gangguan system kekebalan tubuh, pemakaian pil KB, infeksi herpes genetalis atau
infeksi klamidia menahun, lanjut usia, kegemukan, menstruasi pertama di usia dini, menopause yang
terlambat dan belum pernah hamil. Simpulan penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan paritas
tinggi cenderung terkena kanker serviks lebih besar dibandingkan pasien dengan paritas rendah.
Penyakit kanker serviks adalah jenis penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Salah satu upaya
mencegah kanker serviks adalah dengan membatasi jumlah anak dan melakukan pemeriksaan pap
smear sebagai upaya pencegahan kanker serviks.
3. HOSPITAL MAJAPAHIT
Artikel yang keenam ditulis oleh Sarmini Moedjiarto yang membahas tentang karakteristik ibu
yang berhubungan dengan perdarahan post partum di RB Medika Utama Wonokupang Balongbendo
Sidoarjo tahun 2009. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
variabel independen (jarak persalinan) dan variabel dependen ( perdarahan post partum ). Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa jarak persalinan merupakan salah satu penyebab predisposisi
terjadinya perdarahan post partum. Perlu adanya penanganan obstetrik yang efisian dalam pemantauan
kehamilan agar komplikasi persalinan terhadap perdarahan post partum bisa di cegah.
Redaksi,
4. HOSPITAL MAJAPAHIT
Vol. 3. No. 1, Februari 2011 ISSN : 2085 - 0204
Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel
Kebijakan Editorial
Jurnal Hospital Majapahit diterbitkan oleh Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto secara berkala
(setiap 6 bulan) dengan tujuan untuk menyebarluaskan informasi hasil penelitian, artikel ilmiah
kepada akademisi, mahasiswa, praktisi dan lainnya yang menaruh perhatian terhadap penelitian-
penelitian dalam bidang kesehatan. Lingkup hasil penelitian dan artikel yang dimuat di Jurnal Hospital
Majapahit ini berkaitan dengan pendidikan yang dilakukan oleh Politeknik Kesehatan Majapahit
Mojokerto.
Jurnal Hospital Majapahit menerima kiriman artikel yang ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa
Inggris. Penentuan artikel yang dimuat dalam Jurnal Hospital Majapahit dilakukan melalui proses
blind review oleh editor Hospital Majapahit. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan pemuat
artikel, antara lain : terpenuhinya syarat penulisan dalam jurnal ilmiah, metode penelitian yang
digunakan, kontribusi hasil penelitian dan artikel terhadap perkembangan pendidikan kesehatan.
Penulis harus menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke Hospital Majapahit, tidak dikirim atau
dipublikasikan dalam majalah atau jurnal ilmiah lainnya.
Editor bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat,
dan apabila dipandang perlu editor menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang
diusulkan untuk dimuat dalam jurnal Hospital Majapahit hendaknya mengikuti pedoman penulisan
artikel yang dibuat oleh editor. Artikel dapat dikirim ke editor Jurnal Hospital Majapahit dengan
alamat :
Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
Jl. Jabon – Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363
Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,
Email : Hospitalmajapahit@yahoo.com
5. HOSPITAL MAJAPAHIT
Vol. 3. No. 1, Februari 2011 ISSN : 2085 - 0204
Pedoman Penulisan Artikel.
Penulisan artikel dalam jurnal kesehatan hospital majapahit yang diharapkan menjadi pertimbangan
penulis.
Format.
1. Artikel diketik dengan spasi ganda pada kertas A4 (210 x 297 mm).
2. Panjang artikel maksimum 7.000 kata dengan Courier atau Times New Roman font 11 – 12 atau
sebanyak 15 sampai dengan 20 halaman.
3. Margin atas, bawah, samping kanan dan samping kiri sekurang kurangnya 1 inchi.
4. Semua halaman sebaiknya diberi nomor urut.
5. Setiap table dan gambar diberi nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel atau gambar serta
sumber kutipan.
6. Kutipan dalam teks menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman jika
dipandang perlu. Contoh :
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Rahman, 2003), jika disertai dengan halaman
(Rahman, 2003:36).
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (David dan Anderson, 1989).
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari satu penulis (David dkk, 1989).
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (David, 1989, 1992), jika tahun publikasi
sama (David, 1989a, 1989b).
e. Sumber kutipan dari satu institusi sebaiknya menyebutkan singkatan atau akronim yang
bersangkutan (BPS, 2007: DIKNAS, 2006).
Isi Tulisan.
Tulisan yang berupa hasil penelitian disusun sebagai berikut :
Abstrak, bagian ini memuat ringkasan artikel atau ringkasan penelitian yang meliputi masalah
penelitian, tujuan, metode, hasil, dan kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks dan
terdiri antara 200 sampai dengan 400 kata (sebaiknya disajikan dalam bahasa inggris). Abstrak diberi
kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.
Pendahuluan, menguraikan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan
untuk menjadi hipotesis dan model penelitian.
Kerangka Teoritis, memaparkan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan
untuk mengembangkan hipotesis dan model penelitian.
Metode Penelitian, memuat pendekatan yang digunakan, pengumpulan data, definisi
Dan pengukuran variable serta metode dan teknik analisis data yang digunakan.
Hasil Penelitian, berisi pemaparan data hasil tentang hasil akhir dari proses kerja teknik analisis data,
bentuk akhir bagian ini adalah berupa angka, gambar dan tabel.
Pembahasan, memuat abstraksi peneliti setelah mengkaji hasil penelitian serta teori – teori yang
sudah ada dan dijadikan dasar penelitian.
Daftar Pustaka, memuat sumber-sumber yang dikutip dalam artikel, hanya sumber yang diacu saja
yang perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.
6. HOSPITAL MAJAPAHIT
Jurnal :
Berry, L. 1995. “Ralationship Marketing of Service Growing Interest, Emerging Perspective”. Journal
of the Academy Marketing Science. 23. (4) : 236 – 245.
Buku :
Asnawi SK dan Wijaya C. 2006. Metodologi Penelitian Keuangan, Prosedur, Ide dan Kontrol.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Artikel dari Publikasi Elekronik :
Orr. 2002. “Leader Should do more than reduce turnover”. Canadian HR Reporter. 15, 18,
ABI/INFORM Research. 6 & 14 http://www.proquest.com/pqdauto[06/01/04].
Majalah :
Widiana ME, 2004. “Dampak Faktor-Faktor Pemasaran Relasional dalam Membentuk Loyalitas
Nasabah pada Bisnis Asuransi”. Majalah Ekonomi. Tahun XIV. (3) : 193-209.
Pedoman :
Joreskog and Sorbom. 1996. Prelis 2 : User’s Reference Guide, Chicago, SSI International.
Simposium :
Pandey. LM. 2002. Capital Structur and Market Power Interaction : evidence from Malaysia, in Zamri
Ahmad, Ruhani Ali, Subramaniam Pillay. 2002. Procedings for the fourt annual Malaysian Finance
Assiciation Symposium. 31 May-1. Penang. Malaysia.
Paper :
Martinez and De Chernatony L. 2002. “The Effect of Brand Extension Strategies Upon Brand Image”.
Working Paper. UK : The University of Birmingham.
Undang-Undang & Peraturan Pemerintah :
Widiana ME, 2004. “Dampak Faktor-Faktor Pemasaran Relasional dalam Membentuk Loyalitas
Nasabah pada Bisnis Asuransi”. Majalah Ekonomi. Tahun XIV. (3) : 193-209.
Skripsi, Thesis, Disertasi :
Christianto I. 2008. Penentuan Strategi PT Hero Supermarket Tbk, Khususnya pada Kategori
Supermarket di Kotamadya Jakarta Barat berdasarkan Pendekatan Analisis Konsep Three Stage Fred
R. David (Skripsi). Jakarta : Program Studi Manajemen, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia.
Surat Kabar :
Gito. 26 Mei 2006. Penderes. Perajin Nira Sebagian Kurang Profesional. Kompas: 36 (Kolom 4-5).
Penyerahan Artikel :
Artikel diserahkan dalam bentuk compact disk (CD) dan dua eksemplar cetakan kepada :
Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
Jl. Jabon – Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363
Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,
Email : Hospitalmajapahit@yahoo.com
7. HOSPITAL MAJAPAHIT
Vol. 3. No. 1, Februari 2011 ISSN : 2085 - 0204
DAFTAR ISI
FAKTOR KARAKTERISTIK IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETEPATAN
IMUNISASI DPT COMBO DAN CAMPAK DI PASURUAN ......................................... 1
Dian Irawati
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS MUJI
WINARNIK MOJOKERTO................................................................................................. 15
Sulisdiana
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI TABLET
KALSIUM PADA WANITA PREMENOPOUSE DI DESA TANJEK WAGIR
KECAMATAN KREMBUNG KABUPATEN SIDOARJO ............................................... 34
Elyana Mafticha.
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
PERILAKU PANTANG MAKAN PADA IBU NIFAS DI BPS “A” BALONGTANI
JABON SIDOARJO.............................................................................................................. 54
Farida Yuliani
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN CA CERVIX DI RSUD
SIDOARJO TAHUN 2009 ............................................................................................................ 74
Dyah Siwi Hety
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
KARAKTERISTIK IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST
PARTUM DI RB MEDIKA UTAMA WONOKUPANG BALONGBENDO SIDOARJO
TAHUN 2009........................................................................................................................ 87
Sarmini Moedjiarto
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
Jl. Jabon – Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363
Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,
Email : Hospitalmajapahit@yahoo.com
8. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
1
FAKTOR KARAKTERISTIK IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KETEPATAN IMUNISASI DPT COMBO DAN CAMPAK
DI PASURUAN
Dian Irawati
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
ABSTRAK
Setiap tahun ada 10% bayi sekitar (450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi sehingga
dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisasi yang lengkap. Angka cakupan
DPT Combo dan Campak sangat rendah dan setiap tahun selalu terjadi penurunan angka cakupan.
