Tulisan ini membahas kasus mutilasi yang dilakukan oleh Ferry Idham Heniansyah alias Ryan di Jakarta dan Jombang. Ryan mengakui telah membunuh dan memutilasi sejumlah korban. Berdasarkan pengakuan dan bukti yang ditemukan, polisi menemukan empat mayat di rumah Ryan di Jombang. Hingga saat ini, identitas keempat korban belum diketahui. Tulisan ini membahas tinjauan yuridis dan kriminologi terhadap kasus tersebut
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Konsep ceteris paribus dan konsep meteriil kitab undang
1. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
KONSEP CETERIS PARIBUS DAN KONSEP HUKUM MATERIIL KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA
STUDI: KASUS MUTILASI RYAN
Oleh: TITIK CHURIYATI, BA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
“Ryan, Dari Mutilasi Hingga Pembunuhan Berantai
Oleh Santoso
Jakarta (ANTARA News) - Sambil menutupi wajah dengan kedua telapak
tangan untuk menghindari bidikan kamera wartawan, Verry Idham
Henryansah alias Ryan (34) ke luar dari ruang pemeriksaan di gedung
Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, pekan lalu.
Sebelum menuju ke Rutan umum Polda Metro Jaya, Ryan sempat
menyatakan bahwa ia nekad membunuh Heri Santoso karena cemburu.
"Dia ingin kencan dengan pacar saya. Saya jadi cemburu," katanya
sambil tetap menutup rapat wajah dengan kedua telapak tangan.
Ryan mengaku, emosinya memuncak karena Heri malah akan membayar
mahal jika dapat berkencan dengan pacarnya, Noval, seorang teman
dekat Ryan. Saat pertengkaran, Noval sebenarnya tidak ada di lokasi
kejadian. Heri mengetahui sosok Noval dari foto yang ada di album milik
Ryan. Ketika melihat foto Noval, Heri pun langsung jatuh hati dan ingin
berkencan. Noval bukan sosok cewek tapi seorang laki-laki. Ketiga orang
ini merupakan bagian dari kelompok yang suka dengan sesama jenis.
Rasa cemburu Ryan dan keinginan Heri yang kuat untuk kencan dengan
Noval membuat Ryan dan Heri terlibat pertengkaran hingga berbuah
perkelahian.
Dalam perkelahian yang berlangsung di salah satu kamar di apartemen
di Jl Margonda Depok, 11 Juli 2007, Ryan yang kalap membunuh Heri
dengan pisau dan potongan besi. Pisau yang dipakai diambil dari dapur
yang ada di apartemen. Bukan hanya menusuk Heri hingga tewas, Ryan
juga memotong tubuh Heri menjadi tujuh bagian Tidak itu saja, wajah
Heri juga disayat-sayat.
AKP Danang, seorang penyidik di Polda Metro Jaya mengatakan,
tindakan Ryan itu dilakukan secara spontanitas dan tidak ada unsur
perencanaan. "Ryan memotong tubuh Heri agar memudahkan untuk
mengangkat saja. Kan tubuhnya berat," kata penyidik ini. Usai
memutilasi, potongan tubuh Heri sempat dicuci di kamar mandi agar
darahnya tidak menetas ketika mayatnya dibawa ke luar apartemen.
Esok harinya, 12 Juli 2006, Ryan membuang potongan tubuh itu di Jl
Kebagusan, Jakarta Selatan dengan naik taksi. Agar tidak mencurigakan,
1
2. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
potongan tubuh di masukkan dalam tas. Namun, berkat kejelian polisi,
Ryan pun tertangkap di tempat kosnya di Depok.
