SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 79
Descargar para leer sin conexión
ANALISIS KOMPETENSI DAN PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA
         BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
                        DI SEKOLAH MENENGAH


 A. Pendahuluan
        Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan
 kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses
 yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri.
 Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka pemerintah
 bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui
 berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, antara lain melalui
 pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
 pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
 kependidikan lainnya.
        Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya sangat penting untuk
 dilakukan sebab melalui pelatihan, guru dapat mengembangkan kompetensinya. Pemilikian
 kompetensi menjadi suatu keharusan bagi seseorang guru untuk dapat menyesuaikan diri
 dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas dasar itulah,
 maka dianggap perlu memaknai istilah kompetensi secara jelas.

 1. Tujuan Instruksional Umum
        Secara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang analisis kompetensi dan
 perumusan tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta
 diklat diharapkan dapat melakukan analisis kompetensi dan merumuskan tujuan
 pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP diSekolah Menengah.

 2. Tujuan Instruksional Khusus
        Setelah mempelajari uraian materi tentang analisis kompetensi dan perumusan
 tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat
 diharapkan mampu:
 a. Menjelaskan pengertian dan lima tipe kompetensi;
 b. Menerapkan cara menyusun kompetensi siswa dalam pembelajaran Bahasa;
 c. Menulis tujuan instruksional umum;
 d. Melakukan analisis instruksional;
 e. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa;
 f. Merumuskan tujuan instruksional khusus.

 B. Analisis Kompetensi
 1. Pengertian Kompetensi
         Istilah kompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, keterampilan,
 sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta
 pekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umum
 serta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Menurut Spencer dan Spencer
 (1993) kompetensi merupakan karakterisitik mendasar seseorang yang berhubungan secara
 timbal balik dengan suatu kritieria efektif kompetensi dan atau kecakapan terbaik seseorang
 dalam pekerjaan atau keadaan.
         Lebih lanjut Spencer (1993) menyebutkan lima tipe kompetensi, kelima tipe tersebut
 adalah sebagai berikut.
 a. Motif, sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisiten atau keinginan
     untuk melakukan suatu aksi. Misalnya, seseorang yang mempunyai motivasi akan

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                          59
Universitas Negeri Makassar
menentukan tantangan untuk drinya sendiri, kemudian bertanggung jawab untuk
    menghadapi tantangan tersebut dan menggunakan balikan untuk memperbaikinya.
 b. Pembawaan, karakteristik fisik yang merespon secara konsisten berbagai situasi atau
    informasi. Misalnya, reaksi terhadap waktu dan sudut pandang yang baik adalah
    kompetensi bawaan dari seorang pilot pesawat empur. Kontrol emosi diri dan inisiatif
    merupakan respon konsisten yang lebih kompleks. Kompetensi bawaan yang dapat
    mengontrol emosi diri dan menumbuhkan inisiatif merupakan kompetesi dari seorang
    manajer yang berhasil.
 c. Konsep diri, adalah tingkah laku, nilai, atau citraan (image) seseorang. Misalnya, percaya
    diri. Seseorang yang percaya diri akan bekerja efektif pada berbagai situasi yang
    berbeda.
 d. Pengetahuan, adalah informasi khusus yang dimiliki seseorang. Misalnya, ahli bahasa
    memiliki pengetahuan tentang teori-teori kebahasaan.
 e. Keterampilan, adalah kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik dan mental.
    Misalnya, sastrawan memiliki pengetahuan dan kemampuan menciptakan karya sastra.
        Kelima tipe kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan
 pengembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran.

 2. Cara Penyusunan Kompetensi
         Penyajian kompetensi yang baik haruslah dapat kecakapan berpikir, bekerja, dan
 prestasin seseorang. Dalam penyusunan kompetensi, perlu adanya perubahan penekanan
 pola pikir dan pola tindakan dari ”Apa yang harus dipelajari seorang siswa ke bagaimana
 membelajarkan siswa?” Selanjutnya, diperlukan persiapan yang memadai untuk menyusun
 kompetensi.
         Penyusunan kompetensi tidak dapat dilakukan sekali jadi. Diperlukan perbaikan dan
 pemantapan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Langkah-langkah dalam menyusun
 kompetensi dapat dilakukan seperti berikut ini.
 a. Menentukan kompetensi lulusan/hasil belajar pada akhir satu atau serangkaian
     pembelajaran. Gunakan kata-kata kerja dari taksonomi Bloom, Kratwohl, atau Anderson.
     Penentuan kompetensi perlu menjawab hal-hal berikut:
     1) Isi/pengetahuan (apa yang harus diketahui siswa?)
     2) Keterampilan (bagaimana cara siswa melakukan sesuatu?)
     3) Sikap (bagaimana cara siswa berperilaku?)
     4) Nilai (bagaimana keyakinan siswa terhadap sesuatu?)
 b. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti (jelas, lugas, tegas, serta dapat dikerjakan dan
     dinilai) oleh siswa dan pembaca umum, termasuk guru, orangtua, dan pengambil
     keputusan.
 c. Nyatakan target pencapaian kompetensi yang memberikan informasi tentang
     sejauhmana target kompetensi tersebut dapat dicapai?
 d. Batasi kompetensi yang akan dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran agar lebih
     terarah dan lebih fokus.
 e. Klasifikasi kompetensi yang sejenis ke dalam standar kompetensi, namun jangan
     memaksakan perumusan kompetensi yang terlalu sarat. Jika dianggap perlu, rumuskan
     kompetensi secara terpisah.
 f. Koordinasikan kompetensi yang memerlukan urutan untuk menunjukkan
     perkembangan, kesinambungan, keutuhan, dan keberlanjutan. Tunjukkan peningkatan
     penguasaan kompetensi dari yang lebih mendasar ke yang rumit, dan kompleks dalam
     urutan yang utuh.
 g. Hindari mencampurkan definisi kompetensi (apa yang siswa harus ketahui dan lakukan)
     dengan standar kinerja (seberapa baik) dan penilaian.


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                           60
Universitas Negeri Makassar
h. Hindari anggapan untuk dapat merumuskan kompetensi secara sempurna pada tahan
    permulaan. Lakukan secara bertahap.
        Dalam menyiapkan pembelajaran, khususnya ketika membuat silabus, guru perlu
mengkaji Standar Kompetensi sebagaimana tercantum pada Standar Isi dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
(1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,
    tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;
(2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
(3) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

 3. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa untuk SMP
     Standar Kompetensi yang tercantum dalam Standar Isi KTSP untuk SMP sesuai ruang
 lingkup mata pelajaran Bahasa, yaitu:
 a. Mendengarkan
     1) Untuk kelas VII, yaitu:
        a) memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita
        b) mengapresiasi dongeng yang didengarkan
        c) memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara
        d) memahami pembacaan puisi
     2) Untuk kelas VIII, yaitu:
        a) memahami wacana lisan berbentuk laporan
        b) mengapresiasi pementasan drama
        c) memahami isi berita dari radio/televisi
        d) memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
     3) Untuk kelas IX, yaitu:
        a) memahami dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio
        b) memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengar syair
        c) memahami isis pidato/khotbah/ceramah
        d) memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan
            kutipan/sinopsis novel
 b. Berbicara
     1) Untuk kelas VII, yaitu:
        a) mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan
            menyampaikan pengumuman
        b) mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita
        c) mengungkapkan pikiran dan perasaan informasi dan pengalaman melalui
            kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
        d) mengungkapkan tanggapan terhadap pembicaraan cerpen
     2) Untuk kelas VIII, yaitu:
        a) mengungkap berbagai informasi melalui wawancara dan presentase laporan
        b) mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran
        c) mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan
            protokoler
        d) mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan
            diskusi
     3) Untuk kelas IX, yaitu:
        a) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk komentar dan
            laporan
        b) mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk yang lain
        c) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato/diskusi
        d) mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan drama

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                    61
Universitas Negeri Makassar
c. Membaca
    1) Untuk kelas VII, yaitu:
        a) memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca
        b) memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca
        c) memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca
            memindai
        d) memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak
    2) Untuk kelas VIII, yaitu:
        a) memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat
        b) memahami teks drama dan novel remaja
        c) memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif,
            dan membaca nyaring
        d) memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi
    3) Untuk kelas IX, yaitu:
        a) memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca
            memindai
        b) memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita
            pendek (cerpen)
        c) memahami ragam acana tulis dengan membaca ekstensif. Membaca intensif, dan
            membaca cepat
        d) memahami novel dari berbagai angkatan
 d. Menulis
    1) Untuk kelas VII, yaitu:
        a) mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi
        b) mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan
            dongeng
        c) mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat
        d) mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis
            kreatif puisi
    2) Untuk kelas VIII, yaitu:
        a) mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk
        b) mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam menulis kreatif naskah drama
        c) mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster
        d) mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas
    3) Untuk kelas IX, yaitu:
        a) mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karangan
        b) mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk cerita
            pendek
        c) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah
            sederhana, teks pidato, surat pembaca
        d) menulis naskah drama
        Selanjutnya, guru dharapkan dapat mengembangkan sejumlah indikator pencapaian
 untuk setiap kompetensi dasar. Indikator pencapaian ialah karakteristik, ciri-ciri, tanda-
 tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa
 untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                        62
Universitas Negeri Makassar
C. Perumusan Tujuan Pembelajaran
         Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang
 diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembel-
 ajaran tertentu. Pengertian lain menyebutkan, tujuan pembelajaran adalah pernyataan
 mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa pada akhir
 priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak
 dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan
 pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur
 sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan
 pembelajaran tertentu.
         Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian
 pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus
 melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan
 untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam
 proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa
 arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.
         Perumusan tujuan pembelajaran yang baik perlu memperhatikan beberapa
 ketentuan. Berikut dikemukakan beberapa ketentuan dan pertimbangan yang perlu
 diperhatikan dalam rangka perumusan tujuan pembelajaran tersebut.

 1. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
         Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-
 ciri tertentu. Taksonomi tujuan pembelajaran, dengan demikian, merupakan usaha
 mengelompokkan tujuan pembelajaran dalam susunan dalam urutan berdasarkan ciri yang
 dikandungnya.
         Taksonomi tujuan pembelajaran, menurut Suciati (2001), diperlukan dengan
 pertimbangan sebagai berikut:
 a. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran
     Bahasa sebab tujuan pembelajaran tersebut berfungsi untuk memberikan arah kepada
     proses belajar dan untuk menentukan perilaku yang diangap sebagai bukti hasil belajar
     Bahasa pada setiap tingkatan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah.
 b. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,
     teknik penilaian, dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar Bahasa di Sekolah Menengah.
         Sejumlah ahli telah menyusun taksonomi untuk tujuan pembelajaran. Di antara ahli
 tersebut, yaitu Bloom, Gagne, Merril, Krathwohl, Martin dan Briggs, ataupun Gerlach dan
 Sullivan. Masing-masing ahli mempunyai kriteria pengelompokkan sendiri. Namun
 demikian, umumnya ahli tersebut sepakat bahwa taksonomi tujuan pembelajaran terbagi
 atas tiga kawasan utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.


 a. Tujuan Kognitif
         Tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir. Ini mencakup kemampuan
 intelektual yang lebih sederhana, seperti mengingat, sampai pada kemampuan yang tinggi,
 seperti kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa menghubungkan dan
 menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang telah dipelajari untuk memecahkan
 suatu masalah.
         Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori. Keenam kategori
 ini diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level tinggi dapat dicapai hanya
 apabila tujuan pada level lebih rendah telah dikuasai. Taksnomi perilaku keenam tujuan
 kognitif tersebut dikemukakan pada Tabel 1 berikut ini.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                          63
Universitas Negeri Makassar
Tabel 1 Taksonomi Perilaku dan Contoh Kata Kerja Operasional Tujuan Kognitif

           Taksonomi
 No.                                    Kemampuan Internal               Kata-kata Kerja Operasional
            Perilaku
          Pengetahuan
              2.               Mengatahui.............                 (1)   mengidentifikasikan
                                  Misalnya: istilah, kata benda,       (2)   menyebutkan
                                         kata kerja                    (3)   menunjukkan
                                                                       (4)   memberi nama
                                                                       (5)   menyusun daftar
                                                                       (6)   mengarisbawahi
                                                                       (7)   menjodohkan
                                                                       (8)   memilih
                                                                       (9)   memberikan defenisi
                                                                      (10)   menyatakan
          Pemahaman
             3.                Menerjemahkan                           (1)   menjelaskan
                               Menafsirkan                             (2)   menguraikan
                               Memperkirakan                           (3)   merumuskan
                               Menentukan ................             (4)   merangkumkan
                                  Misalnya: metode, prosedur           (5)   mengubah
                                                                       (6)   memberikan contoh
                                                                             tentang
                               Memahami ................              (7)    menyadur
                                  Misalnya:        konsep,    kaidah, (8)    meramalkan
                                            prinsip, kaitan antara (9)       menyimpulkan
                                            fakta dan isi pokok      (10)    memperkirakan
                                                                      (11)   menerangkan
                               Mengartikan                            (12)   menggantikan
                               Menginterpretasikan ......             (13)   menarik kesimpulan
                                  Misalnya: tabel, grafik, bagan      (14)   meringkas
                                                                      (15)   mengembangkan
                                                                      (16)   membuktikan
          Penerapan
              4.               Memecahkan masalah                      (1)   mendemonstrasikan
                               Membuat bagan dan grafik                (2)   menghitung
                               Menggunakan .......                     (3)   memperhitungkan
                                  Misalnya:        metode/prosedur,    (4)   membuktikan
                                            konsep, kaidah, prinsip    (5)   menunjukkan
                                                                       (6)   melengkapi
                                                                       (7)   menyediakan
                                                                       (8)   menyesuaikan
                                                                       (9)   menemukan
          Analisis
              5.               Mengenali kesalahan                     (1)   memisahkan
                               Membedakan ...................          (2)   menerima
                                  Misalnya: fakta dari interpretas     (3)   menyisihkan
                                            data dan kesimpulan        (4)   menghubungkan
                               Menganalisis ..............             (1)   Memilih
                                  Misalnya:struktur dasar, bagian-     (2)   Membandingkan
                                            bagian, hubungan           (3)   Mempertentangkan
                                                                       (4)   Membagi
                                                                       (5)   membuat digram/skema
                                                                       (6)   menunjukan hubungan


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                                    64
Universitas Negeri Makassar
Sintesis
               c.              Menghasilkan .............               1) mengategorikan
                                    Misalnya: klasifikasi, karangan, 2) mengkombinasikan
                                               kerangka teoritis        3) mengarang
                                                                        4) menciptakan
                               Menyusun .............                   5) mendesain
                                    Misalnya:       rencana,     skema, 6) mengatur
                                               program kerja            7) menyusun kembali
                                                                        8) merangkaikan
                                                                        9) menghubungkan
                                                                       10) menyimpulkan
                                                                       11) merancangkan
                                                                       12) membuat pola
                                                                       13) menyajikan
          Evaluasi
              d.               Menilai       berdasarkan       normal 1) memperbandingkan
                               internal ....                            2) menyimpulkan
                                    Misalnya: hasil karya seni, mutu 3) mengkritik
                                               karangan,          mutu 4) mengevaluasi
                                               ceramah,        program 5) memberi argumentasi
                                               kerja, dsb               6) menafsirkan
                               Menilai       berdasarkan       normal 7) membahas
                               eksternal....                            8) menyimpulkan
                                    Misalnya: hasil karya seni, mutu 9) memilih antara
                                               karangan,          mutu10) menguraikan
                                               ceramah,        program11) membedakan
                                               kerja, dsb              12) melukiskan
                               Mempertimbangkan ...........            13) mendukung
                                    Misalnya: baik-butuknya, pro-14) menyokong
                                               kontranya,      untung-15) menolak
                                               ruginya




 b. Tujuan Afektif
         Tujuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang
 menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif mencakup
 kemampuan dari level paling sederhana, seperti memperhatikan suatu fenemena, sampai
 level paling kompleks seperti menentukan sikap berdasar hati nurani.
         Krathwohl, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001) mengelompokkan tujuan afektif ke
 dalam lima kategori. Deskripsi taksonomi kelima kategori tujuan afektif ini diurikan seperti
 tertera pada Tabel 2 berikut ini.




