SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 50
Descargar para leer sin conexión
CLEAN CONSTRUCTION
                              BIDANG AIR LIMBAH


A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Survey Topografi
Survey ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh rangkaian
pekerjaan. Survey topografi meliputi kegiatan:
• Pengecekan ulang elevasi rencana
• Menyebarkan titik‐titik panduan diseluruh wilayah kerja
• Menentukan titik‐titik (koordinat) posisi manhole.




                    Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole

a. Pemeriksaan ulang elevasi rencana
Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus memeriksa
kebenaran/akurasi survey perencanaan.




                       Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana

Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh perencana dan
menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah survey. Titik referensi



                                            1
 
utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 yang ditetapkan oleh Badan
Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL) serta benchmark yang
ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) 13.




      Gambar 3. Titik Benchmark (BM) dan Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615

b. Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik (koordinat)
    posisi manhole
Tujuan dari penyebaran titik‐titik panduan bantuan ini adalah bila di suatu lokasi hendak
dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat dipergunakan sebagai
acuan dalam menentukan elevasi invert saluran.




Gambar 4. Penyebaran Titik Panduan Di Wilayah Kerja Dan Penentuan Titik Koordinat Manhole

Titik lokasi manhole dan titik panduan bantuan tersebut harus dilengkapi informasi mengenai
nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukaan jalan.

2. Test Pit
Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah. Utilitas
tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya yang mungkin ada.
Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang menghalangi jalur pipa, maka jalur
pipa tersebut harus disesuaikan.


                                              2
 
Gambar 5. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di Lapangan

Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tepi jalan ke tengah jalan atau sebaliknya).
Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah memindahkan utilitas yang
bersangkutan tentunya dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.




                Gambar 6. Penyesuaian Posisi Pipa Dengan Utilitas Yang Ada



                                             3
 
Gambar 7. Diagram Alir Test Pit
7.
3. Pemeriksaan Kondisi Bangunan Existing
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi
existing bangunan yang ada di sekitar lokasi kegiatan, seperti adanya retak pada bangunan,
tembok atau dinding dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan agar di kemudian hari apabila ada
keluhan dari pemilik bangunan bisa diketahui apakah kerusakan tersebut diakibatkan oleh
pelaksanaan pekerjaan atau sudah terjadi sebelumnya ataupun ada sebab lainnya. Semua
dokumentasi haruslah dilengkapi dengan foto.




                         Gambar 8. Pemeriksaan Bangunan Existing


                                             4
 
A. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA
1. Karakteristik Pipa

Pipa primer dan sekunder/tersier terbuat dari beton bertulang (RC Pipe) dengan bahan dari semen
anti sulfat. Kedua jenis pipa tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu mengalirkan air limbah
secara gravitasi. Pipa forcemain berfungsi untuk mengalirkan air limbah dengan pemompaan,
jenis pipa yang digunakan pipa baja (steel pipe) diameter 500 mm dan 600 mm, serta pipa PVC
diameter 150 mm dan 200 mm.




                      Gambar 9. Karakteristik Pipa Yang Akan Digunakan

Spesifikasi pipa beton ( RC Pipe ) :
Mutu beton : K‐350 ( sebelum proses spinning )
              K‐550 ( setelah proses spinning )

Mutu baja tulangan :
 • Tegangan leleh > 4.500 kg/cm2
 • Tegangan tarik ≥ 5.000 kg/cm2

                           Tabel 1. Jenis Pipa Yang Akan Digunakan




                                                  5
 
Langkah‐langkah kerja pemasangan pipa baja bertekanan lebih sederhana dari pemasangan pipa
beton. Karena kemiringan pipa bertekanan bukan merupakan faktor penting, walaupun tidak
boleh diabaikan, dan kedalaman galian tidak terlalu dalam (timbunan minimum di atas pipa 1,50
m). Hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian adalah penyambungan pipa baja.
Penyambungan dilakukan dengan pengelasan yaitu las listrik dan harus dilakukan oleh tenaga
yang berpengalaman agar diperoleh hasil yang sempurna.




                     Gambar 10. Detil Pemasangan Pipa Baja Bertekanan

    1. Metoda Pemasangan Pipa Dengan Metode Clean Construction
Clean Construction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapi dan tertib sehingga
dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.




                                             6
 
Gambar 11. Diagram Alir Pemasangan Pipa Baja Bertekanan


    •   Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap
        segmen sepanjang 50 m.
    •   Tanah galian langsung diangkut dengan dump
        truck ke tempat pembuangan sementara untuk
        digunakan kembali nantinya
    •   Tidak   diperkenankan     menaruh     material     di
        jalan/trotoar kecuali dalam area di tempat kerja
    •   Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas
        yang memadai. Untuk pekerjaan pada malam hari
        dilengkapi dengan lampu penerangan / pengaman
    •   Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja            Gambar 12. Pekerjaan Penggalian
                                                                Dengan Metode Clean Construction
        dilakukan setiap hari untuk menghindari debu

                                                    7
 
2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa
Tahapan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa seperti pada diagram alir berikut ini:




               Gambar 13. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa

a. Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan
Bila pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan, terlebih dulu dilakukan penentuan jalur pipa
yang akan dipasang. Hal ini perlu dilakukan karena sering kali posisi jalur pipa yang tergambar di
gambar rencana perlu penyesuaian atau perubahan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya
adalah jalan ternyata tidak benar‐benar lurus seperti pada gambar rencana dan terdapat utilitas
atau bangunan yang menghalangi jalur pipa. Penandaan jalur pipa pada permukaan jalan
dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan sebagai batas pekerjaan galian. Posisi jalur pipa
disesuaikan dengan kondisi jalan dan utilitas yang ada di bawah jalan. Selain sebagai penanda
jalur pipa, tanda pada permukaan jalan juga berfungsi untuk memberi arah dan batas galian.
Permukaan jalan yang telah ditandai kemudian dipotong dengan mesin sampai kedalaman 5‐7
cm. Pemotongan ini dimaksudkan agar lapis permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak
karena aktivitas penggalian. Pemotongan permukaan jalan sampai kedalaman 5‐7 cm dengan
mesin dimaksudkan agar lapisan permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena
aktivitas penggalian.




                                                8
 
Gambar 14. Proses Penandaan Jalur Dan Pemotongan Permukaan Jalan

2. Pekerjaan galian
Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu lokasi dengan
lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting yang menjadi faktor utama
dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian. Yaitu :
a. Lebar daerah milik jalan (Damija)
b. Jenis tanah
c. Elevasi muka air tanah dan
d. Kepadatan lalu lintas

                                                   Gambar 15. Pekerjaan Galian




Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual (tenaga
manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian langsung diangkut ke tempat
pembuangan. Di lokasi – lokasi tertentu penggalian dilakukan dengan mesin dan manual. Bagian
atas, dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan utilitas, dan selanjutnya dengan
excavator.



                                        Gambar 16. Pengupasan Permukaan Jalan




                                             9
 
Gambar 17. Pekerjaan Penggalian Secara Manual Dan Penggunaan Mesin

    a. Pemasangan Turap

    Berdasarkan     jenis   karakteristik   tanah,    metode
    pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu galian dengan
    turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang
    dikategorikan yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran
    padat) dan tanah yang mudah runtuh (butiran lepas).
    Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan untuk
    pemasangan pipa dengan diameter kecil, galian tidak
    terlalu dalam dan kondisi tanah stabil. Untuk tanah
    yang mudah runtuh, maka penggunaan turap sangat
    diperlukan untuk memastikan galian tetap pada
    kondisi yang diharapkan. Jenis turap yang digunakan
    antara lain turap kayu, sheeting plate dan sheet pile.     Gambar 18. Pemasangan Turap




                                                     10
 
Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk
turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan diperoleh
permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke
dalam lubang galian.

                                      Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat
                                      dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet
                                      pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan
                                      diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan
                                      tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang
                                      galian.

       Gambar 19. Sheet Pile




                  Gambar 20. Turap dengan menggunakan material dari kayu




                               Gambar 21. Pemasangan Sheeting Pile


                                                11
 
Gambar 22. Pemasangan Sheeting Plate

b.   Dewatering

                                Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus
                                disertai dengan usaha membuang air (dewatering) bila elevasi air
                                tanah lebih dangkal dari dasar galian. Artinya tanah galian
                                terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan
                                pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air
                                tanah tinggi, mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah,
                                maka galian harus diamankan dengan penggunaan turap yang
                             
     Gambar 23. Pekerjaan
                                kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran terdekat atau
        Dewatering              dengan menggunakan tempat penampungan.


3. Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat diperlukan
diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir (pipa terpasang dari
manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan pipa karena terjadi beda tinggi antara
invert awal dan akhir. Berdasarkan data‐data tersebut, surveyor yang terlibat dalam pemasangan
pipa harus mengawasi dan mengecek elevasi dari masing‐masing pipa karena pipa dipasang satu
per satu.




                                         Gambar 24. Manhole




                                               12
 
Gambar 25. Pekerjaan Pemasangan Manhole


Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai
dipasang namun kenyataan dilapangan, seringkali jaringan
pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa seperti ini
biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan
menyisakan 2 batang pipa.

Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam
                                                                                              
rangkaian pemasangan manhole. Cara ini dipilih karena
manhole memiliki lebar galian yang lebih besar dari galian pipa dan terutama untuk manhole
yang posisinya pada persimpangan jalan, potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas
sangat besar sehingga diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus.

Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan, pengukuran
elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal tersebut di atas bila tidak dapat
terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa akan berisiko bocor, terjadi genangan atau
endapan, dan bahkan tidak mengalir.

a. Penyambungan pipa
Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung yang diisi pasir.
Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh dudukan yang baik dan stabil.
Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun secara keseluruhan, elevasi dapat
dipertahankan. Penyambungan pipa berikutnya dapat dimulai dari spigot ataupun socket.




                                              13
 
Gambar 26. Diagram Alir Pemasangan/Penyambungan Pipa




                             14
 
Gambar 27. Proses Penyambungan Pipa

b. Pengukuran elevasi/kemiringan pipa
Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/kemiringannya. Pengecekan
ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik sambungan (sekaligus untuk mengetahui apakah ada
perubahan setelah disambung) dan pada ujung lainnya. Bila kedua titik tersebut telah sesuai
kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan pipa lainnya.