Korban Aril
Dalam pemeriksaan, penyidik Polda Metro Jaya menghubungkan kasus
mutilasi ini dengan hilangnya Aril Somba Sitanggang (34) alias Aril yang
pernah dilaporkan keluarganya pada Mei 2008. Sebenarnya, polisi
pernah memeriksa Ryan dalam kasus hilangnya Aril namun ia dilepaskan
karena tidak cukup bukti. Berdasarkan bukti dan keterangan Ryan, polisi
menduga, Ryan telah membunuh Aril dan jasadnya dimakamkan di dekat
rumah orang tuanya di Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Polisi pun datang ke rumah itu pada Senin, 21 Juli 2008 sambil
membawa Ryan untuk menunjukkan lokasi penguburan jasan Ryan. Di
lokasi kejadian, polisi malah menemukan empat mayat dalam dua lubang
yang salah satu mayatnya diyakini sebagai jasad Aril Salah satu korban
diduga berjenis kelamin wanita.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Carlo
Brix Tewu yang memimpin pembongkaran jasad korban menyebutkan,
jasad perempuan itu ditemukan dalam satu liang bersama dua mayat
laki-laki lainnya di belakang pintu dapur rumah keluarga Ryan.
"Sedang satu jasad lainnya berjenis kelamin laki-laki ditemukan petugas
dalam sebuah liang di bawah pohon bambu yang berjarak sekitar lima
meter dari liang tempat tiga jasad lainnya dikuburkan," kata Carlo.
Sendiri
Dalam pemeriksaan lanjutan setelah penemuan empat mayat, Ryan
mengaku melakukan pembunuhan sendirian di belakang rumahnya di Jl
Melati RT-03 RW-07, Desa Jatiwates. "Tersangka mengaku melakukan
pembunuhan sendirian. Itu diperkuat dengan kedalaman lubang
penguburan empat korban yang hanya 0,5 meter dan satu meter," kata
Direskrim Polda Jatim Kombes Pol Rusli Nasution.
Menurut Rusli, tersangka mengakui empat mayat yang ditemukan di
Jombang itu meliputi satu mayat yang dibunuh pada Juli-Agustus 2007,
satu mayat pada Januari 2008, dan dua mayat pada April 2008. Kendati
telah ada pengakuan dari Ryan namun motif pembunuhan belum
terungkap.
"Kalau menyimak pengakuan yang ada, tersangka melakukan sendirian,
tapi kemungkinan adanya tersangka lain akan kami selidiki," katanya. Di
lokasi itu, polisi menyita barang bukti antara lain linggis batu, dan tali.
Tersangka juga mengaku bahwa empat korban dibantai di belakang
rumah (kandang ayam), kemudian dikubur di semak-semak (belakang
kandang ayam).
"Jadi, empat mayat itu dibantai di Jombang, karena itu Polda Jatim akan
memeriksa tersangka terkait pembunuhan di Jombang itu, sedangkan
Polda Metro Jaya akan memeriksa tersangka terkait kasus mutilasi di
Jakarta," katanya.
2
3. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
Belum teridentifikasi Hingga kini, keempat mayat itu belum dapat
diidentifikasi namun polisi memfokuskan pada salah mayat yang diduga
Aril karena adanya data pembanding dari keluarga Aril. "Otopsi belum
selesai, karena kami mementingkan ketelitian," kata ahli forensik RS
Bhayangkara HS Sjamsoeri Mertojoso, Kompol dr Hery Wijatmoko SpF.
Menurut Hery, otopsi yang melibatkan ahli forensik dari Jurusan ahli
Forensik dan Antropologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu,
memprioritaskan satu jenazah yang ditunggui keluarga, karena jenazah
diduga kuat anggota keluarganya.
"Jenazah yang sudah kami otopsi itu berjenis kelamin laki-laki.
Kondisinya relatif utuh, tapi ada jejak kekerasan dengan benda tumpul di
kepala," katanya. Semalam, katanya, keluarga jenazah sudah datang
untuk mengecek kebenaran jenazah yang dimaksud adalah Aril Somba
Sitanggang asal Malang yang telah dilaporkan hilang bulan Mei 2008.
