SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 13
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Pajak merupakan kewajiban warga negara yang menunjukan peran serta dari seluruh 
masyarakat dalam pembiayaan pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dan 
pembangunan. Pajak telah terbukti menjadi sumber utama dalam APBN Indonesia yang dapat 
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan pengeluaran negara 
yang bersumber dari pajak menunjukan adanya kemandirian bangsa untuk mencapai cita-cita 
luhur dalam Undang-Undang Dasar 1945. 
Pajak pada dasarnya merupakan peralihan sebagian kekayaan dari masyarakat kepada 
negara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Peralihan kekayaan tersebut 
membuat pajak dipandang dari dua sisi yang berbeda. Bagi masyarakat seringkali pajak 
dinggap sebagai beban. Di sisi lain bagi pemerintah dan fiskus pajak harus dipungut karena 
terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan pajak, baik 
dengan usaha intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak. 
Jenis pajak yang seringkali kita temui dikehidupan sehari-hari adalah PPN (Pajak 
Pertambahan Nilai) dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Kedua jenis pajak ini 
sangat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan negara ini, karena pajak 
tersebut yang sering atau acapkali kita bayarkan baik secara langsung maupun tidak langsung 
dikehidupan sehari-hari. 
Sebagai warga negara kita tidak hanya sekadar mengetahui secara sepintas tentang PPN 
dan PPnBm, tetapi juga harus mendalami bagaimana sebenarnya kedua jenis pajak ini serta 
seluk beluk yang menyangkut hal tersebut. Dengan kata lain agar tidak naïf dalam hal-hal 
yang menyangkut kewajiban kita sebagai warga negara. 
1.2. Tujuan 
Adapun tujuan dari makalah tentang PPN dan PPnBM ini adalah : 
1. Untuk dapat mengetahui konsep dasar pemungutan PPN dalam objek, tarif, dan 
perhitungannya.
2 
2. Agar mengetahui tentang Faktur pajak baik itu tentang persyaratan maupun 
fungsinya. 
3. Untuk dapat mengetahui cara perhitungan PPN, saat terhutang dan tentang 
pembayaran PPN. 
4. Agar dapat mengetahui secara jelas dasar pengenaan PPnBM. 
5. Untuk dapat mengetahui penerapan tarif dan pelaporan pada PPnBM. 
1.3. Manfaat 
Selain tujuan, adapula manfaat yang didapat dari makalah tentang PPN dan PPnBM ini 
yaitu agar mahasiswa fakultas ekonomi terutama jurusan akuntansi dapat memahami secara 
mendalam tentang semua hal yang berkaitan dengan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan 
PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Selain itu, tidak hanya sekedar mengetahui 
secara teori, tetapi juga dapat mengaplikasikan dikehidupan sehari-hari.
3 
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 
A. Pengertian dan Dasar PPN 
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1 april 1985 
untuk menggantikan Pajak Penjualan (PPn). Hal ini dituangkan dalam UU No 8 tahun 1983. 
PPN diatur dalam UU No 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM, selanjutnya diubah dengan 
UU No.11 tahun 1994, lalu diubah dengan UU No. 18 tahun 2000, terakhir diubah lagi 
dengan UU No.42 tahun 2009. 
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah 
Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi (Siti Resmi, 
2012:1). Dalam Dirjen Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didefinisikan sebagai pajak 
yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak 
baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean. 
Pada dasarnya semua barang merupakan Barang Kena Pajak, sehingga dikenakan PPN, 
kecuali jenis barang yang diatur dalam Undang Undang PPN. Misalnya barang hasil 
pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, barang-barang 
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan minuman yang 
disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya dan uang, emas batangan, 
dan surat-surat berharga. Ada juga barang yang merupakan Barang Kena Pajak tetapi PPNnya 
dibebaskan, misalnya buku pelajaran umum dan buku pelajaran agama dan barang-barang 
tertentunya. 
B. Objek PPN 
1. Penyerahan /impor/pemanfaatan/ekspor terhadap BKP /JKP/BKP tidak berwujud. 
a. Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha 
kena pajak maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi 
pengusaha kena pajak tetapi belum dikukuhkan. 
b. Impor BKP. Pemungutan pajak saat impor BKP dilakukan melalui Direktorat 
Jenderal Bea dan Cukai. 
c. Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
4 
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daearah pabean didalam daerah 
pabean. 
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean (jasa konsultan asing yang 
memberikan jasa manajemen, jasa teknik dan jasa lain) didalam daerah 
pabean. 
f. Ekspor BKP berwujud oleh PKP, ekspor BKP dikenakan PPN, hanya jika 
yang melakukan adalah pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP. 
g. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, pengusaha yang melakukan ekspor 
BKP tidak berwujud adalah hanya pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai 
pengusaha kena pajak. 
h. Ekspor JKP oleh PKP. 
2. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau 
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya diigunakan sendiri atau 
digunakan pihak lain. 
3. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk 
diperjual belikan sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan menurut 
ketentuan dapat dikreditkan. 
C. Bukan Objek PPN 
1. Jenis Barang yang Tidak Dikenai PPN: 
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari 
sumbernya. 
 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. 
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, 
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi 
di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan 
oleh usaha jasa boga atau catering. 
 Uang, emas batangan, dan surat berharga. 
2. Jenis Jasa yang Tidak Dikenai PPN: Jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan 
sosial, jasa pengiriman surat dengan perangko, jasa keuangan, jasa asuransi, jasa 
keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jasa penyiaran yang tidak 
bersifat iklan, jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam 
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar 
negeri, jasa tenaga kerja, jasa perhotelan, jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
5 
rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat parker, jasa 
telepon umum dengan menggunakan uang logam, jasa pengiriman uang dengan wesel 
pos dan jasa boga atau katering. 
D. Subjek Pajak 
Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena 
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang 
PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, 
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud 
dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah 
Pabean. 