                    Gambar 28. Pengukuran Elevasi Dan Kemiringan Pipa

c. Pengukuran kelurusan pipa
Selain elevasi/kemiringan pipa harus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan juga harus benar.
Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada posisi manhole dan pengaturan
jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan dilakukan dengan cara menarik benang as pipa
dari manhole ke manhole. Benang ini berada di atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah


                                              15
 
lurus, harus ditarik garis tegak lurus dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga
menggunakan rantai penggantung pipa. Dapat juga menggunakan batang kayu atau aluminium
yang diberi tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian, kelurusan pipa dapat diperiksa dari
tanda pada tengah batang kayu atau aluminium tersebut.




                    Keterangan: A dan B. Pengukuran Dengan alat bantu selain benang
                                 C. Dengan alat bantu benang


                            Gambar 29. Pengukuran Kelurusan Pipa

4. Timbunan Dan Pengaspalan
Timbunan kembali dilakukan secara bertahap lapis demi lapis. Masing‐masing tahapan harus
dipadatkan. Timbunan kembali dimulai dengan timbunan pasir dan diikuti oleh timbunan dengan
material pilihan dan agregat kelas A & B. Timbunan berhenti pada ketinggian minus 90 mm dari
permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk diisi/dilapisi dengan Asphalt Treatment Base (ATB)
setebal 50 mm serta lapisan aspal (AC) setebal 40 mm. Tahapan penimbunan kembali dilakukan
seperti alur kegiatan di samping berikut ini.

a. Timbunan / urugan pasir
Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir timbunan.Tujuan dari
memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan mengisi celah-celah antara pipa dengan
tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan dengan alat bantu mekanis tetapi hanya disiram air dan
ditusuk‐tusuk dengan kayu. Pemadatan dengan alat bantu mekanis pada timbunan pasir (sand
bedding) tidak dibenarkan karena dapat merusak pipa.


                                                  16
 
Gambar 30. Diagram Alir Proses Penimbunan




    Gambar 31. Potongan Timbunan/Urugan Pasir




                       17
 
Keterangan:
    (A) Penurunan pasir dari truck (B) Meratakan timbunan pasir   (C) Penyiraman timbunan pasir


                                  Gambar 32. Pekerjaan Penimbunan Pasir

b. Timbunan/urugan material pilihan
Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan. Material yang
digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material pilihan. Urugan dengan
material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap tebal lapisan 20 cm. Selanjutnya adalah
pengisian dengan agregat A dan B. Pemadatan urugan material pilihan menggunakan alat
pemadat mekanis.
A




         B
       Gambar 33. Pekerjaan Penimbunan Dengan Material Tanah (A) dan Agregat Kelas A (B)

Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali, perlu iperhatikan
teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang kurang baik akan menimbulkan
rongga antar butiran yang berukuran besar dan dalam jumlah yang banyak. Rongga‐rongga
tersebut bila dibiarkan akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan dikemudian hari. Hal
pertama yang harus diperhatikan adalah kadar air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan tanah timbunan tidak padat karena butiran selalu bergerak bersama gerakan
hidrostatik air. Kadar air yang kurang juga akan menyebabkan pemadatan tidak optimal karena
tanah timbunan sulit bergerak dan hanya mengakibatkan padat permukaan saja. Kadar air yang


                                                        18
 
baik adalah kadar air optimal sesuai dengan hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang
seharusnya diterapkan di lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan. Untuk
mendapatkan kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau menggenangi
timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat bantu mekanis. Peralatan
yang memadai juga berperan untuk menghasilakan pemadatan yang baik. Penggunaan alat
pemadat mekanis seperti stamper, tendem, baby roller sangat membantu menghasilkan
pemadatan yang baik. Selain itu jumlah lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata.
Pemadatan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan di tempat bekas
galian sehingga membahayakan kendaraan / pengguna jalan




                          Gambar 34. Proses Pemadatan Timbunan

d. Pengaspalan
Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer DSDP dibedakan dalam 2 tipe
penanganan sesuai kelas jalan sebaga berikut :
1. Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC tebal 4 cm hanya
    selebar galian pipa .
2. Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm selebar galian
    pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan tersebut.

Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut :
  • Hot mix diproduksi pada instalasi pencampur aspal (AMP) sesuai proporsi material job mix
    formula yang sudah disetujui.
  • Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk membersihkan permukaan
    hamparan dari debu dan kotoran sampah
  • Aspal prime coat dengan volume + 0,8 liter/m² disemprotkan di atas permukaan agregat A
    sebagai perekat hamparan ATB, dilanjutkan proses pemadatan ATB dengan alat roda bagi
    tandem seberat 5-8 ton pada suhu (110-125)°C dengan jumlah lintasan 1-2 PP. Kemudian
    dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C
    dengan jumlah lintasan 12‐16 PP.
  • Asphalt take coat dengan volume + 0,3 ltr / m² disemprotkan di atas permukaan perkerasan
    aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru, dilanjutkan proses pemadatan AC dengan


                                             19
 
alat roda besi tandem (5-8 ton) pada suhu (110‐125)°C dengan lintasan 1-2 PP. Kemudian
      dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C
      dengan jumlah lintasan 12-16 PP.
    • Pada hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di lapangan
      untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain
      untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98 % dari kepadatan laboratorium (
      JMF ) dan tst Extraksi( Kadar aspal dan gradasi agregat ).
    • Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan pembuatan marka
      jalan sesuai marka yang lama.




                              Gambar 35. Pekerjaan Pengaspalan

5. Pengaturan Area Kerja
Ruang kerja yang dimaksud adalah kecukupan ruang untuk melakukan aktivitas tanpa
terhalangi. Selain untuk keperluan aktivitas, ruang kerja juga berfungsi sebagai media K3
(keselamatan dan keamanan kerja) bagi masyarakat umum yang melintas di sekitar lokasi kerja.
Besaran ruang kerja ini dipengaruhi oleh metode kerja yang digunakan. Penggalian dengan
menggunakan alat mekanis seperti excavator akan membutuhkan ruang yang lebih besar
dibandingkan dengan galian manual.

Selain untuk kecukupan kerja alat, ruang kerja juga dipergunakan untuk menempatkan
bahan/material, dan material hasil galian. Pembatas antara ruang kerja dengan ruang public
digunakan barikade. Barikade merupakan dinding yang bersifat sementara yang terbuat dari seng


                                             20
 
dan diberi warna yang mencolok agar pada malam hari dapat mudah dikenali. Khusus pada
malam hari, pembatas ruang juga perlu dilengkapi dengan lampu isyarat.




                            Gambar 36. Pengaturan Area Kerja




    Gambar 37. Ruang Kerja Pemasangan Pipa Dengan Metode Galian Terbuka Di Tepi Jalan




                                           21
 
Gambar 38. Ruang kerja pemasangan pipa dengan metode galian terbuka di tengah jalan (jalan
                              ditutup sementara untuk kendaraan)




 Gambar 39. Ruang Kerja Pemasangan Pipa dengan Metode Galian Terbuka pada Jalan Dengan
                                     Lebar Lebih Dari 7 m
6. Pengaturan Lalu Lintas
Semakin banyak kendaraan yang melintas pada jalan di lokasi pemasangan pipa, maka
dibutuhkan usaha yang semakin kompleks dalam mengatasinya seperti pemasangan rambu dan
penempatan orang yang mengatur lalu lintas (signal man). Semakin sempit jalan, maka semakin
rumit karena harus mengatur penempatan hasil galian, persediaan pipa dan material timbunan. Di
satu sisi, jalan tidak boleh ditutup total. Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak


                                               22
 
kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para
stake holder atau tokoh masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada
masyarakat dan pihak‐pihak terkait sebelum kegiatan dimulai.




       Gambar 40. Pengaturan Lalu Lintas Pada Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Limbah

Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervisi dan proyek
berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat
Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihak‐pihak terkait sebelum
kegiatan dimulai.


C. METODE JACKING

Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah
permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini
merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode
jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan
dibuang ke tempat penampungan / pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun
dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum

Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah
permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini
merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode
jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan
dibuang ke tempat penampungan/pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun
dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum.




                                              23
 
Jacking adalah suatu metode
                                            pemasangan       pipa     dengan
                                            melakukan pemboran tanah di
                                            bawah permukaan jalan lalu
                                            mendorongkan      pipa    dengan
                                            menggunakan tekanan hidrolis.
                                            Metode ini merupakan salah satu
                                            metode pemasangan pipa yang
                                            dipergunakan pada proyek DSDP.

                                            Metode jacking yang digunakan
                                            adalah tipe slurry. Lumpur (tanah
                                            bercampur air) yang dihasilkan
                                            dibuang ke tempat penampungan /
                                            pengolahan, dimana tanah yang
                                            terendap dapat ditimbun dengan
                                            baik dan airnya dibuang ke saluran
                                            umum

                                              Gambar 41. Lokasi Shaft Di Ruas
                                                          Jalan
                                            Keterangan:
                                            A. Lalu lintas masih dapat melintas di sekitar
                                               shaft
                                            B. Lubang shaft yang tertutup check plate dapat
                                               dilalui kendaraan




    Gambar 42. Ilustrasi Situasi Di Sekitar Lokasi Departure Shaft



                                 24
 
1. Latar Belakang Penggunaan Metode Jacking
Proses ini dilakukan dengan tujuan menghindari pekerjaan galian terbuka yang cukup dalam
untuk memasang pipa yang dapat mengakibatkan gangguan ekstrim pada lingkungan dan pada
struktur atas atau permukaan jalan, berkenaan dengan arus lalu lintas, geometri jalan dan kondisi
sosial masyarakat. Dengan menggunakan metode jacking, diharapkan persoalan‐persoalan
tersebut dapat teratasi atau diminimalkan karena ruang publik yang dimanfaatkan proyek dapat
direduksi, tingkat kebisingan dapat ditekan, tingkat kebersihan lokasi dapat ditingkatkan dan
tidak diperlukan penutupan jalan secara total.


