SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 87
Descargar para leer sin conexión
ULTIMA COMM
Jurnal Ilmu Komunikasi
Efektivitas Twitter Sebagai
Medium Promosi
Anastasia Prima dan Emrus
New Media dan Multikulturalisme
Frame media online dalam mengemas isu anti
multikulturalisme dalam Pilkada DKI 2012
Indiwan seto wahyu Wibowo
Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014
ISSN 1979-1232
Perspektif & Masalah Komunikasi
Partai NasDem sebagai Partai Politik Baru di
Indonesia
Inco Hary Perdana
“The Construction of Meaning in “Indonesia
Bersatu” Show on Presidential-Vice
Presidential Candidates Debate in 2009
Election on Metro TV”
Novita Damayanti
Penjahat Proletar Ala Bajuri
(Realisme dalam Komedi Situasi Bajaj Bajuri
Edisi ‘Jalani Lebaran dalam Tahanan’)
Djatiprasetyani Hadi
Anomalous Democracy:
Examination on the Correlation between
Press Freedom and Levels of Corruption in
Indonesia and Singapore
F. X. Lilik Dwi Mardjianto
Citra Partai Demokrat di Media Cetak
Analisis Pemberitaan Kisruh Wisma
Atlit di Harian Media Indonesia
Yoyoh Hereyah
Pelindung
Rektor UMN
Dr Ninok Leksono
Penanggung jawab
Dekan Ilkom
Ir Andrey Andoko M.Sc
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Dr Bertha Sri Eko M.Si
Ketua Penyunting
Drs Indiwan Seto Wahyu Wibowo M.Si
Desain dan Layout
Yurike Prastica Arini
Sekretaris
Dra. Joice Caroll Siagian, M.Si
Dewan Penyunting
Ambang Priyonggo
FX.Lilik M
Dr Endah Muwarni
Augustinus Roni Siahaan M.Si
Sirkulasi & Distribusi
Melly
Alamat Redaksi :
Jl. Boulevard Gading Serpong Tangerang – Banten
Telp : (021) 5422 0808/ 3703 9777
Fax : (021) 5422 0800
ULTIMA COMM
Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014
ISSN 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi diterbitkan tiga kali dalam satu tahun sebagai media infor-
masi karya ilmiah untuk bidang kajian Ilmu Komunikasi di Indonesia. Redaksi me-
nerima naskah berupa artikel ilmiah, ringkasan hasil penelitian atau resensi buku.
Redaksi berhak untuk menyunting isi naskah tanpa mengubah substansinya.
KATA PENGANTAR
ULTIMA COMM
Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014
ISSN 1979-1232
	 Media Baru merupakan media yang sangat potensial, di satu sisi
mampu menawarkan informasi secara interaktif. Sebagai bagian dari
komunikasi yang memberi pencerahan kepada masyarakat. Salah satu
fungsi dari komunikasi adalah memberikan informasi dan pengetahuan
dan bisa mencerdaskan. Begitu juga dengan Jurnal Ilmu Komunikasi
‘ULTIMA COMM” edisi Maret-Mei 2014 yang hadir di hadapan para
pembaca.
	 Dalam edisi kali ini, jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mul-
timedia Nusantara menyampaikan sejumlah topik bahasan diantaranya
persoalan new media, semiotika dan komunikasi politik.
	 Di antaranya, ada artikel terkait dengan framing seputar pemberi-
taan media baru. Artikel berjudul New Media dan Multikulturalisme
Frame media online dalam mengemas isu anti multikulturalisme dalam
Pilkada DKI 2012.
	 Masih terkait dengan pemberitaan media ada artikel mengenai
“Anomalous Democracy: Examination on the Correlation between Press
Freedom and Levels of Corruption in Indonesia and Singapore ditulis
oleh F. X. Lilik Dwi Mardjianto.
	 Begitu juga sejumlah artikel dan hasil penelitian memberi warna
jurnal Ilmu Komunikasi ini yang ditulis oleh sejumlah akademisi dan
praktisi Ilmu Komunikasi.
Terkait dengan Komunikasi politik, edisi jurnal kali ini mengangkat
Perspektif & Masalah Komunikasi Partai NasDem sebagai Partai Politik
Baru di Indonesia yang ditulis oleh Inco Hary Perdana
	 Redaksi sangat berterimakasih atas partisipasi teman sejawat,
dan penulis-penulis di bidang Komunikasi. Kami selalu menunggu ha-
sil karya teman-teman, praktisi Komunikasi dan bapak ibu dosen dalam
penerbitan jurnal berikutnya.
Maret-Mei 2014 • Volume I, Nomor 5ii
DAFTAR ISI
ULTIMA COMM
Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume I, No.5 Edisi Maret-Mei 2014
ISSN 1979-1232
Efektivitas Twitter Sebagai Medium Promosi
Anastasia Prima dan Emrus
(Mahasiswa dan Dosen Universitas Pelita Harapan) 1-7
Anomalous Democracy: Examination on the Correlation
between Press Freedom and Levels of Corruption
in Indonesia and Singapore
F. X. Lilik Dwi Mardjianto 8-15
New Media dan Multikulturalisme
Frame media online dalam mengemas isu anti
multikulturalisme dalam Pilkada DKI 2012
Indiwan seto wahyu Wibowo 16-28
“The Construction of Meaning in “Indonesia Bersatu”
Show on Presiden- tial-Vice Presidential Candidates Debate in
2009 Election on Metro TV”
Novita Damayanti 29-44
Perspektif & Masalah Komunikasi
Partai NasDem sebagai Partai Politik Baru di Indonesia
Inco Hary Perdana 45-51
Penjahat Proletar Ala Bajuri
(Realisme dalam Komedi Situasi Bajaj Bajuri
Edisi ‘Jalani Lebaran dalam Tahanan’)
Djatiprasetyani Hadi 52-69
Citra Partai Demokrat di Media Cetak
Analisis Pemberitaan Kisruh Wisma Atlit di Harian Media
Indonesia
Yoyoh Hereyah, M.Si 70-83
Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014 iii
Jurnal UltimaComm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232
JURNAL ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI
MEDIUM PROMOSI
Anastasia
(mahasiswa)
Emrus
(dosen Pembimbing)
Universitas Pelita Harapan
Jl. M.H. Thamrin Boulevard
Tangerang, 15811 Banten
P: (021) 546 0901 ext. 1171-1172
Abstract:
Dalam bidang bisnis, Internet sarana penghubung perusahaan dengan pelanggan secara cepat. Salah
satu medium dalam Internet ialah Twitter, yang merupakan situs microblogging. Pemilik akun Twitter
dapat menyampaikan apa saja dalam 140 karakter. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode survei deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, twitter merupakan medium yang sangat efektif
bagi usaha kecil, seperti yang dilakukan oleh restoran Taiyo Sushi dalam melakukan promosi. Hal ini dapat
menjadi gambaran bagi praktisi usaha kecil menggunakan twitter sebagai medium promosi
Keywords: efektivitas, Twitter, medium promosi
	PENDAHULUAN
		 Internet, singkatan dari interconnect-
ed network, membawa perubahan dalam
berkomunikasi (Seitel, 2011, 393). Internet
menjadi alat penyampaian pesan sangat
cepat. Salah satu komunikasi melalui Inter-
net adalah social media, seperti Facebook
dan Twitter.
		 Sekalipun muncul belakangan, peng-
gunaan Twitter mengalahkan Facebook. Ber-
dasarkan data Internet World Stats, diakses
23 September 2011, pengguna Internet di
Indonesia pada Desember 2010 mencapai
39.600.000 orang. Twitter diluncurkan pada
tahun 2006, sedangkan Facebook lebih da-
hulu diluncurkan, yakni pada tahun 2004
(O’Dell, 2011). Tetapi, berdasarkan pada data
dari comscore.com (diakses 19 September
2011), pada tahun 2010, penetrasi Twitter di
Indonesia (rasio pengguna Twitter diband-
ing pengguna Internet) menempati pering-
kat pertama di dunia, sedangkan Facebook
menempati peringkat ke tiga. Selain itu, ber-
dasarkan penelitian yang dilakukan, seperti
yang dilansir oleh www.marketinghq.com.
au ,diakses 25 Oktober 2011, terdapat 52%
pengguna Twitter melakukan pembaharuan
(update) status setiap hari. Padahal, hanya
12% pengguna Facebook yang melakukan
hal serupa.
		 Dalam hubungannya dengan bisnis,
penelitian oleh Cruz dan Mendelsohn (2010,
13) mengungkapkan bahwa sejak menjadi
pengikut sebuah akun (follower), 67% fol-
lowers Twitter akan membeli produk atau
jasa yang ditawarkan oleh sebuah akun Twit-
ter bisnis, sedangkan hanya 51% fans sebuah
akun bisnis di Facebook yang melakukan
pembelian. Selain itu, 79% followers Twit-
ter akan merekomendasi suatu akun Twitter
bisnis kepada orang lain, dimana hanya 60%
fans Facebook yang melakukan hal serupa.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
64% pemasar memilih Twitter sebagai alat
pertama ketika memulai suatu usaha baru.
Data yang didapat membuat Twitter menjadi
1
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS
menarik untuk diteliti.
		 Meskipun berkomunikasi lewat In-
ternet tidak memerlukan biaya, keefektifan
suatu medium sangat perlu diketahui agar
tidak menjadi sebuah kesia-siaan. Oleh kare-
na itu, tulisan ini menyajikan sejauh mana
keefektifan Twitter sebagai medium promosi
oleh restoran Taiyo Sushi.
MASALAH PENELITIAN
		
		 Merujuk pada latar belakang, maka
pnelitian ini membahas tentang efektivitas
Twitter sebagai medium proposi bagi Taiyo
Sushi.
	 SUBYEK PENELITIAN
	
		 Restoran Taiyo Sushi merupakan se-
buah usaha rumah makan yang menawarkan
makanan dan minuman khas negeri Jepang.
Restoran ini berada di Jalan Pluit Putra Raya
nomor 17, Jakarta Utara. Restoran yang di-
buka sejak tanggal 4 Mei 2011 ini memiliki
40 karyawan. Berdasarkan jumlah karyawan
tersebut, Restoran Taiyo Sushi, menurut Stel-
zer (2011, 17) termasuk sebagai usaha kecil.
		 Ada beberapa latarbelakang menjadi-
kan restoran ini menjadi tempat penelitian,
yaitu: (1) restoran Taiyo Sushi termasuk
dalam jenis usaha yang baru (buka selama
enam bulan). Hal ini sesuai dengan kegu-
naan dari penelitian ini; (2) restoran Taiyo
Sushi bertempat di Jakarta, dimana Jakarta
merupakan kota yang memiliki jumlah usaha
restoran terbesar di Indonesia, yakni sebesar
26,1 persen (http://binaukm.com/2010/05/se-
baran-wilayah-usaha-peluang-usaha-rumah-
makan-restoran, diakses 1 November 2011)
dan ; (3) restoran Taiyo Sushi menggunakan
Twitter sebagai salah satu medium dalam
melakukan promosi (Darusman, 2011).
	 TINJAUAN PUSTAKA
		 Internet sebagai channel atau medium
dalam model komunikasi interaksional oleh
Wilbur Schramm (West & Turner, 2007, 12).
Menurut Belch dan Belch (2009, 149), chan-
nel adalah tempat dimana pesan berjalan
dari sender ke receiver. Hal ini berarti Inter-
net menjadi sarana penyampaian pesan oleh
restoran Taiyo Sushi. Namun ada feedback
dari penerima pesan sesuai dengan sifat In-
ternet yang interaktif (Duncan, 2008, 389).
		 Medium dalam Internet yang diteliti
ialah Twitter, yang merupakan sebuah lay-
anan microblogging dimana penggunanya
dapat menyampaikan pesan dalam 140 kara-
kter (Boyd, Goler, & Lotan, 2010, 1). Setiap
pengguna memiliki nama akun yang dilam-
bangkan dengan simbol @ (Jantsch, 2009, 4).
Langkah awal bersosialisasi melalui Twit-
ter dengan menuliskan tweet, yakni pesan
umum pada Twitter (Sulianta, 2011, 41-
42). Sebuah pemilik akun dapat mengikuti
perkembangan pembaharuan status akun
lain dengan menjadi follower akun tersebut
(Jantsch, 2009, 4). Interaktivitas dalam Twit-
ter terlihat melalui mention (menyebutkan
akun lain) (Sulianta, 2011, 42) dan retweet
(mempublikasikan ulang tweet akun lain)
(Jantsch, 2009, 4). Berikut visualisasinya:
	
Gambar 1. Mention Kepada Akun Twitter
Restoran Taiyo Sushi.Sumber: twitter.com/
TaiyoSushi, diakses 20 November 2011
Gambar 2. Retweet Terhadap Pesan Akun
Twitter Restoran Taiyo Sushi
Sumber: twitter.com/TaiyoSushi, diakses 20
November 2011
		 Twitter digunakan oleh restoran Taiyo
Sushi melakukan promosi. Promosi meru-
pakan penggunaan komunikasi untuk mem-
berikan informasi dan membujuk individu,
kelompok, atau organisasi untuk membeli
produk atau jasa dari sebuah perusahaan
(Fill, 2009, 932). Selain itu, promosi juga
merupakan komunikasi dengan pelang-
gan atau calon pelanggan (Shimp, 2007, 4).
Promosi yang dimaksud dalam penelitian
ini ialah menyebarkan informasi mengenai
produk, harga produk, alamat, serta pro-
mosi penjualan yang sedang berlangsung di
restoran Taiyo Sushi.
		 Sebagai medium promosi, perlu dilaku-
kan pengukuran keefektifan Twitter dengan
menggunakan model information process-
ing, sebagaimana dikemukakan Chaffey dan
Smith (2008, 122), Hofacker’s model has five
stages of information processing which can
be used to review the effectiveness of an ad
or a promotional container, or overall page
template layout on a site.
2
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS
		 Pertama, Exposure. Tahap ini terjadi
pada saat stimulus menyentuh atau ditang-
kap oleh salah satu atau lebih bagian dari
panca indera (Engel et al., 1995, 472). Stimu-
lus merupakan masukan atau input apapun
yang datang dari pemasar yang disampaikan
kepada konsumen melalui berbagai media
(Sumarwan, 2004, 70). Setiap manusia me-
miliki tingkat respon penerimaan stimulus
yang berbeda (Sumarwan, 2004, 70). Tingkat
keterpaparan seseorang terhadap stimulus
dipengaruhi intensitas stimulus. Dengan me-
ningkatnya intensitas, terdapat kemungki-
nan meningkatnya tingkat exposure, demiki-
an Sumarwan (2004, 71).
		 Berdasarpan pandangan di atas dikait-
kan dengan penelitian yang dilakukan, maka
exposure terjadi pada saat followers akun
Twitter restoran Taiyo Sushi membaca pesan
(tweet) mengenai produk beserta harga yang
ditawarkan dan promosi penjualan yang ber-
langsung di restoran Taiyo Sushi. Selain itu,
followers membaca alamat restoran Taiyo
Sushi pada kolom biodata dan melihat foto
produk yang diunggah (upload) oleh akun
Twitter restoran Taiyo Sushi.
		 Kedua, Attention. Menurut Copley
(2004, 56), attention merupakan reaksi afektif
(perasaan atau emosi). Customer menyeleksi
stimuli yang telah dipaparkan untuk diper-
hatikan dan diproses lebih lanjut. Proses ini
dinamakan perceptual selection (Sumar-
wan, 2004, 75-76). Manusia memilih stimulus
mana yang ingin mereka perhatikan. Menu-
rut Hoyer dan Maclnnis (2010, 75), seseorang
cenderung kurang memperhatikan hal yang
sering ia lihat sebelumnya. Oleh karena itu,
pemasar membutuhkan kreatifitas agar tidak
menampilkan stimuli yang sama.
		 Disesuaikan dengan penelitian yang
dilakukan, attention terjadi pada saat stimuli
yang disampaikan menarik bagi followers
akun Twitter restoran Taiyo Sushi. Stimuli
tersebut terdiri dari pesan (tweet) mengenai
produk dan harga yang ditawarkan, serta
promosi penjualan yang berlangsung di
restoran Taiyo Sushi. Alamat restoran dan
foto produk yang diunggah juga menjadi
stimuli yang disampaikan.
		 Ketiga, Comprehension and Perception.
Pemahaman terjadi ketika seseorang beru-
saha menginterpretasikan stimulus (Sumar-
wan, 2004, 83). Sejalan dengan pernyataan
tersebut, Schiffman dan Kanuk (2000, 158)
mengartikan persepsi sebagai proses dima-
na suatu individu memilih, mengatur, dan
mengartikan stimuli menjadi sesuatu yang
bermakna. Namun, dapat terjadi miscom-
prehension dalam tahap ini, yakni dimana
seseorang kurang akurat dalam mengartikan
sebuah pesan (Hoyer & Maclnnis, 2010, 110).
Untuk meningkatkan keakurasian interpre-
tasi pesan, perlu menyusun pesan mudah
dipahami dengan menggunakan kata yang
sederhana (Hoyer & Maclnnis, 2010, 111).
		 Disesuaikan dengan penelitian yang
dilakukan, comprehension and perception
terjadi pada saat customer dapat memaha-
mi pesan (tweet) dan foto produk yang dis-
ampaikan oleh akun Twitter restoran Taiyo
Sushi. Pesan yang dimaksud berisikan in-
formasi mengenai produk dan harga yang
ditawarkan, promosi penjualan yang sedang
berlangsung di restoran Taiyo Sushi, serta lo-
kasi (alamat) restoran Taiyo Sushi yang ter-
tera pada kolom biodata.
		 Keempat, Yielding and Acceptance.
Chaffey dan Smith (2008, 157) mengungkap-
kan bahwa yielding and acceptance terjadi
ketika informasi yang dipaparkan itu dapat
diterima oleh customer. Lebih jauh lagi, En-
gel et al. (1995, 497-458) menyatakan bahwa
yielding and acceptance berfokus pada efek
persuasif stimulus, baik dari sisi kognitif
(pengetahuan) maupun afektif (sikap). Untuk
dapat mempengaruhi pengetahuan, Hoyer
dan Maclnnis (2010, 133) menyarankan agar
isi pesan memuat argumen yang kuat. Se-
dangkan untuk dapat mempengaruhi sisi
afektif seseorang, sebuah pesan hendaknya
menyentuh sisi emosional manusia, seperti
perasaan suka, takut, marah, malu, sukaci-
ta, atau lain sebagainya (Hoyer & Maclnnis,
2010, 140).
		 Disesuaikan dengan penelitian yang
dilakukan, yielding and acceptance terjadi
pada saat pesan (tweet) dan foto produk
yang disampaikan oleh akun Twitter restoran
Taiyo Sushi, serta alamat restoran yang terte-
ra pada kolom biodata akun Twitter restoran
Taiyo Sushi dapat berguna dalam sisi kognitif
dan afektif followers. Sisi kognitif followers
ditandai dengan bertambahnya pengetahuan
followers, serta sisi afektif ditandai dengan
munculnya keinginan untuk mengunjungi
restoran Taiyo Sushi dan membeli produk
yang ditawarkan. Pesan (tweet) yang disam-
paikan berisi informasi mengenai produk,
harga produk, dan promosi penjualan yang
sedang berlangsung di restoran Taiyo Sushi.
		 Kelima, Retention. Loudon dan Bitta
(1993, 402) mendefinisikan retention sebagai
materi yang telah dipelajari, yang diingat
oleh seseorang. Hal ini serupa dengan apa
3
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS
yang diungkapkan oleh Schiffman dan Ka-
nuk (2000, G-11) mengenai retention, yakni
kemampuan seseorang dalam menyimpan
informasi dalam ingatannya. Informasi yang
disimpan adalah interpretasi mereka ter-
hadap stimulus yang diterima (Sumarwan,
2004, 85). Cara yang dapat dilakukan pema-
sar dalam meningkatkan retention ialah me-
nyampaikan stimuli secara rutin dengan tu-
juan untuk mengingatkan (Sumarwan, 2004,
89). Hal ini dinamakan recirculation oleh
Hoyer dan Maclnnis (2010, 177).
		 Disesuaikan dengan penelitian ini, re-
tention terjadi ketika followers akun Twit-
ter restoran Taiyo Sushi dapat mengingat
pesan (tweet) dan foto produk yang pernah
disampaikan, serta dapat mengingat alamat
restoran Taiyo Sushi yang tertera pada kolom
biodata akun Twitter tersebut. Pesan (tweet)
yang disampaikan merupakan informasi
mengenai produk dan harga yang ditawar-
kan, serta promosi penjualan yang sedang
berlangsung di restoran Taiyo Sushi.
METODE PENELITIAN
		 Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif,
yang berarti pengukuran dilakukan dengan
menggunakan angka sebagai representasi
suatu karakteristik (Hair et al., 2007, 424).
Teknik pelaksanaan dilakukan melalui survei
deskriptif yang merupakan salah satu teknik
dalam penelitian kuantitatif (Sandjaja &
Heriyanto, 2006, 57). Menurut Sekaran (2000,
125), penelitian deskriptif merupakan peneli-
tian yang digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari variabel di dalam suatu
situasi dan survei adalah teknik penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi
(Singarimbun & Effendi, 1989, 3).
		 Populasi adalah sekelompok orang
yang akan diteliti oleh peneliti (Sekaran,
2000, 266) yang memiliki pengetahuan akan
topik tertentu (Hair et al., 2007, 170), sedan-
gkan sampel ialah bagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data (Riduwan, 2009,
56). Teknik pengambilan sampel menggu-
nakan teknik convenience sampling, yakni
pemilihan sampel yang dengan sukarela
memberikan informasi yang dibutuhkan
(Hair et al., 2007, 181).
		 Berdasarkan definisi tersebut, popu-
lasi dalam penelitian ini ialah followers akun
Twitter restoran Taiyo Sushi yang berjumlah
464 orang (twitter.com/TaiyoSushi, diakses 20
November 2011) dan anggota populasi yang
sukarela memberikan jawaban atas angket
yang disebarkan merupakan sampel dalam
penelitian ini. Menurut Neuman (2000, 217),
ukuran populasi kurang dari 1000 menggu-
nakan rasio sampel minimal 30 persen dari
jumlah populasi. Maka dari itu, 140 sampel
adalah jumlah minimum sampel yang dibu-
tuhkan.
		 Data dalam penelitian ini didapat me-
lalui kuesioner sebagai alat pengumpul uta-
ma dari setiap individu pada penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif (Hair
et al., 2007, 424) dan wawancara dengan rep-
resentatif dari restoran Taiyo Sushi. Angket
dibuat pada situs www.kwiksurveys.com
dan alamat (link) angket tersebut disebarkan
melalui fitur direct message Twitter kepada
464 followers akun Twitter restoran Taiyo Su-
shi.
		 Analisis data yang digunakan adalah
statistik deskriptif, yang berfungsi untuk
mengelompokkan data, menggarap, meny-
impulkan, memaparkan serta menyajikan
hasil olahan (Arikunto, 2005, 298). Sebagai
penelitian deskriptif, penelitian ini mem-
berikan gambaran tentang fenomena tentang
Twitter sebagai medium promosi. Karena itu,
penelitian ini menggunakan univariate sta-
tistic, yakni melihat distribusi frekuensi dari
hasil yang didapat (Fielding & Gilbert, 2000,
49).
		 Untuk melihat efektivitas, penelitian
ini merujuk kepada rumusan yang dike-
mukakan oleh ahli. Efektivitas menurut Hi-
dayat (1986) yang dikutip oleh Kristi (2010,
8) adalah “suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Artinya, semakin be-
sar persentase target yang dicapai, semakin
tinggi efektivitasnya”.
		 Berdasarkan definisi tersebut, jawaban
responden terhadap kuesioner diintepreta-
sikan menjadi skor dengan kriteria sebagai
berikut (Riduwan, 2009, 88): (a) Sangat Tidak
Setuju = Sangat Lemah = Sangat Tidak Efek-
tif =  20%; (b) Tidak Setuju = Lemah = Ti-
dak Efektif = 21% sampai  40%; (c) Netral =
Cukup = Cukup Efektif = 41% sampai  60%;
(d) Setuju = Kuat = Efektif = 61% sampai 
80%; (e) Sangat Setuju = Sangat Kuat = Sangat
Efektif = 81% sampai  100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
	
		 Data didapat dari 160 responden yang
menjawab angket yang telah disebarkan. Ter-
dapat 70% responden berjenis kelamin pria
(48 orang) dan 30% berjenis kelamin wanita
4
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS
(112 orang). Selain itu, 21.3% responden (34
orang) yang berusia kurang dari 20 tahun,
76.9% responden (123 orang) yang berusia
antara 20 sampai 40 tahun, dan 1.9% respon-
den (3 orang) yang berusia di atas 40 tahun.
Mayoritas responden (94,4% atau 151 orang)
tinggal di Jakarta dan sisanya (5.6% atau 9
orang) tinggal di luar Jakarta, yakni Band-
ung, Tangerang, Samarinda, Bekasi, Yogya-
karta, Balikpapan, Bekasi (2 orang), dan Mel-
bourne (Australia).
	 Hasil perhitungan data yang diperoleh dari
hasil penelitian dapat disajikan pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Persentase Efektivitas Dimensi
Persentase
Kategori
Exposure 85.975% Sangat Efek-
tif
Attention 83.375% Sangat efek-
tif
Comprehen-
sion
81.455 Sangat efektif
Acceptance 79.45% Efektif
Retention 75.3% Efektif
Information
Processing
80.83 % Sangat Efektif
Sumber: Olahan Peneliti, 2011
		 Dari tabel di atas, dimensi (tahap) ex-
posure, attention, dan comprehension dalam
variabel information processing dapat di-
kategorikan sangat efektif, dimana dimensi
acceptance dan retention termasuk dalam
kategori efektif. Secara keseluruhan, Twit-
ter merupakan medium promosi yang san-
gat efektif bagi restoran Taiyo Sushi dengan
persentase 80.83%. Akun Twitter restoran
Taiyo Sushi memanfaatkan hampir semua fi-
tur yang terdapat di dalam Twitter. Ia meng-
gunakan komponen utama dalam Twitter
yakni tweet untuk memberikan informasi
kepada pengikutnya, mengisi kolom biodata
dengan alamat restoran, dan komponen tam-
bahan yakni unggah foto. Berikut pemba-
hasan dari masing-masing dimensi:
	 1. Exposure
		 Berdasarkan hasil perhitungan, Twit-
ter dikatakan Sangat Efektif pada tahap
pemaparan. Hal ini dikarenakan restoran
Taiyo Sushi menggunakan komponen utama
dalam Twitter, yakni tweet dan kolom bioda-
ta, yang menunjukkan keberadaannya seb-
agai sebuah akun Twitter. Dengan persentase
85.975%, dapat dikatakan bahwa stimulus
yang disampaikan restoran Taiyo Sushi me-
lalui akun Twitter ditangkap oleh pengli-
hatan pengikutnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Engel et al. (1995, 472) mengenai
exposure yang terjadi ketika stimulus me-
nyentuh atau ditangkap oleh satu atau lebih
panca indera.
		 Skor tertinggi dalam lima pernyataan
yang diberikan dalam dimensi exposure ter-
letak pada indikator yang menyatakan bahwa
responden membaca pesan (tweet) mengenai
promosi penjualan yang sedang berlangsung
di restoran Taiyo Sushi. Hal ini dikarenakan
pesan (tweet) mengenai promosi penjualan
merupakan informasi yang paling sering
dibagikan melalui akun Twitter restoran Tai-
yo Sushi (Darusman, 2011). Dengan demiki-
an, pernyataan Sumarwan (2004, 70) berlaku
dalam dimensi ini, yakni keterpaparan dapat
meningkat seiring dengan meningkatnya in-
tensitas penyampaian stimulus.
	