Banyak faktor yang menyebabkan belum optimalnya pemberian imunisasi DPT Combo dan Campak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor karakteristik ibu yang berhubungan dengan
ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak di Pasuruan.
Desain yang digunakan adalah analitik jenis ―Cross Sectional‖, dengan jumlah populasi dan
sampel 48 ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah
total sampling. Variabel independen adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan sedangkan
variabel dependen adalah ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner. Data yang didapat kemudian dimasukkan dalam tabulasi silang dihitung dengan uji
Mann Whitney. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 17-19 juni 2010 di Desa Balung Anyar
Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan paling banyak responden berpengetahuan kurang 22
responden (45,83%) dan lebih dari 50% responden tidak mengimunisasikan bayinya dengan tepat
sebanyak 30 responden (62,5%). Analisis data ini menggunakan uji Mann Whitney dengan = 0,05
dan hasil perhitungan 0,008 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan
pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT Combo dan Campak
mempengaruhi ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak pada bayi yang disebabkan beberapa
faktor antara lain pengetahuan ibu, sumber informasi yang didapat,pendidikan ibu.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin kurang pengetahuan ibu semakin tidak
tepat pula dalam mengimunisasikan bayinya. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan dan kader
harus lebih di tingkatkan untuk memberikan informasi melalui penyuluhan dengan menyebarkan
leaflet tentang jadwal pemberian Imunisasi secara tepat dan pentingnya imunisasi pada bayi.
Kata kunci : Pengetahuan, Imunisasi DPT Combo dan Campak, Ketepatan
A. PENDAHULUAN
Cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh
dunia sejak penetapan Expanded Program On Immunisation (EPI) oleh WHO. Bayi-bayi di
Indonesia yang diimunisasi setiap tahun sekitar 90% dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir artinya
setiap tahun ada 10% bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi sehingga
dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap (Aprianti,
2008). Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi,
ekonomi dan lain-lain (Depkes, 2003). Walaupun pemerintah telah menargetkan imunisasi
seperti yang telah disebutkan di atas, namun pada kenyataannya kegiatan imunisasi sendiri
masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat yang memiliki bayi. Tidak sedikit ibu-ibu
yang tidak bersedia untuk mengimunisasikan anaknya dengan alasan takut akan efek samping
imunisasi yang di sertai pengetahuan masyarakat yang rendah tentang imunisasi (Muhamad,
2005).
DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) Combo adalah gabungan imunisasi DPT dengan
Hepatitis B, di berikan kepada balita secara bertahap dalam 3 kali. Imunisasi DPT untuk
mencegah difteri, pertusis, tetanus. Imunisasi ini di berikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Efek
9. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
2
sampingnya merah, dan bengkak pada tempat injeksi dan panas badan. Imunisasi Campak
gunanya untuk mencegah penyakit campak, diberikan pada usia 9 bulan,di injeksikan di
paha/lengan atas. Efek sampingnya panas, merah-merah di kulit. Imunusasi Polio diberikan
pada bayi usia 2, 3, 4, 9 bulan.
Pemberian imunisasi akan dilaksanakan apabila ada peran serta dan kesadaran dari
masyarakat khususnya ibu, perilaku ibu dalam ketepatan pemberian imunisasi masih banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya faktor presdiposisi yang mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan.
Pengetahuan pada masyarakat sangat penting, perubahan sikap yang di dasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2000). Banyak faktor yang menyebabkan belum optimalnya pemberian imunisasi
DPT Combo dan Campak yaitu tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap
imunisasi. Oleh karena itu pengetahuan masyarakat perlu di tingkatkan sehingga mengerti
betapa besarnya pemberian imunisasi pada balita. Dalam masalah ini seharusnya petugas
kesehatan dan kader mendatangi rumah ibu yang mempunyai balita dan memberikan sedikit
informasi tentang imunisasi.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah ketepatan jadwal
imunisasi. Apabila ibu tidak tepat dalam mengimunisasikan bayinya akan berpengaruh terhadap
kekebalan dan kerentanan bayi terhadap suatu penyakit. Sehingga bayi harus mendapatkan
imunisasi tepat waktu agar terlindung dari berbagai penyakit berbahaya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi adalah tingkat pengetahuan ibu.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 22-29 April 2010 di
Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan dengan melihat buku KMS, dari 10
ibu yang mempunyai balita, 3 orang (30%) sudah mengimunisasikan balitanya sesuai jadwal.
Sedangkan 7 orang (70%) belum mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
Tabel 1. Hasil Cakupan Pencapaian Imunisasi DPT Combo di Desa Balung Anyar
Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2009
No. Jenis Imunisasi
2008 2009
Target Pencapaian Target Pencapaian
1. DPT Combo I 100 57(57%) 100 53(53%)
2. DPT Combo II 95 46(52%) 90 49(54%)
3. DPT Combo III 90 42(47%) 90 48(53%)
Sumber : Laporan Imunisasi Polindes Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten
Pasuruan
Berdasarkan tabel di atas, khususnya imunisasi DPT Combo dan Campak, angka
cakupan imunisasi DPT Combo dan Campak Tahun 2008-2009 lebih rendah dari target yang
telah di tetapkan. Dari fenomena diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
faktor karakteristik ibu yang berhubungan dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan
Campak di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata Imun, kebal, resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003).
10. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
3
Bayi yang lahir mempunyai kekebalan alami yang diterima dari ibunya saat masih
dalam kandungan. Kekebalan ini didapat melalui placenta dan akan habis kira-kira setelah
bayi berusia 6 bulan. Pada usia ini seorang anak menjadi sasaran yang mudah dijangkiti
penyakit. Untuk mencegahnya, suntikan imunisasi harus diberikan sedini mungkin.
Pada dasarnya imunisasi ada 2 jenis :
1) Imunisasi Pasif (Passive Immunization)
Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya didapatkan dari luar. Imunisasi pasif dibagi menjadi 2 :
a) Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang
merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
b) Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah
penyakit tertentu.
2) Imunisasi Aktif (Passive Immunization)
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang
secara aktif membentuk zat antibodi.
a) Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari
suatu penyakit.
b) Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk
mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
Imunisasi Aktif (Active Immunization)
Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :
a) BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
b) DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
c) Polio, untuk mencegah penyakit poliomyelitis.
d) Campak untuk mencegah penyakit campak (measles) (Notoatmodjo, 2003).
b. Tujuan Program Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut
adalah disentri, tetanus, pertusis, campak, polio dan tuberculose (Notoatmodjo, 2003).
Pemberian imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan
anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat
mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian pada bayi, balita/anak-anak pra sekolah (Depkes RI, 2001).
c. DPT Combo
1) Pengertian DPT Combo
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang in aktivasi serta vaksin hepatiis B yang merupakan sub unit vaksin
virus yang mengandung HbsAg.
2) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Difetri, Tetanus, Pertusis dan
Hepatitis B.
3) Efek Samping DPT
a) Panas
b) Rasa sakit di daerah suntikan
c) Peradangan
d) Kejang-kejang
4) Kemasan
Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.
11. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
4
5) Cara pemberian dan dosis
a) Pemberian dengan cara Intra Muskular, 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
b) Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4
minggu (1 bulan).
c) Di unit pelayanan, Vaksin DPT combo yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu, dengan ketentuan:
(1) Vaksin belum kadaluwarsa
(2) Vaksin disimpan dalam suhu +2°C- +8°C.
(3) Tidak pernah terendam air
(4) Sterilitasnya terjaga (Depkes RI, 2005)
d. Vaksin Campak
1) Definisi Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
2) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
3) Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit immunodeficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respons imun Karen aleukimia, lymphoma.
4) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat megalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
5) Cara pemberian dan dosis
a) Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9 bulan (Depkes RI, 2005).
Tabel 2. Jadwal Imunisasi
No. Umur Jenis Imunisasi
1. 0-7 Hari HB Uniject
2. 1 Bulan BCG
3. 2 Bulan DPT Combo 1 dan Polio 1
4. 3 Bulan DPT Combo 2 dan Polio 2
5. 4 Bulan DPT Combo 3 dan Polio 3
6. 9 Bulan Campak dan Polio 4
2. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, pengindraan terjadi melalui indra manusia
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya (Budi, 2005).
Pengetahuan adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran
seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan
alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah,
dan pikiran-pikiran.
12. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
5
b. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan memiliki enam tingkat yang bergerak berurutan dari tingkatan rendah
atau sederhana sampai ketingkat yang paling kompleks yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, mengetahui dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang apa yang di ketahui dan dapat mengintreprestasikan materi tersebut dengan
benar. Orang yang telah faham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi itu dan masih ada
kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau obyek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang di
tentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang telah di berikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, dan pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
pendidikannya, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan.
2) Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3) Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologi (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya
ciri- cirri lama, ke empat timbulnya ciri-ciri baru. Ini akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologi atau mental taraf berfikir seseorang makin matang.
13. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
6
a) Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginannya tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang menjadi mendalam.
b) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman seseorang
kurang baik akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologi akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi jiwanya, dan akhirnya dapat
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
c) Kebudayaan lingkungan sekitarnya
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
d) Informasi
Kemudahan memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Notoatmodjo, 2003).
e) Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan seperti :
(1) Pengetahuan baik jika skor >75%
(2) Pengetahuan cukup jika skor 60% - 75%
(3) Pengetahuan kurang jika < 60% (Arikunto, 2006).
C. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi analitik dengan desain
penelitian Cross Sectional, karena antara variabel independen (pengetahuan) dan variabel
dependen (ketepatan) diukur pada saat yang sama (Notoatmodjo, 2005).
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu pemilihan (Notoatmodjo, 2005).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan
Campak.
3. Variabel Dan Definisi Operasional
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2005).
Variabel bebas (independen) penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi
DPT Combo dan Campak. Variabel (dependen) tergantung pada penelitian ini adalah ketepatan
pemberian imunisasi DPT Combo dan Campak.
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).
14. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
7
Tabel 3. Definisi Operasional Faktor Karakteristik Ibu Yang Berhubungan Dengan
Ketepatan Imunisasi DPT Combo Dan Campak Di Pasuruan
Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala
Independen :
Pengetahuan ibu
dengan ketepatan
imunisasi DPT
Combo dan Campak
Kemampuan ibu untuk
menyebutkan jawaban yang
benar pada pertanyaan tentang
imunisasi DPT Combo dan
Campak yang meliputi:
- Pengertian imunisasi DPT
Combo dan Campak
- Efek samping imunisasi DPT
Combo dan Campak
- Jadwal pemberian imunisasi
Combo dan Campak
Tingkat pengetahuan :
- Kurang : < 60%
- Cukup : 60 – 75%
- Baik : > 75 %
Jawaban :
- Benar :1
- Salah : 0
(Arikunto, 2006)
Ordinal
Dependen :
Ketepatan imunisasi
DPT Combo dan
Campak
Kegiatan imunisasi DPT
Combo dan Campak yang
dilaksanakan sesuai dengan
jadwal pemberian
- Tepat (DPT Combo
dan Campak)
diberikan kode 1
- Tidak tepat (DPT
Combo dan Campak)
diberikan kode 2
Nominal
4. Populasi, Sampel Dan Instrumen Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 12
bulan sebanyak 48 orang yang ada di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten
Pasuruan pada tanggal 17-19 Juni 2010. Penelitian ini menggunakan teknik non probability
sampling dengan teknik pengambilan sampel jenuh (total sampling) yaitu cara pengambilan
sampel dengan mengambil semua anggota populasi untuk menjadi sampel. Cara ini dilakukan
bila populasinya kecil, maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan
sampel penelitian (Hidayat, 2008). Instrumen yang digunakan adalah buku KMS dan
kuesioner. Kuesioner berisi 13 pernyataan tentang pengetahuan yang disusun disusun
sendiri oleh peneliti.
5. Teknik Analisis Data
a. Univariat
Untuk kode subvariabel tingkat pengetahuan sebagai berikut:
Pemyataan : Salah : 0
Benar : 1
Kemudian jawaban tersebut diubah menjadi persentase dengan rumus:
Keterangan:
P : Prosentase
f : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua pertanyaan dijawab dengan benar
Kemudian hasil prosentase diinterpretasikan menjadi:
Pengetahuan baik : > 75 %
Pengetahuan cukup : 60 % - 75 %
Pengetahuan kurang : < 60 % (Arikunto, 2006)
15. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
8
b. Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.
Dalam analisis ini dapat dilakukan uji Mann Whitney, dengan menggunakan teknik
komputerisasi SPSS 12, dengan kemaknaan = 0,05. Jika nilai probabilitas hasil
perhitungan < 0.05, maka Ha diterima.
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan
Campak.
H0 : Tidak Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT
Combo dan Campak.
D. HASIL PENELITIAN
1. Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4. Karakteristik Usia Responden di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok
Kabupaten Pasuruan
No. Karakteristik Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. < 20 tahun 10 20,8
2. 20-30 tahun 35 72,9
3. >30 tahun 3 6,3
Total 48 100
Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20-30 tahun
sedangkan responden yang berusia > 30 tahun mempunyai proporsi yang paling kecil.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5. Karakteristik Pendidikan Responden di Desa Balung Anyar Kecamatan
Lekok Kabupaten Pasuruan
No. Karakteristik Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. SD 20 41,6
2. SMP 14 29,2
3. SMA 14 29,2
4. Perguruan Tinggi 0 0
Total 48 100
Dari tabel 5 diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan SD dan tidak
ada responden yang lulusan Perguruan Tinggi.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 6. Karakteristik Pekerjaan Responden di Desa Balung Anyar Kecamatan
Lekok Kabupaten Pasuruan
No. Karakteristik Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Bekerja 7 14,6
2. Tidak bekerja 41 85,4
Total 48 100
Dari tabel 6 diketahui bahwa sebagian responden tidak bekerja sedangkan sisanya
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan swasta.
16. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
9
d. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo dan Campak
Tabel 7. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo dan Campak di Desa
Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 6 12,5
2. Cukup 20 41,7
3. Kurang 22 45,8
Total 48 100
Dari tabel 7 menunjukkan hampir setengahnya responden mempunyai pengetahuan
yang kurang tentang imunisasi DPT Combo dan Campak, sedangkan yang mempunyai
pengetahuan pada tingkat baik mempunyai proporsi yang paling kecil.
e. Ketepatan Imunisasi DPT Combo dan Campak
Tabel 8. Ketepatan Imunisasi DPT Combo dan Campak di Desa Balung Anyar
Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan
No. Ketepatan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tepat 18 37,5
2. Tidak Tepat 30 62,5
Total 48 100
Dari tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden tidak tepat dalam
melakukan imunisasi DPT Combo dan Campak sedangkan sisanya sudah tepat dalam
melakukan imunisasi DPT Combo dan Campak.
2. Data Khusus
Pada data ini akan disajikan tabulasi silang antara usia, pendidikan, pekerjaan dan
pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak .
a. Analisis Hubungan Usia Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo dan Campak
Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Usia Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo
dan Campak di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan
No. Usia
Ketepatan
Total
Tepat Tidak Tepat
f (%) f (%) f (%)
1. < 20 tahun 0 0 10 20,8 10 20,8
2. 20-30 tahun 16 33,3 19 39,6 35 72,9
3. >30 tahun 2 4,2 1 2,1 3 6,3
Jumlah 18 37,5 30 62,5 48 100
Berdasarkan hasil tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa semua responden
yang berusia < 20 tahun tidak tepat dalam menjalankan imunisasi DPT Combo dan
Campak sedangkan responden yang berusia > 30 tahun lebih dari 50% tepat dalam
menjalankan imunisasi DPT Combo dan Campak.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 8,097(a) 2 ,017
Likelihood Ratio 11,428 2 ,003
Linear-by-Linear Association 7,460 1 ,006
N of Valid Cases 48
a 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.
17. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
10
Hasil uji statistic menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p value sama
dengan 0,017. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara usia ibu dengan ketepatan dalam melaksanakan imunisasi DPT Combo dan Campak.
b. Analisis Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo dan Campak
Tabel 10. Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT
Combo dan Campak di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten
Pasuruan
No. Pendidikan
Ketepatan
Total
Tepat Tidak Tepat
f (%) f (%) f (%)
1. SD 2 4,2 18 37,4 20 41,6
2. SMP 5 10,4 9 18,8 14 29,2
3. SMA 11 22,9 3 6,3 14 29,2
Jumlah 18 37,5 30 62,5 48 100
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berpendidikan SD tidak tepat dalam menjalankan imunisasi DPT Combo dan Campak,
sedangkan responden yang berpendidikan SMA sebagian besar tepat dalam menjalankan
imunisasi DPT Combo dan Campak.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 16,549(a) 2 ,000
Likelihood Ratio 17,709 2 ,000
Linear-by-Linear Association 15,902 1 ,000
N of Valid Cases 48
a 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
Hasil analisis data menggunakan uji chi square tersebut diatas dapat diketahui
bahwa nilai chi square hitung sama dengan 16,549 dengan nilai tabel pada df sama dengan
2 adalah sebesar 5,991. karena nilai hitung > nilai tabel maka Ho ditolak jadi ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak pada
tingkat signifikansi 5%.
c. Analisis Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo dan Campak
Tabel 11. Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT
Combo dan Campak di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok Kabupaten
Pasuruan
No. Pekerjaan
Ketepatan
Total
Tepat Tidak Tepat
f (%) f (%) f (%)
1. Tidak Bekerja 13 27,1 28 58,2 41 85,4
2. Bekerja 5 10,4 2 4,2 7 14,6
Jumlah 18 37,5 30 62,5 48 100
Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang
tidak bekerja tidak tepat dalam melaksanakan imunisasi DPT Combo dan Campak.
Sedangkan responden yang bekerja justru paling banyak tepat dalam menjalankan
imunisasi DPT Combo dan Campak.
18. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
11
d. Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo dan Campak
Tabel 12. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi
DPT Combo dan Campak di Desa Balung Anyar Kecamatan Lekok
Kabupaten Pasuruan
No. Pengetahuan
Ketepatan
Total
Tepat Tidak Tepat
f (%) f (%) f (%)
1 Baik 5 10,4 1 2,1 6 12,5
2 Cukup 13 27,1 7 14,6 20 41,7
3 Kurang 0 0 22 45,8 22 45,8
Jumlah 18 37,5 30 62,5 48 100
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan sebagian besar berpengetahuan kurang dan
tidak tepat mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal 22 responden (45,8%).
Data yang diperoleh dari hasil observasi oleh peneliti kemudian dilakukan analisa
dengan menggunakan uji mann whitney untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
pengetahuan ibu tentang ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak antara responden
yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang di Desa Balung Anyar
Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan pada bulan17-19 juni 2010. Dari hasil uji mann
whitney dengan = 0,05 dan hasil perhitungan 0,008 < 0,05 yang artinya Ha diterima yaitu
ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak.
E. PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo Dan Campak
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan paling banyak responden mempunyai pengetahuan
baik 6 responden (12,5%), cukup 20 responden (41,66%), kurang tentang imunisasi DPT
Combo dan Campak 22 responden (45,83%). Dari hasil data banyak ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang imunisasi DPT Combo dan campak yang meliputi pengertian,
manfaat, jadwal imunisasi. Karena kurangnya ibu yang memiliki pengetahuan tentang imunisasi
DPT Combo dan Campak maka banyak balita yang tidak diberi imunisasi sesuai jadwal.
Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka mereka akan membentuk perilaku yang baik.
Sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang maka mereka tidak bisa memilih sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sehingga akan terbentuk perilaku yang tidak baik.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
pendidikan, lingkungan pekerjaan, umur, kebudayaan lingkungan, informasi. Dengan
bertambahnya usia maka pengetahuan seseorang akan bertambah baik (Mubarak, 2007).
Disamping usia ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu
pengalaman dan sumber informasi. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. Sumber informasi dapat
diperoleh dirumah, sekolah, media cetak,dan tempat pelayanan keehatan, ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan informasi sekaligus menghasilkan informasi (Arikunto, 2006).
Ditinjau dari segi usia maka tabulasi silang yang terdapat pada lampiran 8 menunjukkan
bahwa hampir setengahnya responden berusia 20-30 tahun 13 responden (27,08%). Disini bisa
kita lihat bahwa pada usia 20-30 tahun, maka ibu sudah berada pada tahap perkembangan yang
dewasa. Pada fase dewasa tugas perkembangannya adalah untuk saling ketergantungan dan
tanggung jawab terhadap orang lain serta menjadi pribadi yang lebih matang. Namun hal
tersebut bertentangan dengan kenyataan yang ada. Bahwa seharusnya seseorang yang sudah
memasuki fase dewasa memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini mungkin disebabkan
karena seseorang itu baru belajar untuk mulai saling ketergantungan sehingga kematangan
dalam berfikir belum bisa maksimal.
19. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
12
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologi (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan
pertama, perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya ciri ciri lama, ke empat
timbulnya ciri ciri baru. Ini akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologi atau mental
taraf berfikir seseorang makin matang (Notoatmodjo, 2003).
Dilihat dari segi pendidikan maka tabulasi silang yang terdapat pada lampiran 8
menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden berpendidikan SD 14 responden (29,16%).
Pada hasil penelitian ini ditemukan bahwa masih banyak ibu yang memiliki pendidikan SD
yang berpengetahuan kurang, sehingga diperlukan informasi dan penyuluhan dari tenaga
kesehatan secara bertahap untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi DPT
Combo dan Campak. Pendidikan memegang peranan penting dalam mengukur tingkat
pengetahuan seseorang, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin kurang
pengetahuan yang di milikinya.
Pendidikan adalah bimbingan yang di berikan seseorang kepada orang lain terhadap
suatu hal agar mereka memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikanya rendah,
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai nilai
yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2007).
Dilihat dari segi pekerjaan maka tabulasi silang yang terdapat pada lampiran 8
menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden tidak bekerja 22 responden (45,83%). Dari
hasil penelitian ini banyak ibu yang tidak bekerja, ini sangat menghambat ibu untuk
memperoleh informasi. Oleh karena itu pekerjaan sangat mendukung karena ibu yang bekerja
mempunyai pendapatan dan mudah mendapatkan informasi dalam pemberian imunisasi.
Seseorang yang tidak bekerja lebih banyak memiliki waktu untuk saling bertukar pendapat dan
berinteraksi dengan orang lain.
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan
keluarga, bekerja pada umumnya menyita waktu, bekerja akan mempengaruhi kehidupan
keluarga (Ari, 2005). Menurut penelitian Ali, Muhammad (2008) didapatkan bahwa tidak
terdapat perbedaan pengetahuan tentang imunisasi DPT Combo dan Campak antara ibu yang
bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, dimana tingkat pengetahuan tentang imunisasi DPT
Combo dan Campak ini masih kurang. Begitupun, walaupun tanpa dasar pengetahuan yang
memadai ternyata di kalangan ibu tidak bekerja sikap dan perilaku mereka tentang imunisasi
lebih baik dibanding ibu yang bekerja.
2. Ketepatan Imunisasi DPT Combo Dan Campak
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak tepat
mengimunisasikan bayinya 30 responden (62,5%). Imunisasi yang teratur sesuai dengan waktu
dan jadwal yang telah ditetapkan sangat penting karena efek dan dosis imunisasi sudah di atur
sedemikian rupa sehingga bisa optimal. Faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian tidak
tepatnya imunisasi adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi, faktor keterlibatan kader dalam
memotivasi ibu dan jarak rumah ketempat pelayanan imunisasi.
Menurut Mubarak (2007) Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai
hasil panca inderanya. Pendapat lain menyatakan pengetahuan adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku perilaku ini
terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk berbuat.
3. Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo Dan Campak
Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa usia ibu berhubungan dengan ketepatan
imunisasi DPT Combo dan Campak. Semakin dewasa usia seseorang maka semakin baik pula
seseorang tersebut dalam bersikap dan menyikapi sesuatu. Dan sebaliknya semakin muda usia
seseorang maka akan semakin kurang seseorang bersikap dan menyikapi sesuatu. Usia dapat
mempengaruhi atau meningkatkan pengalaman seseorang. Tetapi pada kenyataannya ibu yang
20. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
13
berumur 20-30 tahun belum bisa berfikir yang lebih matang dan positif dalam mengambil
keputusan untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat. Menurut(Noor,N.N, 2008), usia
merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Pebedaan pengalaan
terhadap masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh usia
individu tersebut.
4. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo Dan
Campak
Berdasarkan hasil analisa data antara pendidikan dengan ketepatan imunisasi DPT
Combo dan campak yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dan
ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak. Menurut hasil penelitian banyak ibu yang
berpendidikan SD, disini bisa kita lihat karena rendahnya tingkat pendidikan ibu tidak memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang mungkin terjadi nanti.
Semakin rendah tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin tidak
memperdulikan pusat-pusat pelayanan kesehatan khususnya dalam mengimunisasikan bayinya
dengan tepat.
Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat tempat pelayanan kesehatan semakin
diperhitungkan. Suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat
mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat
keputusan dengan lebih tepat. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting.
Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut.
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan (Ali, Muhammad, 2008).
5. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo Dan Campak
Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pekerjaan
ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak. Seseorang yang tidak bekerja akan
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk saling bertukar fikiran mengenai pengalaman yang
diperoleh. Ibu yang tidak bekerja tidak banyak yang mempunyai pengetahuan yang baik
mungkin disebabkan kurangnya informasi yang yang diterima ibu rumah tangga. Penelitian Ali,
Muhammad (2008) bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan imunisasi antara ibu yang
bekerja dengan ibu yang tidak bekerja. Dimana dalam penelitian ini tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi DPT Combo dan Campak masih kurang.
6. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Combo Dan Campak
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan paling banyak responden berpengetahuan kurang
dan mengimunisasikan bayinya tidak tepat sesuai jadwal 22 responden (45,8%). Perhitungan
hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak dilakukan uji
Mann whitney. Hasil uji Mann Whitney dengan = 0,05 dan hasil perhitungan 0,008 < 0,05
yang artinya Ha diterima yaitu ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan imunisasi DPT
Combo dan Campak.
Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi seseorang dalam menyikapi sesuatu. Jika
seseorang menyadari pentingnya imunisasi maka orang tersebut akan berusaha untuk
mendapatkan pelayanan imunisasi yang terartur dan optimal. Semakin rendah pendidikan atau
pengetahuan seseorang maka semakin kurang membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Dengan pendidikan yang rendah, maka seseorang kurang mempunyai wawasan dan
pengetahuan dan belum menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga
belum termotivasi untuk melakukan imunisasi.
Pandangan adat daerah setempat yaitu kekhawatiran bayinya akan meninggal karena
mungkin saja imunisasi yang diberikan tidak cocok untuk si bayi. Disamping itu ada
kekhawatiran keluarga tentang reaksi imunisasi yaitu badan bayi jadi panas.
Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan
sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang
kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Masalah pengertian dan keikutsertaan orang tua
21. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
14
dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan kesehatan
yang memadai telah diberikan. Peran seorang ibu program imunisasi sangatlah penting,
karenanya suatu pemahaman tentang program imunisasi dasar amat diperlukan untuk kalangan
tersebut (Ali, Muhammad, 2008).
F. PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan usia ibu dengan ketepatan
pelaksanaan imunisasi DPT Combo dan Campak, ada hubungan pendidikan ibu dengan
ketepatan pelaksanaan imunisasi DPT Combo dan Campak, ada hubungan pekerjaan ibu dengan
ketepatan pelaksanaan imunisasi DPT Combo dan Campak dan ada hubungan pengetahuan ibu
dengan ketepatan pelaksanaan imunisasi DPT Combo dan Campak di Desa Balung Anyar
Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan.
Peneliti selanjutnya hendaknya lebih memprioritaskan pada motivasi ibu dalam
melaksanakan imunisasi DPT Combo dan Campak sekaligus membandingkannya
dengan program imunisasi regular. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memotivasi para
ibu untuk meningkatkan pengetahuannya tentang pentingnya imunisasi DPT Combo
dan Campak, sehingga bayi mendapat imunisasi DPT Combo dan Campak.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2008). Pengertian Imunisasi. (http://cresuft file wordpress.com, diakses 1 Juni 2010).
Alimul, Aziz. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Madika.
