Rasulullah SAW menyebutkan empat tanda orang celaka yaitu melupakan dosa masa lalu, mengingat kebaikan tanpa kepastian diterima Allah, sombong dalam urusan dunia, dan meremehkan agama. Sementara empat tanda orang bahagia adalah mengingat dosa, melupakan kebaikan, mencontoh yang lebih baik dalam agama, dan bersyukur dalam kehid
1. Keagungan Bismillah
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhbib Abdul Wahab
Setiap Muslim pasti pernah membaca bismillah atau bismillahirrahmanirrahim.
Selain menjadi bacaan rutin atau harian, bismillah juga merupakan bacaan mulia yang
didesain Allah SWT sebagai bacaan pembuka semua surat dalam Alquran kecuali surat at-
Taubah atau al-Bar‟ah. Membaca bismillah memang diperintahkan oleh Nabi Muhammad
SAW ketika kita hendak memulai aktivitas yang baik. Sabda Nabi, "Segala sesuatu (aktivitas
yang baik) yang tidak dimulai dengan bismillah, akan terputus (nilai keberkahannya)". (HR
Al-Bukhari dan Muslim). Dengan kata lain, kunci kebaikan dan pangkal keberkahan dalam
meraih cita-cita mulia adalah membaca bismillah. Bismillah bukan sekadar bacaan pembuka,
tetapi merupakan zikir hati yang dapat memancarkan cahaya keagungan Sang Pencipta.
Menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam karya monumentalnya, Rasail an-Nur, bismillah itu
bacaan yang supermulia sehingga Allah SWT memilihnya sebagai bacaan pembuka bagi
Kitab Suci-Nya, Alquran. Menurutnya, bismillah memiliki tiga keagungan yang indah dan
perlu dimaknai oleh setiap Muslim.
Pertama, keagungan uluhiyyah (ketuhanan). Semua makhluk bersandar, bergantung,
dan memerlukan pertolongan-Nya. Menyebut "Dengan nama Allah yang Mahapengasih
Mahapenyayang" berarti meyakini sepenuh hati, Allah SWT adalah sumber kehidupan, poros
kebajikan, tujuan pengabdian, dan muara segala nilai keberkahan.
Bismillah memberikan motivasi dan spirit ketuhanan untuk 'menghadirkan' dan
'mengikutsertakan' Tuhan dalam kehidupan kita. Bismillah adalah gerbang menuju
keikhlasan dan harapan mulia, yaitu meraih mardhatillah (ridha Allah).
Membiasakan membaca bismillah sama dengan belajar untuk tidak melupakan Allah. Sebab
lupa kepada Allah merupakan penyakit hati yang dapat menyebabkan kefasikan dan
hilangnya keberkahan hidup ini.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-
Hasyr [59]: 19).
2. Kedua, keagungan rahmaniyyah (kasih). Melafalkan bismillah merupakan doa bagi
Muslim untuk memperoleh kasih-Nya yang tak terbatas. Bismillah menjadi pintu
tercurahnya rahmat Allah dalam menggapai kebahagiaan hidup ini.
"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-
ayat Kami." (QS Al-A'raf [7]: 156).
Ketiga, keagungan rahimiyyah (kasih sayang). Jika kasih Allah diberikan kepada
semua makhluk-Nya, kasih sayang-Nya hanya diberikan kepada Muslim, terutama di akhirat
kelak. Bismillah menumbuhkan keyakinan kasih sayang Allah itu mengatasi segalanya,
sehingga hanya Allah-lah yang akan memberi ampunan dan pertolongan pada hari
perhitungan (yaumul hisab) nanti.Dengan bismillah, Muslim diingatkan agar selalu
beristighfar kepada-Nya karena Allah Mahapengampun dan Mahapenyayang.
Keagungan bismillah tidak hanya karena ia merupakan salah satu ayat dari surat Alfatihah,
tapi juga induk Alquran itu sendiri.
Dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika kamu membaca
Alhamdulillah, maka bacalah Bismillahirrahmanirrrahim, karena ia adalah ummul Quran
(induk Alquran) dan Assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang atau
Alfatihah), sedangkan bismillah itu termasuk salah satu ayatnya.” (HR
Addaruqutni). Bismillah termasuk etika (adab) spiritual untuk 'menyapa' dan mengakrabkan
diri dengan Allah SWT.
Keagungan bismillah juga tercermin dari esensi al-Asma‟ al-Husna (ar-Rahman ar-Rahim)
yang terkandung di dalamnya. Bahkan dua nama dan sifat utama Allah ini sesungguhnya
merupakan intisari dari al-Qur‟an.
