Kurikulum 2013 membawa perubahan signifikan pada empat elemen utama, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, struktur kurikulum, dan proses pembelajaran. Perubahan-perubahan ini bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengembangkan soft skills dan hard skills siswa secara seimbang.
2. Perkembangan Kurikulum di
Indonesia
1975
2004
1947
Kurikulum
Rencana
Sekolah
Pelajaran →
Dasar
Dirinci dalam
Rencana
1968
Pelajaran Terurai
Kurikulum
Sekolah Dasar
1945 1955 1965
1985
1975
1994
Kurikulum
1994
1964
Rencana
Pendidikan
Sekolah Dasar
Materi
2013
‘Kurikulum
2013’
1995
1984
Kurikulum
1984
1973
Kurikulum
Proyek
Perintis
Sekolah
Pembangunan
(PPSP)
Rintisan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
2005
2015
2006
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
1997
Revisi Kurikulum
1994
Produk
2
3. UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003:
SNP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
TUJUAN
ISI
BAHAN
PELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
3
4. Landasan Yuridis
UNDANG-UNDANG
SISDIKNAS
PP 32 TAHUN
2013(Perubahan SNP)
PERATURAN MENDIKBUD
NOMOR 54, 65, 66, 67, 68, 69,
70 TAHUN 2013
NO.
Nomor
PERMENDIKBUD
URIAN
1.
54
Standar Kompetensi Lulusan Dikdasmen.
2.
65
Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
3.
66
Standar Penilaian Pendidikan.
4.
67
5.
68
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMP
6.
69
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMA
7.
70
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMK
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SD/MI
4
5. KOMPONEN UTAMA KURIKULUM
2013
KURIKULUM
2013
PENGEMBANGA
N
• Rasional
• Elemen Perubahan
RANCANGAN
IMPLEMENTASI
• Guru, KS, PS
• Buku Guru dan Siswa
KERANGKA
DASAR
STRUKTUR
KURIKULUM
MONEV
Landasan
1.Filosofis (pendidikan akar budaya
bangsa, mengembangkan kecerdasan)
2.Teoritis (pend. Berdasarkan standar
dan Kurikulum berbasis Kompetensi
3.Yuridis (UUD 45, UUSPN, PP SNP)
1.
2.
3.
4.
PROSES
PEMBELAJAR
-AN
SILABUS
RPP
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
SMK.MAK
1. Kompetensi inti;
2. Kompetensi dasar;
3. materi pembelajaran;
4. kegiatan pembelajaran;
5. penilaian;
6. alokasi waktu; dan
7. sumber belajar.
1. Identitas sekolahyaitunamasatuanpendidikan
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
3. Kelas/semester
4. Materi pokok
5. Alokasi waktu
6. Tujuan pembelajaran
7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
8. Materi pembelajaran
9. Metode pembelajaran
10.Media pembelajaran
11.Sumber belajar
12.Langkah-langkah pembelajaran
13.Penilaian hasil pembelajaran
6. RASIONAL KURIKULUM 2013
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
7. Reformasi Pendidikan Mengacu pada 8 Standar
KURIKULUM 2013
STANDAR
KOMPETEN
SI LULUSAN
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
Peningkatan Kualifikasi & Sertifikasi, Pembayaran Tunjangan
Sertifikasi, Uji Kompetensi dan Pengukuran Kinerja
LULU
SAN
PESE
RTA
DIDI
K
STANDAR
ISI
STANDAR
(PROSES)
PENILAIAN
STANDAR
PROSES
(PEMBELAJARA
N)
STANDAR SARANA-PRASARANA
Rehab Gedung Sekolah, RKB, Penyediaan Lab dan
Perpustakaan, Penyediaan Buku
STANDAR PEMBIAYAAN
BOS, Bantuan Siswa Miskin, BOPTN/Bidik Misi (di PT)
STANDAR PENGELOLAAN
Manajemen Berbasis Sekolah
7
8. Perkembangan Penduduk sebagai Modal
Kompeten
SDM
Usia
Produktif
(2020-2035)
Melimpah
Modal
Pembangunan
Transformasi
melalui
Pendidikan
Tidak
Kompeten
Beban
Pembangunan
Kurikulum
PTK
Sarpras
Pendanaa
n
Pengelolaa
n
8
9. PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
TUJUAN PENDIDIKAN
NASIONAL
KBK 2004
KTSP 2006
4. Penyesuaian
Beban
3. Penguatan
Proses
2. Pendalaman
dan Perluasan
Materi
1. Penataan
Pola Pikir dan
Tata Kelola
TANTANGAN INTERNAL DAN
EKSTERNAL
KURIKULU
M
2013
9
10. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No
KBK 2004
KTSP 2006
Kurikulum 2013
1
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari
Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari kebutuhan
2
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata
Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata
Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata
pelajaran
3
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk
sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan,
4
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai
5
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti Semua mata pelajaran diikat oleh
sekumpulan mata pelajaran terpisah
kompetensi inti (tiap kelas)
10
11. Penyempurnaan Pola Pikir
1
Berpusat pada Guru
Berpusat pada Siswa
2
Satu Arah
Interaktif
3
Isolasi
Lingkungan Jejaring
4
Pasif
Aktif-Menyelidiki
5
Maya/Abstrak
Konteks Dunia Nyata
6
Pribadi
Pembelajaran Berbasis Tim
7
Luas (semua materi
