Buku ini membahas prosedur pengembangan modul, dimulai dari pengertian modul dan fungsinya, kemudian berbagai cara pengembangan modul melalui adaptasi, kompilasi, dan penulisan sendiri. Langkah-langkah penulisan modul juga diuraikan secara terperinci.
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Pengembangan Modul
1.
2. Seri Teknologi Pembelajaran
Pengembangan
Modul
Penulis:
Dr. Purwanto, M.Pd,
Drs. Aristo Rahadi,
Drs. Suharto Lasmono, M.Pd,
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
JAKARTA 2007
1 1
3. TIM PENGEMBANG:
Pengarah
• Ir. Lilik Gani, HA., M.Sc., Kepala Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan
Penanggungjawab Program
• Ir. Suheriyanto, M.Si., Kepala Bagian Tata Usaha
Penanggungjawab Materi/Substansi
• Dr. Purwanto, M.Pd., Kepala Bidang Teknologi Pembelajaran
• Drs. Rusjdy S. Arifin, M.Sc., Kepala Bidang Teknologi Informasi
• Hardjito, S.IP., M.Si., Kepala Bidang Teknologi Komunikasi
Penaggungjawab Kegiatan
• Sunarti, SE
Penulis
• Dr. Purwanto, M.Pd
• Drs. Aristo Rahadi
• Drs. Suharto Lasmono, M.Pd
Editor
• Dr. Purwanto, M.Pd
Design Cover & Layout
• Rusno Prihardoyo
• Erdiyansyah Alim
Katalog Dalam Terbitan (KDT):
Seri Teknologi Pembelajaran, judul “PENGEMBANGAN MODUL”,
Hak Cipta@2007 pada Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan (PUSTEKKOM) Depdiknas
Jl. Cenderawasih, Ciputat Km. 15,5 Ciputat 15411-Jakarta
e-mail: pustekkom.go.id
ISBN: 978-979-3322-40-4-7
2
4. Daf tar Isi:
Daft
Daftar Isi: •••• 3
Kata Sambutan •••• 4
Kata Pengantar •••• 5
Bab I : PROSEDUR PENGEMBANGAN MODUL •••• 7
Bab 2 : PENYUSUNAN GARIS BESAR ISI MODUL
(GBIM) DAN PERUMUSAN TUJUAN •••• 43
Bab 3 : TEKNIK PENULISAN MODUL •••• 81
Bab 4 : ILUSTRASI DAN BAHASA •••• 107
Bab 5 : PENYUNTINGAN DAN REVISI •••• 151
Bab 6 : EVALUASI MODUL •••• 163
3
5. ata Sambutan
K ata Sambutan
Sesuai misinya, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom)
terus melakukan berbagai upaya dalam hal pendayagunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan. Diantara program yang
digarap Pustekkom adalah pengembangan sistem pendidikan jarak
jauh (PJJ) dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Salah
satu komponen penting dalam sistem pendidikan jarak jauh adalah
bahan belajar, yang antara lain berupa bahan belajar cetak (modul).
Karena sistem PJJ memiliki ciri khas tertentu, maka bahan belajar yang
digunakan dalam sistem PJJ juga perlu didesain secara khusus pula
sehingga sesuai dengan karakteristik sistem PJJ tersebut. Di lain fihak,
hingga saat ini SDM yang berkompeten dalam pengembangan bahan
belajar masih sangat kurang. Bahkan buku-buku sumber dalam bidang
ini juga masih sulit ditemukan.
Kehadiran buku ini diharapkan dapat mengisi kekurangan tersebut.
Buku ini merupakan salah satu judul dalam buku serial Teknologi
Pendidikan yang diterbitkan oleh Pustekkom secara berkala. Terbitnya
buku-buku serial Teknologi Pendidikan tersebut diharapkan dapat
melengkapi buku buku sejenis yang telah ada, terutama buku-buku
praktis yang membahas penerapan teknologi pendidikan secara praktis.
Semoga kehadirannya dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dunia
pendidikan pada umumnya.
Kepala Pustekkom,
Ir. Lilik Gani, HA., M.Sc., Ph.D.
NIP 680001660
4
6. ata Pengantar
engant
K ata P engantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya buku Pengembangan Bahan Belajar Mandiri (Modul) ini.
Saat ini sistem pembelajaran mandiri telah banyak diterapkan di Indo-
nesia, seiring dengan makin berkembangnya lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, baik pada
jalur pendidikan formal maupun non formal termasuk lembaga Diklat
kedinasan. Sistem pembelajaran mandiri memang menuntut para
peserta didiknya untuk dapat melakukan kegiatan belajar secara
mandiri. Hal ini sebagai konsekwensi adanya ciri keterpisahan antara
pengajar dengan peserta belajar dalam sistem pendidikan jarak jauh,
serta adanya ciri keterbukaan/keluwesan dalam sistem pendidikan
terbuka. Dalam perkembangannya, bahkan, sistem pembelajaran
mandiri saat ini bukan hanya diterapkan di kalangan lembaga
pendidikan terbuka dan jarak jauh, melainkan juga diterapkan pada
sistem pendidikan regular.
Dalam sistem pendidikan yang menerapkan konsep pembelajaran
mandiri, sangat diperlukan bahan-bahan belajar yang dirancang
khusus untuk dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri, karena
itu diperlukan para tenaga profesional yang mampu mengembangkan
bahan belajar mandiri. Di fihak lain, sumber-sumber referensi tentang
pengembangan bahan belajar mandiri sampai saat ini masih sangat
terbatas, apalagi sumber pustaka lokal.
Terbitnya buku ini diharapkan dapat turut mengatasi terbatasnya
referensi tersebut. Buku ini dimaksudkan untuk membantu para
pembaca yang berminat untuk mengembangkan bahan belajar mandiri
( modul). Sistematika dan sajian dalam buku ini diupayakan sedemikian
rupa agar menjadi semacam paduan yang sederhana, praktis dan dapat
dipelajari secara mandiri oleh pembaca sehingga bisa langsung
5
7. diaplikasikan dalam kegiatan pengembangan bahan belajar mandiri.
Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh
dari sempurna. Berbagai keterbatasan yang ada, menyebabkan
kekurangsempurnaan buku ini. Oleh karenaya, kritik dan saran
perbaikan sangat kami harapkan dari pembaca. Tak lupa penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua fihak yang
telah ikut berperan membantu terbitnya buku ini.
Semoga buku sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Tim penulis
6
8. 2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
Bab I
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
PROSEDUR
PENGEMBANG
GEMBAN
PENGEMBANGAN
MODUL
Pendahuluan
S
aya yakin bahwa anda telah memiliki pengalaman dalam
tulis menulis, apakah itu menulis surat, menulis materi
untuk diklat atau mungkin menulis buku maupun tulisan
lainnya. Namun demikian mungkin Anda belum memiliki
pengalaman khusus dalam menulis modul. Karena modul ini
diharapkan membekali Anda pengetahuan dasar tentang
proses pengembangan modul diklat. Modul ini isinya
menjelaskan tentang Prosedur Pengembangan Modul. Isi utama
Modul ini adalah langkah-langkah penulisan modul. Namun
demikian sebelum uarian tentang penulisan modul, dijelaskan
pula tentang konsep dasar modul dan berbagai cara
pengembangannya. Dalam prosedur pengembangan modul
langkah-langkahnya adalah perencanaan, penulisan, review
dan revisi serta finalisasi.
Tujuan modul ini adalah untuk membimbing Anda secara
umum dalam merencanakan dan mengembangkan modul.
Karena itu isi modul ini lebih bersifat praktis dan lebih banyak
berisi tentang hal-hal atau rambu-rambu yang perlu
diperhatikan dalam menulis modul. Kompetensi yang Anda
kuasai setelah mempelajari modul ini adalah sebagai berikut.
7
9. PENGALAMAN
KOMPETENSI INDIKATOR
BELAJAR
Mampu menerap- Pembaca 1. Mampu menjelaskan
kan prosedur memperoleh pengertian modul, dan
pengembangan pengetahuan fungsinya.
modul tentang prosedur 2. Mampu menjelaskan
pengembangan berbagai cara
modul pengembangan modul
seperti; adaptasi,
kompilasi, dan menulis
3. Mampu menerapkan
langkah-langkah
penulisan modul
Modul ini berisi dua kegiatan belajar atau dua penggalan.
Kegiatan belajar 1 membahas tentang konsep dasar modul dan
berbagai cara pengembangan modul, dan kegiatan belajar 2
tentang langkah-langkah penulisan modul. Penjelasan kegiatan
2 meliputi uraian tentang pra penulisan, penulisan, pengkajian/
review, uji coba dan revisi, serta finalisasi dan pencetakan. Tiap-
tiap kegiatan belajar terkait erat secara berurutan. Karena itu
sebaiknya Anda mengikuti petunjuk belajar berikut ini:
• Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat
langkah demi langkah dan jangan tergesa-gesa.
• Kemudian kerjakan soal-soal atau latihan yang Anda temui
dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban
dihalaman belakang modul ini,
• Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama bagian yang kurang
Anda pahami,
• Praktekkanlah kegiatan-kegiatan yang baru anda pelajari
dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul ini.
Maksudnya, jika anda diminta untuk menuliskan, cobalah anda
menulis sesuai dengan bidang yang anda kuasai.
SELAMAT MEMBACA !
8
10. 7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321 Kegiatan Belajar 1
DAN
MODUL DAN
PEN GEMBAN GANNYA
PENGEMBANGANNYA
GEMBAN
Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
• Menjelaskan konsep dasar modul,
• Menjelaskan berbagai cara pengembangan modul,
• Menjelaskan langkah-langkah penulisan modul.
Uraian
Setiap kegiatan pembelajaran pastilah membutuhkan bahan
belajar. Bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran bentuknya bermacam-macam. Ada bahan
belajar yang dikemas dalam bentuk tercetak, dan non cetak.
Satu kesatuan modul sering di sebut sebagai modul.
A. PENGERTIAN MODUL
1. Modul
Modul ialah bahan
belajar yang dirancang
secara sistematis
b e r d a s a r k a n
kurikulum tertentu dan
dikemas dalam bentuk
satuan pembelajaran
terkecil dan
memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.
Dalam buku ini yang disebut sebagai modul dibatasi
pada “Bahan Belajar Tercetak”.
9
11. Tujuan disusunnya modul ialah agar peserta dapat
menguasai kompetensi yang diajarkan dalam diklat atau
kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bagi
widiaiswara atau guru, modul juga menjadi acuan
dalam menyajikan dan memberikan materi selama
diklat atau kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Fungsi Modul
Fungsi modul ialah sebagai bahan belajar yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik.
Dengan modul peserta didik dapat belajar lebih terarah
dan sistematis. Peserta didik diharapkan dapat
menguasai kompetesi yang dituntut oleh kegiatan
pembelajaran yang diikutinya. Modul juga daharapkan
memberikan petunjuk belajar bagi peserta selama
mengikuti diklat.
B. BERBAGAI CARA PENGEMBANGAN MODUL
Modul dapat dikembangkan dengan berbagai cara antara
lain melalui adaptasi, kompilasi dan menulis sendiri.
Sebagai bekal pengetahuan bagi Anda, maka dalam modul
ini akan dibahas tentang cara pengembangan melalui
adaptasi dan kompilasi. Namun demikian pada modul-
modul berikutnya akan lebih banyak dibahas tentang cara
pengembangan modul dengan “menulis sendiri”.
1. Adaptasi
Modul adaptasi ialah bahan belajar yang
dikembangkan atas dasar buku yang ada di pasaran.
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru, dosen, atau
widiaiswara mengidentifikasi buku-buku yang ada (di
toko buku atau perpustakaan) yang isinya relevan
dengan materi yang akan diajarkan. Setelah itu guru,
dosen atau widyaiswara memilih salah satu buku
10
12. tersebut sebagai bahan belajar yang digunakan untuk
satu mata pelajaran/diklat. Buku tersebut digunakan
dalam kegiatan pembelajaran secara utuh atau sebagian
dengan dilengkapi panduan belajar. Pengembangan
panduan belajar bersifat melengkapi buku tersebut
dengan semacam petunjuk mempelajarinya.
Panduan belajar untuk melengkapi buku antara lain
berisi:
1. Overview dan rangkuman dari topik-topik yang
wajib dipelajari peserta didik;
2. Peta atau diagram yang menggambarkan
keterkaitan topik-topik yang akan dipelajari peserta
didik;
3. Rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik;
4. Daftar Pustaka yang relevan
5. Petunjuk bagi peserta didik tentang topik mana yang
harus dipelajari dan topik mana yang tidak perlu
dipelajari
6. Penjelasan tambahan (tertulis atau lisan yang
direkam) untuk menjelaskan topik-topik yang
dianggap salah, bias, kadaluarsa, serta
membingungkan peserta didik.