Dalam buku Kanzul ‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wal Af’al karya „Ala‟uddin al-
Muttaqi dinyatakan “Semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah itu (esensinya) ada
dalam Alquran. Semua yang ada dalam Alquran itu ada dalam surat al-Fatihah. Sedangkan
semua yang ada dalam al-Fatihah itu ada dalam bismillah.”
Oleh karena itu, kita harus selalu membaca bismillah dalam memulai segala sesuatu yang
positif agar aktivitas kita bernilai ibadah dan mendapatkan berkah.
Kita pun harus yakin aktivitas yang didahului dengan bismillah dapat mendatangkan
kebaikan dan kemuliaan; sebaliknya bismillah dapat menjauhkan kita dari kesia-siaan dan
boleh jadi kemaksiatan.
Komentar
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah Bismillahirrahmanirrrahim, karena ia
adalah ummul Quran (induk Alquran) dan Assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang atau Alfatihah), sedangkan bismillah itu termasuk salah satu ayatnya.”
Dalam setiap aktivitas kita harus memulai dengan bismilah supaya mendapat berkah
3. Pertolongan Alquran di Alam Kubur
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Soraya Khoirunnisa
, Dari Sa‟id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penolong yang lebih
utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur‟an. Bukan nabi bukan
malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya). Bazzar
meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika
orang-orang sibuk dengan kain kafan dan persiapan pengebumian di rumahnya, tiba-tiba
seseorang yang sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan,
dia berada di antara dada dan kain kafan. Setelah dikuburkan dan orang-orang mulai
meninggalkannya, datanglah dua malaikat. Yaitu Malaikat Munkar dan Nakir yang berusaha
memisahkan orang tampan itu dari mayat agar memudahkan tanya jawab. Tetapi si tampan
itu berkata,” Ia adalah sahabat karibku. Dalam keadaan bagaimanapun aku tidak akan
meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan untuk bertanya kepadanya, lakukanlah pekerjaan
kalian. Aku tidak akan berpisah dari orang ini sehingga ia dimasukkan ke dalam syurga.”
Lalu ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata,”Aku adalah Alquran yang terkadang kamu
baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. Jangan khawatir setelah
menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”
Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tempat tidur
dan permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala‟il A‟la. (Himpunan Fadhilah
Amal : 609) Allahuakbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadis ini. Getaran
penuh pengharapan sekaligus kekhawatiran. Getaran harap karena tentu saja mengharapkan
Alquran yang kita baca dapat menjadi pembela kita di hari yang tidak ada pembela.
Sekaligus getaran takut, kalau-kalau Alquran akan menuntut kita. Allah… terimalah bacaan
Alquran kami. Sempurnakanlah kekurangannya.
Banyak riwaya yang menerangkan bahwa Alquran adalah pemberi syafa‟at yang pasti
dikabulkan Allah SWT. Upaya agar mendapatkan syafaat Alquran tentu saja dengan
mendekatkan diri kepada Alquran. Salah satu cara yang sangat baik dalam “memaksa” kita
4. untuk dekat dengan Alquran adalah dengan menghafalkannya. Dengan berniat menghafal
Alquran hati kita seakan-akan terpanggil untuk selalu memegang Alquran. Ada tanggung
jawab yang membuat kita merasa “bersalah” jika tidak memegang Al-Qur‟an. Walaupun
mungkin sekedar membacanya. Pada akhirnya kita mau tidak mau “dipaksa” untuk mendekat
kepada Alquran. Dapat dikatakan dengan menghafalkan Alquran kita telah mengikatkan diri
dengan Al-Qur‟an. Sesibuk apapun kita, kita dipaksa untuk selalu dekat Alquran. Dan itu
sungguh bukan termasuk “pemaksaan” yang aniaya. Melainkan pemaksaan yang penuh
kebaikan.
Semoga hadis di atas menjadi cambuk bagi kita ketika rasa malas menerpa kita.
Semoga Allah dengan kemuliaanNya menjadikan Alquran sebagai syafa‟at bagi kita, bukan
sebagai penuntut kita. Semoga Alquran menjadi “teman” bagi kita ketika tidak ada
sesuatupun di dunia ini yang dapat menemani kita. Amin. Mari menghafal Alquran.
Komentar
, Dari Sa‟id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penolong yang lebih utama
derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur‟an. Bukan nabi bukan malaikat
dan bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya).
Al-Qur‟an akan menjadi cahaya penerang jika kita mempelajari dan bukan hanya mengaji.