2. Karakteristik Pipa Untuk Jacking




                         Gambar 43. Karakteristik Pipa Untuk Jacking
3. Metode Pelaksanaan
Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking seperti diagram alir berikut:




                                               25
 
Gambar 44. Diagram Alir Langkah Kerja Pelaksanaan Metode Jacking

Tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan sama dengan pemasangan pipa dengan metode galian
terbuka. Jalur pipa yang terletak di tengan jalan dan memiliki kedalaman hingga 6,0 m, sangat
jarang terhalangi oleh utilitas kecuali pada galian shaft. Dengan demikian test pit cukup
dilakukan di posisi shaft.

3.1 Pembuatan Shaft Jacking
Pekerjaan jacking memerlukan 2 buah shaft (departure dan arrival) sehingga jacking akan efektif
bila shaft diposisikan pada posisi manhole. Dengan demikian galian shaft sekaligus galian untuk
manhole. Selain itu, departure shaft sebaiknya digunakan untuk dua arah. Dan bila ternyata
terdapat lebih dari satu manhole, arah tujuan, pada posisi garis lurus, maka dapat saja jacking



                                              26
 
diteruskan sampai manhole berikutnya. Dengan catatan mesin jacking mampu menekan pipa
hingga manhole berikutnya.




                             Gambar 45. Ilustrasi Arah Jacking

3.2. Karakteristik Shaft
Kegiatan pemasangan pipa dengan Jacking dilakukan di bawah permukaan tanah, namun masih
diperlukan kegiatan galian untuk pembuatan shaft. Shaft merupakan suatu lubang yang
digunakan untuk menempatkan peralatan jacking dan sebagai tempat berakhirnya pipa. Terdapat
dua buah shaft yaitu departure shaft dan arrival shaft. Departure shaft adalah tempat yang
didisain sebagai awal dari jacking dan merupakan ruang kontrol pelaksanaan jacking. Dalam
departure shaft terdapat mesin jacking dan segala perlengkapan untuk kegiatan jacking.




                            Gambar 46. Tipikal Departure Shaft




                                            27
 
Dimensi aktual yang di lapangan selalu
                                                       lebih besar dari kebutuhan. Ini
                                                       disebabkan sheer pile yang digunakan
                                                       memiliki dimensi 40 cm dan jumlahnya
                                                       selalu kelipatan 40 cm agar didapat
                                                       jumlah sheet pile yang pas.
Gambar 47. Profil Sheet Pile yang digunakan pada
Shaft Jacking

Arrival shaft adalah suatu lubang tempat berakhirnya pipa jacking dan digunakan untuk
demobilisasi mesin bor jacking. Arrival shaft dan departure shaft memiliki perbedaan dimensi.
Departure shaft memiliki dimensi yang lebih besar karena banyak digunakan peralatan jacking
dan alat lainnya. Sedangkan arrival shaft dimensinya lebih kecil dan hanya berfungsi untuk
mengeluarkan mata bor jacking. Untuk kedalaman, disesuaikan dengan kebutuhan elevasi pipa.




                               Gambar 48. Tipikal Arrival Shaft

3.3 Konstruksi Shaft
Untuk meminimalisasi penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas disekitar area shaft,
digunakanlah deck beton bertulang sebagai penutup lubang galian sehingga ruang publik yang
dipergunakan lebih kecil dan kendaraan dapat melintas di atas lubang yang tertutup deck dengan
baik. Penggunaan tutup deck beton bertulang disesuaikan dengan kegiatan:
    a. Pada arrival shaft: setelah seluruh pekerjaan pembuatan lubang shaft selesai, lubang akan
       ditutup dengan deck beton bertulang. Tutup deck beton bertulang akan dibuka hanya pada
       saat mesin jacking telah sampai dan siap dikeluarkan.
    b. Pada departure shaft: tutup deck beton akan digunakan untuk menutup sebagian lubang
       shaft sehingga penggunaan ruang publik dapat seminimal mungkin. Pembukaan tutup deck


                                              28
 
beton pada departure shaft hanya dilakukan saat memasukkan pipa beton yang akan
      dijacking.




                                  Gambar 49. Konstruksi Shaft

3.4 Metode Pelaksanaan Jacking Pipa
Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih tidak merusak
struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang lainnya (Earth Pressure
Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur pekerjaan secara garis besar sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Jacking
   Mekanisme Jacking metode slurry:
   1. Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan mengebor
      tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan dicampur dengan cairan
      slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui pipa‐pipa slurry. Dalam melakukan
      pemboran, besarnya tekanan slurry dalam mesin bor harus disesuaikan dengan tekanan
      tanah dan air tanah tujuannya agar diperoleh tingkat kestabilan yang cukup dalam
      melaksanakan pemotongan (pengeboran) tanah.



                                               29
 
Gambar 50. Diagram Alir Konstruksi Shaft




                      30
 
Gambar 51. Garis Besar Pekerjaan Jacking

2. Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa slurry dan
   dikontrol dengan valve. Cairan tanah dan slurry akan dialirkan melalui pipa vertikal dan akan
   dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan tanah menggunakan mesin proses slurry yang
   dipasang di luar shaft.
3. Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin bor tanah
   sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk tangki untuk diangkut ke
   tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi sistem tersebut akan berlangsung selama
   jacking dan membutuhkan alat pengendali berupa dial pengukur tekanan, katup‐katup dan
   pompa‐pompa.
4. Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulic jack akan menekan pipa masuk ke dalam
   tanah yang telah digali/dibor.
5. Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka akan dilakukan
   pemantauan pada ruang kontrol.




                        Gambar 52. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa



                                              31
 
3.5. Monitoring Kelurusan dan Kemiringan Pipa Jacking
Kontrol terhadap kelurusan dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin jacking
sebagai target dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah arah pemboran sudah
tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser transit di departure shaft. Hasil
survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan dalam melakukan monitoring ini.




                Gambar 53. Kegiatan Monitoring Pada Kegiatan Jacking Pipa
                           (A) Mesin Monitoring; (B) Laser Beam




                        Gambar 54. Skema Monitoring Pipa Jacking




                                            32
 
Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (1)




                               33
 
Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (2)

3.6. Pipa Service Air Limbah
Pipa utama (main sewer) yang dipasang dengan metode jacking harus dilengkapi dengan pipa
service. Hal ini dikarenakan tidak dimungkinkan untuk memasang pipa lateral pada pipa
yangdi‐jacking. Pipa service ini berfungsi mengalirkan air limbah dari sambungan rumah. Air
limbah yang masuk ke dalam pipa service akan dialirkan ke pipa utama melalui manhole.
Sebagai pipa service digunakan pipa beton dengan diameter 200 mm (sama dengan pipa
sekunder).


                                            34
 
Gambar 56. Ilustrasi Sambungan Rumah (Pipa Service) Dan Jacking Pipa Utama


D. PIPA LATERAL

1. Karakteristik PIpa

Pipa lateral adalah pipa yang menghubungkan jaringan pipa air limbah dengan box sambungan
rumah. Material pipa yang dipergunakan untuk pipa lateral adalah polyvinyl chloride (PVC)
untuk air limbah dengan dimensi (diameter) 150 mm. Sebagai aksesoris pelengkap dari pipa
lateral adalah rubber ring, elbow, dan socket.

                             Tabel 2. Karakteristik Pipa PVC




                                           35
 
2. Metode Pelaksanaan
Pipa lateral dipasang setelah jaringan pipa selesai dipasang, dan penimbunan kembali dilakukan
setelah pipa lateral terpasang. Secara umum pemasangan pipa lateral terbagi atas dua teknik yaitu
socket penyambung telah terpasang dan socket penyambung belum terpasang pada badan pipa.
Perbedaan yang paling nyata dari kedua teknik tersebut adalah pada penempatan box sambungan
rumah. Jika socket lateral telah terpasang pada badan pipa, maka posisi kotak sambungan rumah
akan ditentukan oleh posisi socket. Tetapi bila socket lateral belum terpasang, maka posisi box
sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan kehendak pemilik properti atau sesuai dengan
situasi rumah dan posisi socket menyesuaikan.




Keterangan:
A = Mesin bor untuk membuat lubang pada badan pipa dan pipa diameter 200 mm yang telah dipasangi socket lateral
B = Pipa diameter 1000 mm yang telah dipasangi socket lateral
C = Pengeboran badan pipa yang telah terpasang untuk pemasangan socket lateral

                  Gambar 57. Pelaksanaan Pemasangan Sambungan Pada Pipa Lateral

Karena pemasangan pipa lateral mempengaruhi kapan penimbunan kembali galian jaringan pipa
dilakukan, maka biasanya pemasangan pipa lateral dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah
menyambungkan socket lateral pada badan pipa dan memasang pipa lateral sejarak 2‐3 m.




                                Gambar 58. Pemasangan Pipa Lateral Tahap 1


                                                            36
 
Tahap kedua adalah menyambung pipa yang telah terpasang tersebut hingga ke posisi box
sambungan rumah. Dengan demikian saat tahap pertama selesai, timbunan kembali dapat
dilakukan dan tahap kedua dapat dimulai setelah pemasangan jaringan pipa selesai.




Keterangan:
A & B = Galian dari jaringan pipa ke arah posisi box sambungan rumah melintasi saluran tepi jalan
C = Pipa lateral yang dimasukkan ke dalam lubung dan galian terbuka

    Gambar 59. Pekerjaan Pemasangan Sambungan Pipa Sambungan Rumah Ke Pipa Lateral

Hal yang sangat penting dilakukan adalah memberi tanda di mana posisi pipa lateral berakhir
karena pipa lateral tersebut akan disambung di lain hari. Bila tidak diberi tanda, maka pada saat
pelaksanaan penyambungan akan mengalami kesulitan mencari ujung pipa yang berakibat
pekerjaan menjadi terlambat.