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                                65
Universitas Negeri Makassar
Tabel 2 Taksonomi Perilaku dan Contoh Kata Kerja Operasional Tujuan Afektif

             Taksonomi                                                             Kata-kata Kerja
  No                                         Kemampuan Internal
               Perilaku                                                              Operasional
          Pengenalan
                a.                Menunjukkan ..........                    (1) mmenanyakan
          (receiving)                Misalnya:    kesadaran,   kemauan,     (2) mengikuti
                                               perhatian                    (3) menjawab
                                                                            (4) melanjutkan
                                  Mengakui .............                    (5) memberi
                                     Misalnya: kepentingan, perbedaan       (6) menyatakan
                                                                            (7) menempatkan
          Pemberian
               b.                 Mematuhi .....................            (1) membantu
          respon                       Misalnya: peraturan, tuntutan,       (2) menawarkan diri
          (responding)                          perintah                    (3) menolong
                                  Ikut secara aktif.....................    (4) menyetujui
                                       Misalnya: di labaroratorium          (5) menyepakati
                                                                            (6) menghargai
                                                                            (7) menghormati
                                                                            (8) membantu
          Penghargaan/pe
               c.                 Menerima                                  (1) memilih di antara
          nilauan (valuing)       Memilih                                   (2) meyakini
                                  Memberi komitmen ......                   (3) menghargai
                                     Misalnya: terhadap suatu nilai,        (4) menunjukkan
                                              aturan, kesemapakatan              komitmen
                                                                            (5) membenarkan
                                                                            (6) mengusulkan
          Pengroganisa-
               d.                 Memilah                                   (1) memilih untuk
          sian                    Menghimpun .............                  (2) memutuskan
          (organization)             Misalnya: sistem nilai,      aturan,   (3) membandingkan
                                              kesepakatan                   (4) membuat sistematisasi
                                                                            (5) mengorganisasi
                                                                            (6) menyiapkan
                                                                            (7) menghubungkan
          Pengamalan
               e.                 Mengorganisasi                            (1) menunjukkan sikap
          (characterization)      Mengintegrasikan                             bertindak berdasarkan
                                  Menerapkan                                (2) menghindari
                                  Mengamalkan .............                 (3) menolak untuk
                                     Misalnya: sistem nilai,      aturan,   (4) memainkan
                                              kesepakatan                   (5) mempengaruhi
                                                                            (6) mendengarkan
                                                                            (7) memodifikasi
                                                                            (8) melaksanakan
                                                                            (9) mempraktik




 c. Tujuan Psikomotorik
        Tujuan psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan
 dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
 Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuromascular yaitu keterampilan yang
 bersangkutan dengan gerakan otot. Taksonomi perilaku untuk tujuan kawasan psikomotor
 dikelompokkan dalam enam kategori, sebagaimana tertera pada Tabel 3 berikut ini.
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                                   66
Universitas Negeri Makassar
Tabel 3 Taksnomi Perilaku dan Kata Kerja Operasional Tujuan Psikomotor

           Taksonomi                                                         Kata-kata Kerja
  No                                     Kemampuan Internal
            Perilaku                                                          Operasional
           Persepsi d.          Menafsirkan ransangan                 (1)   memilih
                                Peka terhadap ransangan               (2)   Membedakan
                                Mendiskriminasikan                    (3)   Mempersiapkan
                                                                      (4)   Menyisihkan
                                                                      (5)   Menujukkan
                                                                      (6)   Mengidentifikasikan
                                                                      (7)   Menghubungkan

           Kesiapan e.          Berkonsentrasi                        (1) Memulai
                                Menyiapkan diri (fisik dan mental)    (2) Mengawali
                                                                      (3) Bereaksi
                                                                      (4) Mempersiapkan
                                                                      (5) Memprakarsai
                                                                      (6) Menanggapi
                                                                      (7) Mempertunjukkan
           Gerakan f.           Meniru contoh                         (1) Mempraktikkan
           terbimbing                                                 (2) Memainkan
                                                                      (3) Mengikuti
                                                                      (4) Mengerjakan
                                                                      (5) Membuat
                                                                      (6) Mencobakan
                                                                      (7) Memasang
                                                                      (8) Membongkar
           Gerakan       g.     Berketerampilan                       (1) Mengoperasionalkan
           terbiasa             Berpegang pada pola                   (2) Membangun
                                                                      (3) Membongkar
                                                                      (4) Memperbaiki
                                                                      (5) Mengerjakan
                                                                      (6) Menyusun
                                                                      (7) Menggunakan
                                                                      (8) Mengatur
                                                                      (9) Memainkan
           Gerakan h.           Berketerampilan secara .....          Sama dengan di atas
           Kompleks                 Misalnya: lancar, luwes, supel,
                                            gesit, lincah
          Menyesuaikan
                     i.         Menyesuaikan diri                     (1)   Mengubah
          pola gerakan          Mevariasikan                          (2)   Mengadaptasi
                                                                      (3)   Mengatur kembali
                                                                      (4)   Membuat variasi
           Kreativitasj.        Menciptakan yang baru                 (1)   Merancang
                                Berinisiatif                          (2)   Menyusun
                                                                      (3)   Menciptakan
                                                                      (4)   Mendesain
                                                                      (5)   Mengkombinasikan




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                                  67
Universitas Negeri Makassar
2. Analisis Instruksional atau Analisis Tugas (Task Analysis)
         Dalam membuat perencanaan pembelajaran, penting untuk mengetahui
 keterampilan atau kompetensi apa saja yang dibutuhkan dalam tugas-tugas yang akan
 diajarkan atau diberikan. Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa menggunakan
 perpustakaan untuk menulis suatu laporan singkat mengenai suatu topik yang menarik
 minat. Tugas ini tampak cukup mudah, tapi perhatikan sejumlah keterampilan terpisah
 yang terlibat di dalamnya, yaitu:
 a. mengetahui urutan abjad;
 b. menggunakan katalog kartu untuk menemukan judul buku tertentu;
 c. menggunakan indeks buku untuk menemukan informasi tentang suatu topik;
 d. menemukan ide utama untuk materi karangan;
 e. merencanakan atau membuat skema laporan ringkas;
  f. menulis paragraf karangan;
 g. mengetahui keterampilan teknis kebahasaan (seperti kapitalisasi, tanda baca, pemilihan
     kata-kata, dan sebagainya).
         Keterampilan-keterampilan tersebut sendiri masing-masing dapat dijabarkan ke
 dalam sub-sub keterampilan yang lebih spesifik. Guru harus menyadari sub-sub
 keterampilan yang terlibat dalam suatu tugas pembelajaran untuk menjamin bahwa siswa
 mengetahui apa yang diperlukan untuk berhasil.
         Dalam mengajarkan suatu keterampilan baru, penting bagi guru untuk
 mempertimbangkan semua subketerampilan yang terkait dengannya. Pikirkan semua
 tahapan terpisah yang terlibat dalam suatu keterampilan baru tersebut. Proses menjabarkan
 tugas atau tujuan menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana ini disebut dengan
 analisis tugas (task analysis).
         Analisis tugas, atau sering pula disebut analisis instruksional, adalah proses
 penjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan
 sistematis. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perlaku khusus yang
 dapat menggambarkan perilaku umum secara rinci. Dari susunan tersebut, dapat diketahui
 perlunya menempatkan perilaku khusus tertentu untuk dikuasai lebih dahulu dari perilaku
 lainnya, disebabkan karena perilaku tersebut:
 a. kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,
 b. merupakan perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangusung lebih dahulu,
     atau
 c. merupakan perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu, atau secara
     kronologis terjadi lebih awal.
         Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisis tugas yang
 perlu dilakukan, yaitu:
 a. Mengidenifikasi keterampilan prasyarat (prerequisite skills)
     Apa yang seharus siswa sudah ketahui sebelum guru mengajarkan suatu materi tertentu.
     Sebagai contoh, untuk pelajaran mengenai penyusunan kalimat sederhana, siswa harus
     lebih dahulu menguasai kata serta konsep subjek dan predikat.
 b. Mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills)
     Dalam mengajarkan pelajaran tertentu, subketerampilan apa yang harus diajarkan
     kepada siswa sebelum mereka dapat belajar untuk mencapai tujuan yang lebih umum?
     Dalam contoh keterampilan menulis kalimat yang baku, misalnya, siswa perlu belajar
     mengenai diksi, struktur kalimat, maupun ejaan dan tanda baca. Setiap tahapan ini harus
     direncanakan untuk diajarkan dan dinilai selama pembelajaran.
 c. Merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut menuju
     keterampilan akhir.
     Tahap akhir dalam analisis tugas adalah menata kembali sub-sub keterampilan menjadi
     keterampilan utuh yang akan diajarkan. Misalnya, siswa mungkin mempunyai diksi

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                         68
Universitas Negeri Makassar
yang memadai, menuasai tanda baca, tapi ini tidak selalu berarti mereka dapat
    menyusun kalimat yang baku. Sub-sub keterampilan harus diintegrasikan ke dalam
    proses yang utuh agar siswa dapat mengerti dan mempraktikkannya.
       Bila perilaku atau keterampilan umum diuraikan menjadi perilaku khusus atau sub-
 sub keterampilan akan terdapat empat macam susunan, yaitu hirarkis, prosedural,
 pengelompokan, dan kombinasi.

 a. Struktur Hirarki
        Struktur prilaku yang hirarkil adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan
 bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain.
 Perilaku B, misalnya, hanya dapat dipelajari bila perilaku A telah dikuasai. Ini berarti
 perilaku atau keterampilan A merupakan prasyarat bagi perilaku atau keterampilan B.
 Struktur perilaku hirarkikal dapat digambarkan dalam bentuk susunan kotak atas-bawah
 yang dihubungkan dengan garis vertikal, seperti pada bagan berikut ini.

                                             Perilaku A


                                             Perilaku B

 b. Struktur Prosedural
         Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang
 menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku
 prasyarat untuk yang lainnya. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan
 berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, namun setiap perilaku itu dapat
 dipelajari secara terpisah. Perilaku-perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan
 dalam kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horisontal,
 seperti pada bagan berikut.

                       Perilaku A            Perilaku B         Perilaku C

 c. Struktur Pengelompokan
        Terdapat bentuk perilaku-perilaku khusus yang saling berhubungan, namun tidak
 mempunyai mempunyai keterafantungan satu sama lain. Dalam keadaan seperti ini, garis
 penghubung antar perilaku khusus tidak diperlukan. Namun demikian, saling hubungan
 antar perilaku dapat digambarkan dalam bentuk pengelompokkan kotak-kotak yang
 dihubungkan dengan garis satu sama lain, seperti pada bagan berikut.

                                             Perilaku A


                          Perilaku B         Perilaku C       Perilaku D

 d. Struktur Kombinasi
         Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian tersebar dalam
 bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Sebagian dari
 perilaku khusus yang terdapat dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan
 perilaku khusus lain, sebagian lainnya merupakan urutan penampilan perilaku umum dan
 khusus. Skema hubungan antar perilaku dalam struktur kombinasi dapat digambarkan
 seperti pada bagan berikut.


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                       69
Universitas Negeri Makassar
Perilaku A            Perilaku B            Perilaku C


                       Perilaku A2           Perilaku B2          Perilaku C2


                       Perilaku A1           Perilaku B1          Perilaku C1

 2. Analisis Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
          Perilaku keterampilan awal atau yang biasa disebut perilaku masukan (entry behavior,
 sub-skill), adalah level perilaku keterampilan yang telah dimiliki oleh setiap siswa terkait
 dengan perilaku keterampilan umum yang akan dipelajari. Dalam menghadapi tugas belajar
 penyusunan kalimat, misalnya, sampai di manakah pemahaman siswa terhadap
 keterampilan-keterampilan bawahan (sub-skills) yang menjadi prasyarat bagi tugas tersebut,
 seperti penguasaan diksi, unsur-unsur kalimat, ejaan dan tanda bca? Level pemahaman
 siswa terhadap berbagai keterampilan prasyarat tersebut perlu dikenali dengan baik, baik
 secara kelompok maupun secara individu. Pemahaman di antara siswa mungkin bersifat
 homogen (bisa homogen memadai, bisa juga homogen rendah), mungkin pula level
 penguasaan mereka sangat bervariasi.
          Pemahaman terhadap perilaku keterampilan awal siswa terkait dengan suatu tugas
 belajar akan menjadi basis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih sesuai
 dengan kemampuan kelompok sasaran (siswa) pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil
 asesmen terhadap perilaku awal tersebut, guru dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku
 spesifik yang masih perlu dikembangkan dan merumuskannya sebagai tujuan pembelajaran
 khusus sebagai target belajar bagi siswanya. Hasil asesmen tersebut juga dapat memandu
 guru dalam merancang urutan dan mengelola aktivitas pembelajaran untuk membantu
 siswa menguasai keterampilan atau kompetensi umum yang menjadi target pembelajaran.
          Sumber informasi yang dapat digunakan dalam rangka asesmen perilaku
 keterampilan awal siswa, antara Iain: dokumen yang tersedia, khususnya hasil belajar yang
 diperoleh sebelumnya, siswa itu sendiri, orang-orang yang mengetahui kemampuan
 kemampuan siswa tesebut. Teknik yang dapat digunakan dalam mengasesmen kemampuan
 awal tersebut, antara lain: dokumentasi, kuesioner, observasi, wawancara, ataupun
 melakukan tes diagostik secara khusus.
          Di samping mengidentifikasi perilaku keterampilan awal siswa, guru juga perlu
 mengenali karakteristik siswa lainnya yang berhubungan dengan perilaku belajar mereka.
 Beberapa di antara karakterstik ini, misalnya: motivasi belajar, kemampuan dan tingkat
 kecerdasan, minat, kebiasaan belajar, harapan dan aspirasi siswa, maupun daya dukung
 lingkungan masing-masing siswa. Informasi-informasi seperti ini dapat menjadi acuan
 dalam menetapkan jenis perilaku sebagai target belajar, cakupan kegiatan belajar, maupun
 bentuk-bentuk pengalaman belajar yang dapat diberikan kepada siswa.

 3. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
          Pelaksanaan setiap kegiatan pembelajaran, menurut Joyce & Weil (1986), akan
 menghasilkan dua macam dampak pembelajaran, yaitu dampak instruksional (instructional
 effects) dampak pengiring (nurturant effects). Dampak instruksional ialah hasil belajar yang
 dicapai langsung dengan mengarahkan siswa pada tujuan pembelajaran yang diharapkan.
 Dampak instruksional merupakan perilaku khusus atau kompetensi yang diharapkan dimiliki
 oleh siswa yang terkait langsung dengan suatu topik atau pokok bahasan tertentu dari suatu
 mata pelajaran.
          Dalam praktik penyusunan rancangan pembelajaran di sekolah, umumnya guru
 hanya mencantumkan rumusan tujuan pembelajaran kategori ini. Tujuan pembelajaran

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                           70
Universitas Negeri Makassar
khusus (TPK) ataupun indikator perilaku khusus sebagai target pencapaian hasil belajar
 yang dibuat guru umumnya hanya didominasi dengan rumusan yang diarahkan untuk
 mencapai dampak instruksional semacam ini.
        Dampak pengiring ialah perilaku hasil belajar yang diperoleh siswa di luar dampak
 instruksional. Perilaku dampak pengiring ini terutama dihasilkan sebagai akibat terciptanya
 suasana atau kondisi tertentu yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, tanpa pengarahan
 langsung dari guru. Setiap situasi, kondisi, pola interaksi, atau pengalaman belajar yang
 dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat menstimulasi berkembangnya perilaku
 dan sikap tertentu pada diri siswa.
        Menurut Joyce dan Weil (1998), setiap pilihan model pembelajaran memiliki
 sintakmatik (pentahapan), sistem sosial, prinsip rekasi, dan sistem pendukung tersendiri,
 sehingga dapat memberi dampak pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring
 yang berbeda pula. Penerapan model pembelajaran inkuiri, misalnya, dapat menstimulasi
 berkembangnya perilaku dampak instruksional dan dampak pengiring, seperti diukiskan
 pada bagan berikut.

                                                   Keterampilan proses ilmiah

                                                   Strategi penyelidikan secara kreatif
                             Proses
                             Pembel-               Semangat daya cipta dan kreativitas
                              ajaran
                                                   Kebebasan dan otonomi bekerja

                          = Dampak instruksional   Kemampuan dan semangat kerjasama
                          = Dampak pengiring
                         Bagan Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

         Situasi dan kondisi yang dialami oleh siswa dalam suatu proses pembelajaran dapat
 memberi dampak pengiring yang bersifat positif, berupa berkembangnya perilaku yang
 dikehendaki, tapi sebaliknya pula sebaliknya bersifat negatif, yaitu berkembangnya perilaku
 yang tidak diharapkan. Sebagai contoh, ketika guru meminta setiap siswa mengemukakan
 pemikirannya tentang suatu topik di depan kelas, maka proses ini dapat menstimulasi
 berkembangnya perilaku berani dan percaya diri pada siswa. Namun demikian, jika seorang
 siswa mengemukakan gagasannya yang berbeda dan tidak sesuai harapan guru, lalu yang
 bersangkutan diberi sanksi, misalnya berdiri di depan kelas atau ditertawai, maka siswa ini
 akan belajar bahwa mengemukakan gagasan berbeda itu tidak boleh dan akan mendapat
 konsekuensi negatif. Pengelaman seperti ini akan memberi dampak pengiring negatif bagi
 pengembangan kreativitas anak.
         Mengingat potensi yang terkandung dalam dampak pengiring bagi perubahan
 perilaku siswa, maka dampak pengiring perlu dikelola dan dikendalikan. Pembelajaran yan
 efektif harus mengoptimalkan pencapaian dampak pengiring positif dan meminimalkan
 dampak pengiring negatif. Pengendalian dampak pengiring ini dapat dilakukan dengan
 sejak awal menjadikannya sebagai target belajar yang diformuasikan dalam bentuk
 perumusan tujuan tersendiri, di samping tujuan instruksional. Perilaku positif tertentu yang
 dikehendaki terjadi pada siswa dapat menjadi target belajar tersendiri dan ditetapkan
 sebagai sasaran dampak pengiring dalam pembelajaran. Dengan menetapkan perilaku
 seperti itu sebagai target belajar, maka dalam merencanakan pembelajaran, guru akan
 berkomitmen untuk mencapainya. Guru akan berupaya memilih model pengelolaan kelas,
 strategi dan pengalaman belajar, serta media dan sumber pembelajaran yang dianggap tepat
 untuk menstimulasi berkembangnya perilaku khusus tersebut.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                          71
Universitas Negeri Makassar
Dalam MPE, perumusan tujuan dampak pengiring seperti ini merupakan bagian
 penting tujuan pembelajaran yang perlu diidentifikasi dan dirumuskan tersendiri oleh guru.
 Guru ditekankan untuk merumuskan perilaku-perilaku tambahan tertentu yang perlu
 dikembangkan pada diri siswa ke dalam butir-butir tujuan pembelajarannya. Penekanan
 perlunya perumusan khusus target belajar untuk dampak pengiring, didasari oleh beberapa
 pertimbangan sebagai berikut:
 a. Rumusan-rumusan kompotensi dasar yang menjadi dasar perumusan tujuan
     pembelajaran pada hampir semua mata pelajaran di sekolah terlalu berorientasi kognitif
     dan cenderung hanya mengarah kepada pengembangan kecerdasan intelektual. Dengan
     demikian, pembelajaran juga akan cenderung diarahkan pada dihasilkannya dampak
     instruksional yang juga hanya berorientasi pada penguasaan keterampilan dan perilaku
     kecerdasan intelektual.
 b. Banyak perilaku dan kompetensi yang merupakan target dalam tujuan pendidikan
     nasional, kompetensi lulusan sekolah, bahkan standar kompetensi mata pelajaran,
     merupakan atribut perilaku kecerdasan emosional dan kecerdasan sipiritual. Namun
     demikian, aspek-aspek kecerdasan seperti ini sangat sedikit terjabarkan dalam bentuk
     kompetensi dasar pada hampir semua mata pelajaran. Akibatnya, orientasi pembelajaran
     di sekolah kurang memperhatikan atau jarang secara sadar diarahkan kepada
     pengembangan kedua kelompok kecerdasan ini.
 c. Proses pembelajaran di sekolah selalu melibatkan interaksi sosial, tata ruang, suasana
     dan iklim, aktivitas dan pengalaman-pengalaman tertentu. Semua kondisi dan situasi
     seperti ini akan merupakan stimulus bagi berkembanganya banyak pengalaman belajar
     pada diri siswa, termasuk perilaku-perilaku kecerdasan emosional dan kecerdasan
     spritual.
 d. Dengan menetapkan perilaku dari rumpun kecerdasan emosional dan atau kecerdasan
     sebagai target dampak pengiring yang secara sengaja dirumuskan sejak awal, maka guru
     akan memiliki kesadaran dan komitmen untuk mengarahkan proses pembelajarannya
     pada dua arah, yaitu menghasilkan dampak instruksional dan menstimulasi dampak
     pengiring.
 e. Stimulasi dampak pengiring tidak memerlukan biaya mahal. Guru hanya dituntut untuk
     secara sengaja memilih, mengelola, dan menata khusus berbagai aspek yang terkait
     dengan pembelajarannya (seperti penataan setting kelas, pemilihan strategi, penggunaan
     media dan sumber, dan pengelolaan pengalaman belajar) agar dapat menstimulasi
     berkembanganya perilaku dan kompetensi non-instruksional yang ditetapkan sebagai
     target dampak pengiring tersebut.
         Jika perilaku atau kompetensi target belajar pada dampak instruksional dirumuskan
 dari kompentesi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum, maka perilaku atau
 kompetensi target belajar pada dampak pengiring terutama identifikasi dan ditetapkan
 berdasarkan pada hasil asesmen lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari, guru
 dapat mengenali jenis perilaku siswa yang memerlukan perhatian khusus untuk dikembang-
 kan. Ketika merumuskan tujuan pembelajaran, guru perlu memasukkan perilaku yang diha-
 rapkan itu sebagai sasaran pencapaian dampak pengiring dalam proses pembelajaran.
 Beberapa contoh perilaku yang dapat ditetapkan sebagai target dampak pengiring, antara
 lain:
 a. Kelompok Perilaku Kecerdasan Emosional, misalnya:
     1) Memiliki kesadaran diri
     2) Mampu mengambilan keputusan pribadi
     3) Mampu mengelola perasaan
     4) Mampu menangani keadaan yang menekan
     5) Terampil berkomunikasi
     6) Keterbukaan diri (self-disclosure)