E. Bukan Subjek Pajak 
Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali pengusaha 
kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU 
PPN). 
F. Tarif PPN 
1. Tarif PPN adalah 10%. 
Dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah pabean/impor 
BKP/penyerahan JKP di dalam daerah pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud 
dari luar daerah pabean di dalam pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean 
di dalam daerah pabean. 
Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut dapat diubah menjadi 
paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan 
Peraturan Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya 
pertimbangan perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa 
diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan penerimaan pajak 
yang besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan. 
2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, 
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak.
6 
G. Dasar Pengenaan PPN 
1. Harga Jual 
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau 
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak 
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga 
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. 
2. Penggantian 
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau 
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor 
Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak 
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang ini dan potongan harga 
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau 
seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak 
dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena 
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di 
dalam Daerah Pabean 
3. Nilai Impor 
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea 
masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan 
yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang 
Kena Pajak. 
Nilai Impor adalah CIF (Cost, Insurance, and Freight) + Bea Masuk. 
4. Nilai Ekspor 
Nilai Ekspor adalah adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang 
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. 
5. Nilai Lain 
Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang 
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain 
Sebagai DPP dan Peraturan Menteri Keuangan No.102/PMK.11/2011 tentang nilai 
lain sebagai DPP atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar 
daerah pabean, di dalam daerah pabean berupa film cerita impor dan penyerahan 
film cerita impor.
7 
2.2. Faktur Pajak 
A. Pengertian 
Menurut Siti Resmi (2012:52), faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang 
dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa 
kena pajak. 
Faktur pajak merupakan bukti pemungutan pajak dan dapat digunakan sebagai 
sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karena itu, faktur pajak harus 
benar, baik secara formal maupun secara materiil. 
Faktur pajak wajib dibuat oleh pengusaha kena pajak untuk setiap : 
1. Saat penyerahan barang kena pajak 
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum 
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak. 
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap 
pekerjaan 
4. Saat pengusaha kena pajak rekana menyampaikan tagihan kepada Bendahara 
Pemerintah sebagai Pemungut PPN 
B. Persyaratan Faktur Pajak 
1. Nama, alamat, nomor pokok WP yang menyerahkan BKP atau JKP 
2. Nama, alamat, nomor pokok WP pembeli BKP atau penerima JKP 
3. Jenis barang atau jasa, jumlah HJ atau penggantian dan potongan harga 
4. PPN yang dipungut 
5. PPnBM yang dipungut 
6. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak 
7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak. 
C. Fungsi Faktur Pajak 
Adapun fungsi faktur pajak adalah : 
1. Sebagai bukti pungut PPN yang dibuat oleh PKP atau Direktorat Jendral Bea 
dan Cukai, baik karena penyerahan BKP atau JKP maupun Impor BKP. 
2. Sebagai bukti pembayaran PPN yang telah dilakukan oleh pembeli BKP atau 
penerima JKP kepada PKP atau Direktorat Bea dan Cukai. 
3. Sebagai sarana pengawasan administrasi terhadap kewajiban perpajakan.
8 
2.3. Perhitungan PPN 
PPN dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. 
PPN = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 
Mekanisme Perhitungan PPN dapat diuraikan sebagai berikut : 
1. PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 7 UU PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak. 
2. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk 
Masa Pajak yang sama. 
3. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan 
tetap dapat dikreditkan. 
4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, 
maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh 
Pengusaha Kena Pajak. 
5. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar 
daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat 
dimintakan kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. 
6. Apabila dalam suatu Masa Pajak, PKP selain melakukan penyerahan yang terutang 
pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian 
penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, 
maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang 
berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. 
7. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan 
yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan 
Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan 
pasti, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang 
terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Keputusan 
Menteri Keuangan. 
8. Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha yang dikenakan 
Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto 
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak 
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 
Tahun 2000, dapat dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan 
pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
9 
9. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak 
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya 
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan 
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. 
Contoh : 
 PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak (BKP) dengan Harga Jual Rp 
25.000.000,00 
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang 
= 10% x Rp25.000.000,00 
= Rp2.500.000,00 
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh 
Pengusaha Kena Pajak “A”. 
 PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena (JKP) Pajak dengan memperoleh 
penggantian sebesar Rp20.000.000,00 
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B” 
= 10% x Rp20.000.000,00 
= Rp 2.000.000,00 
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh 
Pengusaha Kena Pajak “B”. 
 Bapak andre saputra simanjuntak mempunyai perusahaan yang memproduksi bahan 