2. Kompilasi
Modul kompilasi ialah bahan belajar yang
dikembangkan atas dasar buku-buku yang ada di
pasaran, artikel jurnal ilmiah dan modul yang sudah
ada sebelumnya. Kompilasi di lakukan oleh guru, dosen
atau widiaiswara dengan menggunakan garis-garis
besar program pembelajaran/pelatihan (GBPP) atau
silabi yang disusun sebelumnya.
11
13. Prosedur Kompilasi
Kompilasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Kumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah,
modul dan sumber acuan lain yang digunakan
dalam mata diklat seperti tercantum dalam Daftar
Pustaka di GBPP
2. Tentukan bagian-bagian buku, artikel jurnal ilmiah,
modul dan bagian dari sumber acuan lain yang
digunakan per Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP
3. Fotocopy seluruh bagian dari sumber yang
digunakan per Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP
4. Pilihlah hasil fotocopy tersebut berdasarkan Pokok
Bahasan sesuai dengan GBPP
5. Buatlah/tulislah halaman penyekat bahan untuk
setiap Pokok Bahasan
6. Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan
halaman penyekat untuk setiap Pokok Bahasan
kemudian dijilid rapi (selanjutnya dicopy untuk
dibagikan kepada peserta didik)
Ada satu hal penting yang harus diperhatikan oleh guru,
dosen atau widiaiswara dalam melakukan kompilasi,
yaitu harus memperhatikan masalah hak cipta. Untuk
buku-buku atau bahan lain yang dilindungi hak cipta
maka penggunaan atau pengkopiannya wajib
memperoleh ijin dari pemegang hak cipta.
3. Menulis
Menulis adalah cara pengembangan modul yang pal-
ing ideal. Bagi guru, dosen atau widiaiswara menulis
sendiri modul yang dipergunakan dalam pembelajaran
adalah membuktikan dirinya sebagai seorang yang pro-
fessional. Bagi guru, dosen, terutama widiaiswara
menulis modul merupakan tugas pokok yang dihargai
sebagai kegiatan pengumpuan angka kredit. Angka
kredit yang diperoleh guru, dosen atau widiswara dari
12
14. kegiatan menulis modul ini sangat tinggi nilainya,
sehingga akan mengantarkan seorang mencapai
jabatan tertinggi. Hal tersebut sesuai dengan tingkat
kesulitan dalam mengerjakannya. Menulis modul
memiliki tingkat kesulitan tertinggi dibanding dengan
kedua cara lain yang telah diuraikan terdahulu.
Ada beberapa syarat atau asumsi yang harus dipenuhi
dalam penulisan modul. Asumsi-asumsi tersebut
adalah:
1. guru, dosen atau widiaiswara adalah pakar bidang
ilmu tertentu atau menguasai dengan baik dalam
bidangnya
2. guru, dosen atau widiaiswara mempunyai
kemampuan menulis
3. guru, dosen atau widiaiswara mengerti kebutuhan
peserta didik dalam Ilmu atau mata pelajaran
tersebut
Ada beberapa acuan yang harus digunakan oleh penulis
dalam penulisan modul. Modul ditulis berdasarkan: 1)
Kurikulum , 2) Satuan acara pembelajaran atau SAP,
dan 3) garis-garis besar isi modul (GBIM).
Penulisan modul sebaiknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut; 1) perencanaan, 2) penulisan, 3) review,
ujicoba dan revisi, 4) finalisasi dan pencetakan.
Sampai di sini Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar
1 dari modul 1. Sebelum berlanjut pada Kegiatan Belajar 2,
kerjakanlah Tugas berikut ini.
• Tugas 1
1. Jelaskan tentang cara-cara pengembangan modul!
2. Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
penulisan modul!
13
15. 7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321 Kegiatan Belajar 2
ANGKAH-L ANGKAH
L AN GKAH-L AN GKAH
PENGEMBANG
GEMBAN
PEN GEMBAN GAN MODUL
Tujuan
Setelah membaca penggalan ini anda diharapkan dapat:
• Menjelaskan pentingnya perencanaan dalam proses
pengembangan modul,
• Menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan modul,
• Menuliskan tujuan pembelajaran atau kompetensi,
• Menentukan isi dan urutan materi pelajaran sehingga
sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus,
• Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
tahap penulisan
• Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
tahap review, revisi dan uji coba
• Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
tahap finalisasi
14
16. Uraian
Sebelum Anda membaca uraian berikut ini, perhatikan skema
di bawah ini:
Langkah-langkah Pengembanan Modul
TAHAP TAHAP TAHAP REVIEW UJI TAHAP FINALISASI
PERENCANAAN PENULISAN COBA DAN REVISI DAN PENCETAKAN
Penyusunan Garis - Persiapan Outline/ - Review ahli dan - Pembuatan Naskah
Besar Isi Modul rancangan modul teman sejawat Modul
(GBIM) - Menulis draft I - Uji coba kelompok - Pencetakan
- Melengkapi draft I kecil dan uji coba
menjadi draft II lapangan
A. TAHAP PERENCANAAN
Setiap kegiatan umumnya dimulai dengan tahap
perencanaan. Demikian pula halnya dengan
pengembangan modul. Bila suatu lembaga atau institusi
akan mengembangkan suatu paket modul, dalam tahap
perencanaan biasanya dilibatkan para ahli. Para ahli itu
umumnya meliputi ahli materi yaitu orang yang menguasai
suatu bidang ilmu atau materi pelajaran, ahli kurikulum
dan pembelajaran yaitu orang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang metodologi pengajaran dan juga
kurikulumnya, ahli media yaitu orang yang memahami
tentang karakteristik, keunggulan dan kelemahan berbagai
media dalam hal ini terutama media cetak dan orang yang
ahli menulis yaitu penulis.
Tahap perencanaan ini sangat penting dalam proses
Pengembangan Modul, agar bahan belajar yang kita
kembangkan dapat membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Selain itu
bila dilakukan perencanaan yang baik bahan belajar yang
dihasilkan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan
tingkat kedalaman materi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan sasaran didik.
15
17. Penulis hendaknya terlibat sejak dalam tahap perencanaan
sehingga ia benar-benar mengetahui tentang tujuan yang
ingin dicapai dan materi yang harus disajikan. Para ahli
dan penulis ini berkumpul bersama untuk menyusun Garis-
Garis Besar Isi Modul (GBIM) atau Garis-Garis Isi
Pembelajaran/Pelatihan (GPPP) yang akan dijadikan
pedoman dalam penyusunan modul. GBIM merupakan
cetak biru (blueprint) bagi modul yang akan ditulis dan
biasanya dituangkan dalam suatu format matrik yang
memuat berbagai aspek terutama menyangkut kompetensi,
dan cakupan materi. (matrik GBIPM akan anda baca pada
bagian berikutnya).
Berikut ini adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan GBIM modul:
- Siapakah peserta diklat yang akan memanfaatkan bahan
belajar tersebut?
- Apakah kompetensi atau tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai?
- Materi/isi pelajaran apa yang akan disajikan?
- Bagaimanakah urutan penyajian materi pelajaran
tersebut?
- Metode mengajar dan media apa yang akan digunakan?
- Bila akan digunakan media cetak, media apakah yang
merupakan pendukung media cetak tersebut?
- Bagaimanakah penilaian yang akan dilakukan
terhadap peserta diklat?
- Bagaimanakah alokasi waktu untuk setiap materi
pelajaran atau setiap mata diklat?
- Bagaimanakah bahan belajar akan dinilai dan direvisi?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting untuk
diperhatikan agar modul yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, memiliki kebenaran materi, dan
tersaji secara baik dan sistematis.
16
18. Berikut akan diuraikan satu persatu jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
• Peserta diklat
Sebelum Anda
menulis bahan
belajar berupa
modul, sebaiknya
terlebih dahulu
memiliki informasi
yang jelas untuk
siapakah anda
menulis atau
siapakah yang akan membaca tulisan Anda? Jika anda
akan menulis modul untuk peserta diklat atau orang
yang sering berhubungan dengan Anda, tentu anda
telah banyak tahu tentang mereka. Tetapi jika Anda
akan menulis untuk peserta diklat yang baru bagi Anda
dan Anda belum mengenalnya secara dekat, mungkin
sebaiknya Anda menyisihkan waktu untuk mencari
informasi tentang mereka. Informasi apakah yang perlu
Anda ketahui dan relevan untuk pengembangan
modul?
Ada 4 tipe informasi yang sebaiknya Anda ketahui
tentang keadaan peserta didik Anda, yaitu:
a. faktor demografi: Berapa jumlah mereka? Berapa
umurnya? Jenis kelaminnya? Status perkawinan?
Pekerjaan? Bagaimana adat istiadat mereka?
Bagaimana lingkungan sosial budaya di
wilayahnya? dan lain-lain,
b. faktor motivasi: Mengapa mereka mengikuti diklat
atau kegiatan belajar ini? Bagaimana hubungan diklat
atau kegiatan belajar dengan pekerjaan mereka?
Mengapa mereka memilih ikut diklat ini? Apa yang
mereka inginkan dari diklat ini? Dan lain-lainnya,
17
19. c. faktor belajar: Bagaimana intelegensi dan kapasitas
mereka? Apakah mereka memiliki pengalaman
sebelumnya tentang diklat sejenis? Apakah mereka
memiliki waktu dan fasilitas yang memadai untuk
belajar? Dan lain-lain,
d. latar belakang bidang studi: Pengetahuan,
keterampilan dan sikap apa yang telah mereka
kuasai sehubungan dengan bidang yang akan
diajarkan? Apakah mereka memiliki ‘‘personal in-
terest’’ dan pengalaman yang relevan? (informasi-
informasi ini sangat penting bagi Anda untuk
penyajian bahan belajar, pemberian anekdot, contoh
dan analogi).
• Tujuan Pembelajaran Umum (Kompetensi Dasar)
dan Tujuan Pembelajaran Khusus (Indikator)
Istilah tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus sering pula diartikan sebagai
kompetensi dasar dan indikator. Bila tujuan
pembelajaran umum (Kompetensi Dasar) dan tujuan
pembelajaran khusus (Indikator) telah dipertimbangkan
dan dipikirkan sejak awal proses pengembangan modul,
hal ini akan sangat bermanfaat untuk menghasilkan
bahan belajar yang berkualitas. Mengapa demikian?
Terlebih dahulu akan dijelaskan tentang perbedaan
tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus, walaupun mungkin kedua istilah ini tidak asing
bagi Anda:
• Tujuan pembelajaran umum (Kompetensi Dasar):
suatu pernyataan umum tentang apa yang Anda
harapkan dapat dikuasai oleh peserta diklat setelah
ia menyelesaikan suatu bahan belajar. Tujuan
pembelajaran umum ini juga menggambarkan
tentang bahan belajar apa yang ingin disampaikan
oleh guru kepada peserta diklat.
18
20. • Tujuan pembelajaran khusus (Indikator): adalah
terjemahan dari specific instructional objective.
Literatur asing menyebutkan pula sebagai objective
atau enabling objective, untuk membedakannya dari
general instructional objective/goal, atau terminal ob-
jective, yang berarti Tujuan Instruksional Umum
(TIU) atau Tujuan Instruksional Akhir. Dalam
literatur asing tentang penulisan modul
menyebutkan sebagai behavioural objective yang
berarti suatu pernyataan yang dapat
menginformasikan kepada kita apa yang harus
dapat dicapai peserta didik setelah menyelesaikan
suatu kegiatan pembelajaran, dan dinyatakan dalam
kata kerja yang dapat diukur. Tujuan pembelajaran
khusus berisi kecakapan-kecakapan khusus berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Apakah nilai atau kegunaan tujuan pembelajaran
khusus dalam pengembangan modul?
a. Komunikatif: tujuan pembelajaran khusus dapat
membantu memperjelas arah dan tekanan kegiatan
pembelajaran baik bagi Anda sebagai penulis, teman
atau ahli yang akan mengkaji tulisan Anda dan
terlebih penting bagi peserta diklat.
b. Isi dan urutan materi: dengan adanya tujuan
pembelajaran khusus yang jelas akan membantu
Anda dalam menentukan materi penting yang akan
disampaikan dan materi pendukungnya, serta
mengidentifikasikan bagaimana cara mengurutkan
materi tersebut.
c. Media dan metode: bila Anda telah memastikan
tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai,
tentunya Anda dapat dengan mudah menentukan
media pembelajaran dan aktivitas belajar apa yang
paling tepat.
