SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 58
Descargar para leer sin conexión
PENGOLAHAN LEACHATE


I. PENDAHULUAN

Pengelolaan TPA di Indonesia yang sebagian besar dioperasikan secara open dumping,
pada umumnya dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana, salah satunya adalah
tidak berfungsinya Instalasi Pengolahan Leachate (IPL) dengan benar. Instalasi
Pengolahan Leachate memegang peranan yang cukup penting dalam usaha melindungi
tercemarnya lingkungan di sekitar TPA dari cairan leachate. Leachate merupakan zat
pencemar yang sangat berbahaya, karena karakteristiknya yang mengandung kadar
organik yang tinggi, bahkan tidak jarang juga mengandung kadar logam berat.

Leachate dapat didefinisikan sebagai cairan yang menginfiltrasi melalui tumpukan
sampah dan telah mengekstraksi material terlarut maupun tersuspensi
(Tchobanoglous, 1993). Di kebanyakan landfill, leachate terbentuk dari cairan yang
memasuki area landfill dari sumber-sumber eksternal, seperti drainase permukaan, air
hujan, air tanah, dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah, sedangkan
leachate yang ditimbulkan dari kadar air yang terkandung dari dalam sampah dapat
diabaikan dalam perhitungan, karena jumlahnya yang relatif kecil. Leachate memiliki
karakteristik yang khas, yaitu tingginya kandungan organik, logam, asam, garam
terlarut, dan mikro organisme. Karakteristik tersebut menyebabkan leachate menjadi
sangat berbahaya untuk lingkungan dengan potensial kontaminasi melebihi dari
beberapa limbah industri (Orta et al, 1999).

Leachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga
materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa
kuantitas dan kualitas leachate akan sangat bervariasi dan berfluktuasi.

Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling tidak terdapat
dua besaran debit leachate yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug, yaitu :

•   Untuk perancangan saluran penangkap dan pengumpul leachate, yang mempunyai
    skala waktu dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut
    hendaknya mampu menampung leachate maksimum yang terjadi pada waktu
    tersebut

                                                                                  1
•       Untuk perancangan pengolahan leachate, yang biasanya mempunyai orde dalam
        skala hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian.


Rancangan praktis yang sering digunakan di Indonesia untuk perancangan antara lain
adalah :

a. Debit pengumpul leachate :

    -      Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa tahun
    -      Assumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90 %

b. Debit pengolah leachate :

    -      dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa tahun,
           atau dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan
           yang maksimum

Sesaat setelah leachate terbentuk, dan mengalir ke luar landfill, leachate dapat
menyebabkan pencemaran yang serius baik ke air tanah maupun ke badan air
permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup mengenai timbulan
leachate, karakteristik leachate, jenis-jenis pengolahan, serta best practice dari
beberapa instalasi pengolahan leachate yang beroperasi dengan baik di Indonesia.

II. TIMBULAN LEACHATE

Produksi leachate bervariasi tergantung pada kondisi pengoperasian landfill, yaitu :

a. Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian) : dalam tahapan ini, bagian-bagian
   yang belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan
   maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan
   sejumlah air hujan yang lebih besar.
b. Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya) : dalam kondisi ini sampah
   telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk
   mengurangi infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam memprediksi banyaknyanya leachate dari
sebuah landfill adalah dengan metode neraca air dengan :

a. Metode Thorntwaite
b. Metode HELP, yang dikembangkan oleh USEPA.

                                                                                       2
Metode neraca air dari Thorntwaite :

Leachate yang timbul setelah pengoperasian selesai, dapat diperkirakan dengan
menggunakan suatu metoda yang disebut Metoda Neraca Air (Water Balance Method).
Metoda ini didasari oleh asumsi bahwa leachate hanya dihasilkan dari curah hujan
yang berhasil meresap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa
sumber lain seperti air hasil dekomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah, dan aliran
air permukaan lainnya dapat diabaikan. Potensi kuantitas leachate adalah jumlah air
yang terbentuk setelah kapasitas penahan air (moist holding capacity) dari TPA
terpenuhi.

Faktor-faktor yang berpengaruh di neraca air adalah:
1. Air yang masuk dari atas
    Presipitasi air hujan merupakan faktor utama yang menentukan kuantitas leachate
    yang terbentuk di TPA. Oleh karena itu data mengenai curah hujan yang akurat
    sangat penting untuk dapat memperkirakan jumlah timbulan leachate di suatu
    TPA.
2. Kelembaban sampah dan tanah penutup
    Kelembaban sampah dan tanah penutup ini sangat bergantung pada musim. Pada
    musim hujan, kelembaban sampah dan tanah penutup akan lebih tinggi
    dibandingkan pada saat musim kemarau.
3. Jumlah air yang dikonsumsi untuk pembentukan gas landfill
    Air akan dibutuhkan selama dekomposisi anaerobik dari materi organik di sampah.
    Jumlah air yang dikonsumsi untuk reaksi dekomposisi tersebut dapat diestimasi
    dengan menggunakan pendekatan empiris.
4. Air yang hilang akibat evaporasi
    Jumlah air yang hilang akibat evaporasi ini juga sangat tergantung pada musim.
5. Jumlah air yang keluar dari dasar landfill
    Air yang keluar dari dasar landfill inilah yang dinamakan leachate. Air ini akan
    timbul apabila kapasitas penahan air dari TPA sudah terpenuhi.

Gambar berikut menggambarkan sistem input-output dari neraca air, sedang
persamaannya adalah :

              PERC = P - (RO) - (AET) - (∆ST)                 ................(1)

                   I = P - (R/O)          ......................................(2)

              APWL = Σ NEG (I - PET) ...................................(3)
                                                                                      3
AET     = (PET) + [ (I - PET) - (∆ST) ] ................(4)
PERC = perkolasi, air yang keluar dari sistem menuju lapisan di bawahnya, akhirnya
menjadi leachate
P = presipitasi rata-rata bulanan dari data tahunan
RO = limpasan permukaan (runoff) rata-rata bulanan dihitung dari presipitasi serta
koefisien limpasan
AET = aktual evapotranspirasi , menyatakan banyaknya air yang hilang secara nyata
dari bulan ke bulan
∆ST = perubahan simpanan air dalam tanah dari bulan ke bulan, yang terkait dengan
soil moieture stotage
ST = soil moisture storage, merupakan banyaknya air yang tersimpan dalam tanah
pada saat keseimbangan
I = infiltrasi, jumlah air terinfiltrasi ke dalam tanah
APWL = accumulated potential water loss , merupakan nilai negatif dari (I-PET) yang
merupakan kehilangan air secara kumulasi
I - PET = nilai infiltrasi dikurang potensi evapotranspirasi; nilai negarif menyatakan
banyaknya infiltrasi air yang gagal untuk dipasok pada tanah, sedang nilai positip
adalah kelebihan air selama periode tertentu untuk mengisi tanah.
PET = potensial evapotranspirasi, dihitung berdasarkan atas nilai rata-rata bulanan
dari data tahunan
                              Presipitasi (P)
                                             Evapotranspirasi (ET)
             Run Off (RO)




                            Moisture Storage (∆S)



                                          PERC = P - RO - AET + ∆S


                                LEACHATE

                Gambar 1. Input – output konsep neraca air




                                                                                    4
Dengan menganggap aliran air ke bawah sebagai sistem berdimensi-satu, maka model
neraca air yang dikembangkan oleh Thorntwaite [Thorntwaite], dapat digunakan untuk
menghitung perkolasi air dalam tanah penutup menuju lapisan sampah di bawahnya.

Salah satu keuntungan penggunaan tanah penutup akhir dalam mengurangi timbulnya
leachate adalah dari kemampuan penyerapan airnya. Air akan tertahan dalam tanah
sampai menyamai angka field capacity-nya. Air yang terkandung oleh tanah
bergantung pada jenis tanah dan berkurang dengan adanya evapotranspirasi dan
bertambah kembali akibat infiltrasi. Tanpa adanya tanaman, setelah periode yang
lama, tanah akan mempunyai kandungan air setinggi field capacity. Bila terdapat
tanaman, maka akar mengambil air dan menguapkannya sehingga air akan berada di
bawah field capacity tersebut. Pada saat air mencapai wilting points, maka akar tidak
dapat lagi mengambil air dalam tanah tersebut. Di bawah titik ini kandungan air
dikenal sebagai air higroskopis (Hygroscopic water) yaitu air yang terikat pada partikel-
partikel tanah dan tidak dapat dikurangi oleh transpirasi. Dengan demikian, air tersedia
(Available water) berkisar antara wilting point dan field capacity. Air inilah yang akan
mengalami pergerakan kapiler dan jumlah ini berubah karena evapotranspirasi dan
infiltrasi. Satuan yang digunakan dapat berupa milimeter-air per meter tinggi media.
Contoh, bila yang digunakan untuk penutupan sebuah landfill adalah silty clay dengan
ketebalan 0,5 m, maka diperkirakan jumlah air yang dapat diserap pada field capacity-
nya adalah 0,5 m x 250 mm/m = 125 mm.
Evapotranspirasi terjadi karena adanya penguapan dari tanah, dan transpirasi, yaitu
pernafasan tumbuhan yang terdapat pada lapisan tanah penutup. Jumlah air yang
hilang atau kembali ke atmosfer lebih besar pada transpirasi dibandingkan pada
evaporasi. Tumbuhan berfungsi untuk menahan air agar air tidak diteruskan ke lapisan
sampah, dan bagian daun akan menguapkan air tersebut. Evapotranspirasi yang sebe-
narnya terjadi (Actual Evapotranspiration = AET) tergantung persediaan air dalam
tanah (soil moisture storage). Angka AET ini tidak sama dengan data ET dari stasiun
meteorologi. Angka ET ini terjadi pada kondisi air yang selalu tersedia. Angka ET
stasiun meteorologi ini disebut Potential Evapotranspiration (PET) atau
evapotranspirasi maksimum yang dapat terjadi.

Bila soil moisture storage mendekati field capacity, ET mencapai nilai maksimumnya,
tetapi bila soil moisture mendekati wilting point, ketersediaan air yang terbatas itu
akan mengurangi laju ET. Metoda untuk mengetahui air yang dapat diserap setelah
terjadi PET tertentu telah dikembangkan oleh Thorntwaite. PET dihitung dengan
eksperimen maupun dengan metode empirik.
                                                                                       5
Umumnya tidak tersedianya data evapotranspirasi, maka nilai PET dikembangkan dari
nilai evaporasi hasil pengukuran dilapangan dengan evaporimeter, yang memerlukan
suatu faktor koreksi tertentu. Faktor koreksi ini dihitung dengan menggunakan
perbandingan antara evapotranspirasi tanah berumput yang terairi dengan baik,
dengan Pan evaporasi klas A, yaitu Pan yang terletak pada tanah berumput. Cara lain
adalah dengan pendekatan empirik, seperti metode-metode: Thorntwaite, Blaney-
Criddle, Penmann atau metode Christiansen. Berikut ini diberikan contoh metode
neraca air dengan Thornwaite dengan parameter PET yang dihitung dengan
pendekatan Thorntwaite.



Model Hydrologic Evaluation of Landfill Performance (HELP)
Model HELP dikembangkan oleh USEPA yang dapat di-download langsung melalui
situs. HELP merupakan program simulasi yang paling banyak digunakan di dunia dalam
merancang, mengevaluasi dan mengoptimasi kondisi hidrologi dari sebuah landfill serta
laju timbulan leachate yang dilepas ke alam. Versi komersialnya dengan penampilan
grafik dalam sistem Windows 95/98/NT/2000 antara lain dikeluarkan oleh Waterloo-
Hydrogeologic Software.

Model HELP merupakan sebuah model quasi-two-dimensional serta model hidrologi
multi-layer, yang membutuhkan input data sebagai berikut :

1. Data cuaca : parameter-parameter presipitasi, radiasi matahari, temperatur dan
   evapotranspirasi
2. Sifat-sifat tanah : porositas, field capacity, wilting point, dan hydraulic conductivity
3. Informasi desai landfill : pelapis dasar (liners), sistem pengumpul leachate, sistem
   pemgumpul runoff, dan kemiringan permukaan landfill


Profil struktur sebuah landfill dapat terdiri dari berbagai kombinasi dari tanah (alamiah)
dan bahan artifisial (limbah, geomembran), dengan pilihan lapisan-lapisan horizontal
sistem drainase.
Terdapat 11 (sebelas) jenis lapisan yang dapat disusun sesuai dengan keinginan
perancang landfill. Perubahan kemiringan dari masing-masing lapisan juga
diperhitungkan. Model ini menggunakan teknik pemecahan numerik yang
mempertimbangkan pengaruh dari surface storage, soil moisture storage, runoff,
infiltrasi, evapotranspirasi, pertumbuhan vegetatif, drainase subsurface lateral,

                                                                                         6
resirkulasi leachate, drainase vertikal, kebocoran melalui liner tanah atau geomembran
atau bahan komposit lainnya.

Contoh parameter-parameter input yang digunakan dalam model HELP adalah :

−   Precipitasi harian (mm) : data tahun 1996 - 2002
−   Temperatur udara harian (oC) : data tahun 1996 – 2002
−   Radiasi matahari harian (MJ/m2) : data tahun 1996 – 2002
−   Rata-rata kecepatan angin = 0,018 Kph
−   Rata-rata kelembaban relatif untuk 4 periods of musim: kuarter-1 = 82%, kuarter-
    2 = 89%, kuarter-3 = 93% dan kuarter = 84%.
−   Kedalaman zone evaporation : diukur pada Landfill-1 = 75 cm
−   Assumsi musim pertumbuhan dimulai pada hari = 0, dan berakhir pada hari = 367
−   Assumsi maksimum area indeks daun = 2, artinya sepanjang tahun.
−   Assumsi latitude = - 5 (nilai negatif terhadap nilai nol-ekuatorial)


III. KARAKTERISTIK LEACHATE

Persoalan utama dalam pengolahan leachate adalah penentuan kualitas desain dari
leachate yang akan diolah di IPL. Kualitas desain leachate sangat bergantung pada
sampling leachate yang dilakukan. Karakteristik dan kuantitas leachate dipengaruhi
oleh:
1. Karakteristik dan komposisi sampah
2. Jenis tanah penutup landfill
3. Musim
4. pH dan kelembaban
5. Umur timbunan (usia landfill).

Sehingga dalam pengambilan sampel leachate, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Posisi pengambilan sampel
2. Waktu pengambilan sampel       apakah setelah hujan atau pada saat musim
    kemarau
3. Metode pengambilan sampel (apakah composit atau grab sampling)

Leachate yang berasal dari timbunan sampah yang baru mempunyai nilai BOD dan
COD yang sangat tinggi, tetapi semakin lama umur landfill, maka kualitas leachate
landfill juga akan menurun. Karakteristik leachate berdasarkan umur landfill seperti
                                                                                    7
tergambar pada tabel 1 di bawah ini, dan tabel 2 menggambarkan karakteristik
leachate di beberapa kota di Indonesia.



            Tabel 1. Karakteristik Leachate Berdasarkan Umur Landfill




                 Sumber :




                                                                          8
Tabel 2. Karakteristik Leachate di Beberapa Kota di Indonesia




                          Sumber :


Karakteristik umum leachate adalah:
 1. Konsentrasi BOD/COD tinggi di awal
 2. Kandungan nitrogen yang tinggi
 3. Daya hantar tinggi, hal tersebut dikarenakan banyaknya mineral yang dilarutkan
    oleh aliran leachate, sehingga daya hantarnya menjadi tinggi
 4. Logam berat yang kadang tinggi, hal tersebut dikarenakan pH leachate yang asam
    yang dapat melarutkan logam berat yang mungkin tercampur di sampah yang
    masuk di TPA
 5. pH netral sampai asam
 6. Warna yang sulit dihilangkan (coklat muda sampai hitam)
 7. Berbau asam.