alkohol, dia melakukan penjualan sebesar Rp. 120.000.000,- dengan PPN sebesar 15% 
Perhitungan : 
= Rp. 120.000.000,- x 15% 
= Rp. 18.000.000,- 
Jadi pajak PPN yang dipungut oleh perusahaan bapak andre adalah Rp. 18.000.000,- 
2.4. PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) 
PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong mewah 
didalam daerah pabean. 
A. Dasar Pengenaan PPnBM 
1. Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang 
berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi.
10 
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah. 
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional. 
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara. 
PPnBM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang 
tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang Kena 
Pajak yang tergolong mewah. 
BKP yang tergolong mewah adalah : 
1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; 
2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; 
3. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi 
atau apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral serta mengganggu 
ketertiban masyarakat. 
B. Objek PPnBM 
1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh 
pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam 
kegiatan usaha atau pekerjaannya. 
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah 
C. Penetapan Tarif 
1. Tarif PPnBM dibedakan menjadi beberapa kelompok tarif yaitu tarif terendah 
sebesar 10% dan tarif tertinggi sebesar 200%. Perbedaan tersebut didasarkan pada 
pengelompokkan BKP yang tergolong mewah yang atas penyerahannya dikenakan 
juga PPnBM. 
2. Tarif PPnBM ditetapkan sebesar 0% atas ekspor BKP yang tergolong mewah, 
karena diekspor atau dikonsumsi di luar daerah Pabean. 
2.5. Pelaporan PPN dan PPnBM 
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa 
dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan 
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah 
dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
11 
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan: 
a. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya 
setelah Masa Pajak berakhir. 
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling lama 
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 
Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM dihitung sendiri 
oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat paling 
lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 
2.6. Saat Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM 
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling lama akhir 
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa 
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. 
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus 
dibayar/disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP 
tersebut. 
3. PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea 
Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada 
saat penyelesaian dokumen Impor. 
4. PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh: 
a. Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan 
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN / PPnBM atas Impor, 
harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan 
pemungutan PPN pajak. 
PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik (BULOG), harus 
dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (D.O) ditebus. 
2.7. Sarana Pembayaran PPN dan PPnBM 
1. Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat Setoran Pajak 
(SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor Pelayanan 
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh Indonesia. 
2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN/ PPn BM yang 
disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar Nominatif Wajib Pajak
12 
(DNWP) yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro, atau 
Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran. 
Contoh Soal: 
Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan 
Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut 
selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%. 
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong 
mewah tersebut adalah: 
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00 
b. PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00 
c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00 
Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP 
yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%. Oleh 
karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, 
maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang 
dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya. 
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP “X” dengan harga jual Rp. 
150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah : 
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00 
b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00 
c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00 
PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi 
PKP “D” dan PPN sebesar Rp. 15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. 
Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan 
PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.
13 
BAB III 
PENUTUP 
3.1. Kesimpulan 
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 
lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi 
daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada 
barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi. Namun sebelum barang atau jasa tersebut sampai 
pada tingkat konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun 
jalur distribusi. Meskipun demikian, pemungutan pajak secara bertingkat ini tidak 
menimbulkan efek ganda karena adanya metode perolehan kembali pajak yang telah dibayar 
(kredit bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase beban pajak yang dipikul oleh 
konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang berlaku. Oleh karena itu dapat dikatakan 
bahwa panjang pendek jalur produksi atau distribusi tidak mempengaruhi persentase beban 
pajak yang dipikul oleh konsumen. 
3.2. Saran 
Berdasarkan uraian makalah perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan 
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ini diharapkan dapat mengaplikasikan teori 
yang didapatkan dari materi ini.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Klasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrs
Klasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrsKlasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrs
Klasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrssripardede
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1EnvaPya
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAMahyuni Bjm
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajakkaromah95
 
Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Tobagus Makmun
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24mas karebet
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sujatmiko Wibowo
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAMahyuni Bjm
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Manik Ryad
 
Makalah Pajak Internasional
Makalah Pajak InternasionalMakalah Pajak Internasional
Makalah Pajak InternasionalRisang Pradana
 
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...Uofa_Unsada
 

La actualidad más candente (20)

PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
 
Klasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrs
Klasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrsKlasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrs
Klasifikasi liabilitas jangka pendek sesuai ifrs
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
Pph badan
Pph badanPph badan
Pph badan
 
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDA
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
 
Makalah Pajak Internasional
Makalah Pajak InternasionalMakalah Pajak Internasional
Makalah Pajak Internasional
 
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
 

Similar a PPN dan PPnBM

PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bmdesy diana
 
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfPerpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfkppnbandaaceh
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahraSinduaji
 
Sistem perpajakan indonesia
Sistem perpajakan indonesiaSistem perpajakan indonesia
Sistem perpajakan indonesiasprtmnyd
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakterkaromah95
 
Pertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptxPertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptxSaveFile1
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakasrikartini
 
Tugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanTugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanZievilia Alayy
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8Rekno Wr
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahJuwita W'tio
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiIqbal Fauzi
 
MATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptx
MATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptxMATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptx
MATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptxkhairulumam93
 
IPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga Pasar
IPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga PasarIPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga Pasar
IPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga Pasarcindypatricia55
 

Similar a PPN dan PPnBM (20)

Bab i ppn
Bab i ppnBab i ppn
Bab i ppn
 
PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bm
 
Mat brev-a
Mat brev-aMat brev-a
Mat brev-a
 
Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfPerpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
 
Sistem perpajakan indonesia
Sistem perpajakan indonesiaSistem perpajakan indonesia
Sistem perpajakan indonesia
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 
Pertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptxPertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptx
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
 
Tugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanTugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakan
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
 
MATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptx
MATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptxMATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptx
MATERI_PAJAK_1_PENGERTIAN_HUKUM_PAJAK.pptx
 
IPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga Pasar
IPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga PasarIPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga Pasar
IPS tentang Perpajakan, Permintaan,Penawaran dan Harga Pasar
 