Jenazah yang diduga Aril dengan usia sekitar 30-40 tahun itu akan dicek
lima ciri khas yakni ciri medis, dental (gigi), sidik jari, properti (baju,
celana, celana dalam, sabuk, kaos kaki), dan fotografi. Jika nantinya,
keempat mayat itu terbukti menjadi korban kejahatan Ryan, maka ia akan
menjadi tersangka tidak saja kasus mutilasi tapi juga pembunuhan
berantai” (www.Antaranews.com).
Masyarakat Indonesia di gemparkan oleh kasus mutilasi yang dilakukan
Ferry Idham Heniansyah alias Ryan. Dari pengakuan Ryan dan penelusuran
polisi, hingga saat ini tercatat ada 11 korban mutilasi. Di duga masih akan ada
korban korban berikutnya yang belum di ketemukan.
Sebagai guru agama, Ryan di kenal sebagai pribadi yang pendiam dan baik.
Kerabat dan tetangga sekitar amat tidak menyangka bahwa ryan yang selama ini
mereka kenal baik ternyata seorang pembunuh sadis. Bagaimana sosok
kepribadian Ryan yang tertutup bisa hadir di tengah masyarakat yang agamis?
Apakah ada model komunikasi yang tersumbat dengan kehadirannya sebagai gay?
Apakah karena ini berdasarkan pandangan masyarakat bahwa gay adalah perilaku
terkutuk dalam ranah agama, sehingga pantas dikucilkan?.
Kasus Ryan ini mengejutkan semua orang, bukan hanya pihak kepolisian,
tetapi juga masyarakat umum. Tentu telunjuk kesalahan di alamatkan kepada
Ryan. Namun yang terpenting adalah masyarakat layak memeriksa keseluruhan
sistem, fungsi dan kehidupan sosialnya, guna memeriksa bagaimana perjalanan
seorang Ryan tidak dideteksi dengan baik. Apakah dari segi kedokteran umum,
perilaku Ryan dalam melakukan pembunuhan dianggap sebagai penyimpangan?
3
4. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
bagaimana sebaiknya masyarakat bereaksi atas masalah yang menghebohkan ini?
dari mana kita memulai untuk mengantisipasi kejadian seperti ini?.
Sistem keamanan sosial seperti apa yang bisa diterapkan, agar kejadian
seperti ini tidak terulang? Kenapa begitu mudah orang hilang begitu lama, tetapi
tidak ketahuan kemana perginya? Apakah keluarga sudah begitu pasif dalam
menanggapi kehilangan anggota keluarganya?.
Bagaimana dengan aparat keamanan sendiri? Berapa sebetulnya jumlah
berita kehilangan yang dilaporkan kepada aparat, berapa yang terungkap?.
Dari segi komunikasi sosial, apa yang patut disampaikan berkenaan dengan
kasus ini? Apakah partai-partai politik juga perlu melakukan pendataan anggota
secara baik, lalu menjadikan soal-soal seperti ini sebagai ajang membantu
masyarakat?.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis merasakan perlunya penyempurnaan
dalam sistem peradilan, yakni dalam hal pemberian putusan, sehingga mampu
memberikan rasa ketertiban dan keamanan, menindaklanjuti hal tersebut penulis
memberi judul dalam tulisan ini: Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum
Materiil Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini ialah : bagaimana tinjauan yuridis dan
kriminologi terhadap kasus mutilasi Ryan?.
1.3.Tujuan Studi
Adapun tujuan dalam tulisan ini ialah : mengetahui dan memahami tinjauan
yuridis dan kriminologi terhadap kasus mutilasi Ryan?.
1.4.Manfaat Studi
Manfaat penulisan ini antara lain:
a. Merupakan upaya pemahaman akan hukum pidana secara luas dan
komprehensif.
b. Merupakan upaya penyadaran akan hak dan kewajiban pelaku tindak pidana.
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Makna Ceteris Paribus
4
5. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
Pada dasarnya teori persamaan yang dibahasakan dengan istilah latin ini
tertuju kepada istilah ekonomi, namun daripada itu bahwa teori ini sejatinya
ketika dipandang dari segi hukum akan sejalan dengan pemahaman equality
before the law atau semua sama di depan hukum.