                                                                                9
IV. Kondisi Umum Instalasi Pengolahan Leachate di Indonesia

Instalasi Pengolahan Leachate yang ada di TPA-TPA di Indonesia pada umumnya tidak
atau belum beroperasi sesuai dengan kriteria teknis yang ada. Beberapa hal yang
menyebabkan kurang optimalnya operasi IPL di TPA adalah:
1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPL di
    TPA.
    Pada umumnya alokasi dana untuk pengelolaan sampah di TPA sudah sangat
    kecil, sehingga dana yang dialokasikan untuk O/M IPL semakin kecil lagi. Di sisi
    lain, untuk pengoperasian dan pemeliharaannya, IPL memerlukan biaya yang tidak
    sedikit.
2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang kompeten yang dapat mengoperasikan
    IPL.
    Di sebagian besar TPA di Indonesia tidak tersedia operator khusus yang bertugas
    untuk menjalankan IPL. IPL yang ideal seharusnya dijalankan oleh SDM yang
    kompeten, karena kebanyakan IPL menggunakan pengolahan secara biologis
    dimana mikroorganisme perlu kondisi yang spesifik untuk dapat bekerja dengan
    optimal.
3. Tidak ada kontrol dan monitoring yang baik untuk pengoperasian IPL.
    Mayoritas IPL di Indonesia dibiarkan berjalan begitu saja tanpa ada kontrol yang
    baik, padahal seharusnya sebelum mulai dijalankan, harus dilakukan aklimatisasi
    selama kurang lebih 3 bulan untuk mendapatkan kondisi mikroorganisme yang
    optimal.
4. Kurang perhatiannya para pengambil kebijakan pada TPA.
    Sampai saat ini, pengelolaan sampah belum menjadi prioritas untuk mendapatkan
    alokasi dana yang besar di daerah-daerah. Hal tersebut dikarenakan masih
    rendahnya tingkat kesadaran para pengambil kebijakan untuk pengelolaan
    sampah pada umumnya dan IPL pada khususnya.




                                                                                 10
Sumber :

                   Gambar 2. Skema Pengolahan Leachate TPA

Dari gambar 2 di atas diketahui bahwa pengolahan leachate di TPA mempunyai
masalah yang sama, yaitu kuantitas dan kualitas leachate yang berfluktuasi. Di sisi
lain, dasar untuk dapat merencanakan suatu instalasi pengolahan leachate yang baik
adalah beban hidrolis (Q), serta beban organik (BOD, COD) yang stabil. Oleh karena
itu, diperlukan pengaturan/penyeimbangan untuk debit dan beban organik yang masuk
ke IPL, dikarenakan mikroorganisme yang bekerja di IPL tersebut sangat sensitif
dengan perubahan debit dan beban organik yang ekstrim. Salah satu cara untuk
mengatur debit dan beban organik tersebut adalah dengan menggunakan kolam
stabilisasi serta pintu air sebelum inlet IPL.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi dampak negatif dari
leachate adalah:
1. Penggunaan lapisan tanah penutup, baik lapisan tanah penutup harian, antara,
    dan penutup akhir
2. Pemakaian lapisan dasar/liner yang sesuai dengan kriteria teknis untuk dapat
    mencegah infiltrasi leachate ke tanah dan air tanah
3. Pembangunan sarana pengumpul dan pengolah leachate yang sesuai dengan
    kriteria teknis, serta pembangunan drainase sekeliling TPA yang sesuai dengan
    kriteria teknis untuk dapat mengurangi jumlah limpasan air hujan yang masuk ke
    dalam TPA
4. Melakukan resirkulasi leachate

                                                                                11
5.   Mengoperasikan landfill secara tepat. Alternatif pengoperasian landfill yang sedang
     berkembang saat ini adalah dengan menggunakan semi aerobic landfill.

V. SEMI AEROBIC LANDFILL




     Sumber :




                Gambar 3. Skema Landfill Anaerobik dan Semi-Aerobik

Semi Aerobic landfill adalah metoda terbaru yang pertama kali diterapkan di Fukuoka,
Jepang dan oleh karena itu dikenal juga sebagai Landfill metoda Fukuoka. Metoda ini
merupakan alternatif yang sangat disarankan untuk dapat mempercepat stabilitas
sampah dan menurunkan kualitas timbulan leachate sehingga beban yang masuk ke
IPL tidak terlalu tinggi.

Perbedaan yang paling mendasar antara sanitary landfill yang dioperasikan semi
aerobik dan anaerobik adalah pada intensitas penutupan tanah dan besar pipa
pengumpul dan penyalur leachate. Pada landfill semi aerobik pengaplikasian tanah
penutup tidak dilakukan setiap hari, hal tersebut dilakukan agar kontak sampah

                                                                                     12
dengan udara terjadi lebih lama sehingga proses dekomposisi dan stabilisasi sampah
berlangsung lebih cepat.

Selain itu, pada TPA semi aerobik digunakan pula pipa pengumpul leachate dengan
diameter lebih dari 60 cm, serta ujung pipa tidak terendam di IPL, sehingga
memungkinkan masuknya udara ke dalam pipa untuk membantu proses pembusukan
dan pada akhirnya menurunkan kualitas timbulan leachate.

Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan hasil penelitian pembandingan landfill yang
dioperasikan secara anaerob dan semi aerob terhadap karakteristik leachate yang
dihasilkan, khususnya untuk parameter pH dan BOD.




   Gambar 4. Perbandingan Karakteristik Timbulan Leachate antara Anaerobic dan
                             Semiaerobic Landfill




  Gambar 5. Karakteristik Timbulan Leachate untuk Landfill Relatif terhadap Waktu
                                                                                    13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fukuoka, maka disimpulkan bahwa:
 • Konsentrasi BOD dan evaporasi untuk landfill semi-aerobik lebih rendah jika
    dibandingkan dengan landfill anaerobik
 • Tongginya konsentrasi BOD selama 2,5 tahun pada landfill anaerobik karena
    akumulasi asam-organik yang menghambat aktivitas bakteri
 • Dari dua hal tersebut di atas, maka landfill semi-aerobik sampai saat ini dinilai
    mempunyai keuntungan selain dapat mengurangi beban pencemar leachate, tetapi
    juga dapat mengurangi timbulan gas rumah kaca.


VI. PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LEACHATE

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai dasar perencanaan dan memilih sistem
IPL/Instalasi Pengolahan Leachate adalah :
1. Kualitas dan kuantitas air leachate yang akan diolah
2. Kemudahan pengoperasian dan ketersediaan SDM yang memenuhi kualitas untuk
    OM IPL terpilih
3. Jumlah akumulasi lumpur
4. Kebutuhan dan ketersediaan lahan
5. Biaya operasional, meliputi :
    a. Biaya Investasi
       Biaya investasi yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas dan kompleksitas
       IPAL.
       Biaya ini meliputi :
       o Lahan
       o Konstruksi
       o Perpipaan
       o Instrumen
    b. Biaya Pengoperasian
       Sedangkan biaya operasi biasanya sangat ditentukan oleh masing-masing jenis
       IPL yang terpilih.
       Biaya ini meliputi :
       o Biaya SDM untuk OM dan perbaikan
       o Penggantian komponen dan perbaikan besar
       o Biaya bahan kimia, kalau ada
       o Biaya bahan bakar
       o Biaya pengunaan energi listrik
                                                                                 14
6. Kualitas hasil olahan yang diharapkan
   Ambang batas kualitas olahan yang diperkenankan dibuang ke badan air penerima
   diatur oleh masing-masing daerah. Semakin ketat nilai ambang batasnya, maka
   dituntut efisiensi pengolahan air leachate yang semakin tinggi. Beberapa kualitas
   hasil olahan yang diharapkan menurut peraturan yang berlaku di Indonesia:

              Tabel 3. Beberapa Baku Mutu yang berlaku di Indonesia

Kepmen     Klasifikasi        BOD5    COD      pH      ∑N              Oil,    SS
no.                                                    Anorganik       fats


                              mg/L    mg/L     -       mg/L            mg/L    mg/L


           Golongan I         20      40       6–9     10,88                   100

Kep-       Golongan II        50      100      6–9     22                      200
MenLH
03/91      Golongan III       150     300      6–9     38                      400

           Golongan IV        300     600      6–9     75                      500

Kep-
           Kawasan
MenLH                         50      100      6–9                     200
           Industri
03/98

Kep-
           Air Limbah
MenLH                         100              6–9                     10      100
           Domestik
112/03



7. Kebutuhan energi
   o Setiap sistem IPL yang digunakan akan memerlukan energi.
   o Energi yang diperlukan biasanya adalah untuk pompa, supply oksigen
       (aerator/blower), menggerakkan shaft, serta keperluan utilitas lainnya




                                                                                 15
Bagan pemilihan sistem IPL /pengolahan leachate bisa dilihat pada gambar 6.




                       Gambar 6. Bagan Pemilihan Sistem IPL

VII. OPSI TEKNOLOGI

Beberapa pilihan alternatif teknologi yang diterapkan di Indonesia adalah :

a.   Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1)
b.   Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment/ Wetland (alternatif 2)
c.   Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3)
d.   Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR (alternatif 4)
e.   Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II
     (alternatif 5)




                                                                                    16
Alternatif 1 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter

                        Tabel 4. Alternatif 1 Pengolahan Leacahate

                                                Proses Pengolahan
  No.     Kriteria
                          Anaerobik          Fakultatif1    Maturasi         Biofilter
 1.     Fungsi         Removal BOD           Removal       Removal        Menyaring
                       yang relatif          BOD           mikroorganis   effluen sebelum
                       tinggi (>1000                       me pathogen,   dibuang ke
                       mg/L),                              nutrien        badan air
                       sedimentasi,
                       stabilisasi influen
 2.     Kedalaman           2,5 - 5             1-2           1 - 1,5            2
        (m)
 3.     Removal             50 - 85            70 - 80       60 - 89            75
        BOD (%)
 4.     Waktu               20 - 50            5 - 30         7 - 20           3-5
        Detensi2
        (hari)
 5.     Organic            224 - 560          56 - 135         ≤ 17            < 80
        Loading
        Rate3
        (kg/Ha hari)
 6.     pH                  6,5-7,2            6,5-8,5       6,5-10,5            -
 7.     Bahan           Pasangan batu         Pasangan      Pasangan       Batu, Kerikil,
                                                batu          batu          Ijuk, Pasir




                                                                                            17
Alternatif 2 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment/ Wetland

                           Tabel 5. Alternatif 2 Pengolahan Leacahate

                                           Proses Pengolahan
  No.     Kriteria
                        Anaerobik      Fakultatif1     Maturasi             Wetland

 1.     Fungsi        Removal BOD      Removal       Removal            Removal BOD,
                      yang relatif     BOD           mikroorganism      removal
                      tinggi (>1000                  pathogen,          nutrien
                      mg/L),                         nutrien
                      sedimentasi,
                      stabilisasi
                      influen
 2.     Kedalaman     2,5 - 5          1-2           1 - 1,5            0,1-0,6*
        (m)                                                             0,3-0,8**
 3.     Removal       50 - 85          70 - 80       60 - 89            -
        BOD %
 4.     Waktu         20 - 50          5 - 30        7 - 20             4-15
        Detensi2
        (hari)

 5.     OLR3 (kg/Ha   224 - 560        56 - 135      ≤ 17               < 67
        .hr)
 6.     pH            6,5-7,2          6,5-8,5       6,5-10,5           -
 7.     Bahan         Pasangan batu    Pasangan      Pasangan batu      Tanah
                                       batu                             permeabilitas
                                                                        rendah***




                                                                                        18
Alternatif 3 Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon

                        Tabel 6. Alternatif 3 Pengolahan Leacahate

                                              Proses Pengolahan
No.        Kriteria
                                                     Aerated             Pemisah
                                  ABR
                                                     Lagoon              Padatan
1.    Fungsi          Removal BOD yg             Removal BOD      Removal solid
                      relatif tinggi (>1000
                      mg/L), sedimentasi
                      padatan, stabilisasi
                      influen
2.    Kedalaman       2-4                        1,8 - 6          3-5
      (m)
3.    Removal BOD     70 - 85                    80 - 95          -
      %
4.    Waktu Detensi   1-2                        3 - 10           0,06 - 0,125
      (hari)
5.    Organic         4 - 14                     0,32 - 0,64      0,5-5 kg/m2 jam
      Loading Rate
      (kg/m3hari)
5.    Hydraulic       16,8 – 38,4                -                8-16
      Loading Rate
      (m3/m2hari)
6.    pH              6,5 - 7,2                  6,5-8,0          -
7.    Bahan           Beton Bertulang -          Pasangan batu    Pasangan batu
                      Bata




                                                                                    19
Alternatif 4 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR

                          Tabel 7. Alternatif 4 Pengolahan Leacahate

                                          Proses Pengolahan
No.        Kriteria
                      Koagulasi-      Sedimenta         Anaerobik
                                                                           ABR
                       Flokulasi          si              Pond

1.    Fungsi          Pembentuka     Removal        Removal BOD        Removal BOD
                      n flok         flok padatan   yang relatif       yang relatif
                      padatan                       tinggi (>1000      tinggi (>1000
                                                    mg/L),             mg/L),
                                                    sedimentasi        sedimentasi
                                                    padatan,stabilis   padatan,
                                                    asi influen        stabilisasi
                                                                       influen
2.    Kedalaman       -              3-5m           2,5 - 5 m          2–4m

3.    Removal BOD     -              -              50 - 85 %          70 – 85 %
      %
4.    Waktu Detensi   0,5 jam        1,5 - 3 jam    20 - 50 hari       1 – 2 hari

5.    OLR, kg/Ha      -              -              224 - 560          4 – 14 kg/m3
      hari                                                             hari

6.    Hydraulic       -              8-16 m3/m2     -                  16,8 – 38,4
      Loading Rate                   hari                               m3/m2 hari
7.    pH              -              -              6,5-7,2            6,5 - 7,2
8.    Dosis           300-4500 Kapur (CaOH)
      koagulan ,      100-5000 Tawas (Al2(SO4)3
      mg/l            0,2 ml/L Polimer kationik
                      1%




                                                                                       20
Alternatif 5 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon,
                                  Sedimentasi II

                          Tabel 8. Alternatif 5 Pengolahan Leacahate

                                           Proses Pengolahan
No.        Kriteria
                           Koagulasi-                               Sedimentasi
                                             Aerated Lagoon
                            Flokulasi                                   I/II
1.    Fungsi          Pembentukan flok       Removal BOD        Removal solid
                      padatan
2.    Kedalaman       -                      1,8 - 6            3-5
      (m)
3.    Removal BOD     -                      80 - 95            -
      %
4.    Waktu Detensi   0,5 jam                3 - 10             1,5-3 jam
      (hari)
5.    OLR             -                      0,32 - 0,64        0,5-5 kg/m2 jam
      (kg/m3hari)

6.    HLR             -                      -                  8-16
      (m3/m2hari)

7.    pH              -                      6,5-8,0            -

8.    Bahan           Beton/ Baja            Pasangan batu      Pasangan batu

9.    Dosis           300-4500 Kapur (CaOH)                     -
      koagulan        100-5000 Tawas (Al2(SO4)3
      (mg/L) :        0,2 ml/L leachate Polimer kationik 1%




                                                                                  21
Sebagai referensi, pengolahan leachate tipikal di Eropa menggunakan proses berikut :
- Netralisasi
- Presipitasi/flokulasi/sedimentasi
- Oksidasi/reduksi
- Reverse Osmosis
- Ion exchange
Proses-proses yang sebaiknya ada didalam pengolahan leachate yaitu :
- Storage
- Biological pre-teratment
- Adsorption
- Precipitation/floculation
- Chemical oxidation
- Membrane


Beberapa proses pengolahan leachate yang ada :
1. Pengolahan onsite : pengolahan leachate langsung di lokasi yang sama untuk
    kemudian dibuang ke badan air. Biasanya pengolahan leacahte inilah yang
    digunakan di TPA.
2. Pengolahan offsite : pengolahan leachate dibawa ke tempat lain untuk diproses
    sebelum dibuang ke badan air
3. Resirkulasi ke TPA : air leachate disirkulasikan kembali ke TPA untuk digunakan
    kembali.