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                        72
Universitas Negeri Makassar
7) Empatik dan peduli pada orang lain
    8) Menerima keadaan diri (self-acceptance)
    9) Tegas
    10) Mampu menyelesaian konflik
    11) Hormat terhadap sesame
    12) Mampu dan bersedia bekerja sama
    13) Bertanggung jawab
    14) Memahami dan menerima perbedaan
    15) Kreatif
 b. Kelompok Perilaku Kecerdasan Spiritual, misalnya:
    1) Taat beribadah
    2) Memahami keberartian dan tujuan hidup
    3) Hidup selaras dan damai
    4) Memiliki prinsip untuk hidup
    5) Mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri
    6) Jujur
    7) Adil
    8) Berakhlak mulia
    9) Rela memaafkan
    10) Memiliki rasa malu
    11) Rendah hati
    12) Sopan santun

         Selanjutnya, untuk mewujudkan perilaku-perilaku tersebut, guru dapat memilih
 strategi dan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong dan meng-
 kondisikan siswa mengembangkan perilaku-perilaku tersebut. Setiap strategi yang dipilih
 menjadi strategi dasar MPE memiliki sintagmatik, sistem sosial, prinsip rekreasi, dan sistem
 pendukung yang berpotensi untuk dapat menciptakan iklim, interaksi, dan kondisi tertentu
 bagi terjadinya pembelajaran prilaku tertentu, seperti kerjasama, kreativitas, berfikir kritis,
 problem-solving, kemandirian, dsb. Aplikasi secara konsisten strategi-strategi MPE dalam
 proses pembelajaran memungkinkan pencapaian berbagai perilaku-perilaku non-
 instruksional oleh siswa.

 4. Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus
          Hasil akhir kegiatan analisis kompetensi dan analisis tugas sebagaimana telah
 diuraikan sebelumnya adalah menentukan garis batas antara perilaku (kompetensi) yang
 tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa. Perilaku yang
 ditetapkan sebagai perlu diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
 khusus (TPK) atau tujuan instruksional khusus (TIK), yang merupakan terjemahan dari
 specific instructional objective.
          Tujuan pembelajaran khusus (TPK) menjadi dasar bagi guru untuk menentukan
 urutan pembelajaran, serta pemilihan strategi, sumber, dan media. Di samping itu, TPK juga
 menjadi landasan dalam penyusunan indikator dalam rangka mengembangkan butir-butir
 pertanyaan-pertanyan untuk penilaian hasil belajar. Oleh sebab itu, TPK harus mengandung
 unsusr-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun alat evaluasi aga dapat
 mengembakan butir-butir tes yang betul-betul dapat mengukur perilaku yang terdapat di
 dalammnya.
          Penyusunan TPK yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang dikenal dengan
 ABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut:
          A = Audience
          B = Behavior
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                             73
Universitas Negeri Makassar
C = Condition
         D = Degree
         A = Audence adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu
 siswa. Dalam TPK harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan
 mengenai kelompok siswa yang akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakan
 sespesifik mungkin. Misalnya, siswa jenjang sekolah apa, kelas berapa, semester berapa, dan
 bahkan klasifikasi pengelompokan siswa tertentu.
         Batasan yang spesifik ini penting artinya agar sejak awal mereka yang tidak
 termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas
 dasar TPK itu belum tentu sesuai bagi mereka. Mungkin bahan pembelajarannya terlalu
 mudah, terlalu sulit. Atau tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pembelajaran
 berwawasan gender, penyebutan siswa perempuan dan siswa laki-laki alam TPK kadang-
 kadang ditekankan, terutama jika jenis perilaku yang menjadi target belajar bagi kedua jenis
 kelamin dibedakan levelnya, misalnya dalam pelajaran olahraga. Begitu pula, dalam
 pembelajaran terhadap kelas yang dibagi atas beberapa kelompok yang bahan
 pembelajarannya diklasifikasi atas dasar kemampuan individu siswa, maka penyebutan
 klasifikasi siswa tersebut juga perlu tercantum pada TPK masing-masing.
         B = Behavior adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswa
 setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,
 yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan
 sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objek
 menunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya contoh kalimat pasif,
 kesalahan tanda baca dalam kalimat, karangan berdasarkan gambar seri, dsb. Komponen
 perilaku dalam TPK adalah tulung punggung TPK secara keselutuhan. Tanpa perilaku yang
 jelas, komponen yang lain menjadi tidak bermakna.
         Bila contoh kata kerja dan objek dalam contoh di atas disatukan dalam bentuk
 perilaku, akan tersusun sebagai berikut:
     1) Menyebutkan contoh kalimat pasif
     2) Mengenalisis kesalahan tanda baca dalam kalimat
     3) Menyusun karangan berdasarkan gambar seri
         C = Condition adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada
 saat siswa diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di samping memuat unsur penyebutan
 audens (siswa sebagai sasaran belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung unsur
 yang memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan
 bagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.
 Berikut diberikan beberapa contoh kondisi yang dimaksud:
     1) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat menyebutkan contoh kalimat pasif.
     2) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat mengenalisis kesalahan tanda baca dalam
         kalimat.
     3) Diberikan gambar seri, siswa dapat menyusun karangan berdasarkan gambar seri
         tersebut
         D = Degree adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus
 dicapai siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang
 diharapkan dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada
 ketinggian tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya.
         Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu
 perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap belum
 mencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan. Perhatikan contoh berikut ini.
     1) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat menyebutkan minimal lima contoh
         kalimat pasif.


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                          74
Universitas Negeri Makassar
2) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat mengenalisis minimal 20 kesalahan tanda
        baca.
     3) Diberikan gambar seri, siswa dapat menyusun karangan sepanjang 150 kata
        berdasarkan gambar seri tersebut.

 D. Rangkuman
         Kompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap,
 dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta
 pekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umum
 serta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan.        Penyusunan kompetensi
 tidak dapat dilakukan sekali jadi. Diperlukan perbaikan dan pemantapan secara terus-
 menerus dan berkelanjutan.
         Pengembangan instruksional sebagai suatu proses yang sistematis untuk
 menghasilkan suatu sistem instruksional yang siap digunakan merupakan proses yang
 panjang. Sebagai suatu siklus dan sistem instruksional keseluruhan, letak pengembangan
 instruksional berada paling awal. Proses tersebut disusul dengan implementasi dan diakhiri
 dengan evaluasi.
         Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang
 diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembel-
 ajaran tertentu. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam
 rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pem-
 belajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang
 akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan
 menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.
         Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisis
 instruksional/tugas yang perlu dilakukan, yaitu: (1) mengidenifikasi keterampilan prasyarat
 (prerequisite skills); (2) mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills); (3)
 merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut menuju
 keterampilan akhir.
         Pemahaman terhadap perilaku keterampilan awal siswa terkait dengan suatu tugas
 belajar akan menjadi basis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih sesuai
 dengan kemampuan kelompok sasaran (siswa) pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil
 asesmen terhadap perilaku awal tersebut, guru dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku
 spesifik yang masih perlu dikembangkan dan merumuskannya sebagai tujuan pembelajaran
 khusus sebagai target belajar bagi siswanya.
         Penyusunan TPK yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang dikenal dengan
 ABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut: A = Audience, B = Behavior, C =
 Condition, D = Degree.

 E. Penilaian

 1. Buatlah tujuan instruksional umum untuk bidang studi Bahasa yang Anda ajarkan di
    Sekolah Menengah!
 2. Dengan menggunakan TIU yang telah Anda rumuskan, lakukanlah analisis instruksional
    dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan!
 3. Lakukanlah identifikasi perilaku awal yang biasa Anda temukan pada siswa yang
    berkaitan dengan TIU yang telah Anda rumuskan!
 4. Buatlah TIK dari TIU yang telah Anda rumuskan!



Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                         75
Universitas Negeri Makassar
PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKAN
      KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH


 A. Pendahuluan
         Sekolah merupakan tempat belajar bagi siswa. Sebagian tugas guru di kelas adalah
 membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Pembelajaran yang
 efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan
 belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar
 apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim
 dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu, guru perlu menata dan mengelola
 lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan
 menstimulasi setiap anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
         Pengelolaan kelas merupakan kompetensi yang sangat penting dikuasai guru dalaam
 kerangka keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam sebuah kelas, guru berhadapan
 dengan sejumlah siswa yang memiliki karakter dan latar belakang pengalaman yang
 berbeda-beda. Untuk dapat melayani dan memenuhi kebutuhan siswa menurut karakter
 yang mereka miliki, diperlukan kemampuan mengelola kelas.

 1. Tujuan Instruksional Umum
        Secara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang pengelolaan kelas dalam
 pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan
 dapat memahami sistem pengelolaan kelas dalam pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP
 di Sekolah Menengah yang dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar.

 2. Tujuan Instruksional Khusus
         Setelah mempelajari uraian materi tentang pengelolaan kelas dalam pembelajaran
 Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu:
 a. menjelaskan pengertian pengelolaan kelas;
 b. menguraikan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas;
 c. menerapkan proses penciptaan atmosfer belajar;
 d. menjelaskan model-model pengaturan meja-kursi dalam kelas;
 e. menjelaskan cara penataan lingkungan kelas yang kondusif;
 f. mendesaian pengelolaan aktivitas belajar siswa;
 g. mendesaian pengelolaan waktu belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
     dirumuskan.

 B. Pengertian Pengelolaan Kelas
        Pengertian pengelolaan kelas secara tradisional adalah tindakan yang dilakukan oleh
 guru untuk menegakkan ketertiban kelas, sedangkan pengertian pengelolaan kelas secara
 progresif adalah semua upaya dan tindakan guru dalam memanfaatkan sumber daya kelas
 secara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelas agar proses
 pembelajaran dapat berangsung secara efektif.
        Pengertian pengelolaan kelas menurut para ahli dapat diuraikan berikut ini. Menurut
 Made Fidarte dengan mengutip pendapat Lois V. Johelson dan Mary A. Bani bahwa
 pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
 problema dan situasi kelas. Dalam hal ini guru bertugas menciptakan, mempertahankan,
 dan memelihara sistem/organisasi kelas.
        Menurut Sudirman, dkk., pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi
 kelas. Hadari menjelaskan bahwa pengelolaan kelas sebagai kemampuan guru atau wali
 kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                          76
Universitas Negeri Makassar
luasnya pada setiap person dalam kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan
 dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien serta untuk melakukan kegiatan-
 kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.
 Jadi, dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
 dengan segaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau pengaturan kelas untuk
 kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yaitu pengelolaan yang
 menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

 C. Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan Kelas
         Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam proses belajar mengajar,
 prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan adalah:
 1. Kehangatan dan keantusiasan
    Kehangatan dan keantusiasan guru dapat mempermudah terciptanya iklim kelas yang
    menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang
    optimal.
 2. Tatangan
    Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah
    siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
    menyimpang.
 3. Bervariasi
    Penggunaan alat atau media, gaya mengajar, dan interaksi belajar mengajar yang
    bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif yang sekaligus
    dapat menghindari kejenuhan.
 4. Keluesan
    Keluesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
    kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar
    yang efektif.
 5. Penekananan pada hal-hal yang positif
    Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang
    positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
    Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap
    tingkah laku anak didik yang positif dengan pemberian penguatan yang positif dan
    kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses
    belajar mengajar.
 6. Penanaman disiplin diri
    Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan
    kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri
    sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian
    diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

 D. Penciptaan Atmosfir Belajar
        Atmosfir atau iklim yang tercipta dalam interaksi belajar mengajar di kelas
 memegang peranan penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan siswa
 dalam belajar. Karena itu, guru perlu menciptakan iklim komunikasi dan interaksi dalam
 kelas yang kondusif bagi proses pembelajaran.
        Berikut dikemukakan beberapa kondisi dan iklim kelas yang dapat mendorong
 proses pembelajaran yang efektif.




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                      77
Universitas Negeri Makassar
a. Menyenangkan
     Menyenangkan terkait dengan aspek afektif (perasaan). Guru harus berani mengubah
     iklim dari suka ke bisa. Guru harus memilki jiwa pendidik; bersikap ramah, suka
     tersenyum, berkomunikasi dengan santun dan patut, adil terhadap semua siswa, dan
     senanatiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
 b. Mengasyikkan
     Mengasyikkan terkait dengan perilaku (learning to do). Guru hendaknya dapat me-
     ngundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan
     menantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Untuk itu, guru harus menciptakan
     kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang dekat dengan
     kehidupan siswa. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang
     kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru.
 c. Mencerdaskan
     Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan
     kecerdasan majemuk (multiple intelegency). Pemberdayaan otak kiri dan otak kanan harus
     dicermati dalam proses pembelajaran. Pilihlah tema yang dapat mengajak anak bukan
     hanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk
     menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak kalah pentingnya
     adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pel-
     ajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan
     utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill).
 d. Menguatkan
     Menguatkan terkait dengan proses 3 M sebelumnya. Jika anak senang dan asyik, tentu
     saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian
     anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar. Anak-anak yang memiliki pribadi
     yang kuatlah yang diharapkan bangsa kita untuk mengatasi dan keluar dari berbagai
     kemelut multidimensi dan dapat menyongsong era globalisasi.
 e. Hidup dan Memberi Kebebasan
     Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol
     terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi
     kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk
     terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan
     dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya,
     mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
     dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
         Prakarsa anak untuk belajar (the will to learn) akan mati bila kepadanya dihadapkan
 pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar, sebagaimana
 ditemukan dalam paradigma behavioristik. Banyaknya aturan yang seringkali dibuat oleh
 guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan
 sekaligus diselimuti rasa bersalah. Lebih jauh lagi, anak-anak akan kehilangan kebebasan
 berbuat dan melakukan kontrol diri (Kontrol diri, dalam hal ini, bisa menjadi modal awal
 penumbuhan penghargaan pada keragaman).

 E. Pengaturan Meja-Kursi
        Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling
 berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk
 melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan,
 dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-
 kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak
 beraturan. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah
 tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                         78
Universitas Negeri Makassar
yang tinggi.
         Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh
 guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.
 1. Model huruf U
                 odel susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam
                 model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat
                 melihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka
 bisa saling berhadapan langsung. Susunan model ini juga memudahkan untuk membagi
 bahan pelajaran kepada siswa secara cepat, di mana guru dapat masuk ke dalam huruf U
 dan berjalan ke berbagai arah.
 Dalam menyusun meja-kursi model U, sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat
 duduk dengan yang lainnya sehingga kelompok kecil siswa yang terdiri atas tiga orang atau
 lebih dapat keluar-masuk dari tempatnya dengan mudah.
 2. Model Corak Tim
              Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di
              ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan
              setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi
 meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi
 melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
 3. Model Meja Konferensi
                   Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi
                   dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa. Susunan meja kursi
                   pada model ini dapat dilihat pada foto sebagai berikut ini.
 4. Model Lingkaran
               Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran
               sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model
               lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan
               yang cukup, sehingga guru dapat menyuruh siswa menyusun kursi-kursi
 mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. Jika mereka ingin menulis,
 mereka dapat menghadap ke meja masing-masing, namun jika mereka berdiskusi, mereka
 dapat memutar kursi untuk berhadap-hadapan satu sama lain.
 5. Model Fishbowl
               Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk
               menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok.
               Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru
 juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada
 sisi luar.
 6. Model Breakout groupings
                 Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja
                 dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas
                 belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-
                 pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling
 mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh
 dari ruang kelas utama sehingga hubungan di antara mereka dapat tetap terjaga.
 7. Model Workstation
                 Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswa
                 duduk secara berpasangan pada meja tertentu untuk mengerjakan suatu tugas
                 (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laboral, dsb)
                 sesaat setelah dimenostrasikan. Meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa



Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                         79
Universitas Negeri Makassar
dapat bekerja secara berpasangan sebagai partner belajar. Susunan seperti ini tepat
 digunakan bila pokok bahasan melibatkan tugas mandiri (seat work) sekaligus tugas
 kelompok kecil.