diajarkan)
8
Stimulasi Rasa Tunggal
(beberapa panca indera)
Stimulasi ke Segala Penjuru
(semua Panca indera)
9
Alat Tunggal (papan
tulis)
Alat Multimedia (berbagai
peralatan teknologi
pendidikan)
10
Hubungan Satu Arah
Kooperatif
Menuju
Perilaku Khas
Memberdayakan Kaidah
Keterikatan
11
12. Penyempurnaan Pola Pikir (lanjutan)
11
Produksi Masa (siswa
memperoleh dokumen yg
sama)
Kebutuhan Pelanggan (siswa
mendapat dokumen sesuai
dgn ketertarikan sesuai
potensinya)
12
Usaha Sadar Tunggal
(mengikuti cara yang
seragam)
Jamak (keberagaman inisiatif
individu siswa)
13
Satu Ilmu Pengetahuan
Bergeser (mempelajari
satu sisi pandang ilmu)
Pengetahuan Disiplin Jamak
(pendekatan multidisiplin)
Menuju
14
Kontrol Terpusat
(kontrol oleh guru)
Otonomi dan Kepercayaan
(siswa diberi tanggungjawab)
15
Pemikiran Faktual
Kritis (membutuhkan pemikiran
kreatif)
16
Penyampaian
Pengetahuan
(pemindahan ilmu dari
Pertukaran Pengetahuan
(antara guru dan siswa, siswa12
dan siswa lainnya)
13. Langkah Penguatan Proses
Proses
Karakteristik Penguatan
Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar,....
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Pembelajara
Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu
n
[discovery learning].
Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat
komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis,
sistematis, dan kreatif.
Mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai
tinggi.
Penilaian
Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan
pemikiran mendalam [bukan sekedar hafalan].
Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa.
Menggunakan portofolio pembelajaran siswa.
13
14. Langkah Penyesuaian Beban Guru dan Murid
SD
Pelaku
Beban
Menyusun Silabus.
Mencari buku yang sesuai.
Penyelesaian
Disediakan buku pegangan guru
Mengajar beberapa mata pelajaran dengan
cara berbeda.
Guru
Mengajar banyak mata pelajaran.
Pendekatan tematik terpadu
Menggunakan bahasa Indonesia sebagai
menggunakan satu buku untuk
penghela mata pelajaran yang lain sehingga semua mata pelajaran sehingga
selaras.
dapat selaras dengan kemampuan
Bahasa Indonesia sebagai alat
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai
komunikasi dan carrier of
penggerak pembahasan.
knowledge.
Mempelajari banyak mapel.
Murid
Mempelajarai mata pelajaran dengan cara
berbeda.
Membeli buku.
Membeli lembar kerja siswa.
Penyedian buku teks oleh
pemerintah/daerah.
14
15. Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan dan
Pengetahuan untuk Membangun
Soft Skills dan Hard Skills1
P
T
SMA/SM Knowledg
e
K
Skil
l
Attitud
e
SM
P
S
D
Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960).
15
16. ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM
2013
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
17.
18.
19. Pola Pikir KBK 2004 dan KTSP 2006
Kerah
Saku
Lengan Kiri
Lengan Kanan
Muka Kiri
Muka Kanan
Belakang
19
20. Pola Pikir Kurikulum 2013
Kemeja Lengan Panjang Warna Biru
Ukuran M (Bahu: 38 cm; Dada: 92 cm; Pinggang 86 cm;
Panjang 83 cm; Lengan 58 cm)
38 cm
saku
86 cm
kerah
58 cm
92 cm
Lengan Kiri
Muka Kiri
Belakang
83 cm
Muka Kanan
Lengan Kanan
20
22. Elemen Perubahan
Deskripsi
Elemen
SD
SMP
SMA
SMK
Kompetensi Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills
Lulusan
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
Kedudukan
mata
pelajaran
(ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari
matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan
(ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik terpadu
dalam semua
mata pelajaran
Mata
pelajaran
Mata pelajaran
Vokasinal
22
23. Elemen Perubahan
Elemen
Struktur
Kurikulum
(Mata
pelajaran
dan alokasi
waktu)
(ISI)
Deskripsi
SD
• Holistik
berbasis sains
(alam, sosial,
dan budaya)
• Jumlah
matapelajaran
dari 10
menjadi 6
• Jumlah jam
bertambah 4
JP/minggu
akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
SMP
• TIK menjadi
media semua
matapelajaran
• Pengembangan
diri terintegrasi
pada setiap
matapelajaran
dan
ekstrakurikuler
• Jumlah
matapelajaran
dari 12 menjadi
10
• Jumlah jam
bertambah 6
JP/minggu
akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
SMA
SMK
• Perubahan
• Penambahan
sistem: ada
jenis keahlian
matapelajar
berdasarkan
an wajib dan spektrum
ada
kebutuhan (6
matapelajar
program
an pilihan
keahlian, 40
bidang
• Terjadi
keahlian, 121
penguranga
kompetensi
n
keahlian)
matapelajar
an yang
• Pengurangan
harus diikuti
adaptif dan
siswa
normatif,
penambahan
• Jumlah jam
produktif
bertambah 1
JP/minggu
• produktif
akibat
disesuaikan
perubahan
dengan trend
pendekatan
perkembangan
pembelajara
di Industri
n
23
24. Elemen Perubahan
Elemen
Deskripsi
SD
SMP
SMA
SMK
• Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan,
dan Mencipta.
• Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat
• Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
• Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
Proses
pembelajar-an
• Tematik dan
terpadu
• IPA dan IPS
masingmasing
diajarkan
secara
terpadu
• Adanya mata
pelajaran wajib
dan pilihan
sesuai dengan
bakat dan
minatnya
• Kompetensi
keterampilan yang
sesuai dengan standar
industri
24
25. Elemen Perubahan
Deskripsi
Elemen
Penilaian hasil
belajar
SD
SMP
SMA
SMK
• Penilaian berbasis kompetensi
• Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil]
• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
• Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen
utama penilaian
Ekstrakurikuler •
•
•
•
Pramuka (wajib)
UKS
PMR
Bahasa Inggris
• Pramuka
(wajib)
• OSIS
• UKS
• PMR
• Dll
• Pramuka
(wajib)
• OSIS
• UKS
• PMR
• Dll
•
•
•
•
•
Pramuka (wajib)
OSIS
UKS
PMR
Dll
25
26. Perbedaan Esensial Kurikulum 2013
KTSP 2006
Mata pelajaran tertentu
mendukung kompetensi
tertentu
Kurikulum 2013
Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan]
Mata pelajaran dirancang Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang
berdiri sendiri dan memiliki lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensi dasar sendiri kompetensi inti tiap kelas
Ket
Semua
Jenjang
Semua
Jenjang
Bahasa Indonesia sejajar
dengan mapel lain
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain
[sikap dan keterampilan berbahasa}
SD
Tiap mata pelajaran
diajarkan dengan
pendekatan berbeda
Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama [saintifik] melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar,....
Tiap jenis konten
pembelajaran diajarkan
terpisah [separated
curriculum]
Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan
terkait dan terpadu satu sama lain [cross
curriculum atau integrated curriculum]
SD
Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan
dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya
SD
Semua
Jenjang
26
27. Perbedaan Esensial Kurikulum 2013
KTSP 2006
Tematik untuk kelas I – III
[belum integratif]
Kurikulum 2013
Tematik Integratif untuk Kelas I – VI
TIK adalah mata pelajaran TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan
sendiri
sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
Ket
SD
SMP
Bahasa Indonesia
sebagai
pengetahuan
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
dan carrier of knowledge
SMP/
SMA/SMK
Untuk SMA, ada
penjurusan sejak kelas XI
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran
wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat
SMA/SMK
SMA dan SMK tanpa
kesamaan kompetensi
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama SMA/SMK
terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
Penjurusan di SMK sangat Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang
detil [sampai keahlian]
studi], didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan
dan pendalaman
SMA/SMK
27
28. No
Implementasi
Kurikulum Lama
Kurikulum Baru
1
Materi disusun untuk
memberikan
pengetahuan kepada
siswa
Materi disusun seimbang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
2
Pendekatan
pembelajaran adalah
siswa diberitahu
tentang materi yang
harus dihafal [siswa
diberi tahu].
Pendekatan pembelajaran berdasarkan
pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data,
penalaran, dan penyajian hasilnya melalui
pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar
[siswa mencari tahu]
3
Penilaian pada
pengetahuan melalui
ulangan dan ujian
Penilaian otentik pada aspek kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan
berdasarkan portofolio.
28
29. No
Implementasi
Kurikulum Lama
Kurikulum Baru
Materi disajikan terpisah
menjadi Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Sosiologi
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok
Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.
2
Tidak ada platform, semua
kajian berdiri sejajar
Menggunakan Geografi sebagai platform kajian dengan
pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan
lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya
konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian
sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk
mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh.