                     Gambar 7. Proses pemilihan pengolahan leachate
                                                                                     22
Pengolahan leachate yang sesuai dengan konsep pengolahan dimana pengolahan fisik
mampu mengurangi kualitas limbah sebesar 10 %, pengolahan biologis sebesar 40 %
dan pengolahan kimia sebesar kurang lebih 90 %. Pengolahan ini bisa dilihat :




                 Gambar 8. Proses pengolahan leachate yang sesuai



Efluen dari tiap proses bisa dilihat pada gambar dibawah :




                    Gambar 9. Simulasi lab pengolahan leachate

                                                                              23
Sedangkan proses pengolahan leachate yang diresirkulasikan kembali bisa dilihat :




                                                           Menambah kelembaban
                                                               dan nutrien


Gambar 10. Pengolahan leachate alternatif dengan mensirkulasikan kembali leachate
                                  yang diolah

Konsep-konsep dalam pengolahan leachate yang perlu diterapkan yaitu :
- Biology/activated carbon adsorption
- Biology/Chemical Oxidation with ozone/biology
- Biology/reverse osmosis/concentrate treatment




                      Gambar 11. Konsep pengolahan leachate
                                                                                    24
Untuk pengolahan leachate, seleksi pemilihan pengolahan leachate sangat tergantung
dari lokasi TPA, sehingga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
- Kualitas dan kuantitas effluent
- Residu/lumpur hasil pengolahan
- Perizinan yang dibutuhkan
- Cost-efectiveness dari pengolah (IPL)
- Biaya investasi

Dari beberapa faktor diatas, bisa diambil kesimpulan mengenai beberapa variabel
yang mempengaruhi proses pengolahan leachate adalah :

     Tabel 9. Beberapa variabel yang mempengaruhi proses pengolahan leachate

     Faktor yang                 Þ Landfill
     independen                  Þ Kuantitas dan Kualitas Leachate

      Inspeksi awal

                                 Þ Infrastruktur
      Kriteria yang wajib        Þ Ekologi
                                 Þ Ekonomi

      Alokasi

      Peraturan hukum

                                 Þ   Teknologi
                                 Þ   Kondisi saat ini
      Unit Pengolahan
                                 Þ   Peralatan
                                 Þ   Metoda operasi


Tabel dibawah ini merupakan ringkasan mengenai metoda pengolahan yang paling
sesuai untuk mengurangi konsentrasi jenis pencemar yang ada dalam leachate :




                                                                                  25
Tabel 10. Metode pengolahan yang paling sesuai dengan jenis pencemar dalam
                                    Leachate

                            BOD5      COD      Tot.-            NH4-N/         Heavy     AOX       Salts
                                               anorg. N         NH3-N          metals

     Biolog.                  +         +           +                  +         -           -           -
     treatment

     Chem. oxidation           -        +           -                  -         -           +           -

     Adsorption                -        +           -                  -         -           +           -

     Precipitation/            -        +           -                  -         +           +           -
     Flocculation

     Reverse                  +         +           +                  +         +           +       +
     osmosis

     Nanofiltration           +         +           -                  -                     +



Pengaruh berbagai strategi pengolahan :

                 Tabel 11. Pengaruh berbagai strategi pengolahan

Pengolahan Biologis      Pengaruhnya

                         Konsentrasi                    Presipitasi/             Oksidasi/
                                                        Adsorpsi                 Destruksi

Pencemar                 Konsentrasi efluen             Carbon atau flokulan     Lebih sedikit Oksidan
Biodegradable                                           yg lebih sedikit

Calcium, Besi            Sedikit endapan                Pelepasan                Pelepasan atau terjadi
                                                                                 endapan

Ammonium                 Pelepasan pada efluen          Diperlukan bila          Diperlukan bila
                         garam nitrat selama atau       pembuangan langsung      pembuangan langsung ke
                         setelah pengeringan            ke badan air*            badan air*

Kapasitas                Pengurangan konsumsi           Pengurangan              Dengan H2O2:
Penyangga                asam                           konsumsi asam dan        Pengurangan konsumsi
(Hardness)                                              bhn pengendap            asam


*)Juga diperlukan apabila pembuangan tidak langsung tetapi memerlukan toksisitas ikan

                                                                                                     26
Pengaruh BOD/COD pada pengolahan leachate bisa dilihat dari grafik berikut :




                                                   BOD5
                                                   COD5
                                                   BOD5/COD




             Gambar 12. Pengaruh BOD/COD pada pengolahan leachate



Dibawah ini adalah gambaran perkiraan biaya untuk proses pengolahan leachate:



       Tabel 12. Perkiraan biaya proses pengolahan leachate untuk lahan 6 Ha


                        Biaya          Biaya
                                                     Biaya       Total
                        Investasi      Investasi
       Proses                                        Operasi

                        [Milyar Rp.]   [Rp/m3]       [Rp/m3]     [Rp/m3]

       Ozonization      14,9           248.000      32.240       57.040

       Precipitation/
                        12,4           207.000      19.840       40.548
       Flocculation

       Reverse
                          9,9          161.200      52.080       68.200
       osmosis



                                                                                27
Perkiraan biaya untuk pembuangan lumpur/residu sebagai berikut :

       Tabel 13. Perkiraan biaya untuk pembuangan lumpur/residu

         Proses                  Biaya Pembuangan


         Ozonasi                 _


         Presipitasi/Flokulasi       Rp. 2.480.000/ton Lumpur Presipitat


         Reverse osmosis             Rp. 620.000/ton Konsentrat




Kesimpulan dalam perencanaan instalasi pengolahan leachate :

1.   Pengolahan leachate yang paling sesuai dengan kondisi di Indonesia adalah
     menggunakan sistem kolam stabilisasi (kombinasi proses anaerobik – aerobik),
     namun hal ini hanya mampu mengolah beban organik leachate < 40%

2.   Apabila diperlukan standard yang lebih ketat, maka proses kimiawi (kombinasi
     koagulasi/flokulasi/sedimentasi dan dilanjutkan dengan filtrasi) merupakan opsi
     yang paling sesuai untuk diterapkan

3.   Penggunaan resirkulasi efluen IPL ke TPA dapat dilakukan untuk meningkatkan
     treatability sampah dengan penambah kelembaban dan sumber nutrien

4.   Untuk mencegah kegagalan operasional, diperlukan standar kriteria desain yang
     baku. Penyebab utama kegagalan adalah kurang disiplinnya pemeliharaan dan
     kesesuaian operasional dengan SOP yang berlaku. Pelatihan pengoperasian dan
     pemeliharaan IPL sangat diperlukan untuk SDM dari pengelola. Jika perlu,
     bersertifikasi.




                                                                                 28
VIII. PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PENGOLAHAN LEACHATE

Pengolahan leachate di sebagian besar TPA di Indonesia masih menggunakan proses
pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai pengurai
materi-materi organik yang terkandung dalam leachate. Agar proses biologis tersebut
dapat berjalan dengan baik, diperlukan kondisi lingkungan yang optimal yang sesuai
agar mikroorganisme dapat tumbuh dan bekerja dengan baik. Contoh metoda untuk
optimalisasi pendegradasian biologis tersebut adalah dengan mengontrol level oksigen
terlarut, penambahan nutrien-nutrien, meningkatkan konsentrasi mikroorganisme,
serta menjaga faktor-faktor lingkungan, seperti pH, temperatur, serta melakukan
pengadukan (Qasim, 1994).

Untuk proses-proses pengolahan secara aerobik, materi organik akan didekomposisi
menjadi karbon dioksida dan air yang dibantu oksigen yang merupakan faktor penting
untuk terjadinya pengolahan secara aerobik. Sebaliknya, untuk proses-proses
pengolahan secara anaerobik, materi-materi organik didekomposisikan tanpa kehadiran
oksigen. Gas metan dan karbon dioksida merupakan produk akhir dari dekomposisi
tersebut (Qasim, 1994).

Pengolahan leachate secara biologis dapat berlangsung secara optimal apabila
sebelumnya dilakukan aklimatisasi yang sesuai untuk pertumbuhan populasi
mikroorganisme, serta ekualisasi yang tepat sebagai treatment awal untuk menjaga
beban hidrolis dan beban organik dari leachate yang akan masuk ke instalasi (Qasim,
1994).

Proses aklimatisasi untuk dapat menentukan bakteri yang tepat untuk setiap tahap
pengolahan merupakan tahapan yang penting dari pengolahan secara biologis. Saat ini
pengembangan mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan leachate
masih dilakukan dalam skala laboratorium.



IX. BEBERAPA PENELITIAN MENGENAI MENGENAI PROSES PENGOLAHAN
    LEACHATE

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbang Permukiman) merupakan
salah satu dari empat pusat litbang dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum, yang diarahkan sebagai the techno structure atau


                                                                                 29
scientific backbone dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan infrastruktur di
bidang permukiman.

Sudah ada beberapa penelitian terkait pengolahan leachate yang dilakukan oleh
Puslitbang Permukiman, antara lain :
- Kajian pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia
- Uji coba model penimbunan semi aerobik landfil di TPA Cibeurem – Banjar
- Cell uji coba (semi aerobik dan anaerobik landfil )
- Penelitian kinerja proses pengolahan leachate di TPA Suwung Denpasar.

A. Kajian pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia :

Beberapa kesimpulan yang didapat dari beberapa kajian mengenai pengolahan
leachate di beberapa kota di Indonesia adalah :
1. Untuk timbulan leachate :
    - Semakin banyak air yang mengalir melalui timbunan sampah, maka semakin
       banyak polutan yang akan terbawa oleh aliran air
    - Hal ini dapat diminimalkan dengan perencanaan lapisan penutup yang tepat
       pada pengolahan sampah menggunakan sanitary landfil.
2. Untuk komposisi leachate :
    - Semakin lama umur timbunan sampah yang ada di landfil, maka semakin
       berkurang parameter yang ada pada leachate
    - Komposisi leachate tergantung pada karakteristik sampah, komposisi sampah,
       ukuran dan sel pada landfil, besarnya kompaksi, kelembaban dan infiltrasi
       hujan serta metode sampling dan analisis
    - Penurunan senyawa organik pada leachate disebabkan oleh proses dekomposisi
       dan pembilasan air hujan, sedangkan penurunan senyawa inorganik hanya
       disebabkan adanya infiltrasi air hujan.
    - Semakin bertambahnya umur landfil, maka senyawa organik dalam leachate
       berkurang lebih cepat daripada senyawa inorganik.




                                                                             30
Sedangkan hasil beberapa penelitian pengolahan leachate di beberapa kota di
Indonesia dapat dilihat pada keterangan di bawah ini :

− Komposisi leachate dari 2 landfill yang berbeda umurnya


            Tabel 14. Komposisi dari leachate pada umur landfill 1,5 dan 16 tahun

                                                            Umur dari Landfill
    Parameter                     Satuan            1 tahun          5 tahun     16 tahun
    BOD                        mg/l             7.500 – 28.000        4.000         80
    COD                        mg/l             10.000-40.000         8.000        400
    PH                                              5,2-6,4            6,3           -
    TDS                        mg/l             10.000-14.000         6.794       1.200
    TSS                        mg/l                100-700               -           -
    Specific Conductance       microhms/cm        600-9.000              -           -
    Alkalinitas (CaCO3)        mg/l               800-4.000           5.810       2.250
    Kesadahan (CaCO3)          mg/l              3.500-5.000          2.200        540
    Total P                    mg/l                  25-35              12           8
    Ortho P                    mg/l                  23-33               -           -
    NH4-N                      mg/l                 56-482               -           -
    Nitrat                     mg/l                 0,2-0,8            0,5         1,6
    Kalsium                    mg/l               900-1.700            308         109
    Klorida                    mg/l                600-800            1.330         70
    Sodium                     mg/l                450-500             810          34
    Potassium                  mg/l                295-310             610          39
    Sulfat                     mg/l                400-650               2           2
    Mangan                     mg/l                 75-125             0,06        0,06
    Magnesium                  mg/l                160-250             450          90
    Besi (Fe)                  mg/l                210-325             6,3         0,6
    Seng (Zn)                  mg/l                  10-30             0,4         0,1
    Tembaga (Cu)               mg/l                     -             <0,5         <0,5
    Cadmium                    mg/l                     -             <0,05       <0,05
    Timah                      mg/l                     -              0,5           1




                                                                                      31
− Kualitas BOD dan COD berdasarkan usia penimbunan sampah di beberapa kota di
  Indonesia


 Tabel 15. Kualitas BOD dan COD berdasarkan usia penimbunan sampah di beberapa
                                kota di Indonesia

   No      Kota           Sistem TPA              Umur         BOD             COD
                                                  Penimbunan   (mg/L)          (mg/L)
                                                  (tahun)

   1       Cianjur        Open Dumping            6            82,96           497,93

   2       Jakarta        Open Dumping            4            290,24          497,07

   3       Surabaya       Open Dumping            5            158,31          942,65

   4       Denpasar       Open Dumping            1            936             2010

   5       Makasar        Open Dumping            2            213,75          356,54

   6       Banjar         Semi aerobik            1            163,78          257,37
         Sumber : Hasil pengukuran 2010 dan studi literatur




− Tabel baku mutu efluen

                                Tabel 16. Tabel Baku Mutu Efluen

               Komponen                        Satuan                  Baku mutu
       Zat padat terlarut                      mg/L                      4000
       Zat padat tersuspensi                   mg/L                       400
       pH                                         -                       6-9
       N-NH3                                   mg/L                        5
       N-NO3                                   mg/L                       30
       N-NO2                                   mg/L                        3
       BOD                                     mg/L                       150
       COD                                     mg/L                       300




                                                                                        32
− Hasil pemeriksaan IPL Piyungan Yogyakarta beserta efluen yang dibuang ke sungai
  dan dampaknya terhadap air sumur penduduk di sekitar TPA


                       Tabel 17. Hasil pemeriksaan IPL Piyungan Yogyakarta

                                          Kadar
                                        maksimum
        Parameter           Satuan       yang di                Hasil Pemeriksaan
                                       perbolehkan
                                                                    I                II
   Zat padat terlarut      mg/L            2000        5641 – 6532             5121
                           0
   Temperatur                C               30        27,5 – 28,5             28
   Zat padat tersuspensi   mg/L             200        102,2 – 132,8           47
   Air Raksa               mg/L            0,002       ttd -ttd                ttd
   Arsen                   mg/L             0,1        ttd-ttd                 ttd
   Barium                  mg/L              2         0,011- 0,021            0,009
   Kadnium                 mg/L            0,05        ttd-ttd                 ttd
   Kromium                 mg/L             0,1        4,3182 – 5,1273         1,6715
   Tembaga                 mg/L              2         0,62 – 0,48             0,51
   Sianida                 mg/L            0,05        ttd-ttd                 ttd
   Flourida                mg/L              2         < 0,5 - < 0,5           <0,5
   Timbal                  mg/L             0,1        0,0965 – 0,0987         0,0644
   Nikel                   mg/L             0,2        ttd-ttd                 ttd
   Nitrat                  mg/L             20         8,0024 – 8,5269         3,5786
   Nitrit                  mg/L              1         0,1046 – 0,3478         0,059
   Amonia                  mg/L              1         109,6765 – 118,4533     52,0436
   Besi                    mg/L              5         13,2 – 14,6             6,34
   Mangan                  mg/L              2         3,11 – 4,32             2,02
   Sulfida                 mg/L            0,05        -                       -
   Klorin bebas            mg/L              1         0,0                     0,0
   Seng                    mg/L              5         3,5 – 3,8               1,01
   Krom total              mg/L             0,5        11,0142 – 12,764        3,1457
   BOD                     mg/L             50         2248,46 – 2458,67       764
   COD                     mg/L             100        5632,21 – 5892,51       1143,24
   Phenol                  mg/L             0,5        2,2113 – 2,7352         1,3845
   Cobalt                  mg/L             0,4        0,31 – 0,12             0,20

   Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL “ YLH”26 Maret 2007
   Keterangan :
   I . Limbah cair TPA piyungan sebelum pengolahan
   II.Limbah Cair TPA piyungan Sesudah pengolahan