Anonim. Arti Definisi Pengertian Imunisasi. (http://www. Organisasi. Org/arti-definisi-pengertian-
imunisasi, diakses 12 Mei 2010).
Anonim. Cara Pemberian Dan Dosis Imunisasi. (http://www. Geolitis.com. Cara Pemberian dan
Dosis Imunisasi, diakses 12 Mei 2010).
Anonim. Imunisasi. (http://www. Medicastore.com. Imunisasi, diakses 1 Juni 2010).
Arikunto, Suharsini. (2006). Proseder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahlan, Sopiyudin. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI, (2005). Pedoman Teknis Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya.
Julia, Madarina, dr. (2007). Sistem Imu, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika.
Mubarak, Iqbal dkk. (2007). Promosi Kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Naja, Dr. (2003). Hand Out dan Bahan Kuliah Imunisasi. Jakarta: UI Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodeliogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.Sugiono. (2009). Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.
Tawi, Mirzal. (2008). Imunisasi dan Faktor yang Mempengaruhi. (http://syehaceh.wordpress.com,
diakses 13 Mei 2010).
22. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
15
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN
DI BPS MUJI WINARNIK MOJOKERTO
Sulisdiana
Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
ABSTRAK
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi usia di bawah 6 bulan.
Seiring bertambahnya usia yaitu sampai diatas 6 bulan maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh
anak. Namun hanya 25% orang tua bayi yang peduli dan menganggap gumoh sebagai sebuah
masalah, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka tentang gumoh.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang regurgitasi pada
bayi usia 0-6 bulan di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan metode survey. Adapun variabel
penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan. Sampelnya adalah
semua ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan diambil menggunakan teknik non probabilty
sampling jenis concecutive Sampling dari populasi di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan
Gondang Kabupaten Mojokerto tahun 2010 yang berjumlah 41 ibu. Penelitian ini dilaksanakan
tanggal 14 –19 Juni. Analisa data pada penelitian ini menggunakan teknik tabulasi kemudian diolah
menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini adalah sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang pengertian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu 19 responden (46,3%), sedangkan
pengetahuan yang kurang sebanyak 8 responden (19,5%), pengetahuan yang baik sebanyak 10
responden (24,4%). Pengetahuan ini muncul karena responden telah memperoleh informasi yang
cukup baik dari pengalaman sendiri atau lingkungan serta dapat pula dari tenaga kesehatan.
Pengetahuan responden terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur,
pendidikan, dan pekerjaan.
Penelitian ini diidentifikasikan bahwa pengetahuan yang dimiliki ibu di BPS Muji Winarnik
Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto adalah cukup. Tenaga kesehatan harus
selalu memberikan pendidikan dan pengarahan tentang cara menyusui yang baik dan benar, terutama
pada ibu menyusui agar menimbulkan kesadaran ibu akan pengaruh posisi menyusui terhadap
kejadian regurgitasi pada bayi.
Kata kunci : Pengetahuan, Regurgitasi
A. PENDAHULUAN
Regurgitasi (gumoh) adalah keluarnya kembali sebagian susu yang ditelan melalui
mulut dan tanpa paksaan beberapa saat setelah minum susu. Regurgitasi merupakan keadaan
normal yang sering terjadi pada bayi usia dibawah 6 bulan. Seiring bertambahnya usia yaitu
sampai diatas 6 bulan maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam, 2005).
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi yaitu pertama karena belum sempurnanya katup
antara lambung dan kerongkongan, sehingga susu yang diminum mudah keluar kembali. Kedua,
terlalu banyak minum susu padahal kapasitas lambung masih sedikit sehingga tidak mampu
menampung susu yang masuk. Ketiga, aktivitas yang berlebihan, menangis atau menggeliat
pada saat disusui sehingga susu keluar kembali (Anang, 2010).
Sebagai orang tua, seharusnya dapat memahami perbedaan antara bayi muntah dan
gumoh. Keduanya serupa, namun sebenarnya tidak sama. Bayi yang kenyang sering
mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya. Jika sedikit, maka disebut bayi gumoh. Volumenya
kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah ditelan si kecil. Namun, jika volumenya banyak
maka disebut bayi muntah. Volumenya diatas 10 cc (Choirunnisa, 2009). Namun hanya 25%
orang tua bayi yang peduli dan menganggap gumoh sebagai sebuah masalah, hal ini terjadi
23. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
16
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka tentang gumoh (Ariq,2009). Dewasa ini
masih terdapat ibu yang belum mengerti tentang gumoh dan menganggap gumoh atau
regurgitasi sama dengan muntah.
Regurgitasi merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada bayi yang
mengalami refluks gastroesofagus (RGE). Refluks gastroesofagus didefinisikan sebagai
kembalinya isi lambung ke dalam esofagus secara involunter tanpa adanya usaha dari bayi,
sedangkan istilah regurgitasi digunakan apabila isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut
(Rocky, 2009). Pengetahuan ibu yang kurang tentang posisi menyusui merupakan salah satu
penyebab terjadinya regurgitasi (Nursalam, 2005). Kurangnya pengetahuan ibu ini terjadi
karena beberapa faktor diantaranya pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalama, kebudayaan
dan sumber informasi yang diterima (Mubarak, 2007). Jika pengetahun ibu tentang regurgitasi
masih belum dapat ditingkatkan maka dapat menyebabkan asupan nutrisi pada bayi berkurang
atau juga terjadi gangguan pencernaan (Yunina, 2009).
Menurut Dr. Badriul Hegar Sp. A data di luar negeri melaporkan 40-60% bayi sehat
berumur 4 bulan mengalami regurgitasi sedikitnya satu kali setiap hari dengan volume
regurgitasi lebih 5 ml. Sedangkan di Indonesia kurang lebih 70% bayi berumur kurang dari
empat bulan dipastikan mengalami gumoh minimal sekali sehari (Ariq, 2009).
Hasil penelitian di daerah Jawa Timur saat ini menunjukkan bahwa pemberian ASI
sampai umur enam bulan pada tahun 2009 mencapai 43%. Dari 43% ibu yang mempunyai bayi
usia 0 – 6 bulan mereka menyatakan bahwa setiap hari anaknya mengalami gumoh minimal satu
kali (Gandhi, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan
Gondang Kabupaten Mojokerto diperoleh data terdapat 47 ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan pada bulan April 2010. Dari hasil wawancara dengan 12 orang ibu diperoleh data 8 Ibu
menyatakan masih belum mengerti tentang cara mencegah terjadinya gumoh, dan apa yang
menyebabkannya, sedangkan 4 yang lainnya mengatakan sudah biasa menghadapi bayi yang
sedang gumoh, bisa dikatakan juga ibu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang terjadinya
gumoh.
Upaya untuk menghindari regurgitasi pada bayi setelah minum usahakan menyusui
dengan cara yang benar, sendawakan bayi setelah menyusu, dan hindari posisi telentang setelah
bayi disusui (Rizal, 2009). Selain itu diharapkan ibu mengikuti penyuluhan kesehatan tentang
gumoh oleh tenaga kesehatan dan juga dukungan serta perhatian dari keluarga sangat
diperlukan sehingga dapat menumbuhkan semangat ibu untuk lebih meningkatkan wawasannya
dalam merawat bayi terutama tentang gumoh.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam dan menuliskannya dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul ‖pengetahuan ibu
tentang regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan
Gondang Kabupaten Mojokerto‖
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman
yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan
kehidupannya (Keraf, 2001).
Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil ―tahu‖ dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Apabila suatu pembuatan yang didasari
24. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
17
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari oleh
pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut
akan terjadi proses sebagai berikut :
1) Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus.
5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2007), Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap
sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3) Umur
Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis
(mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan
pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri
lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
4) Minat
Suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiawaannya, dan pada akhirnya dapat pula membentuk
sikap positif dalam kehidupannya.
6) Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
25. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
18
c. Sumber Pengetahuan
Menurut Keraf (2001) sumber pengetahuan ada 4 yaitu :
1) Rasionalisme
Rasionalisme adalah bahwa dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita
bisa sampai pada pengetahuan sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tidak mungkin
salah. Menurut Kaum rasionalis, sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya
adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberi kita pengetahuan yang pasti
benar tentang sesuatu.
2) Empirisme
Semua pengetahuan manusia bersifat empiris. Pengetahuan yang benar dan sejati,
yaitu pengetahuan yang pasti benar adalah pengetahuan indrawi, pengetahuan empiris.
Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang terjadi melalui dan berkat panca
indra. Panca indra memainkan peranan terpenting dibandingkan merupakan hasil
laporan dari pengalaman atau yang disimpulkan dari pengalaman. Kedua, kita tidak
mempunyai konsep atau ide apapun tentang sesuatu kecuali yang didasarkan pada apa
yang diperoleh dari pengalaman. Ketiga akal budi hanya bisa berfungsi jika
mempunyai acuan ke realitas atau pengalaman. Akal budi hanya mengkombinasikan
pengalaman indrawi untuk sampai pada pengetahuan. Maka tanpa pengalaman indrawi
tidak ada pengetahuan apa-apa.
3) Sebuah Sintesis
Pengetahuan diperoleh dengan jalan abstraksi yang dilakukan atas bantuan akal budi
terhadap kenyataan yang bisa diamati. Teori ini mensintesa kedua sumber
pengetahuan diatas, supaya pengetahuan bisa tercapai dibutuhkan baik pengamatan
maupun akal budi.