	 2 Attention
		 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase keefektifan Twitter pada dimensi
ini sebesar 83.375% dan tergolong Sangat
Efektif. Hal ini menunjukkan bahwa stimu-
lus yang dipaparkan menarik perhatian
pengikut akun Twitter restoran Taiyo Sushi.
Dalam menulis pesan (tweet), Darusman
(2011) mengatakan bahwa ia tidak pernah
menggunakan kalimat yang sama dalam
menyampaikan informasi atau mengunggah
foto yang sama.
		 Pernyataan yang memperoleh nilai
pendapat terendah dari responden ialah per-
nyataan bahwa responden menganggap isi
kolom biodata pada akun Twitter restoran
Taiyo Sushi menarik perhatian. Menurut Da-
rusman (2011), kolom biodata merupakan fi-
tur yang belum pernah diperbaharui karena
hanya berisikan alamat restoran Taiyo Sushi.
Rendahnya skor yang didapat pada pernyata-
an tersebut sesuai dengan pendapat Hoyer
dan Maclnnis (2010, 75), yakni seseorang cen-
derung kurang memperhatikan hal-hal yang
sudah pernah ia lihat sebelumnya.
	 3. Comprehension and Perception
		 Dimensi ini mengukur sejauh mana
pendapat responden mengenai pemahaman
mereka terhadap stimulus yang disampaikan
oleh restoran Taiyo Sushi melalui akun Twit-
5
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS
ter. Persentase yang didapat ialah 81.45%
yang tergolong Sangat Efektif. Hal ini berarti
bahwa responden sangat memahami stimuli
yang disampaikan oleh pemasar.
Gambar 3. Pesan (tweet) Mengenai Harga
Produk
Sumber: twitter.com/TaiyoSushi, diakses
20 No
vember 2011
		 Pendapat responden menunjuk-
kan bahwa pemahaman terendah terdapat
pada stimulus berupa pesan (tweet) men-
genai harga produk yang ditawarkan oleh
restoran Taiyo Sushi. Mengacu pada gambar
3, kurangnya informasi yang rinci mengenai
harga menyebabkan responden kurang me-
mahami maksud dari pesan tersebut. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
responden akan harga produk secara rinci,
sehingga menyebabkan followers kurang
akurat dalam pemberian arti terhadap stimu-
lus tersebut (Hoyer & Maclnnis, 2010, 109).
	 4. Yielding and Acceptance
		 Berdasarkan hasil perhitungan skor,
dimensi ini mendapat persentase sebesar
79.45% dan tergolong Efektif. Hal ini menun-
jukkan bahwa sebagian besar responden ter-
pengaruh oleh stimulus yang disampaikan
melalui akun Twitter restoran Taiyo Sushi,
baik dalam sisi kognitif maupun sisi afektif.
Namun, angka tersebut lebih kecil diband-
ingkan angka yang diperoleh dalam dimensi
sebelumnya, yakni dimensi exposure, at-
tention dan comprehension. Maka dari itu,
pernyataan Copley (2004, 56) berlaku dalam
penelitian ini, yakni tidak semua pesan yang
diterima dapat menimbulkan keinginan
dalam benak followers.
	 Indikator yang memiliki skor terendah ialah
pernyataan bahwa stimulus berupa alamat
restoran Taiyo Sushi yang tertera pada ko-
lom biodata akun Twitter mempengaruhi sisi
afektif responden untuk melakukan kunjun-
gan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kai-
tan stimulus tersebut dengan sisi emosional
responden, dimana menurut Hoyer dan Ma-
clnnis (2010, 140), agar dapat mempengaruhi
sisi afektif maka sebuah pesan hendaknya
menyentuh sisi emosional seseorang.
	 5. Retention
		 Menurut hasil perhitungan skor, di-
mensi retention dalam penelitian ini mem-
peroleh 75.3% dan tergolong Efektif. Angka
tersebut merupakan skor terendah dari lima
dimensi yang dibahas. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak semua stimulus yang dipapar-
kan oleh restoran Taiyo Sushi melalui akun
Twitter dapat diingat oleh pengikutnya (fol-
lowers). Intensitas penyampaian stimulus
mempengaruhi tingkat ingatan seseorang
(Sumarwan, 2004, 89). Daruman (2011) men-
gungkapkan bahwa akun Twitter restoran
Taiyo Sushi tidak diperbaharui setiap hari.
Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pe-
nyampaian stimulus tidak disampaikan se-
cara rutin, sehingga mempengaruhi tingkat
retention.
		 Skor terendah dalam dimensi ini ter-
letak pada pernyataan bahwa responden
mengingat pesan (tweet) mengenai harga
produk yang disampaikan melalui akun
Twitter restoran Taiyo Sushi. Merujuk pada
hasil dimensi comprehension and percep-
tion, stimulus serupa juga mendapat skor
terendah dibandingkan stimulus lainnya. Re-
sponden kurang melakukan intepretasi atau
pemberian arti terhadap stimulus tersebut
dan mengakibatkan informasi itu tidak di-
ingat oleh responden. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sumarwan (2004, 85), bahwa in-
formasi yang disimpan merupakan hasil in-
tepretasi seseorang terhadap stimulus yang
diterima.
	 KESIMPULAN DAN SARAN
		 Hasil penelitian menunjukkan, akun
Twitter merupakan medium yang sangat
efektif bagi usaha kecil untuk melakukan
promosi, sebagaimana restoran Taiyo Sushi
dalam melakukan promosi.
	 Penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi
praktisi usaha kecil agar mempertimbangkan
pemakaian Twitter sebagai medium promosi
bagi usahanya.
	
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian.
Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005.
Belch, George E. and Michael A. Belch. Adver-
tising and Promotion: An Integrated Market-
ing Communication Perspective, 8th ed. New
York: McGraw-Hill, 2009.
Boyd, Danah, Scott Golder, and Gilad Lotan.
Tweet, Tweet, Retweet: Conversational As-
pects of Retweeting on Twitter. Hawaii: HIC-
SS, IEEE, 2010.
Chaffey, Dave and PR Smith. eMarketing eX-
cellence: Planning and Optimizing Your Digi-
6
EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS
tal Marketing, 3rd ed. Oxford: Elsevier But-
terworth-Heinemann, 2008.
Copley, Paul. Marketing Communications
Management: Concepts and Theories, Cases
and Practices. Oxford: Elsevier Butterworth-
Heinemann, 2004.
Cruz, Brant and Josh Mendelsohn. Why So-
cial Media Matters to Your Business. Boston:
Chadwick Martin Bailey, 2010.
Dale, Chris. Some Useful Marketing Facts
About Twitter and Facebook. Didapat dari
http://www.marketinghq.com.au/social-me-
dia/some-useful-marketing-facts-about
-twitter-and-facebook/; Internet; diakses 25 Ok-
tober 2011.
Darusman, Danis, Marketing Officer Restoran
Taiyo Sushi. Wawancara oleh Peneliti, 29 Sep-
tember 2011, Jakarta.
Duncan, Tom. Principles of Advertising & IMC,
2nd ed. New York: McGraw-Hill, 2008.
Engel. James F., Roger D. Blackwell, and Paul
W. Miniard. Consumer Behavior, 8th ed.
Florida: The Dryden Press, 1995.
Fielding, Jane and Nigel Gilbert, Understand-
ing Social Statistic. London: SAGE Publica-
tions Ltd, 2000.
Fill, Chris. Marketing Communication: Interac-
tivity, Communities and Content, 5th ed. Es-
sex: Pearson Education Limited, 2009.
Hair, Joseph F., Arthur H. Money, Phillip Sa-
mouel, and Mike Page. Research Methods for
Business. Chichester: John Wiley & Sons Ltd.,
2007.
Hoyer, Wayne D. and Deborah J. Maclnnis.
Consumer Behavior, 5th ed. Cengage Learn-
ing, 2010.
Jantsch, John. Using Twitter for Business. Kan-
sas City: Duct Tape Marketing, 2009.
Kristi, Yosseane Widia. Keefektifan Traffic
Management Centre dalam Menangani Ma-
salah Lalu Lintas di Jakarta. Depok: Univer-
sitas Indonesia, 2010.
Loudon, David L. and Albert J. Della Bitta.
Consumer Behavior: Concepts and Applica-
tions, 4th ed. Singapore: McGraw-Hill Book
Co., 1993.
Miniwatts Marketing Group. Asia Marketing
Research, Internet Usage, Population Statis-
tics and Facebook Information. Didapat dari
http://www.internetworldstats.com/asia.
htm; Internet; diakses 23 September 2011
Neuman, William L. Social Research Methods
Qualitative and Quantitative Approaches,
4th ed. Massachusetts: A Pearson Education
Company, 2000.
O’Dell, Jolie. The History of Social Media (In-
fographic). Didapat dari http://mashable.
com/2011/01/24/the-history-of-social-media-
infographic; Internet ; diakses 25 Oktober
2011.
PT. Kassa9 International. Indonesia: Nomer
Satu Di Perkembangan Twitter, Nomer
Tiga di Facebook. Didapat dari http://www.
teknoup.com/news_gallery/indonesia-no-
mer-satu-di-perkembangan-twitter-nomer-
tiga-di-facebook/6012_0; Internet ; diakses 19
September 2011.
Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.
Bandung: Alfabeta, 2009.
Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. Panduan
Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya,
2006.
Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk.
Consumer Behavior, 7th ed. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc., 2000.
Seitel, Fraser P. The Practice of Public Rela-
tions, 11th ed. New Jersey: Pearson Educa-
tion, Inc., 2011.
Sekaran, Uma. Research Methods For Business.
New York: John Wiley & Sons, Inc., 2000.
Shimp, Terence A. Integrated Marketing Com-
munications in Advertising and Promotion,
7th ed. Ohio: Thomson Higher Education,
2007.
Stelzner, Michael A. 2011 Social Media Market-
ing Industry Report. Social Media Examiner,
2011.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode
Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989.
Sulianta, Feri. Twitter for Business. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2011
Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen; Teori
dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004.
West, Richard and Lynn H. Turner. Introducing
Communication Theory: Analysis and Appli-
cation, 3rd ed. New York: McGraw-Hill, 2007.
7
Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN: 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
Anomalous Democracy
Examination on the Correlation between Press Freedom and Levels
of Corruption in Indonesia and Singapore
FX.Lilik Dwi Mardjianto
dosen Ilmu Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Jl. Boulevard, Gading Serpong Tangerang-Banten
Telepon (021) 5422 0808
e-mail: lilik@umn.ac.id
Abstract:
Indonesiasedangberadadidalameraketerbukaandankebebasanpers.Halituberartidemokrati-
sasi juga sedang berkembang. Geliat serupa juga dirasakan di ranah pemberantasan korupsi, ditan-
dai oleh banyaknya investigasi kasus-kasus korupsi oleh pers dan aparat penegak hukum. Fenomena
itu mengundang pertanyaan; apakah demokrasi—yang salah satunya ditandai oleh kebebasan pers-
-selalu berjalan beriringan dengan penurunan tingkat korupsi? Adakah faktor di luar demokrasi
yang bisa menekan korupsi? Setelah melakukan perbandingan, analisis sejumlah data, dan wawa-
ncara, penulis menemukan sebuah anomali demokrasi; bahwa demokrasi dan kebebasan pers tidak
selalu diikuti oleh penurunan tingkat korupsi. Hal itu diterapkan oleh Singapura—sebuah negara
yangberhasilmelepaskandiridariperangkapkorupsitanpaperlu“repot”mengurusidemokratisasi.
Keywords: Pers, demokrasi,anomali,korupsi
INTRODUCTION
		
		 Corruption is an extraordinary crime. It
is so extraordinary that people react to it dif-
ferently. While some are amused by it, others
are enraged. People react to corruption after
receiving and analyzing information they
get. Those with limited access to primary
sources of information tend to rely on infor-
mation released by the press or media, which
regularly scrutinize cases of corruption.
		 The global characteristic of corruption
and its massive destructive effects make news
headlines everywhere. Corruption is worth
dying for, especially for journalists seeking
good stories. Furthermore, massive cover-
age of corruption defines public opinion and
attitude. It is clear that there is a correlation
between corruption, the press, and public at-
titude. Whenever possible, corruption will be
exposed by the press, and the result of the ex-
pose defines the public’s reaction or attitude
towards it.
		 Transparency International (TI), a glob-
al organization, recognizes that corruption
is a transnational problem and measures it
through its annual Corruption Perception In-
dex (CPI). CPI is used for this study because
it is regularly used by Indonesia and Sin-
gapore; on which the study will focus. This
study focuses on these two countries because
they possess unique and, in certain cases,
anomalous characteristics related to press
freedom and corruption. Geographically, In-
donesia and Singapore are in Southeast Asia
and bear similarities in nature and culture.
Although the citizens of these countries are
close geographically and ethnically, some of
them maintain different views about freedom
of speech and expression. While Indonesians
value press freedom, this does not seem to be
shared with an equal fervor by Singaporeans.
And while Indonesians are more tolerant of
corrupt practices, Singaporeans are less so.
As a result, Indonesia and Singapore have
achieved different levels of development,
8
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
with the latter performing much better.
		 The writer also used World Press Free-
dom Index released annually by a global or-
ganization called Reporters without Borders.
It measures the state of press freedom in the
world and reflects the degree of freedom that
journalists and news organizations enjoy in
each country. The survey also measures the
efforts of authorities to respect this freedom.
	 REVIEW OF RELATED LITERATURE
	
		 Journalism is an immediate influence
upon public opinion. Robert C. Brooks in his
book entitled, Corruption in American Poli-
tics and Life, states that journalism possesses
undeniable influence upon public opinion. It
shapes how the public see life. Within a con-
cept of a state, journalism plays an important
role in determining public opinion towards
politics, and every aspect of it, including cor-
rupt practices.
		 Media are (muzzled) watchdogs. Rod-
ney Tiffen explores several issues about me-
dia, politics, and corruption—especially in
contemporary Australia. In a research enti-
tled Scandals: Media, Politics & Corruption
in Contemporary Australia, Tiffen explores
how politics and corruption affect news poli-
cies, and how a news policy affects correction
of bad politics and eradication of corruption,
especially in Australia. The research also puts
attention on several aspects that limit the role
of the press.
		 Tiffen uses the ideal identity of the me-
dia and the press—they are watchdogs. It
is the highest aspiration for the media. The
media and press are expected to be a vigilant
watchdog for the public good against so-
cial abuses and official wrongdoing (Tiffen,
1999). But at the same time, the media are
under attack from contradictory directions.
They are willing but unable to perform their
role as watchdogs. The media are hamstrung
by restrictive laws, especially those relating
to defamation. The media are no longer vigi-
lant, but muzzled watchdogs instead.
		 States are an example of organized
crime. The idea goes along with what Weberi-
ans think. A state, according to Max Weber, is
a human community which, within a defined
territory, successfully claims for itself the mo-
nopoly of legitimate physical force. For some
cases, a state is the sole source of the right
to exercise violence (Whimster, 2004:131).
Gramscians are of the same opinion. They re-
gard a state, with its powerful hegemony, as
an entity that tends to coerce.
		 These studies are relevant to the study
of press freedom and aspects of social and po-
litical life, including corruption. Some of the
studies explore media and corruption within
a frame called politics. It is understandable
since media and corruption in a country will
always have something to do with the politi-
cal practices. But none of the studies explore
press freedom and levels of corruption at the
same time. Moreover, most of the works are
American or Australian-based researches,
therefore rarely discussing what is happen-
ing in developed or developing countries in
Asia like Singapore and Indonesia.
		 This study will offer something new be-
cause it concentrates on Asia, especially In-
donesia and Singapore. This study also offers
elaborations on a relatively new idea, which
is correlation between press freedom—a cru-
cial feature of democracy---and level of cor-
ruption.
METHODOLOGY
		