19
21. d. Penilaian: tujuan pembelajaran khusus dapat
membantu Anda menentukan alat dan metode
penilaian terhadap peserta diklat, selain itu dapat
pula dijadikan dasar penilaian untuk mengukur
efektivitas bahan belajar.
Berikutnya saya akan mengajak Anda untuk berdiskusi
tentang bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran.
Jika Anda seorang pengajar tentu Anda tidak asing lagi
dengan istilah atau singkatan A B C D dalam perumusan
tujuan pembelajaran. A berarti Audience. B berarti Be-
havior. C berarti Condition dan D berarti Degree. Audi-
ence adalah peserta diklat yang akan belajar. Dalam
tujuan pembelajaran harus dijelaskan siapa peserta
diklat yang akan mengikuti pelajaran itu peserta diklat
yang mana? Misalnya peserta diklatpim IV, peserta
diklat komputer tingkat dasar. Keterangan peserta diklat
yang akan belajar tersebut diusahakan spesifik
mungkin, agar sejak permulaan orang-orang yang tidak
termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa tujuan
diklat tersebut belum tentu sesuai bagi mereka. Mungkin
bahan terlalu mudah, terlalu sulit atau tidak sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Dengan perumusan tujuan pembelajaran kita tentu
berharap tujuan pembelajaran tersebut dapat
membantu penulis dan peserta diklat. Oleh karena itu
pertama kita harus memikirkannya secara hati-hati
kemudian merumuskannya dalam kata-kata yang jelas
dan sesuai, atau kata-kata yang mudah diukur (mea-
surable) dan mencerminkan tingkah laku. Dengan
demikian tampak jelas tingkah laku apa yang kita
harapkan ditampilkan peserta diklat setelah mempelajari
modul. Ini berdasarkan prinsip kedua yaitu tujuan
20
22. pembelajaran hendaknya menggambarkan perilaku
atau behavior yang dapat diamati atau observable.
Beberapa kata yang sering digunakan dalam perumusan
tujuan pembelajaran antara lain;
• menyebutkan,
• menjelaskan,
• mengidentfikasikan,
• menyusun,
• menuliskan,
• membandingkan
Condition berarti Anda harus secara spesifik menentukan
dalam kondisi yang bagaimana peserta diklat
mendemonstrasikan hasil belajarnya. Dalam hal ini
Anda dapat menggunakan kata-kata misalnya;
• diberikan catatan tentang ...,
• diberikan kasus ....,
• diberikan seperangkat peralatan ...,
• tanpa alat dan referensi ...
Degree berarti Anda dan peserta diklat perlu menetapkan
standar pencapaian dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sebagai contoh pemberian batas waktu atau time limit.
“Peserta diklat harus dapat menyelesaikannya dalam
waktu lima belas menit”. Atau dapat pula diberi batasan
julah jawaban minimum, misalnya; “Peserta diklat harus
dapat menjawab benar minimal 7 dari 10 soal yang
diberikan”.
Sekarang coba Anda merumuskan beberapa tujuan
pembelajaran dengan kriteria yang telah dijelaskan di
atas. Anda dapat mengambil permasalahan dari bidang
yang Anda kuasai. Setelah itu susunlah urutan tujuan
pembelajaran tersebut untuk menggambarkan urutan
mencapainya.
21
23. Pembelajaran lebih lanjut tentang perumusan tujuan
pembelajaran ini dapat Anda pelajari pada bagian
berikut:
• Penentuan Isi dan Urutan Materi Pembelajaran
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan (meliputi
tujuan pembelajarn umum dan tujuan pembelajaran
khusus) dan disusun urutannya, langkah berikutnya
dalam tahap perencanaan adalah menentukan isi
pelajaran dan urutannya. Pada langkah ini perlu
diidentifikasi topik utama, konsep-konsep, prinsip-
prinsip dan teori-teori yang akan dimuat dalam bahan
belajar. Pada tahap ini juga dilakukan rincian pokok
bahasan menjadi sub pokok bahasan. Ada beberapa hal
penting yang perlu dipertimbangkan:
- Apakah materi cukup relevan dengan tujuan
pembelajaran?
- Apakah realistik untuk dapat dipelajari pada waktu
yang telah ditetapkan? Jika tidak mana yang harus
dihilangkan?
- Apakah materi yang diajarkan mencakup semua yang
diperlukan peserta diklat untuk mencapai tujuan?
- Apakah materi itu sudah benar, sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta diklat dan up to date?
- Apakah masih terdapat materi yang kurang sesuai
dan tidak diperlukan?
- Setelah Anda mengidentifikasikan materi, apakah
perlu ada penambahan tujuan pembelajaran?
- Apakah masih terdapat materi yang perlu diuraikan
lagi menjadi sub materi yang lebih kecil?
- Apakah ada hubungan yang jelas, kesinambungan
(continuity) antara materi sebelumnya, materi
sekarang, dan materi yang akan datang?
- Apakah uraian materi sudah tepat?
- Apakah sudah diperhitungkan awal dan akhir dari
pokok materi, sehingga tampak materi tersebut
merupakan satu kesatuan?
22
24. • Pemilihan Media
Walaupun
y a n g
dibicarakan
dalam modul
ini terutama
adalah media
cetak, namun
mengingat
setiap media
memiliki
kelebihan dan
kekurangan
maka perlu dipertimbangkan pula perpaduan media
cetak dengan media lain. Bila kita merencanakan me-
dia cetak akan sangat baik bila kita berfikir tentang
media lain yang dapat mendukungnya misalnya kaset
audio, film, atau program video. Khusus untuk diklat
tertentu (misalnya diklat Bahasa Inggris) media cetak
dilengkapi dengan program audio sebagai pelengkap.
Selain itu media cetak dapat diperkuat pula dengan
praktek. Praktek ini dapat dilakukan dengan membekali
peserta diklat seperangkat peralatan praktek atau
menganjurkan mereka menggunakan laboratorium.
Mereka dapat melakukan praktek secara individu atau
kelompok dengan bimbingan fasilitator.
Dalam perencanaan modul khusus untuk diklat jarak
jauh perlu dipertimbangkan pula adanya pertemuan
reguler antara peserta diklat dengan tutor atau antar
peserta diklat. Pertemuan tatap muka ini merupakan
sarana penting bagi peserta diklat dalam sistem belajar
jarak jauh untuk saling bertukar pikiran, berdiskusi, atau
untuk mengekspresikan dirinya.
23
25. Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan media:
• Apakah tujuan yang akan dicapai memang tepat
dengan menggunakan media cetak?
• Perlukah ada media lain seperti video, audio, atau
peralatan praktek sebagai media pendamping?
• Apakah sarana dan prasarana yang tersedia dalam
diklat memungkinkan untuk menggunakan suatu
media terutama media elektronik?
Berikut ini adalah aturan umum yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan media.
• Sebagian besar media dapat digunakan untuk
mengajarkan bidang studi. (Namun demikian dalam
pemanfaatannya, media tertentu akan lebih efektif
untuk materi tertentu dibandingkan dengan media
lainnya).
• Media yang memiliki daya kontrol tinggi;
memungkinkan untuk terjadinya interaksi,
memungkinkan adanya tes dan pemberian
penguatan terhadap aktivitas belajar peserta diklat
jelas menguntungkan.
• Beberapa peserta diklat akan menyukai media
tertentu dari pada yang lain, dan tentunya antara
peserta diklat yang satudengan yang lain berbeda-
beda tergantung pada kapasitas belajar mereka dari
media tertentu.
• Pemilihan media hendaknya memperhitungan atau
disesuaikan dengan sumber, bahan dan biaya yang
tersedia.
24
26. • Penilaian
Mungkin terlalu dini untuk membicarakan masalah
penilaian dalam tahap perencanaan. Namun demikian
sejak dalam tahap perencanaan perlu diperhatikan
strategi penilaian hasil belajar peserta diklat.
• Siapa yang akan menilai?
• Kapan penilaian dilakukan?
• Mengapa mereka perlu dinilai?
• Bagaimana cara penilaiannya?
Informasi tentang strategi penilian ini harus secara jelas
dirancang terlebih dahulu dalam perencanaan suatu
modul. Dengan demikian sejak awal telah terlihat tujuan
yang akan dicapai dan alat penilaian untuk mengukur
pencapaian tujuan tersebut.
Apa yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat dalam
bagan berikut ini.
B. TAHAP PENULISAN
Seperti telah dijelaskan dalam bagian terdahulu, bahwa dari
tahap perencanaan diharapkan dapat dihasilkan suatu
rencana modul yang dituangkan dalam Garis-Garis Besar
Isi Modul (GBIM). GBIM ini berisi tentang sasaran atau
peserta diklat, tujuan umum dan tujuan khusus, materi atau
isi pelajaran, media yang digunakan dan strategi penilaian.
Anda sebagai penulis, sebaiknya menggunakan GBIM
secara cermat, untuk kemudian melakukan langkah
berikutnya yaitu:
1. persiapan outline,
2. penulisan.
25
27. 1. Persiapan Outline/Rancangan
a. Menentukan topik yang akan dimuat
Setelah anda menganalisis GBIM, tugas Anda
berikutnya adalah membuat catatan tentang topik-
topik yang akan dimuat dalam bahan belajar. Dalam
hal ini anda harus memilih dan menilai topik-topik
tersebut sehingga sesuai dengan keadaan peserta
diklat.
Untuk melakukan ini ada dua hal yang perlu diingat:
• Pertama, daftar tentang tujuan pembelajaran
khusus dan kebutuhan peserta diklat. Yakinkan
bahwa topik-topik yang akan anda masukkan
terkait erat dengan tujuan khusus dan
kebutuhan peserta diklat,
• Kedua, tentang belajar aktif. Agar dapat
mengembangkan belajar aktif dalam modul
Anda, sebaiknya Anda membangun materi
pelajaran bersamaan dengan pengembangan
bahan belajar aktif daripada memikirkan aktivitas
belajar setelah materi diuraikan. Agar dapat
melakukan ini Anda perlu mengetahui materi-
materi/topik-topik apa yang akan anda
masukkan.
b. Mengatur urutan topik-topik sesuai dengan urutan
tujuan pembelajaran
Langkah berikutnya adalah mengatur topik dalam
urutan yang logis. Maksudnya, urutan diatur
sedemikian rupa sehingga membantu peserta diklat
dalam menyerap materi pelajaran. Gunakan apa
yang telah diketahui peserta diklat peserta diklat
sebagai “starting point”. Ini berarti segala sesuatu
harus berdasarkan pada kebutuhan peserta diklat
bukan pada ide Anda.
26
28. Dari langkah awal ini, kemudian materi pelajaran
bergerak selangkah demi selangkah. Sebaiknya setiap
penggalan materi berikan aktivitas peserta diklat
sebelum ia melangkah pada proses materi
berikutnya. Usahakan bila akan mendiskusikan topik
baru beri pengantar terlebih dahulu, jelaskan, beri
kesempatan mereka mempraktekkannya sebelum
melangkah pada tahap berikuntnya. Sebaiknya
Anda juga memberikan pengulangan dari waktu ke
waktu dan berusaha menghubungkan apa yang
telah diketahui peserta diklat dengan materi yang
akan dibahas.
Akhirnya Anda juga perlu mempertimbangkan
kemungkinan penggunaan media lain. Sebagai
contoh, jika setiap akhir unit Anda mengharapkan
peserta diklat mendengarkan kaset audio, janganlah
Anda mengulang materi cetak ke dalam kaset
audio. Urikan materi tersebut dari sudut pandang
yang berbeda.
Bila Anda mengurutkan topik-topik, jangan lupa
untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
• Apakah tingkat kesulitan sesuai dengan
kemampuan peserta diklat?
• Apakah topik-topik yang baru telah diantarkan
secara cermat dan hati-hati?
• Apakah pekerjaan yang harus dilakukan peserta
diklat sudah jelas?
• Apakah penggunaan media lain sebagai media
pendukung sudah tepat?
27
29. c. Mempersiapkan outline
Berikut ini adalah contoh rancangan atau outline
sebuah modul.