5. Awas Bahaya Sihir!
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
Sihir menjadi kata yang banyak dibicarakan di media massa akhir-akhir ini.
Dampaknya dipandang merugikan dalam islam. Perihal sihir menjadi tema utama dalam
seminar Alquran yang diselenggarakan di Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang, Jakarta Selatan,
Ahad (14/4). Salah satu pembicara seminar acara itu, Ustaz Fadhlan Abu Yasir
mendefinisikan sihir sebagai meminta bantuan kepadasetan untuk mendatangkan manfaat
atau menolak bahaya dengan syarat dan mengakui kekuatan setan. Dia menegaskan hukum
mempelajari ilmu sihir atau mengajarkannya adalah haram. Lantas, bagaimana dengan orang-
orang yang menjadi korban sihir? Ustaz Fadhlan menyatakan sihir dapat diobati atau diterapi
dengan Ruqyah Syar‟iyyah.
Ustaz Fadhlan menjelaskn ruqyah Syar‟iyyah adalah bacaan ayat-ayat Alquran dan
doa-doa Rasulullah Muhammad SAW yang dibaca dengan tartil, jelas, dan tanpa merusak
maknanya dengan adab-adabnya, membacanya sebagai ibadah kepada Allah SWT dengan
penuh ikhlas dan mengharap ridhaNya. Dia menyebutkan terapi itu seudah disebutkan dalam
surat Al Isra‟ ayat 82. "Keistimewaan ruqyah Syar‟iyyah diantaranya adalah menghidupkan
sunah Rasulullah SWA yang hampir mati," kata Ustaz Fadhlan.
Selain itu, lanjutnya, ruqyah ini sebagai terapi utama bagi orang yang terkena
gangguan jin atau mengusir gangguan jin di rumah maupun tempat usahanya. Ustaz Fadhlan
juga menyebutkan, ruqyah sebagai bukti pengaduan hamba yang lemah kepada Allah SWT.
Ruqyah bermanfaat untuk kalangan umat Islam. "Ruqyah bermanfaat untuk orang yang
menderita penyakit medis, tekanan kejiwaan, penyakit mental, pembentengan diri, terapi
gangguan jin, dan menghancurkan ilmu jin yang oernah dipelajarinya," ucap Ustaz Fadhlan.
Asalkan, tambahnya, terapis harus meyakini bahwa ayat-ayat Allah SWT sebagai mukjizat
abadi dan sebagai obat bagi manusia.
6. Komentar
Syirik adalah bentuk suatu dosa yang tidak akan di ampuni oleh allah swt ,,karena
telaj mempersekutukan-nya..dan sholat kita akan di tolak selama 40 hari...maka
jauhilah syirik
7. Empat Tanda Orang Celaka dan Bahagia
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Soraya Khoirunnisa
Dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Imam Nawawi Al-Bantani disebutkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Tanda orang celaka ada empat yaitu : pertama, melupakan
dosa-dosa masa lalu padahal semuanya tercatat dengan rapi di sisi Allah.
Kedua, mengenang kebaikan di masa lalu padahal belum diketahui diterima Allah atau
tidak.
Ketiga, Dalam urusan dunia selalu memandang ke yang lebih atas. Keempat, dalam urusan
agama selalu memandang ke yang lebih rendah.
Kemudian disebutkan pula, tanda orang bahagia juga ada empat. Pertama, mengingat
dosa-dosa yang telah lalu. Kedua, melupakan kebaikan yang pernah ia lakukan.
Ketiga, dalam urusan agama senang melihat kepada orang yang lebih tinggi (dalam ibadah
dan ketaatannya kepada Allah). Keempat, dalam urusan dunia senang melihat kepada
orang yang lebih rendah (sehingga mendorongnya untuk lebih mensyukuri nikmat-Nya).”
Marilah kita merenung, di manakan kita di antara kedua tanda tersebut? Apabila memang
kita lebih cenderung kepada sifat-sifat yang celaka maka tidak ada salahnya untuk
mengakui. Karena pengakuan adalah langkah awal untuk memperbaiki diri.
Tanda celaka yang pertama adalah melupakan dosa-dosa yang telah lalu. Kita sebagai
manusia yang seringkali lalai, bukan saja melupakan dosa yang telah lalu bahkan kita
acapkali tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan menambah pundi dosa kita.
Atau malah kita sudah tahu bahwa yang kita lakukan adalah dosa, namun tetap saja kita
melakukannya. Seakan-akan kita meremehkan balasan yang pasti akan kita terima di
akhirat. Maka, mengingat dosa akan menghentikan niat buruk kita sekaligus menjadi
motivator dalam menambah pundi pahala.