 F. Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra Belajar
         Sentra belajar merupakan area khusus di ruang kelas untuk menata materi,
 perlengkapan, peralatan, dan karya siswa yang terkait dengan pokok bahasan, keterampilan
 atau kegiatan tertentu. Sentra belajar bisa berlokasi di atas meja, rak buku, sudut ruang, atau
 bahkan di kolong meja. Sentra belajar bisa bersifat permanen atau hanya terkait dengan
 kegiatan atau bidang pembelajaran tertentu, misalnya sentra penerbitan, sentra pembel-
 ajaran matematika, dsb. Sentra belajar juga bisa bersifat fleksibel dan sementara (ditata
 untuk keperluan, tema, atau unit tertentu yang dipelajari).
         Dalam menata kelas menjadi sentra belajar, siswa perlu dilibatkan, baik dalam
 perencanaan, desain, pembuatan, ataupun pengadaan sumber-sumber tertentu yang
 diperlukan. Pelibatan siswa dalam merancang ruang kelas dapat membangun rasa
 kebanggaan dan kebersamaan di kalangan siswa. Di samping itu, pelibatan siswa tersebut
 juga membantu membangun keterampilan “perawatan rumah” yang dipelukan untuk
 mempertahankan suasana kelas yang aktif dan berorientasi pada siswa. Untuk masud
 tersebut, guru dapat mendorong siswa untuk memiliki dan mengemukakan beberapa
 pilihan dalam menyusun aturan dasar bagi kegiatan berbasis-sentra mereka.
 Guna mengoptimalkan lingkungan kelas sebagai sentra belajar, maka hasil-hasil pekerjaan
 siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Yang dipajangkan dapat berupa
 hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta,
 diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh
 dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru
 dalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
 masalah. Di samping itu itu, karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi
 sebagai reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
 menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
         Kehadiran suara musik lembut di kelas juga diyakini dapat memperkuat daya tahan
 dan konsentrasi belajar siswa. Suara musik yang lembut, semacam orkestra karya Bethoven
 atau musik klasik lainnya, memiliki nada-nada yang seirama dengan panjang gelombang
 otak manusia, sehingga dapat menjaga daya tahan otak untuk aktif dan bekerja, seperti saat
 belajar. Di samping itu, belajar sambil mendengar musik dapat menciptakan suasana
 menyenangkan dan rasa betah tinggal di kelas. Oleh karena itu, jika dana memungkinkan, di
 setiap kelas dapat disediakan radio tape untuk memutar dan memperdengarkan musik-
 musik lembut, khususnya saat siswa mengerjakan tugas-tugas yang menuntut konsentrasi
 dan dan daya pikir yang tinggi. Akan lebih baik, jika di kelas telah dipersiapkan dengan
 sound-system yang baik.
         Penataan ruang kelas perlu pula diarahkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan
 memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Guru bersama siswa
 dapat memilih gambar-gambar atau pesan-pesan tertulis yang memuat pesan spritual untuk
 dipajang di dalam kelas. Dengan demikian, setiap hari siswa berinteraksi dengan
 lingkungan fisik kelas yang spritualistik. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar
 dan pesan verbal yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau
 pesan-pesan tersebut. Siswa dapat dan perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan
 pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat
 gambar, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan
 dipajang dalam kelas.
         Penggunaan sistem moving-class (kelas berpindah) merupakan alternatif yang dapat
 ditempuh untuk mengefektifkan penataan ruangan kelas sebagai sentra belajar. Dalam

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                             80
Universitas Negeri Makassar
sistem moving-class ini, ruang-ruang kelas tertentu dapat ditata khusus untuk mendukung
 pembelajaran mata pelajaran tertentu. Ada kelas sains, kelas bahasa, kelas matematika, kelas
 kesenian, dan sebagainya. Kelas-kelas ini ditata menjadi semacam home-room atau sentra
 belajar khusus. Meja, kursi, peralatan, media, pajangan, dan berbagai aspek yang ada di kelas
 diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan dan karaketeristik pembelajaran mata pelajaran
 tertentu.
          Penggunaan sistem moving-class seperti ini memiliki beberapa keuntungan, sebagai
 berikut:
 1. Atmosfir dan tatanan kelas dapat memperlancar aktivitas dan proses pembelajaran.
     Semua elemen dalam kelas menjadi semacam reinforcer (penguat) dan stimulator untuk
     membangkitkan gairah dan aktivitas belajar terhadap mata pelajaran tertentu.
 2. Memungkinkan penggunaan sarana, fasilitas, serta berbagai media dan peralatan belajar
     secara lebih efisien. Media dan peralatan pembelajaran Sains, misalnya, tidak perlu ada
     di semua kelas, semua kebutuhan pembelajaran mata pelajaran tersebut cukup
     ditempatkan dan ditata khusus pada kelas tertentu. Demikian pula kebutuhan media
     dan alat bantu belajar pada mata-mata pelajaran lainnya ditata khusus pada kelas-kelas
     tersendiri.
 3. Setiap hari, siswa dapat menikmati dan mengalami proses belajar pada tempat dan
     lingkungan belajar yang bervariasi. Mobilitas gerak seperi Ini dapat menghindarkan
     siswa dari kejenuhan akibat tata ruang kelas yang monoton.
 4. Pergerakan-pergerakan yang dialami siswa saat perpindahan kelas memungkinkan
     terjadinya interkasi yang lebih aktif dan hidup di kalangan siswa. Ini dapat menstimulasi
     dan mengembangkan sikap-sikap empati, kerjasama, kepedulian, dan berbagai sikap
     prososial siswa lainnya.

 G. Pengelolaan Aktivitas Belajar Siswa
         Biasanya, pengelolaan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam beragam bentuk
 seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perIu
 diperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain jenis kegiatan, tujuan
 kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana/prasarana. Hal yang
 sangat penting perIu diperhitungkan adalah keberagaman karakteristik siswa. Guru harus
 memahami bahwa setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk itu, perlu
 dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan setiap siswa
 memperoleh peluang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensinya. Berikut
 ini beberapa contoh perbedaan karakteristik masing-masing siswa (lihat Tabel 1).

 Tabel 1      Faktor Keberagaman Karekteristik Siswa dan Implikasi bagi Pengelolaan Siswa

           Faktor                                     Pengelolaan Siswa
       Keberagaman
  Isi (by content)              Memberikan peluang kepada siswa untuk mempelajari materi
                                yang berbeda dalam sasaran kompetensi yang sama ataupun
                                berbeda.
  Minat dan motivasi            Memberikan peluang kepada siswa untuk berkreasi sesuai dengan
  siswa (by interest)           minat dan motivasi belajar terlepas dari kompetensi yang sama
                                atau berbeda. Hal ini diharapkan mampu memacu motivasi siswa
                                untuk belajar lebih lanjut secara mandiri.
  Kecepatan tahapan             Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar (bekerja) sesuai
  belajar (by piece)            dengan kecepatan belajar yang dimilikinya. Keberagaman bisa
                                pada kompetensi dan/atau isi materi pelajaran, serta kegiatan
                                yang dilakukan siswa.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                             81
Universitas Negeri Makassar
Tingkat kemampuan             Memberikan peluang kepada setiap siswa untuk mencapai
  (by level)                    kompetensi secara maksimal sesuai dengan tingkat kemampuan
                                yang dimiliki. Keberagaman bisa pada kompetensi dan/ atau isi
                                materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan siswa.
  Reaksi yang                   Memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa untuk
  diberikan siswa (by           menunjukkan respon melalui presentasi/penyajian hasil karyanya
  respond)                      secara lisan, tenulis, benda kreasi, dan sebagainya.
  Siklus cara berpikir          Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menguasai
  (by circular sequence)        materi melalui cara-cara berdasarkan perspektif yang mereka
                                pilih. Struktur pengetahuan (by structure) memberikan
                                kesempatan kepada siswa untuk memilih (menyeleksi) materi
                                berdasarkan cara yang dikuasai, misalnya: dari yang mudah ke
                                sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari dekat ke
                                jauh.
  Waktu (by time)               Memberikan perhatian kepada setiap individu siswa yang
                                kemungkinannya memiliki perbedaan durasi untuk mencapai
                                ketuntasan dalam belajar.
  Pendekatan                    Memberikan perlakuan yang berbeda kepada setiap individu
  pembelajaran (by              sesuai dengan keadaan siswa.
  teaching style)

 H. Pengelolaan Waktu
         Pembelajaran berlangsung selama priode waktu tertentu. Waktu merupakan sumber
 terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secara efesien dan efektif. Alokasi waktu
 pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah dialokasikan dalam satuan jam
 tertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat digunakan secara optimal untuk
 menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa.
          Guna mengoptimalkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kebutuhan
 pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini.
 1. Hindari waktu terbuang akibat keterlambatan penyiapan sumber atau media, penundaan
     memulai awal pembelajaran, atau terlalu banyak menggunakan waktu untuk
     menyelesaikan tugas administratif. Guru perlu menemukan cara-cara kerja yang efisien
     dalam menyelesaikan tugas-tugas administratif yang memang perlu dilakukan untuk
     menunjung program pembelajarannya. Penggunaan komputer merupakan salah satu
     cara yang dapat ditempuh.
 2. Mulai pembelajaran pada waktunya. Hindari menghabiskan terlalu banyak waktu
     menghadapi siswa terlambat atau problem siswa lain. Guru terkadang terlalu banyak
     menghabiskan waktu mengurusi siswa-siswa terlambat atau menampilkan perilaku
     salah-suai lainnya. Siswa-siswa semacam itu sebaiknya ditangani setelah waktu
     pembelajaran, atau dilimpahkan ke konselor sekolah.
 3. Hindari menghentikan PBM sebelum waktunya. Jika skenario pembelajaran disiapkan
     dengan baik, guru dapat mememperkirakan macam dan kuantitas kegiatan pembelajaran
     yang sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan. Dengan demikian, sumber-sumber
     waktu yang disediakan untuk setiap jam pembelajaran dapat digunakan secara efektif
     dan efisien.
 4. Hindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu selama proses pembelajaran.
     Kondisikan agar prosedur dan kegiatan rutin siswa di kelas dapat dilakukan dengan
     lancar dan cepat. Gunakan petunjuk tertulis, denah, atau gambar untuk membantu siswa
     memahami apa yang harus dilakukan, bagaimana dan di mana suatu tugas harus
     dilakukan. Tata peralatan dan bahan yang diperlukan sedemikian rupa di lokasi yang
     mudah dijangkau dan digunakan oleh semua siswa saat dibutuhkan. Penataan ruang
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                               82
Universitas Negeri Makassar
kelas yang baik, sebagaimana diuraikan sebelumnya, dapat membantu memperlancar
    aktivitas pembelajaran di kelas.
 5. Tingkatkan time on-task setiap siswa untuk mengikuti setiap sesi pembelajartan. Time on-
    task siswa, yaitu curah waktu dimana siswa secara aktif terlibat secara mental pada
    proses belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang
    menarik, bersifat melibatkan, dan sesuai dengan minat siswa.
 6. Pertahankan momentum belajar. Momentum belajar adalah momen, kesempatan, atau saat
    khusus tertentu di mana kelas sedang berada pada kondisi sangat kondusif dan terlibat
    aktif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa bergiat untuk saling belajar.
    Mempertahan momentum belajar selama proses pembelajaran merupakan salah satu
    kunci untuk menjaga tingkat keterlibatan belajar yang tinggi. Dalam kelas yang menjaga
    momentum dengan baik, siswa selalu memiliki sesuatu untuk dilakukan dan begitu
    pekerjaan dimulai tidak ada lagi gangguan yang merusak konsentrasi belajar.

 I. Rangkuman
          Pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru dalam memanfaatkan
 sumber daya kelas secara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelas
 agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif.
          Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam proses belajar mengajar, ada
 enam prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan, yaitu (1) kehangatan dan
 keantusiasan, (2) tatangan , (3) bervariasi, (4) keluesan, (5) penekananan pada hal-hal yang
 positif, dan (6) penanaman disiplin diri.
          Kondisi dan iklim kelas yang dapat mendorong proses pembelajaran yang efektif,
 yaitu: (1) menyenangkan , (2) mngasyikkan, (3) mencerdaskan, (4) menguatkan, (5) hidup dan
 memberi kebebasan.
          Beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna
 meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: (1)
 model huruf U, (2) model corak tim, (3) model meja konferensi, (4) model lingkaran,       (5)
 model fishbowl, (6) model breakout groupings, (67) model Workstation.
          Penataan ruang kelas perlu pula diarahkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan
 memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa.
          Biasanya, pengelolaan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam beragam bentuk
 seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perIu
 diperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain jenis kegiatan, tujuan
 kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana/prasarana.
          Waktu merupakan sumber terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secara
 efesien dan efektif. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah
 dialokasikan dalam satuan jam tertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat
 digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa.

 J. Penilaian
       Berdasarkan TIU dan TIK yang telah Anda rumuskan, buatlah rancangan atau desain
 pengelolaan kelas yang kondusif dalam pencapaian tujuan tersebut dengan
 mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas; penciptaan atmosfer belajar;
 model-model pengaturan meja-kursi dalam kelas; pengelolaan aktivitas belajar siswa; dan
 pengelolaan waktu belajar!




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                           83
Universitas Negeri Makassar
Workshop Model Pembelajaran
 Bahasa P3G - Bahasa                               Lembar Kerja Guru



 Pengelolaan Kelas
           Nama                       : ______________________________________________
           Mata Pelajaran             : ______________________________________________
           Kabupaten/Kota             : ______________________________________________
            SMP                SMP              SMA                  SMK




 PETUNJUK
       Lengkapi rancangan pengelolaan kelas berikut ini sesuai dengan pilihan pokok
 bahasan di atas agar terbentuk kondisi dan lingkungan kelas yang kondusif.

     a. Penciptaan Atmosfir Belajar
        Kegiatan untuk menciptakan iklim kelas berikut ini yang menyenangkan,
        mengasyikkan, mencerdaskan, menguatkan, hidup dan memberi kebebasan:




     b. Pengaturan Meja-kursi
        Model-model yang akan digunakan:




     c. Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra Belajar
        Sentra belajar:




          Kelengkapan/Peralatan:




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                         84
Universitas Negeri Makassar
d. Penggunaan Musik




     e. Penerapan Sistem Moving-Class (Kelas Berpindah)
        Sentra belajar khusus:




     f.   Pengelolaan Aktivitas Belajar Siswa
          Variari kegiatan pembelajaran:




     g. Pengelolaan Waktu
        Tentukan waktu yang dibutuhkan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan:




Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                    85
Universitas Negeri Makassar
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKAN KURIKULUM
              TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH


 A. Pendahuluan
             Guru merupakan sosok yang bergelut di dunia seni, seni yang digelutinya adalah
 seni mengajar. Mengajar dikatakan sebagai seni sebab mengajar merupakan proses aktivitas
 pembelajaran yang melibatkan semua unsur inderawi, pikiran, perasaan, nilai dan sikap
 yang secara terintegrasi membangun dan mendorong perubahan siswa. Untuk mencapai
 proses itu, guru membutuhkan gaya tersendiri dalam mengelola pembelajaran agar menarik,
 menyenangkan, dan memberikan manfaat bagi siswa. Hal itu berarti bahwa aspek strategi
 pembelajaran diolah di dalam kelas dengan pengalaman guru yang telah dipetik selama ini,
 yang pada akhirnya memunculkan kesan tersendiri bagi guru. Di situlah letak seni mengajar
 itu.
        Untuk menjadi guru yang baik, guru membutuhkan perjalanan yang panjang,
 kompleks, dan keasyikan tersendiri. Perhatian terhadap pembelajaran sangat dibutuhkan
 bagi keberhasilan guru. Perhatian itu terfokus ke dalam penggunaan strategi pembelajaran
 dengan tepat. Apalagi, perkembangan strategi pembelajaran saat ini sangat cepat. Tentunya
 banyak hal baru yang perlu dipahami berkenaan dengan perkembangan strategi
 pembelajaran itu. Lebih-lebih saat ini, Kurikulum 2006 (KTSP) yang berbasis kompetensi itu
 mengisyaratkan perubahan ke arah kompetensi dasar Bahasa. Dengan KTSP itu, guru
 dituntut dapat lebih fleksibel dalam menjabarkan materi pokok pembelajaran

 1. Tujuan Instruksional Umum
        Secara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang strategi pembelajaran
 Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan dapat
 memahami berbagai macam strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP yang dapat
 diterapkan di Sekolah Menengah.

 2. Tujuan Instruksional Khusus
        Setelah mempelajari uraian materi tentang strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan
 KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu:
 a. menjelaskan pengertian strategi pembelajaran;
 b. menguraikan prinsip umum pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran;
 c. menjelaskan 11 jenis strategi pembelajaran Bahasa di Sekolah Menengah.