Pemasangan pipa lateral tahap II:
Penandaan posisi sambungan rumah dan pipa lateral untuk lanjutan pemasangan pipa lateral
tahap II




               Gambar 60. Penandaan Posisi Untuk Pemasangan Pipa Lateral Tahap II




                                                        37
 
Gambar 61. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Pipa Lateral Tahap II




                                  38
 
Gambar 62. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Sambungan Pipa Lateral Dan Kotak SR




                                         39
 
3. Sambungan Pipa Lateral Ke Jaringan Pipa Dengan Atau Tanpa Halangan




    Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r
                                        Limbah (1)


                                              40
 
Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r
                                        Limbah (2)


                                            41
 
Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Air
                                        Limbah (3)


E. PEKERJAAN SAMBUNGAN RUMAH (HOUSE CONNECTION)
Sambungan rumah merupakan suatu rangkaian pemasangan pipa air limbah rumah tangga sampai
dengan bak kontrol, selanjutnya dihubungkan dengan pipa lateral ke jaringan pipa air limbah.
Pemasangan sambungan rumah haruslah dengan persetujuan dari pemilik rumah (properti). Bila
pemilik setuju, maka ditindak lanjuti dengan survey sambungan rumah.




               Gambar 64. Diagram Alir Tahapan Pekerjaan Sambungan Rumah



                                            42
 
1. Survey Sambungan Rumah
   Survey Sambungan Rumah bertujuan untuk :
     − Mengetahui posisi sumber air limbah seperti kamar mandi, wastafel, dapur dan lain‐lain.
     − Menentukan jalur pipa dan posisi bak kontrol.
     − Mengidentifikasi kondisi semula sistem pembuangan air limbah
   Hasil survey berupa gambar denah rumah dan rencana jalur pipa yang dilengkapi dengan
   ukurannya. Hasil survey tersebut harus ditanda tangani oleh pemilik rumah sebagai bukti
   persetujuannya.




                     Gambar 65. Denah Sambungan Rumah (Tanpa Skala)




                   Gambar 66. Kegiatan Pengukuran Elevasi Lantai Rumah




                                             43
 
Gambar 67. Penandaan Titik Bak Kontrol Dan Penjelasan Kepada Pemilik Rumah

2. Pemasangan Sambungan Rumah
Pelaksanaan sambungan rumah dikerjakan setelah survey selesai dilakukan dan pemilik rumah
telah menyetujui untuk dilakukan pemasangan sambungan rumah tersebut. Pemasangan
sambungan rumah secara garis besarnya dibagi menjadi 2 jenis pekerjaan yaitu pemasangan pipa
air limbah dan pemasangan bak kontrol. Pekerjaan pemasangan pipa air limbah menggunakan
pipa PVC dengan diameter 100 mm dengan kelas untuk air limbah. Sedangkan bak control
terbuat dari pasangan batu bata yang disusun membentuk box yang bagian dasarnya dibentuk
invert sesuai dengan diameter pipa air limbah. Bak control tersebut diberi tutup pada bagian
atasnya yang terbuat dari beton bertulang. Bentuk bak kontrol ada 2 yaitu segi empat dan
lingkaran. Bak kontrol berbentuk segi empat terbuat dari batu bata sedangkan yang lingkaran
adalah fabrikasi beton bertulang (seperti buis beton). Pemasangan bak kontrol fabrikasi
dimaksudkan untuk mempercepat waktu pemasangan di lapangan.




                  Gambar 68. Ilustrasi Pemasangan Pipa Sambungan Rumah




                                            44
 
.
                  Gambar 70. Bentuk Bak Kontrol Pada Sambungan Rumah

2.1. Metode pelaksanaan
Pengerjaan sambungan rumah diusahakan seminimal mungkin mengganggu kenyamanan
penghuni dan berusaha agar pembongkaran interior sesedikit mungkin. Selain itu, waktu untuk
mengerjakan sambungan rumah harus dilakukan secepat mungkin.


                                            45
 
Untuk mengurangi proses pembongkaran interior bangunan, sambungan dilakukan di luar
bangunan dengan menyambung pipa yang keluar dari sumber air limbah (kamar mandi, WC,
dapur, dsb). Dengan demikian bagian yang dibongkar adalah bagian luar rumah seperti taman
dan rabatan tepi rumah. Untuk sambungan pada septic tank, sambungan dilakukan pada pipa inlet
sehingga tidak perlu membongkar septic tank.

2.2. Pengurasan Dan Pembubuhan Desinfektan Pada Septic Tank
Tujuan dari sambungan rumah adalah untuk menyalurkan air limbah ke jaringan air limbah kota.
Dengan demikian keberadaan septic tank tidak diperlukan lagi. Setelah tersambung dengan
jaringan pipa air limbah kota, dilakukan pengurasan septic tank yang dilakukan dengan mobil
tangki penguras. Septictank kemudian dibilas dengan cara mengisi kembali dengan air bersih
yang kemudian disedot kembali. Pembuangan lumpur tinja harus di IPLT ( Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja ) yang telah mendapatkan izin resmi.

Septic tank yang telah kosong harus disemprot atau diisi larutan desinfektan agar bersih dari
kuman. Bahan yang digunakan adalah kaporit [Ca(OCl)2] dengan kandungan chlorine minimal
60%. Porsi penggunaannya adalah 50 gr/m3 untuk setiap septic tank. Kaporit dicampur dengan
air hingga homogen dengan alat pengaduk, kemudian dimasukkan ke dalam septictank selama
minimal 1 jam kemudian dikeluarkan dan dibuang ke tempat yang aman. Agar septic tank
tersebut tidak digunakan lagi, maka harus dilakukan penutupan pada inlet septic tank.




                            Gambar 71. Pengurasan Tangki Septik


F. BIAYA PEMASANGAN PIPA
Biaya pekerjaan pemasangan pipa air limbah dengan metode clean construction, meliputi biaya
untuk:
 • Pekerjaan persiapan
 • Pekerjaan galian dan pengangkutan tanah galian
 • Pekerjaan pemasangan pipa dan manhole


                                             46
 
• Pekerjaan timbunan kembali
    • Pekerjaan perbaikan jalan, kecuali untuk pekerjaan pengaspalan (overlay) dimasukkan dalam
      jenis pekerjaan tersendiri.

Unit biaya pemasangan pipa dikelompokkan berdasarkan:
• Diameter pipa
• Kedalaman pipa terpasang

Kedalaman pemasangan pipa dan kondisi tanah setempat serta tinggi muka air tanah akan
menentukan metode pelaksanaan di lapangan, demikian pula lebar jalan dan kondisi lapangan
akan menentukan jenis, tipe, dan kapasitas peralatan yang digunakan, dimana hal tersebut akan
mempengaruhi besarnya biaya pemasangan. Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran pipa
terpasang di lapangan, dari pusat mainhole ke mainhole berikutnya. Secara ringkas biaya
pemasangan untuk setiap meter panjang pipa seperti terlihat pada tabel berikut ini.

                               Tabel 3. Gambaran Biaya Pemasangan Pipa




        Catatan : 1. Biaya di atas tidak termasuk biaya sewa tempat tanah galian.
                  2. Biaya pemasangan pipa dengan metode clean construction sedikit lebih tinggi (± 10%)
                     dibandingkan dengan biaya pemasangan pipa tanpa clean construction.



G. SOSIALISASI

Kegiatan sosialisasi memegang peranan cukup penting dalam pembangunan sistem perpipaan air
limbah suatu kota, karena di Indonesia sistem ini baru ada di beberapa kota. Tidak mudah


                                                       47
 
memberi pemahaman pada masyarakat maupun pihak–pihak terkait tentang pentingnya
penanganan air limbah, untuk itu sosialisasi perlu dilaksanakan secara menerus mengikuti
tahapan kegiatan sebagai berikut:
• Tahap perencanaan (pra konstruksi)
• Tahap konstruksi/pelaksanaan
• Tahap operasional (pasca konstruksi)

1. Tahap Perencanaan
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh pimpinan proyek dibantu konsultan dengan kegiatan
antara lain berupa :
   • Penjelasan dan diskusi dengan instansi – instansi terkait, DPRD, tokoh – tokoh masyarakat
   • Pertemuan dengan masyarakat langsung di banjar – banjar
   • Kunjungan ke sistem serupa di kota lain yang sudah beroperasi
   • Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat
   • Penyebaran materi sosialisasi berupa brosur, poster, dsb.




                          Gambar 72. Sosialisasi Tahap Perencanaan




                                             48
 
2. Tahap Konstruksi
Kegiatan dilaksanakan bersama-sama oleh konsultan, kontraktor dan tim proyek. Kegiatan lebih
terfokus pada kelancaran pelaksanaan di lapangan, di antaranya berupa:
    • Koordinasi dengan instansi yang terkait langsung di lapangan seperti polisi, PDAM,
      Telkom, dll
    • Koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, para kelian banjar, sehubungan
      dengan jadwal, metode pelaksanaan, dll
    • Sosialisasi door to door untuk kegiatan khusus seperti penempatan sambungan rumah dan
      kegiatan yang terkait langsung di lokasi
    • Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat
    • Penyampaian informasi melalui radio setempat mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan di
      lapangan terkait dengan gangguan lalu lintas, dsb




                          Gambar 73. Sosialisasi Tahap Konstruksi

3. Tahap Operasional
Kegiatan dilaksanakan oleh konsultan dan badan pengelola. Kegiatan lebih ditekankan pada
operasional dan perawatan sistem yang sudah terbangun, termasuk biaya pelayanan dengan cara:



                                            49
 
• Sosialisasi door to door untuk memberi penjelasan tentang operasional dan perawatan system
  perpipaan air limbah, juga disampaikan informasi tentang benda-benda yang tidak boleh
  dibuang ke dalam saluran yang akan mengganggu system
• Sosialisasi pada anak-anak tingkat sekolah dasar dengan mengajak mereka untuk menjadi
  “polisi limbah” di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal
• Penyebaran materi berupa brosur, penempatan poster di tempat-tempat umum
• Penyebaran informasi melalui media televisi dan radio




                      Gambar 74. Sosialisasi Tahap Operasional




            Gambar 75. Bahan Sosialisasi Jaringan Air Limbah Kepada Masyarakat


                                            50
 

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSipri Gamur
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Joy Irman
 
209921115 justifikasi-teknis-cco1
209921115 justifikasi-teknis-cco1209921115 justifikasi-teknis-cco1
209921115 justifikasi-teknis-cco1Dafa Adunt
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
 
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASCONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASadedudi
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseinfosanitasi
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of workZinet Yeha
 
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptxFile_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptxSuhendriCurex
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2Joy Irman
 
bangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap pptbangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap pptzadha
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileIMRA MORALDY
 
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan GedungLingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedungwindahrd15
 