Pendahuluan
Kegiatan Belajar 1 … (judul)
Sub-sub judul, uraian, contoh-contoh,
ilustrasi atau diagram, latihan
Kegiatan Belajar 2 … (judul)
Sub-sub judul, uraian, contoh-contoh,
ilustrasi atau diagram, latihan
Penutup
Dari bagan di atas tampak bahwa modul terdiri atas:
• Pendahuluan; bagian ini berisi tentang uraian
singkat mengenai materi yang akan dijelaskan
dalam modul, hubungan dengan materi
sebelumnya, tujuan, peralatan dan waktu yang
diperlukan dalam mempelajari modul, dorongan
belajar dan lain-lain.
• Bagian utama; bagian utama ini berisi uraian,
contoh-contoh, ilustrasi atau diagram, latihan,
umpan balik.
• Bagian penutup: berisi rangkuman atau
kesimpulan, penjelasan tentang hubungan
dengan materi berikutnya, dan dorongan kepada
peserta diklat karena telah berhasil
menyelesaikan modul dan diminta untuk
mengikuti tes.
Rancangan di atas sekedar contoh. Anda dapat
membuat rancangan yang berbeda dengan contoh
di atas, misalnya Anda membuat yang lebih rinci lagi.
28
30. Dari contoh tersebut tampak bahwa modul tersebut
diawali dengan pendahuluan. Kemudian
dilanjutkan dengan penggalan satu, dua dan tiga
dan diakhiri dengan penutup atau tes. Setiap
penggalan umumnya berisi uraian, contoh,
aktivitas/latihan dan umpan balik. Anda dapat
membuat outline tersebut secara lebih rinci lagi
dengan memperhatikan pertanyaan sebagaiberikut.
• Uraiannya tentang apa? (tuliskan dalam
rancangan modul Anda)
• Contohnya apa? Ilustrasinya apa?
• Umpan baliknya bagaimana?
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebuah
rancangan modul diklat penyusunan laporan berikut
ini.
Contoh:
RANCANGAN MODUL
Mata Diklat : Penyusunan Laporan
PENDAHULUAN
• Kaitan dengan modul sebelumnya tentang
“Penyusunan Laporan”
• Tujuan: Peserta diklat dapat menjelaskan
penyusunan laporan, syarat-syarat dan bahan-
bahan untuk penyusunan laporan, serta
kegunaannya dalam tugas sehari-hari.
• Kegiatan 1 : bahan-bahan untuk penyusunan
laporan
• Kegiatan 2 : langkah-langlah penyusunan
laporan
• Penjelasan umum tentang bahan-bahan untuk
penyusunan laporan dan lain-lain.
29
31. • Informasikan akan ada contoh dan latihan/
praktek menyusun laporan.
• Waktu 4 jam pelajaran.
KEGIATAN 1
Bahan-bahan untuk Penyusunan Laporan
• Tujuan : menjelaskan bahan-bahan
untuk penyusunan laporan.
• Pokok Materi : Data dan informasi
Catatan
Bukti-bukti fisik
• Uraian materi:
1. Data dan informasi
• Jenis data
• Peserta diklat diminta mengidentifikasi
jenis data
• Peserta diklat diminta menjawab
pertanyaan berkaitan dengan data dan
informasi.
• Disajikan kesimpulan dari pembahasan
tentang data dan informasi.
• Dst
KEGIATAN 2
Langkah-langlah Penyusunan Laporan
Dst.
PENUTUP
Uraian singkat penyimpulan tentang Penyusunan
Laporan. Peserta diklat diminta kembali untuk
melakukan latihan/praktek.
Peserta diklat diminta untuk mencocokkan hasil
tugasnya dengan kunci tugas. Bila belum mencapai
penguasaan 65 prosen diminta kembali mempelajari
modul.
30
32. 2. Penulisan
a. Menulis draft 1
Setelah Anda mempersiapkan outline,langkah
berikutnya adalah mencoba menulis draft 1. Ada
beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan
dalam menulis draft .
• Apakah Anda telah menulis dalam bahasa yang
umum dipakai, dan menggunakan bahasa yang
akrab seperti menyapa peserta diklat dengan
sapaan “Anda”, dan saya bagi penulis?
• Apakah Anda telah menggunakan pertanyaan
retorik secara tepat misalnya pada awal uraian
diberikan pertanyaan retorik kemudian Anda
menjawabnya dalam uraian berikutnya?
• Apakah Anda telah menghindari penggunaan
sebuah kata yang terlalu sering, sementara Anda
dapat menggantinya dengan kata lain?
• Apakah Anda telah menggunakan bahasa
preciese atau jelas daripada bahasa yang abstrak
dan tidak jelas?
• Apakah Anda telah berusaha menggunakan
bahasa/kalimat aktif dari kalimat pasif?
• Apakah Anda telah menggunakan kalimat yang
cukup jelas, pendek dan sederhana?
• Apakah Anda telah menggunakan paragraf
secara tepat?
• Apakah telah jelas point pembelajaran dalam
setiap paragraf?
• Apakah Anda telah menghindari lebih dari satu
point pembelajaran dalam setiap paragraf?
• Apakah Anda telah memberikan aktivitas dan
feedback secara tepat?
• Apakah Anda telah memberikan contoh secara
tepat?
• Apakah Anda telah menampilkan gambar dan
diagram secara tepat?
31
33. Cobalah Anda menulis draft 1 kemudian mereview
tulisan Anda sendiri berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan di atas.
b. Melengkapi draft 1 menjadi draft 2
Setelah Anda selesai menulis draft 1 dan coba
mereview berdasarkan pertanyaan di atas, tugas
berikutnya adalah melengkapidraft 1 menjadi draft
2. Sekarang Anda telah memahami apa kekurangan
dan kelebihan dari tulisan Anda.
Ada beberapa pertanyaan dalam menilai draft 2
• Sudahkah Anda membuat tulisan Anda jelas bagi
peserta diklat tentang apa yang mereka
harapkan dari tulisan Anda?
• Sudahkan Anda menghindari bahasa yang
membingungkan?
• Apakah semua uraian cukup jelas bagi peserta
diklat?
• Apakah tata letak, contoh, gambar-gambar
dibuat dalam efek yang menarik?
• Apakah peserta diklat sudah diarahkan bila
mereka harus mendengarkan radio, menonton
program video, atau melakukan praktek?
• Apakah Anda telah membuat tes mandiri “self
assessment” dengan frekuensi yang cukup dan
relevan terhadap tujuan belajar?
• Apakah feedback/umpan balik yang Anda
berikan cukup membantu peserta diklat dalam
mencocokkan jawaban mereka?
• Apakah Anda telah menetapkan waktu yang
realistis bagi peserta diklat dalam melakukan
suatu aktivitas?
32
34. c. Menulis tes/penilaian hasil belajar peserta diklat
Pengembangan bahan tes atau penilaian pada
dasarnya tidak terlepas dari pengembangan bahan
belajar itu sendiri. Penulis hendaknya mampu
memilih metode, teknik dan alat penilaian yang
tepat, sehingga dapat mengukur pencapaian tujuan
secara tepat.
Pada dasarnya ada dua penggunaan hasil penilaian
dalam proses belajar mandiri, yaitu:
• Untuk membantu peserta diklat dalam
memperbaiki kegiatan belajar mereka.
• Untuk memberikan laporan tentang apa yang
telah mereka pelajari.
Penggunaan hasil penilaian yang pertama sering
disebut tes formatif karena dimaksudkan untuk
membantu peserta diklat belajar. Yang kedua disebut
tes sumatif karena untuk menginformasikan tentang
pencapaian hasil belajar.
• LATIHAN
1. Jelaskan langkah-langkah dalam mempersiapkan out-
line sebuah modul!
2. Jelaskan langkah-langkah dalam menulis modul!
3. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan jika Anda
menulis modul?
33
35. C. TAHAP REVIEW, UJI COBA DAN REVISI
1. Review
Dalam kegiatan ini anda meminta beberapa orang untuk
membaca draft Anda secara cermat dan mintalah kritik
dari mereka, biarkan mereka memberikan komentar
yang konstruktif. Siapa sajakah yang dapat Anda
harapkan menjadi reviewer?
Ada tiga kelompok reviewer, yaitu :
• Ahli materi/ahli bidang studi,
• Ahli media/ahli instruksional,
• Teman sejawat/tutor yang sering berhubungan
dengan peserta diklat.
Jika Anda bekerja dalam satu tim, penting sekali agar
ahli materi dan ahli media membaca tulisan Anda
secara cermat. Selain itu usahakan minimal satu kali
teman sejawat Anda diminta untuk memberikan
komentar terhadap tulisan Anda atau pembicaraan
tatap muka secara pribadi atau dalam pertemuan tim.
Kegiatan diskusi tim ini sangat penting, agar setiap
penulis mendapat masukan dari ahli materi dan ahli
media, serta dapat memberikan masukan sesama
penulis dalam hubungan yang simpatik dan saling
mendukung.
Bidang yang dikomentari pada dasarnya ada dua, yaitu:
• isi/bidang studi, dan
• penyajian atau efektivitas pengajaran
Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi/bidang
studi antara lain :
• Apakah tujuan umum dan tujuan khusus telah
tergambar secara jelas ?
• Apakah tujuan-tujuan tersebut relevan dengan
kebutuhan nyata peserta diklat ?
34
36. • Apakah tujuan-tujuan khusus merupakan
penjabaran dan mendukung tujuan umum?
• Apakah ada tambahan tujuan umum dan tujuan
khusus yang perlu dimasukkan?
• Apakah materi sudah memadai untuk mencapai
tujuan?
• Apakah faktor-faktor yang disajikan sudah benar
dan tepat?
• Apakah materinya up to-date?
• Apakah antar materi saling terkait secara logis?
• Apakah uraian materi sudah didukung dengan
contoh, analogi, ilustrasi dan cara studi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas terutama menjadi
tanggung jawab ahli materi.
Dapat pula teman sejawat menyoroti masalah ini atau
memberikan masukan tentang hal-hal yang menyangkut
penyajia/efektivitas antara lain:
• Apakah peserta diklat akan memahami apa yang
harus mereka kerjakan? (Apakah sudah ada
petunjuk belajar yang memadai)?
• Apakah menurut Anda peserta diklat akan
mengalami kesulitan mencapai tujuan-tujuan yang
telah tertulis?
• Apakah materi memiliki tingkat kesukaran yang
sesuai dengan kemampuan peserta diklat?
• Apakah contoh, analogi, ilustrasi dan studi kasus
(case study) yang diberikan tampaknya sesuai
dengan minat dan keadaan peserta diklat?
• Apakah istilah-istilah baru telah dijelaskan secara baik?
• Apakah aktivitas-aktivitasnya berguna dan dapat
dipraktekkan?
• Apakah tugas-tugas saling terkait dengan aktivitas?
• Dapatkah Anda memberikan saran untuk contoh,
analogi, ilustrasi, case study, aktivitas, tugas-tugas
dan test untuk perbaikan bahan belajar tersebut?
35
37. Pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih merupakan
tanggung jawab pengkaji media.
2. Uji Coba
a. Uji coba tatap muka dalam kelompok kecil
Untuk uji coba ini Anda membutuhkan dua atau
tiga peserta diklat sebagai sampel. Sampel
hendaknya dari peserta diklat yang akan
mempelajari bahan belajar ini. Peserta diklat tersebut
diminta untuk mengerjakan/mempelajari draft
modul yang telah diperbaiki berdasarkan hasil re-
view ahli materi, ahli media dan teman sejawat.
Bagaimana memulai uji coba ? Duduklah bersama
peserta diklat anda dalam tempat yang tidak terlalu
jauh sehingga anda dapat mengamatinya selama
satu atau dua jam. Teliti jika perlu melalui test bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk memulai
pelajaran. Selain itu teliti pula apakah peserta diklat
memiliki pengetahuan awal yang disyaratkan untuk
mempelajari modul Anda. (Cara ini dapat ditempuh
dengan meminta peserta diklat membaca modul
sebelumnya, yang materinya terkait erat dengan
modul yang akan dipelajari). Jelaskan kepada
peserta diklat bahwa tujuan Anda adalah menguji
coba modul bukan menguji peserta diklat. Mintalah
mereka untuk mengerjakannya secara santai/rilex
dan dalam keadaan wajar-wajar saja.
Kemudian mintalah peserta diklat untuk memulai.
Amati bagaimana mereka mempelajari modul Anda.
Dari manakah peserta diklat memulai/apa yang
dijadikan ‘‘starting point’’ ? Bagaimana reaksi
mereka terhadap aktivitas dalam modul ? apakah
ada hal-hal yang membuat peserta diklat Anda
36
38. bosan, jenuh atau mengalami kesulitan? Jika peserta
diklat anda telah selesai, berikan test untuk
mengetahui apakah peserta diklat anda telah
belajar? Informasi yang diperoleh dari hasil uji coba
ini, hendaknya dijadikan dasar untuk perbaikan
modul Anda.