3
Diajarkan oleh guru berbeda
(team teaching) dengan
sertifikasi berdasarkan mata
kajian
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan
terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat
memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian
tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih
mendalam pada jenjang selanjutnya
1
29
30. No
Implementasi
Kurikulum Lama
Kurikulum Baru
1
Materi disajikan terpisah
antara Fisika, Kimia, dan
Biologi
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok
Fisika, Kimia, Biologi
2
Tidak ada platform, semua
kajian berdiri sejajar
Menggunakan Biologi sebagai platform kajian dengan
pertimbangan semua kejadian dan fenomena alam terkait
dengan benda beserta interaksi diantara benda-benda
tersebut. Tujuannya adalah menekankan pentingnya
interaksi biologi, fisika, kimia dan kombinasinya dalam
membentuk ikatan yang stabil.
3
Materi ilmu bumi dan antariksa masih belum memadai
[sebagian dibahas di IPS]
Diperkaya dengan materi ilmu bumi dan antariksa sesuai
dengan standar internasional
4
Materi kurang mendalam dan
cenderung hafalan
Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis
dan analitis sesuai dengan standar internasional
5
Diajarkan oleh guru berbeda
(team teaching) dengan
sertifikasi berdasarkan mata
kajian
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan
terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat
memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian
30
tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih
31. No
Implementasi
Kurikulum Lama
Kurikulum Baru
1
Langsung masuk ke materi
abstrak
Mulai dari pengamatan permasalahan konkret,
kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi
permasalahan
2
Banyak rumus yang harus
dihafal untuk menyelesaikan
permasalahan (hanya bisa
menggunakan)
Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang
diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan
rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa
mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya)
3
Permasalahan matematika
selalu diasosiasikan dengan
[direduksi menjadi] angka
Perimbangan antara matematika dengan angka dan
tanpa angka [gambar, grafik, pola, dsb]
4
Tidak membiasakan siswa untuk Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk
berfikir kritis [hanya mekanistis] menyelesaikan permasalahan yang diajukan
5
Metode penyelesaian masalah
yang tidak terstruktur
Membiasakan siswa berfikir algoritmis
6
Data dan statistik dikenalkan di
kelas IX saja
Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan
data, dan statistik sejak kelas VII serta materi lain
31
sesuai dengan standar internasional
32. No
Implementasi
Kurikulum Lama
Kurikulum Baru
1
Materi yang diajarkan
ditekankan pada
tatabahasa/struktur bahasa
Materi yang dijarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan
pengetahuan
2
Siswa tidak dibiasakan
membaca dan memahami
makna teks yang disajikan
Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks
serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa
sendiri
3
Siswa tidak dibiasakan
menyusun teks yang
sistematis, logis, dan efektif
Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan
efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks
4
Siswa tidak dikenalkan tentang Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai
aturan-aturan teks yang
sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai
sesuai dengan kebutuhan
dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana)
5
Kurang menekankan pada
pentingnya ekspresi dan
spontanitas dalam berbahasa
Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan
pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara
32
spontan
33. No
Implementasi
Kurikulum Lama
Kurikulum Baru
1
Materi disajikan berdasarkan
empat pilar dengan
pembahasan yang terpisahpisah
Materi disajikan tidak berdasarkan pada pengelompokkan
menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan
keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter
bangsa
2
Materi disajikan berdasarkan
pasokan yang ada pada
empat pilar kebangsaan
Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi
warga negara yang bertanggung jawab (taat norma, asas,
dan aturan)
3
Tidak ada penekanan pada
tindakan nyata sebagai warga Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untukyang baik
melakukan tindakan nyata sebagai warga negara
negara yang baik
4
Pancasila dan
Kewarganegaraan disajikan
sebagai pengetahuan yang
harus dihafal
Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya
pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan
sikap keseharian.
33
34. Proses yang Mendukung Kreativitas
PROSES
PEMBELAJARAN
Pendekatan saintifik dan
kontekstual
Kemampuan kreativitas diperoleh melalui:
Observing [mengamati]
Questioning [menanya]
Associating [menalar]
Experimenting [mencoba]
Networking [Membentuk jejaring]
PROSES
PENILAIAN
Penilaian Otentik
penilaian berbasis portofolio
pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal,
memberi nilai bagi jawaban nyeleneh,
menilai proses pengerjaannya bukan hanya
hasilnya,
penilaian spontanitas/ekspresif,
dll
34
35. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
KOMPETENSI INTI (KI)
KOMPETENSI DASAR (KD)
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
36. UU 20/2003 Sisdiknas
Perpres 5/2010 RPJMN
PP 19/2005 SNP
PP 32/2013 Perubahan
SNP
Dokumen Kurikulum
satuan/program
pendidikan
Dokumen Kurikulum
mapel
Pedoman
implementasi
Buku Teks Pelajaran
Buku Panduan Guru
Dokumen Kurikulum
lain
DOKUMEN
KURIKULUM
SKL
Standar Isi
Standar Proses
Standar Penilaian
…
Muatan lokal
KERANGKA
DASAR
KURIKULUM
STRUKTUR
KURIKULUM
NASIONAL
KTSP
SILABUS
Kompetensi inti
Kompetensi dasar
Materi pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber belajar.
Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar,
Muatan Pembelajaran,
Mata pelajaran,
Beban belajar
Alur Pengembangan Kurikulum (PP 32 th 2013)
PAUD
DIKDAS
DIKMEN
PNF
37. STRUKTUR
KURIKULU
M
PAUD
DIKDAS
STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
DIKMEN
PNF
Pengembangan
kepribadian
Muatan umum: nasional, lokal
Muatan umum : nasional, lokal
Peminatan akademik
Peminatan kejuruan
Peminatan lintas minat/
penalaman minat
Program kecakapan hidup
SIKAP
`
KETERAMPILAN
Kompetensi inti
Kompetensi
Dasar
PENGETAHUAN
Pemerintah
Provinsi
Kab/kota
PENGELOLAA
N KURIKULUM
Satuan pend
Kurikulum satuan/ program
pendidikan
Kurikulum mata pelajaran
pedoman implementasi
Buku Teks Pelajaran
Buku Panduan Guru.
Mulok dikmen
Mulok dikdas`
Mulok, KTSP, RPP dan KBM
38. Standar Kompetensi Lulusan
SIKAP
KETERAMPIL
AN
PENGETAHU
AN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
Orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam
Serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret
Terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Memiliki pengetahuan Prosedural dan metakognitif dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora,
dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Terkait penyebab fenomena dan kejadian yang tampak
mata yang mencakup penyebab, alternatif solusi, kendala
dan solusi akhir
38
39. Standar Kompetensi Lulusan
DOMAIN
ELEMEN
SD
SMP
SMA-SMK
Proses
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
Individu
BERIMAN, BERAKHLAK MULIA (JUJUR, DISIPLIN, TANGGUNG
JAWAB, PEDULI, SANTUN), RASA INGIN TAHU, ESTETIKA,
PERCAYA DIRI, MOTIVASI INTERNAL
Sosial
TOLERANSI, GOTONG ROYONG, KERJASAMA, DAN
MUSYAWARAH
Alam
POLA HIDUP SEHAT, RAMAH LINGKUNGAN, PATRIOTIK, DAN
CINTA PERDAMAIAN
Proses
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji +
Menalar + Mencipta
Abstrak
MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG, MENGGAMBAR,
MENGARANG
Konkret
MENGGUNAKAN, MENGURAI, MERANGKAI, MEMODIFIKASI,
MEMBUAT, MENCIPTA
Proses
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa +
Mengevaluasi
SIKAP
KETERAMPILA
N
PENGETAHUA
N
Obyek
39
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, DAN BUDAYA
40. Standar Kompetensi Lulusan
DOMAIN
SD
SMP
SMA-SMK
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
SIKAP
PRIBADI YANG BERIMAN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI, DAN
BERTANGGUNG JAWAB DALAM BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF
DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, ALAM SEKITAR, SERTA DUNIA DAN
PERADABANNYA
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar +
Mencipta
KETERAMPILAN
PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG EFEKTIF
DAN KREATIF DALAM RANAH ABSTRAK DAN KONKRET
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi
PENGETAHUAN
PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI,
BUDAYA DAN BERWAWASAN KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN,
KENEGARAAN, DAN PERADABAN
40
41. Prosedur Penyusunan Kompetensi Dasar Baru
SKL Baru
•
Evalua
si
•
•
SK-KD Lama
M apel per
kelas
Mempertahankan SK KD
lama yang sesuai dengan
SKL Baru
Merevisi SK KD lama
disesuaikan dengan SKL
Baru
Menyusun SK KD Baru
Sumber Kompetensi
[M apel per kelas]
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar Baru
41
42. SKL dan KI Sekolah Dasar Kelas I
Standar Kompetensi Lulusan
Kompetensi Inti Kelas I
Memiliki [melalui menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, mengamalkan] perilaku
yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam , di sekitar rumah, sekolah, dan tempat
bermain
Menerima dan menjalankan ajaran agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
Memiliki [melalui mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyaji, menalar, mencipta] kemampuan
pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret terkait dengan yang ditugaskan
kepadanya.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Memiliki [melalui mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi]
pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu
pengetahuan, teknologi,seni, budaya, humaniora,
dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian di
lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain
Memahami pengetahuan faktual dengan
cara mengamati berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
dan guru.