                                                                                          33
Tabel 18. Hasil Pengujian Lab Mengenai Efluen Yang Keluar Di Sungai

                                        Kadar
                                   maksimum yang
     Parameter          Satuan     di perbolehkan             Hasil Pemeriksaan
                                    untuk kualitas
                                   air golongan B
                                                     I                 II
Zat padat terlarut    mg/L              1000         431               462 – 684
                      0
Temperatur              C          Suhu air normal   28,5              28,6- 29,5
Zat padat             mg/L                -          10                11 – 18
tersuspensi
Kadnium               mg/L               0,01        ttd               ttd -ttd
Kromium               mg/L               0,05        0,6432            0,8523 – 0,8856
Tembaga               mg/L                 1         ttd               ttd -ttd
Sianida               mg/L               0,1         ttd               ttd –ttd
Flourida              mg/L               1,5         ttd               ttd-ttd
Timbal                mg/L               0,1         ttd               ttd-ttd
Nitrat                mg/L                10         2,0432            2,8576-3,282
Nitrit                mg/L                 1         0,0126            0,0251-0,1582
Amonia                mg/L               0,5         1,6436            1,9989 – 2,3696
Besi                  mg/L                 5         13,2              2,39 – 2,67
Mangan                mg/L               0,5         3,11              0,37 -0,48
Sulfida               mg/L               0,1         ttd               ttd-ttd
Klorida               mg/L               600         ttd               ttd-ttd
Seng                  mg/L                 5         ttd               ttd-ttd
BOD                   mg/L                 -         160,75            188,54 – 214,23
COD                   mg/L                 -         204,66            212,53- 275,34
Phenol                mg/L               0,5         0,0315            0,0424 – 0,0523
Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL “ YLH”26 Maret 2007
Keterangan :
I . Sungai TPA
II.Sungai Campuran




                                                                                     34
Tabel 19. Hasil pengujian lab terhadap air sumur penduduk di sekitar TPA Piyungan

                                           Kadar maksimum
         Parameter            Satuan           yang di           Hasil Pemeriksaan
                                             perbolehkan
    A. FISIKA
    Bau                                       Tak berbau        Tak berbau
    Kekeruhan             NTU                      5            15 - 23
    Rasa                                       Tak berasa       Tak berasa
                                             Suhu udara ± 3
                          0
    Temperatur             C                                    27 – 27,9
    Warna                 PtCo                    15            10 - 18
    B.KIMIA
    Air Raksa             mg/L                   0,001          ttd
    Arsen                 mg/L                    0,01          ttd
    Barium                mg/L                     0,7          ttd
    Boron                 mg/L                     0,3          ttd
    Kadnium               mg/L                   0,003          ttd
    Kromium               mg/L                    0,05          ttd
    Tembaga               mg/L                      2           ttd
    Sianida               mg/L                    0,07          ttd
    Flourida              mg/L                     1,5          0,26 – 0,41
    Timbal                mg/L                    0,01          -
    Nikel                 mg/L                    0,02          -
    Nitrat                mg/L                      50          0,0379 – 0,0653
    Nitrit                mg/L                      3           0,0002 – 0,0068
    Amonia                mg/L                     1,5          0,2123 – 0,8744
    Alumunium             mg/L                     0,2          -
    Klorida               mg/L                     250          17 – 20
    Kesadahan (CaCO3)     mg/L                    500           198,69 – 598,45
    Hidrogen Sulfida      mg/L                    0,05          ttd
    Besi                  mg/L                     0,3          0,10 – 13
    Mangan                mg/L                     0,1          0,03 – 0,65
    pH                                          6,5 – 8,5       7,0 – 7,1
    Sulfat                mg/L                     250          25 – 29
    Total zat padat       mg/L                    1000          -
    terlarut (TDS)
    Seng                  mg/L
    Bakteriologi
    Coliform              MPN/100 mL               0            140 - 1900
    E.Coli                MPN/100 mL               0            73-1100


    Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL “ YLH”26 Maret 2007




                                                                                         35
− Hasil analisis kualitas leachate di TPA Jombang :

                             Tabel 20. Analisis kualitas leachate TPA
       No        Parameter                Satuan               Kadar max               Hasil analisa
                                          o
       1         Suhu                      C                   40                      28,3
       2         pH                       -                    6-9                     7,38
       3         TDS                      Ppm                  4000                    565
       4         Sianida (Cn)             mg/L                 0.5                     0,16
       5         Cl2 bebas                mg/L                 0.04                    0,002
       6         Total Fe                 mg/L                 1.5                     8,2
       7         Cr 6+                    mg/L                 0.5                     0,09
       8         Tembaga (Cu)             mg/L                 3                       2,89
       9         Nitrat (NO3-N)           mg/L                 30                      47
       10        Nitrat (NO2-N)           mg/L                 3                       0,059
       11        Total Chlor              mg/L                 -                       46


 Sumber : Dinas CK, Tata Ruang dan Kebersihan Jombang

 Kualitas air memenuhi baku mutu sebagaimana ditetapkan SK Gubernur Jawa Timur no. 45
 tahuh 2002 lampiran II golongan III

    − Efisiensi IPL di beberapa kota di Indonesia :

                         Tabel 21. Efisiensi IPL di beberapa kota di Indonesia

                                                                       Kualitas Leacheate               Efisiensi
                                                                                                       Pengolahan
No.         Lokasi                Sistem IPL                 Inlet                  Outlet                (%)
                                                       BOD           COD     BOD         COD      BOD        COD

          Balikpapan
1            (TPA        Kolam stabilisasi & Aerasi   2719       10810       493,5     1422,76    81,8       86,8
          Manggar )

           Makasar
2                          Kolam penampungan          1663           2209    1659        2347      0,2           -
       (TPA Tamangapa)

          Yogyakarta          Kolam stabilitasi
 3                                                    2458,7     5892,5       764       1143,2     68,9      80,6
         ( Piyungan )             & Aerasi

            Bekasi
 4      (Bantargebang-     Kolam penampungan          5328       18317       1270        1665      76,2      90,9
              92)


                                                                                                            36
Beberapa persoalan yang spesifik dengan pengolahan leachate dari beberapa hasil
kajian di atas adalah :
o konsentrasi yang pekat serta kemungkinan menimbulkan pencemaran
o variasi komposisi leachate berbeda dari tiap landfil, menyebabkan pengolahan
     yang sesuai untuk landfil tertentu tidak dapat diterapkan untuk landfil
     lainnya, sehingga harus setiap landfil harus dianalisis kembali sesuai dengan
  komposisi leachate yang akan diolah
o sumber utama leachate adalah perkolasi air dimana tergantung curah hujan serta
  faktor musim
o kandungan kimia dari sampah sangat mempengaruhi leachate
o Fluktuasi dari kuantitas dan kualitas leachate sehingga desain awalnya harus
  dievaluasi untuk menentukan apakah hasil efluennya masih sama sejalan dengan
  umur landfil


B.    Uji Coba Model Penimbunan Semi Aerobik Landfil di TPA Cibeureum
      Banjar dengan menggunakan pipa pengumpul 80 cm (aplikasi pengelolaan
      sampah terpadu berbasis 3R pada kota sedang/kecil di Banjar dari hulu sampai ke
      hilir)
      Model pengelolaan sampah yang terintegrasi tersebut dan telah diaplikasikan di
      TPA Cibeurem Banjar, meliputi :
     - TPA semi aerobic landfill dengan kapasitas 1,86 ton
     - Kegiatan 3R dibeberapa desa, yaitu desa Raharja (1,6 ton), kelurahan Banjar
          (1,35 ton) desa Langensari (0,43 ton), desa Neglasari (1,66 ton) dan kelurahan
          Pataruman (1,6 ton)

      (dapat dilihat pada ilustrasi gambar dibawah ini).




                                                                                      37
Gambar 13. Aplikasi model pengelolaan sampah berbasis 3R melalui
            pemberdayaan masyarakat kota Banjar




                                                                   38
Model TPA semi aerobik yang diterapkan di TPA Cibeureum Kota Banjar :




          Gambar 14. Model TPA Semi Aerobik TPA Cibeureum kota Banjar

Keterangan :
   3 sel masing-masing luas 10 m x 15 m
   Pipa leachate : pipa beton berlubang diameter 80 cm
   Mulai timbunan Desember 2009
   Operasional pengisian 2 bulan, tinggi 5



                                                                        39
Detail uji coba landfill yang diadakan di TPA Cibeureum kota Banjar dengan luasan 30
x 15 m sebagai berikut :
   Sistem perpipaan manifold menggunakan bahan buis beton, yang diletakkan bagian
   pinggir landfill
   Pemasangan pipa buis beton tidak perlu memasang kerikil, diletakan di atas galian
   yang dilapisi clay 2 x 25 cm dan diselimuti clay sampai ½ lingkaran bagian bawah
   buis beton.
   Pemasangan pipa lateral tidak diberi bantalan pasir, langsung diletakan di atas
   geomembran, bagian atas pipa baru lapisi pasir.
   Jenis pasir yang digunakan berupa pasir beton, jangan pasir urug, agar tidak terjadi
   penggumpalan sehingga dapat menyumbat dan menghalangi aliran air ke pipa.
   Ada sistem pengontrol leachate dilengkapi tutup buis (bilik) berupa manhole dan
   dipasang tangga monyet.
   Dalam bak control dipasang alat ukur Thomson untuk mengukur debit leachate
   yang dihasilkan.


Kualitas leachate yang dihasilkan TPA Cibeureum kota Banjar :

            Tabel 22. Kualitas leachate yang di TPA Cibeureum kota Banjar




                                                                                    40
12000
             10000
              8000
     m g/L                                                                     COD
              6000
                                                                               BOD
              4000
              2000
                 0
                     1         2        3        4       5        6
                                        Bulan ke


Gambar 15. Grafik penurunan leachate hasil pengolahan di TPA Cibeureum kota Banjar




                         Gambar 16. Pemantauan debit leachate




                                                                                41
Pemantauan debit leachate berkisar antara 0,002 – 0,442 L/det.
- awal proses dekomposisi, debit leachate rata-rata 0,114 L/det
- bulan ke 8 penimbunan rata-rata debit leachate adalah 0,022 L/det
Target perencanaan efisiensi IPL di TPA Cibeureum Kota Banjar adalah:
- Proses anaerobik : 70 – 90 %
- Proses fakultatif : 70 – 90 %
- Proses maturasi : 60 – 80%


C. Cell uji coba model semi aerobik dan anaerobik landfil (revitalisasi TPA
   melalui reusable landfil dan landfil mining)

Percobaan ini adalah untuk membandingkan efektivitas dari model semi aerobik
dengan anaerobik landfil, baik dari pekerjaan liner dasar dan dinding, perpipaan gas
dan leachate dan operasi pengisian sampah serta tanah penutup akhir.

MODEL SEMI AEROBIK DAN ANAEROBIK LANDFILL
• Luas tiap sel 30 x 15 m dengan tinggi pengisian sampah 8 m.
• Total volume sampah 12.000 m3, dengan masing2 sel 6000 m3, dan sistem
  operasional yang dijalankan adalah dengan controll landfill
• Konstruksi Semi Aerobik : pipa beton berlubang diamater 60 cm
  Konstruksi An aerobik landfill : pipa beton berlubang diameter 30 cm
• Pipa dipasang menuju Bak Kontrol dan dipasang alat ukur debit (meter air)
• Pipa leachate berhubungan dengan pipa vertikal




                                                                                 42
Gambar 17. Potongan desain TPA Cibeureum kota Banjar




                                                       43
Kualitas leachate hasil uji coba semi aerobik dan an aerobik landfil yang dilakukan
pada tanggal 22 Februari 2011 (Setelah 2 bulan pasca penimbunan), sebagai berikut :

            Tabel 23. Hasil uji coba leachate semi aerobik dan anaerobik

             No Parameter            An aerobik      Semi aerobik
             1     pH                8.44            8.42
             2     DHL               1220            1183
             3     Kekeruhan         113             127
             4     Nitrit - NO2      < 0.03          <0.03
             5     Ammonia-NH3       0.854           0.997
             6     Ammonia-N         0.628           0.702
             7     COD               1103            1070
             8     BOD               717             696


D. Penelitian kinerja proses pengolahan leachate di TPA Suwung Denpasar

Penelitian ini dilakukan karena kinerja pengelolaan leachate di TPA Suwung Denpasar
belum beroperasi secara optimal.
Kajian yang dilakukan meliputi :
- Sampling kualitas leachate inlet, oulte, dan parameter tiap unit
- Kajian efisiensi tiap unit
- Kajian waktu kontak




                      Gambar 18. Kualitas leachate tiap unit
                                                                                44
Gambar 19. Kualitas outlet dibandingkan dengan baku mutu Industri Menteri Negara
Lingkungan Hidup no : Kep-51/MENLH/10/1995, tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan
                       industri, baku mutu limbah cair golongan II

Hasil kajian yang didapat :
- Proses belum berjalan secara stabil, sehingga perlu dilakukan proses seeding dan
  aklimatisasi
- Efisiensi pengolahan leachate di setiap unit proses masih dibawah ketentuan dari
  kriteria desain (waktu kontak/TD dan kedalaman kolam)
- Kondisi tanaman air pada kolam wetland belum tumbuh dengan baik sehingga
  kurang berfungsinya dalam penyerapan polutan (BOD, COD dan warna)


                         Tabel 24. Hasil uji coba BOD efluen TPA Suwung

                                                              EFFISIENSI PENGOLAHAN
                                                              (PENYISIHAN BOD)

      NO         UNIT PROSES               INLET    OUTLET % eksisting     % standar

           1 Kolam stabilisasi anaerobik   189,40    122,60      38,20       70 - 90
           2 Kolam fakultatif              122,60    116,1        5,30        70- 90
           3 Maturasi 2009                  116,1    98,15       15,41       60 -80
           4 Maturasi 2010                  116,1    102,15        12        60 - 80
           5 kolam wettland                102,15     92,6          9           50
           6 IPL                           189,40     92,6       51,11                 45
Tabel 25. Hasil uji coba BOD efluen TPA Suwung

                                                              EFFISIENSI PENGOLAHAN
                                                              (PENYISIHAN COD)

   NO           UNIT PROSES               INLET     OUTLET    % eksisting     % standar

        1   Kolam stabilisasi anaerobik   224,20     180,70     19,40           70 - 90
        2   Kolam fakultatif              180,70     145,60     19,42            70- 90
        3   Maturasi 2009                 145,60     148,20     MINUS           60 -80
        4   Maturasi 2010                 145,60     136,70      6,11           60 - 80
        5   kolam wettland                136,70     130,10      4,83              50
        6   IPL                           224,20     130,10     41,97


Sedangkan hasil pengolahan parameter kimia lainnya :
                          Tabel 26. Hasil uji coba parameter kimia lainnya
                                                                             Efisiensi
                                                                             Pengolahan
    NO                PARAMETER                    INLET       OUTLET              %

         1    Besi Terlarut                         4,10          0,65          84,15
         2    Mangan terlarut                       3,45          0,70          79,71
         3    Barium                                 0,0          0,0            0,0
         4    tembaga                               2,60          0,78            70
         5    Seng                                  6,70          1,10          83,58
         6    Crom heksavalensi                      0,9          0,06          93,33
         7    Crom total                             1,2          0,56          53,33
         8    Cadmium                               0,16         0,044           72,5
         9    Raksa                                  ttd           ttd            ttd
        10    Timbal                                0,45         0,095          78,89
        11    Stanium                                ttd           ttd            ttd
        12    Arsen                                 0,75         0,075            90
        13    Selenium                              0,70          0,35            50
        14    Nikel                                  ttd           ttd            ttd
        15    Kobalt                                 ttd           ttd            ttd
        16    Sianida                               0,90          0,08          91,11
        17    Sulfida                               1,90          0,28          85,26
        18    Flourida                               ttd          0,08            ttd
        19    Khlorin bebas                          ttd           ttd            ttd


Penyisihan terhadap parameter-parameter diatas cukup baik sebagaian besar berada
diatas 50 %                                                                 46
Sehingga untuk peningkatan kinerja IPL di TPA Suwung ini, disarankan adanya :
- Seeding dan aklimatisasi :
  • Seeding dilakukan dengan pemasukan bibit mikroorganisme dari septik tank yang
     kurang dari 1 bulan sampai mencapai MLSS 500 – 2 g/l dan ditambahkan gula
     sebagai bahan makanan bagi mikroorganisme yang ada
  • Selanjutnya bahan yang mengandung mikroorganisme ini dimasukan secara
     bertahap (aklimatisasi) mulai dari 10 %, 20 % dan seterusnya sampai BOD dan
     COD stabil
- Penambahan oksigen pada kolam fakultatif dengan aerator, untuk penurunan BOD
  dan COD sampai 80 %
- Penataan wetland antara lain dengan perbaikan :
  • Media tanam dengan kerikil dan antrasit/arang batok untuk mereduksi warna,
     dengan ketebalan media tanam 60 – 80 cm
  • Mengganti tanaman antara lain dengan reed beds/bamboo air, kana, papyrus,
     dengan jarak tanaman 30 – 50 cm

Dari perbaikan-perbaikan diatas diharapkan dapat memperbaiki kualitas efluen sebagai
berikut :
- BOD : 10 mg/L
- COD : 17 mg/L
- Warna : 40 unit PtCo

Kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang dilakukan adalah :
o Pada umumnya leachate hasil IPL masih belum layak untuk dibuang ke badan air,
  sehingga perlu diadakan kajian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan kinerja dari
  IPL yang sudah ada atau dengan melakukan resirkulasi
o Penerapan semiaerobik landfil terbukti lebih efisien dalam menurunkan kualitas
  leachate sekitar 6x lebih kecil dibanding dengan anaerobik
o Untuk proses persiapan untuk peningkatan efisiensi IPL, maka perlu dilakukan
  antara lain :
     Aklimatisasi
     Penataan wetland




                                                                                 47
X.   BEBERAPA BEST PRACTICE DALAM PENGOLAHAN LEACHATE

Sebagai hasil penguraian sampah, leachate mengandung senyawa-senyawa yang
terdapat di dalam sampah. Oleh karena itu, jenis pengolahan leachate harus
didasarkan pada karakteristik senyawa yang terdapat dalam leachate tersebut. Berikut
adalah contoh pengolahan leachate di TPA Benowo dan TPA Bangli.