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"MOSES HADUN
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaMOSES HADUN
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanJoy Irman
 
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdfKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdfYuliantoDwiPutro
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 

La actualidad más candente (20)

Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
 
209921115 justifikasi-teknis-cco1
209921115 justifikasi-teknis-cco1209921115 justifikasi-teknis-cco1
209921115 justifikasi-teknis-cco1
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
 
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASCONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of work
 
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptxFile_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 2
 
bangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap pptbangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap ppt
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
 
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan GedungLingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
 
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
 
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdfKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
 
Metode kerja
Metode kerjaMetode kerja
Metode kerja
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 

Similar a Clean Construction Bidang Air Limbah

Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto
Makalah metode pelaksanaan_jembatan_betoMakalah metode pelaksanaan_jembatan_beto
Makalah metode pelaksanaan_jembatan_betoJamauddin Akkuan
 
Metode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang tollMetode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang tollmujiyono_st
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 
Contoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalanContoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalanpt baranugraha
 
Galian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingGalian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingHBieb Almospy
 
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptxLAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptxABayuAriWijaya
 
metode pondasi bore pile 1062017.pptttttt
metode pondasi bore pile 1062017.ppttttttmetode pondasi bore pile 1062017.pptttttt
metode pondasi bore pile 1062017.ppttttttMFazri2
 
Isi5720283702501
Isi5720283702501Isi5720283702501
Isi5720283702501udin2234
 
Metode bore pile
Metode bore pileMetode bore pile
Metode bore pilesupri yadi
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptxTiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptxdevmahammit
 
CONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptx
CONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptxCONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptx
CONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptxsulfahanjarwati1
 
Metode pelaksanaan pekerjaan
Metode pelaksanaan pekerjaanMetode pelaksanaan pekerjaan
Metode pelaksanaan pekerjaanMOSES HADUN
 
Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)
Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)
Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)Dita Lestari
 

Similar a Clean Construction Bidang Air Limbah (20)

Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto
Makalah metode pelaksanaan_jembatan_betoMakalah metode pelaksanaan_jembatan_beto
Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto
 
Metode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang tollMetode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang toll
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
Pelaksanaan jalan raya
Pelaksanaan jalan rayaPelaksanaan jalan raya
Pelaksanaan jalan raya
 
Contoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalanContoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalan
 
Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaanMetode pelaksanaan
Metode pelaksanaan
 
Galian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingGalian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise building
 
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptxLAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
 
contoh rks.pdf
contoh rks.pdfcontoh rks.pdf
contoh rks.pdf
 
03 spek teknis
03 spek teknis03 spek teknis
03 spek teknis
 
metode pondasi bore pile 1062017.pptttttt
metode pondasi bore pile 1062017.ppttttttmetode pondasi bore pile 1062017.pptttttt
metode pondasi bore pile 1062017.pptttttt
 
Isi5720283702501
Isi5720283702501Isi5720283702501
Isi5720283702501
 
Metode bore pile
Metode bore pileMetode bore pile
Metode bore pile
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Action Plan.pptx
Action Plan.pptxAction Plan.pptx
Action Plan.pptx
 
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptxTiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
 
CONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptx
CONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptxCONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptx
CONTOH PPT JEMBATAN UTAMA.pptx
 
Metode pelaksanaan pekerjaan
Metode pelaksanaan pekerjaanMetode pelaksanaan pekerjaan
Metode pelaksanaan pekerjaan
 
Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)
Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)
Seminar Kerja Praktek (Internship Seminar Presentation)
 
Spektek garukgak boq
Spektek garukgak  boqSpektek garukgak  boq
Spektek garukgak boq
 

Más de infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

Más de infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Último

Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNajlaNazhira
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxinichaneldhea
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesialangkahgontay88
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfAgusyunus2
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manrasyidakhdaniyal10
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxFORTRESS
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxMuhammadDidikJasaGb
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...FORTRESS
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxAnissaPratiwi3
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxItaaNurlianaSiregar
 
Brand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business MarketingBrand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business Marketingsulhanpolisma
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBambu hoki88
 

Último (20)

Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
Brand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business MarketingBrand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business Marketing
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 