42
43. STANDAR KOM PETENSI LULUSAN – DOMAIN SIKAP
SD
SMP
SMA/SMK
DIKTI-SARJANA
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku
Memiliki perilaku
Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap yang mencerminkan yang mencerminkan mencerminkan sikap
sikap
sikap
Orang beriman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam
Orang beriman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam
Orang beriman,
Orang beriman, berakhlak
berakhlak mulia,
mulia, mandiri, kreatif,
percaya diri, dan
bertanggung jawab ,
bertanggung jawab berbudaya, dan
dalam berinteraksi berinteraksi secara efektif
secara efektif dengandengan lingkungan sosial
lingkungan sosial
dan alam
dan alam
Di sekitar rumah,
sekolah, dan tempat
bermain
Dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Serta dalam
menempatkan
dirinya sebagai
cerminan bangsa
dalam pergaulan
dunia
Serta berkontribusi aktif
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
termasuk berperan dalam
pergaulan dunia dengan
menjunjung tinggi
43
44. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN KETERAMPILAN
SD
SMP
SMA/SMK
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan
konkret
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan
konkret
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan
konkret
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif, kreatif dan
inovatif dalam ranah
abstrak dan konkret
Terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah
Terkait dengan
pengembangan dir
sesuai dengan bakat,
minat, dan
kemampuannya.
Terkait dengan yang
Terkait dengan yang
ditugaskan kepadanya. dipelajari di sekolah
DIKTISARJANA
(Sesuai dengan apa
(Sesuai dengan yang (Dari berbagai sumber Serta mampu
yang dipelajari di
dipelajari di sekolah dan berbeda dalam
memberikan petunjuk
sekolah yang
dari berbagai sumber informasi dan sudut
dalam memilih berbagai
ditugaskan kepadanya.) lainnya yang sama
pandang/teori yang
alternatif solusi secara
dalam sudut pandang dipelajarinya di sekolah, mandiri dan/ atau
/teori)
masyarakat, dan belajar kelompok
mandiri)
44
45. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN PENGETAHUAN
SD
SMP
SMA/SMK
Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan
Faktual dan konseptual Faktual, konseptual dan Prosedural dan
dalam
prosedural dalam
metakognitif dalam
DIKTI-SARJANA
Memiliki pengetahuan
Prosedural dan
metakognitif dalam
Ilmu pengetahuan,
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, teknologi, seni, budaya,
humaniora, dengan
humaniora, dengan
wawasan kebangsaan, wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan
kenegaraan, dan
peradaban
peradaban
Ilmu pengetahuan,
Konsep teoritis bidang
teknologi, seni, budaya, pengetahuan tertentu
humaniora, dengan
secara umum dan
wawasan kebangsaan, khusus serta mendalam
kenegaraan, dan
dengan wawasan
peradaban
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
Terkait fenomena dan Terkait fenomena dan
kejadian di lingkungan kejadian yang tampak
rumah, sekolah, dan
mata
tempat bermain
Terkait penyebab
Terkait dg fenomena
fenomena dan kejadian dan kejadian yang
mencakup penyebab,
alternatif solusi, kendala
dan solusi akhir
45
46. Contoh Perumusan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti
untuk PPKN Kelas I SD DASAR
Kompetensi Inti
KD lama (KTSP 2006)
Rumusan Kompetensi Dasar
1. Menerima dan
1.Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, 1.Menerima keberagaman
menjalankan ajaran agama, dan suku bangsa
karakteristik individu (agama, suku,
agama yang
2.Memberikan contoh hidup rukun
fisik, psikis) sebagai anugerah
dianutnya.
melalui kegiatan di rumah dan di
Tuhan
sekolah
2. Memiliki perilaku 3.Menerapkan hidup rukun di rumah dan1.Menunjukkan perilaku baik (jujur,
jujur, disiplin,
disiplin, tanggung jawab, santun,
di sekolah
tanggung jawab, 4.Menjelaskan pentingnya tata tertib di
peduli/kasih sayang, dan percaya
santun, peduli, dan rumah dan di sekolah
diri) dalam berinteraksi dengan
percaya diri dalam 5.Melaksanakan tata tertib di rumah dan keluarga, teman, dan guru, sebagai
berinteraksi
perwujudan nilai dan moral
di sekolah
dengan keluarga, 6.Menjelaskan hak anak untuk bermain, Pancasila.
teman, dan guru.
belajar dengan gembira dan didengar 2.Memiliki sikap dan perilaku patuh
pada tata tertib dan aturan yang
pendapatnya
7.Melaksanakan hak anak di rumah dan berlaku dalam kehidupan seharihari di rumah dan sekolah.
di sekolah
8.Mengikuti tata tertib di rumah dan di 3.Memiliki sikap toleran terhadap
keberagaman karakteristik individu
sekolah
9.Melaksanakan aturan yang berlaku di (agama, suku, fisik, psikis) di rumah
dan sekolah.
masyarakat
4.Menunjukkan perilaku
kebersamaan dalam keberagaman
di rumah dan sekolah
46
47. STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM
2013
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
48. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara
Pemerintah dengan pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota.
1. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru
dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi
pelaksanaan kurikulum secara nasional.
3. Pemerintah provinsi bertanggungjawab dalam melakukan
supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di
propinsi terkait.
4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam
memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala
sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota
terkait.
48
49.
•
•
•
Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan
jenjang pendidikan yaitu:
Juli 2013 : Kelas I, IV, VII, dan X
Juli 2014 : Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
Juli 2015 : kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI,
dan XII
Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari
tahun 2013 - 2015
49
50.
Pengembangan buku siswa dan buku pegangan
guru dari tahun 2012 – 2014
Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem
administrasi, dan pengembangan budaya sekolah
(budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK,
dimulai dari bulan Januari – Desember 2013
Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan
Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah
implementasi dan upaya penanggulangan: Juli
2013 – 2016
50
51. KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
DPR, DPRD, GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA,
DEWAN PENDIDIKAN, DINAS PENDIDIKAN PROVINSI,
KABUPATEN/KOTA, MASYARAKAT
SD, SMP, SMA,
SMK
GURU
DIKLAT
KURIKULUM
2013
KEPALA
SEKOLAH
PENGAWA
S
51
54. KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
55. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sikap
(Tahu Mengapa)
Produktif
Inovatif
Kreatif
Afektif
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,
Keterampilan
Pengetahuan
kreatif,Bagaimana) afektif melalui penguatan sikap,
(Tahu inovatif, dan
(Tahu Apa)
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
55
56.
Ranah sikap menggamit/menghubungkan /mengaitkan
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft
skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
56
57. Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah.
ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk
jejaring untuk semua mata pelajaran.
Pendekatan
57
59. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK ( PROJECT BASED
LEARNING )
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
60. Definisi/Konsep
Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
Pembelajaran
Pembelajaran
Berbasis Proyek merupakan metode
belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata.
61. Keuntungan Pembelajaran Berbasis
Proyek
o Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk
belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai.
o Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
o Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
o Meningkatkan kolaborasi.
o Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
o Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber.
62. Keuntungan Pembelajaran Berbasis
Proyek
o Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
o Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk
berkembang sesuai dunia nyata.
o Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
o Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati
proses pembelajaran.
63. Kelemahan Pembelajaran Berbasis
Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di
kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam
kerja kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan
65. SISTEM PENILAIAN
Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
66. SISTEM PENILAIAN
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan
pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
67. MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
68. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik
untuk belajar.
Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world)
68
69.
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran
bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka
akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta
didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan
69
70. (2)
Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta
didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
(3)
PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
70
71. 1. Konsep Dasar ( Basic Concept )
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat
tentang arah dan tujuan pembelajaran
71
72. 2. Pendefinisian Masalah ( Defining the
Problem )
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan peserta didik
melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan
semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario
secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat
72
73. . Pembelajaran Mandiri ( Self Learning )
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang
dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang
tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)
agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2)
informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu
dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah
relevan dan dapat dipahami.
73
74. 4. Pertukaran Pengetahuan ( Exchange
knowledge )
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi
dari permasalahan kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
74
75. 5. Penilaian ( Assessment )
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
75
76. Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam
kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalahmasalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta
didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat
yang berbeda dari mereka.
76
77. Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang
dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta
didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.
Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang
harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai
penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan
materi pembelajaran.
77
79.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.
79
80. Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan
authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang
sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang
dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam
kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan
PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (selfassessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh
pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan
yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu
80
81. MODEL PEMBELAJARAN
PENEMUAN
( DISCOVERY LEARNING )
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
82. Definisi/Konsep
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai
prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada
discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru
83. Definisi/Konsep
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini
ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student
oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau
ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
84. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya
rasa menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat
dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
85. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu
atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
86. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang;
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar;
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
87. Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran
untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan
mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan
masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa
dengan cara-cara belajar yang lama.
88. Kelemahan Pembelajaran Penemuan
Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan
dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA
kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan
untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
89. Langkah-Langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
90. Langkah-Langkah Operasional
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi
pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.
91. Langkah-Langkah Operasional
b . Problem statement (pernyataan/ identifikasi
masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
92. Langkah-Langkah Operasional
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah,
2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
93. Langkah-Langkah Operasional
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu
94. Langkah-Langkah Operasional
e . Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
95. Langkah-Langkah Operasional
f. Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi
96. SISTEM PENILAIAN
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian
dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non
tes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif,
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka
pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan
pengamatan.
98. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK
PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
99. 1.
2.
3.
4.
5.
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran
yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian,
pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau
reliabel.
Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara
signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar
sekali pun.
Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
99
100. 1.
2.
3.
4.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013.
Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih
autentik.
Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar
atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
100
101. 5.
6.
7.
8.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,
benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam
proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik.
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat
penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
101
102. 9.
10.
11.