A. Pengolahan leachate di TPA Benowo
   Dengan luas lahan TPA sebesar 37 ha, TPA Benowo menerima sampah sebesar
   1,480 ton/hari. Dioperasikan secara controlled landfill, TPA Benowo juga dilengkapi
   dengan Instalasi Pengolah Leachate (IPL) dengan kapasitas ± 300 m3. Pengolahan
   leachate TPA Benowo terdiri dari 3 (tiga) proses, yaitu:
     a. pengolahan secara kimia-fisika
     b. pengolahan secara biologi
     c. pengolahan dengan gabungan kimia-fisika-biologi


     Dalam pengoperasiannya, IPL TPA Benowo telah melalui 3 (tiga) tahap
     pengembangan:
     a. IPL Tahap Pertama
        Pada tahap pertama ini, pengolahan leachate terdiri dari kolam ekualisasi, filter
        anaerobik dan kolam pematangan dengan aquaculture. Namun sistem ini tidak
        berfungsi dengan baik sehingga pengolahan leachate kurang berhasil.
     b. IPL Tahap Kedua
        Pada IPL tahap kedua ini digunakan penambahan bahan kimia berupa tawas,
        kapur dan poli elektrolit kationik. Proses yang digunakan pada IPL tahap kedua
        ini dapat dilihat pada Gambar 20 berikut.
        Efluen yang dihasilkan dari pengolahan tahap kedua ini secara umum lebih baik
        jika dibandingkan dengan kualitas efluen hasil pengolahan tahap pertama.
        Secara fisik, warna leachate berkurang cukup signifikan sehingga efluen lebih
        jernih. Namun, hasil pemeriksaan efluen menunjukkan bahwa parameter
        pencemar masih berada diatas baku mutu yang ditetapkan. Ini terkait dengan
        ketersediaan karbon aktif yang terbatas padahal kebutuhan akan karbon aktif
        sangat besar untuk mencapai kualitas efluen yang memenuhi baku mutu.
        Secara keseluruhan, pengoperasian IPL tahap kedua ini memerlukan biaya
        yang tinggi dikarenakan penambahan bahan kimia yang relatif mahal. Selain

                                                                                      48
itu, kemampuan operator juga kurang memadai sehingga pengoperasian IPL
   tidak maksimal.


      KOLAM LEACHATE                  KOAGULASI             BAFFLE CHANNEL


                       BAK PELARUT                    PENAMPUNG SEMENTARA
                       BAHAN KIMIA
                                                          (bekas bak Flitrasi)


                                                        PENAMPUNG SEMENTARA

                                                          (bekas bak sedimentasi)


                                                            KARBON AKTIF


                                                             PENAMPUNG
                                                             SEMENTARA



                                                              RESERVOIR

                   Gambar 20. IPL Tahap Kedua IPL Benowo


c. IPL Tahap Ketiga
   Pada tahap ini, proses pengolahan leachate merupakan penyempurnaan dari
   IPL tahap kedua yang dicapai melalui penambahan proses biologi untuk
   menurunkan bahan pencemar dalam leachate. Sistem ini terdiri dari bioreaktor
   anaerobik (ABR), kolam aerasi, kolam pengendap, filter pasir dan filter karbon
   aktif. Kualitas efluen yang dihasilkan dari pengolahan tahap ketiga ini dapat
   dilihat pada Tabel 27.




                                                                                    49
Tabel 27. Karakteristik Leachate TPA Tahap Ketiga TPA Benowo (Tahun 2005)
No.          Parameter            Efluen          Baku Mutu Golongan III
 1      DHL                       15400                        -
 2      pH                         4.6                       6–9
 3      TSS                      100 mg/l                  200 mg/l
 4      TDS                     13860 mg/l                4000 mg/l
 5      Fe                       1.3 mg/l                  15 mg/l
 6      Mn                          0                       5 mg/l
 7      Sisa Klor                   0                      0.04 mg/l
 8      NH3                     65.61 mg/l                  5 mg/l
 9      NO3                     0.78 mg/l                  30 mg/l
 10     NO2                         0                       3 mg/l
 11     BOD                      210 mg/l                  150 mg/l
 12     COD                      500 mg/l                  300 mg/l
 13     Deterjen                0.66 mg/l                  10 mg/l
 14     Fenol                       0                       1 mg/l
 15     Minyak dan lemak         34 mg/l                   15 mg/l
      Hasil analisa menunjukkan bahwa efluen IPL pengembangan tahap ketiga ini
      masih belum memenuhi baku mutu untuk parameter TDS, NH3, BOD, COD
      serta minyak dan lemak.


Dalam upaya meningkatkan mutu pengolahan, pada tahun 2006 TPA Benowo
mendapatkan bantuan teknik (bantek) dari Kementerian PU berupa penelitian pilot
plant skala laboratorium. Pilot plant ini bertujuan untuk meneliti proses kimiawi
pengolahan leachate dalam rangka meningkatkan efisiensi proses pengolahan IPL
Benowo. Sistem IPL yang direkomendasikan untuk IPL Benowo ditunjukkan pada
Gambar 21, sedangkan kualitas efluen yang dihasilkan dari pilot plant ditunjukkan
pada Tabel 28.




                                                                              50
Polimer


       Tawas




        Kapur


                                                    Baffle Chanel
  Efluen Bioreaktor                  Koagulator                            Pengendap   Filter Pasir
                                                                                       dan Karbon
                                                                                           Aktif
         Kolam
        leachate


                                  Pengenceran Leachate

                                                                                        Efluen



   Gambar 21. Rekomendasi Sistem IPL Benowo Berdasarkan Hasil Bantek


                            Tabel 28. Kualitas Efluen Pilot Plant
                Parameter             Efluen                   Satuan
                      pH                9.5
                      COD                60                         mg/l
                      BOD                24                         mg/l
                      TSS                16                         mg/l


Saat ini, pengolahan leachate di IPL Benowo beroperasi menggunakan gabungan
proses fisika-kimia-biologi. IPL dioperasikan oleh 24 operator yang dikoordinir oleh
1 (satu) koordinator operator dan dikepalai oleh 1 (satu) kepala instalasi.
Sedangkan biaya operasional non-listrik yang dibutuhkan sebesar Rp 18.180,-/m3
leachate.




                                                                                           51
Tabel 29. Kualitas Efluen Eksisting IPL Benowo
                                           Parameter
  Tanggal
                 BOD           COD          NH4+-N          Salinitas       pH
 sampling
                (mg/l)        (mg/l)        (mg/l)           (mg/l)
10     Maret      420          880            538             2400          7.6
2010
21 April 2010     126          240           379.44           3500         7.62
12 Okt 2010       208          400           61.08            4000          7.3
5 Nov 2010         6            16           29.72            3900         7.85
Baku mutu         150          300              5               -          6-9


   Dalam pengoperasiannya, IPL Benowo menghadapi kendala operasional berupa:
   a. Salinitas leachate dan kandungan nitrogen ammonia sangat tinggi sehingga
      mempengaruhi proses biologi. Rata-rata efisiensi proses biologi secara
      keseluruhan mencapai ± 60 %.
   b. Pengoperasian filter karbon aktif tidak dilakukan berdasarkan prinsip proses
      adsorpsi.
   c. Pembubuhan bahan kimia kurang terukur secara baik dikarenakan dosing pump
      sering rusak dan tidak berfungsi.
   d. Kemampuan SDM secara keseluruhan belum cukup memadai.
   e. Belum tersedianya SOP secara rinci. Sebagai alternatif, disediakan lembar
      monitoring operasional untuk masing-masing unit operasi.




                                                                                  52
AIR HUJAN                           AIR PADA SAMPAH                AIR REMBESAN TAMBAK



                                         KOLAM LEACHATE
                                                                          PROSES FISIK - KIMIAWI
  PROSES FISIK – BIOLOGI


                                                                           KOLAM PENAMPUNG

        SUMUR PENGUMPUL I                                                      BAHAN KIMIA

                                                                            BAK RAPID MIXING

          BAK SEDIMENTASI I                 SLUDGE DRYING BED
                                                                             BAK FLOKULASI


     ANAEROBIC BAFFLED REACTOR                                             BAK SEDIMENTASI II


          AEROBIK REAKTOR                                                    PROSES AERASI


          BAK SEDIMENTASI II                                                 BAHAN KIMIA

                                                                         KOAGULASI-FLOKULASI –
         SUMUR PENGUMPUL II                                                  SEDIMENTASI


                                                                             PROSES FILTRASI
           PROSES FILTRASI
                                            BADAN AIR PENERIMA
                                                                          BAK PENGUMPUL AKHIR
        BAK PENAMPUNG AKHIR


                              Gambar 22. Sistem Eksisting IPL Benowo


B. Teknologi Pengolahan Leachate dengan Kandungan Amonia dan Nitrat
   Tinggi


  Kandungan senyawa nitrogen banyak ditemukan di dalam leachate dalam bentuk
  NH3 bebas, NH4+, N2O, NO3- dan NO2-. Dalam konsentrasi berlebih, senyawa ini
  dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain:
  a. akumulasi nutrien di badan air dapat menyebabkan algae blooming
  b. sindrom baby blue pada bayi yang disebabkan oleh NO3- dan NO2-
  c. NO2- yang bereaksi dengan senyawa organik di alam akan membentuk
     Nitrosoamina yang bersifat karsinogen.


                                                                                               53
Oleh karena itu diperlukan pengolahan senyawa nitrogen dalam leachate melalui:
a. Nitrifikasi, yaitu proses oksidasi amonia untuk diubah menjadi nitrat dan nitrit
   oleh organisme.
                             NH4+      NO2-    NO3-


b. Denitrifikasi, yaitu proses reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrogen bebas oleh
   organisme.
                         reduksi    reduksi        reduksi           reduksi
                          nitrat     nitrit
                                                nitrit oksida            nitrat
                  NO3-       NO2-     NO         N2O                N2

                  NO -     NO -
   Proses denitrifikasi dapat dibedakan menjadi:
                                    NO      NO                  N
   - Denitrifikasi heterotrof, dimana mikroba heterotrof tidak dapat menghasilkan
     nutrien untuk dikonsumsi sendiri sehingga mencari nutrien dari luar dengan
     mengkonsumsi senyawa organik.
   - Denitrifikasi autotrof, dimana mikroba tidak memerlukan bahan organik
     untuk melakukan aktivitas dan pertumbuhannya melainkan cukup dengan
     menggunakan senyawa anorganik.
     Denitrifikasi autotrof mempunyai keuntungan antara lain: (a) tidak perlu
     menambahkan sumber karbon organik sebagai nutrisi sehingga menekan
     biaya operasional; (b) tidak menimbulkan polusi sampingan oleh bahan
     organik yang tidak terolah; (c) dapat diterapkan dengan sistem yang
     sederhana; dan (d) tidak akan menghasilkan sisa lumpur sehingga
     mengurangi penanganan lumpur.


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian terhadap
leachate TPA dengan kandungan amonia dan nitrat yang tinggi menggunakan
kombinasi proses biofilter anaerob, bioreaktor aerob dan denitrifikasi dengan media
isian batu belerang dan batu kapur (Gambar 23). Belerang berfungsi sebagai donor
proton (H+) yang akan bereaksi dengan senyawa nitrat untuk berubah menjadi
senyawa antara, yaitu nitrat, dan akhirnya menjadi gas nitrogen. Sedangkan kapur
(CaCO3) berperan sebagai penyangga (buffer) dan juga sebagai penetral kondisi
pH di dalam bioreaktor. Belerang dan kapur akan dimanfaatkan oleh
mikroorganisme sebagai tempat tumbuh untuk melakukan aktifitas dalam
pendegradasian senyawa nitrat dan nitrit.



                                                                                  54
Penggunaan biofilter anaerob pada proses pengolahan leachate ini dipilih karena
   biofilter anaerob mempunyai keunggulan, antara lain:
   • tidak membutuhkan oksigen
   • menghasilkan lebih sedikit lumpur (3-20 kali lebih sedikit dari pada proses
       aerobik)
   • menghasilkan gas metan yang bermanfaat, yang dapat menurunkan BOD
       dalam penguraian lumpur limbah
   • cocok untuk limbah dengan konsentrasi polutan organik yang tinggi
   • energi untuk penguraian limbah kecil
   • memungkinkan untuk diterapkan pada proses penguraian limbah dalam jumlah
       besar
   • sistem anaerobik dapat membiodegradasi senyawa xenobiotik, antara lain
       chlorinated aliphatic hydrocarbons (seperti trichloroethylene dan trihalo-
       methanes) dan senyawa alami recalcitrant seperti lignin




Gambar 23. Teknologi Pengolahan Leachate TPA Kombinasi Proses Biofilter Anaerob,
Bioreaktor Aerob dan Denitrifikasi dengan Media Isian Batu Belerang dan Batu Kapur

                                                                                55
BPPT melakukan penelitian terhadap leachate yang dihasilkan oleh TPA Bantar
Gebang, Jakarta, dan TPA Bangli, Denpasar. Khusus untuk TPA Bangli, BPPT
melakukan penelitian terhadap kinerja pilot plant IPL Bangli. Kriteria perencanaan yang
digunakan untuk pilot plant IPL ini adalah sebagai berikut.

                 Tabel 30. Kriteria Perencanaan Pilot Plant IPL Bangli

                          Bioreaktor     Bioreaktor            Bioreaktor
                           Anaerob         Aerob              Denitrifikasi

   Waktu Tinggal/            8 hari         3 hari                 2 hari
   Reaksi (HRT)

   Efisiensi Penurunan        60%           80%                    30%
   Organik COD

   Efisiensi Penurunan          -           90%                    20%
   Amonia (NH4-N)

   Efisiensi Penurunan          -             -                    95%
   Nitrat/Nitrit

              COD Inlet : <5000 ppm dan NH4-N Inlet : <1000 ppm




                  Gambar 24. Diagram Proses Pilot Plant IPL Bangli



                                                                                    56
Tabel 31. Hasil Pengujian Kualitas Leachate

                                                Golongan              Hasil Analisa
                                                Baku Mutu               Leachate
No   Parameter           Satuan                                               Bangli
                                                                    Bantar
                                            I               II                Dry
                                                                    Gebang
                                                                              Cell
                         0
1    Suhu (Lab)          C            38              40            26,0      26,0
2    Zat Padat           mg/L         2.000           4.000         12.060    4.100
     Terlarut (TDS)
3    Zat Padat           mg/L         200             400           243       268
     Tersuspensi
     (TSS)
4    pH (260C)           mg/L         6,0 - 9,0       6,0 – 9,0     8,6       7,8
5    Amoniak             mg/L         1               5             94,24     104,68
     Bebas (NH3-N)
6    Nitrat              mg/L         20              30            15,3      3,0
     (NO3-N)
7    Nitrit              mg/L         1               3             8,123     <0,002
     (NO2-N)
8    BOD5                mg/L         50              150           954       800
9    COD                 mg/L         100             300           2.524     2052
10   Surfactan           mg/L         5               10            6,20      1,10
     anion (MBAS)
11   Fenol               mg/L         0,5             1             2,999     <0,001
12   Minyak dan          mg/L         7,5             30            1,2       < 0,2
     Lemak




                                                                                57
Hasil pengujian terhadap kualitas pengolahan leachate yang ditampilkan dalam Tabel
31 di atas menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh BPPT mampu
menurunkan kandungan amonia dan nitrat di dalam leachate. Namun perlu
diperhatikan bahwa walaupun kandungan amonia dan nitrit berhasil diturunkan,
pengolahan dengan metode ini belum berhasil menurunkan kandungan paramater-
parameter lain sehingga memenuhi baku mutu. Oleh karena itu diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk menghasilkan sistem pengolahan yang tidak hanya dapat
menurunkan kandungan amonia dan nitrat, namun juga dapat menurunkan kandungan
parameter-parameter lainnya.