Clean Construction Bidang Air Limbah

  • 1. CLEAN CONSTRUCTION BIDANG AIR LIMBAH A. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Survey Topografi Survey ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh rangkaian pekerjaan. Survey topografi meliputi kegiatan: • Pengecekan ulang elevasi rencana • Menyebarkan titik‐titik panduan diseluruh wilayah kerja • Menentukan titik‐titik (koordinat) posisi manhole. Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole a. Pemeriksaan ulang elevasi rencana Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus memeriksa kebenaran/akurasi survey perencanaan. Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh perencana dan menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah survey. Titik referensi 1  
  • 2. utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 yang ditetapkan oleh Badan Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL) serta benchmark yang ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) 13. Gambar 3. Titik Benchmark (BM) dan Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 b. Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik (koordinat) posisi manhole Tujuan dari penyebaran titik‐titik panduan bantuan ini adalah bila di suatu lokasi hendak dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan dalam menentukan elevasi invert saluran. Gambar 4. Penyebaran Titik Panduan Di Wilayah Kerja Dan Penentuan Titik Koordinat Manhole Titik lokasi manhole dan titik panduan bantuan tersebut harus dilengkapi informasi mengenai nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukaan jalan. 2. Test Pit Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah. Utilitas tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya yang mungkin ada. Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang menghalangi jalur pipa, maka jalur pipa tersebut harus disesuaikan. 2  
  • 3. Gambar 5. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di Lapangan Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tepi jalan ke tengah jalan atau sebaliknya). Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah memindahkan utilitas yang bersangkutan tentunya dengan berkoordinasi dengan instansi terkait. Gambar 6. Penyesuaian Posisi Pipa Dengan Utilitas Yang Ada 3  
  • 4. Gambar 7. Diagram Alir Test Pit 7. 3. Pemeriksaan Kondisi Bangunan Existing Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi existing bangunan yang ada di sekitar lokasi kegiatan, seperti adanya retak pada bangunan, tembok atau dinding dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan agar di kemudian hari apabila ada keluhan dari pemilik bangunan bisa diketahui apakah kerusakan tersebut diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau sudah terjadi sebelumnya ataupun ada sebab lainnya. Semua dokumentasi haruslah dilengkapi dengan foto. Gambar 8. Pemeriksaan Bangunan Existing 4  
  • 5. A. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA 1. Karakteristik Pipa Pipa primer dan sekunder/tersier terbuat dari beton bertulang (RC Pipe) dengan bahan dari semen anti sulfat. Kedua jenis pipa tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu mengalirkan air limbah secara gravitasi. Pipa forcemain berfungsi untuk mengalirkan air limbah dengan pemompaan, jenis pipa yang digunakan pipa baja (steel pipe) diameter 500 mm dan 600 mm, serta pipa PVC diameter 150 mm dan 200 mm. Gambar 9. Karakteristik Pipa Yang Akan Digunakan Spesifikasi pipa beton ( RC Pipe ) : Mutu beton : K‐350 ( sebelum proses spinning ) K‐550 ( setelah proses spinning ) Mutu baja tulangan : • Tegangan leleh > 4.500 kg/cm2 • Tegangan tarik ≥ 5.000 kg/cm2 Tabel 1. Jenis Pipa Yang Akan Digunakan 5  
  • 6. Langkah‐langkah kerja pemasangan pipa baja bertekanan lebih sederhana dari pemasangan pipa beton. Karena kemiringan pipa bertekanan bukan merupakan faktor penting, walaupun tidak boleh diabaikan, dan kedalaman galian tidak terlalu dalam (timbunan minimum di atas pipa 1,50 m). Hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian adalah penyambungan pipa baja. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan yaitu las listrik dan harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman agar diperoleh hasil yang sempurna. Gambar 10. Detil Pemasangan Pipa Baja Bertekanan 1. Metoda Pemasangan Pipa Dengan Metode Clean Construction Clean Construction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapi dan tertib sehingga dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. 6  
  • 7. Gambar 11. Diagram Alir Pemasangan Pipa Baja Bertekanan • Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap segmen sepanjang 50 m. • Tanah galian langsung diangkut dengan dump truck ke tempat pembuangan sementara untuk digunakan kembali nantinya • Tidak diperkenankan menaruh material di jalan/trotoar kecuali dalam area di tempat kerja • Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas yang memadai. Untuk pekerjaan pada malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan / pengaman • Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja Gambar 12. Pekerjaan Penggalian Dengan Metode Clean Construction dilakukan setiap hari untuk menghindari debu 7  
  • 8. 2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa Tahapan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa seperti pada diagram alir berikut ini: Gambar 13. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa a. Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan Bila pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan, terlebih dulu dilakukan penentuan jalur pipa yang akan dipasang. Hal ini perlu dilakukan karena sering kali posisi jalur pipa yang tergambar di gambar rencana perlu penyesuaian atau perubahan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah jalan ternyata tidak benar‐benar lurus seperti pada gambar rencana dan terdapat utilitas atau bangunan yang menghalangi jalur pipa. Penandaan jalur pipa pada permukaan jalan dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan sebagai batas pekerjaan galian. Posisi jalur pipa disesuaikan dengan kondisi jalan dan utilitas yang ada di bawah jalan. Selain sebagai penanda jalur pipa, tanda pada permukaan jalan juga berfungsi untuk memberi arah dan batas galian. Permukaan jalan yang telah ditandai kemudian dipotong dengan mesin sampai kedalaman 5‐7 cm. Pemotongan ini dimaksudkan agar lapis permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena aktivitas penggalian. Pemotongan permukaan jalan sampai kedalaman 5‐7 cm dengan mesin dimaksudkan agar lapisan permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena aktivitas penggalian. 8  
  • 9. Gambar 14. Proses Penandaan Jalur Dan Pemotongan Permukaan Jalan 2. Pekerjaan galian Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu lokasi dengan lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting yang menjadi faktor utama dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian. Yaitu : a. Lebar daerah milik jalan (Damija) b. Jenis tanah c. Elevasi muka air tanah dan d. Kepadatan lalu lintas Gambar 15. Pekerjaan Galian Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual (tenaga manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian langsung diangkut ke tempat pembuangan. Di lokasi – lokasi tertentu penggalian dilakukan dengan mesin dan manual. Bagian atas, dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan utilitas, dan selanjutnya dengan excavator. Gambar 16. Pengupasan Permukaan Jalan 9  
  • 10. Gambar 17. Pekerjaan Penggalian Secara Manual Dan Penggunaan Mesin a. Pemasangan Turap Berdasarkan jenis karakteristik tanah, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu galian dengan turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang dikategorikan yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran padat) dan tanah yang mudah runtuh (butiran lepas). Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan untuk pemasangan pipa dengan diameter kecil, galian tidak terlalu dalam dan kondisi tanah stabil. Untuk tanah yang mudah runtuh, maka penggunaan turap sangat diperlukan untuk memastikan galian tetap pada kondisi yang diharapkan. Jenis turap yang digunakan antara lain turap kayu, sheeting plate dan sheet pile. Gambar 18. Pemasangan Turap 10  
  • 11. Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian. Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian. Gambar 19. Sheet Pile Gambar 20. Turap dengan menggunakan material dari kayu Gambar 21. Pemasangan Sheeting Pile 11  
  • 12. Gambar 22. Pemasangan Sheeting Plate b. Dewatering Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus disertai dengan usaha membuang air (dewatering) bila elevasi air tanah lebih dangkal dari dasar galian. Artinya tanah galian terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air tanah tinggi, mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah, maka galian harus diamankan dengan penggunaan turap yang   Gambar 23. Pekerjaan kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran terdekat atau Dewatering dengan menggunakan tempat penampungan. 3. Pemasangan Pipa Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat diperlukan diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir (pipa terpasang dari manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan pipa karena terjadi beda tinggi antara invert awal dan akhir. Berdasarkan data‐data tersebut, surveyor yang terlibat dalam pemasangan pipa harus mengawasi dan mengecek elevasi dari masing‐masing pipa karena pipa dipasang satu per satu. Gambar 24. Manhole 12  
  • 13. Gambar 25. Pekerjaan Pemasangan Manhole Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai dipasang namun kenyataan dilapangan, seringkali jaringan pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa seperti ini biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan menyisakan 2 batang pipa. Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam   rangkaian pemasangan manhole. Cara ini dipilih karena manhole memiliki lebar galian yang lebih besar dari galian pipa dan terutama untuk manhole yang posisinya pada persimpangan jalan, potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas sangat besar sehingga diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus. Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan, pengukuran elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal tersebut di atas bila tidak dapat terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa akan berisiko bocor, terjadi genangan atau endapan, dan bahkan tidak mengalir. a. Penyambungan pipa Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung yang diisi pasir. Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh dudukan yang baik dan stabil. Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun secara keseluruhan, elevasi dapat dipertahankan. Penyambungan pipa berikutnya dapat dimulai dari spigot ataupun socket. 13  
  • 14. Gambar 26. Diagram Alir Pemasangan/Penyambungan Pipa 14  
  • 15. Gambar 27. Proses Penyambungan Pipa b. Pengukuran elevasi/kemiringan pipa Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/kemiringannya. Pengecekan ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik sambungan (sekaligus untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah disambung) dan pada ujung lainnya. Bila kedua titik tersebut telah sesuai kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan pipa lainnya. Gambar 28. Pengukuran Elevasi Dan Kemiringan Pipa c. Pengukuran kelurusan pipa Selain elevasi/kemiringan pipa harus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan juga harus benar. Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada posisi manhole dan pengaturan jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan dilakukan dengan cara menarik benang as pipa dari manhole ke manhole. Benang ini berada di atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah 15  
  • 16. lurus, harus ditarik garis tegak lurus dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga menggunakan rantai penggantung pipa. Dapat juga menggunakan batang kayu atau aluminium yang diberi tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian, kelurusan pipa dapat diperiksa dari tanda pada tengah batang kayu atau aluminium tersebut. Keterangan: A dan B. Pengukuran Dengan alat bantu selain benang C. Dengan alat bantu benang Gambar 29. Pengukuran Kelurusan Pipa 4. Timbunan Dan Pengaspalan Timbunan kembali dilakukan secara bertahap lapis demi lapis. Masing‐masing tahapan harus dipadatkan. Timbunan kembali dimulai dengan timbunan pasir dan diikuti oleh timbunan dengan material pilihan dan agregat kelas A & B. Timbunan berhenti pada ketinggian minus 90 mm dari permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk diisi/dilapisi dengan Asphalt Treatment Base (ATB) setebal 50 mm serta lapisan aspal (AC) setebal 40 mm. Tahapan penimbunan kembali dilakukan seperti alur kegiatan di samping berikut ini. a. Timbunan / urugan pasir Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir timbunan.Tujuan dari memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan mengisi celah-celah antara pipa dengan tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan dengan alat bantu mekanis tetapi hanya disiram air dan ditusuk‐tusuk dengan kayu. Pemadatan dengan alat bantu mekanis pada timbunan pasir (sand bedding) tidak dibenarkan karena dapat merusak pipa. 16  
