1. Renungan
Menghadapi Kematian
“Seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang
dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian
merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap
insan… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada
pertanggung jawaban dan ada kehidupan…”
2. Kematian adalah kepastian
Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin
mengkhabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau
teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan
tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran
dari kenyataan tersebut
“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari
kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang
siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan
oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang
beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
“Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya kematian yang kalian
lari darinya pasti akan mendatangi kalian, kemudian kalian akan
dikembalikan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang
tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah Ta’ala akan
memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu kalian
pernah kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)
3. Semuanya akan menjumpai
kematian pada saatnya.
“Dan bagi tiap2 jiwa sudah ditetapkan waktu
(kematiannya), jika telah tiba waktu kematian,
tidak akan bisa mereka mengundurkannya
ataupun mempercepat,meskipun hanya
sesaat” (QS. Al A’raf :34)
“Dan dimanapun kalian berada, niscaya
kematian itu akan mendatangi kalian,
meskipun kalian berlindung di balik benteng
yang sangat kokoh.” (QS. An Nisa : 78)
4. Ke Matian adalah rahasia Pencipta
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya proses penciptaan manusia di
dalam perut ibu, berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani,
kemudian menjadi segumpal darah yg menggantung selama 40 hari,
kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari juga. Kemudian
Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh pada janin
tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan :
rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi
orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang (kapankah)
datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan air hujan, dan Dia
lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim, dan tidak
ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia
kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi
manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
5. Hikmah mengingat mati
Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus
kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai
Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Kematian”(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan
dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan, [1] bersegera dalam
bertaubat, [2] giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah,
[3] rasa qana’ah dalam hati (menerima setiap pemberian
Allah)”(Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al
Asyqar)
6. Bersegeralah Bertaubat
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia adalah makhluk yang
banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang
banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian
senantiasa mengintai.
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang
yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya,
kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka
itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan
menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang yang
bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)
7. Giat ber ibadah pada Allah
Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa
memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah
Ta’ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
“Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing
atau seorang yang sedang menempuh perjalanan yang
jauh”, mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika engkau
berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi
hari, jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu
datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam
ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu,
dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian
datang menjemputmu.” (HR. Bukhari)
8. Rasa Qana’ah dalam hati
Rasa qana’ah yang membuat seseorang merasa cukup terhadap
setiap pemberian Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun
pemberian Allah.
“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah
tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku
agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan
beliau memerintahkan aku agar melihat orang yang berada di
bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku
tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR.
Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Seseorang yang banyak mengingat kematian, meyakini bahwa
segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia adalah titipan
dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh
pemberian tersebut.
9. Kehidupan setelah kematian
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan meskipun sekecil biji dzarah,
niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang siapa yang berbuat
keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat
akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata, ‘Aku bersama Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang
kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia
berkata, ‘Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang
paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di
antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin
yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak
mengingat kematian di antara mereka, dan yg paling baik
persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang2 yg cerdas.’” (HR.
Ibnu Majah)
10. Terakhir Saudaraku,
jadilah orang yang
cerdas. Orang yang
cerdas dalam
memandang hakikat
kehidupan di dunia ini