		 The study focuses on press freedom
and levels of corruption in Indonesia and Sin-
gapore. The writer analyzed and interprets
World Press Freedom Index and Corruption
Perception Index (CPI) in order to compose
fundamental argument of the study. The
writer, afterwards, strengthen the argument
by analyzing several stories released by the
press of both countries. The next step is ana-
lyzing the idea of ownership, in which the
writer indicated the pattern of ownership of
the media in Indonesia and Singapore. Af-
ter that, an analysis on legal aspects in both
countries was conducted. The two last steps
were crucial for determining potential in-
tervention—both from the authorities and
law—experienced by the press.
		 Journalists, experts in media and com-
munication, NGO activists involved in anti-
corruption movements, and official bodies
concerned about the eradication of corrup-
tion were interviewed to provide expert
opinion and facts.
		 Senior editors of Koran Tempo and
Seputar Indonesia, national and investigative
newspapers in Indonesia were likewise in-
terviewed. Topics discussed in the interview
were mostly about the role of the press in
anticorruption movements in Indonesia. Af-
terwards, the deputy chief of Indonesia Cor-
ruption Watch (ICW), the most aggressive
NGO in Indonesia, was interviewed. The in-
9
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
terview gave an idea of how anti-corruption
movements relate to the role of the press, also
elaborating on how the press determines the
success of anti-corruption efforts conducted
by ICW.
		 The commissioner of the Indonesia
Corruption Eradication Commission (KPK)
was also interviewed. KPK is an official body
tasked with combating corruption through
preventive and punitive strategies. The inter-
view then explored how the press influences
the KPK’s strategy in combating corruption.
It also looked at the cooperation between the
two entities both interested in eradicating
corruption.
		 An adjunct Senior Research fellow of
the National University of Singapore was
likewise interviewed to explain press free-
dom, politics and corruption in Singapore.
Several cases and testimonials from Singa-
porean journalists, media companies, and
media activists were also studied. Due to
time and budgetary constraints, tight dead-
lines and schedules, the interviewees chose to
be interviewed via email.
		 Three Singaporean journalists were also
interviewed through email in order to get a
comprehensive picture of press freedom in
the country. The interviewees explained their
opinion and experience about press freedom
in relation to political issues and the govern-
ment’s effort in combating corruption.
RESULTS AND DISCUSSION
		 The Indonesian press and media are
celebrating the freedom of speech. This has
made the press and media effective agents
in conveying certain messages and affecting
public opinion. The most controversial case
that illustrates this is that experienced by the
Indonesian Corruption Eradication Commis-
sion (KPK) commissioners, Bibit Samad Rian-
to and Chandra M. Hamzah, in 2008. The case
was widely covered by the press for almost
three months, making Indonesians aware of
corruption and provoking them to begin a
great online movement. Millions expressed
their opinion on Facebook and it successfully
forced the government to adopt a political
policy to stop investigations in the KPK case,
which is also known as Bibit-Chandra case.
Taking after the Philippines, some refer to
this case as Indonesian People Power.
		 Another major case surfaced two years
later, the Century Bank case, and cast doubt
on the Susilo Bambang Yudhoyono presiden-
cy. By 2010, the media and political institu-
tions have been dealing with it for almost a
year. There is a suspicion that Yudhoyono,
the founder of the Demokrat party, received
illegal funds amounting to 6.7 trillion rupiahs
during his presidential election campaign.
Money from the government went to Cen-
tury Bank, especially to several businessmen
who were suspected of having a relationship
with Yudhoyono or the Demokrat party. The
press has been reporting on this case exten-
sively and everybody, including politicians,
has started to talk about impeachment. Yud-
hoyono and his men have denied the accusa-
tions.
		 Indonesian press has been experienc-
ing freedom, indicated by the flow of various
stories for years. The freedom began after
the fall of Soeharto presidency. It grew rap-
idly since 2000s. As the result, the world has
recognized Indonesia’s press freedom. In the
2009 World Press Freedom Index of RSF, In-
donesia ranked 100th, better than its neigh-
boring countries, Singapore (133th), Malaysia
(131st), and Thailand (130th).
		 Freedom House, using a similar meth-
odology, also gave a similar assessment,
where Indonesia scored 54 in both 2007 and
2008, or improved from 58 in 2006.
		 Meanwhile, the Singaporean press rare-
ly investigated corruption cases. Investigative
reports were usually done by foreign media
operating in Singapore. Trixia Carungcong,
deputy foreign editor of Today newspaper,
admits it. In an interview with the writer, Ca-
rungcong said that one of the difficulties for
journalists working in Singapore is the guess-
ing game they have to play with regard to the
gray areas. There are so-called “OB” (out-of-
bounds) markers. Journalists may take too
much risk if they work carelessly within this
area. The area includes some topics that are
deemed too sensitive, such as race, religion,
religion and corruption. “Criticism and al-
legations of corruption or abuse of power,
for instance, which are not backed by evi-
dence, could end up in a costly libel suit,”
Carungcong said. As an experienced journal-
ist, Carungcong confidently claimed that the
role of the press is not the main reason for
the low incidence of corruption in Singapore.
The situation in Singapore is very different
from countries like the United States, Britain,
the Philippines and Indonesia, where investi-
gative journalists play a major role in keeping
officials in check.
		 Another Singaporean journalist, Ans-
ley Ng shared the same opinion. Journalists
10
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
have limited access to be able to aggressively
report on corruption cases in the country. Of-
ten, they are able to obtain information that
comes from the court—only after the case has
gone to court. Before such cases go to court, it
can be very difficult to persuade newsmakers
to give information. This goes to show that
the Corrupt Practices Investigation Bureau
(CPIB) does not regard the press as a partner
in the investigation of corruption cases.
		 The reporter of Today, in an interview
with the writer, noted that authorities still
control the flow of information, but in a rela-
tively good way. There are more off-the-re-
cord briefings for editors and reporters before
any major announcement. This allows sensi-
tive questions to be asked, to which frank an-
swers are given by authorities. “On the flip
side, such briefings can be seen as yet another
way to control information, by keeping it off
the record,” Ng said. According to her, there
is more press freedom in Singapore, con-
sidering that the government was tighter as
many as five to eight years ago.
		 In terms of corruption eradication, In-
donesia and Singapore seem to live in a dif-
ferent world. Indonesia ranked 111th and
scored 2.8 out of 180 countries on the Cor-
ruption Perception Index (CPI) 2009 scale
released by Transparency International (TI).
The score means there is a high level of cor-
ruption in Indonesia. TI’s official statement
calls attention to the fact that many countries
scored less than 5.0. Most of the countries
with low scores are countries that are at war
or undergoing political and economic insta-
bility.
		 The same condition happened in 2010.
Indonesia still scored 2.8 and it showed that
the country incurred “corrupt desease”. In
2011, Indonesia made “a little” improvement
by achieving 3.0. But, according to TI state-
ment, such a score indicate the same corrupt
practices still exist.
		 Indonesia is left behind by its neighbor-
ing country—Singapore--which scored 9.2 or
placed itself at the top of the list, along with
several free-corruption countries.
		 Former Singaporean Prime Minister
Lee Kwan Yew is an inspiring figure who
eradicated corruption in the country. Lee
launched a program asking the government
to spare funds for the country’s officials. The
New York Times reported that the coun-
try spent huge amounts of money to reach
a 60-percent increase in ministers’ salaries,
or about S$1.3 million in 2007. The program
aimed to stop corruption and it succeeded.
		 The country also has a Corrupt Practic-
es Investigation Bureau (CPIB) which plays
an important role in combating corruption in
the country. It has also successfully brought
erring politicians and public officers to jail.
The Power of Ownership
		 Power is exercised in every media or-
ganization. Reporters are usually ordered by
editors to cover several events, while editors
obey commands of the owner. Power allows
whoever holds it to exercise control over
those who don’t. In some news organizations,
ownership means the ability to control and
create newsroom policy which, according to
Warren Breed, is the consistent orientation of
a paper’s news and editorial toward issues
and events, revolving primarily around par-
tisan, classes, and racial division (Breed, 1955:
326-335). A discussion on the ownership of a
news organization will sometimes lead to a
discussion of independence. The press can be
dependent on anything, including the owner.
		 Two major categories of media owners
are public and private, with each group hav-
ing its own characteristics and news policies.
A government-owned news organization is
bound to follow government policy and toe
the line. Private news organizations, on the
other hand, have more freedom to criticize
the government but are still dependent on its
owners.
		 In Singapore, there is a virtual monop-
oly of ownership, with owners closely linked
to the ruling party. It is different in Indone-
sia where there is relatively no monopoly of
the government, with majority of Indonesian
media being financially independent. This
means that the country does not allocate any
funds for most of the media organizations so
that Indonesian journalists are free and en-
thusiastic about investigating sensitive issues
in the country, including corruption.
		 There are 335 weekly magazine and 288
daily newspapers read by Indonesians. Each
province has its own magazine and daily
newspapers. Some Indonesians in certain
provinces also enjoy monthly magazines and
various programs produced by several tele-
vision stations. TV stations, newspapers, and
magazines are the most popular media used
by Indonesians. Jakarta seems to be the most
“well-informed province”. The Press Council
counted that there are 14 TV stations, 46 daily
newspapers, 134 weekly magazines, and 44
monthly magazines. Freedom of information
11
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
is so highly appreciated in Indonesia, that the
most remote province—Papua—possesses
two main daily newspapers (Press Council,
2010).
		 Indonesian journalists enjoy various ad-
vantages that come with press freedom, and
for some influential newspapers and TV sta-
tions, this is a virtual paradise. But the free-
dom is also being challenged by problematic
media ownership in the country.
		 The Century Bank case depicts the
power of media ownership. The press treated
this case differently. The government-owned
press was expected to “protect” the govern-
ment by publishing “friendly” stories, while
privately-owned media tended to publish
more “offensive” stories. This is not decided
upon by reporters, but by the owners.
		 ANTARA News Agency, as an exam-
ple, is a state-owned enterprise. The agency
rarely covers stories that “attack” the govern-
ment. On the other hand, the agency publish-
es stories that promote government stability.
ANTARA, in an article, stated that the Cen-
tury Bank case has affected President Susilo
Bambang Yudhoyono’s second-term govern-
ment, especially its first 100-day program.
This will likely continue to cost a lot of ener-
gy even after the end of 2010. “The Yudhoy-
ono-Boediono government has not been able
to enjoy a ‘honeymoon’ in the past 60 days
of its administration because many problems
have emerged, including the alleged framing
issue of the Corruption Eradication Commis-
sion (KPK) and the Bank Century case,” the
article said.
		 The agency also quoted an economic
observer from state University of Indonesia,
Faisal Basri, who said the decision to bail out
Century Bank was right and had saved Indo-
nesia from a crisis. ANTARA also stated its
position by quoting that the idea to summon
President Susilo Bambang Yudhoyono was
not necessary. “Indeed it is not necessary to
summon him because he has no connections
with the Century Bank case,” ANTARA quot-
ed Anas as saying.
		 The “more independent” press treated
the issue differently. The Jakarta Post in an
article published in February 2009 said that
the crucial question in the Century Bank case
was whether Yudhoyono was committed to
the policy of bailing out the bank, and wheth-
er this policy was justified by the global crisis
that was exerting pressure on Indonesia. The
article also pointed out the political issue in
the case: “Especially for a significant number
of politicians, Yudhoyono is the ultimate tar-
get.”
		 Meanwhile, The Jakarta Globe called
attention to Yudhoyono’s popularity after
dealing with the case. A survey conducted by
Indonesia Survey Institute (LSI) pegged Yud-
hoyono’s popularity at 70 percent. LSI que-
ried 2,900 respondents. A previous survey
found the president’s popularity standing at
85 percent.
		 The Singaporean press and media are
closely connected to the government. Unlike
Indonesia, media ownership in Singapore is
limited to only two main corporations, Singa-
pore Press Holdings (SPH) and MediaCorp.
The British Broadcasting Corporation (BBC)
reported close links between SPH and the
ruling People’s Action Party (PAP).
		 A set of amendments to the Newspa-
pers and Printing Presses Act (NPPA) in 1974
ended the private ownership of newspapers,
allowing only the PAP government to own
newspapers, and forcing all newspaper or-
ganizations to become public companies. The
Act also forbade newspapers from receiving
funding from foreign sources without gov-
ernment approval.
		 The government forced all media com-
panies to be public companies with a mini-
mum of 50 shareholders, with no shareholder
owning more than three percent of the shares.
The government or its nominees has to be
given management shares that carry more
voting power than those held by the rest of
the shareholders combined. Management
shares carry some 200 times the voting power
that ordinary shares have. Furthermore, only
persons approved by the government can be
issued management shares, with the transfer
of these shares also requiring government ap-
proval.
		 Looking at the situation, the editorial
policies of the newspapers are automatically
managed by those holding a majority of the
management shares, and because these share-
holders are government-approved, they are,
as a matter of course, pro-PAP (Gomez, 2005).
It comes as no surprise then that most media
analysts describe Singapore’s media environ-
ment as highly regulated (Quinn, 2008).
		 Stephen Quinn, in his book entitled,
Asia’s Media Innovators, elaborates that SPH
is divided into two divisions. About 600 jour-
nalists work in the Chinese newspaper divi-
sion and more than 600 operate in the English,
Tamil, and Malaysian division. The company
employs 400 of its journalists to run its flag-
12
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
ship publication, The Straits Times. SPH is
licensed to published 14 newspapers in four
languages. Together, these newspapers have
a combined circulation of more than a million
copies a day. SPH publishes and distributes
more than 90 periodicals in the country and
region. It also has a 40 percent stake in Me-
diaCorp Press Pte Ltd, which publishes a free
daily newspaper, Today. The company also
has free-to-air television business through a
20-percent shareholding in MediaCorp’s tele-
vision holdings (Quinn, 2008).
		 This giant corporation can maintain
most of the people living in Singapore. Quinn
claims that, every day, SPH newspapers are
read by 2.7 million individuals, or 83 percent
of people aged 15 or older. This means that
more than half of Singapore’s total popula-
tion read an SPH newspaper. The count of
SPH’s consumers will be more if the readers
and viewers of other SPH divisions are in-
cluded. Millions of SPH consumers end up
receiving homogeneous information from
the company’s publications. And given close
relations with the ruling party, content and
substance of the company’s publications can
be predictable.
		 This situation strengthens the predic-
tion that most of local press and media will
follow the government’s intention and rare-
ly oppose it. This leads to the fact that local
press and media in Singapore seldom pub-
lish or investigate corruption cases that may
slap the government. Well-arranged media
ownership, along with strict media rules, will
maintain the “stability”.
Freedom Versus Rule of Law
		 Azhar Azis, senior editor of Seputar In-
donesia says that the role of the Indonesian
press is significant in exposing corruption
cases. Citing the Bibit-Chandra case, Azis
says it illustrates the influence of press free-
dom on Indonesia. Civil society, along with
the press and Indonesian judicial systems
successfully exposed confidential taping that
eventually brought about justice. The public
realized that the charges were just trumped
up, the commissioners were innocent, and
that some Indonesian officials were alleged-
ly bribed to create the false accusations. “In
this case, the government was finally forced
to follow public demand conveyed by the
press,” says Azhar.
		 Abdul Manan, senior editor of Koran
Tempo chose to step backwards. He referred
to the Bulog case to elaborate on the role of
the press in dealing with corruption cases.
The case was slowly investigated because
the suspect was an influential official. It was
Tempo which decided to investigate the case
and successfully brought the suspect to court.
Manan, now in charge of national (law and
politics) news, said that the basic role of the
press is to encourage change. Talking about
corruption, the press should force authorities
to honestly investigate every case. “Because
the government tends to investigate cases
that (are) massively covered by the media,”
he said.
		 Deputy chief of Indonesia Corruption
Watch (ICW), Emerson Yuntho said that
there are at least five strategies in combat-
ing corruption, one of which is working to-
gether with the press. The other four include
producing original ideas for anti-corruption
campaigns, building and developing net-
works, helping anti-corruption movements
in various sectors and area, and working
with civil society.
		 Emerson said that ICW and the press
are “brothers.” The success of corruption
eradication efforts cannot be separated from
the support of the press. “So far, our criticism
is heard by authorities only if it is massively
covered by the press,” Emerson said.
		 Another anti-corruption agent in In-
donesia is KPK. The body is an official body
established in 2002, which became the most
powerful institution in Indonesia, especially
in corruption eradication. In completing its
mission, KPK often works with the press.
KPK commissioner Chandra Marta Hamzah
said the Indonesian press and media play an
important role, especially in providing infor-
mation both for the public and KPK. “News
can lead to preliminary evidence for KPK to
solve certain corruption cases,” Hamzah said
to the writer.
		 Sometimes, the press interviews some-
one who has not been interviewed by KPK.
According to Hamzah, KPK can interpret
the position of the interviewee in cases that
KPK is working on. Furthermore, the news
can make informants more confident and
more willing to provide hidden information
to KPK.
		 A senior Singaporean journalist, Jona-
than Burgos, argued 	 that limited ac-
cess is not the sole problem faced by Singa-
porean journalists in reporting corruption
cases. Another key factor is that the journal-
ists themselves are not as aware of corruption
13
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
issues. Journalists believe that corruption is
not an issue “worth dying for.” Most of them
do not regard corruption cases as a priority
for investigation. “We seldom hear of corrup-
tion cases that came to light because of me-
dia’s vigilance in Singapore,” Burgos said in
an interview with the writer.
		 Carungcong of Today added that the
success of corruption eradication in Singa-
pore is mainly due to the rule of law—the
efficient and credible judiciary and a reliable
police force—as well as the philosophy of the
government in compensating its employees
and officials. The country believes that to
keep the best and the brightest in its ranks,
and to discourage them from seeking illegal
or unethical means of making money, it must
compensate its people well in terms of salary
and benefits. The government prides itself in
running the country well, and as its economic
success shows, it has been doing a fairly good
job.
		 Ng of Today also claimed that key fac-
tor for successful corruption eradication is
Singapore’s harsh laws on corruption. It also
requires the willingness of the government
to carry out the punishments. Corrupted
people are given no slack when it comes to
being punished. In other countries like Indo-
nesia, prisoners live in comfortable jail cells
because they are celebrities, VIPs, or are able
to pay the prison guards for it. “This is hardly
the case in Singapore. If that happened, the
prison director will be jailed instead.”
CONCLUSION
		 Based on findings, there is no definite
correlation between press freedom and the
level of corruption in a country. It means that
the press is not the sole factor in bringing
about less corruption.
		 Indonesia is an example where press
freedom exists alongside anticorruption
movements. Two of these, the Indonesian
Corruption Eradication Commission and In-
donesia Corruption Watch “depend on” the
press as they make press coverage one of the
essential factors in combating corruption. Yet
Indonesia’s ranking in the 2009 Corruption
Perception Index remained low.
		 Singapore, on the other hand, is an un-
usual case. Even without the press and the
media, it has successfully battled corrup-
tion. Legally speaking, according to Cherian
George of the National University of Singa-
pore, there is greater press freedom in Indo-
nesia than in Singapore. But the Singaporean
state has very effective internal safeguards
against corruption and its political culture is
such that there is zero tolerance for corrup-
tion. Citizens do not tolerate corruption, and
will complain if they encounter it. This means
that there is a greatly reduced role for investi-
gative journalism in combating corruption in
Singapore.
		 This leads to the conclusion that democ-
racy, represented by freedom of the press, is
not the sole factor in bringing about good
governance and less corruption. Democracy,
which has resulted in successful and clean
governance in America, Australia and Eu-
rope, does not seem to bring about the same
results in Southeast Asia. In fact, a democratic
country like Indonesia is hardly prosperous.
		 The study reveals that the press is quite
aggressive in a democratic country. Mean-
while, in an authoritarian-like country like
Singapore, there is a tendency for the press to
be less aggressive. Further research on ethics
is recommended to analyze the nature of the
press in these opposing situations. Does an
aggressive press tend to violate ethical codes,
while the “obedient” press stays on track, or
vice versa?
BIBLIOGRAPHY
Abdussalam, A. (2009, December 21). Anta-
ranews. Retrieved September 13, 2010, from
Antaranews: http://www.antaranews.com/
en/news/1261336269/year-ender-bank-centu-
ry-case-disturbs-govts-100-day-program
Antaranews. (2009, December 11). Antaranews.
Retrieved September 13, 2010, from Anta-
ranews: http://www.antaranews.com/en/
news/1260538284/anas-century-bank-com-
mittee-must-not-target-individuals
Antaranews. (2009, December 11). Antaranews.
Retrieved September 13, 2010, from Anta-
ranews: http://www.antaranews.com/en/
news/1260482999/decision-to-bail-out-centu-
ry-bank-correct-observer
Breed, W. (1955). Social control in the news-
room: A functional analysis. In W. Breed, So-
cial Forces (pp. 326-335).
Brooks, R. C. (n.d.). Corruption in American
Politics and Life. Retrieved November 25,
2009, from questia: http://www.questia.com/
read/98213556?title=Corruption%20in%20
American%20Politics%20and%20Life#
Gomez, J. (2005). Freedom of Expression and
the Media in Singapore. London: Article 19
14
Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO
Pasandaran, C. (2010, January 27). Jakarta
Globe. Retrieved September 13, 2010, from
Jakarta Globe: http://www.thejakartaglobe.
com/indonesia/scandals-dent-yudhoyonos-
popularity-especially-among-middle-class-
voters/355295
Quinn, S. (2008). Asia's Media Innovators. Sin-
gapore: Konrad Adenauer Stiftung.
Tiffen, R. (n.d.). Scandals: Media, Poli-
tics & Corruption in Contemporary Aus-
tralia. Retrieved November 25, 2009,
from questia: http://www.questia.com/
read/23076230?title=Scandals%3a%20
Media%2c%20Politics%20%26%20Corrup-
tion%20in%20Contemporary%20Australia#
Tiffen, R. (1999). Scandals: Media, Politics &
Corruption in Contemporary Australia. Syd-
ney, N.S.W.: UNSW Press.
Whimster, S. E. (2004). The Essential Weber: A
Reader. London: Routledge.
15
Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
NEW MEDIA DAN MULTIKULTURALISME
Indiwan Seto Wahyu wibowo
Dosen Ilmu Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Jl. Boulevard, Gading Serpong Tangerang-Banten
Telepon (021) 5422 0808/082112297660
e-mail: indiwan@umn.ac.id
Abstract:
Kemunculan Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI sangat fenomenal bahkan mampu mengalahkan
calon kuat yang didukung partai-partai besar menimbulkan tanda Tanya besar, mengapa sosok
keduanya ini begitu cepat melejit dan mampu meraih simpati rakyat yang banyak. Apakah kehadi-
ran keduanya yang terkenal karena ‘baju kotak-kotaknya’ ini melulu memang karena kharisma
mantan Walikota Solo itu ataukah karena pengaruh opini public yang dihembuskan oleh media
massa khususnya new media dan social media. Mengapa kemunculan keduanya ini memunculkan
sentiment SARA ( suku,agama dan ras) dan berujung pada gangguan terhadap multikultural-
isme bangsa Indonesia?
Keywords: New Media, Multikulturalisme, Framing Komunikasi, Konstruksi realitas
PENDAHULUAN
		 Siapa yang tidak tahu Jokowi –Ahok?
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
yang baru saja dilantik sebagai pejabat baru
menggantikan Fauzie Bowo sebagai orang
nomor satu di Ibukota Jakarta.
		 Kemunculan keduanya yang sangat
fenomenal bahkan mampu mengalahkan
calon kuat yang didukung partai-partai besar
menimbulkan tanda Tanya besar, me ngapa
sosok keduanya ini begitu cepat melejit dan
mampu meraih simpati rakyat yang banyak.
		 Apakah kehadiran keduanya yang
terkenal karena ‘baju kotak-kotaknya’ ini
melulu memang karena kharisma mantan
Walikota Solo itu ataukah karena pengaruh
opini public yang dihembuskan oleh media
massa khususnya new media dan social me-
dia. Mengapa kemunculan keduanya ini me-
munculkan sentiment SARA ( suku,agama
dan ras) dan berujung pada gangguan terha-
dap multikulturalisme bangsa Indonesia?
		 Paper sederhana ini ingin menguak
bagaimana frame media baru khususnya me-
dia online dalam mengusung figure Jokowi
Ahok sebagai cermin dari keberagaman
suku bangsa di Indonesia. Ada sejumlah
teks berita yang dijadikan pijakan saat
menganalisis peran dan fungsi social media
dalam mengusung multikulturalisme di In-
donesia khususnya Jakarta.
		 Makalah ini berawal dari sebuah per-
tanyaan besar. Apakah berita itu merupakan
cermin dari realitas? Apakah berita memang
benar-benar merefleksikan kenyataan yang
ada di tengah masyarakat di Indonesia?
	 1.2. Pokok Permasalahan
	 Saat Jokowi –Ahok masuk arena pertaru
ngan kandidat Gubernur DKI Jakarta, se-
jumlah pentolan kelompok tertentu di Ja-
karta meragukan bahwa keduanya bisa
menang mengingat dalam sejarah gubernur
DKI Jakarta belum pernah ada Gubernur
atau Wagub DKI Jakarta yang beragama se-
lain agama Islam.
		 Kasus ini dipicu pada awalnya le-
wat perseteruan antara Rhoma Irama de
ngan Jokowi, hingga menjadi pembicaraan
16
Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara
ISSN 1979-1232
hangat di sejumlah media khususnya media
online dan social media seperti twitter dan
facebook. Kasus tersebut semakin terasakan
ketika Jokowi Ahok menang dalam pemili-
han Gubernur DKI Jakarta. Kita lihat berita
di bawah ini:
Rhoma Irama: Kampanye SARA Dibena-
rkan
		