 B. Pengertian Strategi Pembelajaran
         Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang
 berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Dick
 & Carey, 1985; Kemp, 1995; Sanjaya, 2006). Dari pengertian ini nampak bahwa strategi
 pembelajaran merupakan kegiatan terencana dengan mempertimbangkan dan
 memanfaatkan berbagai sumber daya (termasuk kondisi siswa, waktu, media dan sumber
 belajar lainnya) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Selain itu, strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan dengan baik oleh guru
 dapat mendorong siswa untuk aktif mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas, sebagaimana
 telah dinyatakan oleh Oxford (1990:1) bahwa pemilihan dan penggunaan strategi
 pembelajaran secara baik dapat berdampak pada meningkatnya keterampilan mengajar
 guru dan rasa percaya dirinya.
         Strategi pembelajaran berbeda dengan pendekatan (approach) dalam pembelajaran.
 Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
 terhadap proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                        86
Universitas Negeri Makassar
pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) mengemukakan dua pendekatan pembelajaran, yaitu
 pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approach) dan pendekatan yang
 berpusat pada siswa (student-centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru
 misalnya menurunkan strategi pembelajaran ekspositori atau pembelajaran langsung (direct
 instruction). Sedangkan, pendekatan yang berpusat pada siswa antara lain menurunkan
 strategi discovery dan inquiry.
         Joyce and Weil (1996) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran dapat
 dikategorikan dalam empat kelompok seperti ditunjukkan pada tabel 1.

                  Tabel 1 Empat kategori strategi pembelajaran dari Joyce & Weil (1996)

                                                                            Contoh Strategi
              Kategori                            Fokus
                                                                             Pembelajaran
  Sistem behavioristik                  Kecakapan dan perilaku         Pembelajaran langsung
                                        peserta didik                   (direct instruction)
                                                                       Pembelajaran tuntas
                                                                        (mastery learning)

  Pemrosesan informasi                  Pengembangan konsep dan        Pencapaian konsep
                                        prinsip di dalam psikologi      (concept attainment)
                                        kognitif                       Pelatihan inkuiri (inquiry
                                                                        training)
                                                                       Pengembangan
                                                                        kemampuan berpikir
  Pengembangan diri                     Hasil belajar yang             Facilitative teaching
                                        diharapkan dari pendidik       Increasing personal
                                        yang beraliran humanistik,      awarenes
                                        seperti;                       Synectics
                                         Konsep-diri dan rasa
                                           percaya diri yang tinggi
                                         Kemandirian
                                         Kreativitas dan rasa
                                           ingin tahu
                                         Pengembangan sikap
                                           dan emosi
  Interaksi Sosial                      Pengembangan konsep dan        Kooperatif
                                        kecakapan yang diperlukan      Bermain peran (role-
                                        untuk bekerja di dalam          playing)
                                        kelompok


 C. Pemilihan dan Penggunaan Strategi Pembelajaran
         Prinsip umum pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak
 semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
 keadaan. Killen (1998) mengemukakan bahwa” No teaching strategy is better than others in all
 circumstances, so you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational
 decisions about when each of teaching strategies is likely to most effective”. Menurut Sanjaya
 (2006) ada empat prinsip utama penggunaan strategi pembelajaran, yakni; (i) berorientasi pada
 tujuan, (ii) aktivitas, (iii) individualitas, dan (iv) integritas.



Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24
                                                                                                     87
Universitas Negeri Makassar
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa
Analisis Kompetensi Bahasa

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab
4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab
4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawabagusjatirokeh
 
Rpp kls 6.docx
Rpp kls 6.docxRpp kls 6.docx
Rpp kls 6.docxMaman Med
 
BHS Daerah silabus k13 sma kelas xii
BHS Daerah silabus k13 sma kelas xiiBHS Daerah silabus k13 sma kelas xii
BHS Daerah silabus k13 sma kelas xiiEdi Hidayat
 
RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RifkamaliaS
 
RPP PAI kelas 4 Revisi 2017
RPP PAI kelas 4 Revisi 2017RPP PAI kelas 4 Revisi 2017
RPP PAI kelas 4 Revisi 2017miftah1984
 
RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2
RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2
RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2Amin Eko Wulandari
 
RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RifkamaliaS
 
RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RifkamaliaS
 
Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1
Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1  Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1
Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1 mediasmansawira
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranMarliena An
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11sitisarahrahmania
 
Pemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XII
Pemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XIIPemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XII
Pemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XIINila Suyanti
 
Makalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugisMakalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugissyukursalman
 

La actualidad más candente (20)

4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab
4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab
4. memahami ayat ayat al-qur’an tentang harta dan tanggung jawab
 
Rpp kls 6.docx
Rpp kls 6.docxRpp kls 6.docx
Rpp kls 6.docx
 
1 bahasa melayu
1 bahasa melayu1 bahasa melayu
1 bahasa melayu
 
BHS Daerah silabus k13 sma kelas xii
BHS Daerah silabus k13 sma kelas xiiBHS Daerah silabus k13 sma kelas xii
BHS Daerah silabus k13 sma kelas xii
 
RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VII QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
 
RPP PAI kelas 4 Revisi 2017
RPP PAI kelas 4 Revisi 2017RPP PAI kelas 4 Revisi 2017
RPP PAI kelas 4 Revisi 2017
 
RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2
RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2
RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMK KELAS X SEMESTER 2
 
Hakikat menulis
Hakikat menulisHakikat menulis
Hakikat menulis
 
RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB VI QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
 
RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
RPP BAB V QURDIST KELAS 7 SEMESTER 1
 
Qur'an hadits 3 smt 2
Qur'an hadits 3 smt 2Qur'an hadits 3 smt 2
Qur'an hadits 3 smt 2
 
Rpp bhs arab x ganjil
Rpp bhs arab x ganjilRpp bhs arab x ganjil
Rpp bhs arab x ganjil
 
Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1
Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1  Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1
Silabus Bahsa Indonesia Kelas X Semester 1
 
Rpp forward smk x unit 2
Rpp forward smk x unit 2Rpp forward smk x unit 2
Rpp forward smk x unit 2
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 11
 
062 bahasa bugis
062 bahasa bugis062 bahasa bugis
062 bahasa bugis
 
Qur'an hadits 2 smt 2
Qur'an hadits 2 smt 2Qur'an hadits 2 smt 2
Qur'an hadits 2 smt 2
 
Pemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XII
Pemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XIIPemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XII
Pemetaan SK/KD Bhs Inggris Kls XII
 
Makalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugisMakalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugis
 

Similar a Analisis Kompetensi Bahasa

Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang KreasiLiterasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang KreasiSyarifatul Marwiyah
 
3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx
3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx
3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptxSholihudin1
 
BAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdf
BAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdfBAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdf
BAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdfTanayaAta
 
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa IndonesiaKD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa IndonesiaDini Zakia
 
Pengembangan Profesi Guru
Pengembangan Profesi GuruPengembangan Profesi Guru
Pengembangan Profesi GuruErni Susanti
 
FINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docx
FINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docxFINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docx
FINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docxMultiNingsari
 
2.1_Capaian pembelajaran.pptx
2.1_Capaian pembelajaran.pptx2.1_Capaian pembelajaran.pptx
2.1_Capaian pembelajaran.pptxhery665956
 
Penguatan Literasi_ Az.pptx
Penguatan Literasi_ Az.pptxPenguatan Literasi_ Az.pptx
Penguatan Literasi_ Az.pptxDoniApriyanto2
 
IKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptx
IKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptxIKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptx
IKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptxIsmiArrikh
 
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7sitisarahrahmania
 
TUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docx
TUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docxTUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docx
TUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docxelokkiswanto
 
ATP dan Pemetaan BI Dadeng.docx
ATP dan Pemetaan BI Dadeng.docxATP dan Pemetaan BI Dadeng.docx
ATP dan Pemetaan BI Dadeng.docxyeninuraeni37
 
Lembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docx
Lembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docxLembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docx
Lembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docxUsep Saefuddin
 
Prota Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMP
Prota Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMPProta Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMP
Prota Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMPModul Guruku
 
2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf
2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf
2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdfssuser89d2d8
 
3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx
3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx
3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptxtriyatnospd00
 
Dina-Kompetensi Teknis Guru
Dina-Kompetensi Teknis GuruDina-Kompetensi Teknis Guru
Dina-Kompetensi Teknis GuruDina575992
 

Similar a Analisis Kompetensi Bahasa (20)

Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang KreasiLiterasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
 
3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx
3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx
3. Analisis CP, penyusunan ATP dan Modul Ajar.pptx
 
BAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdf
BAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdfBAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdf
BAHAN TAYANG INSPIRASI LITERASI.pdf
 
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa IndonesiaKD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
 
2 model pembelajaran
2 model pembelajaran2 model pembelajaran
2 model pembelajaran
 
Pengembangan Profesi Guru
Pengembangan Profesi GuruPengembangan Profesi Guru
Pengembangan Profesi Guru
 
FINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docx
FINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docxFINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docx
FINAL ATP_IND_Irmayanti_SMA_E.docx
 
2.1_Capaian pembelajaran.pptx
2.1_Capaian pembelajaran.pptx2.1_Capaian pembelajaran.pptx
2.1_Capaian pembelajaran.pptx
 
Penguatan Literasi_ Az.pptx
Penguatan Literasi_ Az.pptxPenguatan Literasi_ Az.pptx
Penguatan Literasi_ Az.pptx
 
IKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptx
IKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptxIKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptx
IKM CP TP ATP Tenjo 12-10-2023.pptx
 
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti RPP Bab 7
 
TUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docx
TUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docxTUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docx
TUGAS RPP 1 r persiapan peer teaching.docx
 
ATP dan Pemetaan BI Dadeng.docx
ATP dan Pemetaan BI Dadeng.docxATP dan Pemetaan BI Dadeng.docx
ATP dan Pemetaan BI Dadeng.docx
 
Lembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docx
Lembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docxLembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docx
Lembar Kerja Literasi_SDN Sukasari I.docx
 
Rpp bi new
Rpp bi newRpp bi new
Rpp bi new
 
Prota Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMP
Prota Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMPProta Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMP
Prota Bahasa Indonesia Fase D Kelas 7 SMP
 
2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf
2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf
2 ATP BAHASA INGGRIS - KELAS X.pdf
 
CP,TP,ATP Kurmer (1).pptx
CP,TP,ATP Kurmer (1).pptxCP,TP,ATP Kurmer (1).pptx
CP,TP,ATP Kurmer (1).pptx
 
3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx
3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx
3. Materi CP - Sosialisasi IKM.pptx
 
Dina-Kompetensi Teknis Guru
Dina-Kompetensi Teknis GuruDina-Kompetensi Teknis Guru
Dina-Kompetensi Teknis Guru
 