Timbul sebuah pertanyaan, apakah ekonomi dapat sejalan dengan hukum,
ataukah hukum dapat sejalan dengan ekonomi. Jawabnya ya. Karena dalam
tatanan masyarakat ketika melakukan perbuatan apa pun harus berdasarkan
ketentuan hukum, baik dalam ranah ekonomi, sosial, politik, pertahanan, dan
keamanan.
Adapun pemahaman terkait teori ini didapatkan beberapa definisi dari
berbagai kamus, yakni:
1. Menurut dictionary.com: Latin phrase that translates approximately to
"holding other things constant" and is usually rendered in English as "all
other things being equal". In economics and finance, the term is used as a
shorthand for indicating the effect of one economic variable on another,
holding constant all other variables that may affect the second variable.
Hal tersebut difahami sebagai persamaan dalam pemasukan dan penawaran,
tentunya ketika dikaitkan dengan keadaan riil hakim sekarang, harus selaras
ketika memberikan putusan dengan apa atau ketentuan yang telah ada;
2. Menurut wikipedia.com: Ceteris Paribus is a Latin phrase, literally translated
as “with other things the same”.
3. Menurut Dr. T’s Net.com: Ceteris paribus means all else constant.
Dari beberapa konsep Ceteris Paribus ini dapat diambil beberapa makna,
yakni:
1. Bahwa hakim sebagai pemberi putusan harus memahami asas-asas hukum
yang baik, seperti apa yang diungkapkan Paul Scholten (dalam Bruggink,
1999: 135), ada beberapa asas hukum, yakni kebebasan berhadapan dengan
cinta kasih, dan keadilan berhadapan dengan kepatuhan (kewibawaan)
2. Bahwa perhatian terhadap suatu tindak pidana tidak hanya terhadap tata aturan
tertulis saja, melainkan melihat faktor yang lain di luar aturan tertulis. Seperti
apa yang dikemukakan Malinowski (dalam Soekanto, 1999: 61) bahwa
penerapan hukum tidak hanya semata-mata terdiri dari paksaan normatif, akan
tetapi perlu juga melihat pada aktivitas sehari-hari.
5
6. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
3. Adanya pemberian kesamaan di mata hukum semua individu masyarakat atau
sesuai dengan asas equality before the law.
4. Sebagai psikoanalisa sebuah putusan hukum akan menjadi super ego atau
control bagi pelaku tindak pidana. Maknanya, bahwa seorang pelaku tindak
pidana akan mereda rasa bersalahnya ketika adanya law control atau kontrol
hukum bagi tindakan dia selanjutnya (Santoso, 2002: 51).
5. Sebagai pembatasan tindakan hakim dalam pemeberian putusan, walaupun
dengan adanya freies ermessen atau kebebasan bagi hakim dalam memutuskan
sesuai dengan hati nurani (Adji, 1984: 14).
2.2. Konsep Hukum Materiil KUHP
Menurut Sudarsono (2001: 209) bahwa hukum materiil adalah hukum yang
berisi kaidah-kaidah yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan yang berupa perintah dan larangan.
Bahwa hukum pidana materiil merupakan hukum yang ada dalam sebuah
undang-undang atau sudah terkodifkasi, dan bukan bagian dari hukum pidana
formil yang merupakan jalan untuk mempertahankan hukum pidana materiil itu
sendiri. Seperti adanya asas nullum delictum noella poena sine praevia lege
poenale atau tidak bisa dipidana sebuah tindakan sebelum adanya peraturan
perundangan yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Jan Remmelink, 2003: 5).
Selanjutnya Moeljatno (1980), memberikan batasan mengenai syarat-syarat
suatu tindak pidana yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Unsur Perbuatan
• Dilarang dan ancaman pidana
• Melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)
• Tidak patut menurut pandangan masyarakat (sifat melawan hukum
materiil).
b. Unsur Pembuat, yaitu:
• Adanya kesalahan
• Dapat dipertanggung jawabkan (tidak ada alasan pemaaf)
• Dapat menginsyafi bahwa perbuatan itu keliru.