		 JAKARTA, KOMPAS.com — Raja dan-
gdut Rhoma Irama yang juga merupakan tim
kampanye pasangan calon gubernur Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli menuturkan, kampa-
nye yang mengusung suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) dibenarkan. Hal ini
disampaikannya saat memberikan ceramah
shalat tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Du-
ren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012).
		 "Di dalam mengampanyekan sesuatu,
SARA itu dibenarkan. Sekarang kita sudah
hidup di zaman keterbukaan dan demokrasi,
masyarakat harus mengetahui siapa calon
pemimpin mereka," kata Rhoma Irama. Rho-
ma pun menyebutkan nama Ketua Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly As-
shidiqie atas dasar pembenaran penggunaan
isu SARA. "Saya dapat berbicara seperti ini
karena memang dibenarkan Ketua Dewan,
Jimly Asshidiqie," katanya.
		 Senada dengan ustaz dan pengurus
masjid sebelumnya yang mengajak para ja-
maah untuk memilih yang seiman, Rhoma
Irama juga mengimbau para jamaah untuk
memilih pemimpin yang seiman. "Islam itu
agama yang sempurna, memilih pemimpin
bukan hanya soal politik, melainkan juga iba-
dah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas
masyarakat Jakarta," ujarnya.
		 Dalam ceramahnya, Fauzi Bowo lebih
banyak mengingatkan tentang berkah di bu-
lan Ramadhan. "Di bulan Ramadhan mari sa-
ling mempererat hablun minannas dan me-
ningkatkan ketakwaan kepada Allah. Bulan
ini merupakan kesempatan emas melaku-
kan ibadah lebih tekun dan khusyuk agar
mendapat bonus Allah," ujar pria yang akrab
disapa Foke ini.
		 Dalam akhir paparannya, Foke meng-
klaim keberhasilannya dalam membuat sua-
sana kondusif selama memimpin Jakarta.
"Jakarta ini bukan kota yang sederhana. Saya
bersyukur, selama saya memimpin, tidak ada
satu pun masyarakat Jakarta yang memaksa
mereka berhenti melaksanakan aktivitas," tu-
turnya.
		 Dalam kesempatan tersebut, Foke
memberikan sumbangan kepada anak asuh
PKU yang dikelola Muhammadiyah Tanjung
Duren dan Masjid Al-Isra, bantuan masjid
sebesar Rp 28 juta, Al Quran, alat olahraga,
dan lampu hemat energi. Hadir pula Sekre-
taris Daerah DKI Jakarta, Fajar Pandjaitan,
Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin, dan
petinggi harian Poskota. (Kompas.com/Pen-
ulis : Kurnia Sari Aziza | Senin, 30 Juli 2012 |
09:14 WIB)
		 Kemudian setelah suasana mereda ,
muncul pula pemberitaan yang mengganggu
multikulturalisme bangsa Indonesia khusus-
17
Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
nya yang mulai mempertanyakan keyakinan
seorang kandidat dan mengaitkan dengan
ajaran agama tertentu.
		 Sebagai contoh dalam pemberitaan Era-
muslim, Okezone.com dan sejumlah media
online yang peneliti lihat. Persoalan utama
yang diangkat dalam makalah singkat ini
adalah bagaimana konstruksi pemberitaan
media online seputar kasus desakan Front
Pembela Islam agar Basuki tidak menjabat
sebagai Wakil Gubernut DKI dan mendesak
lelaki yang lebih dikenal sebagai Ahok itu
masuk Islam.
		 Di dunia maya, persoalan ini menjadi
menarik karena isu tersebut mendapat per-
hatian dan perlakuan yang tidak sama di
media online. Kalau kita mengetikkan kata
Ahok masuk Islam dalam kotak pencari
www.google.com akan beragam fakta dan
data yang muncul khususnya dalam judul
pemberitaan di media online.
		 Ada beragam judul berita di media on-
line, mulai dari yang netral seperti “Ahok
didoakan masuk Islam”, hingga “FPI desak
Ahok masuk Islam”. Peristiwa yang sama
ternyata dilihat berbeda oleh sejumlah me-
dia Online. Bahkan yang menarik, tak lama
setelah pemberitaan tersebut muncul berita
bahwa “FPI Bantah Nyuruh Ahok Masuk
Islam” di laman www.okezone.com, pada-
hal sebelumnya di laman yang sama muncul
berita yang menggambarkan bagaimana FPI
mendesak Ahok agar masuk Islam.
		 Dalam pemberitaannya www.okezone.
com menulis :
		 “Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih,
Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab
disapa Ahok akan menjabat 12 tugas ex of-
ficio atau jabatan yang dipegang oleh Wagub.
Dalam mengisi jabatan tersebut, Ahok akan
berhubungan langsung dengan agama Islam
dalam hal ini kaum muslimin di Jakarta.
		 Seperti Ketua Badan Pembina Lemba-
ga Bahasa dan Ilmu Alquran, Ketua Dewan
Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil
Quran, Ketua Dewan Perimbangan Badan
Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh, Ketua De-
wan Pembina Badan Pembina Perpustakaan
Masjid Indonesia, Ketua Badan Pembina
Koordinasi Dakwah Islam, Ketua Dewan
Penasehat Dewan Masjid Indonesia, Ketua
Dewan Pembina Jakarta Islamic Center, dan
Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan
Umat Beragama.
		 FPI pun dengan lantangnya menye-
but Ahok di luar Islam dan tidak pantas
memimpin 12 tugas yang berkaitan lang-
sung dengan umat Islam. "Ahok tidak bo-
leh mendekati Masjid. Bukan najis secara
fisik, tetapi najis secara hati. Jadi bagaimana
mungkin Wagub DKI yang nonmuslim jadi
penasihat masjid," kata Ketua Dewan Syuro
DPD DKI FPI, Habib Shahab Anggawi, di
depan gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih
Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2012).
		 Dia mengatakan, sangat tidak mung-
kin dan tidak pantas yang mengisi jabatan
tersebut adalah orang nonmuslim. FPI juga
memberikan solusi, yakni Ahok tidak men-
jabat Wagub DKI atau Ahok bersedia masuk
Islam.” (Geruduk Kantor DPRD, FPI Desak
Ahok Masuk Islam -Fahmi Firdaus – Oke-
zone Selasa, 9 Oktober 2012 12:03 wib)
		 Pemberitaan sekecil apapun di media
terkait Jokowi dan Ahok sebenarnya selalu
mendapat tanggapan yang menguntungkan
posisi Jokowi Ahok karena ada sekelompok
masyarakat membuat ‘page’ khusus untuk
mendukung Jokowi –Ahok. Bahkan uniknya
dukungan terus mengalir terbukti hingga
tanggal 2 september 2012 ( delapan belas
hari sebelum hari H pemilihan) menembus
jumlah 101.024 anggota.
		 Grup Facebook berlabel “Dukung
JOKOWI-AHOK untuk Gubernur DKI”
tersebut adalah media komunikasi paling
aktif yang memberikan informasi seputar
kegiatan Jokowi –Ahok yang beredar an-
tar dan inter pendukung mereka sekaligus
diakui menjadi saring penyaring berita bias
yang menyerang Jokowi-Ahok. Dari pemua-
tan informasinya, grup ini merupakan alat
propaganda program dan bisa lebih efektif
mempengaruhi konstituen. Secara jelas Face-
book mereka gunakan untuk menangkal se-
gala bentuk kampanye hitam pihak lain yang
mendiskreditkan figure Jokowi-Ahok. Yang
unik lagi tak selamanya anggota grup terse-
but adalah pendukung Jokowi, pendukung
Foke-Nara pun diijinkan untuk bergabung.
Ini dimaksudkan agar diskusi menjadi lebih
menarik dan siapapun dapat mengomen-
tarinya tanpa menjatuhkan pihak lawan.
		 Selain Grup tersebut secara resmi ada
situs resmi Jokowi Basuki untuk Jakarta
Baru yang menjadi sarana utama dan media
formal Tim Sukses demi terciptanya komuni-
kasi politik yang positif dan efektif dari berb-
agai arah.
		 Upaya pendukung Jokowi memanfaat-
kan social media sangatlah masuk akal kare-
na paling tidak di tahun 2011, ada 41,777,240
18
Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara
ISSN 1979-1232
pengguna Facebook di Indonesia (kedua ter-
besar di dunia), 872,461 pengguna linkedin
Indonesia, 5,600,000 pengguna twitter Indo-
nesia, 3,725,258 member Kaskus.
		 Dari hasil survey terbaru MarkPlus di
tahun 2011 ternyata bahwa pengguna Inter-
net di Indonesia di tahun 2011 mencapai 55
juta orang. Dibanding sekitar 240 juta pen-
duduk Indonesia diperkirakan 23% sudah
tertepa koneksi Internet di kota-kota besar
— hanya 4.1% yang berada di area pedesaan.
Dari survey tersebut ternyata 29 juta orang
Indonesia yang mengakses menggunakan
perangkat mobile mencapai 29 juta orang
atau sekitar 50% pengguna Internet di Indo-
nesia untuk berselancar di dunia maya. Un-
tuk memperoleh perkiraan tersebut, Mark-
Plus Insight mengadakan survei terhadap
2161 orang pengguna Internet di sebelas kota
besar. Orang yang disurvei memiliki rentang
usia 15-64 tahun dengan golongan sosial eko-
nomi ABC. Rata-rata dari mereka mengakses
Internet lebih dari 3 jam per hari.
		 Persoalannya, bagaimana frame dari
media online terhadap kasus ‘Ahok diminta
masuk Islam” Makna apa yang coba diang-
kat oleh media online terkait dengan figure
Jokowi –Ahok?
2. Kerangka Pemikiran
2.1 Konstruksi Realitas
Media online tentunya memiliki tujuan
dan kharakteristik tersendiri saat melihat
peristiwa yang mereka anggap penting.
Bahkan bisa dikatakan bahwa setiap media
massa termasuk juga media online seperti
www.kompas.com , www.okezone.com ,
tentunya memiliki perbedaan baik dalam
isi ,penampilan,dasar tujuan dan pengema-
san beritanya terkait peristiwa kemenangan
Jokowi Ahok.
		 Isu yang diangkat itu terkait bagia-
mana media tersebut mengemas peristiwa
dan melakukan konstruksi atas persitiwa
tersebut. Banyaknya kepentingan yang ber-
beda dari masing-masing media massa baik
ekonomi, politik dan sebagainya bisa juga
menyebabkan adanya perbedaan penekanan
dan framing masing-masing..
	 Menurut Burhan Bungin dalam sebuah
bukunya, pada dasarnya pekerjaan media
adalah mengkonstruksikan realitas. Realitas
media atau realitas yang ditampilkan dalam
berita dibangun dari sejumlah fakta sedan-
gkan fakta dari suatu realitas itupun tidak
statis, melainkan dinamis yang mungkin
berubah-ubah seiring dengan perubahan
peristiwa itu sendiri. Pada akhirnya menu-
rut Bungin, realitas merupakan konstruksi
sosial yang diciptakan oleh individu. Walau
ada ‘kebenaran’ di sana namun kebenaran
suatu realitas bersifat nisbi, yang berlaku ses-
uai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh
pelaku sosial.(Bungin,2008:11)
		 Konstruksi sosial dalam masyarakat tak
bisa terlepas dari kekuatan ekonomi dan pe-
rubahan sosial yang terjadi pada masyarakat
tersebut. Kekuatan yang dimaksud adalah
kekuatan media massa terhadap pembaca
atau audiensnya atau yang sering disebut se-
bagai hegemoni massa. Melalui penguasaan
intelektual dan massal hegemoni mencoba
mengatur massa dengan seamnagt kapitalis-
menya sedangkan media dimanfaatkan oleh
sekelompok elit dominan, sehingga penyaji-
annya tidak lagi merefleksikan realitas sosial
yang nyata.
Dengan masuknya unsur kapital,
menurut Alex Sobur, media massa mau ti-
dak mau harus memikirkan pasar, media
bertarung dalam menyajikan beritanya un-
tuk memperoleh keuntungan (revenue) baik
dari oplah penjualan medianya juga mencari
pemasukan sebesar-besarnya dari iklan. Pe-
kerjaan media massa menurut Sobur adalah
menceritakan peristiwa-peristiwa, maka se-
luruh isi media adalah realitas yang telah
dikonstruksikan (constructed reality). Jadi
bisa disimpulkan bahwa content atau isi me-
dia pada hakikatnya adalah hasil konstruksi
realitas dengan bahasa sebagai perangkat
dasarnya. (Sobur,2006:88)
Sobur mengutip Berger dan Luck-
mann saat penjelasan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman antara “kenyata-
an” dan “pengetahuan”. Berger melihat
realitas sebagai kualitas yang terdapat di
dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki
keberadaan (being) yang tidak bergantung
kepada kehendak kita sendiri. Sementara,
pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian
bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan
memiliki kharakteristik secara spesifik.(So-
bur, 2006:91).
	 2.2 Media dan Berita dilihat dari Paradig-
ma Konstruktivis
Mills sebagaimana dikutip Hard, men-
gajukan pandangan yang pesimistik tentang
media dalam bukunya The Power Elite .Dia
memandang media sebagai pemimpin “du-
nia palsu” (pseudo world), yang menyajikan
realitas eksternal dan pengalaman internal
19
Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
serta penghancuran privasi. Caranya den-
gan menghancurkan “peluang untuk pertu-
karan opini yang masuk akal dan tidak terb-
uru-buru serta manusiawi. Itu terjadi karena
media memainkan peran penting dalam
menjalankan kekuasaan, media membantu
menciptakan salah satu problem besar dalam
masyarakat kontemporer, yakni pembang-
kangan atas kekuasaan oleh masyarakat.(
Hard,2007:211-212).
Sedangkan konsep Berita dalam
sudut pandang konstruktivisme dipandang
bukan sebagai sesuatu yang netral dan men-
jadi ruang publik dari berbagai pandangan
yang berseberangan dalam masyarakat. Se-
baliknya menurut Eriyanto, media adalah
ruang dimana kelompok dominan menye-
barkan pengaruhnya dengan meminggirkan
kelompok lain yang tidak dominan.( Eriyan-
to,2002:23).
		 Menurut Eriyanto ada penilaian
bagaimana media, wartawan dan berita dili-
hat dalam paradigma kontruksionis dalam
bukunya yang berjudul Analisis Framing:
Konstruksi, Ideologi dan Politik Media yakni
: pertama Fakta atau Peristiwa adalah hasil
konstruksi. Fakta merupakan konstruksi atas
realitas. Dan realitas bukanlah sesuatu yang
terberi, seakan-akan ada, realitas sebaliknya
diproduksi. Fakta ada dalam konsepsi piki-
ran seseorang. Kedua, Media adalah agen
konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran
yang bebas, ia juga subjek yang mengkon-
struksi realitas, lengkap dengan pandangan,
bias dan pemihakannya. media adalah agen
yang secara aktif menafsirkan realitas untuk
disajikan kepada khalayak.
	 Ketiga, Berita bukan refleksi dari re-
alitas. Ia hanyalah konstruksi realitas. Berita
adalah hasil dari konstruksi sosial dimana
selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan
nilai-nilai dari wartawan atau media. Berita
pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi
kerja jurnalistik, bukan kaidah buku jurnalis-
tik. Semua proses konstruksi (mulai dari me-
milih fakta, sumber, pemakaian kata, gam-
bar sampai penyuntingan) memberi andil
bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan
khalayak. Keempat, Berita bersifat subjektif /
konstruksi atas realitas. Berita adalah produk
dari konstruksi dan pemaknaan ata realitas.
Pemaknaan atas realitas bisa jadi berbeda
dengan orang lain, yang tentunya menghasil-
kan “realitas” yang berbeda pula. Kelima
Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi
realitas. Wartawan bukan hanya melaporkan
fakta, melainkan juga turut mendefinisikan
peristiwa. Sebagai seorang agen, wartawan
menjalin transaksi dan hubungan dengan
objek yang diliput. Keenam. Etika, pilihan
moral, dan keberpihakan wartawan adalah
bagian yang integral dalam produksi berita.
Etika dan moral yang dalam banyak hal be-
rarti keberpihakan pada suatu kelompok
atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh
keyakinan tertentu adalah bagian integral
dan tidak terpisahkan dalam membentuk
dan mengkonstruksi realitas. Ketujuh, Nilai,
etika dan pilihan moral peneliti menjadi ba-
gian yang integral dalam penelitian. Peneliti
bukanlah robot yang netral dan menilai reali-
tas tersebut apa adanya. Sebaliknya, peneliti
adalah entitas dengan berbagai nilai dan ke-
berpihakan yang berbeda-beda. Karenanya,
bisa jadi objek penelitian yang sama akan
menghasilkan temuan yang berbeda ditan-
gan peneliti yang berbeda. Kedelapan, Kha-
layak mempunyai penafsiran tersendiri ter-
hadap berita. Khalayak menjadi subjek yang
aktif dalam menafsirkan apa yang dibaca..
(Eriyanto,2002:19-36).
		 Disini penulis akan menelaah isi media
dari paradigma konstruktivis dimana posisi
Media dimiliki oleh kelompok yang dominan
dan dapat memajukan kelompok lain. Posisi
nilai dan ideologi wartawan media yang ti-
dak terpisahkan dari mulai proses peliputan
hingga pelaporan. Lalu hasilnya itu mencer-
minkan ideologi wartawan dan kepentingan
sosial, ekonomi, dan politik tertentu.
2.3 Hakikat Teori Framing
		
		 Konsep lain yang digunakan dalam
makalah ini adalah konsep framing. Fram-
ing dipandang sebagai sebuah strategi pe-
nyusunan realitas sedemikian rupa sehingga
dihasilkan sebuah wacana. Pada mulanya
analisis framing dipakai untuk memahami
bagaimana anggota-anggota masyarakat
mengorganisasikan pengalamannya sewak-
tu melakukan interaksi sosial. Menurut Eri-
yanto, dalam sebuah wacana selalu ada fakta
yang ditonjolkan, disembunyikan, bahkan
dihilangkan sampai terbentuk satu urutan
cerita yang mempunyai makana sesuai frame
yang dipilih. Dalam konteks ini relevan dibi-
carakan proses-proses framing media massa.
Dimana dalam penyajian suatu berita atau
realitas dimana kebenaran tentang suatu re-
alitas tidak diingkari secara total, melainkan
dibelokkan secara halus, dengan memberi-
kan sorotan terhdap aspek-aspek tertentu
20
Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara
ISSN 1979-1232
saja, dengan mengunakan istilah-istilah yang
punya konotasi tertentu, dan dengan bantu-
an foto, karikatur dan ilustrasi lainya.
		 Framing merupakan strategi pemben-
tukan dan operasionalisasi wacana media,
karena media massa pada dasarnya adalah
wahana diskusi atau koservasi tentang suatu
masalah yang melibatkan dan memperte-
mukan tiga pihak, yakni wartawan, sumber
berita dan khalayak. Konsep framing dalam
studi media banyak mendapat pengaruh dari
lapangan psikologi dan sosiologi.(Eriyanto,
2001:71)
		 Eriyanto selanjutnya menyatakan bah-
wa analisis framing adalah salah satu metode
analisis teks yang berada dalam katagori
penelitian konstruksionis. Pendekatan kon-
struksionis melihat proses framing sebagai
proses konstruksi sosial untuk memaknai re-
alitas.
3. Metodologi Penelitian
		 Secara sederhana, dalam makalah ini
mencoba menganalisis sejumlah berita ter-
kait dengan isu gangguan multikulturalisme
dimana menempatkan Ahok sebagai tokoh
sentral yang menjadi pemberitaan di media
Online. Penelitian ini menggunakan teknik
penelitian analisis framing dengan memin-
jam model kerangka framing Pan dan Kosicki.
Tetapi dari beragam unsur yang ditawarkan
pan Kosjiki, dalam makalah ini penulis han-
ya melihat unsur retoris, dan melakukan se-
dikit modifikasi saat melihat unsur tematik,
dan skrip .
		 Model ini berasumsi bahwa setiap ber-
ita mempunyai frame yang berfungsi seb-
agai pusat organisasi ide. Frame merupakan
suatu ide yang dihubungkan dengan elemen
yang berbeda dalam teks berita, kutipan
sumber, latar informasi, pemakaian kata atau
kalimat tertentu ke dalam teks secara keselu-
ruhan. Frame berhubungan dengan makna.
Bagaimana seseorang memaknai suatu peris-
tiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang
dimunculkan dalam teks.
		 Dalam pendekatan ini perangkat fram-
ing (Eriyanto,2002,176) dibagi menjadi empat
struktur besar. Pertama, struktur sintaksis,
Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur tema-
tik; dan Keempat, struktur retoris.
		 Dalam pengertian umum; sintaksis
adalah susunan kata atau frase dalam kali-
mat. Dalam wacana berita, sintaksis menun-
juk pada pengertian susunan dari bagian
berita – headline, lead, latar informasi, sum-
ber, penutup dalam satu kesatuan teks berita
secara keseluruhan.
		 Skrip. Bentuk umum dari struktur skrip
ini adalah pola 5 W+1 H (who, what, when,
where, dan how). Unsur kelengkapan beri-
ta ini dapat menjadi penanda framing yang
penting. Skrip adalah salah satu dari strate-
gi wartawan dalam mengkonstruksi berita:
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui
cara tertentu dengan menyusun bagian-ba-
gian dengan urutan tertentu. Tematik. Struk-
tur tematik dapat diamati dari bagaimana
peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh
wartawan.
		 Di sini, berarti struktur tematik ber-
hubungan dengan bagaimana fakta itu di-
tulis oleh seorang wartawan. Ada beberapa
elemen yang dapat diamati dari perangkat
tematik, antara lain : Detail. Elemen wacana
detail berhubungan dengan control informasi
yang ditampilkan seseorang (komunikator).
Hal yang menguntungkan komunikator/
pembuat teks akan diuraikan secara detail
dan terperinci, sebaliknya fakta yang tidak
menguntungkan detail informasinya akan
dikurangi. Maksud. Elemen maksud melihat
informasi yang menguntungkan komunika-
tor akan diuraikan secara eksplisit dan jelas,
yakni menyajikan informasi dengan kata-ka-
ta yang tegas dan menunjuk langsung kepada
fakta. Sebaliknya informasi yang merugikan
akan diuraikan secara tersamar, implisit dan
tersembunyi dengan menyajikan informasi
yang memakai kata tersamar, eufemistik dan
berbelit-belit.
		 Nominalisasi. Elemen nominalisasi
berhubungan dengan pertanyaan apakah
komunikator memandang objek sebagai ses-
uatu yang tunggal (berdiri sendiri) ataukah
sebagai suatu kelompok (komunitas). Nomi-
nalisasi dapat memberi kepada khalayak ad-
anya generalisasi.
		 Koherensi: pertalian atau jalinan antar
kata, preposisi atau kalimat. Dua buah ka-
limat atau preposisi yang menggambarkan
fakta yang berbeda dapat dihubungkan den-
gan menggunakan koherensi, sehingga fakta
yang tidak berhubungan sekalipun dapat
menjadi berhubungan ketika seseorang men-
ghubungkannya. Bentuk Kalimat. Bentuk
kalimat menentukan makna yang dibentuk
oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang
berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek
dari pernyataannya, sedangkan dalam kali-
mat pasif seseorang menjadi objek dari per-
nyataannya. Kata ganti. Elemen kata ganti
merupakan elemen untuk memanipulasi ba-
21
Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
hasa dengan menciptakan suatu imajinasi.
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh
komunikator untuk menunjukkan dimana
posisi seseorang dalam wacana.
		 Retoris. Struktur retoris dari wacana
berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan untuk
menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan. Wartawan menggunakan perang-
kat retoris untuk membuat citra, meningkat-
kan kemenonjolan pada sisi tertentu dan me-
ningkatkan gambaran yang diinginkan dari
suatu berita. Struktur retoris dari wacana ber-
ita juga menunjukkan kecenderungan bahwa
apa yang disampaikan tersebut adalah suatu
kebenaran. (Eriyanto,2011).
3.1 ANALISIS BERITA DAN PEMBAHASAN
Unit Analisis yang diteliti
1. Rhoma Irama: Kampanye SARA Dibenar-
kan. Lead: Raja dangdut Rhoma Irama yang
juga merupakan tim kampanye pasangan
calon gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
menuturkan, kampanye yang mengusung
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
dibenarkan. Hal ini disampaikannya saat
memberikan ceramah shalat tarawih di Mas-
jid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat,
Minggu, (29/7/2012).
	 Media : Kompas.com/Penulis Kurnia Sari
Aziza | Senin, 30 Juli 2012 | 09:14 WIB
2.Geruduk Kantor DPRD, FPI Desak Ahok Ma-
suk Islam	
		 JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Ja-
karta terpilih, Basuki Tjahaja Purnama atau
yang akrab disapa Ahok akan menjabat 12
tugas ex officioatau jabatan yang dipegang
oleh Wagub. Dalam mengisi jabatan tersebut,
Ahok akan berhubungan langsung dengan
agama Islam dalam hal ini kaum muslimin di
Jakarta	 Fahmi Firdaus – www.Oke-
zone.com, Selasa, 9 Oktober 2012 12:03 wib
2. FPI Minta Pelantikan Jokowi-Basuki Ditun-
da
	 Lead: JAKARTA, KOMPAS.com — Dewan
Pimpinan Daerah Front Pembela Islam DKI
Jakarta mendesak Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta menunda pelantikan gubernur terpil-
ih Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama
(Jokowi-Ahok). Alasannya, FPI meminta pel-
antikan dilakukan setelah SK gubernur ten-
tang jabatan wakil gubernur direvisi terlebih
dahulu	
(WWW.Kompas.com/9/10/2012/editor Hertan-
to Soebijoto)
3.2 ANALISIS BERITA 1
Rhoma Irama: Kampanye SARA Dibenarkan
		 JAKARTA, KOMPAS.com — Raja dan-
gdut Rhoma Irama yang juga merupakan tim
kampanye pasangan calon gubernur Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli menuturkan, kampa-
nye yang mengusung suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) dibenarkan. Hal ini
disampaikannya saat memberikan ceramah
shalat tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Du-
ren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012).
		 "Di dalam mengampanyekan sesuatu,
SARA itu dibenarkan. Sekarang kita sudah
hidup di zaman keterbukaan dan demokrasi,
masyarakat harus mengetahui siapa calon
pemimpin mereka," kata Rhoma Irama.
22
Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara
ISSN 1979-1232
		 Rhoma pun menyebutkan nama Ketua
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
Jimly Asshidiqie atas dasar pembenaran
penggunaan isu SARA. "Saya dapat berbi-
cara seperti ini karena memang dibenarkan
Ketua Dewan, Jimly Asshidiqie," katanya.
		 Senada dengan ustad dan pengurus
masjid sebelumnya yang mengajak para ja-
maah untuk memilih yang seiman, Rhoma
Irama juga mengimbau para jamaah untuk
memilih pemimpin yang seiman. "Islam itu
agama yang sempurna, memilih pemimpin
bukan hanya soal politik, melainkan juga iba-
dah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas
masyarakat Jakarta," ujarnya.
		 Dalam ceramahnya, Fauzi Bowo lebih
banyak mengingatkan tentang berkah di bu-
lan Ramadhan. "Di bulan Ramadhan mari sa-
ling mempererat hablun minannas dan me-
ningkatkan ketakwaan kepada Allah. Bulan
ini merupakan kesempatan emas melaku-
kan ibadah lebih tekun dan khusyuk agar
mendapat bonus Allah," ujar pria yang akrab
disapa Foke ini.
		 Dalam akhir paparannya, Foke meng-
klaim keberhasilannya dalam membuat sua-
sana kondusif selama memimpin Jakarta.
"Jakarta ini bukan kota yang sederhana. Saya
bersyukur, selama saya memimpin, tidak ada
satu pun masyarakat Jakarta yang memaksa
mereka berhenti melaksanakan aktivitas," tu-
turnya.
		 Dalam kesempatan tersebut, Foke
memberikan sumbangan kepada anak asuh
PKU yang dikelola Muhammadiyah Tanjung
Duren dan Masjid Al-Isra, bantuan masjid
sebesar Rp 28 juta, Al Quran, alat olahraga,
dan lampu hemat energi. Hadir pula Sekre-
taris Daerah DKI Jakarta, Fajar Pandjaitan,
Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin, dan
petinggi harian Poskota.
Editor : Hertanto Soebijoto
UNSUR TEMATIK	
Tema penting:
1.kampanye yang mengusung suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan.
“…Raja dangdut Rhoma Irama yang juga
merupakan tim kampanye pasangan calon
gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
menuturkan, kampanye yang mengusung
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
dibenarkan. Hal ini disampaikannya saat
memberikan ceramah shalat tarawih di Mas-
jid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat,
Minggu, (29/7/2012). (paragraph 1)
2. Rhoma Irama juga mengimbau para jamaah
untuk memilih pemimpin yang seiman.
		 Senada dengan ustad dan pengurus
masjid sebelumnya yang mengajak para ja-
maah untuk memilih yang seiman, Rhoma
Irama juga mengimbau para jamaah untuk
memilih pemimpin yang seiman. "Islam itu
agama yang sempurna, memilih pemimpin
bukan hanya soal politik, melainkan juga iba-
dah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas
masyarakat Jakarta," ujarnya.
3. Apa yang disampaikan Rhoma senada Ketua
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
Jimly Asshidiqie
	 Rhoma pun menyebutkan nama Ketua De-
wan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jim-
ly Asshidiqie atas dasar pembenaran peng-
gunaan isu SARA. "Saya dapat berbicara
seperti ini karena memang dibenarkan Ketua
Dewan, Jimly Asshidiqie," katanya.	
UNSUR RETORIS.
1. Jargon atau leksikon pembenaran dari Rho-
ma Irama soal boleh kampanye mengangkat
unsur SARA:
	 "Di dalam mengampanyekan sesuatu, SARA
itu dibenarkan. ….. (paragraph 2)
2.leksikon bahwa kita hidup di era keterbu-
kaan dan demokrasi
"….Sekarang kita sudah hidup di zaman ket-
erbukaan dan demokrasi, masyarakat harus
mengetahui siapa calon pemimpin mereka,"
kata Rhoma Irama.(paragraph 2)
3.Jargon bahwa Islam itu agama yang sem-
purna maka pilihlah pemimpin yang seiman
dengan mayoritas warga Jakarta
		 "Islam itu agama yang sempurna, me-
milih pemimpin bukan hanya soal politik,
melainkan juga ibadah. Pilihlah yang sei-
man dengan mayoritas masyarakat Jakarta,"
ujarnya.(paragraph 4)
Analisis dan Pembahasan
		 Dari sisi tematik dan Retoris, berita ini
menggambarkan adanya upaya ‘kampanye
hitam’ yang mencoba memecah belah para
calon pemilih berdasarkan isu SARA. Pen-
gangkatan topic soal imbauan Rhoma Irama
yang meminta agar warga muslim memilih
pemimpin yang seiman, merupakan bukti
23
Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
nyata adanya upaya menghambat multikul-
turalisme, mengingat di Jakarta memang ter-
diri dari warga yang beragam, tidak hanya
warga muslim saja. Berita ini jelas menohok
dan mencoba melakukan pembenaran aksi
kampanye kelompok Fauzi Bowo dan Nara
untuk mengangkat isu SARA sebagai bagian
dari proses pemenangan mereka.
		 Rhoma Irama yang dianggap dekat
dengan warga muslim Jakarta bahkan den-
gan tegas mengatakan bahwa kampanye
SARA itu justru dibenarkan oleh Ketua De-
wan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jim-
ly Asshidiqie. Sebagai upaya memperkuat
tindakannya agar tidak dianggap melanggar
aturan kampanye. Paling tidak ada tiga tema
penting dari berita tersebut yaitu pertama
kampanye yang mengusung suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan.
Kedua Rhoma Irama juga mengimbau para
jamaah untuk memilih pemimpin yang sei-
man dan ketiga apa yang disampaikan Rho-
ma senada Ketua Dewan Kehormatan Peny-
elenggara Pemilu Jimly Asshidiqie.
3.3 Analisis Berita kedua:
Geruduk Kantor DPRD, FPI Desak Ahok
Masuk Islam
Fahmi Firdaus – Okezone Selasa, 9 Oktober
2012 12:03 wib Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
		 JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Ja-
karta terpilih, Basuki Tjahaja Purnama atau
yang akrab disapa Ahok akan menjabat 12
tugas ex officio atau jabatan yang dipegang
oleh Wagub. Dalam mengisi jabatan tersebut,
Ahok akan berhubungan langsung dengan
agama Islam dalam hal ini kaum muslimin di
Jakarta.
		 Seperti Ketua Badan Pembina Lemba-
ga Bahasa dan Ilmu Alquran, Ketua Dewan
Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil
Quran, Ketua Dewan Perimbangan Badan
Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh, Ketua De-
wan Pembina Badan Pembina Perpustakaan
Masjid Indonesia, Ketua Badan Pembina
Koordinasi Dakwah Islam, Ketua Dewan
Penasehat Dewan Masjid Indonesia, Ketua
Dewan Pembina Jakarta Islamic Center, dan
Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan
Umat Beragama.
		 FPI pun dengan lantangnya menyebut
Ahok di luar Islam dan tidak pantas me-
mimpin 12 tugas yang berkaitan langsung
dengan umat Islam.
		 "Ahok tidak boleh mendekati Masjid.
Bukan najis secara fisik, tetapi najis secara
hati. Jadi bagaimana mungkin Wagub DKI
yang nonmuslim jadi penasihat masjid," kata
Ketua Dewan Syuro DPD DKI FPI, Habib
Shahab Anggawi, di depan gedung DPRD
DKI, Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat, Selasa
(9/10/2012).
		 Dia mengatakan, sangat tidak mung-
kin dan tidak pantas yang mengisi jabatan
tersebut adalah orang nonmuslim. FPI juga
memberikan solusi, yakni Ahok tidak men-
jabat Wagub DKI atau Ahok bersedia masuk
Islam.
		 "Kami minta peraturannya diganti, atau
Ahok yang masuk Islam. Kami yakin DPRD
DKI mendengarkan kami, karena mereka
lebih berilmu dibanding kami," tegasnya.
		 "Dari sebelum Pemilukada, umat Islam
diberitahu untuk tidak memilih pemimpin
yang tak seiman. Ada ayat larangan jadikan
nonmuslim sebagai pemimpin. Bagaimana
orang nonmuslim memimpin masalah zakat?
Tidak mungkin mengurusi Dewan Masjid se-
mentara dia orang nonmuslim. Dekat saja tak
boleh, apalagi mengurusi Islam," cetusnya
lagi.
		 Dalam melakukan aksinya, massa FPI
juga melantunkan salawat dan berorasi un-
tuk meminta Ahok tidak menjabat sebagai
Wagub DKI.
(put)
Analisis Data
Dari berita diatas akan dianalisis makna dibal-
iknya lewat pencarian unsur tematik dan re-
torisnya
UNSUR TEMATIK
1.	FPI pun dengan lantangnya menyebut Ahok
di luar Islam dan tidak pantas memimpin 12
tugas yang berkaitan langsung dengan umat
Islam
		 “..12 tugas ex officioatau jabatan yang
dipegang oleh Wagub. Dalam mengisi ja-
batan tersebut, Ahok akan berhubungan
langsung dengan agama Islam dalam hal ini
kaum muslimin di Jakarta.
		 Seperti Ketua Badan Pembina Lemba-
ga Bahasa dan Ilmu Alquran, Ketua Dewan
Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil
Quran, Ketua Dewan Perimbangan Badan
Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh, Ketua De-
wan Pembina Badan Pembina Perpustakaan
Masjid Indonesia, Ketua Badan Pembina
Koordinasi Dakwah Islam, Ketua Dewan
Penasehat Dewan Masjid Indonesia, Ketua
24
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN
jurnal ilmu komunikasi UMN

