Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi dan determinan resiko audit serta cara mengendalikannya. Resiko audit adalah kemungkinan pendapat auditor salah terhadap laporan keuangan karena kesalahan material yang tidak terdeteksi. Determinannya adalah kemungkinan terjadinya kesalahan akuntansi dan kemungkinan tidak terdeteksi dalam audit. Untuk mengendalikan resiko, auditor perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi res
1. RESIKO AUDIT<br />Definisi Resiko Audit. <br />Resiko audit didefinisikan sebagai probabilitas dikeluarkannya pendapat yang tidak tepat terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materiil yang tidak dapat diketemukan dalam pemeriksaan. <br />Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup kemungkinan-kemungkinan: <br />- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion) <br />- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion) <br />- Pendapat tidak setuju (adverse opinion) <br />Resiko audit berbeda dengan resiko usaha. Resiko usaha adalah kemungkinan akuntan menderita kerugian yang mengancam eksistensi usahanya sebagai kantor akuntan. Walaupun demikian resiko audit sangat mempengaruhi resiko usaha kantor akuntan, dalam arti apabila akuntan dalam mengeluarkan laporannya berbeda dengan keadaan sebenarnya tentu resiko usahanya lebih tinggi.<br /> <br />Determinan Audit Risk <br />Ada dua komponen resiko yang dapat mengakibatkan pemberian pendapat-pendapat yang tidak tepat, yakni: <br />1. Kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses akuntansi. <br />2. Kemungkinan tidak diketemukannya kesalahan materil tersebut dalam pemeriksaan. <br />Ad.1. Kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses Akuntansi. <br />Determinan dari pada jenis resiko ini berada diluar kontrol Akuntan pemeriksa. Cara langsung untuk megontrol jenis resiko ini adalah dengan menolak penugasan yang diberikan.<br />Ada tiga determinan yang menyebabkan terjadinya kesalahan materil dalam proses akuntansi, yaitu: <br />1. Integritas management <br />Faktor ini merupakan faktor yang terpenting dari pada faktor yang lain, dan faktor ini pulalah yang sulit untuk diketemukan. Ada beberapa sebab kenapa management, ingin membuat laporan keuangan yang salah dari sebab-sebab pribadi sampai dengan untuk mncapai tujuan-tujuan tertentu melalui laporan keuangan yang salah tersebut. <br />2. Kuatnya sistem pengendalian intern perusahaan. <br />Sistem pengendalian intern yang baik merupakan dasar dari dapat dipercaya laporan keuangan yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Oleh karena makin kompleksnya sistem akuntansi, faktor ini menjadi semakin penting sebagai cara untuk mengetahui resiko kesalahan materil, sehingga bnyak kantor akuntan yang menitik beratkan pada penilaian sistem pengendalian intern ini dalam pemeriksaannya. <br />3. Kondisi perekonomian perusahaan <br />Pada umumnya perusahaan yang sedang mengalami tekanan ekonomi akan merupakan klien dengan resiko pemeriksaan, misalnya, masalah mengenai apakah perlu mengeluarkan pendapat setuju dengan pengecualian terhadap suatu perushaan yang kelangsungan hidupnya (azas going concer) sangat tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk menunda jangka waktu pembayaran hutangnya akan merupakan penegambilan keputusan dengan resiko tinggi. <br />Ada 2 Kemungkinan tidak diketemukannya kesalahan materil tersebut dalam pemeriksaan. <br />Komponen dari resiko ini sepenuhnya berada dibawah kontrol Akuntan pemeriksa. Kemungkinan Akuntan pemeriksa tidak dapat menemukan kesalahan materil tergantung pada dua determinan, yaitu: <br />1. Resiko Sampling <br />adalah resiko yang disebabkan karena Akuntan pemeriksa tidak melakukan pemeriksaan dengan sepenuhnya, resiko sampling ini tergantung kepada: <br />- materiality <br />- ketepatan yang diinginkan (desired precision). <br />- jumlah sample yang diambil dan tingkat kepercayaan yang diinginkan (desired convidence level). <br />Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini dapat ditentukan secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random resiko sampling tidak dapat ditentukan secara pasti. <br />2. Resiko non sampling. <br />adalah resiko yang disebabkan oleh karena perbedaan interprestasi atau akumulasi dari hasil pengujian. <br />Resiko non sampling ini dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu: <br />a. dari segi Akuntan pemeriksa. <br />b. dari segi bukan Akuntan pemeriksa. <br />Komponen dari segi bukan Akuntan pemeriksa biasanya datang dari pihak ketiga atau management. Akuntan pemeriksa dapat secara tidak langsung mengontrol kesalahan non sampling yang disebabkan oleh pihak lain dengan menggunakan prosedur pemeriksaan yang lain. Resiko non sampling yang berasal dari Akuntan pemeriksa biasanya disebabkan karena perencanaan dengan supervisi yang tidak cukup, kurangnya integritas sedangkan yang sebenarnya dapat diterima kewajarannya. <br />b. Resiko Beta atau Resiko Incorrect Acceptance. <br />Resiko ini sangat berbahaya yaitu resiko yang timbul apabila kita menarik kesimpulan dari sample bahwa laporan keuangan adalah wajar yang sebenarnya tidak wajar.