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Yuridis terhadap Kasus Mutilasi Ryan
6
7. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
Tinjauan yuridis ini difahami sebagai acuan yuridis untuk melihat
diberlakukan ketentuan apa atas sebuah tindakan kejahatan. Maka dari itu
tentunya tinjauan yuridis adalah cara untuk memposisikan sebuah kasus susuai
dengan tata aturan yang berlaku.
Dalam kasus Ryan ini didakwa dengan pasal berlapis, yaitu pasal 338, 339
dan 340 KUHP. Dalam pasal 340 tentang pembunuhan berencana, Ryan terancam
hukuman 20 tahun penjara, seumur hidup atau mati. Sedang dalam pasal 338
tentang pembunuhan dan 339 tentang pembunuhan yang disertai dengan tindak
pidana lain, Ryan terancam hukuman 15 tahun penjara.
Pasal 338 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP:
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
Pasal 340 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana
rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.
3.2. Tinjauan Krimonologi terhadap Kasus Mutilasi Ryan
Sebelum menguraikan sisi kriminologi dari kasus Ryan ini penulis mengutip
berita dari Thephenomena’s Weblog.htm di bawah ini:
7
8. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
“Polisi makin mendalami keterlibatan keluarga Very Idham Henyansyah
alias Ryan dalam pembunuhan berantai yang menewaskan 11 korban.
Sebab, penyidik menemukan fakta bahwa beberapa kerabat ditengarai ikut
menikmati hasil kejahatan si jagal manusia asal Jombang tersebut.
Misalnya, sepeda motor. Kendaraan roda dua milik korban pembunuhan itu
dipakai salah satu kerabat Ryan berinisial Mulyo Wasis. Sepeda motor
tersebut milik korban Muhammad Achsoni alias Soni yang hilang sejak
November 2007 lalu.
Kendaraan itu ikut menjadi barang bukti. Kemarin tim Polda Jatim
berangkat ke Jombang untuk menyita hasil kejahatan Ryan tersebut. ”Hari
ini (30/7), anggota kami sudah mengamankan tiga sepeda motor,” kata
Direktur Reskrim Polda Jatim Kombespol Rusli Nasution kemarin (30/7).
Rusli mengatakan, ada tiga unit motor yang disita petugas. Ketiganya
berada di Jatiwates, Tembelang, Jombang. ”Dua motor hanya dititipkan
kepada orang lain. Satu motor dipergunakan saudaranya,” jelasnya.
Dua motor lain itu juga milik korban pembunuhan. Mereka adalah Abidin
alias Zaki dan Nanik Hidayati. Hasil penyidikan sementara, setelah
dirampas dari korban-korbannya, sepeda motor tersebut tidak sempat dijual
atau digadaikan oleh Ryan.
Sepeda motor Suzuki Thunder milik Soni dititipkan kepada Mulyo Wasis
sejak empat bulan lalu. Bahkan, kendaraan itu sering digunakan sebagai alat
transportasi oleh saudara tiri Ryan tersebut.
Perwira dengan mawar di pundak itu tak membantah bahwa barang bukti
motor tersebut bisa jadi petunjuk bagi penyidik menelusuri keterlibatan
keluarga Ryan. ”Tapi, saat ini kami belum bisa simpulkan. Apakah
keluarganya terlibat atau tidak,” ucapnya.
Rusli menjelaskan, sejauh ini polisi sudah memeriksa 25 saksi dalam kasus
pembunuhan yang dilakukan Ryan. Mereka dari keluarga korban, kerabat,
teman, dan tetangga pria yang pernah menjadi guru mengaji tersebut.