                                                                               58

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Tata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampah
Tata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampahTata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampah
Tata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampahOswar Mungkasa
 
Definisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
Definisi dan Istilah dalam Penanganan SampahDefinisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
Definisi dan Istilah dalam Penanganan SampahJoy Irman
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Joy Irman
 
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Oswar Mungkasa
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Joy Irman
 
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Joy Irman
 
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahPersyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiJoy Irman
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanJoy Irman
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampahPerhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampahNurul Angreliany
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Oswar Mungkasa
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Joy Irman
 
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatTPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatJoy Irman
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
 

La actualidad más candente (20)

Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Tata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampah
Tata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampahTata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampah
Tata cara rehabilitasi dan monitoring pasca penutupan tpa sampah
 
Definisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
Definisi dan Istilah dalam Penanganan SampahDefinisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
Definisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
 
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
 
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahPersyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Timbulan lindi
Timbulan lindiTimbulan lindi
Timbulan lindi
 
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampahPerhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatTPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
 

Destacado

Kebijakan dan strategi persampahan
Kebijakan dan strategi persampahanKebijakan dan strategi persampahan
Kebijakan dan strategi persampahaninfosanitasi
 
Proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahanProses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahaninfosanitasi
 
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahinfosanitasi
 
Pemilihan alat angkat dan alat berat persampahan
Pemilihan alat angkat dan alat berat persampahanPemilihan alat angkat dan alat berat persampahan
Pemilihan alat angkat dan alat berat persampahaninfosanitasi
 
Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampahPengangkutan sampah
Pengangkutan sampahinfosanitasi
 
Pedoman umum 3R permukiman
Pedoman umum 3R permukimanPedoman umum 3R permukiman
Pedoman umum 3R permukimaninfosanitasi
 
Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah
Dasar-dasar sistem pengelolaan sampahDasar-dasar sistem pengelolaan sampah
Dasar-dasar sistem pengelolaan sampahinfosanitasi
 
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahinfosanitasi
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...Masyrifah Jazm
 
Clean development mechanism in solid waste management
Clean development mechanism in solid waste managementClean development mechanism in solid waste management
Clean development mechanism in solid waste managementinfosanitasi
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahJoy Irman
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan PersampahanJoy Irman
 

Destacado (13)

Kebijakan dan strategi persampahan
Kebijakan dan strategi persampahanKebijakan dan strategi persampahan
Kebijakan dan strategi persampahan
 
Proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahanProses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Proses penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan
 
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampah
 
Pengolahan sampah
Pengolahan sampahPengolahan sampah
Pengolahan sampah
 
Pemilihan alat angkat dan alat berat persampahan
Pemilihan alat angkat dan alat berat persampahanPemilihan alat angkat dan alat berat persampahan
Pemilihan alat angkat dan alat berat persampahan
 
Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampahPengangkutan sampah
Pengangkutan sampah
 
Pedoman umum 3R permukiman
Pedoman umum 3R permukimanPedoman umum 3R permukiman
Pedoman umum 3R permukiman
 
Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah
Dasar-dasar sistem pengelolaan sampahDasar-dasar sistem pengelolaan sampah
Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah
 
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampah
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang pengelola...
 
Clean development mechanism in solid waste management
Clean development mechanism in solid waste managementClean development mechanism in solid waste management
Clean development mechanism in solid waste management
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
 

Similar a OPTIMASI PENGOLAHAN LEACHATE

Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambangselegani
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPIPITSPP1
 
Sistem utilitas pabrik (water pre treatment
Sistem utilitas pabrik (water pre  treatmentSistem utilitas pabrik (water pre  treatment
Sistem utilitas pabrik (water pre treatmentAprili yanti
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiQunk
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxWahyu358704
 
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferNurul Aulia
 
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptxPenggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptxAngely Putry
 
PRESENTASI SEMINAR HASIL.pptx
PRESENTASI SEMINAR HASIL.pptxPRESENTASI SEMINAR HASIL.pptx
PRESENTASI SEMINAR HASIL.pptxshindypelandrika1
 
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujanProses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujanNurina Fitriani
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  SampahSpesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir SampahOswar Mungkasa
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Penjaga Tani
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganYahya M Aji
 

Similar a OPTIMASI PENGOLAHAN LEACHATE (20)

IX evapotranspirasi
IX evapotranspirasiIX evapotranspirasi
IX evapotranspirasi
 
Laporan hidrologi
Laporan hidrologiLaporan hidrologi
Laporan hidrologi
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
 
Sistem utilitas pabrik (water pre treatment
Sistem utilitas pabrik (water pre  treatmentSistem utilitas pabrik (water pre  treatment
Sistem utilitas pabrik (water pre treatment
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologi
 
skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptx
 
Tugas ringkasan
Tugas ringkasanTugas ringkasan
Tugas ringkasan
 
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
 
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptxPenggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
 
PRESENTASI SEMINAR HASIL.pptx
PRESENTASI SEMINAR HASIL.pptxPRESENTASI SEMINAR HASIL.pptx
PRESENTASI SEMINAR HASIL.pptx
 
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujanProses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Bab ii pkl
Bab ii pklBab ii pkl
Bab ii pkl
 
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  SampahSpesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
 

Más de infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

Más de infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Último

"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptnugrohoaditya12334
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiHaseebBashir5
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxKartikaFebrianti1
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Baratsenapananginterbaik2
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptAkuatSupriyanto1
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptxerlyndakasim2
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaHaseebBashir5
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pptIjlalMaulana1
 

Último (20)