<br />PENGENDALIAN RESIKO AUDIT <br />Setiap Akuntan sudah tentu akan berusaha akan menemukan resiko audit sekecil mungkin. Bagaimana seorang Akuntan itu? Untuk menekan resiko audit maka Akuntan perlu mempertimbangkan sejak dini aspek-aspek yang dapat memperbesar resiko itu antara lain: <br />- penggunaan staf yang cakap juga mampu. <br />- penerimaan klien yang ekstra hati-hati. <br />- penggunaan prosedur yang tetap. <br />- mentaati standar profesional akuntan publik, kode etik dan lain-lain. <br />Untuk mengatasi masalah diatas para Akuntan biasanya mempertanyakan beberapa hal sebagai berikut: <br />1. Lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi : <br />- apakah perusahaan terganggu akhir-akhir ini <br />- apakah perusahaan ini diperkirakan akan mengalami kesulitan pasar/teknologi <br />- apakah mungkin perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan <br />2. Prilaku dan kredibilitas/reputasi management. <br />- apakah management hanya memenuhi tujuan jangka pendek <br />- apakah management terlalu berani mengambil resiko <br />- apakah management royal dalam memberi deviden dan biaya perusahaan. <br />3. Masalah-masalah tertentu dalam menerapkan prinsip akuntansi dan penafsiran akuntansi. <br />- apakah ada prinsip akuntansi yang tidak dianut secara konsisten.. <br />- apakah ada percobaan prinsip akuntansi yang dilakukan. <br />- apakah ada percobaan taksiran akuntansi. <br />Ada tiga ciri perusahaan yang mungkin mengandung kesalahan dan penyelewengan (SAS No.. 53) : <br />1. Kegiatan operasi dan kebijakan keuangan didominasi oleh satu orang.. <br />2. Perusahaan menganut sistem desentralisasi yang tidak diawasi secara wajar.. <br />3. Perusahaan memiliki issu-issu akuntansi yang sukar dan tidak memuaskan.. <br />Ada dua type kesalahan, yakni : <br />1. Error <br />yaitu kesalahan yang timbul akibat ketidak sengajaan yang mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan pemindahan buku penerapan prinsip akuntansi yang tidak disengaja dilakukan. <br />2. Irregularities <br />yaitu kesalahan yang sengaja dilakukan Akuntan/management atau pegawainya yang mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan. <br />Seorang Akuntan pemeriksa dapat mengendalikan resiko dengan mengetahui resiko kesalahan: <br />1. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses akuntansi (berada diluar pengendalian akuntan pemeriksa) dengan cara: <br />- menyelidiki intregritas management kliennya <br />- mengadakan kontak dengan klien yang bersangkutan dari mengikuti perkembangannya. <br />- mengadakan kontak dengan kantor Akuntan yang digantikan. <br />2. Kesalahan materil yang disebabkan oleh karena sistem pengendalian intern: <br />- melakukan review terhadap penilaian sistem pengendalian intern tahun-tahun yang lalu. <br />- melihat apakah rekomendasi yang diberikan telah dijalankan. <br />- mengetahui situasi industri dimana klien berada.<br />Untuk dapat dijadikan pedoman dalam menilai resiko pemeriksaan Statement on Auditing Standard menyediakan formula sebagai berikut: <br />(1 -R) <br />S = 1 - <br />(1 -C) <br />dimana: <br />S = tingkat kepercayaan (reliabiliti level) untuk pengujian substantif <br />(pemeriksaan atas pos-pos dalam laporan keuangan). <br />R = tingkat kepercayaan gabungan yang diinginkan <br />C = tingkat kepercayaan yang diberikan kepada sistem pengendalian intern <br />dan faktor-faktor lain. <br />Dalam formula diatas diasumsikan bahwa resiko terjadinya kesalahan materil adalah 100%, maka kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam laporan keuangan selama proses akuntansi berlangsung digambarkan dalam formula sebagai berikut: <br />( 1- R ) = (1 -S ) (1 -C) (ME) <br />dimana : ME = kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses akuntansi (faktor ini ditentukan secara subjektif oleh akuntan pemeriksa dengan angka nilai dari 0 s/d 1). <br />Apabila ME = 0, maka berarti tidak ada kesalahan meteril oleh karena itu jumlah resiko (1 -R) = O. Apabila ME = 1, berarti dianggap ada kesalahan materil <br />faktor-faktor (1 -S) dan (1 -C) mencerminkan kemungkinan tidak diketemukannya kesalahan materil dalam pemeriksaan. <br />Pada waktu berakhirnya pemeriksaan, akuntan pemeriksa harus memperbandingkan tingkat resiko yang diinginkan dengan tingkat resiko yang betul-betul dapat dicapai. Tingkat resiko yang betul-betul dapat dicapai dapat diketahui dengan memper'timbangkan semua faktor-faktor penentu resiko (determinan) seperti yang telah disebutkan diatas. <br />PENUTUP <br />Resiko audit berbeda dengan resiko usaha, tetapi resiko audit sangat mempengaruhi resiko usaha. <br />Dalam prakteknya kita sulit untuk mengukur jenis resiko apa yang kita temui dan mengendalikan resiko itu. Untuk itu terlebih dahulu kita harus mengetahui determinan dari resiko audit, Begitu juga dengan pengendaliannya, dalam mengendalikan resiko audit kita terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang menentukan resiko pemeriksaan seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu dengan cara mempertimbangkan aspek-aspek yang dapat menimbulkan dan memperbesar resiko itu. <br />Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, baru kemudian akuntan pemeriksa membandingkan tingkat resiko yang diinginkan dengan tingkat resiko yang betul-betul hendak dicapai.<br />