4) Pengetahuan Apriori dan pengetahuan Aposteriori
Istilah apriori secara harfiah berarti “dari yang lebih dulu atau sebelum”, sedangkan
istilah aposteriori berarti ”dari apa yang sesudahnya”. Menurut Leibniz mengetahui
realitas secara aposteriori berarti mengetahui berdasarkan apa yang ditemukan secara
aktual di dunia ini, yaitu melalui panca indra, dari pengaruh yang ditimbulkan realitas
itu dalam pengalaman kita. Sebaliknya mengetahui secara apriori adalah dengan
memahami apa yang menjadi sebabnya, apa yang menimbulkan dan memungkinkan
hal itu ada atau terjadi.
d. Tingkat Pengetahuan
Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan yang dicakup dalam bidang atau ranah
kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks yaitu :
1) Tahu (Know)
Mengetahui berdasarkan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya.
Mengetahui dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit seperti fakta (sempit) dan
teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat disingkat
saja. Oleh karena itu pengetahuan merupakan tingkat yang paling rendah.
2) Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan memahami arti sebuah ilmu seperti menafsirkan,
menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu.
3) Penerapan / Aplikasi (Aplication)
Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau penafsirkan suatu ilmu yang sudah
dipelajari ke dalam situasi baru seperti menerapkan suatu metode, konsep, prinsip atau
teori.
4) Analisa (Analisis)
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih
26. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
19
ada kaitan suatu samalainnya. Seperti menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, menyelesaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat
penelitian terhadap suatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Misalnya dapat
membandingkan, menanggapi dan dapat menafsirkan dan sebagainya.
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan menurut Erfandi (2009), tingkat pengetahuan dapat dipersentasikan
berupa prosentase dan ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu :
1) Baik (76% - 100%)
2) Cukup (56% - 75%)
3) Kurang (40% - 55%)
4) Tidak baik (< 40%)
2. Konsep Dasar Regurgitasi
a. Pengertian
Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mulut akibat gerakan
antiperistaltik esophagus (Arif Mansjoer dkk, 2000).
Gumoh adalah hal normal yang biasa terjadi pada bayi karena berkaitan dengan
fungsi pencernaannya yang masih belum sempurna (Rizal, 2009).
Regurgitasi atau gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut tanpa paksaan, setelah beberapa saat setelah minum susu. (Nursalam,2005).
Regurgitasi adalah naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa
disertai oleh rasa mual maupun kontraksi otot perut yang sangat kuat (Solo, 2010).
b. Proses Regurgitasi
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala
makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara
spontan. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1 - 4 kali sehari. Gumoh
dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak
diikuti gejala lain yang mencurigakan. Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar
kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum,
maka gumoh tak perlu dipermasalahkan (Parenting, 2009).
Perbedaan antara bayi muntah dan gumoh. Keduanya serupa, namun sebenarnya
tidak sama. Bayi yang kenyang sering mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya. Jika
sedikit, maka disebut bayi gumoh, volumenya kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah
ditelan si kecil. Namun, jika volumenya banyak maka disebut bayi muntah. Volumenya
diatas 10 cc. Dilihat dari cara keluarnya, maka gumoh akan mengalir biasa dari mulut, dan
tidak disertai kontraksi otot perut. Sedangkan ketika bayi muntah akan menyembur seperti
disemprotkan dari dalam perut dan disertai kontraksi otot perut. Kadang kala juga keluar
dari lubang hidung. Kebanyakan gumoh akan terjadi pada bayi berumur beberapa minggu,
2-4 bulan atau 6 bulan dan akan hilang dengan sendirinya (Choirunnisa, 2009).
Jika bayi mengalami gumoh, tidak perlu khawatir, karena ini proses alami dan
wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum ASI. Ketika bayi terlalu
banyak minum ASI, maka saat minum atau makan ada udara yang ikut tertelan.
Kemungkinan lain, bayi gagal menelan, karena otot-otot penghubung mulut dan
kerongkongan belum matang. Ini biasanya terjadi pada bayi prematur. Bayi gumoh hanya
perlu disendawakan setelah bayi menyusu. Beda halnya dengan bayi muntah, yang tidak
27. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
20
terjadi pada bayi baru lahir, tapi bisa terjadi pada bayi berumur 2 bulan dan dapat
berlangsung sepanjang usia. Ini bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan atau
gangguan fungsi pada organ pencernaan bayi, misalnya kelainan katup pemisah lambung
dan usus 12 jari (Choirunnisa, 2009).
c. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan regurgitasi atau gumoh
1) Posisi menyusui
Menurut Purwanti (2004) posisi menyusui yang benar yaitu :
a) Bayi harus dapat memasukkan seluruh puting susu sampai dengan daerah areola
mamae kedalam mulutnya sehingga dapat menggunakan rahang untuk menekan
daerah dibelakang puting susu. Daerah ini merupakan kantong penyimpanan ASI.
b) Ibu dapat mengambil posisi duduk. Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat
dan diluruskan ke depan sejajar dengan bokong, atau kebawah, tetapi harus diberi
penyangga (jangan menggantung). Bayi tidur dipangkuan ibu dengan dialasi
bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan berhadapan dengan perut bayi. Leher
bayi harus dalam posisi tidak terpelintir. Sebaiknya ibu berhati-hati karena pada
saat menyusui,bayi tidak dalam keadaan terlentang atau digendong.
c) Posisi menyusu lain adalah ibu tidur miring dengan bantal agak tinggi dan lengan
tangan menopang kepala bayi. Posisi perut bayi dan perut ibu sama dengan posisi
duduk. Siku bayi harus lurus sejajar dengan telinga bayi bila ditarik garis lurus.
d) Bila mengambil posisi telungkup diatas meja, bayi ditidurkan dimeja dengan
kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi
kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus
dibedakan.
e) Segera setelah persalinan posisi menyusui yang terbaik untuk bayi adalah
ditelungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi
sebagai proses penghangat untuk bayi dan sekaligus bayi dapat menghisap puting
susu ibu.
2) Volume lambung masih kecil, sementara susu yang ditelan bayi melebihi kapasitas
lambung. Ini penyebab paling umum. Masalahnya makin menjadi karena bayi senang
menggeliat. Padahal, gerakan ini membuat tekanan dalam perut tinggi, sehingga jadi
gumoh. Sebenarnya, gumoh masih normal sepanjang jumlah cairan yang keluar dan
masuk seimbang (Nova, 2009).
3) Klep penutup lambung belum sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran
pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. Nah, di antara kedua organ tersebut
terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum sepenuhnya
berfungsi sempurna. Akibatnya, kalau ia langsung ditidurkan setelah disusui, dan juga
menggeliat, susu akan keluar dari mulut. Untuk mengurangi gumoh, berikan susu
sedikit demi sedikit (Nova, 2009).
4) Menangis berlebihan. Tangis seperti ini membuat udara yang tertelan juga berlebihan,
sebagian isi perut si kecil akan keluar. Memang, bisa jadi bayi Anda menangis karena
tidak bisa menelan susu dengan sempurna. Kalau sudah begini, jangan teruskan
pemberian ASI. Bisa-bisa, susu malah masuk ke dalam saluran napas dan
menyumbatnya (Nova, 2009).
d. Cara mencegah regurgitasi
Berikut ini cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bayi gumoh :
1) Perkecil kemungkinan masuknya udara ketika si bayi sedang menyusu. Seluruh bibir
si bayi hendaknya menutup puting sang ibu beserta daerah berwarna hitam di
sekitarnya (aerola) dengan sempurna (Nurdiyon, 2009).
2) Tengkurapkan bayi manakala ia mengalami gumoh berlebihan. Cara ini akan
membantu mengeluarkan udara yang masuk dan tertahan di dalam lambung serta
untuk mencegah masuknya cairan ke dalam paru-paru si bayi (Nurdiyon, 2009).
28. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
21
3) Berikan minum pada bayi sedikit-demi sedikit untuk mencegah masuknya udara ke
lambung (Nurdiyon, 2009).
4) Sendawakan bayi setiap habis menyusui (Alfian, 2009).
5) Buatlah bayi bersendawa sedikitnya setiap tiga atau lima menit selama menyusui
(Alfian, 2009).
6) Hindari pemberian susu sementara si bayi terlentang (Alfian, 2009).
7) Jika bayi diberi susu botol, pastikan lubang pada dot tidak terlalu besar (yang
membuat aliran susu terlalu cepat) dan juga tidak terlalu kecil (yang membuat frustasi
bayi anda dan menyebabkan dia menelan udara). Jika ukuran lubangnya pas, beberapa
tetes susu akan keluar ketika anda mebalikkan botol, dan kemudian berhenti (Alfian,
2009).
e. Penatalaksanaan Regurgitasi
Untuk penatalaksanaan regurgitasi menurut Nursalam (2005), yaitu:
1) Perbaiki teknik menyusui
Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areolla dan
dagu menempel pada payudara ibunya.
2) Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya.
Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga mulut menutupi seluruh permukaan
botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam mulut bayi.
3) Sendawakan bayi setelah minum
Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan tetapi perlu disendawakan
terlebih dahulu. Cara menyendawakan bayi menurut Javaneagle (2009) yaitu :
a) Gendong bayi dengan kuat di pundak anda, wajah bayi menghadap ke belakang,
beri dukungan dengan satu tangan pada bokongnya. Tepuk atau usap
punggungnya dengan tangan lain.
b) Telungkupkan bayi di pangkuan anda, lambungnya berada di salah satu kaki,
kepalanya menyandar di salah satu kaki lainnya. Satu tangan anda memegangi
tubuhnya dengan kuat, satu tangan lain menepuk atau mengusap punggungnya
sampai ia bersendawa.
c) Dudukkan bayi di pangkuan anda, kepalanya menyandar ke depan, dadanya di
tahan dengan satu tangan anda. Pastikan kepalanya tidak mendongak ke belakang.
