Teks ini membahas cara mengukur tingkat kepemimpinan di organisasi bisnis dengan menggunakan Leadership Scorecard. Leadership Scorecard mengukur hasil dari kepemimpinan dengan empat parameter yaitu hasil bagi pegawai, organisasi, pelanggan, dan investor. Parameter-parameter ini dinamakan Balanced Leadership Scorecard.
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
Artikel: Bagaimana mengukur level kepemimpinan?
1. When Strategy Meets Execu on
Home
Profile Daniel Saputro
Home > Uncategorized > Bagaimana mengukur level kepemimpinan?
June 15th, 2014 daniel Leave a comment Go to comments
Saat ini sedang terjadi persaingan sengit antara dua kandidat presiden. Berbagai paramater digunakan untuk mengukur
level kepemimpinan mereka. Di ngkat presidensial, ukurannya jelas , misalnya paramater : ketegasan , kejujuran , paling
merakyat, paling bersih dan sebagainya.
Lalu bagaimana caranya mengukur ngkat kepemimpinan di level organisasi bisnis. Gunakan Leadership Scorecard !
14120319 – Mari kita melihat sejarah. Alexander Agung adalah salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah. Daerah
taklukannya membentang dari Yunani sampai ke ke Himalaya India. Ingin buk ? Di India ada kota Bucephala yang didirikan
sebagai kenangan akan kudanya – Bucephalus – yang meninggal di kota itu. Kepemimpinannya yang besar juga nyata
membantunya menghancurkan Persia, pasukan terbesar pada zaman itu. Meskipun Alexander menaklukkan banyak
kerajaan, namun kerajaannya sendiri dak bertahan lama. Begitu ia meninggal, seluruh kerajaannya segera pecah. Apalagi
ia‐nya dak mempersiapkan penerus. Hilangnya faktor kepemimpinan ini menyebabkan pasukannya langsung tercerai berai.
**************************************
Ingin mendalami manajemen bisnis? Iku
‐ Daniel on Talking Powerpoint : Klik Disini
‐ Daniel on Youtube : Klik Disini
‐ Daniel on Presenta on Slides: Klik Disini
**************************************
Leadership di bisnis. Nah, perang di dunia bisnis juga perlu kepemimpinan. McKinsey tampil dengan faktor Style dalam 7S
nya untuk memperkenalkan pen ngnya unsur kepemimpinan. Hal yang sama juga dipertegas oleh David G Thomson dalam
The 7 Essen als of High Growth Companies. Ia bahkan menambahkan rumus baru yakni: Apply inside‐outside leadership to
the en re management team. Ar nya terapkan duo kepemimpinan terpadu, satu yang menghadapi pihak eksternal, (pasar,
pelanggan, aliansi, dan masyarakat) sementara lainnya menangani operasi internal.Jadi bakat yang terdapat pada
manajemen saling melengkapi satu sama lain. Karenanya perusahaan bisa mengatasi tantangan yang terjadi di internal
maupun eksternal. Semuanya ditangani dengan baik. Contohnya bisa ditemukan di Microso (Bill Gates dan Steve Balmer)
dan Apple (dulunya Steve Jobs dan Tim Cooks). Mereka ibaratnya seper pasangan Batman dan Robin.
Topik pela han kepemimpinan karenanya jadi laris manis. Banyak perusahaan mengirimkan orang‐orangnya agar dengan
instant bisa mendapatkan ilmu kepemimpinan yang “baik”. Yang “baik”? Ya, karena kebanyakan mengajarkan bagaimana
menjadi pemimpin yang dinilai “baik” oleh bawahannya sehingga mampu mempengaruhi mereka. Ingat kata bapaknya
Leadership – Dr. John C. Maxwell: “Leadership Is Influence: Nothing More, Nothing Less. “. Masalahnya, apakah itu cukup?
Leadership harusnya ”baik dan benar”. Sayangnya, dalam perang bisnis yang makin kejam ini, kepemimpinan yang ”baik”
daklah cukup. Tidak cukup hanya membuat pengikut se a dan mau mengiku petunjuk pemimpinnya. Kepemimpinan
Daniel Saputro » Bagaimana mengukur level kepemimpinan? h p://daniel.blog.kontan.co.id/2014/06/15/bagaimana‐mengukur‐leve...
1 of 3 8/2/2014 2:11 PM
2. Leadership harusnya ”baik dan benar”. Sayangnya, dalam perang bisnis yang makin kejam ini, kepemimpinan yang ”baik”
daklah cukup. Tidak cukup hanya membuat pengikut se a dan mau mengiku petunjuk pemimpinnya. Kepemimpinan
yang ”baik” itu harus diimbangi dengan kepemimpinan yang ”benar”, dalam ar harus bisa mencapai tujuan perusahaan.
Percuma bila kepemimpinan hanya membuat bawahan senang, tetapi perusahaan menderita kerugian. Ar nya harus ada
kontribusi kepemimpinan yang bisa diukur terhadap organisasi dan pemegang saham.