Mantan Kapolres Sukabumi itu mengatakan, keterangan Ryan dalam
pemeriksaan masih sering berubah-ubah. Karena itu, polisi juga berencana
melakukan tes kebohongan dengan menggunakan mesin lie detector. ”Hal
itu (tes kebohongan) sangat diperlukan. Kita upayakan minggu depan. Jika
bisa minggu ini lebih baik,” katanya.
Dari Polres Jombang, sejak Selasa (29/7) lalu penyidik memeriksa delapan
orang (detail namanya, lihat grafis). Lima di antaranya penggali lubang di
belakang rumah Ryan.
Informasi yang dihimpun Radar Mojokerto (Grup Jawa Pos), Suwarto alias
Sarto mendapat giliran pertama pemeriksaan. Itu karena polisi mendapat
informasi bahwa Suwarto kerap disuruh menggali lubang di belakang rumah
Ryan. Saat itu alasan Ryan, lubang tersebut untuk kolam ikan mujair.
Ternyata, lubang itu diketahui sebagai lokasi penguburan tiga mayat yaitu
Grendy, Vincent, dan Guntur alias Guruh yang digali Senin (21/7) lalu.
Anehnya, Sarto tidak disuruh oleh Ryan, tapi oleh Kasiyatun. Dugaan
keterlibatan keluarga pun menguat meski masih samar.
Bahkan, Sarto dan Budiono sempat dikeler petugas ke tempat kejadian
perkara (TKP) kemarin (30/7) pukul 09.00. Mereka diminta menunjukkan
titik-titik yang pernah digali.
8
9. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
Kepada petugas, mereka mengaku menggali sedikitnya tiga titik. Titik
pertama di sebelah barat septic tank. Titik kedua di lubang sebelah selatan
tembok belakang (tempat mengubur Zainul Abidin). Lubang ketiga di
samping rumah. Lokasi ketiga itu menarik karena belum dibongkar.
Kemudian, Sumarsono dimintai keterangan terkait pekerjaannya sebagai
kuli angkut. Dia pernah diminta mengangkut barang-barang dari rumah kos
di Jl Merdeka, Jombang. Barang-barang seperi kulkas, televisi, VCD, dan
dispenser diangkut dari Jombang ke rumah Ryan di Jatiwates.
Belakangan diketahui bahwa rumah kos itu pernah ditempati Vincent, salah
satu korban Ryan yang bekerja sebagai sales sebuah toko elektronik. Dia
diduga menguras barang-barang Vincent setelah dibunuhnya.
Bagaimana dengan Solikhan yang merupakan sepupu Ryan? Keterkaitan
Solikhan, Mbok Par, dan tiga penggali lain, belum tampak dengan jelas.
Hanya, Solikhan dan Mbok Par dipanggil sebagai tetangga dekat Ryan.
Saksi lain adalah Supardi, Slamet, dan Sunggono. Mereka diduga pernah
disuruh Ryan dan keluarganya menggali lubang di pekarangan tersebut.
Untuk setiap pekerjaan, mereka diupah Rp 20 ribu.
Kapolres Jombang AKBP M. Khosim melalui Wakapolres Kompol Rosa
Thomas Setyawati mengatakan, peran para saksi tersebut masih didalami
petugas. Selain itu, belum ada indikasi yang mengarah pada keterlibatan
mereka dalam pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan. ”Seluruhnya
masih kita dalami,” ujar Wakapolres.
Polres Jombang kemarin kembali mendatangi TKP rumah Ryan. Tim
penyidik tersebut dipimpin Wakapolres dan Kasatreskrim AKP Kasyanto.
Kali ini mereka menyisir rumah Ryan dan mencari sejumlah barang bukti
lain. Petugas juga membawa dua saksi. Yakni, Suwarto alias Sarto, warga
Desa Jatiwates, dan Budiono, warga Desa Sentul, Tembelang, Jombang.
Dua penggali itu diminta menunjukkan sejumlah titik yang pernah digali.
Suwarto merupakan orang suruhan Kasiyatun. Suwarto sering disuruh
Kasiyatun menggali sejumlah lubang. Begitu pula Budiono, yang juga
pernah menggali di kebun tersebut. Hanya, Budiono disuruh Ryan.