12.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi
kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran
serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan,
dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan
peserta didik, serta keterampilan belajar.
Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja.
102
103. 13.
14.
15.
16.
Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa
mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
103
104. 1.
2.
3.
Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik
pula.
Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan
pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
luar sekolah.
Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik
yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan
seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas
tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan
kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang
digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas
perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
104
105. 4.
5.
6.
Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat
mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai
melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah
memainkan peran aktif dan kreatif.
Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
105
106. 7.
8.
9.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta
mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific,
memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.
Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang
terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari,
memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab
untuk tetap pada tugas.
Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian
mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
106
107. Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.”
Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan
juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran
autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta
didik serta desain pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara
mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3.
4.
Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru,
dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik
dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar
tembok sekolah.
107
109. Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi
peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek
yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja.
1. Daftar cek (checklist).
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
3. Skala penilaian (rating scale).
4. Memori atau ingatan (memory approach).
109
110. Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian
proyek.
1.Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2.Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
3.Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
110
111. Penilaian portofolio merupakan penilaian atas
kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan
dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja
peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
111
112. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio
yang akan dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
112
113.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas
materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk
uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif,
sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
113
114. Contoh Penilaian Kinerja
1. Kinerja dalam Menyelesaikan Tugas
Kelompok
Aspek
No.
Nama
Peserta
Didik
Keterangan Skor:
1=Kurang
2=Cukup
3=Baik
4=Sangat Baik
MengKerja Keaktifa hargai Tangg
sama
n
pendapa jawab
t
Jml
Nilai
115. Contoh Penilaian Produk
1. PRODUK GAMBAR BANGUN DATAR DAN
BANGUN RUANG
Aspe k
No.
Nama Ketepatan Ketepatan Banyak
Juml
Peserta menentu
menggambar Kerap ah Nilai
kan
Didik
gambar
yang
ian Skor
benda
persegi
dibuat
persegi
116. Contoh Tes Tertulis
Serangga mempunyai 3 pasang kaki yang menjadi
ciri
utamanya. Gambar manakah di bawah ini yang
“bukan” serangga?
117. STRUKTUR KURIKULUM SD
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Komponen
Kelompok A
I
II
III
IV
V
VI
Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti
PPKN
Bahasa Indonesia
Matematika
IPA
IPS
Kelompok B
Seni Budaya & Prakarya
(termasuk muatan lokal*)
4
4
4
4
4
4
5
8
5
5
9
6
6
10
6
5
7
6
3
5
7
6
3
5
7
6
3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
Pend. Jasmani, OR & Kes
(termasuk muatan lokal).
4
4
4
4
4
4
Jumlah
30 32 34
Catatan:
1. Muatan lokal* dapat memuat Bahasa Daerah
2. IPA dan IPS kelas I s.d. Kelas III diintegrasikan ke mata pelajaran lainnya
36 36 36
117
119. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Mata Pelajaran
Kelas
X
XI
XII
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
3
3
3
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2
2
2
3
Bahasa Indonesia
4
4
4
4
Matematika
4
4
4
5
Sejarah Indonesia
2
2
2
6
Bahasa Inggris
2
2
2
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
2
2
2
8
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3
3
3
9
Prakarya dan Kewirausahaan
2
2
2
24
24
24
Matapelajaran peminatan akademik (untuk SMA)
18
20
20
Matapelajaran peminatan akademik dan vokasi (untuk SMA)
24
24
24
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu (SMA)
42
44
44
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu (SMK)
48
48
48
Jumlah jam pelajaran Kelompok A dan B per minggu
Kelompok C Peminatan
119
120. Struktur Kurikulum Peminatan SMA
MATA PELAJARAN
Kelompok A dan B (Wajib)
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Matematika dan Iilmu Alam
I
1 Matematika
2 Biologi
3 Fisika
4 Kimia
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial
II
1 Geografi
2 Sejarah
3 Sosiologi & Antropologi
4 Ekonomi
Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya
III
1 Bahasa dan Sastra Indonesia
2 Bahasa dan Sastra Inggeris
3 Bahasa dan Sastra Asing lainnya
4 Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan
Pilihan Lintas Kelompok Peminatan atau Pendalaman Minat
Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia per minggu
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu
X
24
Kelas
XI
24
XII
24
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
6
68
42
4
72
44
4
72
44
121. KELAS
MATA PELAJARAN
X
XI
XII
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
3
3
3
2.
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
2
2
2
4
4
4
4
4
4
3.
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
2
2
2
6.
Bahasa Inggris
2
2
2
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
2
2
2
8.
Prakarya dan Kewirausahaan
2
2
2
3
3
3
24
24
24
24
24
24
48
48
48
9.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan
Jumlah kelompok A dan B
Kelompok C (Peminatan)
Matapelajaran peminatan akademik dan vokasi
TOTAL
121