  • 17. Gambar 30. Diagram Alir Proses Penimbunan Gambar 31. Potongan Timbunan/Urugan Pasir 17  
  • 18. Keterangan: (A) Penurunan pasir dari truck (B) Meratakan timbunan pasir (C) Penyiraman timbunan pasir Gambar 32. Pekerjaan Penimbunan Pasir b. Timbunan/urugan material pilihan Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan. Material yang digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material pilihan. Urugan dengan material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap tebal lapisan 20 cm. Selanjutnya adalah pengisian dengan agregat A dan B. Pemadatan urugan material pilihan menggunakan alat pemadat mekanis. A B Gambar 33. Pekerjaan Penimbunan Dengan Material Tanah (A) dan Agregat Kelas A (B) Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali, perlu iperhatikan teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang kurang baik akan menimbulkan rongga antar butiran yang berukuran besar dan dalam jumlah yang banyak. Rongga‐rongga tersebut bila dibiarkan akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan dikemudian hari. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kadar air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan tanah timbunan tidak padat karena butiran selalu bergerak bersama gerakan hidrostatik air. Kadar air yang kurang juga akan menyebabkan pemadatan tidak optimal karena tanah timbunan sulit bergerak dan hanya mengakibatkan padat permukaan saja. Kadar air yang 18  
  • 19. baik adalah kadar air optimal sesuai dengan hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang seharusnya diterapkan di lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan. Untuk mendapatkan kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau menggenangi timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat bantu mekanis. Peralatan yang memadai juga berperan untuk menghasilakan pemadatan yang baik. Penggunaan alat pemadat mekanis seperti stamper, tendem, baby roller sangat membantu menghasilkan pemadatan yang baik. Selain itu jumlah lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata. Pemadatan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan di tempat bekas galian sehingga membahayakan kendaraan / pengguna jalan Gambar 34. Proses Pemadatan Timbunan d. Pengaspalan Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer DSDP dibedakan dalam 2 tipe penanganan sesuai kelas jalan sebaga berikut : 1. Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC tebal 4 cm hanya selebar galian pipa . 2. Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm selebar galian pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan tersebut. Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut : • Hot mix diproduksi pada instalasi pencampur aspal (AMP) sesuai proporsi material job mix formula yang sudah disetujui. • Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk membersihkan permukaan hamparan dari debu dan kotoran sampah • Aspal prime coat dengan volume + 0,8 liter/m² disemprotkan di atas permukaan agregat A sebagai perekat hamparan ATB, dilanjutkan proses pemadatan ATB dengan alat roda bagi tandem seberat 5-8 ton pada suhu (110-125)°C dengan jumlah lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan jumlah lintasan 12‐16 PP. • Asphalt take coat dengan volume + 0,3 ltr / m² disemprotkan di atas permukaan perkerasan aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru, dilanjutkan proses pemadatan AC dengan 19  
  • 20. alat roda besi tandem (5-8 ton) pada suhu (110‐125)°C dengan lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan jumlah lintasan 12-16 PP. • Pada hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di lapangan untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98 % dari kepadatan laboratorium ( JMF ) dan tst Extraksi( Kadar aspal dan gradasi agregat ). • Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan pembuatan marka jalan sesuai marka yang lama. Gambar 35. Pekerjaan Pengaspalan 5. Pengaturan Area Kerja Ruang kerja yang dimaksud adalah kecukupan ruang untuk melakukan aktivitas tanpa terhalangi. Selain untuk keperluan aktivitas, ruang kerja juga berfungsi sebagai media K3 (keselamatan dan keamanan kerja) bagi masyarakat umum yang melintas di sekitar lokasi kerja. Besaran ruang kerja ini dipengaruhi oleh metode kerja yang digunakan. Penggalian dengan menggunakan alat mekanis seperti excavator akan membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan galian manual. Selain untuk kecukupan kerja alat, ruang kerja juga dipergunakan untuk menempatkan bahan/material, dan material hasil galian. Pembatas antara ruang kerja dengan ruang public digunakan barikade. Barikade merupakan dinding yang bersifat sementara yang terbuat dari seng 20  
  • 21. dan diberi warna yang mencolok agar pada malam hari dapat mudah dikenali. Khusus pada malam hari, pembatas ruang juga perlu dilengkapi dengan lampu isyarat. Gambar 36. Pengaturan Area Kerja Gambar 37. Ruang Kerja Pemasangan Pipa Dengan Metode Galian Terbuka Di Tepi Jalan 21  
  • 22. Gambar 38. Ruang kerja pemasangan pipa dengan metode galian terbuka di tengah jalan (jalan ditutup sementara untuk kendaraan) Gambar 39. Ruang Kerja Pemasangan Pipa dengan Metode Galian Terbuka pada Jalan Dengan Lebar Lebih Dari 7 m 6. Pengaturan Lalu Lintas Semakin banyak kendaraan yang melintas pada jalan di lokasi pemasangan pipa, maka dibutuhkan usaha yang semakin kompleks dalam mengatasinya seperti pemasangan rambu dan penempatan orang yang mengatur lalu lintas (signal man). Semakin sempit jalan, maka semakin rumit karena harus mengatur penempatan hasil galian, persediaan pipa dan material timbunan. Di satu sisi, jalan tidak boleh ditutup total. Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak 22  
  • 23. kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihak‐pihak terkait sebelum kegiatan dimulai. Gambar 40. Pengaturan Lalu Lintas Pada Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Limbah Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihak‐pihak terkait sebelum kegiatan dimulai. C. METODE JACKING Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat penampungan / pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat penampungan/pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum. 23  
  • 24. Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat penampungan / pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum Gambar 41. Lokasi Shaft Di Ruas Jalan Keterangan: A. Lalu lintas masih dapat melintas di sekitar shaft B. Lubang shaft yang tertutup check plate dapat dilalui kendaraan Gambar 42. Ilustrasi Situasi Di Sekitar Lokasi Departure Shaft 24  
  • 25. 1. Latar Belakang Penggunaan Metode Jacking Proses ini dilakukan dengan tujuan menghindari pekerjaan galian terbuka yang cukup dalam untuk memasang pipa yang dapat mengakibatkan gangguan ekstrim pada lingkungan dan pada struktur atas atau permukaan jalan, berkenaan dengan arus lalu lintas, geometri jalan dan kondisi sosial masyarakat. Dengan menggunakan metode jacking, diharapkan persoalan‐persoalan tersebut dapat teratasi atau diminimalkan karena ruang publik yang dimanfaatkan proyek dapat direduksi, tingkat kebisingan dapat ditekan, tingkat kebersihan lokasi dapat ditingkatkan dan tidak diperlukan penutupan jalan secara total. 2. Karakteristik Pipa Untuk Jacking Gambar 43. Karakteristik Pipa Untuk Jacking 3. Metode Pelaksanaan Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking seperti diagram alir berikut: 25  
  • 26. Gambar 44. Diagram Alir Langkah Kerja Pelaksanaan Metode Jacking Tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan sama dengan pemasangan pipa dengan metode galian terbuka. Jalur pipa yang terletak di tengan jalan dan memiliki kedalaman hingga 6,0 m, sangat jarang terhalangi oleh utilitas kecuali pada galian shaft. Dengan demikian test pit cukup dilakukan di posisi shaft. 3.1 Pembuatan Shaft Jacking Pekerjaan jacking memerlukan 2 buah shaft (departure dan arrival) sehingga jacking akan efektif bila shaft diposisikan pada posisi manhole. Dengan demikian galian shaft sekaligus galian untuk manhole. Selain itu, departure shaft sebaiknya digunakan untuk dua arah. Dan bila ternyata terdapat lebih dari satu manhole, arah tujuan, pada posisi garis lurus, maka dapat saja jacking 26  
  • 27. diteruskan sampai manhole berikutnya. Dengan catatan mesin jacking mampu menekan pipa hingga manhole berikutnya. Gambar 45. Ilustrasi Arah Jacking 3.2. Karakteristik Shaft Kegiatan pemasangan pipa dengan Jacking dilakukan di bawah permukaan tanah, namun masih diperlukan kegiatan galian untuk pembuatan shaft. Shaft merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menempatkan peralatan jacking dan sebagai tempat berakhirnya pipa. Terdapat dua buah shaft yaitu departure shaft dan arrival shaft. Departure shaft adalah tempat yang didisain sebagai awal dari jacking dan merupakan ruang kontrol pelaksanaan jacking. Dalam departure shaft terdapat mesin jacking dan segala perlengkapan untuk kegiatan jacking. Gambar 46. Tipikal Departure Shaft 27  
  • 28. Dimensi aktual yang di lapangan selalu lebih besar dari kebutuhan. Ini disebabkan sheer pile yang digunakan memiliki dimensi 40 cm dan jumlahnya selalu kelipatan 40 cm agar didapat jumlah sheet pile yang pas. Gambar 47. Profil Sheet Pile yang digunakan pada Shaft Jacking Arrival shaft adalah suatu lubang tempat berakhirnya pipa jacking dan digunakan untuk demobilisasi mesin bor jacking. Arrival shaft dan departure shaft memiliki perbedaan dimensi. Departure shaft memiliki dimensi yang lebih besar karena banyak digunakan peralatan jacking dan alat lainnya. Sedangkan arrival shaft dimensinya lebih kecil dan hanya berfungsi untuk mengeluarkan mata bor jacking. Untuk kedalaman, disesuaikan dengan kebutuhan elevasi pipa. Gambar 48. Tipikal Arrival Shaft 3.3 Konstruksi Shaft Untuk meminimalisasi penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas disekitar area shaft, digunakanlah deck beton bertulang sebagai penutup lubang galian sehingga ruang publik yang dipergunakan lebih kecil dan kendaraan dapat melintas di atas lubang yang tertutup deck dengan baik. Penggunaan tutup deck beton bertulang disesuaikan dengan kegiatan: a. Pada arrival shaft: setelah seluruh pekerjaan pembuatan lubang shaft selesai, lubang akan ditutup dengan deck beton bertulang. Tutup deck beton bertulang akan dibuka hanya pada saat mesin jacking telah sampai dan siap dikeluarkan. b. Pada departure shaft: tutup deck beton akan digunakan untuk menutup sebagian lubang shaft sehingga penggunaan ruang publik dapat seminimal mungkin. Pembukaan tutup deck 28  
  • 29. beton pada departure shaft hanya dilakukan saat memasukkan pipa beton yang akan dijacking. Gambar 49. Konstruksi Shaft 3.4 Metode Pelaksanaan Jacking Pipa Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih tidak merusak struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang lainnya (Earth Pressure Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur pekerjaan secara garis besar sebagai berikut: a. Pelaksanaan Jacking Mekanisme Jacking metode slurry: 1. Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan mengebor tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan dicampur dengan cairan slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui pipa‐pipa slurry. Dalam melakukan pemboran, besarnya tekanan slurry dalam mesin bor harus disesuaikan dengan tekanan tanah dan air tanah tujuannya agar diperoleh tingkat kestabilan yang cukup dalam melaksanakan pemotongan (pengeboran) tanah. 29  
  • 30. Gambar 50. Diagram Alir Konstruksi Shaft 30  
  • 31. Gambar 51. Garis Besar Pekerjaan Jacking 2. Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa slurry dan dikontrol dengan valve. Cairan tanah dan slurry akan dialirkan melalui pipa vertikal dan akan dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan tanah menggunakan mesin proses slurry yang dipasang di luar shaft. 3. Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin bor tanah sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk tangki untuk diangkut ke tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi sistem tersebut akan berlangsung selama jacking dan membutuhkan alat pengendali berupa dial pengukur tekanan, katup‐katup dan pompa‐pompa. 4. Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulic jack akan menekan pipa masuk ke dalam tanah yang telah digali/dibor. 5. Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka akan dilakukan pemantauan pada ruang kontrol. Gambar 52. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa 31  