Último

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 

Último (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 

PPN dan PPnBM

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kewajiban warga negara yang menunjukan peran serta dari seluruh masyarakat dalam pembiayaan pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Pajak telah terbukti menjadi sumber utama dalam APBN Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan pengeluaran negara yang bersumber dari pajak menunjukan adanya kemandirian bangsa untuk mencapai cita-cita luhur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pajak pada dasarnya merupakan peralihan sebagian kekayaan dari masyarakat kepada negara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Peralihan kekayaan tersebut membuat pajak dipandang dari dua sisi yang berbeda. Bagi masyarakat seringkali pajak dinggap sebagai beban. Di sisi lain bagi pemerintah dan fiskus pajak harus dipungut karena terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan pajak, baik dengan usaha intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak. Jenis pajak yang seringkali kita temui dikehidupan sehari-hari adalah PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Kedua jenis pajak ini sangat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan negara ini, karena pajak tersebut yang sering atau acapkali kita bayarkan baik secara langsung maupun tidak langsung dikehidupan sehari-hari. Sebagai warga negara kita tidak hanya sekadar mengetahui secara sepintas tentang PPN dan PPnBm, tetapi juga harus mendalami bagaimana sebenarnya kedua jenis pajak ini serta seluk beluk yang menyangkut hal tersebut. Dengan kata lain agar tidak naïf dalam hal-hal yang menyangkut kewajiban kita sebagai warga negara. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari makalah tentang PPN dan PPnBM ini adalah : 1. Untuk dapat mengetahui konsep dasar pemungutan PPN dalam objek, tarif, dan perhitungannya.
  • 2. 2 2. Agar mengetahui tentang Faktur pajak baik itu tentang persyaratan maupun fungsinya. 3. Untuk dapat mengetahui cara perhitungan PPN, saat terhutang dan tentang pembayaran PPN. 4. Agar dapat mengetahui secara jelas dasar pengenaan PPnBM. 5. Untuk dapat mengetahui penerapan tarif dan pelaporan pada PPnBM. 1.3. Manfaat Selain tujuan, adapula manfaat yang didapat dari makalah tentang PPN dan PPnBM ini yaitu agar mahasiswa fakultas ekonomi terutama jurusan akuntansi dapat memahami secara mendalam tentang semua hal yang berkaitan dengan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Selain itu, tidak hanya sekedar mengetahui secara teori, tetapi juga dapat mengaplikasikan dikehidupan sehari-hari.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) A. Pengertian dan Dasar PPN Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1 april 1985 untuk menggantikan Pajak Penjualan (PPn). Hal ini dituangkan dalam UU No 8 tahun 1983. PPN diatur dalam UU No 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM, selanjutnya diubah dengan UU No.11 tahun 1994, lalu diubah dengan UU No. 18 tahun 2000, terakhir diubah lagi dengan UU No.42 tahun 2009. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi (Siti Resmi, 2012:1). Dalam Dirjen Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didefinisikan sebagai pajak yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean. Pada dasarnya semua barang merupakan Barang Kena Pajak, sehingga dikenakan PPN, kecuali jenis barang yang diatur dalam Undang Undang PPN. Misalnya barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya dan uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. Ada juga barang yang merupakan Barang Kena Pajak tetapi PPNnya dibebaskan, misalnya buku pelajaran umum dan buku pelajaran agama dan barang-barang tertentunya. B. Objek PPN 1. Penyerahan /impor/pemanfaatan/ekspor terhadap BKP /JKP/BKP tidak berwujud. a. Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak tetapi belum dikukuhkan. b. Impor BKP. Pemungutan pajak saat impor BKP dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. c. Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
  • 4. 4 d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daearah pabean didalam daerah pabean. e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean (jasa konsultan asing yang memberikan jasa manajemen, jasa teknik dan jasa lain) didalam daerah pabean. f. Ekspor BKP berwujud oleh PKP, ekspor BKP dikenakan PPN, hanya jika yang melakukan adalah pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP. g. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, pengusaha yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud adalah hanya pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. h. Ekspor JKP oleh PKP. 2. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya diigunakan sendiri atau digunakan pihak lain. 3. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjual belikan sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan menurut ketentuan dapat dikreditkan. C. Bukan Objek PPN 1. Jenis Barang yang Tidak Dikenai PPN:  Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.  Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.  Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.  Uang, emas batangan, dan surat berharga. 2. Jenis Jasa yang Tidak Dikenai PPN: Jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa pengiriman surat dengan perangko, jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri, jasa tenaga kerja, jasa perhotelan, jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
  • 5. 5 rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat parker, jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, jasa pengiriman uang dengan wesel pos dan jasa boga atau katering. D. Subjek Pajak Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. E. Bukan Subjek Pajak Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU PPN). F. Tarif PPN 1. Tarif PPN adalah 10%. Dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah pabean/impor BKP/penyerahan JKP di dalam daerah pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya pertimbangan perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan penerimaan pajak yang besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan. 2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak.
  • 6. 6 G. Dasar Pengenaan PPN 1. Harga Jual Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. 2. Penggantian Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 3. Nilai Impor Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak. Nilai Impor adalah CIF (Cost, Insurance, and Freight) + Bea Masuk. 4. Nilai Ekspor Nilai Ekspor adalah adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. 5. Nilai Lain Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai DPP dan Peraturan Menteri Keuangan No.102/PMK.11/2011 tentang nilai lain sebagai DPP atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean, di dalam daerah pabean berupa film cerita impor dan penyerahan film cerita impor.