Tanda celaka kedua adalah mengenang kebaikan di masa lalu. Adanya perasaan ini di
dalam hati manusia adalah bukti nyata tentang liciknya syaitan. Syaitan pernah berjanji
untuk selalu menggoda manusia yang disebutkan Allah dalam banyak ayat, salah satunya
dalam surat Al-A’rof : 17. “Kemudian saya akan datangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka
bersyukur.”
Ketika manusia akan melakukan kebaikan, syaitan dengan berbagai caranya menggoda
manusia untuk gagal melakukannya. Namun ketika manusia berhasil mengalahkan bisikan
syaitan dengan tetap melakukan kebaikan, syaitan menggoda manusia dengan cara yang
8. lain. Dibisikkanlah ke dalam hati manusia rasa bangga dengan kebaikannya. Sehingga
muncullah bangga diri. Muncullah rasa lebih baik daripada orang
lain. Astaghfirullahal’adzim.
Dalam hal ini, menyadari bahwa amalan kita belum tentu diterima Allah memiliki peranan
penting dalam menundukkan rasa ujub dan takabbur.
Tanda celaka ketiga adalah dalam urusan dunia selalu memandang kapada yang lebih atas.
Sehingga jiwa tidak tenang dan selalu merasa kurang. Yang teringat hanyalah kekurangan
dan serba kekurangan. Padahal, nikmat dari Allah adalah tidak terkira. “Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia
itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). QS. Ibrahim : 34.
Dan yang tanda celaka yang terakhir adalah dalam urusan ibadah selalu melihat kepada
yang lebih rendah. Orang yang seperti ini akan menjadi orang sombong yang merasa telah
melakukan banyak. Padahal (lagi-lagi) kita tidak tahu apakah amal kita diterima Allah atau
tidak. Maka, semoga kita dapat menjauhi tanda celaka dan mengamalkan tanda bahagia.
Wallahua’lam.
Komentar:
Orang yang selalu bahagia adalah orang yang selalu mempelajari al-quran agar selalu menjadi orang
yang bahagia
9. Calon Wakil Rakyat yang Amanah
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membuka Pendaftaran calon anggota legislatif
(bacaleg) hingga 22 April nanti. Ribuan warga di seantero Nusantara turut serta menjadi
bacaleg dari 12 partai politik nasional dan 3 partai lokal.
Beragam niat menjadi caleg saat ini. Ada yang menjalankan perintah partai, permintaan
masyarakat, keinginan suami, mencari kekayaan, hingga pengabdian ke masyarakat. Niat
ini pula yang menentukan kualitas anggota Dewan di semua tingkatan (DPR RI atau DPRD).
Karena niat yang menentukan tindakan seseorang di kemudian hari.
Sebagai umat Islam, saya menyarankan kepada orang-orang yang akan mencalonkan diri
nanti pada Pemilu 2014 untuk meluruskan niat. Bahwa menjadi anggota Dewan yang
merupakan wakil rakyat harus diawali dengan niat suci. Menjadi pejabat publik bukan
sekadar mencari kekayaan akan tetapi merupakan bagian dari ibadah.
Ketika niat ibadah sudah di ditanamkan, maka ketika terpilih nanti, menjalankan tugas
sebagai anggota Dewan bukan sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan akan ibadah.
Ada baiknya kita membaca kisah seorang lelaki kaum Anshar.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap
Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau.
Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”
“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami
gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga
mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”
“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw.
Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah
barang diterima, Rasulullah saw segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir
pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mau membeli. Salah seorang sahabat
menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham.
Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu
dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali.
Inilah lelang pertama kali yang dilakukan Rasulullah. Tiba-tiba salah seorang sahabat
menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.”
Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang
itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham
10. untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke
sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak.
Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu,
lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan
menemui aku sampai dua pekan.”
Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui
Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia
berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan
pakaian.
Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik
bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu
kelak pada hari kiamat.”
Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam
bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri
dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Karena itu, tidak salah ketika saya mengatakan, jangan pernah berpikir menjadi caleg hanya
sekadar mencari kekayaan. Tetapi bagian dari pengabdian diri untuk mengangkat martabat
kemanusiaan. Bekerja adalah ibadah yang harus kita lakukan bersama.
Komentar:
Jokowi adalah umar bin khatab modern ....umar bin khatab adalah seorang khalifah muslim yang
selalu memperhatikan rakyatnya