Apabila uji coba yang telah Anda lakukan sejauh
ini belum memberikan semua informasi yang Anda
butuhkan, Anda memerlukan suatu uji coba yang
lebih ‘‘realistic’’ yang disebut uji coba lapangan “field
trials’’.
b. Uji coba lapangan
Dalam uji coba ini anda membutuhkan sampel
peserta diklat lebih banyak, katakan 20 – 30 orang.
Anda dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
• Mintalah peserta diklat untuk menyelesaikan test
dalam pelajaran tersebut, baik sebelum atau
sesudah membaca modul Anda. Koreksilah hasil
mereka.
• Mintalah mereka untuk mengisi “kuesioner/
daftar pertanyaan yang meminta komentar
mereka tentang:
- Berapa waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan bahan belajar tersebut?
- Bagaimana mengenai kemudahan/
keterkaitan dan kegunaan bahan belajar
tersebut?
- Bagaimana yang mereka sukai dan tidak
mereka sukai?
• Interview beberapa peserta diklat dan amati
bagaimana tanggapan umum mereka terhadap
bahan belajar dan bagaimana saran mereka
untuk perbaikan bahan belajar tersebut.
37
39. 3. Revisi
Tujuan diadakannya review dan uji coba adalah untuk
perbaikan bahan belajar. Bila semua informasi atau
komentar yang didapatkan dari ahli materi, ahli media
dan teman sejawat dipakai untuk memperbaiki bahan
belajar, sebenarnya kita telah mendapatkan bahan
belajar yang cukup baik. Apalagi bila hasil uji coba
kelompok kecil dan uji coba lapangan dijadikan dasar
untuk perbaikan modul, maka kita telah mendapatkan
modul yang lebih baik lagi. Dengan demikian modul
tersebut telah siap untuk masuk dalam tahap berikutnya
yaitu tahap “finalisasi” atau penyelesaian.
D. FINALISASI DAN PENCETAKAN
Uraian
Setelah modul direview, diuji coba dan direvisi maka
langkah berikutnya adalah finalisasi dan pencetakan.
Finalisasi berarti kita melihat kembali kebenaran text dan
kelengkapan modul sebelum modul siap untuk dicetak. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap
finalisasi.
• Apakah text telah sempurna (tidak salah ketik)?
• Apakah ilustrasi yang diminta telah lengkap?
• Apakah catatan kaki dan daftar pustaka telah lengkap?
• Apakah penomeran halaman sudah benar?
Dalam pencetakan modul yang penting untuk diperhatikan
adalah:
• typografi/tata huruf
• heading
• penomeran halaman dan catatan kaki
• layout
• ilustrasi
• penggunaan warna
38
40. Dengan memperhatikan masalah tersebut diharapkan hasil
pencetakan dapat dibaca dengan baik, enak dibaca,
memiliki daya pikat terhadap pembaca, jelas batas uraian
dan pemenggalan bahasanya, dan tata letak sesuai dengan
umur dan tingkat kemampuan pembaca.
Dalam pencetakan modul lembaga pembuat modul dapat
menempuh 2 cara :
1. pencetakan diserahkan ke percetakan,
2. pencetakan dilakukan di kantor sendiri, dengan
menggunakan Desktop Publishing. Desktop Publishing
adalah suatu sistem pencetakan dengan memanfaatkan
komputer yang mampu untuk mengatur text dan grafik
dengan memanipulasi gambar yang tampak dilayar.
Komputer yang dapat digunakan adalah Macintosh dan
IBM PC, serta jenis komputer lain yang memungkinkan
untuk itu.
Kelebihan Desktop Publishing dibandingkan dengan
pencetakan konvensional adalah :
• pengontrolan lebih baik pada pasca produksi
• lebih cepat
• lebih mudah dan lebih cepat untuk diedit
• revisi dapat dilakukan dari terbitan terbaru
• relatif lebih murah, jika dihitung pencetakan perlembar
Kelemahannya adalah :
• butuh pelatihan khusus
• butuh dukungan teknik yang memadai
39
41. • TUGAS 1
1. Mengapa dalam pengembangan modul perlu
perencanaan yang matang?
2. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan modul?
3. Faktor-faktor apakah yang perlu diketahui tentang
peserta diklat dalam rangka perencanaan modul?
4. Apakah perbedaan antara tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus?
5. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam
penentuan isi dan urutan materi?
6. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam
rangkan pemilihan media?
7. Mengapa penilaian perlu dibicarakan sejak tahap
perencanaan?
40
42. Penutup
Modul ini telah menjelaskan tentang Prosedur Pengembangan
Modul. Isi utama modul ini adalah langkah-langkah penulisan
modul. Dalam prosedur pengembangan modul langkah-
langkahnya adalah perencanaan, penulisan, review dan revisi
serta finalisasi. Saya yakin bahwa anda telah memiliki cukup
bekal dalam tulis menulis modul. Namun demikian mungkin
Anda sebagai widiaiswara perlu berlatih terus dan
memperbanyak pengalaman khusus dalam menulis modul
diklat.
Kompetensi yang telah Anda kuasai setelah mempelajari modul
ini, adalah mampu menerapkan prosedur pengembangan
modul. Materi pokok yang ada dalam modul ini adalah;
1. Pengertian modul, dan fungsinya dalam diklat.
2. Cara pengembangan modul seperti; adaptasi, kompilasi,
dan menulis,
3. Langkah-langkah penulisan modul.
Sebagai tindak lanjut dalam mempelajari modul ini diharapkan
Anda mau mempelajari modul-modul berikutnya yang lebih
teknis. Setelah itu mempraktekkan materi yang anda pelajari
dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul ini.
Semoga sukses sebagai penulis modul.
41
43. Daftar Istilah
-
Daftar Pustaka
Anonim, 1991. Writing for Distance Education, Samples, In-
ternational Extension College, Cambridge.
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Jenkins, Janet. 1987. Course Development, A manual for Editors
of Distance Teaching Materials, London: IEC
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for
Manager)
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.
oooOooo
42
44. 2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
Bab 2
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
2121098765432109876543210987654321 121098765432109876543210987654321
PENYUSUNAN GARIS
PENYUSUNAN GARIS
BESAR ISI MODUL
BESAR
DAN
(GBIM) DAN
UMUSAN TUJUAN
PERUMUS
PERUMUSAN TUJUAN
Pendahuluan
B
ab ini merupakan bagian yang khusus membahas
mengenai pengembangan modul pembelajaran (bahan
belajar). Kalau Anda seorang widiaiswara, pelatih,
instruktur, guru, dosen atau orang yang bekerja di bidang
pendidikan dan pelatihan, Bab ini sangat bermanfaat bagi
Anda sebab sangat erat dengan pekerjaan Anda sehari-hari.
Bab ini dibagi menjadi dua Sub Bab, yaitu:
• 1 : Penyusunan garis-garis besar isi modul (GBIM)
• 2 : Perumusan Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat menyusun
garis-garis besar isi modul/GBIM dan tujuan pembelajaran
dengan benar.
Pada akhir setiap sub bab disediakan soal-soal latihan atau
tugas yang perlu Anda kerjakan. Di bagian belakang bab ini
disediakan kunci jawaban tugas. Setelah selesai mengerjakan
soal atau tugas itu cocokkan jawaban Anda dengan kuncinya.
Dengan mengerjakan soal atau tugas itu Anda dapat menilai
kemajuan belajar Anda sendiri. Seyogyanya Anda tidak
melihat kunci jawaban sebelum mengerjakan soalnya. Sebab
kalau hal itu Anda lakukan, Anda kehilangan kesempatan
untuk menilai kemajuan belajar Anda sendiri.
43
45. Pelajarilah bab ini secara berurutan. Mulailah dengan sub bab
1 hingga isiya Anda kuasai dengan baik. Untuk mengetahui
apakah Anda telah menguasai isi pelajaran pada suatu sub
bab, kerjakan tugas yang disediakan pada akhir sub bab itu
dan kemudian cocokkan jawaban Anda dengan kunci
jawabannya. Bila masih ada pertanyaan yang belum dapat
Anda jawab dengan benar, itu berarti ada bagian yang belum
Anda pahami benar. Pelajarilah kembali bagian itu. Setelah
Anda yakin bahwa Anda telah menguasai semua isi pelajaran
pada sub bab itu, barulah Anda melanjutkan ke sub bab
berikutnya.
Anda memerlukan waktu kurang lebih empat jam untuk
mempelajari bab ini.
Selamat belajar.
44
46. 654321098765432121098765432109876543210987654321
654321098765432121098765432109876543210987654321
654321098765432121098765432109876543210987654321
654321098765432121098765432109876543210987654321 Kegiatan Belajar 1
PENYUSUNAN
GBIM
Tujuan
Kegiatan Belajar 1 ini akan membicarakan apa yang dimaksudkan
dengan “Garis-garis Besar Isi Modul (GBIM)”, dan “Kedudukan
Serta Pentingnya GBIM dalam Pengembangan Pembelajaran”.
Setelah selesai mempelajari materi Kegiatan Belajar 1 ini,
diharapkan Anda akan dapat menjelaskan pengertian,
kedudukan dan pentingnya GBIM serta fungsinya dalam
pengembangan pembelajaran.
Agar mengarah pada pemahaman yang sama, perlu terlebih
dahulu dipahami istilah yang sering digunakan yaitu Garis-
garis Besar Isi Program Media (GBIPM). Kata “media” di dalam
GBIPM ini dapat saja berupa media cetak, seperti modul atau
media non cetak yang berupa kaset, video atau media
elektronik.
Dengan demikian, istilah GBIM atau Garis-garis Besar Isi Modul,
hakekat dan fungsinya sama saja dengan GBIPM.
Perbedaannya adalah bahwa pada GBIPM jenis media yang
akan dicakup itu lebih dari satu. Sedangkan pada GBIM, jenis
media yang akan dikembangkan atau dicakup hanya satu, yaitu
media cetak modul.
Istilah lainnya yang perlu juga dipahami adalah Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP) atau yang lazim disebut juga
sebagai kurikulum sekalipun memang masih ada komponen
lain di dalam kurikulum.
45
47. GBPP inilah yang dijadikan sebagai pegangan atau pedoman oleh
para guru (di samping buku paket atau buku teks) di dalam
membelajarkan para peserta didiknya. GBPP ini pula yang
digunakan sebagai pegangan atau pedoman di dalam menulis buku
paket atau buku teks oleh para penulis buku.
GBPP ini juga yang dijadikan sebagai acuan di dalam
pengembangan butir-butir tes untuk menilai tingkat
penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang
diterima peserta didik selama kurun waktu tertentu. Pada
umumnya, istilah GBPP digunakan dalam pendidikan sistem
persekolahan.
Selanjutnya, apabila sekarang kita bandingkan GBPP dengan
GBIPM atau GBIM, maka yang sama di antara ketiganya
adalah yang menyangkut fungsinya. Ketiganya berfungsi
sebagai guidance bagi guru, dosen, instruktur, widiaiswara atau
pengembang pembelajaran lainnya dalam melakukan
pekerjaannya lebih lanjut.
GBIPM berfungsi sebagai pedoman/landasan untuk
mengembangkan bahan belajar media dan butir-butir tes untuk
penilaian kemampuan peserta didik terhadap materi bahan
belajar media. Demikian juga halnya dengan GBIM, yaitu
sebagai acuan atau pedoman untuk mengembangkan bahan
belajar modul dan butir-butir tes tentang penguasaan peserta
didik terhadap materi modul.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa GBPP adalah
pedoman/landasan yang digunakan guru/dosen untuk
mengelola kegiatan pembelajaran bagi para siswa atau
mahasiswanya. Sedangkan GBIPM, adalah pedoman/
landasan yang digunakan untuk mengembangkan program me-
dia pembelajaran, baik yang akan digunakan di lingkungan
sekolah maupun luar sekolah. GBIM lebih khusus lagi, yaitu
46
48. pedoman/landasan yang digunakan untuk mengembangkan satu
jenis program media pembelajaran saja, yaitu modul.
Sekarang, cobalah Anda jelaskan secara singkat menggunakan
kata-kata sendiri sehingga jelas perbedaan atau kesamaan
antara GBPP, GBIPM dan GBIM? (10 Menit)
Dalam pengembangan pembelajaran (instructional development),
langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengembangan
rancangan pembelajaran (inctructional design). Untuk
menghasilkan rancangan pembelajaran, perlu dilakukan
serangkaian kegiatan dan salah satu di antaranya adalah
penyusunan atau pengembangan Garis-garis Besar Isi Program
Media (GBIPM).