Más contenido relacionado

Similar a jurnal ilmu komunikasi UMN

Jurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan Indonesia
Jurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan IndonesiaJurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan Indonesia
Jurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan Indonesia
Fajar Setyaning
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
andrismansa
 
Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014
Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014
Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014
UPHNEWS
 
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]
Mahadiputra S
 

Similar a jurnal ilmu komunikasi UMN (20)

Bahan ajar new media dalam komunikasi politik
Bahan ajar new media dalam komunikasi politikBahan ajar new media dalam komunikasi politik
Bahan ajar new media dalam komunikasi politik
 
Jurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan Indonesia
Jurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan IndonesiaJurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan Indonesia
Jurnal Fajar Setyaning Dwi Putra_Universitas Pendidikan Indonesia
 
Preambule_ringkasan
Preambule_ringkasanPreambule_ringkasan
Preambule_ringkasan
 
E-Literasi di Indonesia
E-Literasi di IndonesiaE-Literasi di Indonesia
E-Literasi di Indonesia
 
Tm 1 transformasi dunia cyber
Tm 1 transformasi dunia cyberTm 1 transformasi dunia cyber
Tm 1 transformasi dunia cyber
 
Media sosial dalam komunikasi politik
Media sosial dalam komunikasi politikMedia sosial dalam komunikasi politik
Media sosial dalam komunikasi politik
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014
Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014
Universitas Pelita Harapan (UPH) news-march-2014
 
Materi-Kuliah-Kompol-1.pptx
Materi-Kuliah-Kompol-1.pptxMateri-Kuliah-Kompol-1.pptx
Materi-Kuliah-Kompol-1.pptx
 
Teori Media Baru dan Media Sosial Dalam Politik
Teori Media Baru dan Media Sosial Dalam PolitikTeori Media Baru dan Media Sosial Dalam Politik
Teori Media Baru dan Media Sosial Dalam Politik
 
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial mediaIndonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
 
MEDIA SOSIAL, MEDIA INTERNET, MEDIA INTERAKTIF
MEDIA SOSIAL, MEDIA INTERNET, MEDIA INTERAKTIFMEDIA SOSIAL, MEDIA INTERNET, MEDIA INTERAKTIF
MEDIA SOSIAL, MEDIA INTERNET, MEDIA INTERAKTIF
 
Pedoman Cara Berekspresi secara Online ( Citizens in Action )
Pedoman Cara Berekspresi secara Online ( Citizens in Action )Pedoman Cara Berekspresi secara Online ( Citizens in Action )
Pedoman Cara Berekspresi secara Online ( Citizens in Action )
 
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
 
Daftar Pustaka Thesis Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Anal...
Daftar Pustaka Thesis Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Anal...Daftar Pustaka Thesis Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Anal...
Daftar Pustaka Thesis Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Anal...
 
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia
Internet, Media Online dan Demokrasi di IndonesiaInternet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia
 
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia
Internet, Media Online dan Demokrasi di IndonesiaInternet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia
 
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]
Internet, Media Online dan Demokrasi di Indonesia [COPY]
 
Potret pers jakarta 2013
Potret pers jakarta 2013Potret pers jakarta 2013
Potret pers jakarta 2013
 
CEJISS - Jejak Digital dan Jejaring Kritik Pemerintahan Jokowi 2014-2018.pdf
CEJISS - Jejak Digital dan Jejaring Kritik Pemerintahan Jokowi 2014-2018.pdfCEJISS - Jejak Digital dan Jejaring Kritik Pemerintahan Jokowi 2014-2018.pdf
CEJISS - Jejak Digital dan Jejaring Kritik Pemerintahan Jokowi 2014-2018.pdf
 

Más de Indiwan Seto wahyu wibowo

Más de Indiwan Seto wahyu wibowo (20)

MANAJEMEN MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH ANGKATAN 7
MANAJEMEN MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH  ANGKATAN 7MANAJEMEN MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH  ANGKATAN 7
MANAJEMEN MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH ANGKATAN 7
 
Manajemen Media Kehumasan Pemerintah Angkatan 5
Manajemen Media Kehumasan Pemerintah  Angkatan 5Manajemen Media Kehumasan Pemerintah  Angkatan 5
Manajemen Media Kehumasan Pemerintah Angkatan 5
 
Public Relations Writing - Introduction 01
Public Relations Writing  - Introduction  01 Public Relations Writing  - Introduction  01
Public Relations Writing - Introduction 01
 
Sejarah Ilmu Komunikasi
Sejarah Ilmu KomunikasiSejarah Ilmu Komunikasi
Sejarah Ilmu Komunikasi
 
Dosen Mengabdi di era new normal
Dosen Mengabdi  di era new normal Dosen Mengabdi  di era new normal
Dosen Mengabdi di era new normal
 
HITAM PUTIH MEDIA ONLINE
HITAM PUTIH MEDIA ONLINEHITAM PUTIH MEDIA ONLINE
HITAM PUTIH MEDIA ONLINE
 
UMN SIAP LAKUKAN PROGRAM KAMPUS MERDEKA
UMN  SIAP  LAKUKAN PROGRAM KAMPUS MERDEKAUMN  SIAP  LAKUKAN PROGRAM KAMPUS MERDEKA
UMN SIAP LAKUKAN PROGRAM KAMPUS MERDEKA
 
Mari menulis buku Ajar Bagian 2
Mari menulis buku  Ajar  Bagian 2Mari menulis buku  Ajar  Bagian 2
Mari menulis buku Ajar Bagian 2
 
Belajar Tentang Studi Kasus
Belajar Tentang Studi Kasus Belajar Tentang Studi Kasus
Belajar Tentang Studi Kasus
 
ayo motivasi anakmu biar pinter menulis
ayo motivasi anakmu biar pinter menulisayo motivasi anakmu biar pinter menulis
ayo motivasi anakmu biar pinter menulis
 
Tips Mengubah Disertasi Jadi Buku Teks
Tips Mengubah Disertasi Jadi Buku TeksTips Mengubah Disertasi Jadi Buku Teks
Tips Mengubah Disertasi Jadi Buku Teks
 
Menulis Online di Era Covid 19
Menulis Online di Era Covid 19Menulis Online di Era Covid 19
Menulis Online di Era Covid 19
 
Ayo membuat Pupuk Cair Organik
Ayo membuat Pupuk Cair OrganikAyo membuat Pupuk Cair Organik
Ayo membuat Pupuk Cair Organik
 
Tips membuat press release
Tips membuat press releaseTips membuat press release
Tips membuat press release
 
Mudah membuat desain pakai Canva
Mudah membuat desain pakai CanvaMudah membuat desain pakai Canva
Mudah membuat desain pakai Canva
 
Manajemen media Kehumasan Pemerintah
Manajemen media Kehumasan PemerintahManajemen media Kehumasan Pemerintah
Manajemen media Kehumasan Pemerintah
 
MANAJEMEN MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH
MANAJEMEN  MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAHMANAJEMEN  MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH
MANAJEMEN MEDIA KEHUMASAN PEMERINTAH
 
Pembuatan pupuk cair organik
Pembuatan pupuk cair organikPembuatan pupuk cair organik
Pembuatan pupuk cair organik
 
Kiat membuat judul penelitian
Kiat membuat judul penelitianKiat membuat judul penelitian
Kiat membuat judul penelitian
 
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIALGENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
 