Pada kesempatan itu petugas berhasil mendapatkan sejumlah barang bukti.
Semuanya dari dalam rumah Ryan. Tapi, petugas tidak merinci barang bukti
tersebut.
Namun, menurut informasi yang diperoleh Radar Mojokerto, ada beberapa
dompet yang diamankan sebagai barang bukti. Dompet pertama berisi lima
gelang, satu kalung, dan tiga gelang rantai. Dompet kedua berisi surat-surat
gadai dan struk Hotel Karya Buana (lokasi belum diketahui). Dompet ketiga
berisi cincin, bros, dan sepasang anting. Selain itu, petugas mendapatkan
dua buku tabungan, satu bendel bukti penyetoran dan penarikan bank BNI,
serta sebilah parang.
Penyidik sempat mencurigai salah satu titik di dalam kamar. Di lantai ubin
itu terdapat satu titik yang terasa kosong di bagian bawahnya. “Saat diketuk-
ketuk, bunyinya tidak sama dengan yang lain. Kesannya ada rongga di
bawahnya,” ujar sumber Radar Mojokerto.
Orang Tua Ryan Dites Kejiwaan
Setelah Ryan, pemeriksaan psikotes dilakukan terhadap orang tua Ryan,
Ahmad dan Kasiyatun, serta kakak sulungnya, Mulyo Wasis. Selasa (29/7)
malam tim dokter psikiater Mabes Polri mendatangi Polres Jombang.
9
10. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
Pemeriksaan dilakukan secara bergiliran, pukul 19.30 hingga 22.00.
Sedikitnya lima psikiater memeriksa ketiganya. Hasil pemeriksaan itu akan
digunakan sebagai penunjang terhadap hasil pemeriksaan Ryan.
AKP Rini Wowor, salah seorang anggota tim psikiater mengatakan, timnya
juga memeriksa orang tua Ryan. Mereka ingin menggali keterangan tentang
kondisi kejiwaan Ryan sejak kecil. Kendati demikian, Rini tidak bersedia
memberikan gambaran apa pun mengenai hasil pemeriksaan itu.
”Kita belum bisa menentukan, apakah ada gangguan (psikologis pada Ryan,
Red) atau tidak. Kita masih perlu mendalami hasilnya,” ujarnya. Usai
pemeriksaan, tim psikiater langsung meninggalkan Mapolres Jombang
dengan mobil Kijang Innova bernopol L 9 W.
Takut Hukuman Mati
Adil Pranadjaja, kuasa hukum Ryan, kemarin juga mendatangi Mapolda
Jatim. Usai bertemu kliennya, dia menceritakan bahwa kliennya dicekam
ketakutan. ”Dia takut dihukum mati. Makanya, dia bertanya, hal apa saja
yang meringankan hukuman sehingga tidak dihukum mati,” terangnya di
gedung Ditreskrim Polda Jatim.
Kepada Ryan, Adil berpesan, salah satu hal yang meringankan adalah tidak
memberikan keterangan berbelit selama penyidikan hingga persidangan
nanti. ”Saya minta dia kooperatif,” ucap Adil.
Adil menambahkan, kliennya juga bicara soal jumlah korban. ”Pengakuan
terakhir, dia membunuh 11 orang. Dia belum menyebut ada korban lain.
Motifnya harta,” terangnya.
Dalam proses pembuktian, Adil minta polisi lebih teliti dalam melakukan
tes psikologi. Sebab, dia menengarai bahwa kliennya memang mengalami
gangguan psikologi luar biasa. ”Ngakunya sih, kalau membunuh, dia seperti
mendapat bisikan gaib gitu,” tukasnya.
Lagi, 2 Orang Hilang Dilaporkan
Polres Jombang terus kebanjiran laporan orang hilang. Setelah nama Hendro
Liyono, posko pengaduan Polres Jombang kembali menerima laporan dua
orang hilang kemarin. Pelapor pertama adalah M. Lukman Khakim, 46,
warga Jl Krapak Gang 2 Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang.