  • 7. 7 2.2. Faktur Pajak A. Pengertian Menurut Siti Resmi (2012:52), faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak. Faktur pajak merupakan bukti pemungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karena itu, faktur pajak harus benar, baik secara formal maupun secara materiil. Faktur pajak wajib dibuat oleh pengusaha kena pajak untuk setiap : 1. Saat penyerahan barang kena pajak 2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak. 3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan 4. Saat pengusaha kena pajak rekana menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut PPN B. Persyaratan Faktur Pajak 1. Nama, alamat, nomor pokok WP yang menyerahkan BKP atau JKP 2. Nama, alamat, nomor pokok WP pembeli BKP atau penerima JKP 3. Jenis barang atau jasa, jumlah HJ atau penggantian dan potongan harga 4. PPN yang dipungut 5. PPnBM yang dipungut 6. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak 7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak. C. Fungsi Faktur Pajak Adapun fungsi faktur pajak adalah : 1. Sebagai bukti pungut PPN yang dibuat oleh PKP atau Direktorat Jendral Bea dan Cukai, baik karena penyerahan BKP atau JKP maupun Impor BKP. 2. Sebagai bukti pembayaran PPN yang telah dilakukan oleh pembeli BKP atau penerima JKP kepada PKP atau Direktorat Bea dan Cukai. 3. Sebagai sarana pengawasan administrasi terhadap kewajiban perpajakan.
  • 8. 8 2.3. Perhitungan PPN PPN dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. PPN = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Mekanisme Perhitungan PPN dapat diuraikan sebagai berikut : 1. PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak. 2. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. 3. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. 4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. 5. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. 6. Apabila dalam suatu Masa Pajak, PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. 7. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. 8. Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha yang dikenakan Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, dapat dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
  • 9. 9 9. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Contoh :  PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak (BKP) dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00 Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp25.000.000,00 = Rp2.500.000,00 PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.  PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena (JKP) Pajak dengan memperoleh penggantian sebesar Rp20.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B” = 10% x Rp20.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.  Bapak andre saputra simanjuntak mempunyai perusahaan yang memproduksi bahan alkohol, dia melakukan penjualan sebesar Rp. 120.000.000,- dengan PPN sebesar 15% Perhitungan : = Rp. 120.000.000,- x 15% = Rp. 18.000.000,- Jadi pajak PPN yang dipungut oleh perusahaan bapak andre adalah Rp. 18.000.000,- 2.4. PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong mewah didalam daerah pabean. A. Dasar Pengenaan PPnBM 1. Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi.
  • 10. 10 2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah. 3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional. 4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara. PPnBM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. BKP yang tergolong mewah adalah : 1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; 2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; 3. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi atau apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral serta mengganggu ketertiban masyarakat. B. Objek PPnBM 1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah C. Penetapan Tarif 1. Tarif PPnBM dibedakan menjadi beberapa kelompok tarif yaitu tarif terendah sebesar 10% dan tarif tertinggi sebesar 200%. Perbedaan tersebut didasarkan pada pengelompokkan BKP yang tergolong mewah yang atas penyerahannya dikenakan juga PPnBM. 2. Tarif PPnBM ditetapkan sebesar 0% atas ekspor BKP yang tergolong mewah, karena diekspor atau dikonsumsi di luar daerah Pabean. 2.5. Pelaporan PPN dan PPnBM 1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
  • 11. 11 3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan: a. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 2.6. Saat Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM 1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. 2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus dibayar/disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP tersebut. 3. PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Impor. 4. PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh: a. Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN / PPnBM atas Impor, harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan PPN pajak. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik (BULOG), harus dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (D.O) ditebus. 2.7. Sarana Pembayaran PPN dan PPnBM 1. Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh Indonesia. 2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN/ PPn BM yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar Nominatif Wajib Pajak
  • 12. 12 (DNWP) yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro, atau Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran. Contoh Soal: Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%. Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut adalah: a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00 b. PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00 c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00 Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya. Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP “X” dengan harga jual Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah : a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00 b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00 c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00 PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp. 15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi. Namun sebelum barang atau jasa tersebut sampai pada tingkat konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Meskipun demikian, pemungutan pajak secara bertingkat ini tidak menimbulkan efek ganda karena adanya metode perolehan kembali pajak yang telah dibayar (kredit bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase beban pajak yang dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang berlaku. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa panjang pendek jalur produksi atau distribusi tidak mempengaruhi persentase beban pajak yang dipikul oleh konsumen. 3.2. Saran Berdasarkan uraian makalah perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ini diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan dari materi ini.