"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
 

OPTIMASI PENGOLAHAN LEACHATE

  • 1. PENGOLAHAN LEACHATE I. PENDAHULUAN Pengelolaan TPA di Indonesia yang sebagian besar dioperasikan secara open dumping, pada umumnya dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana, salah satunya adalah tidak berfungsinya Instalasi Pengolahan Leachate (IPL) dengan benar. Instalasi Pengolahan Leachate memegang peranan yang cukup penting dalam usaha melindungi tercemarnya lingkungan di sekitar TPA dari cairan leachate. Leachate merupakan zat pencemar yang sangat berbahaya, karena karakteristiknya yang mengandung kadar organik yang tinggi, bahkan tidak jarang juga mengandung kadar logam berat. Leachate dapat didefinisikan sebagai cairan yang menginfiltrasi melalui tumpukan sampah dan telah mengekstraksi material terlarut maupun tersuspensi (Tchobanoglous, 1993). Di kebanyakan landfill, leachate terbentuk dari cairan yang memasuki area landfill dari sumber-sumber eksternal, seperti drainase permukaan, air hujan, air tanah, dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah, sedangkan leachate yang ditimbulkan dari kadar air yang terkandung dari dalam sampah dapat diabaikan dalam perhitungan, karena jumlahnya yang relatif kecil. Leachate memiliki karakteristik yang khas, yaitu tingginya kandungan organik, logam, asam, garam terlarut, dan mikro organisme. Karakteristik tersebut menyebabkan leachate menjadi sangat berbahaya untuk lingkungan dengan potensial kontaminasi melebihi dari beberapa limbah industri (Orta et al, 1999). Leachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan kualitas leachate akan sangat bervariasi dan berfluktuasi. Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling tidak terdapat dua besaran debit leachate yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug, yaitu : • Untuk perancangan saluran penangkap dan pengumpul leachate, yang mempunyai skala waktu dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut hendaknya mampu menampung leachate maksimum yang terjadi pada waktu tersebut 1
  • 2. Untuk perancangan pengolahan leachate, yang biasanya mempunyai orde dalam skala hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian. Rancangan praktis yang sering digunakan di Indonesia untuk perancangan antara lain adalah : a. Debit pengumpul leachate : - Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa tahun - Assumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90 % b. Debit pengolah leachate : - dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa tahun, atau dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan yang maksimum Sesaat setelah leachate terbentuk, dan mengalir ke luar landfill, leachate dapat menyebabkan pencemaran yang serius baik ke air tanah maupun ke badan air permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup mengenai timbulan leachate, karakteristik leachate, jenis-jenis pengolahan, serta best practice dari beberapa instalasi pengolahan leachate yang beroperasi dengan baik di Indonesia. II. TIMBULAN LEACHATE Produksi leachate bervariasi tergantung pada kondisi pengoperasian landfill, yaitu : a. Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian) : dalam tahapan ini, bagian-bagian yang belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan sejumlah air hujan yang lebih besar. b. Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya) : dalam kondisi ini sampah telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk mengurangi infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang. Pendekatan yang biasa digunakan dalam memprediksi banyaknyanya leachate dari sebuah landfill adalah dengan metode neraca air dengan : a. Metode Thorntwaite b. Metode HELP, yang dikembangkan oleh USEPA. 2
  • 3. Metode neraca air dari Thorntwaite : Leachate yang timbul setelah pengoperasian selesai, dapat diperkirakan dengan menggunakan suatu metoda yang disebut Metoda Neraca Air (Water Balance Method). Metoda ini didasari oleh asumsi bahwa leachate hanya dihasilkan dari curah hujan yang berhasil meresap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa sumber lain seperti air hasil dekomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah, dan aliran air permukaan lainnya dapat diabaikan. Potensi kuantitas leachate adalah jumlah air yang terbentuk setelah kapasitas penahan air (moist holding capacity) dari TPA terpenuhi. Faktor-faktor yang berpengaruh di neraca air adalah: 1. Air yang masuk dari atas Presipitasi air hujan merupakan faktor utama yang menentukan kuantitas leachate yang terbentuk di TPA. Oleh karena itu data mengenai curah hujan yang akurat sangat penting untuk dapat memperkirakan jumlah timbulan leachate di suatu TPA. 2. Kelembaban sampah dan tanah penutup Kelembaban sampah dan tanah penutup ini sangat bergantung pada musim. Pada musim hujan, kelembaban sampah dan tanah penutup akan lebih tinggi dibandingkan pada saat musim kemarau. 3. Jumlah air yang dikonsumsi untuk pembentukan gas landfill Air akan dibutuhkan selama dekomposisi anaerobik dari materi organik di sampah. Jumlah air yang dikonsumsi untuk reaksi dekomposisi tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan empiris. 4. Air yang hilang akibat evaporasi Jumlah air yang hilang akibat evaporasi ini juga sangat tergantung pada musim. 5. Jumlah air yang keluar dari dasar landfill Air yang keluar dari dasar landfill inilah yang dinamakan leachate. Air ini akan timbul apabila kapasitas penahan air dari TPA sudah terpenuhi. Gambar berikut menggambarkan sistem input-output dari neraca air, sedang persamaannya adalah : PERC = P - (RO) - (AET) - (∆ST) ................(1) I = P - (R/O) ......................................(2) APWL = Σ NEG (I - PET) ...................................(3) 3
  • 4. AET = (PET) + [ (I - PET) - (∆ST) ] ................(4) PERC = perkolasi, air yang keluar dari sistem menuju lapisan di bawahnya, akhirnya menjadi leachate P = presipitasi rata-rata bulanan dari data tahunan RO = limpasan permukaan (runoff) rata-rata bulanan dihitung dari presipitasi serta koefisien limpasan AET = aktual evapotranspirasi , menyatakan banyaknya air yang hilang secara nyata dari bulan ke bulan ∆ST = perubahan simpanan air dalam tanah dari bulan ke bulan, yang terkait dengan soil moieture stotage ST = soil moisture storage, merupakan banyaknya air yang tersimpan dalam tanah pada saat keseimbangan I = infiltrasi, jumlah air terinfiltrasi ke dalam tanah APWL = accumulated potential water loss , merupakan nilai negatif dari (I-PET) yang merupakan kehilangan air secara kumulasi I - PET = nilai infiltrasi dikurang potensi evapotranspirasi; nilai negarif menyatakan banyaknya infiltrasi air yang gagal untuk dipasok pada tanah, sedang nilai positip adalah kelebihan air selama periode tertentu untuk mengisi tanah. PET = potensial evapotranspirasi, dihitung berdasarkan atas nilai rata-rata bulanan dari data tahunan Presipitasi (P) Evapotranspirasi (ET) Run Off (RO) Moisture Storage (∆S) PERC = P - RO - AET + ∆S LEACHATE Gambar 1. Input – output konsep neraca air 4
  • 5. Dengan menganggap aliran air ke bawah sebagai sistem berdimensi-satu, maka model neraca air yang dikembangkan oleh Thorntwaite [Thorntwaite], dapat digunakan untuk menghitung perkolasi air dalam tanah penutup menuju lapisan sampah di bawahnya. Salah satu keuntungan penggunaan tanah penutup akhir dalam mengurangi timbulnya leachate adalah dari kemampuan penyerapan airnya. Air akan tertahan dalam tanah sampai menyamai angka field capacity-nya. Air yang terkandung oleh tanah bergantung pada jenis tanah dan berkurang dengan adanya evapotranspirasi dan bertambah kembali akibat infiltrasi. Tanpa adanya tanaman, setelah periode yang lama, tanah akan mempunyai kandungan air setinggi field capacity. Bila terdapat tanaman, maka akar mengambil air dan menguapkannya sehingga air akan berada di bawah field capacity tersebut. Pada saat air mencapai wilting points, maka akar tidak dapat lagi mengambil air dalam tanah tersebut. Di bawah titik ini kandungan air dikenal sebagai air higroskopis (Hygroscopic water) yaitu air yang terikat pada partikel- partikel tanah dan tidak dapat dikurangi oleh transpirasi. Dengan demikian, air tersedia (Available water) berkisar antara wilting point dan field capacity. Air inilah yang akan mengalami pergerakan kapiler dan jumlah ini berubah karena evapotranspirasi dan infiltrasi. Satuan yang digunakan dapat berupa milimeter-air per meter tinggi media. Contoh, bila yang digunakan untuk penutupan sebuah landfill adalah silty clay dengan ketebalan 0,5 m, maka diperkirakan jumlah air yang dapat diserap pada field capacity- nya adalah 0,5 m x 250 mm/m = 125 mm. Evapotranspirasi terjadi karena adanya penguapan dari tanah, dan transpirasi, yaitu pernafasan tumbuhan yang terdapat pada lapisan tanah penutup. Jumlah air yang hilang atau kembali ke atmosfer lebih besar pada transpirasi dibandingkan pada evaporasi. Tumbuhan berfungsi untuk menahan air agar air tidak diteruskan ke lapisan sampah, dan bagian daun akan menguapkan air tersebut. Evapotranspirasi yang sebe- narnya terjadi (Actual Evapotranspiration = AET) tergantung persediaan air dalam tanah (soil moisture storage). Angka AET ini tidak sama dengan data ET dari stasiun meteorologi. Angka ET ini terjadi pada kondisi air yang selalu tersedia. Angka ET stasiun meteorologi ini disebut Potential Evapotranspiration (PET) atau evapotranspirasi maksimum yang dapat terjadi. Bila soil moisture storage mendekati field capacity, ET mencapai nilai maksimumnya, tetapi bila soil moisture mendekati wilting point, ketersediaan air yang terbatas itu akan mengurangi laju ET. Metoda untuk mengetahui air yang dapat diserap setelah terjadi PET tertentu telah dikembangkan oleh Thorntwaite. PET dihitung dengan eksperimen maupun dengan metode empirik. 5
  • 6. Umumnya tidak tersedianya data evapotranspirasi, maka nilai PET dikembangkan dari nilai evaporasi hasil pengukuran dilapangan dengan evaporimeter, yang memerlukan suatu faktor koreksi tertentu. Faktor koreksi ini dihitung dengan menggunakan perbandingan antara evapotranspirasi tanah berumput yang terairi dengan baik, dengan Pan evaporasi klas A, yaitu Pan yang terletak pada tanah berumput. Cara lain adalah dengan pendekatan empirik, seperti metode-metode: Thorntwaite, Blaney- Criddle, Penmann atau metode Christiansen. Berikut ini diberikan contoh metode neraca air dengan Thornwaite dengan parameter PET yang dihitung dengan pendekatan Thorntwaite. Model Hydrologic Evaluation of Landfill Performance (HELP) Model HELP dikembangkan oleh USEPA yang dapat di-download langsung melalui situs. HELP merupakan program simulasi yang paling banyak digunakan di dunia dalam merancang, mengevaluasi dan mengoptimasi kondisi hidrologi dari sebuah landfill serta laju timbulan leachate yang dilepas ke alam. Versi komersialnya dengan penampilan grafik dalam sistem Windows 95/98/NT/2000 antara lain dikeluarkan oleh Waterloo- Hydrogeologic Software. Model HELP merupakan sebuah model quasi-two-dimensional serta model hidrologi multi-layer, yang membutuhkan input data sebagai berikut : 1. Data cuaca : parameter-parameter presipitasi, radiasi matahari, temperatur dan evapotranspirasi 2. Sifat-sifat tanah : porositas, field capacity, wilting point, dan hydraulic conductivity 3. Informasi desai landfill : pelapis dasar (liners), sistem pengumpul leachate, sistem pemgumpul runoff, dan kemiringan permukaan landfill Profil struktur sebuah landfill dapat terdiri dari berbagai kombinasi dari tanah (alamiah) dan bahan artifisial (limbah, geomembran), dengan pilihan lapisan-lapisan horizontal sistem drainase. Terdapat 11 (sebelas) jenis lapisan yang dapat disusun sesuai dengan keinginan perancang landfill. Perubahan kemiringan dari masing-masing lapisan juga diperhitungkan. Model ini menggunakan teknik pemecahan numerik yang mempertimbangkan pengaruh dari surface storage, soil moisture storage, runoff, infiltrasi, evapotranspirasi, pertumbuhan vegetatif, drainase subsurface lateral, 6
  • 7. resirkulasi leachate, drainase vertikal, kebocoran melalui liner tanah atau geomembran atau bahan komposit lainnya. Contoh parameter-parameter input yang digunakan dalam model HELP adalah : − Precipitasi harian (mm) : data tahun 1996 - 2002 − Temperatur udara harian (oC) : data tahun 1996 – 2002 − Radiasi matahari harian (MJ/m2) : data tahun 1996 – 2002 − Rata-rata kecepatan angin = 0,018 Kph − Rata-rata kelembaban relatif untuk 4 periods of musim: kuarter-1 = 82%, kuarter- 2 = 89%, kuarter-3 = 93% dan kuarter = 84%. − Kedalaman zone evaporation : diukur pada Landfill-1 = 75 cm − Assumsi musim pertumbuhan dimulai pada hari = 0, dan berakhir pada hari = 367 − Assumsi maksimum area indeks daun = 2, artinya sepanjang tahun. − Assumsi latitude = - 5 (nilai negatif terhadap nilai nol-ekuatorial) III. KARAKTERISTIK LEACHATE Persoalan utama dalam pengolahan leachate adalah penentuan kualitas desain dari leachate yang akan diolah di IPL. Kualitas desain leachate sangat bergantung pada sampling leachate yang dilakukan. Karakteristik dan kuantitas leachate dipengaruhi oleh: 1. Karakteristik dan komposisi sampah 2. Jenis tanah penutup landfill 3. Musim 4. pH dan kelembaban 5. Umur timbunan (usia landfill). Sehingga dalam pengambilan sampel leachate, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Posisi pengambilan sampel 2. Waktu pengambilan sampel apakah setelah hujan atau pada saat musim kemarau 3. Metode pengambilan sampel (apakah composit atau grab sampling) Leachate yang berasal dari timbunan sampah yang baru mempunyai nilai BOD dan COD yang sangat tinggi, tetapi semakin lama umur landfill, maka kualitas leachate landfill juga akan menurun. Karakteristik leachate berdasarkan umur landfill seperti 7
  • 8. tergambar pada tabel 1 di bawah ini, dan tabel 2 menggambarkan karakteristik leachate di beberapa kota di Indonesia. Tabel 1. Karakteristik Leachate Berdasarkan Umur Landfill Sumber : 8
  • 9. Tabel 2. Karakteristik Leachate di Beberapa Kota di Indonesia Sumber : Karakteristik umum leachate adalah: 1. Konsentrasi BOD/COD tinggi di awal 2. Kandungan nitrogen yang tinggi 3. Daya hantar tinggi, hal tersebut dikarenakan banyaknya mineral yang dilarutkan oleh aliran leachate, sehingga daya hantarnya menjadi tinggi 4. Logam berat yang kadang tinggi, hal tersebut dikarenakan pH leachate yang asam yang dapat melarutkan logam berat yang mungkin tercampur di sampah yang masuk di TPA 5. pH netral sampai asam 6. Warna yang sulit dihilangkan (coklat muda sampai hitam) 7. Berbau asam. 9
  • 10. IV. Kondisi Umum Instalasi Pengolahan Leachate di Indonesia Instalasi Pengolahan Leachate yang ada di TPA-TPA di Indonesia pada umumnya tidak atau belum beroperasi sesuai dengan kriteria teknis yang ada. Beberapa hal yang menyebabkan kurang optimalnya operasi IPL di TPA adalah: 1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPL di TPA. Pada umumnya alokasi dana untuk pengelolaan sampah di TPA sudah sangat kecil, sehingga dana yang dialokasikan untuk O/M IPL semakin kecil lagi. Di sisi lain, untuk pengoperasian dan pemeliharaannya, IPL memerlukan biaya yang tidak sedikit. 2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang kompeten yang dapat mengoperasikan IPL. Di sebagian besar TPA di Indonesia tidak tersedia operator khusus yang bertugas untuk menjalankan IPL. IPL yang ideal seharusnya dijalankan oleh SDM yang kompeten, karena kebanyakan IPL menggunakan pengolahan secara biologis dimana mikroorganisme perlu kondisi yang spesifik untuk dapat bekerja dengan optimal. 3. Tidak ada kontrol dan monitoring yang baik untuk pengoperasian IPL. Mayoritas IPL di Indonesia dibiarkan berjalan begitu saja tanpa ada kontrol yang baik, padahal seharusnya sebelum mulai dijalankan, harus dilakukan aklimatisasi selama kurang lebih 3 bulan untuk mendapatkan kondisi mikroorganisme yang optimal. 4. Kurang perhatiannya para pengambil kebijakan pada TPA. Sampai saat ini, pengelolaan sampah belum menjadi prioritas untuk mendapatkan alokasi dana yang besar di daerah-daerah. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya tingkat kesadaran para pengambil kebijakan untuk pengelolaan sampah pada umumnya dan IPL pada khususnya. 10
  • 11. Sumber : Gambar 2. Skema Pengolahan Leachate TPA Dari gambar 2 di atas diketahui bahwa pengolahan leachate di TPA mempunyai masalah yang sama, yaitu kuantitas dan kualitas leachate yang berfluktuasi. Di sisi lain, dasar untuk dapat merencanakan suatu instalasi pengolahan leachate yang baik adalah beban hidrolis (Q), serta beban organik (BOD, COD) yang stabil. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan/penyeimbangan untuk debit dan beban organik yang masuk ke IPL, dikarenakan mikroorganisme yang bekerja di IPL tersebut sangat sensitif dengan perubahan debit dan beban organik yang ekstrim. Salah satu cara untuk mengatur debit dan beban organik tersebut adalah dengan menggunakan kolam stabilisasi serta pintu air sebelum inlet IPL. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi dampak negatif dari leachate adalah: 1. Penggunaan lapisan tanah penutup, baik lapisan tanah penutup harian, antara, dan penutup akhir 2. Pemakaian lapisan dasar/liner yang sesuai dengan kriteria teknis untuk dapat mencegah infiltrasi leachate ke tanah dan air tanah 3. Pembangunan sarana pengumpul dan pengolah leachate yang sesuai dengan kriteria teknis, serta pembangunan drainase sekeliling TPA yang sesuai dengan kriteria teknis untuk dapat mengurangi jumlah limpasan air hujan yang masuk ke dalam TPA 4. Melakukan resirkulasi leachate 11
  • 12. 5. Mengoperasikan landfill secara tepat. Alternatif pengoperasian landfill yang sedang berkembang saat ini adalah dengan menggunakan semi aerobic landfill. V. SEMI AEROBIC LANDFILL Sumber : Gambar 3. Skema Landfill Anaerobik dan Semi-Aerobik Semi Aerobic landfill adalah metoda terbaru yang pertama kali diterapkan di Fukuoka, Jepang dan oleh karena itu dikenal juga sebagai Landfill metoda Fukuoka. Metoda ini merupakan alternatif yang sangat disarankan untuk dapat mempercepat stabilitas sampah dan menurunkan kualitas timbulan leachate sehingga beban yang masuk ke IPL tidak terlalu tinggi. Perbedaan yang paling mendasar antara sanitary landfill yang dioperasikan semi aerobik dan anaerobik adalah pada intensitas penutupan tanah dan besar pipa pengumpul dan penyalur leachate. Pada landfill semi aerobik pengaplikasian tanah penutup tidak dilakukan setiap hari, hal tersebut dilakukan agar kontak sampah 12