Dalam uraian lebih lanjut, istilah yang akan digunakan sebagai
fokus pembahasan kita adalah GBIM. Mengapa? Sebab hanya
satu jenis media pembelajaran yang akan kita kemas, yaitu
media cetak yang disebut modul.
Uraian
Ada 2 kegiatan besar yang perlu dilakukan untuk dapat
menghasilkan GBIM, yaitu:
a. Mengidentifikasi, mengumpulkan dan menganalisis
berbagai informasi atau dokumen yang tersedia tentang
sasaran program; dan
b. Melakukan analisis kebutuhan belajar sasaran program.
Data dan informasi yang dihasilkan dari kedua kegiatan
inilah yang menjadi dasar/pijakan di dalam menyusun
GBIM.
47
49. • Apakah yang dimaksud dengan Garis-garis
Besar Isi Modul (GBIM)?
Garis-garis Besar Isi Modul adalah suatu matriks yang
berfungsi sebagai alat pemetaan materi pembelajaran
yang akan dikemas menjadi modul. GBIM ini dapat
juga disebut sebagai patron atau pola yang akan
menjadi landasan pengembangan/pengemasan materi
pembelajaran modul.
Di dalam GBIM ini dirumuskan apa yang menjadi judul/
topik materi yang akan dikemas, pokok bahasan/sub
pokok bahasan yang akan menjadi fokus uraian materi,
acuan/referensi yang digunakan atau yang disarankan
digunakan lebih lanjut dalam pengembangan materi
pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan komponen-
komponen yang terdapat di dalam format/matriks GBIM
sebagaimana yang disajikan pada Lampiran. Tidak ada
keharusan bahwa matriks yang terdapat pada Lampiran
yang harus Anda gunakan. Juga tidak harus berupa
matriks. Anda dapat melakukan penyempurnaan sesuai
dengan tuntutan kebutuhan yang ada.
Sekalipun memang tidak harus dalam bentuk matriks,
tetapi penggunaan matriks akan membantu
mempermudah Anda untuk melihat secara cepat dan
menyeluruh materi modul yang akan dikemas.
Justru yang lebih dipentingkan adalah bahwa di dalam
GBIM ini harus dicakup setidak-tidaknya komponen-
komponen berikut.
a. Judul atau topik materi pembelajaran,
b. Pokok bahasan/sub pokok bahasan,
48
50. c. Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus,
d. Pokok-pokok materi pembelajaran,
e. Butir-butir penilaian,
f. Acuan atau literatur yang digunakan menyusun GBIM
dan yang disarankan untuk digunakan dalam
pengembangan lebih lanjut materi pembelajaran.
Mengapa GBIM itu penting disusun apabila akan
mengembangkan modul sebagai media pembelajaran?
Penyusunan atau pengembangan GBIM merupakan langkah
awal yang harus dilakukan setelah analisis kebutuhan
belajar apabila kita akan mengembangkan modul.
Kekurangcermatan di dalam mengembangkan GBIM akan
mempengaruhi langkah-langkah berikutnya, misalnya saja
tentang kedalaman atau keluasan materi pembelajaran
yang akan dicakup.
GBIM sebagai suatu matriks dijadikan sebagai pegangan/
pedoman oleh para penulis materi pembelajaran dan juga
bagi pengkaji materi pembelajaran. Tidak hanya pegangan
atau pedoman bagi kedua jenis tenaga spesialisasi ini, tetapi
juga menjadi pegangan/pedoman di dalam pengembangan
butir-butir penilaian penguasaan peserta terhadap materi
pembelajaran. Mengapa?
Sebab kejelasan perumusan GBIM akan memberikan
kejelasan pula bagi tenaga “evaluator” untuk
mengembangkan butir-butir penilaian. Tenaga berkompeten
yang seharusnya diikutsertakan setidak-tidaknya adalah:
a. Tenaga yang berkompeten di bidang materi/subtansi
yang akan dikembangkan (ahli materi/content specialist).
Tenaga spesialis inilah yang benar-benar menguasai
materi yang akan dikembangkan.
49
51. b. Tenaga yang berkompeten di bidang media (media spe-
cialist) khususnya media cetak. Tenaga spesialis yang
demikian ini bertanggungjawab di bidang penentuan
materi yang sesuai dan tepat untuk dikembangkan ke
dalam media cetak.
Dengan preferensi keilmuannya, ahli media akan dapat
memilah-milah dan menentukan materi pembelajaran yang
diidentifikasi ahli materi yang sesuai dengan karakteristik
media cetak.
• Komponen-komponen GBIM
Marilah kita lanjutkan pembahasan tentang materi apa saja
yang tercakup dalam GBIM, atau tentang komponen-
komponen GBIM. Komponen-komponen yang akan
dikemukakan ini tidaklah harus sepenuhnya demikian
tetapi dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi
yang dihadapi. Memang akan lebih baik jadinya apabila
komponen-komponen tersebut dapat dipenuhi.
Setelah mempelajari materi bagian ini, Anda diharapkan
mampu menjelaskan masing-masing komponen GBIM.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, GBIM
merupakan suatu matriks atau uraian naratif yang berfungsi
sebagai suatu pola yang di dalamnya terdapat beberapa
komponen.
• Komponen-komponen GBIM tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Judul
Yang dimaksudkan dengan “Judul atau Topik”
dalam hal ini adalah judul program media
pembelajaran yang akan dikembangkan. “Judul”
hendaknya dirumuskan secara singkat tetapi menarik.
50
52. “Judul” yang dipilih hendaknya dapat dengan
mudah dan cepat mencerminkan materi yang akan
digunakan. Perumusannya dapat saja berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Yang juga tidak kalah pentingnya adalah apabila
kita mampu merumuskan “Judul” yang dapat
menggugah rasa ingin tahu seseorang. Perumusan
“Judul” ini dapat saja lebih luas/besar, atau sama
dengan atau bahkan juga lebih sempit/kecil
daripada pokok bahasan/sub pokok bahasan yang
akan menjadi fokus pembahasan.
Berikut ini disajikan beberapa contoh judul media
pembelajaran di bidang pendidikan terbuka:
“Potensi Pendidikan Terbuka”, “Apa Pendidikan
Terbuka Itu?”, “Hakekat Pendidikan Terbuka”,
“Pendidikan Terbuka: Murah Atau Mahal?”.
Cobalah Anda rumuskan di lembar kertas lain
beberapa contoh “Judul” lainnya. Dapat saja Anda
mengacu pada referensi yang Anda miliki/pelajari
atau berdasarkan apa yang Anda dengarkan/
pahami sejauh ini. (10 Menit)
b) Pokok Bahasan atau Sub Pokok Bahasan
Untuk peserta didik yang berada dalam lingkungan
jalur pendidikan sekolah, perumusan pokok-pokok
atau sub pokok bahasan yang akan menjadi media
pembelajaran tidaklah terlalu menjadi masalah.
Mengapa?
Kurikulum sebagai peta kebutuhan belajar telah
ada. Di dalam kurikulum telah dirumuskan apa yang
menjadi pokok atau sub pokok bahasan. Dengan
demikian, ahli materi yang berasal dari lapangan
51
53. (guru materi pelajaran) tinggal mengidentifikasi
mana-mana dari pokok atau sub pokok bahasan
tersebut yang perlu dikemas ke dalam modul dan
media pembelajaran lainnya.
Bagaimana merumuskan pokok atau sub pokok
bahasan untuk sasaran yang berada pada jalur
pendidikan luar sekolah?
Hasil analisis kebutuhan belajar dan berbagai
dokumen penunjang lainnya kita petakan. Dengan
menggunakan peta ini akan mempermudah kita
untuk merumuskan pokok atau sub pokok bahasan
dari materi pembelajaran yang akan kita
kembangkan.
Pokok atau sub pokok bahasan yang menjadi fokus
materi pembelajaran haruslah dirumuskan secara
singkat dan jelas serta mencerminkan materi yang
akan dikemas. Untuk suatu topik atau judul satuan
bahan pembelajaran dapat saja mencakup satu atau
lebih pokok atau sub pokok bahasan. Tidak ada
patokan yang kaku. Perumusan ini dapat bersifat
tematik atau frasa.
Contoh pokok bahasan atau sub pokok bahasan dari
judul atau topik “Penyusunan/pengembangan
GBIM” adalah “GBIM”. Judul atau topik dapat
dirumuskan dalam bentuk frasa, sedangkan pokok
atau sub pokok bahasan dirumuskan secara tematik.
c) Tujuan Pembelajaran
Setiap topik materi/bahan pembelajaran yang kita
kembangkan haruslah mempunyai tujuan
pembelajaran. Mengapa harus demikian?
52
54. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara jelas
yaitu suatu pernyataan yang menjelaskan tentang
tingkat atau perubahan tingkah laku peserta belajar
yang diharapkan setelah selesai mempelajari modul
atau bahan belajar tertentu lainnya.
Tujuan pembelajaran inilah yang akan menjadi arah
yang sekaligus juga sebagai acuan untuk
mengembangkan butir-butir penilaian tentang sejauh
mana kemajuan belajar yang telah Anda capai.
Dengan dirumuskannya tujuan pembelajaran ini
akan dapat diketahui apakah Anda telah berhasil
di dalam kegiatan belajar Anda atau belum. Atau
dengan kata lain, apakah Anda telah sepenuhnya
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan atau belum. Jika belum, sejauh mana
tujuan pembelajaran tersebut telah dapat Anda
capai? Jika belum, kegiatan apakah selanjutnya yang
harus Anda lakukan?
Tujuan pembelajaran ini menjadi pedoman atau
arah bagi penulis bahan belajar modul. Tujuan
pembelajaran dapat dibagi menjadi : 1) tujuan
pembelajaran umum, dan 2) tujuan pembelajaran
khusus. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tujuan
pembelajaran ini, Anda dapat mempelajari modul
khusus tentang tujuan pembelajaran.
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ada, penulis
modul akan dapat mempertimbangkan seberapa
dalam dan seberapa luas materi pembelajaran yang
akan diuraikan di dalam modul yang akan
ditulisnya.
53
55. Dengan adanya tujuan pembelajaran yang jelas akan
membantu penulis modul untuk mengidentifikasi
bentuk-bentuk visualisasi yang diharapkan akan
mempermudah peserta didik (pembaca modul)
memahami materi modul. Atau dengan kata lain,
jika demikian halnya, berarti membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang telah
diharapkan.
Cobalah rumuskan alasan Anda mengapa kita perlu
merumuskan tujuan pembelajaran pada setiap topik
bahan pembelajaran? (5 Menit)
d) Pokok-pokok Materi
Pokok-pokok materi yang dirumuskan di dalam
GBIM akan digunakan penulis modul sebagai
landasan untuk menjabarkan materi modul secara
rinci.
Sehubungan dengan hal ini, sebaiknya perumusan
pokok-pokok materi modul di dalam GBIM dilakukan
dengan menggunakan pendekatan pada tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
Artinya, setiap pembelajaran khusus yang ada,
dimulai dari tujuan khusus yang pertama
diidentifikasi dulu secara tuntas apa yang menjadi
pokok-pokok materinya.
Selesai mengidentifikasi pokok-pokok materi untuk
tujuan pembelajaran khusus yang pertama, barulah
dilanjutkan dengan mengidentifikasi pokok-pokok
materi tujuan pembelajaran khusus yang kedua. Dan
demikian seterusnya.
Mengapa perlu kita rumuskan pokok-pokok materi
modul di dalam GBIM ini? Apakah tidak cukup
54
56. apabila telah kita rumuskan tujuan pembelajaran
umum dan khusus untuk setiap topik bahan
pembelajaran?
Memang, dengan adanya tujuan pembelajaran
umum dan khusus, kita dapat mengembangkan
materi modul. Namun akan lebih terarah lagi
pengembangan/penulisan materi modul apabila kita
dahului dengan kegiatan mengidentifikasi atau
merumuskan pokok-pokok materi untuk setiap
tujuan pembelajaran khusus.
Dengan merumuskan pokok-pokok materi berarti
kita telah memberikan rambu-rambu kepada penulis
modul tentang seberapa jauh materi modul perlu
dikembangkan. Lebih jauh lagi berarti bahwa penulis
modul tidak lagi menulis modul menurut
interpretasinya sendiri terhadap tujuan
pembelajaran khusus yang telah diterapkan.