jurnal ilmu komunikasi UMN

  • 1. ULTIMA COMM Jurnal Ilmu Komunikasi Efektivitas Twitter Sebagai Medium Promosi Anastasia Prima dan Emrus New Media dan Multikulturalisme Frame media online dalam mengemas isu anti multikulturalisme dalam Pilkada DKI 2012 Indiwan seto wahyu Wibowo Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014 ISSN 1979-1232 Perspektif & Masalah Komunikasi Partai NasDem sebagai Partai Politik Baru di Indonesia Inco Hary Perdana “The Construction of Meaning in “Indonesia Bersatu” Show on Presidential-Vice Presidential Candidates Debate in 2009 Election on Metro TV” Novita Damayanti Penjahat Proletar Ala Bajuri (Realisme dalam Komedi Situasi Bajaj Bajuri Edisi ‘Jalani Lebaran dalam Tahanan’) Djatiprasetyani Hadi Anomalous Democracy: Examination on the Correlation between Press Freedom and Levels of Corruption in Indonesia and Singapore F. X. Lilik Dwi Mardjianto Citra Partai Demokrat di Media Cetak Analisis Pemberitaan Kisruh Wisma Atlit di Harian Media Indonesia Yoyoh Hereyah
  • 2. Pelindung Rektor UMN Dr Ninok Leksono Penanggung jawab Dekan Ilkom Ir Andrey Andoko M.Sc Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Dr Bertha Sri Eko M.Si Ketua Penyunting Drs Indiwan Seto Wahyu Wibowo M.Si Desain dan Layout Yurike Prastica Arini Sekretaris Dra. Joice Caroll Siagian, M.Si Dewan Penyunting Ambang Priyonggo FX.Lilik M Dr Endah Muwarni Augustinus Roni Siahaan M.Si Sirkulasi & Distribusi Melly Alamat Redaksi : Jl. Boulevard Gading Serpong Tangerang – Banten Telp : (021) 5422 0808/ 3703 9777 Fax : (021) 5422 0800 ULTIMA COMM Jurnal Ilmu Komunikasi Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014 ISSN 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi diterbitkan tiga kali dalam satu tahun sebagai media infor- masi karya ilmiah untuk bidang kajian Ilmu Komunikasi di Indonesia. Redaksi me- nerima naskah berupa artikel ilmiah, ringkasan hasil penelitian atau resensi buku. Redaksi berhak untuk menyunting isi naskah tanpa mengubah substansinya.
  • 3. KATA PENGANTAR ULTIMA COMM Jurnal Ilmu Komunikasi Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014 ISSN 1979-1232 Media Baru merupakan media yang sangat potensial, di satu sisi mampu menawarkan informasi secara interaktif. Sebagai bagian dari komunikasi yang memberi pencerahan kepada masyarakat. Salah satu fungsi dari komunikasi adalah memberikan informasi dan pengetahuan dan bisa mencerdaskan. Begitu juga dengan Jurnal Ilmu Komunikasi ‘ULTIMA COMM” edisi Maret-Mei 2014 yang hadir di hadapan para pembaca. Dalam edisi kali ini, jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mul- timedia Nusantara menyampaikan sejumlah topik bahasan diantaranya persoalan new media, semiotika dan komunikasi politik. Di antaranya, ada artikel terkait dengan framing seputar pemberi- taan media baru. Artikel berjudul New Media dan Multikulturalisme Frame media online dalam mengemas isu anti multikulturalisme dalam Pilkada DKI 2012. Masih terkait dengan pemberitaan media ada artikel mengenai “Anomalous Democracy: Examination on the Correlation between Press Freedom and Levels of Corruption in Indonesia and Singapore ditulis oleh F. X. Lilik Dwi Mardjianto. Begitu juga sejumlah artikel dan hasil penelitian memberi warna jurnal Ilmu Komunikasi ini yang ditulis oleh sejumlah akademisi dan praktisi Ilmu Komunikasi. Terkait dengan Komunikasi politik, edisi jurnal kali ini mengangkat Perspektif & Masalah Komunikasi Partai NasDem sebagai Partai Politik Baru di Indonesia yang ditulis oleh Inco Hary Perdana Redaksi sangat berterimakasih atas partisipasi teman sejawat, dan penulis-penulis di bidang Komunikasi. Kami selalu menunggu ha- sil karya teman-teman, praktisi Komunikasi dan bapak ibu dosen dalam penerbitan jurnal berikutnya. Maret-Mei 2014 • Volume I, Nomor 5ii
  • 4. DAFTAR ISI ULTIMA COMM Jurnal Ilmu Komunikasi Volume I, No.5 Edisi Maret-Mei 2014 ISSN 1979-1232 Efektivitas Twitter Sebagai Medium Promosi Anastasia Prima dan Emrus (Mahasiswa dan Dosen Universitas Pelita Harapan) 1-7 Anomalous Democracy: Examination on the Correlation between Press Freedom and Levels of Corruption in Indonesia and Singapore F. X. Lilik Dwi Mardjianto 8-15 New Media dan Multikulturalisme Frame media online dalam mengemas isu anti multikulturalisme dalam Pilkada DKI 2012 Indiwan seto wahyu Wibowo 16-28 “The Construction of Meaning in “Indonesia Bersatu” Show on Presiden- tial-Vice Presidential Candidates Debate in 2009 Election on Metro TV” Novita Damayanti 29-44 Perspektif & Masalah Komunikasi Partai NasDem sebagai Partai Politik Baru di Indonesia Inco Hary Perdana 45-51 Penjahat Proletar Ala Bajuri (Realisme dalam Komedi Situasi Bajaj Bajuri Edisi ‘Jalani Lebaran dalam Tahanan’) Djatiprasetyani Hadi 52-69 Citra Partai Demokrat di Media Cetak Analisis Pemberitaan Kisruh Wisma Atlit di Harian Media Indonesia Yoyoh Hereyah, M.Si 70-83 Volume I, Nomor 5• Maret-Mei 2014 iii
  • 5. Jurnal UltimaComm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232 JURNAL ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI Anastasia (mahasiswa) Emrus (dosen Pembimbing) Universitas Pelita Harapan Jl. M.H. Thamrin Boulevard Tangerang, 15811 Banten P: (021) 546 0901 ext. 1171-1172 Abstract: Dalam bidang bisnis, Internet sarana penghubung perusahaan dengan pelanggan secara cepat. Salah satu medium dalam Internet ialah Twitter, yang merupakan situs microblogging. Pemilik akun Twitter dapat menyampaikan apa saja dalam 140 karakter. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, twitter merupakan medium yang sangat efektif bagi usaha kecil, seperti yang dilakukan oleh restoran Taiyo Sushi dalam melakukan promosi. Hal ini dapat menjadi gambaran bagi praktisi usaha kecil menggunakan twitter sebagai medium promosi Keywords: efektivitas, Twitter, medium promosi PENDAHULUAN Internet, singkatan dari interconnect- ed network, membawa perubahan dalam berkomunikasi (Seitel, 2011, 393). Internet menjadi alat penyampaian pesan sangat cepat. Salah satu komunikasi melalui Inter- net adalah social media, seperti Facebook dan Twitter. Sekalipun muncul belakangan, peng- gunaan Twitter mengalahkan Facebook. Ber- dasarkan data Internet World Stats, diakses 23 September 2011, pengguna Internet di Indonesia pada Desember 2010 mencapai 39.600.000 orang. Twitter diluncurkan pada tahun 2006, sedangkan Facebook lebih da- hulu diluncurkan, yakni pada tahun 2004 (O’Dell, 2011). Tetapi, berdasarkan pada data dari comscore.com (diakses 19 September 2011), pada tahun 2010, penetrasi Twitter di Indonesia (rasio pengguna Twitter diband- ing pengguna Internet) menempati pering- kat pertama di dunia, sedangkan Facebook menempati peringkat ke tiga. Selain itu, ber- dasarkan penelitian yang dilakukan, seperti yang dilansir oleh www.marketinghq.com. au ,diakses 25 Oktober 2011, terdapat 52% pengguna Twitter melakukan pembaharuan (update) status setiap hari. Padahal, hanya 12% pengguna Facebook yang melakukan hal serupa. Dalam hubungannya dengan bisnis, penelitian oleh Cruz dan Mendelsohn (2010, 13) mengungkapkan bahwa sejak menjadi pengikut sebuah akun (follower), 67% fol- lowers Twitter akan membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah akun Twit- ter bisnis, sedangkan hanya 51% fans sebuah akun bisnis di Facebook yang melakukan pembelian. Selain itu, 79% followers Twit- ter akan merekomendasi suatu akun Twitter bisnis kepada orang lain, dimana hanya 60% fans Facebook yang melakukan hal serupa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 64% pemasar memilih Twitter sebagai alat pertama ketika memulai suatu usaha baru. Data yang didapat membuat Twitter menjadi 1
  • 6. EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS menarik untuk diteliti. Meskipun berkomunikasi lewat In- ternet tidak memerlukan biaya, keefektifan suatu medium sangat perlu diketahui agar tidak menjadi sebuah kesia-siaan. Oleh kare- na itu, tulisan ini menyajikan sejauh mana keefektifan Twitter sebagai medium promosi oleh restoran Taiyo Sushi. MASALAH PENELITIAN Merujuk pada latar belakang, maka pnelitian ini membahas tentang efektivitas Twitter sebagai medium proposi bagi Taiyo Sushi. SUBYEK PENELITIAN Restoran Taiyo Sushi merupakan se- buah usaha rumah makan yang menawarkan makanan dan minuman khas negeri Jepang. Restoran ini berada di Jalan Pluit Putra Raya nomor 17, Jakarta Utara. Restoran yang di- buka sejak tanggal 4 Mei 2011 ini memiliki 40 karyawan. Berdasarkan jumlah karyawan tersebut, Restoran Taiyo Sushi, menurut Stel- zer (2011, 17) termasuk sebagai usaha kecil. Ada beberapa latarbelakang menjadi- kan restoran ini menjadi tempat penelitian, yaitu: (1) restoran Taiyo Sushi termasuk dalam jenis usaha yang baru (buka selama enam bulan). Hal ini sesuai dengan kegu- naan dari penelitian ini; (2) restoran Taiyo Sushi bertempat di Jakarta, dimana Jakarta merupakan kota yang memiliki jumlah usaha restoran terbesar di Indonesia, yakni sebesar 26,1 persen (http://binaukm.com/2010/05/se- baran-wilayah-usaha-peluang-usaha-rumah- makan-restoran, diakses 1 November 2011) dan ; (3) restoran Taiyo Sushi menggunakan Twitter sebagai salah satu medium dalam melakukan promosi (Darusman, 2011). TINJAUAN PUSTAKA Internet sebagai channel atau medium dalam model komunikasi interaksional oleh Wilbur Schramm (West & Turner, 2007, 12). Menurut Belch dan Belch (2009, 149), chan- nel adalah tempat dimana pesan berjalan dari sender ke receiver. Hal ini berarti Inter- net menjadi sarana penyampaian pesan oleh restoran Taiyo Sushi. Namun ada feedback dari penerima pesan sesuai dengan sifat In- ternet yang interaktif (Duncan, 2008, 389). Medium dalam Internet yang diteliti ialah Twitter, yang merupakan sebuah lay- anan microblogging dimana penggunanya dapat menyampaikan pesan dalam 140 kara- kter (Boyd, Goler, & Lotan, 2010, 1). Setiap pengguna memiliki nama akun yang dilam- bangkan dengan simbol @ (Jantsch, 2009, 4). Langkah awal bersosialisasi melalui Twit- ter dengan menuliskan tweet, yakni pesan umum pada Twitter (Sulianta, 2011, 41- 42). Sebuah pemilik akun dapat mengikuti perkembangan pembaharuan status akun lain dengan menjadi follower akun tersebut (Jantsch, 2009, 4). Interaktivitas dalam Twit- ter terlihat melalui mention (menyebutkan akun lain) (Sulianta, 2011, 42) dan retweet (mempublikasikan ulang tweet akun lain) (Jantsch, 2009, 4). Berikut visualisasinya: Gambar 1. Mention Kepada Akun Twitter Restoran Taiyo Sushi.Sumber: twitter.com/ TaiyoSushi, diakses 20 November 2011 Gambar 2. Retweet Terhadap Pesan Akun Twitter Restoran Taiyo Sushi Sumber: twitter.com/TaiyoSushi, diakses 20 November 2011 Twitter digunakan oleh restoran Taiyo Sushi melakukan promosi. Promosi meru- pakan penggunaan komunikasi untuk mem- berikan informasi dan membujuk individu, kelompok, atau organisasi untuk membeli produk atau jasa dari sebuah perusahaan (Fill, 2009, 932). Selain itu, promosi juga merupakan komunikasi dengan pelang- gan atau calon pelanggan (Shimp, 2007, 4). Promosi yang dimaksud dalam penelitian ini ialah menyebarkan informasi mengenai produk, harga produk, alamat, serta pro- mosi penjualan yang sedang berlangsung di restoran Taiyo Sushi. Sebagai medium promosi, perlu dilaku- kan pengukuran keefektifan Twitter dengan menggunakan model information process- ing, sebagaimana dikemukakan Chaffey dan Smith (2008, 122), Hofacker’s model has five stages of information processing which can be used to review the effectiveness of an ad or a promotional container, or overall page template layout on a site. 2
  • 7. EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS Pertama, Exposure. Tahap ini terjadi pada saat stimulus menyentuh atau ditang- kap oleh salah satu atau lebih bagian dari panca indera (Engel et al., 1995, 472). Stimu- lus merupakan masukan atau input apapun yang datang dari pemasar yang disampaikan kepada konsumen melalui berbagai media (Sumarwan, 2004, 70). Setiap manusia me- miliki tingkat respon penerimaan stimulus yang berbeda (Sumarwan, 2004, 70). Tingkat keterpaparan seseorang terhadap stimulus dipengaruhi intensitas stimulus. Dengan me- ningkatnya intensitas, terdapat kemungki- nan meningkatnya tingkat exposure, demiki- an Sumarwan (2004, 71). Berdasarpan pandangan di atas dikait- kan dengan penelitian yang dilakukan, maka exposure terjadi pada saat followers akun Twitter restoran Taiyo Sushi membaca pesan (tweet) mengenai produk beserta harga yang ditawarkan dan promosi penjualan yang ber- langsung di restoran Taiyo Sushi. Selain itu, followers membaca alamat restoran Taiyo Sushi pada kolom biodata dan melihat foto produk yang diunggah (upload) oleh akun Twitter restoran Taiyo Sushi. Kedua, Attention. Menurut Copley (2004, 56), attention merupakan reaksi afektif (perasaan atau emosi). Customer menyeleksi stimuli yang telah dipaparkan untuk diper- hatikan dan diproses lebih lanjut. Proses ini dinamakan perceptual selection (Sumar- wan, 2004, 75-76). Manusia memilih stimulus mana yang ingin mereka perhatikan. Menu- rut Hoyer dan Maclnnis (2010, 75), seseorang cenderung kurang memperhatikan hal yang sering ia lihat sebelumnya. Oleh karena itu, pemasar membutuhkan kreatifitas agar tidak menampilkan stimuli yang sama. Disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan, attention terjadi pada saat stimuli yang disampaikan menarik bagi followers akun Twitter restoran Taiyo Sushi. Stimuli tersebut terdiri dari pesan (tweet) mengenai produk dan harga yang ditawarkan, serta promosi penjualan yang berlangsung di restoran Taiyo Sushi. Alamat restoran dan foto produk yang diunggah juga menjadi stimuli yang disampaikan. Ketiga, Comprehension and Perception. Pemahaman terjadi ketika seseorang beru- saha menginterpretasikan stimulus (Sumar- wan, 2004, 83). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Schiffman dan Kanuk (2000, 158) mengartikan persepsi sebagai proses dima- na suatu individu memilih, mengatur, dan mengartikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. Namun, dapat terjadi miscom- prehension dalam tahap ini, yakni dimana seseorang kurang akurat dalam mengartikan sebuah pesan (Hoyer & Maclnnis, 2010, 110). Untuk meningkatkan keakurasian interpre- tasi pesan, perlu menyusun pesan mudah dipahami dengan menggunakan kata yang sederhana (Hoyer & Maclnnis, 2010, 111). Disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan, comprehension and perception terjadi pada saat customer dapat memaha- mi pesan (tweet) dan foto produk yang dis- ampaikan oleh akun Twitter restoran Taiyo Sushi. Pesan yang dimaksud berisikan in- formasi mengenai produk dan harga yang ditawarkan, promosi penjualan yang sedang berlangsung di restoran Taiyo Sushi, serta lo- kasi (alamat) restoran Taiyo Sushi yang ter- tera pada kolom biodata. Keempat, Yielding and Acceptance. Chaffey dan Smith (2008, 157) mengungkap- kan bahwa yielding and acceptance terjadi ketika informasi yang dipaparkan itu dapat diterima oleh customer. Lebih jauh lagi, En- gel et al. (1995, 497-458) menyatakan bahwa yielding and acceptance berfokus pada efek persuasif stimulus, baik dari sisi kognitif (pengetahuan) maupun afektif (sikap). Untuk dapat mempengaruhi pengetahuan, Hoyer dan Maclnnis (2010, 133) menyarankan agar isi pesan memuat argumen yang kuat. Se- dangkan untuk dapat mempengaruhi sisi afektif seseorang, sebuah pesan hendaknya menyentuh sisi emosional manusia, seperti perasaan suka, takut, marah, malu, sukaci- ta, atau lain sebagainya (Hoyer & Maclnnis, 2010, 140). Disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan, yielding and acceptance terjadi pada saat pesan (tweet) dan foto produk yang disampaikan oleh akun Twitter restoran Taiyo Sushi, serta alamat restoran yang terte- ra pada kolom biodata akun Twitter restoran Taiyo Sushi dapat berguna dalam sisi kognitif dan afektif followers. Sisi kognitif followers ditandai dengan bertambahnya pengetahuan followers, serta sisi afektif ditandai dengan munculnya keinginan untuk mengunjungi restoran Taiyo Sushi dan membeli produk yang ditawarkan. Pesan (tweet) yang disam- paikan berisi informasi mengenai produk, harga produk, dan promosi penjualan yang sedang berlangsung di restoran Taiyo Sushi. Kelima, Retention. Loudon dan Bitta (1993, 402) mendefinisikan retention sebagai materi yang telah dipelajari, yang diingat oleh seseorang. Hal ini serupa dengan apa 3
  • 8. EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS yang diungkapkan oleh Schiffman dan Ka- nuk (2000, G-11) mengenai retention, yakni kemampuan seseorang dalam menyimpan informasi dalam ingatannya. Informasi yang disimpan adalah interpretasi mereka ter- hadap stimulus yang diterima (Sumarwan, 2004, 85). Cara yang dapat dilakukan pema- sar dalam meningkatkan retention ialah me- nyampaikan stimuli secara rutin dengan tu- juan untuk mengingatkan (Sumarwan, 2004, 89). Hal ini dinamakan recirculation oleh Hoyer dan Maclnnis (2010, 177). Disesuaikan dengan penelitian ini, re- tention terjadi ketika followers akun Twit- ter restoran Taiyo Sushi dapat mengingat pesan (tweet) dan foto produk yang pernah disampaikan, serta dapat mengingat alamat restoran Taiyo Sushi yang tertera pada kolom biodata akun Twitter tersebut. Pesan (tweet) yang disampaikan merupakan informasi mengenai produk dan harga yang ditawar- kan, serta promosi penjualan yang sedang berlangsung di restoran Taiyo Sushi. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif, yang berarti pengukuran dilakukan dengan menggunakan angka sebagai representasi suatu karakteristik (Hair et al., 2007, 424). Teknik pelaksanaan dilakukan melalui survei deskriptif yang merupakan salah satu teknik dalam penelitian kuantitatif (Sandjaja & Heriyanto, 2006, 57). Menurut Sekaran (2000, 125), penelitian deskriptif merupakan peneli- tian yang digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel di dalam suatu situasi dan survei adalah teknik penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi (Singarimbun & Effendi, 1989, 3). Populasi adalah sekelompok orang yang akan diteliti oleh peneliti (Sekaran, 2000, 266) yang memiliki pengetahuan akan topik tertentu (Hair et al., 2007, 170), sedan- gkan sampel ialah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data (Riduwan, 2009, 56). Teknik pengambilan sampel menggu- nakan teknik convenience sampling, yakni pemilihan sampel yang dengan sukarela memberikan informasi yang dibutuhkan (Hair et al., 2007, 181). Berdasarkan definisi tersebut, popu- lasi dalam penelitian ini ialah followers akun Twitter restoran Taiyo Sushi yang berjumlah 464 orang (twitter.com/TaiyoSushi, diakses 20 November 2011) dan anggota populasi yang sukarela memberikan jawaban atas angket yang disebarkan merupakan sampel dalam penelitian ini. Menurut Neuman (2000, 217), ukuran populasi kurang dari 1000 menggu- nakan rasio sampel minimal 30 persen dari jumlah populasi. Maka dari itu, 140 sampel adalah jumlah minimum sampel yang dibu- tuhkan. Data dalam penelitian ini didapat me- lalui kuesioner sebagai alat pengumpul uta- ma dari setiap individu pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif (Hair et al., 2007, 424) dan wawancara dengan rep- resentatif dari restoran Taiyo Sushi. Angket dibuat pada situs www.kwiksurveys.com dan alamat (link) angket tersebut disebarkan melalui fitur direct message Twitter kepada 464 followers akun Twitter restoran Taiyo Su- shi. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, yang berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, meny- impulkan, memaparkan serta menyajikan hasil olahan (Arikunto, 2005, 298). Sebagai penelitian deskriptif, penelitian ini mem- berikan gambaran tentang fenomena tentang Twitter sebagai medium promosi. Karena itu, penelitian ini menggunakan univariate sta- tistic, yakni melihat distribusi frekuensi dari hasil yang didapat (Fielding & Gilbert, 2000, 49). Untuk melihat efektivitas, penelitian ini merujuk kepada rumusan yang dike- mukakan oleh ahli. Efektivitas menurut Hi- dayat (1986) yang dikutip oleh Kristi (2010, 8) adalah “suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Artinya, semakin be- sar persentase target yang dicapai, semakin tinggi efektivitasnya”. Berdasarkan definisi tersebut, jawaban responden terhadap kuesioner diintepreta- sikan menjadi skor dengan kriteria sebagai berikut (Riduwan, 2009, 88): (a) Sangat Tidak Setuju = Sangat Lemah = Sangat Tidak Efek- tif =  20%; (b) Tidak Setuju = Lemah = Ti- dak Efektif = 21% sampai  40%; (c) Netral = Cukup = Cukup Efektif = 41% sampai  60%; (d) Setuju = Kuat = Efektif = 61% sampai  80%; (e) Sangat Setuju = Sangat Kuat = Sangat Efektif = 81% sampai  100% HASIL DAN PEMBAHASAN Data didapat dari 160 responden yang menjawab angket yang telah disebarkan. Ter- dapat 70% responden berjenis kelamin pria (48 orang) dan 30% berjenis kelamin wanita 4
  • 9. EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS (112 orang). Selain itu, 21.3% responden (34 orang) yang berusia kurang dari 20 tahun, 76.9% responden (123 orang) yang berusia antara 20 sampai 40 tahun, dan 1.9% respon- den (3 orang) yang berusia di atas 40 tahun. Mayoritas responden (94,4% atau 151 orang) tinggal di Jakarta dan sisanya (5.6% atau 9 orang) tinggal di luar Jakarta, yakni Band- ung, Tangerang, Samarinda, Bekasi, Yogya- karta, Balikpapan, Bekasi (2 orang), dan Mel- bourne (Australia). Hasil perhitungan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Persentase Efektivitas Dimensi Persentase Kategori Exposure 85.975% Sangat Efek- tif Attention 83.375% Sangat efek- tif Comprehen- sion 81.455 Sangat efektif Acceptance 79.45% Efektif Retention 75.3% Efektif Information Processing 80.83 % Sangat Efektif Sumber: Olahan Peneliti, 2011 Dari tabel di atas, dimensi (tahap) ex- posure, attention, dan comprehension dalam variabel information processing dapat di- kategorikan sangat efektif, dimana dimensi acceptance dan retention termasuk dalam kategori efektif. Secara keseluruhan, Twit- ter merupakan medium promosi yang san- gat efektif bagi restoran Taiyo Sushi dengan persentase 80.83%. Akun Twitter restoran Taiyo Sushi memanfaatkan hampir semua fi- tur yang terdapat di dalam Twitter. Ia meng- gunakan komponen utama dalam Twitter yakni tweet untuk memberikan informasi kepada pengikutnya, mengisi kolom biodata dengan alamat restoran, dan komponen tam- bahan yakni unggah foto. Berikut pemba- hasan dari masing-masing dimensi: 1. Exposure Berdasarkan hasil perhitungan, Twit- ter dikatakan Sangat Efektif pada tahap pemaparan. Hal ini dikarenakan restoran Taiyo Sushi menggunakan komponen utama dalam Twitter, yakni tweet dan kolom bioda- ta, yang menunjukkan keberadaannya seb- agai sebuah akun Twitter. Dengan persentase 85.975%, dapat dikatakan bahwa stimulus yang disampaikan restoran Taiyo Sushi me- lalui akun Twitter ditangkap oleh pengli- hatan pengikutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Engel et al. (1995, 472) mengenai exposure yang terjadi ketika stimulus me- nyentuh atau ditangkap oleh satu atau lebih panca indera. Skor tertinggi dalam lima pernyataan yang diberikan dalam dimensi exposure ter- letak pada indikator yang menyatakan bahwa responden membaca pesan (tweet) mengenai promosi penjualan yang sedang berlangsung di restoran Taiyo Sushi. Hal ini dikarenakan pesan (tweet) mengenai promosi penjualan merupakan informasi yang paling sering dibagikan melalui akun Twitter restoran Tai- yo Sushi (Darusman, 2011). Dengan demiki- an, pernyataan Sumarwan (2004, 70) berlaku dalam dimensi ini, yakni keterpaparan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya in- tensitas penyampaian stimulus. 2 Attention Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keefektifan Twitter pada dimensi ini sebesar 83.375% dan tergolong Sangat Efektif. Hal ini menunjukkan bahwa stimu- lus yang dipaparkan menarik perhatian pengikut akun Twitter restoran Taiyo Sushi. Dalam menulis pesan (tweet), Darusman (2011) mengatakan bahwa ia tidak pernah menggunakan kalimat yang sama dalam menyampaikan informasi atau mengunggah foto yang sama. Pernyataan yang memperoleh nilai pendapat terendah dari responden ialah per- nyataan bahwa responden menganggap isi kolom biodata pada akun Twitter restoran Taiyo Sushi menarik perhatian. Menurut Da- rusman (2011), kolom biodata merupakan fi- tur yang belum pernah diperbaharui karena hanya berisikan alamat restoran Taiyo Sushi. Rendahnya skor yang didapat pada pernyata- an tersebut sesuai dengan pendapat Hoyer dan Maclnnis (2010, 75), yakni seseorang cen- derung kurang memperhatikan hal-hal yang sudah pernah ia lihat sebelumnya. 3. Comprehension and Perception Dimensi ini mengukur sejauh mana pendapat responden mengenai pemahaman mereka terhadap stimulus yang disampaikan oleh restoran Taiyo Sushi melalui akun Twit- 5
  • 10. EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS ter. Persentase yang didapat ialah 81.45% yang tergolong Sangat Efektif. Hal ini berarti bahwa responden sangat memahami stimuli yang disampaikan oleh pemasar. Gambar 3. Pesan (tweet) Mengenai Harga Produk Sumber: twitter.com/TaiyoSushi, diakses 20 No vember 2011 Pendapat responden menunjuk- kan bahwa pemahaman terendah terdapat pada stimulus berupa pesan (tweet) men- genai harga produk yang ditawarkan oleh restoran Taiyo Sushi. Mengacu pada gambar 3, kurangnya informasi yang rinci mengenai harga menyebabkan responden kurang me- mahami maksud dari pesan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan responden akan harga produk secara rinci, sehingga menyebabkan followers kurang akurat dalam pemberian arti terhadap stimu- lus tersebut (Hoyer & Maclnnis, 2010, 109). 4. Yielding and Acceptance Berdasarkan hasil perhitungan skor, dimensi ini mendapat persentase sebesar 79.45% dan tergolong Efektif. Hal ini menun- jukkan bahwa sebagian besar responden ter- pengaruh oleh stimulus yang disampaikan melalui akun Twitter restoran Taiyo Sushi, baik dalam sisi kognitif maupun sisi afektif. Namun, angka tersebut lebih kecil diband- ingkan angka yang diperoleh dalam dimensi sebelumnya, yakni dimensi exposure, at- tention dan comprehension. Maka dari itu, pernyataan Copley (2004, 56) berlaku dalam penelitian ini, yakni tidak semua pesan yang diterima dapat menimbulkan keinginan dalam benak followers. Indikator yang memiliki skor terendah ialah pernyataan bahwa stimulus berupa alamat restoran Taiyo Sushi yang tertera pada ko- lom biodata akun Twitter mempengaruhi sisi afektif responden untuk melakukan kunjun- gan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kai- tan stimulus tersebut dengan sisi emosional responden, dimana menurut Hoyer dan Ma- clnnis (2010, 140), agar dapat mempengaruhi sisi afektif maka sebuah pesan hendaknya menyentuh sisi emosional seseorang. 5. Retention Menurut hasil perhitungan skor, di- mensi retention dalam penelitian ini mem- peroleh 75.3% dan tergolong Efektif. Angka tersebut merupakan skor terendah dari lima dimensi yang dibahas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua stimulus yang dipapar- kan oleh restoran Taiyo Sushi melalui akun Twitter dapat diingat oleh pengikutnya (fol- lowers). Intensitas penyampaian stimulus mempengaruhi tingkat ingatan seseorang (Sumarwan, 2004, 89). Daruman (2011) men- gungkapkan bahwa akun Twitter restoran Taiyo Sushi tidak diperbaharui setiap hari. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pe- nyampaian stimulus tidak disampaikan se- cara rutin, sehingga mempengaruhi tingkat retention. Skor terendah dalam dimensi ini ter- letak pada pernyataan bahwa responden mengingat pesan (tweet) mengenai harga produk yang disampaikan melalui akun Twitter restoran Taiyo Sushi. Merujuk pada hasil dimensi comprehension and percep- tion, stimulus serupa juga mendapat skor terendah dibandingkan stimulus lainnya. Re- sponden kurang melakukan intepretasi atau pemberian arti terhadap stimulus tersebut dan mengakibatkan informasi itu tidak di- ingat oleh responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarwan (2004, 85), bahwa in- formasi yang disimpan merupakan hasil in- tepretasi seseorang terhadap stimulus yang diterima. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan, akun Twitter merupakan medium yang sangat efektif bagi usaha kecil untuk melakukan promosi, sebagaimana restoran Taiyo Sushi dalam melakukan promosi. Penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi praktisi usaha kecil agar mempertimbangkan pemakaian Twitter sebagai medium promosi bagi usahanya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005. Belch, George E. and Michael A. Belch. Adver- tising and Promotion: An Integrated Market- ing Communication Perspective, 8th ed. New York: McGraw-Hill, 2009. Boyd, Danah, Scott Golder, and Gilad Lotan. Tweet, Tweet, Retweet: Conversational As- pects of Retweeting on Twitter. Hawaii: HIC- SS, IEEE, 2010. Chaffey, Dave and PR Smith. eMarketing eX- cellence: Planning and Optimizing Your Digi- 6
  • 11. EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIUM PROMOSI ANASTASIA & EMRUS tal Marketing, 3rd ed. Oxford: Elsevier But- terworth-Heinemann, 2008. Copley, Paul. Marketing Communications Management: Concepts and Theories, Cases and Practices. Oxford: Elsevier Butterworth- Heinemann, 2004. Cruz, Brant and Josh Mendelsohn. Why So- cial Media Matters to Your Business. Boston: Chadwick Martin Bailey, 2010. Dale, Chris. Some Useful Marketing Facts About Twitter and Facebook. Didapat dari http://www.marketinghq.com.au/social-me- dia/some-useful-marketing-facts-about -twitter-and-facebook/; Internet; diakses 25 Ok- tober 2011. Darusman, Danis, Marketing Officer Restoran Taiyo Sushi. Wawancara oleh Peneliti, 29 Sep- tember 2011, Jakarta. Duncan, Tom. Principles of Advertising & IMC, 2nd ed. New York: McGraw-Hill, 2008. Engel. James F., Roger D. Blackwell, and Paul W. Miniard. Consumer Behavior, 8th ed. Florida: The Dryden Press, 1995. Fielding, Jane and Nigel Gilbert, Understand- ing Social Statistic. London: SAGE Publica- tions Ltd, 2000. Fill, Chris. Marketing Communication: Interac- tivity, Communities and Content, 5th ed. Es- sex: Pearson Education Limited, 2009. Hair, Joseph F., Arthur H. Money, Phillip Sa- mouel, and Mike Page. Research Methods for Business. Chichester: John Wiley & Sons Ltd., 2007. Hoyer, Wayne D. and Deborah J. Maclnnis. Consumer Behavior, 5th ed. Cengage Learn- ing, 2010. Jantsch, John. Using Twitter for Business. Kan- sas City: Duct Tape Marketing, 2009. Kristi, Yosseane Widia. Keefektifan Traffic Management Centre dalam Menangani Ma- salah Lalu Lintas di Jakarta. Depok: Univer- sitas Indonesia, 2010. Loudon, David L. and Albert J. Della Bitta. Consumer Behavior: Concepts and Applica- tions, 4th ed. Singapore: McGraw-Hill Book Co., 1993. Miniwatts Marketing Group. Asia Marketing Research, Internet Usage, Population Statis- tics and Facebook Information. Didapat dari http://www.internetworldstats.com/asia. htm; Internet; diakses 23 September 2011 Neuman, William L. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches, 4th ed. Massachusetts: A Pearson Education Company, 2000. O’Dell, Jolie. The History of Social Media (In- fographic). Didapat dari http://mashable. com/2011/01/24/the-history-of-social-media- infographic; Internet ; diakses 25 Oktober 2011. PT. Kassa9 International. Indonesia: Nomer Satu Di Perkembangan Twitter, Nomer Tiga di Facebook. Didapat dari http://www. teknoup.com/news_gallery/indonesia-no- mer-satu-di-perkembangan-twitter-nomer- tiga-di-facebook/6012_0; Internet ; diakses 19 September 2011. Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, 2009. Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2006. Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk. Consumer Behavior, 7th ed. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2000. Seitel, Fraser P. The Practice of Public Rela- tions, 11th ed. New Jersey: Pearson Educa- tion, Inc., 2011. Sekaran, Uma. Research Methods For Business. New York: John Wiley & Sons, Inc., 2000. Shimp, Terence A. Integrated Marketing Com- munications in Advertising and Promotion, 7th ed. Ohio: Thomson Higher Education, 2007. Stelzner, Michael A. 2011 Social Media Market- ing Industry Report. Social Media Examiner, 2011. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989. Sulianta, Feri. Twitter for Business. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011 Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. West, Richard and Lynn H. Turner. Introducing Communication Theory: Analysis and Appli- cation, 3rd ed. New York: McGraw-Hill, 2007. 7