Tepuk atau gosok punggungnya.
f. Langkah-langkah mengurangi frekuensi gumoh
Menurut Papahtar (2009) terdapat beberapa langkah-langkah untuk mengurangi
frekuensi gumoh atau regurgitasi, yaitu:
1) Beri susu yang lebih kental, cara ini hanya disarankan pada bayi yang
mengonsumsi susu formula. Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap
100 cc susu. Lalu minumkan seperti biasanya.
2) Posisi menyusu bersudut 45 derajat. Posisi terlentang membentuk sudut 45 derajat
antara badan, pinggang, dan tempat tidur bayi, terbukti membantu mengurangi aliran
balik susu dari lambung ke kerongkongan.
3) Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum. Gendong si kecil dalam
posisi 45 derajat. Atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa bantalan atau
tumpukan kain di punggungnya. Biarkan ia pada posisi tersebut selama mungkin
(minimal 2 jam).
4) Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh atau muntah. Seringkali karena
khawatir, dan bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat
anak dari posisi tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena muntah atau
gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu paru-paru.
5) Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik
daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa
menyebabkan radang atau infeksi.
29. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
22
6) Beri bayi minum sedikit demi sedikit, tapi sering. Selalu usahakan cairan yang masuk
lebih banyak ketimbang cairan yang keluar supaya tidak terjadi dehidrasi.
g. Dampak regurgitasi atau gumoh
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu
lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi
tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena asupan
makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam
lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui hidung
dan bahkan disertai muntah. Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang
mungkin ada. Bahkan bila disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali,
dapat menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh (Yunina, 2009).
C. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif ialah
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).
Rancang bangun penelitian ini menggunakan penelitian survei. Survei adalah rancangan
yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi,
dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Notoatmodjo, 2008).
2. Variabel Dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang regurgitasi pada bayi usia
0-6 bulan.
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).
Tabel 13. Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Tentang Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-6
Bulan di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten
Mojokerto
Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala
Pengetahuan ibu
bayi usia 0-6 bulan
tentang regurgitasi
Segala sesuatu yang diketahui
ibu bayi usia 0-6 bulan tentang
regurgitasi meliputi:
- Pengertian regurgitasi
- Proses Regurgitasi
- Penyebab regurgitasi
- Mencegah regurgitasi
- Penatalaksanaan regurgitasi
- Cara mengurangi frekuensi
regurgitasi
- Dampak regurgitasi
Pengukuran menggunakan
instrument kuisioner
Tingkat pengetahuan :
1. Baik : 76-100 %
2. Cukup : 56-75 %
3. Kurang : 40% - 55%
4. Tidak baik : < 40%
5.
(Erfandi,2009)
Ordinal
3. Populasi, Sampel Dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan dan berkunjung di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten
Mojokerto sebanyak 41 ibu pada bulan April 2010. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik non probability sampling type Concecutive Sampling yaitu pemilihan sampel dengan
30. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
23
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2008).
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan dan
berkunjung di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
pada tanggal 14-19 Juni 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria
inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Responden yang bersedia diteliti
2) Responden yang berada di tempat saat penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1) Responden yang tidak mempunyai bayi usia 0-6 bulan
2) Responden yang tidak bisa membaca dan menulis
Data diperoleh sebagai data primer yaitu pengisian kuesioner oleh responden secara
langsung dan data sekunder yaitu observasi catatan bidan (kohort). Instrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir kepada sejumlah obyek
untuk mendapat jawaban-jawaban, informasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner
dalam penelitian ini berisi pertanyaan seputar pengetahuan ibu tentang regurgitasi dengan
pertanyaan sebanyak 30 soal dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
4. Teknik Pengolahan dan Analisia Data
a. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan manajemen data, menurut Hidayat
(2007) meliputi :
1) Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul. Misalnya memeriksa kembali kuesioner yang masih belum diisi oleh
responden.
2) Coding
Coding adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Memberikan kode tertentu pada hasil penelitian
sesuai dengan variabel yang ada.
3) Entry Data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master
tabel atau databese komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau
bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4) Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan menyusun tabel-tabel mulai dari penyusunan tabel utama
yang berisi seluruh data informasi yang berhasil dikumpulkan dengan daftar
pertanyaan sampai tabel khusus yang telah benar-benar ditentukan setelah berbentuk
tabel, maka tabel tersebut siap dianalisa dan dinyatakan dalam bentuk tulisan
b. Analisa Data
Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dengan cara
deskriptif dalam bentuk prosentase. Untuk menjawab yang benar diberi skor 1 dan jawaban
yang salah diberi skor 0. hasil jawaban dari pembobotan, kemudian dijumlahkan dan
dibandingkan dengan skor tertinggi lalu dikalikan 100% rumus yang digunakan menurut
Budiarto (2002) :
P = %100x
N
f
31. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
24
Keterangan:
P = Prosentase
f = Frekuensi
N = Jumlah Observasi
Hasil penelitian ini dijadikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian
diberi interpretasi atas data tersebut berdasarkan parameter yang dipakai dengan kriteria
kualitatif sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik = 76% - 100%
b. Pengetahuan cukup = 56% - 75%
c. Pengetahuan kurang = 40% - 55%
d. Pengetahuan tidak baik = < 40%
(Erfandi, 2009)
D. HASIL PENELITIAN
1. Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di BPS Muji Winarnik Desa
Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19
Juni Tahun 2010
No. Umur Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. < 20 tahun 5 12,2
2. 20 – 35 tahun 22 53,7
3. > 35 tahun 14 34,1
Total 41 100
Dari tabel 14 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden berusia
20-35 tahun sebanyak 22 responden (53,7%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 15. Karakteristik Pendidikan Responden di BPS Muji Winarnik Desa Bening
Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19 Juni
Tahun 2010
No. Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak Tamat SD 2 4,9
2. SD 7 17
3. SMP 17 41,5
4. SMA 12 29,3
5. D3 / Perguruan Tinggi 3 7,3
Total 41 100
Dari tabel 15 diketahui bahwa persentase terbesar adalah responden dengan latar
belakang pendidikan SLTP yaitu 17 responden (41,5%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 16. Karakteristik Pekerjaan Responden di BPS Muji Winarnik Desa Bening
Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19 Juni
Tahun 2010
No. Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Bekerja 16 39
2. Tidak bekerja 25 61
Total 41 100
Dari tabel 16 diketahui bahwa persentase terbesar adalah responden yang tidak
bekerja sebanyak 25 responden (61%).
32. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
25
2. Data Khusus
a. Pengetahuan Tentang Pengertian Regurgitasi
Tabel 17. Pengetahuan Tentang Pengertian Regurgitasi di BPS Muji Winarnik Desa
Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19
Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 8 19,6
2. Cukup 19 46,3
3. Kurang 13 31,7
4. Tidak Baik 1 2,4
Total 41 100
Dari tabel 17 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan
pengetahuan yang cukup tentang pengertian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu 19
responden (46,3%).
b. Pengetahuan Tentang Proses Regurgitasi
Tabel 18. Pengetahuan Tentang Proses Regurgitasi di BPS Muji Winarnik Desa
Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19
Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 5 12,2
2. Cukup 12 29,3
3. Kurang 14 34,1
4. Tidak Baik 10 24,4
Total 41 100
Dari tabel 18 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan
pengetahuan yang kurang tentang proses regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu 14
responden (34,1%).
c. Pengetahuan Tentang Penyebab Regurgitasi
Tabel 19. Pengetahuan Tentang Penyebab Regurgitasi di BPS Muji Winarnik Desa
Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19
Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 6 14,6
2. Cukup 23 56,1
3. Kurang 9 22
4. Tidak Baik 3 7,3
Total 41 100
Dari tabel 19 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan pengetahuan yang cukup tentang penyebab regurgitasi pada bayi usia 0-6
bulan yaitu 23 responden (56,1%).
33. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
26
d. Pengetahuan Tentang Mencegah Regurgitasi
Tabel 20. Pengetahuan Tentang Mencegah Regurgitasi di BPS Muji Winarnik Desa
Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19
Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 8 19,5
2. Cukup 15 36,5
3. Kurang 11 26,9
4. Tidak Baik 7 17,1
Total 41 100
Dari tabel 20 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan pengetahuan yang cukup tentang penyebab regurgitasi pada bayi usia 0-6
bulan yaitu 23 responden (56,1%).
e. Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Regurgitasi
Tabel 21. Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Regurgitasi di BPS Muji Winarnik
Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal
14-19 Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 0 0
2. Cukup 10 24,4
3. Kurang 19 46,3
4. Tidak Baik 12 29,3
Total 41 100
Dari tabel 21 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan pengetahuan yang kurang tentang penatalaksanaan regurgitasi pada bayi
usia 0-6 bulan yaitu 19 responden (46,3%).
f. Pengetahuan Tentang Cara Mengurangi Frekuensi Regurgitasi
Tabel 22. Pengetahuan Tentang Cara Mengurangi Frekuensi Regurgitasi
di BPS Muji Winarnik Desa Bening Kecamatan Gondang Kabupaten
Mojokerto pada Tanggal 14-19 Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 19 46,3
2. Cukup 7 17,1
3. Kurang 9 22
4. Tidak Baik 6 14,6
Total 41 100
Dari tabel 22 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan pengetahuan yang baik tentang cara mengurangi frekuensi regurgitasi pada
bayi usia 0-6 bulan yaitu 19 responden (46,3%).
34. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
27
g. Pengetahuan Tentang Dampak Regurgitasi
Tabel 23. Pengetahuan Tentang Dampak Regurgitasi di BPS Muji Winarnik Desa
Bening Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19
Juni Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 10 24,4
2. Cukup 13 31,7
3. Kurang 8 19,5
4. Tidak Baik 10 24,4
Total 41 100
Dari tabel 23 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan pengetahuan yang cukup tentang dampak regurgitasi pada bayi usia 0-6
bulan yaitu 13 responden (31,7%).
h. Pengetahuan Tentang Regurgitasi
Tabel 24. Pengetahuan Tentang Regurgitasi di BPS Muji Winarnik Desa Bening
Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 14-19 Juni
Tahun 2010
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Baik 10 24,4
2. Cukup 19 46,3
3. Kurang 8 19,5
4. Tidak Baik 4 9,8
Total 41 100
Dari tabel 24 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan pengetahuan yang cukup tentang regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu
19 responden (46,3%).
E. PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Regurgitasi
Berdasarkan tabel 17 diperoleh data bahwa persentase terbesar adalah responden dengan
pengetahuan yang cukup tentang pengertian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 19
responden (46,3%). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah cukup mengerti tentang
pengertian dari regurgitasi. Pengetahuan responden yang tergolong cukup tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan.
Berdasarkan umur, diketahui bahwa persentase terbesar adalah responden berumur 20-
35 tahun sebanyak 22 responden (53,7%). Mubarak (2007) menyatakan bahwa bertambahnya
umur seseorang akan menjadikan perubahan pada aspek fisik dan psikologis, dimana pada aspek
psikologis taraf berfikir seseorang akan semakin matang dan dewasa. Usia 20-35 tahun
tergolong usia dewasa dimana mereka sudah mempunyai kemampuan memperoleh informasi
yang sebanyak-banyaknya. Motivasi yang tinggi ditambah dengan perkembangan mental yang
lebih matang membuat responden bisa menyerap informasi dengan cukup baik sehingga juga
mempengaruhi pengetahuan mereka.
Berdasarkan pendidikan, menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan latar belakang pendidikan SLTP sebanyak 17 responden (41,5%). Dalam teori Mubarak
(2007) yang menyatakan tidak dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya, begitupun juga sebaliknya. Sebagian besar pendidikan responden adalah
SLTP, dimana pada pendidikan tingkat ini masih belum membuat seseorang memiliki
kemampuan menyerap informasi yang didapat dengan baik . Namun meskipun belum bisa
35. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
28
mempunyai pengetahuan yang baik, bukan berarti mereka terbatas untuk mendapatkan
informasi. Pengalaman dan informasi dari media massa dan elektronik dapat menambah
pengetahuan responden menjadi cukup baik.
Berdasarkan pekerjaan, persentase terbesar adalah responden yang tidak bekerja
sebanyak 25 responden (61%). Mubarak (2007) menyatakan lingkungan pekerjaan dapat
menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan sebagian besar responden yang tidak bekerja menyebabkan mereka
tidak bisa mendapatkan informasi dari lingkungan pekerjaan. Namun dengan adanya
pengalaman, interaksi dengan lingkungan, serta informasi dari media massa dan elektronik akan
membantu mereka mendapatkan informasi yang maksimal untuk mempengaruhi pengetahuan
mereka menjadi cukup baik.
2. Pengetahuan Responden Tentang Proses Regurgitasi
Berdasarkan tabel 18 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan
pengetahuan yang kurang tentang proses regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu 14 responden
(34,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak responden yang masih belum
mengerti tentang proses regurgitasi.
Bertambahnya umur seseorang akan menjadikan perubahan pada aspek fisik dan
psikologis. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori yaitu perubahan
ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2007). Usia responden termasuk usia reproduktif bagi
seseorang untuk dapat memotivasikan diri untuk memperoleh pengetahuan yang sebanyak-
banyaknya. Motivasi yang tinggi ditambah dengan perkembangan mental yang lebih baik,
seharusnya membuat responden memiliki pengetahuan yang baik untuk berpikir dengan matang
dalam menyelesaikan atau menaggapi masalah. Namun mungkin disebabkan pada usia tersebut
responden telah memiliki tanggung jawab selain tanggung jawab pribadi, membuat kemampuan
untuk berpikir juga tidak lagi terfokus. Hal ini mempengaruhi kemampuan menyerap informasi
kurang baik, sehingga pengetahuannya juga menjadi kurang
Faktor pendidikan, diperoleh data bahwa persentase terbesar yaitu 17 responden
(41,5%) dengan latar belakang pendidikan SLTP. Pendidikan ini masih termasuk pendidikan
dasar dimana kesempatan memperoleh informasi tentang proses regurgitasi masih terbatas dan
biasanya pendidikan yang rendah akan sulit memahami informasi yang diberikan sehingga
pengetahuan yang diperoleh juga kurang baik. Sesuai teori Mubarak (2007) bahwa tingkat
pendidikan seseorang yang rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Selain faktor umur dan pendidikan, pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Dari faktor pekerjaan menunjukkan bahwa persentase terbesar yaitu 25 responden
(61%) tidak bekerja. Sebagian besar responden adalah tidak bekerja dengan kata lain mereka
adalah ibu rumah tangga yang meskipun lebih banyak memiliki waktu luang, namun disebabkan
karena responden lebih banyak mengurus aktifitas rumah tangga menyebabkan kurangnya
sosialisasi atau pergaulan dengan banyak kalangan dibandingkan dengan mereka yang bekerja.
Status tidak bekerjanya responden juga menyebabkan mereka harus berhatai-hati dalam
mengatur keuangan keluarga, sehingga kesediaan dan kemampuan untuk mendapatkan sumber
informasi juga terbatas. Terbatasnya informasi yang didapat ini mempengaruhi pengetahuan
responden menjadi kurang padahal informasi sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
responden sebagaimana teori Mubarak (2007) yang menyatakan kemudahan untuk memperoleh
suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
baru.
3. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Regurgitasi
Berdasarkan tabel 19 diperoleh data bahwa persentase terbesar adalah responden dengan
pengetahuan yang cukup tentang penyebab regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu 23
36. HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011
29
responden (56,1%). Responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari
mereka sudah cukup memahami dan mengerti tentang penyebab regurgitasi.
Berdasarkan umur, diketahui bahwa persentase terbesar adalah responden berumur 20-
35 tahun sebanyak 22 responden (53,7%). Mubarak (2007) menyatakan bahwa bertambahnya
umur seseorang akan menjadikan perubahan pada aspek fisik dan psikologis, dimana pada aspek
psikologis taraf berfikir seseorang akan semakin matang dan dewasa. Usia 20-35 tahun
tergolong usia dewasa dimana mereka sudah mempunyai kemampuan memperoleh informasi
yang sebanyak-banyaknya. Motivasi yang tinggi ditambah dengan perkembangan mental yang
lebih matang membuat responden bisa menyerap informasi dengan cukup baik sehingga juga
mempengaruhi pengetahuan mereka.
Berdasakan pendidikan, menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden
dengan latar belakang pendidikan SLTP sebanyak 17 responden (41,5%). Dalam teori Mubarak
(2007) yang menyatakan tidak dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya, begitupun juga sebaliknya. Sebagian besar pendidikan responden adalah
SLTP, dimana pada pendidikan tingkat ini masih belum membuat seseorang memiliki
kemampuan menyerap informasi yang didapat dengan baik . Namun meskipun belum bisa
mempunyai pengetahuan yang baik, bukan berarti mereka terbatas untuk mendapatkan
informasi. Pengalaman dan informasi dari media massa dan elektronik dapat menambah
pengetahuan responden menjadi cukup baik.
Berdasarkan pekerjaan, persentase terbesar adalah responden yang tidak bekerja
sebanyak 25 responden (61%). Mubarak (2007) menyatakan lingkungan pekerjaan dapat
menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan sebagian besar responden yang tidak bekerja menyebabkan mereka
tidak bisa mendapatkan informasi dari lingkungan pekerjaan. Namun dengan adanya
pengalaman, interaksi dengan lingkungan, serta informasi dari media massa dan elektronik akan
membantu mereka mendapatkan informasi yang maksimal untuk mempengaruhi pengetahuan
mereka menjadi cukup baik.
4. Pengetahuan Responden Tentang Cara Mencegah Regurgitasi
Berdasarkan tabel 20 menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan
pengetahuan yang cukup tentang mencegah regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan yaitu 15
responden (36,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dapat melakukan
pencegahan regurgitasi dengan baik karena mereka sudah cukup mengerti tentang cara
mencegah terjadinya regurgitasi.
Pengetahuan responden yang cukup tersebut dipengaruhi oleh bebera faktor, yaitu
pertama faktor umur, diketahui bahwa persentase terbesar adalah responden berumur 20-35
tahun sebanyak 22 responden (53,7%). Usia ini tergolong usia dewasa dimana sudah
mempunyai kemampuan memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya karena dipengaruhi
adanya pemikiran yang sudah dewasa pula sehingga dengan hal itu akan mempengaruhi
pengetahuan yang mereka punya. Sesuai dengan teori Mubarak (2007) yang menyatakan
bertambahnya umur seseorang akan menjadikan perubahan pada aspek fisik dan psikologis,
dimana pada aspek psikologis taraf berfikir seseorang akan semakin matang dan dewasa.
Kedua, faktor pendidikan yang menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah
responden dengan latar belakang pendidikan SLTP sebanyak 17 responden (41,5%). Pendidikan
responden yang tergolong dasar bukan berarti responden terbatas memperoleh informasi.
Interaksi dengan lingkungan serta pengalaman yang responden miliki bisa membantu responden
mendapat informasi yang cukup meskipun tingkat pendidikan mempunyai berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang, sebagaimana teori Mubarak (2007) yang menyatakan tidak dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi,
dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, begitupun juga
sebaliknya.