Analisis Kompetensi Bahasa

  • 1. ANALISIS KOMPETENSI DAN PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH A. Pendahuluan Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya sangat penting untuk dilakukan sebab melalui pelatihan, guru dapat mengembangkan kompetensinya. Pemilikian kompetensi menjadi suatu keharusan bagi seseorang guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas dasar itulah, maka dianggap perlu memaknai istilah kompetensi secara jelas. 1. Tujuan Instruksional Umum Secara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang analisis kompetensi dan perumusan tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan dapat melakukan analisis kompetensi dan merumuskan tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP diSekolah Menengah. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari uraian materi tentang analisis kompetensi dan perumusan tujuan pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu: a. Menjelaskan pengertian dan lima tipe kompetensi; b. Menerapkan cara menyusun kompetensi siswa dalam pembelajaran Bahasa; c. Menulis tujuan instruksional umum; d. Melakukan analisis instruksional; e. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa; f. Merumuskan tujuan instruksional khusus. B. Analisis Kompetensi 1. Pengertian Kompetensi Istilah kompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umum serta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Menurut Spencer dan Spencer (1993) kompetensi merupakan karakterisitik mendasar seseorang yang berhubungan secara timbal balik dengan suatu kritieria efektif kompetensi dan atau kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan. Lebih lanjut Spencer (1993) menyebutkan lima tipe kompetensi, kelima tipe tersebut adalah sebagai berikut. a. Motif, sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisiten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi. Misalnya, seseorang yang mempunyai motivasi akan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 59 Universitas Negeri Makassar
  • 2. menentukan tantangan untuk drinya sendiri, kemudian bertanggung jawab untuk menghadapi tantangan tersebut dan menggunakan balikan untuk memperbaikinya. b. Pembawaan, karakteristik fisik yang merespon secara konsisten berbagai situasi atau informasi. Misalnya, reaksi terhadap waktu dan sudut pandang yang baik adalah kompetensi bawaan dari seorang pilot pesawat empur. Kontrol emosi diri dan inisiatif merupakan respon konsisten yang lebih kompleks. Kompetensi bawaan yang dapat mengontrol emosi diri dan menumbuhkan inisiatif merupakan kompetesi dari seorang manajer yang berhasil. c. Konsep diri, adalah tingkah laku, nilai, atau citraan (image) seseorang. Misalnya, percaya diri. Seseorang yang percaya diri akan bekerja efektif pada berbagai situasi yang berbeda. d. Pengetahuan, adalah informasi khusus yang dimiliki seseorang. Misalnya, ahli bahasa memiliki pengetahuan tentang teori-teori kebahasaan. e. Keterampilan, adalah kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik dan mental. Misalnya, sastrawan memiliki pengetahuan dan kemampuan menciptakan karya sastra. Kelima tipe kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan pengembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran. 2. Cara Penyusunan Kompetensi Penyajian kompetensi yang baik haruslah dapat kecakapan berpikir, bekerja, dan prestasin seseorang. Dalam penyusunan kompetensi, perlu adanya perubahan penekanan pola pikir dan pola tindakan dari ”Apa yang harus dipelajari seorang siswa ke bagaimana membelajarkan siswa?” Selanjutnya, diperlukan persiapan yang memadai untuk menyusun kompetensi. Penyusunan kompetensi tidak dapat dilakukan sekali jadi. Diperlukan perbaikan dan pemantapan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Langkah-langkah dalam menyusun kompetensi dapat dilakukan seperti berikut ini. a. Menentukan kompetensi lulusan/hasil belajar pada akhir satu atau serangkaian pembelajaran. Gunakan kata-kata kerja dari taksonomi Bloom, Kratwohl, atau Anderson. Penentuan kompetensi perlu menjawab hal-hal berikut: 1) Isi/pengetahuan (apa yang harus diketahui siswa?) 2) Keterampilan (bagaimana cara siswa melakukan sesuatu?) 3) Sikap (bagaimana cara siswa berperilaku?) 4) Nilai (bagaimana keyakinan siswa terhadap sesuatu?) b. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti (jelas, lugas, tegas, serta dapat dikerjakan dan dinilai) oleh siswa dan pembaca umum, termasuk guru, orangtua, dan pengambil keputusan. c. Nyatakan target pencapaian kompetensi yang memberikan informasi tentang sejauhmana target kompetensi tersebut dapat dicapai? d. Batasi kompetensi yang akan dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan lebih fokus. e. Klasifikasi kompetensi yang sejenis ke dalam standar kompetensi, namun jangan memaksakan perumusan kompetensi yang terlalu sarat. Jika dianggap perlu, rumuskan kompetensi secara terpisah. f. Koordinasikan kompetensi yang memerlukan urutan untuk menunjukkan perkembangan, kesinambungan, keutuhan, dan keberlanjutan. Tunjukkan peningkatan penguasaan kompetensi dari yang lebih mendasar ke yang rumit, dan kompleks dalam urutan yang utuh. g. Hindari mencampurkan definisi kompetensi (apa yang siswa harus ketahui dan lakukan) dengan standar kinerja (seberapa baik) dan penilaian. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 60 Universitas Negeri Makassar
  • 3. h. Hindari anggapan untuk dapat merumuskan kompetensi secara sempurna pada tahan permulaan. Lakukan secara bertahap. Dalam menyiapkan pembelajaran, khususnya ketika membuat silabus, guru perlu mengkaji Standar Kompetensi sebagaimana tercantum pada Standar Isi dengan memperhatikan hal-hal berikut: (1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi; (2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; (3) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. 3. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa untuk SMP Standar Kompetensi yang tercantum dalam Standar Isi KTSP untuk SMP sesuai ruang lingkup mata pelajaran Bahasa, yaitu: a. Mendengarkan 1) Untuk kelas VII, yaitu: a) memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita b) mengapresiasi dongeng yang didengarkan c) memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara d) memahami pembacaan puisi 2) Untuk kelas VIII, yaitu: a) memahami wacana lisan berbentuk laporan b) mengapresiasi pementasan drama c) memahami isi berita dari radio/televisi d) memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan 3) Untuk kelas IX, yaitu: a) memahami dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio b) memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengar syair c) memahami isis pidato/khotbah/ceramah d) memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan kutipan/sinopsis novel b. Berbicara 1) Untuk kelas VII, yaitu: a) mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman b) mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita c) mengungkapkan pikiran dan perasaan informasi dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon d) mengungkapkan tanggapan terhadap pembicaraan cerpen 2) Untuk kelas VIII, yaitu: a) mengungkap berbagai informasi melalui wawancara dan presentase laporan b) mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran c) mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler d) mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi 3) Untuk kelas IX, yaitu: a) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan b) mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk yang lain c) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato/diskusi d) mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan drama Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 61 Universitas Negeri Makassar
  • 4. c. Membaca 1) Untuk kelas VII, yaitu: a) memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca b) memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca c) memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai d) memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak 2) Untuk kelas VIII, yaitu: a) memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat b) memahami teks drama dan novel remaja c) memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring d) memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi 3) Untuk kelas IX, yaitu: a) memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca memindai b) memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen) c) memahami ragam acana tulis dengan membaca ekstensif. Membaca intensif, dan membaca cepat d) memahami novel dari berbagai angkatan d. Menulis 1) Untuk kelas VII, yaitu: a) mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi b) mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng c) mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat d) mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi 2) Untuk kelas VIII, yaitu: a) mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk b) mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam menulis kreatif naskah drama c) mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster d) mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas 3) Untuk kelas IX, yaitu: a) mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karangan b) mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk cerita pendek c) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca d) menulis naskah drama Selanjutnya, guru dharapkan dapat mengembangkan sejumlah indikator pencapaian untuk setiap kompetensi dasar. Indikator pencapaian ialah karakteristik, ciri-ciri, tanda- tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 62 Universitas Negeri Makassar
  • 5. C. Perumusan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembel- ajaran tertentu. Pengertian lain menyebutkan, tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif. Perumusan tujuan pembelajaran yang baik perlu memperhatikan beberapa ketentuan. Berikut dikemukakan beberapa ketentuan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam rangka perumusan tujuan pembelajaran tersebut. 1. Taksonomi Tujuan Pembelajaran Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri- ciri tertentu. Taksonomi tujuan pembelajaran, dengan demikian, merupakan usaha mengelompokkan tujuan pembelajaran dalam susunan dalam urutan berdasarkan ciri yang dikandungnya. Taksonomi tujuan pembelajaran, menurut Suciati (2001), diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran Bahasa sebab tujuan pembelajaran tersebut berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan untuk menentukan perilaku yang diangap sebagai bukti hasil belajar Bahasa pada setiap tingkatan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah. b. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian, dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar Bahasa di Sekolah Menengah. Sejumlah ahli telah menyusun taksonomi untuk tujuan pembelajaran. Di antara ahli tersebut, yaitu Bloom, Gagne, Merril, Krathwohl, Martin dan Briggs, ataupun Gerlach dan Sullivan. Masing-masing ahli mempunyai kriteria pengelompokkan sendiri. Namun demikian, umumnya ahli tersebut sepakat bahwa taksonomi tujuan pembelajaran terbagi atas tiga kawasan utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. a. Tujuan Kognitif Tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir. Ini mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, seperti mengingat, sampai pada kemampuan yang tinggi, seperti kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah. Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori. Keenam kategori ini diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level tinggi dapat dicapai hanya apabila tujuan pada level lebih rendah telah dikuasai. Taksnomi perilaku keenam tujuan kognitif tersebut dikemukakan pada Tabel 1 berikut ini. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 63 Universitas Negeri Makassar
  • 6. Tabel 1 Taksonomi Perilaku dan Contoh Kata Kerja Operasional Tujuan Kognitif Taksonomi No. Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Perilaku Pengetahuan 2. Mengatahui............. (1) mengidentifikasikan Misalnya: istilah, kata benda, (2) menyebutkan kata kerja (3) menunjukkan (4) memberi nama (5) menyusun daftar (6) mengarisbawahi (7) menjodohkan (8) memilih (9) memberikan defenisi (10) menyatakan Pemahaman 3. Menerjemahkan (1) menjelaskan Menafsirkan (2) menguraikan Memperkirakan (3) merumuskan Menentukan ................ (4) merangkumkan Misalnya: metode, prosedur (5) mengubah (6) memberikan contoh tentang Memahami ................ (7) menyadur Misalnya: konsep, kaidah, (8) meramalkan prinsip, kaitan antara (9) menyimpulkan fakta dan isi pokok (10) memperkirakan (11) menerangkan Mengartikan (12) menggantikan Menginterpretasikan ...... (13) menarik kesimpulan Misalnya: tabel, grafik, bagan (14) meringkas (15) mengembangkan (16) membuktikan Penerapan 4. Memecahkan masalah (1) mendemonstrasikan Membuat bagan dan grafik (2) menghitung Menggunakan ....... (3) memperhitungkan Misalnya: metode/prosedur, (4) membuktikan konsep, kaidah, prinsip (5) menunjukkan (6) melengkapi (7) menyediakan (8) menyesuaikan (9) menemukan Analisis 5. Mengenali kesalahan (1) memisahkan Membedakan ................... (2) menerima Misalnya: fakta dari interpretas (3) menyisihkan data dan kesimpulan (4) menghubungkan Menganalisis .............. (1) Memilih Misalnya:struktur dasar, bagian- (2) Membandingkan bagian, hubungan (3) Mempertentangkan (4) Membagi (5) membuat digram/skema (6) menunjukan hubungan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 64 Universitas Negeri Makassar
  • 7. Sintesis c. Menghasilkan ............. 1) mengategorikan Misalnya: klasifikasi, karangan, 2) mengkombinasikan kerangka teoritis 3) mengarang 4) menciptakan Menyusun ............. 5) mendesain Misalnya: rencana, skema, 6) mengatur program kerja 7) menyusun kembali 8) merangkaikan 9) menghubungkan 10) menyimpulkan 11) merancangkan 12) membuat pola 13) menyajikan Evaluasi d. Menilai berdasarkan normal 1) memperbandingkan internal .... 2) menyimpulkan Misalnya: hasil karya seni, mutu 3) mengkritik karangan, mutu 4) mengevaluasi ceramah, program 5) memberi argumentasi kerja, dsb 6) menafsirkan Menilai berdasarkan normal 7) membahas eksternal.... 8) menyimpulkan Misalnya: hasil karya seni, mutu 9) memilih antara karangan, mutu10) menguraikan ceramah, program11) membedakan kerja, dsb 12) melukiskan Mempertimbangkan ........... 13) mendukung Misalnya: baik-butuknya, pro-14) menyokong kontranya, untung-15) menolak ruginya b. Tujuan Afektif Tujuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif mencakup kemampuan dari level paling sederhana, seperti memperhatikan suatu fenemena, sampai level paling kompleks seperti menentukan sikap berdasar hati nurani. Krathwohl, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001) mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kategori. Deskripsi taksonomi kelima kategori tujuan afektif ini diurikan seperti tertera pada Tabel 2 berikut ini. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 65 Universitas Negeri Makassar
  • 8. Tabel 2 Taksonomi Perilaku dan Contoh Kata Kerja Operasional Tujuan Afektif Taksonomi Kata-kata Kerja No Kemampuan Internal Perilaku Operasional Pengenalan a. Menunjukkan .......... (1) mmenanyakan (receiving) Misalnya: kesadaran, kemauan, (2) mengikuti perhatian (3) menjawab (4) melanjutkan Mengakui ............. (5) memberi Misalnya: kepentingan, perbedaan (6) menyatakan (7) menempatkan Pemberian b. Mematuhi ..................... (1) membantu respon Misalnya: peraturan, tuntutan, (2) menawarkan diri (responding) perintah (3) menolong Ikut secara aktif..................... (4) menyetujui Misalnya: di labaroratorium (5) menyepakati (6) menghargai (7) menghormati (8) membantu Penghargaan/pe c. Menerima (1) memilih di antara nilauan (valuing) Memilih (2) meyakini Memberi komitmen ...... (3) menghargai Misalnya: terhadap suatu nilai, (4) menunjukkan aturan, kesemapakatan komitmen (5) membenarkan (6) mengusulkan Pengroganisa- d. Memilah (1) memilih untuk sian Menghimpun ............. (2) memutuskan (organization) Misalnya: sistem nilai, aturan, (3) membandingkan kesepakatan (4) membuat sistematisasi (5) mengorganisasi (6) menyiapkan (7) menghubungkan Pengamalan e. Mengorganisasi (1) menunjukkan sikap (characterization) Mengintegrasikan bertindak berdasarkan Menerapkan (2) menghindari Mengamalkan ............. (3) menolak untuk Misalnya: sistem nilai, aturan, (4) memainkan kesepakatan (5) mempengaruhi (6) mendengarkan (7) memodifikasi (8) melaksanakan (9) mempraktik c. Tujuan Psikomotorik Tujuan psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuromascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot. Taksonomi perilaku untuk tujuan kawasan psikomotor dikelompokkan dalam enam kategori, sebagaimana tertera pada Tabel 3 berikut ini. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 66 Universitas Negeri Makassar
  • 9. Tabel 3 Taksnomi Perilaku dan Kata Kerja Operasional Tujuan Psikomotor Taksonomi Kata-kata Kerja No Kemampuan Internal Perilaku Operasional Persepsi d. Menafsirkan ransangan (1) memilih Peka terhadap ransangan (2) Membedakan Mendiskriminasikan (3) Mempersiapkan (4) Menyisihkan (5) Menujukkan (6) Mengidentifikasikan (7) Menghubungkan Kesiapan e. Berkonsentrasi (1) Memulai Menyiapkan diri (fisik dan mental) (2) Mengawali (3) Bereaksi (4) Mempersiapkan (5) Memprakarsai (6) Menanggapi (7) Mempertunjukkan Gerakan f. Meniru contoh (1) Mempraktikkan terbimbing (2) Memainkan (3) Mengikuti (4) Mengerjakan (5) Membuat (6) Mencobakan (7) Memasang (8) Membongkar Gerakan g. Berketerampilan (1) Mengoperasionalkan terbiasa Berpegang pada pola (2) Membangun (3) Membongkar (4) Memperbaiki (5) Mengerjakan (6) Menyusun (7) Menggunakan (8) Mengatur (9) Memainkan Gerakan h. Berketerampilan secara ..... Sama dengan di atas Kompleks Misalnya: lancar, luwes, supel, gesit, lincah Menyesuaikan i. Menyesuaikan diri (1) Mengubah pola gerakan Mevariasikan (2) Mengadaptasi (3) Mengatur kembali (4) Membuat variasi Kreativitasj. Menciptakan yang baru (1) Merancang Berinisiatif (2) Menyusun (3) Menciptakan (4) Mendesain (5) Mengkombinasikan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 67 Universitas Negeri Makassar
  • 10. 2. Analisis Instruksional atau Analisis Tugas (Task Analysis) Dalam membuat perencanaan pembelajaran, penting untuk mengetahui keterampilan atau kompetensi apa saja yang dibutuhkan dalam tugas-tugas yang akan diajarkan atau diberikan. Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa menggunakan perpustakaan untuk menulis suatu laporan singkat mengenai suatu topik yang menarik minat. Tugas ini tampak cukup mudah, tapi perhatikan sejumlah keterampilan terpisah yang terlibat di dalamnya, yaitu: a. mengetahui urutan abjad; b. menggunakan katalog kartu untuk menemukan judul buku tertentu; c. menggunakan indeks buku untuk menemukan informasi tentang suatu topik; d. menemukan ide utama untuk materi karangan; e. merencanakan atau membuat skema laporan ringkas; f. menulis paragraf karangan; g. mengetahui keterampilan teknis kebahasaan (seperti kapitalisasi, tanda baca, pemilihan kata-kata, dan sebagainya). Keterampilan-keterampilan tersebut sendiri masing-masing dapat dijabarkan ke dalam sub-sub keterampilan yang lebih spesifik. Guru harus menyadari sub-sub keterampilan yang terlibat dalam suatu tugas pembelajaran untuk menjamin bahwa siswa mengetahui apa yang diperlukan untuk berhasil. Dalam mengajarkan suatu keterampilan baru, penting bagi guru untuk mempertimbangkan semua subketerampilan yang terkait dengannya. Pikirkan semua tahapan terpisah yang terlibat dalam suatu keterampilan baru tersebut. Proses menjabarkan tugas atau tujuan menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana ini disebut dengan analisis tugas (task analysis). Analisis tugas, atau sering pula disebut analisis instruksional, adalah proses penjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perlaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara rinci. Dari susunan tersebut, dapat diketahui perlunya menempatkan perilaku khusus tertentu untuk dikuasai lebih dahulu dari perilaku lainnya, disebabkan karena perilaku tersebut: a. kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, b. merupakan perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangusung lebih dahulu, atau c. merupakan perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu, atau secara kronologis terjadi lebih awal. Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisis tugas yang perlu dilakukan, yaitu: a. Mengidenifikasi keterampilan prasyarat (prerequisite skills) Apa yang seharus siswa sudah ketahui sebelum guru mengajarkan suatu materi tertentu. Sebagai contoh, untuk pelajaran mengenai penyusunan kalimat sederhana, siswa harus lebih dahulu menguasai kata serta konsep subjek dan predikat. b. Mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills) Dalam mengajarkan pelajaran tertentu, subketerampilan apa yang harus diajarkan kepada siswa sebelum mereka dapat belajar untuk mencapai tujuan yang lebih umum? Dalam contoh keterampilan menulis kalimat yang baku, misalnya, siswa perlu belajar mengenai diksi, struktur kalimat, maupun ejaan dan tanda baca. Setiap tahapan ini harus direncanakan untuk diajarkan dan dinilai selama pembelajaran. c. Merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut menuju keterampilan akhir. Tahap akhir dalam analisis tugas adalah menata kembali sub-sub keterampilan menjadi keterampilan utuh yang akan diajarkan. Misalnya, siswa mungkin mempunyai diksi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 68 Universitas Negeri Makassar
  • 11. yang memadai, menuasai tanda baca, tapi ini tidak selalu berarti mereka dapat menyusun kalimat yang baku. Sub-sub keterampilan harus diintegrasikan ke dalam proses yang utuh agar siswa dapat mengerti dan mempraktikkannya. Bila perilaku atau keterampilan umum diuraikan menjadi perilaku khusus atau sub- sub keterampilan akan terdapat empat macam susunan, yaitu hirarkis, prosedural, pengelompokan, dan kombinasi. a. Struktur Hirarki Struktur prilaku yang hirarkil adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Perilaku B, misalnya, hanya dapat dipelajari bila perilaku A telah dikuasai. Ini berarti perilaku atau keterampilan A merupakan prasyarat bagi perilaku atau keterampilan B. Struktur perilaku hirarkikal dapat digambarkan dalam bentuk susunan kotak atas-bawah yang dihubungkan dengan garis vertikal, seperti pada bagan berikut ini. Perilaku A Perilaku B b. Struktur Prosedural Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lainnya. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, namun setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah. Perilaku-perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan dalam kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horisontal, seperti pada bagan berikut. Perilaku A Perilaku B Perilaku C c. Struktur Pengelompokan Terdapat bentuk perilaku-perilaku khusus yang saling berhubungan, namun tidak mempunyai mempunyai keterafantungan satu sama lain. Dalam keadaan seperti ini, garis penghubung antar perilaku khusus tidak diperlukan. Namun demikian, saling hubungan antar perilaku dapat digambarkan dalam bentuk pengelompokkan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis satu sama lain, seperti pada bagan berikut. Perilaku A Perilaku B Perilaku C Perilaku D d. Struktur Kombinasi Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian tersebar dalam bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus lain, sebagian lainnya merupakan urutan penampilan perilaku umum dan khusus. Skema hubungan antar perilaku dalam struktur kombinasi dapat digambarkan seperti pada bagan berikut. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 69 Universitas Negeri Makassar