  • 12. Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN: 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Anomalous Democracy Examination on the Correlation between Press Freedom and Levels of Corruption in Indonesia and Singapore FX.Lilik Dwi Mardjianto dosen Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Jl. Boulevard, Gading Serpong Tangerang-Banten Telepon (021) 5422 0808 e-mail: lilik@umn.ac.id Abstract: Indonesiasedangberadadidalameraketerbukaandankebebasanpers.Halituberartidemokrati- sasi juga sedang berkembang. Geliat serupa juga dirasakan di ranah pemberantasan korupsi, ditan- dai oleh banyaknya investigasi kasus-kasus korupsi oleh pers dan aparat penegak hukum. Fenomena itu mengundang pertanyaan; apakah demokrasi—yang salah satunya ditandai oleh kebebasan pers- -selalu berjalan beriringan dengan penurunan tingkat korupsi? Adakah faktor di luar demokrasi yang bisa menekan korupsi? Setelah melakukan perbandingan, analisis sejumlah data, dan wawa- ncara, penulis menemukan sebuah anomali demokrasi; bahwa demokrasi dan kebebasan pers tidak selalu diikuti oleh penurunan tingkat korupsi. Hal itu diterapkan oleh Singapura—sebuah negara yangberhasilmelepaskandiridariperangkapkorupsitanpaperlu“repot”mengurusidemokratisasi. Keywords: Pers, demokrasi,anomali,korupsi INTRODUCTION Corruption is an extraordinary crime. It is so extraordinary that people react to it dif- ferently. While some are amused by it, others are enraged. People react to corruption after receiving and analyzing information they get. Those with limited access to primary sources of information tend to rely on infor- mation released by the press or media, which regularly scrutinize cases of corruption. The global characteristic of corruption and its massive destructive effects make news headlines everywhere. Corruption is worth dying for, especially for journalists seeking good stories. Furthermore, massive cover- age of corruption defines public opinion and attitude. It is clear that there is a correlation between corruption, the press, and public at- titude. Whenever possible, corruption will be exposed by the press, and the result of the ex- pose defines the public’s reaction or attitude towards it. Transparency International (TI), a glob- al organization, recognizes that corruption is a transnational problem and measures it through its annual Corruption Perception In- dex (CPI). CPI is used for this study because it is regularly used by Indonesia and Sin- gapore; on which the study will focus. This study focuses on these two countries because they possess unique and, in certain cases, anomalous characteristics related to press freedom and corruption. Geographically, In- donesia and Singapore are in Southeast Asia and bear similarities in nature and culture. Although the citizens of these countries are close geographically and ethnically, some of them maintain different views about freedom of speech and expression. While Indonesians value press freedom, this does not seem to be shared with an equal fervor by Singaporeans. And while Indonesians are more tolerant of corrupt practices, Singaporeans are less so. As a result, Indonesia and Singapore have achieved different levels of development, 8
  • 13. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO with the latter performing much better. The writer also used World Press Free- dom Index released annually by a global or- ganization called Reporters without Borders. It measures the state of press freedom in the world and reflects the degree of freedom that journalists and news organizations enjoy in each country. The survey also measures the efforts of authorities to respect this freedom. REVIEW OF RELATED LITERATURE Journalism is an immediate influence upon public opinion. Robert C. Brooks in his book entitled, Corruption in American Poli- tics and Life, states that journalism possesses undeniable influence upon public opinion. It shapes how the public see life. Within a con- cept of a state, journalism plays an important role in determining public opinion towards politics, and every aspect of it, including cor- rupt practices. Media are (muzzled) watchdogs. Rod- ney Tiffen explores several issues about me- dia, politics, and corruption—especially in contemporary Australia. In a research enti- tled Scandals: Media, Politics & Corruption in Contemporary Australia, Tiffen explores how politics and corruption affect news poli- cies, and how a news policy affects correction of bad politics and eradication of corruption, especially in Australia. The research also puts attention on several aspects that limit the role of the press. Tiffen uses the ideal identity of the me- dia and the press—they are watchdogs. It is the highest aspiration for the media. The media and press are expected to be a vigilant watchdog for the public good against so- cial abuses and official wrongdoing (Tiffen, 1999). But at the same time, the media are under attack from contradictory directions. They are willing but unable to perform their role as watchdogs. The media are hamstrung by restrictive laws, especially those relating to defamation. The media are no longer vigi- lant, but muzzled watchdogs instead. States are an example of organized crime. The idea goes along with what Weberi- ans think. A state, according to Max Weber, is a human community which, within a defined territory, successfully claims for itself the mo- nopoly of legitimate physical force. For some cases, a state is the sole source of the right to exercise violence (Whimster, 2004:131). Gramscians are of the same opinion. They re- gard a state, with its powerful hegemony, as an entity that tends to coerce. These studies are relevant to the study of press freedom and aspects of social and po- litical life, including corruption. Some of the studies explore media and corruption within a frame called politics. It is understandable since media and corruption in a country will always have something to do with the politi- cal practices. But none of the studies explore press freedom and levels of corruption at the same time. Moreover, most of the works are American or Australian-based researches, therefore rarely discussing what is happen- ing in developed or developing countries in Asia like Singapore and Indonesia. This study will offer something new be- cause it concentrates on Asia, especially In- donesia and Singapore. This study also offers elaborations on a relatively new idea, which is correlation between press freedom—a cru- cial feature of democracy---and level of cor- ruption. METHODOLOGY The study focuses on press freedom and levels of corruption in Indonesia and Sin- gapore. The writer analyzed and interprets World Press Freedom Index and Corruption Perception Index (CPI) in order to compose fundamental argument of the study. The writer, afterwards, strengthen the argument by analyzing several stories released by the press of both countries. The next step is ana- lyzing the idea of ownership, in which the writer indicated the pattern of ownership of the media in Indonesia and Singapore. Af- ter that, an analysis on legal aspects in both countries was conducted. The two last steps were crucial for determining potential in- tervention—both from the authorities and law—experienced by the press. Journalists, experts in media and com- munication, NGO activists involved in anti- corruption movements, and official bodies concerned about the eradication of corrup- tion were interviewed to provide expert opinion and facts. Senior editors of Koran Tempo and Seputar Indonesia, national and investigative newspapers in Indonesia were likewise in- terviewed. Topics discussed in the interview were mostly about the role of the press in anticorruption movements in Indonesia. Af- terwards, the deputy chief of Indonesia Cor- ruption Watch (ICW), the most aggressive NGO in Indonesia, was interviewed. The in- 9
  • 14. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO terview gave an idea of how anti-corruption movements relate to the role of the press, also elaborating on how the press determines the success of anti-corruption efforts conducted by ICW. The commissioner of the Indonesia Corruption Eradication Commission (KPK) was also interviewed. KPK is an official body tasked with combating corruption through preventive and punitive strategies. The inter- view then explored how the press influences the KPK’s strategy in combating corruption. It also looked at the cooperation between the two entities both interested in eradicating corruption. An adjunct Senior Research fellow of the National University of Singapore was likewise interviewed to explain press free- dom, politics and corruption in Singapore. Several cases and testimonials from Singa- porean journalists, media companies, and media activists were also studied. Due to time and budgetary constraints, tight dead- lines and schedules, the interviewees chose to be interviewed via email. Three Singaporean journalists were also interviewed through email in order to get a comprehensive picture of press freedom in the country. The interviewees explained their opinion and experience about press freedom in relation to political issues and the govern- ment’s effort in combating corruption. RESULTS AND DISCUSSION The Indonesian press and media are celebrating the freedom of speech. This has made the press and media effective agents in conveying certain messages and affecting public opinion. The most controversial case that illustrates this is that experienced by the Indonesian Corruption Eradication Commis- sion (KPK) commissioners, Bibit Samad Rian- to and Chandra M. Hamzah, in 2008. The case was widely covered by the press for almost three months, making Indonesians aware of corruption and provoking them to begin a great online movement. Millions expressed their opinion on Facebook and it successfully forced the government to adopt a political policy to stop investigations in the KPK case, which is also known as Bibit-Chandra case. Taking after the Philippines, some refer to this case as Indonesian People Power. Another major case surfaced two years later, the Century Bank case, and cast doubt on the Susilo Bambang Yudhoyono presiden- cy. By 2010, the media and political institu- tions have been dealing with it for almost a year. There is a suspicion that Yudhoyono, the founder of the Demokrat party, received illegal funds amounting to 6.7 trillion rupiahs during his presidential election campaign. Money from the government went to Cen- tury Bank, especially to several businessmen who were suspected of having a relationship with Yudhoyono or the Demokrat party. The press has been reporting on this case exten- sively and everybody, including politicians, has started to talk about impeachment. Yud- hoyono and his men have denied the accusa- tions. Indonesian press has been experienc- ing freedom, indicated by the flow of various stories for years. The freedom began after the fall of Soeharto presidency. It grew rap- idly since 2000s. As the result, the world has recognized Indonesia’s press freedom. In the 2009 World Press Freedom Index of RSF, In- donesia ranked 100th, better than its neigh- boring countries, Singapore (133th), Malaysia (131st), and Thailand (130th). Freedom House, using a similar meth- odology, also gave a similar assessment, where Indonesia scored 54 in both 2007 and 2008, or improved from 58 in 2006. Meanwhile, the Singaporean press rare- ly investigated corruption cases. Investigative reports were usually done by foreign media operating in Singapore. Trixia Carungcong, deputy foreign editor of Today newspaper, admits it. In an interview with the writer, Ca- rungcong said that one of the difficulties for journalists working in Singapore is the guess- ing game they have to play with regard to the gray areas. There are so-called “OB” (out-of- bounds) markers. Journalists may take too much risk if they work carelessly within this area. The area includes some topics that are deemed too sensitive, such as race, religion, religion and corruption. “Criticism and al- legations of corruption or abuse of power, for instance, which are not backed by evi- dence, could end up in a costly libel suit,” Carungcong said. As an experienced journal- ist, Carungcong confidently claimed that the role of the press is not the main reason for the low incidence of corruption in Singapore. The situation in Singapore is very different from countries like the United States, Britain, the Philippines and Indonesia, where investi- gative journalists play a major role in keeping officials in check. Another Singaporean journalist, Ans- ley Ng shared the same opinion. Journalists 10
  • 15. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO have limited access to be able to aggressively report on corruption cases in the country. Of- ten, they are able to obtain information that comes from the court—only after the case has gone to court. Before such cases go to court, it can be very difficult to persuade newsmakers to give information. This goes to show that the Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) does not regard the press as a partner in the investigation of corruption cases. The reporter of Today, in an interview with the writer, noted that authorities still control the flow of information, but in a rela- tively good way. There are more off-the-re- cord briefings for editors and reporters before any major announcement. This allows sensi- tive questions to be asked, to which frank an- swers are given by authorities. “On the flip side, such briefings can be seen as yet another way to control information, by keeping it off the record,” Ng said. According to her, there is more press freedom in Singapore, con- sidering that the government was tighter as many as five to eight years ago. In terms of corruption eradication, In- donesia and Singapore seem to live in a dif- ferent world. Indonesia ranked 111th and scored 2.8 out of 180 countries on the Cor- ruption Perception Index (CPI) 2009 scale released by Transparency International (TI). The score means there is a high level of cor- ruption in Indonesia. TI’s official statement calls attention to the fact that many countries scored less than 5.0. Most of the countries with low scores are countries that are at war or undergoing political and economic insta- bility. The same condition happened in 2010. Indonesia still scored 2.8 and it showed that the country incurred “corrupt desease”. In 2011, Indonesia made “a little” improvement by achieving 3.0. But, according to TI state- ment, such a score indicate the same corrupt practices still exist. Indonesia is left behind by its neighbor- ing country—Singapore--which scored 9.2 or placed itself at the top of the list, along with several free-corruption countries. Former Singaporean Prime Minister Lee Kwan Yew is an inspiring figure who eradicated corruption in the country. Lee launched a program asking the government to spare funds for the country’s officials. The New York Times reported that the coun- try spent huge amounts of money to reach a 60-percent increase in ministers’ salaries, or about S$1.3 million in 2007. The program aimed to stop corruption and it succeeded. The country also has a Corrupt Practic- es Investigation Bureau (CPIB) which plays an important role in combating corruption in the country. It has also successfully brought erring politicians and public officers to jail. The Power of Ownership Power is exercised in every media or- ganization. Reporters are usually ordered by editors to cover several events, while editors obey commands of the owner. Power allows whoever holds it to exercise control over those who don’t. In some news organizations, ownership means the ability to control and create newsroom policy which, according to Warren Breed, is the consistent orientation of a paper’s news and editorial toward issues and events, revolving primarily around par- tisan, classes, and racial division (Breed, 1955: 326-335). A discussion on the ownership of a news organization will sometimes lead to a discussion of independence. The press can be dependent on anything, including the owner. Two major categories of media owners are public and private, with each group hav- ing its own characteristics and news policies. A government-owned news organization is bound to follow government policy and toe the line. Private news organizations, on the other hand, have more freedom to criticize the government but are still dependent on its owners. In Singapore, there is a virtual monop- oly of ownership, with owners closely linked to the ruling party. It is different in Indone- sia where there is relatively no monopoly of the government, with majority of Indonesian media being financially independent. This means that the country does not allocate any funds for most of the media organizations so that Indonesian journalists are free and en- thusiastic about investigating sensitive issues in the country, including corruption. There are 335 weekly magazine and 288 daily newspapers read by Indonesians. Each province has its own magazine and daily newspapers. Some Indonesians in certain provinces also enjoy monthly magazines and various programs produced by several tele- vision stations. TV stations, newspapers, and magazines are the most popular media used by Indonesians. Jakarta seems to be the most “well-informed province”. The Press Council counted that there are 14 TV stations, 46 daily newspapers, 134 weekly magazines, and 44 monthly magazines. Freedom of information 11
  • 16. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO is so highly appreciated in Indonesia, that the most remote province—Papua—possesses two main daily newspapers (Press Council, 2010). Indonesian journalists enjoy various ad- vantages that come with press freedom, and for some influential newspapers and TV sta- tions, this is a virtual paradise. But the free- dom is also being challenged by problematic media ownership in the country. The Century Bank case depicts the power of media ownership. The press treated this case differently. The government-owned press was expected to “protect” the govern- ment by publishing “friendly” stories, while privately-owned media tended to publish more “offensive” stories. This is not decided upon by reporters, but by the owners. ANTARA News Agency, as an exam- ple, is a state-owned enterprise. The agency rarely covers stories that “attack” the govern- ment. On the other hand, the agency publish- es stories that promote government stability. ANTARA, in an article, stated that the Cen- tury Bank case has affected President Susilo Bambang Yudhoyono’s second-term govern- ment, especially its first 100-day program. This will likely continue to cost a lot of ener- gy even after the end of 2010. “The Yudhoy- ono-Boediono government has not been able to enjoy a ‘honeymoon’ in the past 60 days of its administration because many problems have emerged, including the alleged framing issue of the Corruption Eradication Commis- sion (KPK) and the Bank Century case,” the article said. The agency also quoted an economic observer from state University of Indonesia, Faisal Basri, who said the decision to bail out Century Bank was right and had saved Indo- nesia from a crisis. ANTARA also stated its position by quoting that the idea to summon President Susilo Bambang Yudhoyono was not necessary. “Indeed it is not necessary to summon him because he has no connections with the Century Bank case,” ANTARA quot- ed Anas as saying. The “more independent” press treated the issue differently. The Jakarta Post in an article published in February 2009 said that the crucial question in the Century Bank case was whether Yudhoyono was committed to the policy of bailing out the bank, and wheth- er this policy was justified by the global crisis that was exerting pressure on Indonesia. The article also pointed out the political issue in the case: “Especially for a significant number of politicians, Yudhoyono is the ultimate tar- get.” Meanwhile, The Jakarta Globe called attention to Yudhoyono’s popularity after dealing with the case. A survey conducted by Indonesia Survey Institute (LSI) pegged Yud- hoyono’s popularity at 70 percent. LSI que- ried 2,900 respondents. A previous survey found the president’s popularity standing at 85 percent. The Singaporean press and media are closely connected to the government. Unlike Indonesia, media ownership in Singapore is limited to only two main corporations, Singa- pore Press Holdings (SPH) and MediaCorp. The British Broadcasting Corporation (BBC) reported close links between SPH and the ruling People’s Action Party (PAP). A set of amendments to the Newspa- pers and Printing Presses Act (NPPA) in 1974 ended the private ownership of newspapers, allowing only the PAP government to own newspapers, and forcing all newspaper or- ganizations to become public companies. The Act also forbade newspapers from receiving funding from foreign sources without gov- ernment approval. The government forced all media com- panies to be public companies with a mini- mum of 50 shareholders, with no shareholder owning more than three percent of the shares. The government or its nominees has to be given management shares that carry more voting power than those held by the rest of the shareholders combined. Management shares carry some 200 times the voting power that ordinary shares have. Furthermore, only persons approved by the government can be issued management shares, with the transfer of these shares also requiring government ap- proval. Looking at the situation, the editorial policies of the newspapers are automatically managed by those holding a majority of the management shares, and because these share- holders are government-approved, they are, as a matter of course, pro-PAP (Gomez, 2005). It comes as no surprise then that most media analysts describe Singapore’s media environ- ment as highly regulated (Quinn, 2008). Stephen Quinn, in his book entitled, Asia’s Media Innovators, elaborates that SPH is divided into two divisions. About 600 jour- nalists work in the Chinese newspaper divi- sion and more than 600 operate in the English, Tamil, and Malaysian division. The company employs 400 of its journalists to run its flag- 12
  • 17. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO ship publication, The Straits Times. SPH is licensed to published 14 newspapers in four languages. Together, these newspapers have a combined circulation of more than a million copies a day. SPH publishes and distributes more than 90 periodicals in the country and region. It also has a 40 percent stake in Me- diaCorp Press Pte Ltd, which publishes a free daily newspaper, Today. The company also has free-to-air television business through a 20-percent shareholding in MediaCorp’s tele- vision holdings (Quinn, 2008). This giant corporation can maintain most of the people living in Singapore. Quinn claims that, every day, SPH newspapers are read by 2.7 million individuals, or 83 percent of people aged 15 or older. This means that more than half of Singapore’s total popula- tion read an SPH newspaper. The count of SPH’s consumers will be more if the readers and viewers of other SPH divisions are in- cluded. Millions of SPH consumers end up receiving homogeneous information from the company’s publications. And given close relations with the ruling party, content and substance of the company’s publications can be predictable. This situation strengthens the predic- tion that most of local press and media will follow the government’s intention and rare- ly oppose it. This leads to the fact that local press and media in Singapore seldom pub- lish or investigate corruption cases that may slap the government. Well-arranged media ownership, along with strict media rules, will maintain the “stability”. Freedom Versus Rule of Law Azhar Azis, senior editor of Seputar In- donesia says that the role of the Indonesian press is significant in exposing corruption cases. Citing the Bibit-Chandra case, Azis says it illustrates the influence of press free- dom on Indonesia. Civil society, along with the press and Indonesian judicial systems successfully exposed confidential taping that eventually brought about justice. The public realized that the charges were just trumped up, the commissioners were innocent, and that some Indonesian officials were alleged- ly bribed to create the false accusations. “In this case, the government was finally forced to follow public demand conveyed by the press,” says Azhar. Abdul Manan, senior editor of Koran Tempo chose to step backwards. He referred to the Bulog case to elaborate on the role of the press in dealing with corruption cases. The case was slowly investigated because the suspect was an influential official. It was Tempo which decided to investigate the case and successfully brought the suspect to court. Manan, now in charge of national (law and politics) news, said that the basic role of the press is to encourage change. Talking about corruption, the press should force authorities to honestly investigate every case. “Because the government tends to investigate cases that (are) massively covered by the media,” he said. Deputy chief of Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho said that there are at least five strategies in combat- ing corruption, one of which is working to- gether with the press. The other four include producing original ideas for anti-corruption campaigns, building and developing net- works, helping anti-corruption movements in various sectors and area, and working with civil society. Emerson said that ICW and the press are “brothers.” The success of corruption eradication efforts cannot be separated from the support of the press. “So far, our criticism is heard by authorities only if it is massively covered by the press,” Emerson said. Another anti-corruption agent in In- donesia is KPK. The body is an official body established in 2002, which became the most powerful institution in Indonesia, especially in corruption eradication. In completing its mission, KPK often works with the press. KPK commissioner Chandra Marta Hamzah said the Indonesian press and media play an important role, especially in providing infor- mation both for the public and KPK. “News can lead to preliminary evidence for KPK to solve certain corruption cases,” Hamzah said to the writer. Sometimes, the press interviews some- one who has not been interviewed by KPK. According to Hamzah, KPK can interpret the position of the interviewee in cases that KPK is working on. Furthermore, the news can make informants more confident and more willing to provide hidden information to KPK. A senior Singaporean journalist, Jona- than Burgos, argued that limited ac- cess is not the sole problem faced by Singa- porean journalists in reporting corruption cases. Another key factor is that the journal- ists themselves are not as aware of corruption 13
  • 18. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO issues. Journalists believe that corruption is not an issue “worth dying for.” Most of them do not regard corruption cases as a priority for investigation. “We seldom hear of corrup- tion cases that came to light because of me- dia’s vigilance in Singapore,” Burgos said in an interview with the writer. Carungcong of Today added that the success of corruption eradication in Singa- pore is mainly due to the rule of law—the efficient and credible judiciary and a reliable police force—as well as the philosophy of the government in compensating its employees and officials. The country believes that to keep the best and the brightest in its ranks, and to discourage them from seeking illegal or unethical means of making money, it must compensate its people well in terms of salary and benefits. The government prides itself in running the country well, and as its economic success shows, it has been doing a fairly good job. Ng of Today also claimed that key fac- tor for successful corruption eradication is Singapore’s harsh laws on corruption. It also requires the willingness of the government to carry out the punishments. Corrupted people are given no slack when it comes to being punished. In other countries like Indo- nesia, prisoners live in comfortable jail cells because they are celebrities, VIPs, or are able to pay the prison guards for it. “This is hardly the case in Singapore. If that happened, the prison director will be jailed instead.” CONCLUSION Based on findings, there is no definite correlation between press freedom and the level of corruption in a country. It means that the press is not the sole factor in bringing about less corruption. Indonesia is an example where press freedom exists alongside anticorruption movements. Two of these, the Indonesian Corruption Eradication Commission and In- donesia Corruption Watch “depend on” the press as they make press coverage one of the essential factors in combating corruption. Yet Indonesia’s ranking in the 2009 Corruption Perception Index remained low. Singapore, on the other hand, is an un- usual case. Even without the press and the media, it has successfully battled corrup- tion. Legally speaking, according to Cherian George of the National University of Singa- pore, there is greater press freedom in Indo- nesia than in Singapore. But the Singaporean state has very effective internal safeguards against corruption and its political culture is such that there is zero tolerance for corrup- tion. Citizens do not tolerate corruption, and will complain if they encounter it. This means that there is a greatly reduced role for investi- gative journalism in combating corruption in Singapore. This leads to the conclusion that democ- racy, represented by freedom of the press, is not the sole factor in bringing about good governance and less corruption. Democracy, which has resulted in successful and clean governance in America, Australia and Eu- rope, does not seem to bring about the same results in Southeast Asia. In fact, a democratic country like Indonesia is hardly prosperous. The study reveals that the press is quite aggressive in a democratic country. Mean- while, in an authoritarian-like country like Singapore, there is a tendency for the press to be less aggressive. Further research on ethics is recommended to analyze the nature of the press in these opposing situations. Does an aggressive press tend to violate ethical codes, while the “obedient” press stays on track, or vice versa? BIBLIOGRAPHY Abdussalam, A. (2009, December 21). Anta- ranews. Retrieved September 13, 2010, from Antaranews: http://www.antaranews.com/ en/news/1261336269/year-ender-bank-centu- ry-case-disturbs-govts-100-day-program Antaranews. (2009, December 11). Antaranews. Retrieved September 13, 2010, from Anta- ranews: http://www.antaranews.com/en/ news/1260538284/anas-century-bank-com- mittee-must-not-target-individuals Antaranews. (2009, December 11). Antaranews. Retrieved September 13, 2010, from Anta- ranews: http://www.antaranews.com/en/ news/1260482999/decision-to-bail-out-centu- ry-bank-correct-observer Breed, W. (1955). Social control in the news- room: A functional analysis. In W. Breed, So- cial Forces (pp. 326-335). Brooks, R. C. (n.d.). Corruption in American Politics and Life. Retrieved November 25, 2009, from questia: http://www.questia.com/ read/98213556?title=Corruption%20in%20 American%20Politics%20and%20Life# Gomez, J. (2005). Freedom of Expression and the Media in Singapore. London: Article 19 14
  • 19. Anomalous Democracy F. X. LILIK DWI MARDJIANTO Pasandaran, C. (2010, January 27). Jakarta Globe. Retrieved September 13, 2010, from Jakarta Globe: http://www.thejakartaglobe. com/indonesia/scandals-dent-yudhoyonos- popularity-especially-among-middle-class- voters/355295 Quinn, S. (2008). Asia's Media Innovators. Sin- gapore: Konrad Adenauer Stiftung. Tiffen, R. (n.d.). Scandals: Media, Poli- tics & Corruption in Contemporary Aus- tralia. Retrieved November 25, 2009, from questia: http://www.questia.com/ read/23076230?title=Scandals%3a%20 Media%2c%20Politics%20%26%20Corrup- tion%20in%20Contemporary%20Australia# Tiffen, R. (1999). Scandals: Media, Politics & Corruption in Contemporary Australia. Syd- ney, N.S.W.: UNSW Press. Whimster, S. E. (2004). The Essential Weber: A Reader. London: Routledge. 15