Lukman melapor bahwa adiknya, Mohammad Affandi, 27, hingga kini
belum kembali ke keluarganya.
Menurut Khakim, Affandi pergi dari rumah sejak April 2006. Saat itu
Affandi berpamitan akan pergi ke Pulau Bali. Di sana dia akan bekerja di
sebuah pabrik roti. Pada Oktober 2007, Affandi sempat menghubungi
telepon rumah.
Saat itu Affandi menggunakan nomor HP: 0857370266xx yang tidak
diketahui milik siapa. Affandi sempat berbincang dengan adiknya, M.
Achlis. Namun, isi pembicaraan masih belum jelas.
Pelapor kedua adalah Supriyatin, 32, warga Desa Dapur Kejambon,
Kecamatan Jombang. Supriyatin melaporkan bahwa adik kandungnya,
Tulus Purwanto, 28, tidak pulang sejak September 2006 lalu. Saat itu Tulus
berpamitan jalan-jalan dengan sepeda angin. Tapi, dia tak kunjung kembali
ke rumah.
Pada Oktober 2006, sepeda angin Tulus ditemukan di Stasiun KA Jombang.
Hingga kini Tulus juga belum pulang. Sementara itu, belum ada keterkaitan
10
11. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
antara kedua orang hilang tersebut dengan pembunuhan yang dilakukan
Ryan.
Namun, para keluarga orang hilang itu baru melapor setelah mendengar
kasus yang menggemparkan tersebut. Hingga kini petugas Polres Jombang
masih menampung pengaduan orang hilang tersebut” (Thephenomena’s
Weblog.htm).
Beberapa hal yang dapat ditinjau dari sisi kriminologi dalam kasus mutilasi
yang dilakukan Ryan, antara lain sebagai berikut:
1. Bahwa pengaruh biologis-abnormal yang terlalu besar sehingga membuat
Ryan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, seperti yang Sigmeun Freud
bahwa ketika ego dan id terlalu besar dan memiliki kesempatan untuk
melakukan apa yang diinginkannya, dan super ego dari seseorang tersebut
tidak mampu membendung/mengontrol maka tindak kejahatan pasti akan
terjadi.
2. Kurangnya kontrol keluarga terhadap tindakan yang dilakukan oleh Ryan.
3. Manifesto moral yang dimiliki Ryan tidak mampu terkondisikan dengan baik,
sehingga dapat dikatakan Ryan termasuk dari sekian banyak golongan
impulsif atau orang yang kekurangan penghambat internal, umumnya terkait
dengan kesadaran mengenai benar-salahnya suatu perilaku (Farrington dalam
Meliala: 2008).
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa dalam pemberian putusan suatu perkara, Hakim tidak hanya melihat
unsur-unsur materiil yang tertuang dalam KUHP saja, akan tetapi dapat dilihat
11
12. Konsep Ceteris Paribus dan Konsep Hukum Materiil Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Studi: Kasus Mutilasi Ryan
pula unsur-unsur lainnya seperti unsur-unsur kejiwaan, biologis, dan sebagainya
yang selaras dengan unsur meteriil KUHP itu sendiri, yang pada akhirnya akan
menciptakan suatu kesamaan semua orang dihadapan hukum.
Pustaka
Adji, Oemar Seno. 1984. Hukum – Hakim Pidana. Jakarta: Erlangga.
Bruggink, J.J. 1999. Refleksi Tentang Hukum (Terjemahan). Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Dictionary.com. 2008
wikipedia.com. 2008
Dr. T’s Net.com. 2008.
Muljatno. 1980. Asas-asas Hukum Pidana Perbuatan Pidana dan Pertanggungan
Pidana. Jakarta: Balai Pustaka.
Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting
dari Kitab Undang Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya
dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sudarsono. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso, Topo. et all. 2002. Kriminologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1999. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
12