Keyakinan ini awalnya mendapatkan pembenaran dari ”mbah”nya manajemen, Peter F Drucker melalui wasiatnya –
Management by Objec ves (MBO) – di 1954 dalam buku The Prac ce of Management. In nya se ap individu dalam
organisasi harus bergerak bersama mencapai tujuan yang terukur. Ini tentunya membutuhkan kepemimpinan yang ”benar”.
Beliau juga memperkenalkan isi lah baru – yang sampai sekarang masih dipakai – yakni S.M.A.R.T. Singkatan dari Specific,
Measurable, Agreed, Realis c dan Time related. Perha kan adanya kata‐kata measurable di S.M.A.R.T. Ar nya kalau mau
maju, ya harus bisa diukur. ”What gets measured gets done”, pesan Drucker.
Semuanya ini semakin dipertajam saat Balanced Scorecard (BSC) dengan 4 perspec venya merasuki cara manajemen
puncak mengelola organisasi. BSC yang menyeimbangkan peran financial dengan peran lainnya (customer‐internal process‐
learning growth) memang punya unsur magis yang nggi. Karenanya mulai mbul gelombang pemikiran akan pen ngnya
kuan fikasi kepemimpinan yang seimbang.
Bagaimana mengukur kepemimpinan yang seimbang? Emme Murphy pernah mencobanya dalam Leadership Intelegence
Quo ent (LIQ).Selama 6 tahun, ia mempelajari 18.000 manajer di 562 organisasi besar dan kecil di hampir semua jenis
industri. Baik di Amerika Serikat maupun di seluruh dunia. Diiden fikasi lebih dari 1.000 individu yang menunjukkan
kemampuan kepemimpinan luar biasa. Lalu Murphy mengisolasi ciri khas kepemimpinan itu. Diklaim hasil peneli annya
diuji coba di GM, AT & T, IBM, McDonald, Johnson & Johnson, Xerox, dan Chase Manha an. Walau dilaporkan berhasil baik,
namun LIQ masih belum terkoneksi dengan BSC.
Jawaban yang lebih pas dari pertanyaan diatas, muncul dari Dave Ulrich, Jack Zenger dan Norman Smallwood dalam
Results‐based Leadership. Disebutkan bahwa kepemimpinan yang efek f sebenarnya adalah hasil kali antara a ribute
kepemimpinan (seper karakter, gaya, nilai dan seterusnya) dengan hasil yang dicapai. Ada 4 parameter hasil yang
seharusnya diukur yakni: hasil bagi pegawai (employee results), hasil bagi organisasi (organiza on results) , hasil bagi
pelanggan (customer results) dan hasil bagi investor (investor results). Penulis menyebutnya sebagai Balanced Leadership
Scorecard.
Apa saja yang diukur pada employee results? Banyak, misalnya: fungsi pemberdaya (seper penciptaan lebih banyak
pemimpin dan mendorong inovasi) , fungsi panutan, dan trust. ”Leadership is about managing people, not structure, “ kata
Robby Johan saat membenahi Garuda Indonesia. Bagaimana dengan penciptaan Entrepreneurship Skills? Penulis
mengusulkan agar is lahnya digan saja menjadi Intrapreneurship, yang berar berjiwa entrepreneur namun tetap di dalam
(intra) perusahaan. Berbahaya kalau tetap menggunakan is lah Entrepreneurship. Dikawa rkan profesionalnya pada keluar
dan menjadi pesaing baru.
Pengukuran fungsi pensinergi (contohnya penyelarasan antar departemen) dan fungsi pendobrak (misalnya mendorong
perubahan bergerak maju , clearness, dan menangani kompleksitas bisnis) patut diper mbangkan pada organiza on
results.
Tentunya pengukuran fungsi eksekusi yang berdampak terhadap pelanggan (seper co‐crea on dengan customer dan
peningkatan customer in macy) pantas dimasukkan dalam customer results. Garuda di 1998, penerbangannya sering
terlambat. Jelas konsumen pada kecewa. Ketepatan waktu penerbangan (on me performance/OTP) Garuda hanya sekitar
80‐an persen, sementara rata‐rata industri di atas 90%. Maka dibuat target mencapai OTP di atas 90% dan hasilnya? Berhasil
mencapai 94%!
Lalu apa yang akan diukur pada investor results? Gampang. Cukup G.L.E.P (yakni Growth, Liquidity, Efficiency dan
Profitability), kata Rodolfo Balmater – pakar keuangan dan mantan Ernst & Young – kolega penulis di NACD (Na onal
Associa ons of Commissioners and Directors). Penulis sendiri ingin menambahkan satu faktor lagi yakni: Contribu on to
Society agar makin sustainable. Bagaimana pendapat anda?
Lessons Learned. Kepemimpinan dak cukup mengandalkan faktor ”baik”. Harus ditambahkan faktor ”benar” sehingga
seimbang. Kepemimpinan juga sebaiknya bisa diukur agar bisa disempurnakan. Tantangan berikutnya adalah: bagaimana
memasukkan unsur Balanced Leadership Scorecard ini kedalam KPI Individu? Bagaimana pembobotannya? Ada saran?
Daniel Saputro
Daniel Saputro » Bagaimana mengukur level kepemimpinan? h p://daniel.blog.kontan.co.id/2014/06/15/bagaimana‐mengukur‐leve...
2 of 3 8/2/2014 2:11 PM