  • 20. Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara NEW MEDIA DAN MULTIKULTURALISME Indiwan Seto Wahyu wibowo Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Jl. Boulevard, Gading Serpong Tangerang-Banten Telepon (021) 5422 0808/082112297660 e-mail: indiwan@umn.ac.id Abstract: Kemunculan Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI sangat fenomenal bahkan mampu mengalahkan calon kuat yang didukung partai-partai besar menimbulkan tanda Tanya besar, mengapa sosok keduanya ini begitu cepat melejit dan mampu meraih simpati rakyat yang banyak. Apakah kehadi- ran keduanya yang terkenal karena ‘baju kotak-kotaknya’ ini melulu memang karena kharisma mantan Walikota Solo itu ataukah karena pengaruh opini public yang dihembuskan oleh media massa khususnya new media dan social media. Mengapa kemunculan keduanya ini memunculkan sentiment SARA ( suku,agama dan ras) dan berujung pada gangguan terhadap multikultural- isme bangsa Indonesia? Keywords: New Media, Multikulturalisme, Framing Komunikasi, Konstruksi realitas PENDAHULUAN Siapa yang tidak tahu Jokowi –Ahok? Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru saja dilantik sebagai pejabat baru menggantikan Fauzie Bowo sebagai orang nomor satu di Ibukota Jakarta. Kemunculan keduanya yang sangat fenomenal bahkan mampu mengalahkan calon kuat yang didukung partai-partai besar menimbulkan tanda Tanya besar, me ngapa sosok keduanya ini begitu cepat melejit dan mampu meraih simpati rakyat yang banyak. Apakah kehadiran keduanya yang terkenal karena ‘baju kotak-kotaknya’ ini melulu memang karena kharisma mantan Walikota Solo itu ataukah karena pengaruh opini public yang dihembuskan oleh media massa khususnya new media dan social me- dia. Mengapa kemunculan keduanya ini me- munculkan sentiment SARA ( suku,agama dan ras) dan berujung pada gangguan terha- dap multikulturalisme bangsa Indonesia? Paper sederhana ini ingin menguak bagaimana frame media baru khususnya me- dia online dalam mengusung figure Jokowi Ahok sebagai cermin dari keberagaman suku bangsa di Indonesia. Ada sejumlah teks berita yang dijadikan pijakan saat menganalisis peran dan fungsi social media dalam mengusung multikulturalisme di In- donesia khususnya Jakarta. Makalah ini berawal dari sebuah per- tanyaan besar. Apakah berita itu merupakan cermin dari realitas? Apakah berita memang benar-benar merefleksikan kenyataan yang ada di tengah masyarakat di Indonesia? 1.2. Pokok Permasalahan Saat Jokowi –Ahok masuk arena pertaru ngan kandidat Gubernur DKI Jakarta, se- jumlah pentolan kelompok tertentu di Ja- karta meragukan bahwa keduanya bisa menang mengingat dalam sejarah gubernur DKI Jakarta belum pernah ada Gubernur atau Wagub DKI Jakarta yang beragama se- lain agama Islam. Kasus ini dipicu pada awalnya le- wat perseteruan antara Rhoma Irama de ngan Jokowi, hingga menjadi pembicaraan 16
  • 21. Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara ISSN 1979-1232 hangat di sejumlah media khususnya media online dan social media seperti twitter dan facebook. Kasus tersebut semakin terasakan ketika Jokowi Ahok menang dalam pemili- han Gubernur DKI Jakarta. Kita lihat berita di bawah ini: Rhoma Irama: Kampanye SARA Dibena- rkan JAKARTA, KOMPAS.com — Raja dan- gdut Rhoma Irama yang juga merupakan tim kampanye pasangan calon gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menuturkan, kampa- nye yang mengusung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan. Hal ini disampaikannya saat memberikan ceramah shalat tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Du- ren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012). "Di dalam mengampanyekan sesuatu, SARA itu dibenarkan. Sekarang kita sudah hidup di zaman keterbukaan dan demokrasi, masyarakat harus mengetahui siapa calon pemimpin mereka," kata Rhoma Irama. Rho- ma pun menyebutkan nama Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly As- shidiqie atas dasar pembenaran penggunaan isu SARA. "Saya dapat berbicara seperti ini karena memang dibenarkan Ketua Dewan, Jimly Asshidiqie," katanya. Senada dengan ustaz dan pengurus masjid sebelumnya yang mengajak para ja- maah untuk memilih yang seiman, Rhoma Irama juga mengimbau para jamaah untuk memilih pemimpin yang seiman. "Islam itu agama yang sempurna, memilih pemimpin bukan hanya soal politik, melainkan juga iba- dah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas masyarakat Jakarta," ujarnya. Dalam ceramahnya, Fauzi Bowo lebih banyak mengingatkan tentang berkah di bu- lan Ramadhan. "Di bulan Ramadhan mari sa- ling mempererat hablun minannas dan me- ningkatkan ketakwaan kepada Allah. Bulan ini merupakan kesempatan emas melaku- kan ibadah lebih tekun dan khusyuk agar mendapat bonus Allah," ujar pria yang akrab disapa Foke ini. Dalam akhir paparannya, Foke meng- klaim keberhasilannya dalam membuat sua- sana kondusif selama memimpin Jakarta. "Jakarta ini bukan kota yang sederhana. Saya bersyukur, selama saya memimpin, tidak ada satu pun masyarakat Jakarta yang memaksa mereka berhenti melaksanakan aktivitas," tu- turnya. Dalam kesempatan tersebut, Foke memberikan sumbangan kepada anak asuh PKU yang dikelola Muhammadiyah Tanjung Duren dan Masjid Al-Isra, bantuan masjid sebesar Rp 28 juta, Al Quran, alat olahraga, dan lampu hemat energi. Hadir pula Sekre- taris Daerah DKI Jakarta, Fajar Pandjaitan, Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin, dan petinggi harian Poskota. (Kompas.com/Pen- ulis : Kurnia Sari Aziza | Senin, 30 Juli 2012 | 09:14 WIB) Kemudian setelah suasana mereda , muncul pula pemberitaan yang mengganggu multikulturalisme bangsa Indonesia khusus- 17
  • 22. Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara nya yang mulai mempertanyakan keyakinan seorang kandidat dan mengaitkan dengan ajaran agama tertentu. Sebagai contoh dalam pemberitaan Era- muslim, Okezone.com dan sejumlah media online yang peneliti lihat. Persoalan utama yang diangkat dalam makalah singkat ini adalah bagaimana konstruksi pemberitaan media online seputar kasus desakan Front Pembela Islam agar Basuki tidak menjabat sebagai Wakil Gubernut DKI dan mendesak lelaki yang lebih dikenal sebagai Ahok itu masuk Islam. Di dunia maya, persoalan ini menjadi menarik karena isu tersebut mendapat per- hatian dan perlakuan yang tidak sama di media online. Kalau kita mengetikkan kata Ahok masuk Islam dalam kotak pencari www.google.com akan beragam fakta dan data yang muncul khususnya dalam judul pemberitaan di media online. Ada beragam judul berita di media on- line, mulai dari yang netral seperti “Ahok didoakan masuk Islam”, hingga “FPI desak Ahok masuk Islam”. Peristiwa yang sama ternyata dilihat berbeda oleh sejumlah me- dia Online. Bahkan yang menarik, tak lama setelah pemberitaan tersebut muncul berita bahwa “FPI Bantah Nyuruh Ahok Masuk Islam” di laman www.okezone.com, pada- hal sebelumnya di laman yang sama muncul berita yang menggambarkan bagaimana FPI mendesak Ahok agar masuk Islam. Dalam pemberitaannya www.okezone. com menulis : “Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok akan menjabat 12 tugas ex of- ficio atau jabatan yang dipegang oleh Wagub. Dalam mengisi jabatan tersebut, Ahok akan berhubungan langsung dengan agama Islam dalam hal ini kaum muslimin di Jakarta. Seperti Ketua Badan Pembina Lemba- ga Bahasa dan Ilmu Alquran, Ketua Dewan Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran, Ketua Dewan Perimbangan Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh, Ketua De- wan Pembina Badan Pembina Perpustakaan Masjid Indonesia, Ketua Badan Pembina Koordinasi Dakwah Islam, Ketua Dewan Penasehat Dewan Masjid Indonesia, Ketua Dewan Pembina Jakarta Islamic Center, dan Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama. FPI pun dengan lantangnya menye- but Ahok di luar Islam dan tidak pantas memimpin 12 tugas yang berkaitan lang- sung dengan umat Islam. "Ahok tidak bo- leh mendekati Masjid. Bukan najis secara fisik, tetapi najis secara hati. Jadi bagaimana mungkin Wagub DKI yang nonmuslim jadi penasihat masjid," kata Ketua Dewan Syuro DPD DKI FPI, Habib Shahab Anggawi, di depan gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2012). Dia mengatakan, sangat tidak mung- kin dan tidak pantas yang mengisi jabatan tersebut adalah orang nonmuslim. FPI juga memberikan solusi, yakni Ahok tidak men- jabat Wagub DKI atau Ahok bersedia masuk Islam.” (Geruduk Kantor DPRD, FPI Desak Ahok Masuk Islam -Fahmi Firdaus – Oke- zone Selasa, 9 Oktober 2012 12:03 wib) Pemberitaan sekecil apapun di media terkait Jokowi dan Ahok sebenarnya selalu mendapat tanggapan yang menguntungkan posisi Jokowi Ahok karena ada sekelompok masyarakat membuat ‘page’ khusus untuk mendukung Jokowi –Ahok. Bahkan uniknya dukungan terus mengalir terbukti hingga tanggal 2 september 2012 ( delapan belas hari sebelum hari H pemilihan) menembus jumlah 101.024 anggota. Grup Facebook berlabel “Dukung JOKOWI-AHOK untuk Gubernur DKI” tersebut adalah media komunikasi paling aktif yang memberikan informasi seputar kegiatan Jokowi –Ahok yang beredar an- tar dan inter pendukung mereka sekaligus diakui menjadi saring penyaring berita bias yang menyerang Jokowi-Ahok. Dari pemua- tan informasinya, grup ini merupakan alat propaganda program dan bisa lebih efektif mempengaruhi konstituen. Secara jelas Face- book mereka gunakan untuk menangkal se- gala bentuk kampanye hitam pihak lain yang mendiskreditkan figure Jokowi-Ahok. Yang unik lagi tak selamanya anggota grup terse- but adalah pendukung Jokowi, pendukung Foke-Nara pun diijinkan untuk bergabung. Ini dimaksudkan agar diskusi menjadi lebih menarik dan siapapun dapat mengomen- tarinya tanpa menjatuhkan pihak lawan. Selain Grup tersebut secara resmi ada situs resmi Jokowi Basuki untuk Jakarta Baru yang menjadi sarana utama dan media formal Tim Sukses demi terciptanya komuni- kasi politik yang positif dan efektif dari berb- agai arah. Upaya pendukung Jokowi memanfaat- kan social media sangatlah masuk akal kare- na paling tidak di tahun 2011, ada 41,777,240 18
  • 23. Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara ISSN 1979-1232 pengguna Facebook di Indonesia (kedua ter- besar di dunia), 872,461 pengguna linkedin Indonesia, 5,600,000 pengguna twitter Indo- nesia, 3,725,258 member Kaskus. Dari hasil survey terbaru MarkPlus di tahun 2011 ternyata bahwa pengguna Inter- net di Indonesia di tahun 2011 mencapai 55 juta orang. Dibanding sekitar 240 juta pen- duduk Indonesia diperkirakan 23% sudah tertepa koneksi Internet di kota-kota besar — hanya 4.1% yang berada di area pedesaan. Dari survey tersebut ternyata 29 juta orang Indonesia yang mengakses menggunakan perangkat mobile mencapai 29 juta orang atau sekitar 50% pengguna Internet di Indo- nesia untuk berselancar di dunia maya. Un- tuk memperoleh perkiraan tersebut, Mark- Plus Insight mengadakan survei terhadap 2161 orang pengguna Internet di sebelas kota besar. Orang yang disurvei memiliki rentang usia 15-64 tahun dengan golongan sosial eko- nomi ABC. Rata-rata dari mereka mengakses Internet lebih dari 3 jam per hari. Persoalannya, bagaimana frame dari media online terhadap kasus ‘Ahok diminta masuk Islam” Makna apa yang coba diang- kat oleh media online terkait dengan figure Jokowi –Ahok? 2. Kerangka Pemikiran 2.1 Konstruksi Realitas Media online tentunya memiliki tujuan dan kharakteristik tersendiri saat melihat peristiwa yang mereka anggap penting. Bahkan bisa dikatakan bahwa setiap media massa termasuk juga media online seperti www.kompas.com , www.okezone.com , tentunya memiliki perbedaan baik dalam isi ,penampilan,dasar tujuan dan pengema- san beritanya terkait peristiwa kemenangan Jokowi Ahok. Isu yang diangkat itu terkait bagia- mana media tersebut mengemas peristiwa dan melakukan konstruksi atas persitiwa tersebut. Banyaknya kepentingan yang ber- beda dari masing-masing media massa baik ekonomi, politik dan sebagainya bisa juga menyebabkan adanya perbedaan penekanan dan framing masing-masing.. Menurut Burhan Bungin dalam sebuah bukunya, pada dasarnya pekerjaan media adalah mengkonstruksikan realitas. Realitas media atau realitas yang ditampilkan dalam berita dibangun dari sejumlah fakta sedan- gkan fakta dari suatu realitas itupun tidak statis, melainkan dinamis yang mungkin berubah-ubah seiring dengan perubahan peristiwa itu sendiri. Pada akhirnya menu- rut Bungin, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Walau ada ‘kebenaran’ di sana namun kebenaran suatu realitas bersifat nisbi, yang berlaku ses- uai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.(Bungin,2008:11) Konstruksi sosial dalam masyarakat tak bisa terlepas dari kekuatan ekonomi dan pe- rubahan sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan media massa terhadap pembaca atau audiensnya atau yang sering disebut se- bagai hegemoni massa. Melalui penguasaan intelektual dan massal hegemoni mencoba mengatur massa dengan seamnagt kapitalis- menya sedangkan media dimanfaatkan oleh sekelompok elit dominan, sehingga penyaji- annya tidak lagi merefleksikan realitas sosial yang nyata. Dengan masuknya unsur kapital, menurut Alex Sobur, media massa mau ti- dak mau harus memikirkan pasar, media bertarung dalam menyajikan beritanya un- tuk memperoleh keuntungan (revenue) baik dari oplah penjualan medianya juga mencari pemasukan sebesar-besarnya dari iklan. Pe- kerjaan media massa menurut Sobur adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka se- luruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). Jadi bisa disimpulkan bahwa content atau isi me- dia pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. (Sobur,2006:88) Sobur mengutip Berger dan Luck- mann saat penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman antara “kenyata- an” dan “pengetahuan”. Berger melihat realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara, pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki kharakteristik secara spesifik.(So- bur, 2006:91). 2.2 Media dan Berita dilihat dari Paradig- ma Konstruktivis Mills sebagaimana dikutip Hard, men- gajukan pandangan yang pesimistik tentang media dalam bukunya The Power Elite .Dia memandang media sebagai pemimpin “du- nia palsu” (pseudo world), yang menyajikan realitas eksternal dan pengalaman internal 19
  • 24. Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara serta penghancuran privasi. Caranya den- gan menghancurkan “peluang untuk pertu- karan opini yang masuk akal dan tidak terb- uru-buru serta manusiawi. Itu terjadi karena media memainkan peran penting dalam menjalankan kekuasaan, media membantu menciptakan salah satu problem besar dalam masyarakat kontemporer, yakni pembang- kangan atas kekuasaan oleh masyarakat.( Hard,2007:211-212). Sedangkan konsep Berita dalam sudut pandang konstruktivisme dipandang bukan sebagai sesuatu yang netral dan men- jadi ruang publik dari berbagai pandangan yang berseberangan dalam masyarakat. Se- baliknya menurut Eriyanto, media adalah ruang dimana kelompok dominan menye- barkan pengaruhnya dengan meminggirkan kelompok lain yang tidak dominan.( Eriyan- to,2002:23). Menurut Eriyanto ada penilaian bagaimana media, wartawan dan berita dili- hat dalam paradigma kontruksionis dalam bukunya yang berjudul Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media yakni : pertama Fakta atau Peristiwa adalah hasil konstruksi. Fakta merupakan konstruksi atas realitas. Dan realitas bukanlah sesuatu yang terberi, seakan-akan ada, realitas sebaliknya diproduksi. Fakta ada dalam konsepsi piki- ran seseorang. Kedua, Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkon- struksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. Ketiga, Berita bukan refleksi dari re- alitas. Ia hanyalah konstruksi realitas. Berita adalah hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Berita pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah buku jurnalis- tik. Semua proses konstruksi (mulai dari me- milih fakta, sumber, pemakaian kata, gam- bar sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak. Keempat, Berita bersifat subjektif / konstruksi atas realitas. Berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan ata realitas. Pemaknaan atas realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasil- kan “realitas” yang berbeda pula. Kelima Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas. Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut mendefinisikan peristiwa. Sebagai seorang agen, wartawan menjalin transaksi dan hubungan dengan objek yang diliput. Keenam. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Etika dan moral yang dalam banyak hal be- rarti keberpihakan pada suatu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu adalah bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Ketujuh, Nilai, etika dan pilihan moral peneliti menjadi ba- gian yang integral dalam penelitian. Peneliti bukanlah robot yang netral dan menilai reali- tas tersebut apa adanya. Sebaliknya, peneliti adalah entitas dengan berbagai nilai dan ke- berpihakan yang berbeda-beda. Karenanya, bisa jadi objek penelitian yang sama akan menghasilkan temuan yang berbeda ditan- gan peneliti yang berbeda. Kedelapan, Kha- layak mempunyai penafsiran tersendiri ter- hadap berita. Khalayak menjadi subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dibaca.. (Eriyanto,2002:19-36). Disini penulis akan menelaah isi media dari paradigma konstruktivis dimana posisi Media dimiliki oleh kelompok yang dominan dan dapat memajukan kelompok lain. Posisi nilai dan ideologi wartawan media yang ti- dak terpisahkan dari mulai proses peliputan hingga pelaporan. Lalu hasilnya itu mencer- minkan ideologi wartawan dan kepentingan sosial, ekonomi, dan politik tertentu. 2.3 Hakikat Teori Framing Konsep lain yang digunakan dalam makalah ini adalah konsep framing. Fram- ing dipandang sebagai sebuah strategi pe- nyusunan realitas sedemikian rupa sehingga dihasilkan sebuah wacana. Pada mulanya analisis framing dipakai untuk memahami bagaimana anggota-anggota masyarakat mengorganisasikan pengalamannya sewak- tu melakukan interaksi sosial. Menurut Eri- yanto, dalam sebuah wacana selalu ada fakta yang ditonjolkan, disembunyikan, bahkan dihilangkan sampai terbentuk satu urutan cerita yang mempunyai makana sesuai frame yang dipilih. Dalam konteks ini relevan dibi- carakan proses-proses framing media massa. Dimana dalam penyajian suatu berita atau realitas dimana kebenaran tentang suatu re- alitas tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberi- kan sorotan terhdap aspek-aspek tertentu 20
  • 25. Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara ISSN 1979-1232 saja, dengan mengunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantu- an foto, karikatur dan ilustrasi lainya. Framing merupakan strategi pemben- tukan dan operasionalisasi wacana media, karena media massa pada dasarnya adalah wahana diskusi atau koservasi tentang suatu masalah yang melibatkan dan memperte- mukan tiga pihak, yakni wartawan, sumber berita dan khalayak. Konsep framing dalam studi media banyak mendapat pengaruh dari lapangan psikologi dan sosiologi.(Eriyanto, 2001:71) Eriyanto selanjutnya menyatakan bah- wa analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam katagori penelitian konstruksionis. Pendekatan kon- struksionis melihat proses framing sebagai proses konstruksi sosial untuk memaknai re- alitas. 3. Metodologi Penelitian Secara sederhana, dalam makalah ini mencoba menganalisis sejumlah berita ter- kait dengan isu gangguan multikulturalisme dimana menempatkan Ahok sebagai tokoh sentral yang menjadi pemberitaan di media Online. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian analisis framing dengan memin- jam model kerangka framing Pan dan Kosicki. Tetapi dari beragam unsur yang ditawarkan pan Kosjiki, dalam makalah ini penulis han- ya melihat unsur retoris, dan melakukan se- dikit modifikasi saat melihat unsur tematik, dan skrip . Model ini berasumsi bahwa setiap ber- ita mempunyai frame yang berfungsi seb- agai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keselu- ruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peris- tiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam pendekatan ini perangkat fram- ing (Eriyanto,2002,176) dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis, Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur tema- tik; dan Keempat, struktur retoris. Dalam pengertian umum; sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kali- mat. Dalam wacana berita, sintaksis menun- juk pada pengertian susunan dari bagian berita – headline, lead, latar informasi, sum- ber, penutup dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Skrip. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W+1 H (who, what, when, where, dan how). Unsur kelengkapan beri- ta ini dapat menjadi penanda framing yang penting. Skrip adalah salah satu dari strate- gi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-ba- gian dengan urutan tertentu. Tematik. Struk- tur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Di sini, berarti struktur tematik ber- hubungan dengan bagaimana fakta itu di- tulis oleh seorang wartawan. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik, antara lain : Detail. Elemen wacana detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Hal yang menguntungkan komunikator/ pembuat teks akan diuraikan secara detail dan terperinci, sebaliknya fakta yang tidak menguntungkan detail informasinya akan dikurangi. Maksud. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunika- tor akan diuraikan secara eksplisit dan jelas, yakni menyajikan informasi dengan kata-ka- ta yang tegas dan menunjuk langsung kepada fakta. Sebaliknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi dengan menyajikan informasi yang memakai kata tersamar, eufemistik dan berbelit-belit. Nominalisasi. Elemen nominalisasi berhubungan dengan pertanyaan apakah komunikator memandang objek sebagai ses- uatu yang tunggal (berdiri sendiri) ataukah sebagai suatu kelompok (komunitas). Nomi- nalisasi dapat memberi kepada khalayak ad- anya generalisasi. Koherensi: pertalian atau jalinan antar kata, preposisi atau kalimat. Dua buah ka- limat atau preposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan den- gan menggunakan koherensi, sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang men- ghubungkannya. Bentuk Kalimat. Bentuk kalimat menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kali- mat pasif seseorang menjadi objek dari per- nyataannya. Kata ganti. Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi ba- 21
  • 26. Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara hasa dengan menciptakan suatu imajinasi. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perang- kat retoris untuk membuat citra, meningkat- kan kemenonjolan pada sisi tertentu dan me- ningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana ber- ita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran. (Eriyanto,2011). 3.1 ANALISIS BERITA DAN PEMBAHASAN Unit Analisis yang diteliti 1. Rhoma Irama: Kampanye SARA Dibenar- kan. Lead: Raja dangdut Rhoma Irama yang juga merupakan tim kampanye pasangan calon gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menuturkan, kampanye yang mengusung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan. Hal ini disampaikannya saat memberikan ceramah shalat tarawih di Mas- jid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012). Media : Kompas.com/Penulis Kurnia Sari Aziza | Senin, 30 Juli 2012 | 09:14 WIB 2.Geruduk Kantor DPRD, FPI Desak Ahok Ma- suk Islam JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Ja- karta terpilih, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok akan menjabat 12 tugas ex officioatau jabatan yang dipegang oleh Wagub. Dalam mengisi jabatan tersebut, Ahok akan berhubungan langsung dengan agama Islam dalam hal ini kaum muslimin di Jakarta Fahmi Firdaus – www.Oke- zone.com, Selasa, 9 Oktober 2012 12:03 wib 2. FPI Minta Pelantikan Jokowi-Basuki Ditun- da Lead: JAKARTA, KOMPAS.com — Dewan Pimpinan Daerah Front Pembela Islam DKI Jakarta mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunda pelantikan gubernur terpil- ih Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok). Alasannya, FPI meminta pel- antikan dilakukan setelah SK gubernur ten- tang jabatan wakil gubernur direvisi terlebih dahulu (WWW.Kompas.com/9/10/2012/editor Hertan- to Soebijoto) 3.2 ANALISIS BERITA 1 Rhoma Irama: Kampanye SARA Dibenarkan JAKARTA, KOMPAS.com — Raja dan- gdut Rhoma Irama yang juga merupakan tim kampanye pasangan calon gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menuturkan, kampa- nye yang mengusung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan. Hal ini disampaikannya saat memberikan ceramah shalat tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Du- ren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012). "Di dalam mengampanyekan sesuatu, SARA itu dibenarkan. Sekarang kita sudah hidup di zaman keterbukaan dan demokrasi, masyarakat harus mengetahui siapa calon pemimpin mereka," kata Rhoma Irama. 22
  • 27. Jurnal Ultima Com edisi Vol.I No.5 /Maret-Mei 2014 Universitas Multimedia Nusantara ISSN 1979-1232 Rhoma pun menyebutkan nama Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshidiqie atas dasar pembenaran penggunaan isu SARA. "Saya dapat berbi- cara seperti ini karena memang dibenarkan Ketua Dewan, Jimly Asshidiqie," katanya. Senada dengan ustad dan pengurus masjid sebelumnya yang mengajak para ja- maah untuk memilih yang seiman, Rhoma Irama juga mengimbau para jamaah untuk memilih pemimpin yang seiman. "Islam itu agama yang sempurna, memilih pemimpin bukan hanya soal politik, melainkan juga iba- dah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas masyarakat Jakarta," ujarnya. Dalam ceramahnya, Fauzi Bowo lebih banyak mengingatkan tentang berkah di bu- lan Ramadhan. "Di bulan Ramadhan mari sa- ling mempererat hablun minannas dan me- ningkatkan ketakwaan kepada Allah. Bulan ini merupakan kesempatan emas melaku- kan ibadah lebih tekun dan khusyuk agar mendapat bonus Allah," ujar pria yang akrab disapa Foke ini. Dalam akhir paparannya, Foke meng- klaim keberhasilannya dalam membuat sua- sana kondusif selama memimpin Jakarta. "Jakarta ini bukan kota yang sederhana. Saya bersyukur, selama saya memimpin, tidak ada satu pun masyarakat Jakarta yang memaksa mereka berhenti melaksanakan aktivitas," tu- turnya. Dalam kesempatan tersebut, Foke memberikan sumbangan kepada anak asuh PKU yang dikelola Muhammadiyah Tanjung Duren dan Masjid Al-Isra, bantuan masjid sebesar Rp 28 juta, Al Quran, alat olahraga, dan lampu hemat energi. Hadir pula Sekre- taris Daerah DKI Jakarta, Fajar Pandjaitan, Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin, dan petinggi harian Poskota. Editor : Hertanto Soebijoto UNSUR TEMATIK Tema penting: 1.kampanye yang mengusung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan. “…Raja dangdut Rhoma Irama yang juga merupakan tim kampanye pasangan calon gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menuturkan, kampanye yang mengusung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan. Hal ini disampaikannya saat memberikan ceramah shalat tarawih di Mas- jid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012). (paragraph 1) 2. Rhoma Irama juga mengimbau para jamaah untuk memilih pemimpin yang seiman. Senada dengan ustad dan pengurus masjid sebelumnya yang mengajak para ja- maah untuk memilih yang seiman, Rhoma Irama juga mengimbau para jamaah untuk memilih pemimpin yang seiman. "Islam itu agama yang sempurna, memilih pemimpin bukan hanya soal politik, melainkan juga iba- dah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas masyarakat Jakarta," ujarnya. 3. Apa yang disampaikan Rhoma senada Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshidiqie Rhoma pun menyebutkan nama Ketua De- wan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jim- ly Asshidiqie atas dasar pembenaran peng- gunaan isu SARA. "Saya dapat berbicara seperti ini karena memang dibenarkan Ketua Dewan, Jimly Asshidiqie," katanya. UNSUR RETORIS. 1. Jargon atau leksikon pembenaran dari Rho- ma Irama soal boleh kampanye mengangkat unsur SARA: "Di dalam mengampanyekan sesuatu, SARA itu dibenarkan. ….. (paragraph 2) 2.leksikon bahwa kita hidup di era keterbu- kaan dan demokrasi "….Sekarang kita sudah hidup di zaman ket- erbukaan dan demokrasi, masyarakat harus mengetahui siapa calon pemimpin mereka," kata Rhoma Irama.(paragraph 2) 3.Jargon bahwa Islam itu agama yang sem- purna maka pilihlah pemimpin yang seiman dengan mayoritas warga Jakarta "Islam itu agama yang sempurna, me- milih pemimpin bukan hanya soal politik, melainkan juga ibadah. Pilihlah yang sei- man dengan mayoritas masyarakat Jakarta," ujarnya.(paragraph 4) Analisis dan Pembahasan Dari sisi tematik dan Retoris, berita ini menggambarkan adanya upaya ‘kampanye hitam’ yang mencoba memecah belah para calon pemilih berdasarkan isu SARA. Pen- gangkatan topic soal imbauan Rhoma Irama yang meminta agar warga muslim memilih pemimpin yang seiman, merupakan bukti 23
  • 28. Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret-Mei 2014 ISSN : 1979-1232 Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara nyata adanya upaya menghambat multikul- turalisme, mengingat di Jakarta memang ter- diri dari warga yang beragam, tidak hanya warga muslim saja. Berita ini jelas menohok dan mencoba melakukan pembenaran aksi kampanye kelompok Fauzi Bowo dan Nara untuk mengangkat isu SARA sebagai bagian dari proses pemenangan mereka. Rhoma Irama yang dianggap dekat dengan warga muslim Jakarta bahkan den- gan tegas mengatakan bahwa kampanye SARA itu justru dibenarkan oleh Ketua De- wan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jim- ly Asshidiqie. Sebagai upaya memperkuat tindakannya agar tidak dianggap melanggar aturan kampanye. Paling tidak ada tiga tema penting dari berita tersebut yaitu pertama kampanye yang mengusung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dibenarkan. Kedua Rhoma Irama juga mengimbau para jamaah untuk memilih pemimpin yang sei- man dan ketiga apa yang disampaikan Rho- ma senada Ketua Dewan Kehormatan Peny- elenggara Pemilu Jimly Asshidiqie. 3.3 Analisis Berita kedua: Geruduk Kantor DPRD, FPI Desak Ahok Masuk Islam Fahmi Firdaus – Okezone Selasa, 9 Oktober 2012 12:03 wib Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone) JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Ja- karta terpilih, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok akan menjabat 12 tugas ex officio atau jabatan yang dipegang oleh Wagub. Dalam mengisi jabatan tersebut, Ahok akan berhubungan langsung dengan agama Islam dalam hal ini kaum muslimin di Jakarta. Seperti Ketua Badan Pembina Lemba- ga Bahasa dan Ilmu Alquran, Ketua Dewan Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran, Ketua Dewan Perimbangan Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh, Ketua De- wan Pembina Badan Pembina Perpustakaan Masjid Indonesia, Ketua Badan Pembina Koordinasi Dakwah Islam, Ketua Dewan Penasehat Dewan Masjid Indonesia, Ketua Dewan Pembina Jakarta Islamic Center, dan Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama. FPI pun dengan lantangnya menyebut Ahok di luar Islam dan tidak pantas me- mimpin 12 tugas yang berkaitan langsung dengan umat Islam. "Ahok tidak boleh mendekati Masjid. Bukan najis secara fisik, tetapi najis secara hati. Jadi bagaimana mungkin Wagub DKI yang nonmuslim jadi penasihat masjid," kata Ketua Dewan Syuro DPD DKI FPI, Habib Shahab Anggawi, di depan gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2012). Dia mengatakan, sangat tidak mung- kin dan tidak pantas yang mengisi jabatan tersebut adalah orang nonmuslim. FPI juga memberikan solusi, yakni Ahok tidak men- jabat Wagub DKI atau Ahok bersedia masuk Islam. "Kami minta peraturannya diganti, atau Ahok yang masuk Islam. Kami yakin DPRD DKI mendengarkan kami, karena mereka lebih berilmu dibanding kami," tegasnya. "Dari sebelum Pemilukada, umat Islam diberitahu untuk tidak memilih pemimpin yang tak seiman. Ada ayat larangan jadikan nonmuslim sebagai pemimpin. Bagaimana orang nonmuslim memimpin masalah zakat? Tidak mungkin mengurusi Dewan Masjid se- mentara dia orang nonmuslim. Dekat saja tak boleh, apalagi mengurusi Islam," cetusnya lagi. Dalam melakukan aksinya, massa FPI juga melantunkan salawat dan berorasi un- tuk meminta Ahok tidak menjabat sebagai Wagub DKI. (put) Analisis Data Dari berita diatas akan dianalisis makna dibal- iknya lewat pencarian unsur tematik dan re- torisnya UNSUR TEMATIK 1. FPI pun dengan lantangnya menyebut Ahok di luar Islam dan tidak pantas memimpin 12 tugas yang berkaitan langsung dengan umat Islam “..12 tugas ex officioatau jabatan yang dipegang oleh Wagub. Dalam mengisi ja- batan tersebut, Ahok akan berhubungan langsung dengan agama Islam dalam hal ini kaum muslimin di Jakarta. Seperti Ketua Badan Pembina Lemba- ga Bahasa dan Ilmu Alquran, Ketua Dewan Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran, Ketua Dewan Perimbangan Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh, Ketua De- wan Pembina Badan Pembina Perpustakaan Masjid Indonesia, Ketua Badan Pembina Koordinasi Dakwah Islam, Ketua Dewan Penasehat Dewan Masjid Indonesia, Ketua 24