Di dalam pokok-pokok materi disarankan agar
dicantumkan juga contoh yang akan membantu
peserta belajar memahami uraian materi. Penulis
modul akan memperbanyak contoh dalam
mengembangkan uraian materi.
Cobalah Anda jelaskan secara singkat mengapa
pokok-pokok materi pembelajaran perlu kita
cantumkan/masukkan ke dalam GBIM?
e) Penilaian
Informasi yang dicantumkan dalam penilaian akan
memberikan gambaran pada penulis modul tentang
bentuk dan butir-butir penilaian yang perlu
dikembangkan penulis. Misalkan saja untuk
mempelajari modul A, peserta belajar harus
55
57. mengerjakan tugas-tugas dan mengerjakan tes.
Untuk ini, penulis juga harus menyiapkan kunci
tugas dan kunci tes.
Bentuk-bentuk tugas dapat berupa merumuskan
pokok-pokok pikiran terhadap masalah, melengkapi,
atau menjawab pertanyaan yang jawabannya dapat
dituliskan pada lembar kertas tertentu/buku tugas.
Atau, bisa juga tes berupa essay atau pilihan ganda,
pilihan salah atau benar, menjodohkan atau bentuk
tes lainnya.
Perlu juga diinformasikan apakah keseluruhan
materi modul itu akan dicakup di dalam tes atau
hanya sebagian besar saja. Apakah ada penekanan
tentang materi modul yang perlu mendapatkan porsi
lebih besar di dalam penilaian, ataukah merata
porsinya untuk masing-masing pokok materi?
Semakin lengkap informasi yang diberikan (tidak
harus terlalu rinci) tentang penilaian akan semakin
jelas bagi penulis modul untuk mengembangkan
butir-butir tes penilaian dan pemberian tugas.
f) Kepustakaan
Untuk menghasilkan GBIM tentu menuntut kita
mencari bahan-bahan kepustakaan yang relevan
dan subtansi yang akan dikembangkan. Bahan-
bahan kepustakaan ini berfungsi sebagai acuan kita.
Tidak hanya bahan-bahan kepustakaan yang kita
gunakan menyusun GBIM saja yang perlu
dicantumkan atau dituliskan tetapi juga termasuk
bahan-bahan kepustakaan yang menurut kita perlu
dipelajari oleh penulis modul dan media lain atau
oleh pengembang butir-butir tes penilaian.
56
58. Dalam menuliskan bahan-bahan kepustakaan ini,
setidak-tidaknya harus jelas judul buku, nama
pengarang, edisi, tempat dan tahun penerbitan. Bila
memungkinkan, dapat juga dicantumkan tempat di
mana bahan kepustakaan tersebut dapat diperoleh.
Cara penulisannya dapat mengikuti cara yang biasa
digunakan untuk penulisan bahan kepustakaan.
Bahan kepustakaan ini tidak terbatas hanya bahan
cetak saja tetapi dapat juga yang berupa media non
cetak. Dalam kaitan ini perlu disebutkan judul pro-
gram, institusi yang memproduksi, lama putar, dan
harganya serta tempat di mana media non cetak ini
dapat dengan mudah diperoleh.
GBIM dapat dikembangkan dalam bentuk matriks
atau naratif. Format manapun yang akan dipilih
tidak menjadi masalah. Yang justru lebih penting
adalah komponen-komponen yang perlu dicakup di
dalam GBIM.
Pada bagian terdahulu telah diuraikan tentang
pengertian GBIM. Pentingnya GBIM disusun apabila
kita akan mengembangkan bahan belajar modul.
Selanjutnya, pada bagian ini yang akan dibicarakan
adalah langkah-langkah penyusunan GBIM.
Setelah selesai mempelajari materi bagian ini, Anda
diharapkan mampu menjelaskan langkah-langkah
penyusunan GBIM.
- Penyusunan GBIM pada dasarnya adalah
pekerjaan sebuah tim yang terdiri dari berbagai
jenis keahlian atau latar belakang. Tentunya
Anda masih ingat bukan sewaktu kita membahas
57
59. materi sebelumnya, di sana kita menjelaskan
siapa saja yang berperan di dalam penyusunan
GBIM.
- Cobalah sekarang Anda tuliskan di lembar kertas
lain atau di buku latihan Anda tentang siapa saja
yang setidak-tidaknya perlu diikutsertakan di
dalam penyusunan GBIM? (10 Menit)
- Baiklah. Apabila Anda telah selesai mengerjakan
tugas tersebut, cobalah bandingkan jawaban
Anda dengan materi yang diuraikan pada bagian
sebelumnya.
- Bagus sekali jika jawaban Anda sepenuhnya
telah sesuai. Namun Anda dapat saja
mempelajari ulang materi yang dimaksud
apabila Anda masih memandang perlu.
- Selanjutnya, dalam penyusunan GBIM ini,
memerlukan beberapa jenis tenaga dengan latar
belakang atau keahlian tertentu yang perlu
diikutsertakan.
Perhatikanlah contoh format GBIM berikut ini.
Mata Perlajaran/Diklat :
Kelas/ Jenjang :
Judul/ Kompetensi Indikator/ Pokok Rincian materi/
nomor dasar/Tujuan tujuan Penilian Su s t a k a
umber
pembelajaran pembelajaran Bahasan/ Sub-sub pokok p
modul Umum khusus Pokok- materi bahasan
(1) (2) (3) (4) (5)
58
60. 7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321
7654321098765432121098765432109876543210987654321 Kegiatan Belajar 2
TUJUAN
TUJUAN
PEMBELAJ
AJARAN
PEMBEL AJARAN
Tujuan
Bagian modul ini membicarakan tujuan pembelajaran,
termasuk pengertian tujuan, berbagai pendapat mengenai
tujuan, dan pentingnya tujuan baik bagi peserta diklat maupun
bagi widiaiswara/pelatih. Setelah selesai mempelajari bagian
modul ini Anda diharapkan dapat menyusun tujuan
pembelajaran yang megandung kompetensi.
Uraian
a. Pengertian Tujuan
Ditinjau dari lingkup permasalahannya, tujuan pendidikan
dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler,
dan tujuan instruksional. Tujuan pendidikan nasional
merupakan rumusan umum tentang pola perilaku dan pola
kemampuan yang harus dimiliki sebagai hasil pendidikan
nasional.
Tujuan Institusional Tujuan Pembelajaran
Tujuan Nasional Tujuan Kurikuler
Gambar Jenjang Tujuan Pendidikan
59
61. Tujuan institusional ditentukan oleh tugas dan fungsi yang
dipikul oleh lembaga pendidikan bersangkutan dalam
rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Institusi diklat juga memiliki
tujuan institusional yaitu menyiapkan dan meningkatkan
kompetensi sumber daya aparatur.
Tujuan kurikuler adalah rumusan umum tentang macam-
macam kemampuan yang terdapat dalam masing-masing
bidang studi. Sedangkan tujuan pembelajaran (instructional
objectives) memberikan pernyataan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tertentu yang diharapkan akan
dimiliki oleh siswa atau peserta pelatihan pada akhir
kegiatan pembelajaran tertentu.
Mengenai tujuan pembelajaran ini ada beberapa definisi
yang diberikan oleh para ahli. Ely (1971) mendefinisikan
tujuan pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan
perilaku atau hasil perbuatan yang memberi petunjuk
bahwa proses belajar telah berlangsung. Briggs (1977)
mengatakan bahwa tujuan pembelajaran ialah suatu
pernyataan tentang perilaku yang harus dapat dilakukan
oleh siswa/peserta diklat setelah selesai mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan perkataan lain tujuan itu ialah
perilaku yang diharapkan dimiliki siswa/peserta diklat
setelah menyelesaikan program pembelajaran atau
pelatihan tertentu. Secara lebih nyata (konkrit) dapat
dikatakan bahwa tujuan pembelajaran ialah pengetahuan,
keterampilan, atau sikap yang diharapkan dimiliki oleh
siswa atau peserta diklat setelah menyelesaikan kegiatan
pembelajaran.
60
62. b. Pro dan Kontra mengenai Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran (instructional objectives) mulai
diperkenalkan oleh Mager pada tahun 1962. Sejak itu di
Amerika Serikat banyak diselenggarakan lokakarya
penyusunan tujuan pembelajaran yang melibatkan guru-
guru. Sesungguhnya perdebatan banyak terjadi mengenai
tujuan pembelajaran/diklat dan bagaimana cara
merumuskannya itu. Banyak orang yang kurang menyetujui
perumusan tujuan yang berorientasi pada perilaku, tetapi
masih lebih banyak orang yang menganggap bahwa tujuan
yang berorientasi pada perilaku itu penting.
Good dan Brophy (1990) menyatakan bahwa perumusan
tujuan berdasarkan perilaku itu telah diasosiasikan dengan
pendekatan tertentu dalam perencanaan dan pengawasan
pelaksanaan kurikulum. Dalam bentuk ekstrimnya, secara
keseluruhan kurikulum dikembangkan dengan menyusun
tujuan-tujuan pembelajaran berdasarkan perilaku, lalu
mengurutkan tujuan-tujuan itu dalam susunan yang masuk
akal, dan menjabarkan isi dan strategi pembelajaran serta
menyusun alat evaluasi untuk setiap tujuan pembelajaran
itu. Akibatnya guru dihadapkan pada beratus-ratus tujuan
yang harus diajarkan dalam urutan tertentu dengan
menggunakan isi pelajaran yang sesuai dengan tujuan
tersebut dan menggunakan cara-cara yang telah
ditentukan.
Dalam versi lain, guru masih diijinkan menggunakan
kurikulum lama yang telah biasa mereka gunakan, tetapi
mereka diwajibkan menyusun tujuan-tujuan pembelajaran
berdasarkan perilaku untuk kurikulum tersebut. Kemudian
guru wajib menyesuaikan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan itu. Akibatnya,
guru harus berusaha keras untuk menyusun tujuan-tujuan
yang sesuai dengan kurikulum yang digunakannya. Bahkan
tujuan kurikulum yang sesungguhnya lebih bersifat afektif
61
63. dan kognitifpun diusahakan supaya dapat dirumuskan
dalam bentuk tujuan berdasarkan perilaku. Kalau guru
menjumpai isi kurikulum yang sukar dirumuskan tujuan
pembelajarannya seringkali bagian itu ditinggalkan atau
diabaikan oleh guru.
Karena akibat negatif di atas, Good dan Brophy (1990)
menyarankan untuk tidak menggunakan istilah “tujuan
pembelajaran berdasarkan perilaku” (instructional behavioral
objectives) tetapi “tujuan pembelajaran” (instructional objec-
tives) saja.
Menurut Popham (dalam Haryono, 1988) dan Sukamto
(1996) ada beberapa alasan yang diajukan oleh orang yang
tidak menyukai tujuan yang tidak berorientasi kepada
perilaku. Contoh : (a) Tujuan yang telah ditentukan secara
spesifik sebelumnya, akan menghalangi guru untuk
memanfaatkan hal-hal yang tidak terduga yang
berkembang dalam proses pembelajaran dalam kelas, (b)
siswa hanya mempelajari hal-hal yang tersurat dalam
tujuan pembelajarannya, tidak berusaha untuk belajar lebih
lanjut, (c) banyak tujuan pembelajaran yang sulit
dirumuskan dalam bentuk yang dapat diamati atau diukur,
dan (d) perumusan tujuan itu sukar sehingga tidak realistik
kalau kita menuntut guru-guru untuk merumuskannya
setiap kali akan mengajar.
Pendapat di atas dibantah oleh orang-orang yang
berpendapat bahwa tujuan pembelajaran itu penting.
Popham (dalam Haryono, 1988) yang termasuk orang yang
menganggap bahwa tujuan yang berorientasi kepada
perilaku itu penting, mengatakan bahwa alasan yang
diberikan oleh mereka yang anti tujuan itu kurang tepat.
Menurut mereka yang menyetujuinya, tujuan yang
berorientasi pada perilaku yang dirumuskan secara spesifik
akan menguntungkan siswa atau peserta pelatihan, sebab
62
64. mereka akan mengetahui kemampuan yang diharapkan
dapat mereka lakukan pada akhir kegiatan belajar. Tujuan
seperti itu juga akan menguntungkan orang yang
membimbing proses belajar karena tujuan itu akan memberi
pedoman dalam memilih isi pelajaran atau isi pelatihan.
Bagi evaluator tujuan itu juga sangat penting, karena tujuan
yang telah dirumuskan secara spesifik itu dapat memberi
petunjuk mengenai kemampuan siswa atau peserta
pelatihan yang akan diukur.