  • 12. Perilaku A Perilaku B Perilaku C Perilaku A2 Perilaku B2 Perilaku C2 Perilaku A1 Perilaku B1 Perilaku C1 2. Analisis Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa Perilaku keterampilan awal atau yang biasa disebut perilaku masukan (entry behavior, sub-skill), adalah level perilaku keterampilan yang telah dimiliki oleh setiap siswa terkait dengan perilaku keterampilan umum yang akan dipelajari. Dalam menghadapi tugas belajar penyusunan kalimat, misalnya, sampai di manakah pemahaman siswa terhadap keterampilan-keterampilan bawahan (sub-skills) yang menjadi prasyarat bagi tugas tersebut, seperti penguasaan diksi, unsur-unsur kalimat, ejaan dan tanda bca? Level pemahaman siswa terhadap berbagai keterampilan prasyarat tersebut perlu dikenali dengan baik, baik secara kelompok maupun secara individu. Pemahaman di antara siswa mungkin bersifat homogen (bisa homogen memadai, bisa juga homogen rendah), mungkin pula level penguasaan mereka sangat bervariasi. Pemahaman terhadap perilaku keterampilan awal siswa terkait dengan suatu tugas belajar akan menjadi basis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan kelompok sasaran (siswa) pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil asesmen terhadap perilaku awal tersebut, guru dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku spesifik yang masih perlu dikembangkan dan merumuskannya sebagai tujuan pembelajaran khusus sebagai target belajar bagi siswanya. Hasil asesmen tersebut juga dapat memandu guru dalam merancang urutan dan mengelola aktivitas pembelajaran untuk membantu siswa menguasai keterampilan atau kompetensi umum yang menjadi target pembelajaran. Sumber informasi yang dapat digunakan dalam rangka asesmen perilaku keterampilan awal siswa, antara Iain: dokumen yang tersedia, khususnya hasil belajar yang diperoleh sebelumnya, siswa itu sendiri, orang-orang yang mengetahui kemampuan kemampuan siswa tesebut. Teknik yang dapat digunakan dalam mengasesmen kemampuan awal tersebut, antara lain: dokumentasi, kuesioner, observasi, wawancara, ataupun melakukan tes diagostik secara khusus. Di samping mengidentifikasi perilaku keterampilan awal siswa, guru juga perlu mengenali karakteristik siswa lainnya yang berhubungan dengan perilaku belajar mereka. Beberapa di antara karakterstik ini, misalnya: motivasi belajar, kemampuan dan tingkat kecerdasan, minat, kebiasaan belajar, harapan dan aspirasi siswa, maupun daya dukung lingkungan masing-masing siswa. Informasi-informasi seperti ini dapat menjadi acuan dalam menetapkan jenis perilaku sebagai target belajar, cakupan kegiatan belajar, maupun bentuk-bentuk pengalaman belajar yang dapat diberikan kepada siswa. 3. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Pelaksanaan setiap kegiatan pembelajaran, menurut Joyce & Weil (1986), akan menghasilkan dua macam dampak pembelajaran, yaitu dampak instruksional (instructional effects) dampak pengiring (nurturant effects). Dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan mengarahkan siswa pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dampak instruksional merupakan perilaku khusus atau kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa yang terkait langsung dengan suatu topik atau pokok bahasan tertentu dari suatu mata pelajaran. Dalam praktik penyusunan rancangan pembelajaran di sekolah, umumnya guru hanya mencantumkan rumusan tujuan pembelajaran kategori ini. Tujuan pembelajaran Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 70 Universitas Negeri Makassar
  • 13. khusus (TPK) ataupun indikator perilaku khusus sebagai target pencapaian hasil belajar yang dibuat guru umumnya hanya didominasi dengan rumusan yang diarahkan untuk mencapai dampak instruksional semacam ini. Dampak pengiring ialah perilaku hasil belajar yang diperoleh siswa di luar dampak instruksional. Perilaku dampak pengiring ini terutama dihasilkan sebagai akibat terciptanya suasana atau kondisi tertentu yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, tanpa pengarahan langsung dari guru. Setiap situasi, kondisi, pola interaksi, atau pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat menstimulasi berkembangnya perilaku dan sikap tertentu pada diri siswa. Menurut Joyce dan Weil (1998), setiap pilihan model pembelajaran memiliki sintakmatik (pentahapan), sistem sosial, prinsip rekasi, dan sistem pendukung tersendiri, sehingga dapat memberi dampak pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring yang berbeda pula. Penerapan model pembelajaran inkuiri, misalnya, dapat menstimulasi berkembangnya perilaku dampak instruksional dan dampak pengiring, seperti diukiskan pada bagan berikut. Keterampilan proses ilmiah Strategi penyelidikan secara kreatif Proses Pembel- Semangat daya cipta dan kreativitas ajaran Kebebasan dan otonomi bekerja = Dampak instruksional Kemampuan dan semangat kerjasama = Dampak pengiring Bagan Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Situasi dan kondisi yang dialami oleh siswa dalam suatu proses pembelajaran dapat memberi dampak pengiring yang bersifat positif, berupa berkembangnya perilaku yang dikehendaki, tapi sebaliknya pula sebaliknya bersifat negatif, yaitu berkembangnya perilaku yang tidak diharapkan. Sebagai contoh, ketika guru meminta setiap siswa mengemukakan pemikirannya tentang suatu topik di depan kelas, maka proses ini dapat menstimulasi berkembangnya perilaku berani dan percaya diri pada siswa. Namun demikian, jika seorang siswa mengemukakan gagasannya yang berbeda dan tidak sesuai harapan guru, lalu yang bersangkutan diberi sanksi, misalnya berdiri di depan kelas atau ditertawai, maka siswa ini akan belajar bahwa mengemukakan gagasan berbeda itu tidak boleh dan akan mendapat konsekuensi negatif. Pengelaman seperti ini akan memberi dampak pengiring negatif bagi pengembangan kreativitas anak. Mengingat potensi yang terkandung dalam dampak pengiring bagi perubahan perilaku siswa, maka dampak pengiring perlu dikelola dan dikendalikan. Pembelajaran yan efektif harus mengoptimalkan pencapaian dampak pengiring positif dan meminimalkan dampak pengiring negatif. Pengendalian dampak pengiring ini dapat dilakukan dengan sejak awal menjadikannya sebagai target belajar yang diformuasikan dalam bentuk perumusan tujuan tersendiri, di samping tujuan instruksional. Perilaku positif tertentu yang dikehendaki terjadi pada siswa dapat menjadi target belajar tersendiri dan ditetapkan sebagai sasaran dampak pengiring dalam pembelajaran. Dengan menetapkan perilaku seperti itu sebagai target belajar, maka dalam merencanakan pembelajaran, guru akan berkomitmen untuk mencapainya. Guru akan berupaya memilih model pengelolaan kelas, strategi dan pengalaman belajar, serta media dan sumber pembelajaran yang dianggap tepat untuk menstimulasi berkembangnya perilaku khusus tersebut. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 71 Universitas Negeri Makassar
  • 14. Dalam MPE, perumusan tujuan dampak pengiring seperti ini merupakan bagian penting tujuan pembelajaran yang perlu diidentifikasi dan dirumuskan tersendiri oleh guru. Guru ditekankan untuk merumuskan perilaku-perilaku tambahan tertentu yang perlu dikembangkan pada diri siswa ke dalam butir-butir tujuan pembelajarannya. Penekanan perlunya perumusan khusus target belajar untuk dampak pengiring, didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Rumusan-rumusan kompotensi dasar yang menjadi dasar perumusan tujuan pembelajaran pada hampir semua mata pelajaran di sekolah terlalu berorientasi kognitif dan cenderung hanya mengarah kepada pengembangan kecerdasan intelektual. Dengan demikian, pembelajaran juga akan cenderung diarahkan pada dihasilkannya dampak instruksional yang juga hanya berorientasi pada penguasaan keterampilan dan perilaku kecerdasan intelektual. b. Banyak perilaku dan kompetensi yang merupakan target dalam tujuan pendidikan nasional, kompetensi lulusan sekolah, bahkan standar kompetensi mata pelajaran, merupakan atribut perilaku kecerdasan emosional dan kecerdasan sipiritual. Namun demikian, aspek-aspek kecerdasan seperti ini sangat sedikit terjabarkan dalam bentuk kompetensi dasar pada hampir semua mata pelajaran. Akibatnya, orientasi pembelajaran di sekolah kurang memperhatikan atau jarang secara sadar diarahkan kepada pengembangan kedua kelompok kecerdasan ini. c. Proses pembelajaran di sekolah selalu melibatkan interaksi sosial, tata ruang, suasana dan iklim, aktivitas dan pengalaman-pengalaman tertentu. Semua kondisi dan situasi seperti ini akan merupakan stimulus bagi berkembanganya banyak pengalaman belajar pada diri siswa, termasuk perilaku-perilaku kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual. d. Dengan menetapkan perilaku dari rumpun kecerdasan emosional dan atau kecerdasan sebagai target dampak pengiring yang secara sengaja dirumuskan sejak awal, maka guru akan memiliki kesadaran dan komitmen untuk mengarahkan proses pembelajarannya pada dua arah, yaitu menghasilkan dampak instruksional dan menstimulasi dampak pengiring. e. Stimulasi dampak pengiring tidak memerlukan biaya mahal. Guru hanya dituntut untuk secara sengaja memilih, mengelola, dan menata khusus berbagai aspek yang terkait dengan pembelajarannya (seperti penataan setting kelas, pemilihan strategi, penggunaan media dan sumber, dan pengelolaan pengalaman belajar) agar dapat menstimulasi berkembanganya perilaku dan kompetensi non-instruksional yang ditetapkan sebagai target dampak pengiring tersebut. Jika perilaku atau kompetensi target belajar pada dampak instruksional dirumuskan dari kompentesi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum, maka perilaku atau kompetensi target belajar pada dampak pengiring terutama identifikasi dan ditetapkan berdasarkan pada hasil asesmen lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari, guru dapat mengenali jenis perilaku siswa yang memerlukan perhatian khusus untuk dikembang- kan. Ketika merumuskan tujuan pembelajaran, guru perlu memasukkan perilaku yang diha- rapkan itu sebagai sasaran pencapaian dampak pengiring dalam proses pembelajaran. Beberapa contoh perilaku yang dapat ditetapkan sebagai target dampak pengiring, antara lain: a. Kelompok Perilaku Kecerdasan Emosional, misalnya: 1) Memiliki kesadaran diri 2) Mampu mengambilan keputusan pribadi 3) Mampu mengelola perasaan 4) Mampu menangani keadaan yang menekan 5) Terampil berkomunikasi 6) Keterbukaan diri (self-disclosure) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 72 Universitas Negeri Makassar
  • 15. 7) Empatik dan peduli pada orang lain 8) Menerima keadaan diri (self-acceptance) 9) Tegas 10) Mampu menyelesaian konflik 11) Hormat terhadap sesame 12) Mampu dan bersedia bekerja sama 13) Bertanggung jawab 14) Memahami dan menerima perbedaan 15) Kreatif b. Kelompok Perilaku Kecerdasan Spiritual, misalnya: 1) Taat beribadah 2) Memahami keberartian dan tujuan hidup 3) Hidup selaras dan damai 4) Memiliki prinsip untuk hidup 5) Mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri 6) Jujur 7) Adil 8) Berakhlak mulia 9) Rela memaafkan 10) Memiliki rasa malu 11) Rendah hati 12) Sopan santun Selanjutnya, untuk mewujudkan perilaku-perilaku tersebut, guru dapat memilih strategi dan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong dan meng- kondisikan siswa mengembangkan perilaku-perilaku tersebut. Setiap strategi yang dipilih menjadi strategi dasar MPE memiliki sintagmatik, sistem sosial, prinsip rekreasi, dan sistem pendukung yang berpotensi untuk dapat menciptakan iklim, interaksi, dan kondisi tertentu bagi terjadinya pembelajaran prilaku tertentu, seperti kerjasama, kreativitas, berfikir kritis, problem-solving, kemandirian, dsb. Aplikasi secara konsisten strategi-strategi MPE dalam proses pembelajaran memungkinkan pencapaian berbagai perilaku-perilaku non- instruksional oleh siswa. 4. Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus Hasil akhir kegiatan analisis kompetensi dan analisis tugas sebagaimana telah diuraikan sebelumnya adalah menentukan garis batas antara perilaku (kompetensi) yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa. Perilaku yang ditetapkan sebagai perlu diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau tujuan instruksional khusus (TIK), yang merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Tujuan pembelajaran khusus (TPK) menjadi dasar bagi guru untuk menentukan urutan pembelajaran, serta pemilihan strategi, sumber, dan media. Di samping itu, TPK juga menjadi landasan dalam penyusunan indikator dalam rangka mengembangkan butir-butir pertanyaan-pertanyan untuk penilaian hasil belajar. Oleh sebab itu, TPK harus mengandung unsusr-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun alat evaluasi aga dapat mengembakan butir-butir tes yang betul-betul dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalammnya. Penyusunan TPK yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang dikenal dengan ABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut: A = Audience B = Behavior Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 73 Universitas Negeri Makassar
  • 16. C = Condition D = Degree A = Audence adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa. Dalam TPK harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan mengenai kelompok siswa yang akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakan sespesifik mungkin. Misalnya, siswa jenjang sekolah apa, kelas berapa, semester berapa, dan bahkan klasifikasi pengelompokan siswa tertentu. Batasan yang spesifik ini penting artinya agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas dasar TPK itu belum tentu sesuai bagi mereka. Mungkin bahan pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit. Atau tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pembelajaran berwawasan gender, penyebutan siswa perempuan dan siswa laki-laki alam TPK kadang- kadang ditekankan, terutama jika jenis perilaku yang menjadi target belajar bagi kedua jenis kelamin dibedakan levelnya, misalnya dalam pelajaran olahraga. Begitu pula, dalam pembelajaran terhadap kelas yang dibagi atas beberapa kelompok yang bahan pembelajarannya diklasifikasi atas dasar kemampuan individu siswa, maka penyebutan klasifikasi siswa tersebut juga perlu tercantum pada TPK masing-masing. B = Behavior adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objek menunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya contoh kalimat pasif, kesalahan tanda baca dalam kalimat, karangan berdasarkan gambar seri, dsb. Komponen perilaku dalam TPK adalah tulung punggung TPK secara keselutuhan. Tanpa perilaku yang jelas, komponen yang lain menjadi tidak bermakna. Bila contoh kata kerja dan objek dalam contoh di atas disatukan dalam bentuk perilaku, akan tersusun sebagai berikut: 1) Menyebutkan contoh kalimat pasif 2) Mengenalisis kesalahan tanda baca dalam kalimat 3) Menyusun karangan berdasarkan gambar seri C = Condition adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada saat siswa diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di samping memuat unsur penyebutan audens (siswa sebagai sasaran belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung unsur yang memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji. Berikut diberikan beberapa contoh kondisi yang dimaksud: 1) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat menyebutkan contoh kalimat pasif. 2) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat mengenalisis kesalahan tanda baca dalam kalimat. 3) Diberikan gambar seri, siswa dapat menyusun karangan berdasarkan gambar seri tersebut D = Degree adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada ketinggian tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan. Perhatikan contoh berikut ini. 1) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat menyebutkan minimal lima contoh kalimat pasif. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 74 Universitas Negeri Makassar
  • 17. 2) Diberikan satu teks karangan, siswa dapat mengenalisis minimal 20 kesalahan tanda baca. 3) Diberikan gambar seri, siswa dapat menyusun karangan sepanjang 150 kata berdasarkan gambar seri tersebut. D. Rangkuman Kompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umum serta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Penyusunan kompetensi tidak dapat dilakukan sekali jadi. Diperlukan perbaikan dan pemantapan secara terus- menerus dan berkelanjutan. Pengembangan instruksional sebagai suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan suatu sistem instruksional yang siap digunakan merupakan proses yang panjang. Sebagai suatu siklus dan sistem instruksional keseluruhan, letak pengembangan instruksional berada paling awal. Proses tersebut disusul dengan implementasi dan diakhiri dengan evaluasi. Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembel- ajaran tertentu. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pem- belajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif. Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisis instruksional/tugas yang perlu dilakukan, yaitu: (1) mengidenifikasi keterampilan prasyarat (prerequisite skills); (2) mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills); (3) merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut menuju keterampilan akhir. Pemahaman terhadap perilaku keterampilan awal siswa terkait dengan suatu tugas belajar akan menjadi basis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan kelompok sasaran (siswa) pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil asesmen terhadap perilaku awal tersebut, guru dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku spesifik yang masih perlu dikembangkan dan merumuskannya sebagai tujuan pembelajaran khusus sebagai target belajar bagi siswanya. Penyusunan TPK yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang dikenal dengan ABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut: A = Audience, B = Behavior, C = Condition, D = Degree. E. Penilaian 1. Buatlah tujuan instruksional umum untuk bidang studi Bahasa yang Anda ajarkan di Sekolah Menengah! 2. Dengan menggunakan TIU yang telah Anda rumuskan, lakukanlah analisis instruksional dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan! 3. Lakukanlah identifikasi perilaku awal yang biasa Anda temukan pada siswa yang berkaitan dengan TIU yang telah Anda rumuskan! 4. Buatlah TIK dari TIU yang telah Anda rumuskan! Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 75 Universitas Negeri Makassar
  • 18. PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH A. Pendahuluan Sekolah merupakan tempat belajar bagi siswa. Sebagian tugas guru di kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu, guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan kompetensi yang sangat penting dikuasai guru dalaam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam sebuah kelas, guru berhadapan dengan sejumlah siswa yang memiliki karakter dan latar belakang pengalaman yang berbeda-beda. Untuk dapat melayani dan memenuhi kebutuhan siswa menurut karakter yang mereka miliki, diperlukan kemampuan mengelola kelas. 1. Tujuan Instruksional Umum Secara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang pengelolaan kelas dalam pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan dapat memahami sistem pengelolaan kelas dalam pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah yang dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari uraian materi tentang pengelolaan kelas dalam pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu: a. menjelaskan pengertian pengelolaan kelas; b. menguraikan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas; c. menerapkan proses penciptaan atmosfer belajar; d. menjelaskan model-model pengaturan meja-kursi dalam kelas; e. menjelaskan cara penataan lingkungan kelas yang kondusif; f. mendesaian pengelolaan aktivitas belajar siswa; g. mendesaian pengelolaan waktu belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. B. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengertian pengelolaan kelas secara tradisional adalah tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menegakkan ketertiban kelas, sedangkan pengertian pengelolaan kelas secara progresif adalah semua upaya dan tindakan guru dalam memanfaatkan sumber daya kelas secara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelas agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Pengertian pengelolaan kelas menurut para ahli dapat diuraikan berikut ini. Menurut Made Fidarte dengan mengutip pendapat Lois V. Johelson dan Mary A. Bani bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Dalam hal ini guru bertugas menciptakan, mempertahankan, dan memelihara sistem/organisasi kelas. Menurut Sudirman, dkk., pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Hadari menjelaskan bahwa pengelolaan kelas sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas- Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 76 Universitas Negeri Makassar
  • 19. luasnya pada setiap person dalam kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien serta untuk melakukan kegiatan- kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Jadi, dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan segaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). C. Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan Kelas Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam proses belajar mengajar, prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan adalah: 1. Kehangatan dan keantusiasan Kehangatan dan keantusiasan guru dapat mempermudah terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal. 2. Tatangan Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. 3. Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya mengajar, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif yang sekaligus dapat menghindari kejenuhan. 4. Keluesan Keluesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. 5. Penekananan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. 6. Penanaman disiplin diri Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. D. Penciptaan Atmosfir Belajar Atmosfir atau iklim yang tercipta dalam interaksi belajar mengajar di kelas memegang peranan penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan siswa dalam belajar. Karena itu, guru perlu menciptakan iklim komunikasi dan interaksi dalam kelas yang kondusif bagi proses pembelajaran. Berikut dikemukakan beberapa kondisi dan iklim kelas yang dapat mendorong proses pembelajaran yang efektif. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 77 Universitas Negeri Makassar