  • 32. 3.5. Monitoring Kelurusan dan Kemiringan Pipa Jacking Kontrol terhadap kelurusan dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin jacking sebagai target dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah arah pemboran sudah tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser transit di departure shaft. Hasil survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan dalam melakukan monitoring ini. Gambar 53. Kegiatan Monitoring Pada Kegiatan Jacking Pipa (A) Mesin Monitoring; (B) Laser Beam Gambar 54. Skema Monitoring Pipa Jacking 32  
  • 33. Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (1) 33  
  • 34. Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (2) 3.6. Pipa Service Air Limbah Pipa utama (main sewer) yang dipasang dengan metode jacking harus dilengkapi dengan pipa service. Hal ini dikarenakan tidak dimungkinkan untuk memasang pipa lateral pada pipa yangdi‐jacking. Pipa service ini berfungsi mengalirkan air limbah dari sambungan rumah. Air limbah yang masuk ke dalam pipa service akan dialirkan ke pipa utama melalui manhole. Sebagai pipa service digunakan pipa beton dengan diameter 200 mm (sama dengan pipa sekunder). 34  
  • 35. Gambar 56. Ilustrasi Sambungan Rumah (Pipa Service) Dan Jacking Pipa Utama D. PIPA LATERAL 1. Karakteristik PIpa Pipa lateral adalah pipa yang menghubungkan jaringan pipa air limbah dengan box sambungan rumah. Material pipa yang dipergunakan untuk pipa lateral adalah polyvinyl chloride (PVC) untuk air limbah dengan dimensi (diameter) 150 mm. Sebagai aksesoris pelengkap dari pipa lateral adalah rubber ring, elbow, dan socket. Tabel 2. Karakteristik Pipa PVC 35  
  • 36. 2. Metode Pelaksanaan Pipa lateral dipasang setelah jaringan pipa selesai dipasang, dan penimbunan kembali dilakukan setelah pipa lateral terpasang. Secara umum pemasangan pipa lateral terbagi atas dua teknik yaitu socket penyambung telah terpasang dan socket penyambung belum terpasang pada badan pipa. Perbedaan yang paling nyata dari kedua teknik tersebut adalah pada penempatan box sambungan rumah. Jika socket lateral telah terpasang pada badan pipa, maka posisi kotak sambungan rumah akan ditentukan oleh posisi socket. Tetapi bila socket lateral belum terpasang, maka posisi box sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan kehendak pemilik properti atau sesuai dengan situasi rumah dan posisi socket menyesuaikan. Keterangan: A = Mesin bor untuk membuat lubang pada badan pipa dan pipa diameter 200 mm yang telah dipasangi socket lateral B = Pipa diameter 1000 mm yang telah dipasangi socket lateral C = Pengeboran badan pipa yang telah terpasang untuk pemasangan socket lateral Gambar 57. Pelaksanaan Pemasangan Sambungan Pada Pipa Lateral Karena pemasangan pipa lateral mempengaruhi kapan penimbunan kembali galian jaringan pipa dilakukan, maka biasanya pemasangan pipa lateral dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah menyambungkan socket lateral pada badan pipa dan memasang pipa lateral sejarak 2‐3 m. Gambar 58. Pemasangan Pipa Lateral Tahap 1 36  
  • 37. Tahap kedua adalah menyambung pipa yang telah terpasang tersebut hingga ke posisi box sambungan rumah. Dengan demikian saat tahap pertama selesai, timbunan kembali dapat dilakukan dan tahap kedua dapat dimulai setelah pemasangan jaringan pipa selesai. Keterangan: A & B = Galian dari jaringan pipa ke arah posisi box sambungan rumah melintasi saluran tepi jalan C = Pipa lateral yang dimasukkan ke dalam lubung dan galian terbuka Gambar 59. Pekerjaan Pemasangan Sambungan Pipa Sambungan Rumah Ke Pipa Lateral Hal yang sangat penting dilakukan adalah memberi tanda di mana posisi pipa lateral berakhir karena pipa lateral tersebut akan disambung di lain hari. Bila tidak diberi tanda, maka pada saat pelaksanaan penyambungan akan mengalami kesulitan mencari ujung pipa yang berakibat pekerjaan menjadi terlambat. Pemasangan pipa lateral tahap II: Penandaan posisi sambungan rumah dan pipa lateral untuk lanjutan pemasangan pipa lateral tahap II Gambar 60. Penandaan Posisi Untuk Pemasangan Pipa Lateral Tahap II 37  
  • 38. Gambar 61. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Pipa Lateral Tahap II 38  
  • 39. Gambar 62. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Sambungan Pipa Lateral Dan Kotak SR 39  
  • 40. 3. Sambungan Pipa Lateral Ke Jaringan Pipa Dengan Atau Tanpa Halangan Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r Limbah (1) 40  
  • 41. Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r Limbah (2) 41  
  • 42. Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Air Limbah (3) E. PEKERJAAN SAMBUNGAN RUMAH (HOUSE CONNECTION) Sambungan rumah merupakan suatu rangkaian pemasangan pipa air limbah rumah tangga sampai dengan bak kontrol, selanjutnya dihubungkan dengan pipa lateral ke jaringan pipa air limbah. Pemasangan sambungan rumah haruslah dengan persetujuan dari pemilik rumah (properti). Bila pemilik setuju, maka ditindak lanjuti dengan survey sambungan rumah. Gambar 64. Diagram Alir Tahapan Pekerjaan Sambungan Rumah 42  
  • 43. 1. Survey Sambungan Rumah Survey Sambungan Rumah bertujuan untuk : − Mengetahui posisi sumber air limbah seperti kamar mandi, wastafel, dapur dan lain‐lain. − Menentukan jalur pipa dan posisi bak kontrol. − Mengidentifikasi kondisi semula sistem pembuangan air limbah Hasil survey berupa gambar denah rumah dan rencana jalur pipa yang dilengkapi dengan ukurannya. Hasil survey tersebut harus ditanda tangani oleh pemilik rumah sebagai bukti persetujuannya. Gambar 65. Denah Sambungan Rumah (Tanpa Skala) Gambar 66. Kegiatan Pengukuran Elevasi Lantai Rumah 43  
  • 44. Gambar 67. Penandaan Titik Bak Kontrol Dan Penjelasan Kepada Pemilik Rumah 2. Pemasangan Sambungan Rumah Pelaksanaan sambungan rumah dikerjakan setelah survey selesai dilakukan dan pemilik rumah telah menyetujui untuk dilakukan pemasangan sambungan rumah tersebut. Pemasangan sambungan rumah secara garis besarnya dibagi menjadi 2 jenis pekerjaan yaitu pemasangan pipa air limbah dan pemasangan bak kontrol. Pekerjaan pemasangan pipa air limbah menggunakan pipa PVC dengan diameter 100 mm dengan kelas untuk air limbah. Sedangkan bak control terbuat dari pasangan batu bata yang disusun membentuk box yang bagian dasarnya dibentuk invert sesuai dengan diameter pipa air limbah. Bak control tersebut diberi tutup pada bagian atasnya yang terbuat dari beton bertulang. Bentuk bak kontrol ada 2 yaitu segi empat dan lingkaran. Bak kontrol berbentuk segi empat terbuat dari batu bata sedangkan yang lingkaran adalah fabrikasi beton bertulang (seperti buis beton). Pemasangan bak kontrol fabrikasi dimaksudkan untuk mempercepat waktu pemasangan di lapangan. Gambar 68. Ilustrasi Pemasangan Pipa Sambungan Rumah 44  
  • 45. . Gambar 70. Bentuk Bak Kontrol Pada Sambungan Rumah 2.1. Metode pelaksanaan Pengerjaan sambungan rumah diusahakan seminimal mungkin mengganggu kenyamanan penghuni dan berusaha agar pembongkaran interior sesedikit mungkin. Selain itu, waktu untuk mengerjakan sambungan rumah harus dilakukan secepat mungkin. 45  
  • 46. Untuk mengurangi proses pembongkaran interior bangunan, sambungan dilakukan di luar bangunan dengan menyambung pipa yang keluar dari sumber air limbah (kamar mandi, WC, dapur, dsb). Dengan demikian bagian yang dibongkar adalah bagian luar rumah seperti taman dan rabatan tepi rumah. Untuk sambungan pada septic tank, sambungan dilakukan pada pipa inlet sehingga tidak perlu membongkar septic tank. 2.2. Pengurasan Dan Pembubuhan Desinfektan Pada Septic Tank Tujuan dari sambungan rumah adalah untuk menyalurkan air limbah ke jaringan air limbah kota. Dengan demikian keberadaan septic tank tidak diperlukan lagi. Setelah tersambung dengan jaringan pipa air limbah kota, dilakukan pengurasan septic tank yang dilakukan dengan mobil tangki penguras. Septictank kemudian dibilas dengan cara mengisi kembali dengan air bersih yang kemudian disedot kembali. Pembuangan lumpur tinja harus di IPLT ( Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ) yang telah mendapatkan izin resmi. Septic tank yang telah kosong harus disemprot atau diisi larutan desinfektan agar bersih dari kuman. Bahan yang digunakan adalah kaporit [Ca(OCl)2] dengan kandungan chlorine minimal 60%. Porsi penggunaannya adalah 50 gr/m3 untuk setiap septic tank. Kaporit dicampur dengan air hingga homogen dengan alat pengaduk, kemudian dimasukkan ke dalam septictank selama minimal 1 jam kemudian dikeluarkan dan dibuang ke tempat yang aman. Agar septic tank tersebut tidak digunakan lagi, maka harus dilakukan penutupan pada inlet septic tank. Gambar 71. Pengurasan Tangki Septik F. BIAYA PEMASANGAN PIPA Biaya pekerjaan pemasangan pipa air limbah dengan metode clean construction, meliputi biaya untuk: • Pekerjaan persiapan • Pekerjaan galian dan pengangkutan tanah galian • Pekerjaan pemasangan pipa dan manhole 46  
  • 47. • Pekerjaan timbunan kembali • Pekerjaan perbaikan jalan, kecuali untuk pekerjaan pengaspalan (overlay) dimasukkan dalam jenis pekerjaan tersendiri. Unit biaya pemasangan pipa dikelompokkan berdasarkan: • Diameter pipa • Kedalaman pipa terpasang Kedalaman pemasangan pipa dan kondisi tanah setempat serta tinggi muka air tanah akan menentukan metode pelaksanaan di lapangan, demikian pula lebar jalan dan kondisi lapangan akan menentukan jenis, tipe, dan kapasitas peralatan yang digunakan, dimana hal tersebut akan mempengaruhi besarnya biaya pemasangan. Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran pipa terpasang di lapangan, dari pusat mainhole ke mainhole berikutnya. Secara ringkas biaya pemasangan untuk setiap meter panjang pipa seperti terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Gambaran Biaya Pemasangan Pipa Catatan : 1. Biaya di atas tidak termasuk biaya sewa tempat tanah galian. 2. Biaya pemasangan pipa dengan metode clean construction sedikit lebih tinggi (± 10%) dibandingkan dengan biaya pemasangan pipa tanpa clean construction. G. SOSIALISASI Kegiatan sosialisasi memegang peranan cukup penting dalam pembangunan sistem perpipaan air limbah suatu kota, karena di Indonesia sistem ini baru ada di beberapa kota. Tidak mudah 47  
  • 48. memberi pemahaman pada masyarakat maupun pihak–pihak terkait tentang pentingnya penanganan air limbah, untuk itu sosialisasi perlu dilaksanakan secara menerus mengikuti tahapan kegiatan sebagai berikut: • Tahap perencanaan (pra konstruksi) • Tahap konstruksi/pelaksanaan • Tahap operasional (pasca konstruksi) 1. Tahap Perencanaan Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh pimpinan proyek dibantu konsultan dengan kegiatan antara lain berupa : • Penjelasan dan diskusi dengan instansi – instansi terkait, DPRD, tokoh – tokoh masyarakat • Pertemuan dengan masyarakat langsung di banjar – banjar • Kunjungan ke sistem serupa di kota lain yang sudah beroperasi • Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat • Penyebaran materi sosialisasi berupa brosur, poster, dsb. Gambar 72. Sosialisasi Tahap Perencanaan 48  
  • 49. 2. Tahap Konstruksi Kegiatan dilaksanakan bersama-sama oleh konsultan, kontraktor dan tim proyek. Kegiatan lebih terfokus pada kelancaran pelaksanaan di lapangan, di antaranya berupa: • Koordinasi dengan instansi yang terkait langsung di lapangan seperti polisi, PDAM, Telkom, dll • Koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, para kelian banjar, sehubungan dengan jadwal, metode pelaksanaan, dll • Sosialisasi door to door untuk kegiatan khusus seperti penempatan sambungan rumah dan kegiatan yang terkait langsung di lokasi • Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat • Penyampaian informasi melalui radio setempat mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan terkait dengan gangguan lalu lintas, dsb Gambar 73. Sosialisasi Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional Kegiatan dilaksanakan oleh konsultan dan badan pengelola. Kegiatan lebih ditekankan pada operasional dan perawatan sistem yang sudah terbangun, termasuk biaya pelayanan dengan cara: 49  
  • 50. • Sosialisasi door to door untuk memberi penjelasan tentang operasional dan perawatan system perpipaan air limbah, juga disampaikan informasi tentang benda-benda yang tidak boleh dibuang ke dalam saluran yang akan mengganggu system • Sosialisasi pada anak-anak tingkat sekolah dasar dengan mengajak mereka untuk menjadi “polisi limbah” di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal • Penyebaran materi berupa brosur, penempatan poster di tempat-tempat umum • Penyebaran informasi melalui media televisi dan radio Gambar 74. Sosialisasi Tahap Operasional Gambar 75. Bahan Sosialisasi Jaringan Air Limbah Kepada Masyarakat 50