Briggs (1977) menggambarkan pentingnya tujuan
pembelajaran dengan mengatakan bahwa: Bila tujuan
pembelajaran dapat dirumuskan dengan spesifik, tujuan
itu akan memberi petunjuk kepada siswa/peserta pelatihan
mengenai kemana mereka harus pergi, bagaimana cara
mereka harus pergi ke sana, dan bagaimana mengetahui
apakah mereka sudah sampai di sana atau belum”.
c. Pentingnya Tujuan Pembelajaran
Seperti diuraikan di atas tujuan pembelajaran itu
bermanfaat bagi siswa/peserta, guru/instruktur, dan
penilai (evaluator).
Sukamto (1996) menyimpulkan bahwa bagi siswa atau
peserta pelatihan tujuan itu berguna karena : (1) dapat
memberi arah belajarnya. Dengan memperhatikan
tujuannya siswa/peserta mengetahui kemampuan yang
diharapkan akan dimiliki pada akhir kegiatan
pembelajaran. Karena itu peserta diklat akan belajar ke arah
itu. Dengan mengetahui tujuannya peserta diklat tahu ke
mana mereka akan pergi; (2) dengan memperhatikan tujuan
yang ingin dicapai peserta diklat dapat memilih bahan
belajar yang tepat untuk dipelajarinya. Fungsi tujuan bagi
peserta diklat adalah menjadi petunjuk bagaimana mereka
akan pergi ke tempat yang dituju, (3) dapat mengukur
sejauh mana peserta diklat telah mencapai tujuan yang
63
65. diinginkan. Tujuan yang baik akan menyatakan dengan
jelas tingkat keberhasilan yang diharapkan. Karena itu
waktu belajar peserta selalu dapat menguji dirinya apakah
dia sudah mencapai tujuannya, mencapai separo, atau
bahkan kurang dari itu. Dengan membandingkan hasil yang
telah dicapai dan tujuan yang harus diselesaikan peserta
diklat akan mengetahui kemajuan belajarnya, (4) motivasi
belajar peserta diklat akan meningkat karena peserta diklat
mengetahui kemajuan belajarnya.
Bagi guru atau widiaiswara, tujuan pembelajaran yang
berorientasi kepada perilaku juga berguna untuk beberapa
kepentingan, diantaranya; (1) membantu guru atau
widiaiswara dalam memilih isi materi, strategi
pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai untuk
dipergunakan peserta diklat dalam belajarnya, (2)
memudahkan guru atau widiaiswara dalam mengukur dan
mengevaluasi keberhasilan tugas mengajarnya.
Selanjutnya apabila disimpulkan tujuan berguna untuk
mengarahkan agar proses pembelajaran berlangsung efektif.
Bagaimana pembelajaran bisa lebih efektif dengan adanya
tujuan pembelajaran berikut ini penjelasannya lebih rinci.
Tujuan memberikan rambu-rambu dan petunjuk bagi
siswa. Tujuan mengingatkan siswa agar memiliki target
yang jelas dalam belajarnya. Tujuan juga menjadi dasar
bagi guru dalam pemilihan media dan bahan belajar serta
prosedur atau srtategi pembelajaran. Tujuan yang jelas
memungkinkan berlangusung proses pemberian fasilitasi
yang jelas pula.
Tujuan berfungsi memandu prioses evaluasi yang
dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran harus selalu berdasarkan tujuan
pembelajaran. Tujuan yang baik akan membantu proses
menentukan teknik dan penyusunan alat evaluasi.
64
66. RANGKUMAN
Tujuan ialah pernyataan mengenai kemampuan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang diharapkan
dimiliki peserta diklat setelah selesai mengikuti proses
pembelajaran tertentu. Tujuan penting bagi peserta diklat
dan widiaiswara serta evaluator diklat.
• Perumusan Tujuan
Bagian ini menguraikan cara merumuskan tujuan,
pemilihan kata kerja dan penentuan tingkat kopetensi
yang dituntut dalam tujuan. Setelah selesai
mempelajarinya diharapkan Anda dapat merumuskan
tujuan pembelajaran yang baik.
Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang dapat Anda
jadikan pedoman dalam menyusun tujuan
pembelajaran.
a. Unsur-unsur Tujuan Pembelajaran
Setiap tujuan pembelajaran minimal terdiri atas kata
kerja dan obyek. Contoh; mampu menyusun laporan
keuangan. Mampu menyusun adalah kata kerja dan
laporan keuangan adalah obyek.
b. Tujuan pembelajaran itu harus spesifik dan jelas
Tujuan yang spesifik itu cakupannya tidak terlalu
luas dan tidak mengandung tafsiran ganda.
Perhatikan contoh berikut:
1) Tujuan yang kurang spesifik
Peserta pelatihan diharapkan dapat
menyelesaikan tugasnya dengan menggunakan
mesin.
Tujuan di atas kurang spesifik karena tidak jelas
yang dimaksud dengan menyelesaikan tugasnya.
Dari pernyataan itu kita tidak mengetahui tugas
apa yang dimaksudkan. Tujuan ini juga tidak
65
67. memberikan kejelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan mesin. Dari pernyataan itu
tidak jelas bagi kita mesin apa yang boleh
digunakan untuk menyelesaikan tugasnya.
Apakah mesin hitung, mesin bubut, mesin tik?
Ketidakjelasan itu menimbulkan banyak tafsiran.
2) Tujuan yang lebih spesifik
Peserta pelatihan diharapkan dapat menghitung
koefisien korelasi dengan menggunakan SPSS
versi 11.
Tujuan ini lebih spesifik sebab; (a) kemampuan
yang diharapkan dapat dilakukan dinyatakan
dengan jelas yaitu dapat menghitung koefisien
korelasi; dan (b) alat yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas juga jelas yaitu SPSS versi
11.
Tujuan yang spesifik itu mempunyai satu tafsiran
saja. Karena itu dapat memberi petunjuk yang
lang jelas bagi widiaiswara dan peserta diklat
mengenai kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap) yang diharapkan
dimiliki oleh peserta diklat.
c. Tujuan pembelajaran harus berorientasi kepada
siswa/peserta pelatihan
Dalam menyusun tujuan pembelajaran yang
terpenting bukan apa yang harus dilakukan oleh
guru/WI dalam proses belajar mengajar, melainkan
perilaku yang diharapkan dapat dilakukan oleh
siswa/peserta diklat setelah selasi mengikuti kegiatan
pembelajaran.
66
68. Bandingkan dua tujuan berikut ini:
1) Guru/widiaiswara mengajarkan cara
menggunakan komputer untuk mengolah data
statistik.
2) Siswa/peserta pelatihan dapat mengolah data
staitistik dengan menggunakan komputer.
Tujuan pada contoh pertama itu berorientasi kepada
guru/pelatih/WI. Kalau kita mengacu pada tujuan
itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan telah
tercapai setelah guru/pelatih/WI selesai mengajar
atau melatih. Dalam hal ini tidak dipersoalkan
apakah siswa/peserta diklat itu telah menguasai
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang
diinginkan atau belum. Yang penting guru/WI telah
melaksanakan tugas mengajarnya.
Tujuan pada contoh kedua itu berorientasi kepada
siswa pelatihan. Kalau kita mengacu kepada tujuan
umum itu, kita baru dapat mengatakan bahwa
tujuan telah tercapai kalau siswa pelatihan telah
menguasai pengetahuan/keterampilan, dan sikap
yang diinginkan. Dalam hal ini yaitu mengolah data
statistik dengan menggunakan komputer. Tujuan
pada contoh kedua itu lebih baik daripada tujuan
pada contoh pertama, sebab tujuan pada contoh
kedua itu lebih mengutamakan perubahan perilaku
siswa pelatihan.
d. Tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja yang
menunjukkan perilaku yang dapat diamati atau
hasilnya dapat diukur (kata kerja operasional)
Gagne (1977) mengatakan bahwa proses belajar baru
benar benar terjadi kalau pada diri siswa pelatihan
telah terjadi perubahan perilaku dan perubahan
keterampilan intelektualnya sesuai dengan tujuan
67
69. yang telah ditentukan. Bila siswa bertambah
pengetahuan dan keterampilannya, atau berubah
sikapnya, dapat dikatakan bahwa pada diri siswa
telah terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian
siswa itu telah mengalami proses belajar. Supaya
hasil belajar atau perubahan perilaku itu dapat
dinilai (dievaluasi) tujuan pembelajaran itu harus
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang
operasional, yaitu kata kerja yang menunjukkan
perilaku yang dapat diamati atau yang dapat diukur
hasilnya.
Contoh :
1) Peserta pelatihan dapat mengemudikan traktor
(mengemudikan adalah perilaku yang dapat
diamati).
2) Peserta pelatihan sekretaris dapat
menterjemahkan sebuah surat dari bahasa Indo-
nesia ke dalam bahasa Inggris (hasilnya dapat
dinilai atau diukur). Kalau isi suratnya tidak
berubah dan bahasa Inggrisnya benar berarti
peserta telah menterjemahkan dengan benar.
3) Siswa Sekolah Menengah Olah Raga kelas III
dapat memukul bola tenis dengan posisi kaki dan
tangan yang betul (memukul bola dengan posisi
kaki dan tangan yang betul dapat diamati).
4) Siswa SLTP kelas II dapat mencari harga X dalam
persamaan 10 + 2 = x +5 (hasilnya dapat diukur
atau dinilai). Kalau x = 7 berarti siswa telah
menghitung dengan benar.
68
70. Tabel 1 :
Daftar Kata Kerja Operasional
Pengetahuan Pemahaman Penerapan
(Knowledge): (Comprehension): (Application):
Mengingat Menafsirkan Menggunakan
informasi informasi dalam pengetahuan atau
satu kata generalisasi dalam
situasi baru
menyusun mengklasifikasi menerapkan
mendefinisikan mendiskripsikan meimilih
menggandakan mendiskusikan mendemonstrasikan
melabel menjelaskan mendramakan
mendaftar mengekspresikan menggambarkan
menjodohkan mengidentifikasi menafsirkan
mengingat melaporkan mengoperasikan
menamai menyatakan menyiapkan
mengurut memilih mempraktekkan
mengenali memilah menjadwalkan
menghubungkan menceritakan memecahkan
mengulang menterjemahkan menggunakan
mereproduksi
Analysis: Synthesis: Evaluation:
(Menguraikan (Menyatukan Membuat keputusan
pengetahuan dalam bagian-bagian berdasarkan kriteria
bagian-bagian dan menjadi kesatuan tertentu.
menghubung-kan yang utuh dan
antar bagian itu) menghubungkanny
a dalam situasi baru)
menganalisa menyusun menyampaikan
menghitung menghimpun memilih
mengkategorikan mengarang membandingkan
membandingkan menciptakan memperkirakan
membedakan membangun mengevaluasi
menginventaris mengkomposisikan memprediksi
menanyakan merancang menskor
merumuskan menyeleksi
mengatur menilai
mengelola
merencanakan
mengusulkan
mensintesa
menulis
Supaya Anda dapat memilih kata kerja yang tepat, Anda
harus dapat membedakan kata kerja operasional dari kata
kerja yang tidak operasional.
69
71. Pada tabel berikut ini Anda dapat melihat beda antara kata
kerja operasional (dapat diamati atau dapat diukur) dari
kata kerja yang kurang operasional.
Tabel 1 :
Daftar Kata Kerja Operasional dan Kata Kerja yang
Kurang Operasional
Kata Kerja Kata Kerja yang
operasional kurang operasional
Membedakan Mengerti
Mengidentifikasikan Mengetahui
Menuliskan Menghargai
Membandingkan Menyukai
Mengoperasikan Mengapresiasi
Mengemudikan Menghayati
Menguraikan Menyadari
Menyusun Memahami
Menilai Menyadari
Memecahkan (soal) Merasakan
Menjelaskan Mencintai
Dsb. Dsb.
Menggunakan kata kerja yang tidak operasional
dalam merumuskan tujuan pembelajaran itu tidak
tepat (Mager, 1962, Gagne, Briggs 1974). Hal tersebut
akan menyebabkan tujuan yang disusun menjadi
tidak spesifik atau mempunyai tafsiran ganda.
Dengan perkataan lain, tujuan yang tidak
menggunakan kata kerja operasional mudah
disalahtafsiran.
Contoh;
Siswa Akademi Senirupa/peserta diklat seni
mengerti kombinasi warna yang bagus.
70