  • 20. a. Menyenangkan Menyenangkan terkait dengan aspek afektif (perasaan). Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru harus memilki jiwa pendidik; bersikap ramah, suka tersenyum, berkomunikasi dengan santun dan patut, adil terhadap semua siswa, dan senanatiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya. b. Mengasyikkan Mengasyikkan terkait dengan perilaku (learning to do). Guru hendaknya dapat me- ngundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Untuk itu, guru harus menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang dekat dengan kehidupan siswa. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. c. Mencerdaskan Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegency). Pemberdayaan otak kiri dan otak kanan harus dicermati dalam proses pembelajaran. Pilihlah tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pel- ajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill). d. Menguatkan Menguatkan terkait dengan proses 3 M sebelumnya. Jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar. Anak-anak yang memiliki pribadi yang kuatlah yang diharapkan bangsa kita untuk mengatasi dan keluar dari berbagai kemelut multidimensi dan dapat menyongsong era globalisasi. e. Hidup dan Memberi Kebebasan Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya. Prakarsa anak untuk belajar (the will to learn) akan mati bila kepadanya dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar, sebagaimana ditemukan dalam paradigma behavioristik. Banyaknya aturan yang seringkali dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah. Lebih jauh lagi, anak-anak akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan kontrol diri (Kontrol diri, dalam hal ini, bisa menjadi modal awal penumbuhan penghargaan pada keragaman). E. Pengaturan Meja-Kursi Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja- kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 78 Universitas Negeri Makassar
  • 21. yang tinggi. Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran. 1. Model huruf U odel susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung. Susunan model ini juga memudahkan untuk membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat, di mana guru dapat masuk ke dalam huruf U dan berjalan ke berbagai arah. Dalam menyusun meja-kursi model U, sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lainnya sehingga kelompok kecil siswa yang terdiri atas tiga orang atau lebih dapat keluar-masuk dari tempatnya dengan mudah. 2. Model Corak Tim Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis. 3. Model Meja Konferensi Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa. Susunan meja kursi pada model ini dapat dilihat pada foto sebagai berikut ini. 4. Model Lingkaran Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga guru dapat menyuruh siswa menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. Jika mereka ingin menulis, mereka dapat menghadap ke meja masing-masing, namun jika mereka berdiskusi, mereka dapat memutar kursi untuk berhadap-hadapan satu sama lain. 5. Model Fishbowl Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar. 6. Model Breakout groupings Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan- pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas utama sehingga hubungan di antara mereka dapat tetap terjaga. 7. Model Workstation Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswa duduk secara berpasangan pada meja tertentu untuk mengerjakan suatu tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laboral, dsb) sesaat setelah dimenostrasikan. Meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 79 Universitas Negeri Makassar
  • 22. dapat bekerja secara berpasangan sebagai partner belajar. Susunan seperti ini tepat digunakan bila pokok bahasan melibatkan tugas mandiri (seat work) sekaligus tugas kelompok kecil. F. Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra Belajar Sentra belajar merupakan area khusus di ruang kelas untuk menata materi, perlengkapan, peralatan, dan karya siswa yang terkait dengan pokok bahasan, keterampilan atau kegiatan tertentu. Sentra belajar bisa berlokasi di atas meja, rak buku, sudut ruang, atau bahkan di kolong meja. Sentra belajar bisa bersifat permanen atau hanya terkait dengan kegiatan atau bidang pembelajaran tertentu, misalnya sentra penerbitan, sentra pembel- ajaran matematika, dsb. Sentra belajar juga bisa bersifat fleksibel dan sementara (ditata untuk keperluan, tema, atau unit tertentu yang dipelajari). Dalam menata kelas menjadi sentra belajar, siswa perlu dilibatkan, baik dalam perencanaan, desain, pembuatan, ataupun pengadaan sumber-sumber tertentu yang diperlukan. Pelibatan siswa dalam merancang ruang kelas dapat membangun rasa kebanggaan dan kebersamaan di kalangan siswa. Di samping itu, pelibatan siswa tersebut juga membantu membangun keterampilan “perawatan rumah” yang dipelukan untuk mempertahankan suasana kelas yang aktif dan berorientasi pada siswa. Untuk masud tersebut, guru dapat mendorong siswa untuk memiliki dan mengemukakan beberapa pilihan dalam menyusun aturan dasar bagi kegiatan berbasis-sentra mereka. Guna mengoptimalkan lingkungan kelas sebagai sentra belajar, maka hasil-hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. Di samping itu itu, karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Kehadiran suara musik lembut di kelas juga diyakini dapat memperkuat daya tahan dan konsentrasi belajar siswa. Suara musik yang lembut, semacam orkestra karya Bethoven atau musik klasik lainnya, memiliki nada-nada yang seirama dengan panjang gelombang otak manusia, sehingga dapat menjaga daya tahan otak untuk aktif dan bekerja, seperti saat belajar. Di samping itu, belajar sambil mendengar musik dapat menciptakan suasana menyenangkan dan rasa betah tinggal di kelas. Oleh karena itu, jika dana memungkinkan, di setiap kelas dapat disediakan radio tape untuk memutar dan memperdengarkan musik- musik lembut, khususnya saat siswa mengerjakan tugas-tugas yang menuntut konsentrasi dan dan daya pikir yang tinggi. Akan lebih baik, jika di kelas telah dipersiapkan dengan sound-system yang baik. Penataan ruang kelas perlu pula diarahkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Guru bersama siswa dapat memilih gambar-gambar atau pesan-pesan tertulis yang memuat pesan spritual untuk dipajang di dalam kelas. Dengan demikian, setiap hari siswa berinteraksi dengan lingkungan fisik kelas yang spritualistik. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan pesan verbal yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau pesan-pesan tersebut. Siswa dapat dan perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas. Penggunaan sistem moving-class (kelas berpindah) merupakan alternatif yang dapat ditempuh untuk mengefektifkan penataan ruangan kelas sebagai sentra belajar. Dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 80 Universitas Negeri Makassar
  • 23. sistem moving-class ini, ruang-ruang kelas tertentu dapat ditata khusus untuk mendukung pembelajaran mata pelajaran tertentu. Ada kelas sains, kelas bahasa, kelas matematika, kelas kesenian, dan sebagainya. Kelas-kelas ini ditata menjadi semacam home-room atau sentra belajar khusus. Meja, kursi, peralatan, media, pajangan, dan berbagai aspek yang ada di kelas diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan dan karaketeristik pembelajaran mata pelajaran tertentu. Penggunaan sistem moving-class seperti ini memiliki beberapa keuntungan, sebagai berikut: 1. Atmosfir dan tatanan kelas dapat memperlancar aktivitas dan proses pembelajaran. Semua elemen dalam kelas menjadi semacam reinforcer (penguat) dan stimulator untuk membangkitkan gairah dan aktivitas belajar terhadap mata pelajaran tertentu. 2. Memungkinkan penggunaan sarana, fasilitas, serta berbagai media dan peralatan belajar secara lebih efisien. Media dan peralatan pembelajaran Sains, misalnya, tidak perlu ada di semua kelas, semua kebutuhan pembelajaran mata pelajaran tersebut cukup ditempatkan dan ditata khusus pada kelas tertentu. Demikian pula kebutuhan media dan alat bantu belajar pada mata-mata pelajaran lainnya ditata khusus pada kelas-kelas tersendiri. 3. Setiap hari, siswa dapat menikmati dan mengalami proses belajar pada tempat dan lingkungan belajar yang bervariasi. Mobilitas gerak seperi Ini dapat menghindarkan siswa dari kejenuhan akibat tata ruang kelas yang monoton. 4. Pergerakan-pergerakan yang dialami siswa saat perpindahan kelas memungkinkan terjadinya interkasi yang lebih aktif dan hidup di kalangan siswa. Ini dapat menstimulasi dan mengembangkan sikap-sikap empati, kerjasama, kepedulian, dan berbagai sikap prososial siswa lainnya. G. Pengelolaan Aktivitas Belajar Siswa Biasanya, pengelolaan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam beragam bentuk seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perIu diperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana/prasarana. Hal yang sangat penting perIu diperhitungkan adalah keberagaman karakteristik siswa. Guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk itu, perlu dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan setiap siswa memperoleh peluang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensinya. Berikut ini beberapa contoh perbedaan karakteristik masing-masing siswa (lihat Tabel 1). Tabel 1 Faktor Keberagaman Karekteristik Siswa dan Implikasi bagi Pengelolaan Siswa Faktor Pengelolaan Siswa Keberagaman Isi (by content) Memberikan peluang kepada siswa untuk mempelajari materi yang berbeda dalam sasaran kompetensi yang sama ataupun berbeda. Minat dan motivasi Memberikan peluang kepada siswa untuk berkreasi sesuai dengan siswa (by interest) minat dan motivasi belajar terlepas dari kompetensi yang sama atau berbeda. Hal ini diharapkan mampu memacu motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut secara mandiri. Kecepatan tahapan Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar (bekerja) sesuai belajar (by piece) dengan kecepatan belajar yang dimilikinya. Keberagaman bisa pada kompetensi dan/atau isi materi pelajaran, serta kegiatan yang dilakukan siswa. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 81 Universitas Negeri Makassar
  • 24. Tingkat kemampuan Memberikan peluang kepada setiap siswa untuk mencapai (by level) kompetensi secara maksimal sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Keberagaman bisa pada kompetensi dan/ atau isi materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan siswa. Reaksi yang Memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa untuk diberikan siswa (by menunjukkan respon melalui presentasi/penyajian hasil karyanya respond) secara lisan, tenulis, benda kreasi, dan sebagainya. Siklus cara berpikir Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menguasai (by circular sequence) materi melalui cara-cara berdasarkan perspektif yang mereka pilih. Struktur pengetahuan (by structure) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih (menyeleksi) materi berdasarkan cara yang dikuasai, misalnya: dari yang mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari dekat ke jauh. Waktu (by time) Memberikan perhatian kepada setiap individu siswa yang kemungkinannya memiliki perbedaan durasi untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Pendekatan Memberikan perlakuan yang berbeda kepada setiap individu pembelajaran (by sesuai dengan keadaan siswa. teaching style) H. Pengelolaan Waktu Pembelajaran berlangsung selama priode waktu tertentu. Waktu merupakan sumber terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secara efesien dan efektif. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah dialokasikan dalam satuan jam tertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa. Guna mengoptimalkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Hindari waktu terbuang akibat keterlambatan penyiapan sumber atau media, penundaan memulai awal pembelajaran, atau terlalu banyak menggunakan waktu untuk menyelesaikan tugas administratif. Guru perlu menemukan cara-cara kerja yang efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas administratif yang memang perlu dilakukan untuk menunjung program pembelajarannya. Penggunaan komputer merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh. 2. Mulai pembelajaran pada waktunya. Hindari menghabiskan terlalu banyak waktu menghadapi siswa terlambat atau problem siswa lain. Guru terkadang terlalu banyak menghabiskan waktu mengurusi siswa-siswa terlambat atau menampilkan perilaku salah-suai lainnya. Siswa-siswa semacam itu sebaiknya ditangani setelah waktu pembelajaran, atau dilimpahkan ke konselor sekolah. 3. Hindari menghentikan PBM sebelum waktunya. Jika skenario pembelajaran disiapkan dengan baik, guru dapat mememperkirakan macam dan kuantitas kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan. Dengan demikian, sumber-sumber waktu yang disediakan untuk setiap jam pembelajaran dapat digunakan secara efektif dan efisien. 4. Hindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu selama proses pembelajaran. Kondisikan agar prosedur dan kegiatan rutin siswa di kelas dapat dilakukan dengan lancar dan cepat. Gunakan petunjuk tertulis, denah, atau gambar untuk membantu siswa memahami apa yang harus dilakukan, bagaimana dan di mana suatu tugas harus dilakukan. Tata peralatan dan bahan yang diperlukan sedemikian rupa di lokasi yang mudah dijangkau dan digunakan oleh semua siswa saat dibutuhkan. Penataan ruang Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 82 Universitas Negeri Makassar
  • 25. kelas yang baik, sebagaimana diuraikan sebelumnya, dapat membantu memperlancar aktivitas pembelajaran di kelas. 5. Tingkatkan time on-task setiap siswa untuk mengikuti setiap sesi pembelajartan. Time on- task siswa, yaitu curah waktu dimana siswa secara aktif terlibat secara mental pada proses belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang menarik, bersifat melibatkan, dan sesuai dengan minat siswa. 6. Pertahankan momentum belajar. Momentum belajar adalah momen, kesempatan, atau saat khusus tertentu di mana kelas sedang berada pada kondisi sangat kondusif dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa bergiat untuk saling belajar. Mempertahan momentum belajar selama proses pembelajaran merupakan salah satu kunci untuk menjaga tingkat keterlibatan belajar yang tinggi. Dalam kelas yang menjaga momentum dengan baik, siswa selalu memiliki sesuatu untuk dilakukan dan begitu pekerjaan dimulai tidak ada lagi gangguan yang merusak konsentrasi belajar. I. Rangkuman Pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru dalam memanfaatkan sumber daya kelas secara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelas agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam proses belajar mengajar, ada enam prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tatangan , (3) bervariasi, (4) keluesan, (5) penekananan pada hal-hal yang positif, dan (6) penanaman disiplin diri. Kondisi dan iklim kelas yang dapat mendorong proses pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) menyenangkan , (2) mngasyikkan, (3) mencerdaskan, (4) menguatkan, (5) hidup dan memberi kebebasan. Beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) model huruf U, (2) model corak tim, (3) model meja konferensi, (4) model lingkaran, (5) model fishbowl, (6) model breakout groupings, (67) model Workstation. Penataan ruang kelas perlu pula diarahkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Biasanya, pengelolaan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam beragam bentuk seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perIu diperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana/prasarana. Waktu merupakan sumber terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secara efesien dan efektif. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah dialokasikan dalam satuan jam tertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa. J. Penilaian Berdasarkan TIU dan TIK yang telah Anda rumuskan, buatlah rancangan atau desain pengelolaan kelas yang kondusif dalam pencapaian tujuan tersebut dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas; penciptaan atmosfer belajar; model-model pengaturan meja-kursi dalam kelas; pengelolaan aktivitas belajar siswa; dan pengelolaan waktu belajar! Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 83 Universitas Negeri Makassar
  • 26. Workshop Model Pembelajaran Bahasa P3G - Bahasa Lembar Kerja Guru Pengelolaan Kelas Nama : ______________________________________________ Mata Pelajaran : ______________________________________________ Kabupaten/Kota : ______________________________________________  SMP  SMP  SMA  SMK PETUNJUK Lengkapi rancangan pengelolaan kelas berikut ini sesuai dengan pilihan pokok bahasan di atas agar terbentuk kondisi dan lingkungan kelas yang kondusif. a. Penciptaan Atmosfir Belajar Kegiatan untuk menciptakan iklim kelas berikut ini yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, menguatkan, hidup dan memberi kebebasan: b. Pengaturan Meja-kursi Model-model yang akan digunakan: c. Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra Belajar Sentra belajar: Kelengkapan/Peralatan: Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 84 Universitas Negeri Makassar
  • 27. d. Penggunaan Musik e. Penerapan Sistem Moving-Class (Kelas Berpindah) Sentra belajar khusus: f. Pengelolaan Aktivitas Belajar Siswa Variari kegiatan pembelajaran: g. Pengelolaan Waktu Tentukan waktu yang dibutuhkan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan: Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 85 Universitas Negeri Makassar
  • 28. STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH A. Pendahuluan Guru merupakan sosok yang bergelut di dunia seni, seni yang digelutinya adalah seni mengajar. Mengajar dikatakan sebagai seni sebab mengajar merupakan proses aktivitas pembelajaran yang melibatkan semua unsur inderawi, pikiran, perasaan, nilai dan sikap yang secara terintegrasi membangun dan mendorong perubahan siswa. Untuk mencapai proses itu, guru membutuhkan gaya tersendiri dalam mengelola pembelajaran agar menarik, menyenangkan, dan memberikan manfaat bagi siswa. Hal itu berarti bahwa aspek strategi pembelajaran diolah di dalam kelas dengan pengalaman guru yang telah dipetik selama ini, yang pada akhirnya memunculkan kesan tersendiri bagi guru. Di situlah letak seni mengajar itu. Untuk menjadi guru yang baik, guru membutuhkan perjalanan yang panjang, kompleks, dan keasyikan tersendiri. Perhatian terhadap pembelajaran sangat dibutuhkan bagi keberhasilan guru. Perhatian itu terfokus ke dalam penggunaan strategi pembelajaran dengan tepat. Apalagi, perkembangan strategi pembelajaran saat ini sangat cepat. Tentunya banyak hal baru yang perlu dipahami berkenaan dengan perkembangan strategi pembelajaran itu. Lebih-lebih saat ini, Kurikulum 2006 (KTSP) yang berbasis kompetensi itu mengisyaratkan perubahan ke arah kompetensi dasar Bahasa. Dengan KTSP itu, guru dituntut dapat lebih fleksibel dalam menjabarkan materi pokok pembelajaran 1. Tujuan Instruksional Umum Secara umum, setelah mempelajari uraian materi tentang strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan dapat memahami berbagai macam strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP yang dapat diterapkan di Sekolah Menengah. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari uraian materi tentang strategi pembelajaran Bahasa berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah, peserta diklat diharapkan mampu: a. menjelaskan pengertian strategi pembelajaran; b. menguraikan prinsip umum pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran; c. menjelaskan 11 jenis strategi pembelajaran Bahasa di Sekolah Menengah. B. Pengertian Strategi Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Dick & Carey, 1985; Kemp, 1995; Sanjaya, 2006). Dari pengertian ini nampak bahwa strategi pembelajaran merupakan kegiatan terencana dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan berbagai sumber daya (termasuk kondisi siswa, waktu, media dan sumber belajar lainnya) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan dengan baik oleh guru dapat mendorong siswa untuk aktif mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas, sebagaimana telah dinyatakan oleh Oxford (1990:1) bahwa pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran secara baik dapat berdampak pada meningkatnya keterampilan mengajar guru dan rasa percaya dirinya. Strategi pembelajaran berbeda dengan pendekatan (approach) dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 86 Universitas Negeri Makassar
  • 29. pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) mengemukakan dua pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru misalnya menurunkan strategi pembelajaran ekspositori atau pembelajaran langsung (direct instruction). Sedangkan, pendekatan yang berpusat pada siswa antara lain menurunkan strategi discovery dan inquiry. Joyce and Weil (1996) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran dapat dikategorikan dalam empat kelompok seperti ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1 Empat kategori strategi pembelajaran dari Joyce & Weil (1996) Contoh Strategi Kategori Fokus Pembelajaran Sistem behavioristik Kecakapan dan perilaku  Pembelajaran langsung peserta didik (direct instruction)  Pembelajaran tuntas (mastery learning) Pemrosesan informasi Pengembangan konsep dan  Pencapaian konsep prinsip di dalam psikologi (concept attainment) kognitif  Pelatihan inkuiri (inquiry training)  Pengembangan kemampuan berpikir Pengembangan diri Hasil belajar yang  Facilitative teaching diharapkan dari pendidik  Increasing personal yang beraliran humanistik, awarenes seperti;  Synectics  Konsep-diri dan rasa percaya diri yang tinggi  Kemandirian  Kreativitas dan rasa ingin tahu  Pengembangan sikap dan emosi Interaksi Sosial Pengembangan konsep dan  Kooperatif kecakapan yang diperlukan  Bermain peran (role- untuk bekerja di dalam playing) kelompok C. Pemilihan dan Penggunaan Strategi Pembelajaran Prinsip umum pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Killen (1998) mengemukakan bahwa” No teaching strategy is better than others in all circumstances, so you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational decisions about when each of teaching strategies is likely to most effective”. Menurut Sanjaya (2006) ada empat prinsip utama penggunaan strategi pembelajaran, yakni; (i) berorientasi pada tujuan, (ii) aktivitas, (iii) individualitas, dan (iv) integritas. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 87 Universitas Negeri Makassar