  • 13. dengan udara terjadi lebih lama sehingga proses dekomposisi dan stabilisasi sampah berlangsung lebih cepat. Selain itu, pada TPA semi aerobik digunakan pula pipa pengumpul leachate dengan diameter lebih dari 60 cm, serta ujung pipa tidak terendam di IPL, sehingga memungkinkan masuknya udara ke dalam pipa untuk membantu proses pembusukan dan pada akhirnya menurunkan kualitas timbulan leachate. Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan hasil penelitian pembandingan landfill yang dioperasikan secara anaerob dan semi aerob terhadap karakteristik leachate yang dihasilkan, khususnya untuk parameter pH dan BOD. Gambar 4. Perbandingan Karakteristik Timbulan Leachate antara Anaerobic dan Semiaerobic Landfill Gambar 5. Karakteristik Timbulan Leachate untuk Landfill Relatif terhadap Waktu 13
  • 14. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fukuoka, maka disimpulkan bahwa: • Konsentrasi BOD dan evaporasi untuk landfill semi-aerobik lebih rendah jika dibandingkan dengan landfill anaerobik • Tongginya konsentrasi BOD selama 2,5 tahun pada landfill anaerobik karena akumulasi asam-organik yang menghambat aktivitas bakteri • Dari dua hal tersebut di atas, maka landfill semi-aerobik sampai saat ini dinilai mempunyai keuntungan selain dapat mengurangi beban pencemar leachate, tetapi juga dapat mengurangi timbulan gas rumah kaca. VI. PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LEACHATE Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai dasar perencanaan dan memilih sistem IPL/Instalasi Pengolahan Leachate adalah : 1. Kualitas dan kuantitas air leachate yang akan diolah 2. Kemudahan pengoperasian dan ketersediaan SDM yang memenuhi kualitas untuk OM IPL terpilih 3. Jumlah akumulasi lumpur 4. Kebutuhan dan ketersediaan lahan 5. Biaya operasional, meliputi : a. Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas dan kompleksitas IPAL. Biaya ini meliputi : o Lahan o Konstruksi o Perpipaan o Instrumen b. Biaya Pengoperasian Sedangkan biaya operasi biasanya sangat ditentukan oleh masing-masing jenis IPL yang terpilih. Biaya ini meliputi : o Biaya SDM untuk OM dan perbaikan o Penggantian komponen dan perbaikan besar o Biaya bahan kimia, kalau ada o Biaya bahan bakar o Biaya pengunaan energi listrik 14
  • 15. 6. Kualitas hasil olahan yang diharapkan Ambang batas kualitas olahan yang diperkenankan dibuang ke badan air penerima diatur oleh masing-masing daerah. Semakin ketat nilai ambang batasnya, maka dituntut efisiensi pengolahan air leachate yang semakin tinggi. Beberapa kualitas hasil olahan yang diharapkan menurut peraturan yang berlaku di Indonesia: Tabel 3. Beberapa Baku Mutu yang berlaku di Indonesia Kepmen Klasifikasi BOD5 COD pH ∑N Oil, SS no. Anorganik fats mg/L mg/L - mg/L mg/L mg/L Golongan I 20 40 6–9 10,88 100 Kep- Golongan II 50 100 6–9 22 200 MenLH 03/91 Golongan III 150 300 6–9 38 400 Golongan IV 300 600 6–9 75 500 Kep- Kawasan MenLH 50 100 6–9 200 Industri 03/98 Kep- Air Limbah MenLH 100 6–9 10 100 Domestik 112/03 7. Kebutuhan energi o Setiap sistem IPL yang digunakan akan memerlukan energi. o Energi yang diperlukan biasanya adalah untuk pompa, supply oksigen (aerator/blower), menggerakkan shaft, serta keperluan utilitas lainnya 15
  • 16. Bagan pemilihan sistem IPL /pengolahan leachate bisa dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Bagan Pemilihan Sistem IPL VII. OPSI TEKNOLOGI Beberapa pilihan alternatif teknologi yang diterapkan di Indonesia adalah : a. Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1) b. Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment/ Wetland (alternatif 2) c. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3) d. Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR (alternatif 4) e. Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II (alternatif 5) 16
  • 17. Alternatif 1 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter Tabel 4. Alternatif 1 Pengolahan Leacahate Proses Pengolahan No. Kriteria Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Biofilter 1. Fungsi Removal BOD Removal Removal Menyaring yang relatif BOD mikroorganis effluen sebelum tinggi (>1000 me pathogen, dibuang ke mg/L), nutrien badan air sedimentasi, stabilisasi influen 2. Kedalaman 2,5 - 5 1-2 1 - 1,5 2 (m) 3. Removal 50 - 85 70 - 80 60 - 89 75 BOD (%) 4. Waktu 20 - 50 5 - 30 7 - 20 3-5 Detensi2 (hari) 5. Organic 224 - 560 56 - 135 ≤ 17 < 80 Loading Rate3 (kg/Ha hari) 6. pH 6,5-7,2 6,5-8,5 6,5-10,5 - 7. Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan Batu, Kerikil, batu batu Ijuk, Pasir 17
  • 18. Alternatif 2 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment/ Wetland Tabel 5. Alternatif 2 Pengolahan Leacahate Proses Pengolahan No. Kriteria Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Wetland 1. Fungsi Removal BOD Removal Removal Removal BOD, yang relatif BOD mikroorganism removal tinggi (>1000 pathogen, nutrien mg/L), nutrien sedimentasi, stabilisasi influen 2. Kedalaman 2,5 - 5 1-2 1 - 1,5 0,1-0,6* (m) 0,3-0,8** 3. Removal 50 - 85 70 - 80 60 - 89 - BOD % 4. Waktu 20 - 50 5 - 30 7 - 20 4-15 Detensi2 (hari) 5. OLR3 (kg/Ha 224 - 560 56 - 135 ≤ 17 < 67 .hr) 6. pH 6,5-7,2 6,5-8,5 6,5-10,5 - 7. Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan batu Tanah batu permeabilitas rendah*** 18
  • 19. Alternatif 3 Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon Tabel 6. Alternatif 3 Pengolahan Leacahate Proses Pengolahan No. Kriteria Aerated Pemisah ABR Lagoon Padatan 1. Fungsi Removal BOD yg Removal BOD Removal solid relatif tinggi (>1000 mg/L), sedimentasi padatan, stabilisasi influen 2. Kedalaman 2-4 1,8 - 6 3-5 (m) 3. Removal BOD 70 - 85 80 - 95 - % 4. Waktu Detensi 1-2 3 - 10 0,06 - 0,125 (hari) 5. Organic 4 - 14 0,32 - 0,64 0,5-5 kg/m2 jam Loading Rate (kg/m3hari) 5. Hydraulic 16,8 – 38,4 - 8-16 Loading Rate (m3/m2hari) 6. pH 6,5 - 7,2 6,5-8,0 - 7. Bahan Beton Bertulang - Pasangan batu Pasangan batu Bata 19
  • 20. Alternatif 4 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR Tabel 7. Alternatif 4 Pengolahan Leacahate Proses Pengolahan No. Kriteria Koagulasi- Sedimenta Anaerobik ABR Flokulasi si Pond 1. Fungsi Pembentuka Removal Removal BOD Removal BOD n flok flok padatan yang relatif yang relatif padatan tinggi (>1000 tinggi (>1000 mg/L), mg/L), sedimentasi sedimentasi padatan,stabilis padatan, asi influen stabilisasi influen 2. Kedalaman - 3-5m 2,5 - 5 m 2–4m 3. Removal BOD - - 50 - 85 % 70 – 85 % % 4. Waktu Detensi 0,5 jam 1,5 - 3 jam 20 - 50 hari 1 – 2 hari 5. OLR, kg/Ha - - 224 - 560 4 – 14 kg/m3 hari hari 6. Hydraulic - 8-16 m3/m2 - 16,8 – 38,4 Loading Rate hari m3/m2 hari 7. pH - - 6,5-7,2 6,5 - 7,2 8. Dosis 300-4500 Kapur (CaOH) koagulan , 100-5000 Tawas (Al2(SO4)3 mg/l 0,2 ml/L Polimer kationik 1% 20
  • 21. Alternatif 5 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II Tabel 8. Alternatif 5 Pengolahan Leacahate Proses Pengolahan No. Kriteria Koagulasi- Sedimentasi Aerated Lagoon Flokulasi I/II 1. Fungsi Pembentukan flok Removal BOD Removal solid padatan 2. Kedalaman - 1,8 - 6 3-5 (m) 3. Removal BOD - 80 - 95 - % 4. Waktu Detensi 0,5 jam 3 - 10 1,5-3 jam (hari) 5. OLR - 0,32 - 0,64 0,5-5 kg/m2 jam (kg/m3hari) 6. HLR - - 8-16 (m3/m2hari) 7. pH - 6,5-8,0 - 8. Bahan Beton/ Baja Pasangan batu Pasangan batu 9. Dosis 300-4500 Kapur (CaOH) - koagulan 100-5000 Tawas (Al2(SO4)3 (mg/L) : 0,2 ml/L leachate Polimer kationik 1% 21
  • 22. Sebagai referensi, pengolahan leachate tipikal di Eropa menggunakan proses berikut : - Netralisasi - Presipitasi/flokulasi/sedimentasi - Oksidasi/reduksi - Reverse Osmosis - Ion exchange Proses-proses yang sebaiknya ada didalam pengolahan leachate yaitu : - Storage - Biological pre-teratment - Adsorption - Precipitation/floculation - Chemical oxidation - Membrane Beberapa proses pengolahan leachate yang ada : 1. Pengolahan onsite : pengolahan leachate langsung di lokasi yang sama untuk kemudian dibuang ke badan air. Biasanya pengolahan leacahte inilah yang digunakan di TPA. 2. Pengolahan offsite : pengolahan leachate dibawa ke tempat lain untuk diproses sebelum dibuang ke badan air 3. Resirkulasi ke TPA : air leachate disirkulasikan kembali ke TPA untuk digunakan kembali. Gambar 7. Proses pemilihan pengolahan leachate 22
  • 23. Pengolahan leachate yang sesuai dengan konsep pengolahan dimana pengolahan fisik mampu mengurangi kualitas limbah sebesar 10 %, pengolahan biologis sebesar 40 % dan pengolahan kimia sebesar kurang lebih 90 %. Pengolahan ini bisa dilihat : Gambar 8. Proses pengolahan leachate yang sesuai Efluen dari tiap proses bisa dilihat pada gambar dibawah : Gambar 9. Simulasi lab pengolahan leachate 23
  • 24. Sedangkan proses pengolahan leachate yang diresirkulasikan kembali bisa dilihat : Menambah kelembaban dan nutrien Gambar 10. Pengolahan leachate alternatif dengan mensirkulasikan kembali leachate yang diolah Konsep-konsep dalam pengolahan leachate yang perlu diterapkan yaitu : - Biology/activated carbon adsorption - Biology/Chemical Oxidation with ozone/biology - Biology/reverse osmosis/concentrate treatment Gambar 11. Konsep pengolahan leachate 24
  • 25. Untuk pengolahan leachate, seleksi pemilihan pengolahan leachate sangat tergantung dari lokasi TPA, sehingga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : - Kualitas dan kuantitas effluent - Residu/lumpur hasil pengolahan - Perizinan yang dibutuhkan - Cost-efectiveness dari pengolah (IPL) - Biaya investasi Dari beberapa faktor diatas, bisa diambil kesimpulan mengenai beberapa variabel yang mempengaruhi proses pengolahan leachate adalah : Tabel 9. Beberapa variabel yang mempengaruhi proses pengolahan leachate Faktor yang Þ Landfill independen Þ Kuantitas dan Kualitas Leachate Inspeksi awal Þ Infrastruktur Kriteria yang wajib Þ Ekologi Þ Ekonomi Alokasi Peraturan hukum Þ Teknologi Þ Kondisi saat ini Unit Pengolahan Þ Peralatan Þ Metoda operasi Tabel dibawah ini merupakan ringkasan mengenai metoda pengolahan yang paling sesuai untuk mengurangi konsentrasi jenis pencemar yang ada dalam leachate : 25
  • 26. Tabel 10. Metode pengolahan yang paling sesuai dengan jenis pencemar dalam Leachate BOD5 COD Tot.- NH4-N/ Heavy AOX Salts anorg. N NH3-N metals Biolog. + + + + - - - treatment Chem. oxidation - + - - - + - Adsorption - + - - - + - Precipitation/ - + - - + + - Flocculation Reverse + + + + + + + osmosis Nanofiltration + + - - + Pengaruh berbagai strategi pengolahan : Tabel 11. Pengaruh berbagai strategi pengolahan Pengolahan Biologis Pengaruhnya Konsentrasi Presipitasi/ Oksidasi/ Adsorpsi Destruksi Pencemar Konsentrasi efluen Carbon atau flokulan Lebih sedikit Oksidan Biodegradable yg lebih sedikit Calcium, Besi Sedikit endapan Pelepasan Pelepasan atau terjadi endapan Ammonium Pelepasan pada efluen Diperlukan bila Diperlukan bila garam nitrat selama atau pembuangan langsung pembuangan langsung ke setelah pengeringan ke badan air* badan air* Kapasitas Pengurangan konsumsi Pengurangan Dengan H2O2: Penyangga asam konsumsi asam dan Pengurangan konsumsi (Hardness) bhn pengendap asam *)Juga diperlukan apabila pembuangan tidak langsung tetapi memerlukan toksisitas ikan 26
  • 27. Pengaruh BOD/COD pada pengolahan leachate bisa dilihat dari grafik berikut : BOD5 COD5 BOD5/COD Gambar 12. Pengaruh BOD/COD pada pengolahan leachate Dibawah ini adalah gambaran perkiraan biaya untuk proses pengolahan leachate: Tabel 12. Perkiraan biaya proses pengolahan leachate untuk lahan 6 Ha Biaya Biaya Biaya Total Investasi Investasi Proses Operasi [Milyar Rp.] [Rp/m3] [Rp/m3] [Rp/m3] Ozonization 14,9 248.000 32.240 57.040 Precipitation/ 12,4 207.000 19.840 40.548 Flocculation Reverse 9,9 161.200 52.080 68.200 osmosis 27
  • 28. Perkiraan biaya untuk pembuangan lumpur/residu sebagai berikut : Tabel 13. Perkiraan biaya untuk pembuangan lumpur/residu Proses Biaya Pembuangan Ozonasi _ Presipitasi/Flokulasi Rp. 2.480.000/ton Lumpur Presipitat Reverse osmosis Rp. 620.000/ton Konsentrat Kesimpulan dalam perencanaan instalasi pengolahan leachate : 1. Pengolahan leachate yang paling sesuai dengan kondisi di Indonesia adalah menggunakan sistem kolam stabilisasi (kombinasi proses anaerobik – aerobik), namun hal ini hanya mampu mengolah beban organik leachate < 40% 2. Apabila diperlukan standard yang lebih ketat, maka proses kimiawi (kombinasi koagulasi/flokulasi/sedimentasi dan dilanjutkan dengan filtrasi) merupakan opsi yang paling sesuai untuk diterapkan 3. Penggunaan resirkulasi efluen IPL ke TPA dapat dilakukan untuk meningkatkan treatability sampah dengan penambah kelembaban dan sumber nutrien 4. Untuk mencegah kegagalan operasional, diperlukan standar kriteria desain yang baku. Penyebab utama kegagalan adalah kurang disiplinnya pemeliharaan dan kesesuaian operasional dengan SOP yang berlaku. Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan IPL sangat diperlukan untuk SDM dari pengelola. Jika perlu, bersertifikasi. 28
  • 29. VIII. PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PENGOLAHAN LEACHATE Pengolahan leachate di sebagian besar TPA di Indonesia masih menggunakan proses pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai pengurai materi-materi organik yang terkandung dalam leachate. Agar proses biologis tersebut dapat berjalan dengan baik, diperlukan kondisi lingkungan yang optimal yang sesuai agar mikroorganisme dapat tumbuh dan bekerja dengan baik. Contoh metoda untuk optimalisasi pendegradasian biologis tersebut adalah dengan mengontrol level oksigen terlarut, penambahan nutrien-nutrien, meningkatkan konsentrasi mikroorganisme, serta menjaga faktor-faktor lingkungan, seperti pH, temperatur, serta melakukan pengadukan (Qasim, 1994). Untuk proses-proses pengolahan secara aerobik, materi organik akan didekomposisi menjadi karbon dioksida dan air yang dibantu oksigen yang merupakan faktor penting untuk terjadinya pengolahan secara aerobik. Sebaliknya, untuk proses-proses pengolahan secara anaerobik, materi-materi organik didekomposisikan tanpa kehadiran oksigen. Gas metan dan karbon dioksida merupakan produk akhir dari dekomposisi tersebut (Qasim, 1994). Pengolahan leachate secara biologis dapat berlangsung secara optimal apabila sebelumnya dilakukan aklimatisasi yang sesuai untuk pertumbuhan populasi mikroorganisme, serta ekualisasi yang tepat sebagai treatment awal untuk menjaga beban hidrolis dan beban organik dari leachate yang akan masuk ke instalasi (Qasim, 1994). Proses aklimatisasi untuk dapat menentukan bakteri yang tepat untuk setiap tahap pengolahan merupakan tahapan yang penting dari pengolahan secara biologis. Saat ini pengembangan mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan leachate masih dilakukan dalam skala laboratorium. IX. BEBERAPA PENELITIAN MENGENAI MENGENAI PROSES PENGOLAHAN LEACHATE Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbang Permukiman) merupakan salah satu dari empat pusat litbang dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, yang diarahkan sebagai the techno structure atau 29
  • 30. scientific backbone dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan infrastruktur di bidang permukiman. Sudah ada beberapa penelitian terkait pengolahan leachate yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman, antara lain : - Kajian pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia - Uji coba model penimbunan semi aerobik landfil di TPA Cibeurem – Banjar - Cell uji coba (semi aerobik dan anaerobik landfil ) - Penelitian kinerja proses pengolahan leachate di TPA Suwung Denpasar. A. Kajian pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia : Beberapa kesimpulan yang didapat dari beberapa kajian mengenai pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia adalah : 1. Untuk timbulan leachate : - Semakin banyak air yang mengalir melalui timbunan sampah, maka semakin banyak polutan yang akan terbawa oleh aliran air - Hal ini dapat diminimalkan dengan perencanaan lapisan penutup yang tepat pada pengolahan sampah menggunakan sanitary landfil. 2. Untuk komposisi leachate : - Semakin lama umur timbunan sampah yang ada di landfil, maka semakin berkurang parameter yang ada pada leachate - Komposisi leachate tergantung pada karakteristik sampah, komposisi sampah, ukuran dan sel pada landfil, besarnya kompaksi, kelembaban dan infiltrasi hujan serta metode sampling dan analisis - Penurunan senyawa organik pada leachate disebabkan oleh proses dekomposisi dan pembilasan air hujan, sedangkan penurunan senyawa inorganik hanya disebabkan adanya infiltrasi air hujan. - Semakin bertambahnya umur landfil, maka senyawa organik dalam leachate berkurang lebih cepat daripada senyawa inorganik. 30
  • 31. Sedangkan hasil beberapa penelitian pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia dapat dilihat pada keterangan di bawah ini : − Komposisi leachate dari 2 landfill yang berbeda umurnya Tabel 14. Komposisi dari leachate pada umur landfill 1,5 dan 16 tahun Umur dari Landfill Parameter Satuan 1 tahun 5 tahun 16 tahun BOD mg/l 7.500 – 28.000 4.000 80 COD mg/l 10.000-40.000 8.000 400 PH 5,2-6,4 6,3 - TDS mg/l 10.000-14.000 6.794 1.200 TSS mg/l 100-700 - - Specific Conductance microhms/cm 600-9.000 - - Alkalinitas (CaCO3) mg/l 800-4.000 5.810 2.250 Kesadahan (CaCO3) mg/l 3.500-5.000 2.200 540 Total P mg/l 25-35 12 8 Ortho P mg/l 23-33 - - NH4-N mg/l 56-482 - - Nitrat mg/l 0,2-0,8 0,5 1,6 Kalsium mg/l 900-1.700 308 109 Klorida mg/l 600-800 1.330 70 Sodium mg/l 450-500 810 34 Potassium mg/l 295-310 610 39 Sulfat mg/l 400-650 2 2 Mangan mg/l 75-125 0,06 0,06 Magnesium mg/l 160-250 450 90 Besi (Fe) mg/l 210-325 6,3 0,6 Seng (Zn) mg/l 10-30 0,4 0,1 Tembaga (Cu) mg/l - <0,5 <0,5 Cadmium mg/l - <0,05 <0,05 Timah mg/l - 0,5 1 31
  • 32. − Kualitas BOD dan COD berdasarkan usia penimbunan sampah di beberapa kota di Indonesia Tabel 15. Kualitas BOD dan COD berdasarkan usia penimbunan sampah di beberapa kota di Indonesia No Kota Sistem TPA Umur BOD COD Penimbunan (mg/L) (mg/L) (tahun) 1 Cianjur Open Dumping 6 82,96 497,93 2 Jakarta Open Dumping 4 290,24 497,07 3 Surabaya Open Dumping 5 158,31 942,65 4 Denpasar Open Dumping 1 936 2010 5 Makasar Open Dumping 2 213,75 356,54 6 Banjar Semi aerobik 1 163,78 257,37 Sumber : Hasil pengukuran 2010 dan studi literatur − Tabel baku mutu efluen Tabel 16. Tabel Baku Mutu Efluen Komponen Satuan Baku mutu Zat padat terlarut mg/L 4000 Zat padat tersuspensi mg/L 400 pH - 6-9 N-NH3 mg/L 5 N-NO3 mg/L 30 N-NO2 mg/L 3 BOD mg/L 150 COD mg/L 300 32
  • 33. − Hasil pemeriksaan IPL Piyungan Yogyakarta beserta efluen yang dibuang ke sungai dan dampaknya terhadap air sumur penduduk di sekitar TPA Tabel 17. Hasil pemeriksaan IPL Piyungan Yogyakarta Kadar maksimum Parameter Satuan yang di Hasil Pemeriksaan perbolehkan I II Zat padat terlarut mg/L 2000 5641 – 6532 5121 0 Temperatur C 30 27,5 – 28,5 28 Zat padat tersuspensi mg/L 200 102,2 – 132,8 47 Air Raksa mg/L 0,002 ttd -ttd ttd Arsen mg/L 0,1 ttd-ttd ttd Barium mg/L 2 0,011- 0,021 0,009 Kadnium mg/L 0,05 ttd-ttd ttd Kromium mg/L 0,1 4,3182 – 5,1273 1,6715 Tembaga mg/L 2 0,62 – 0,48 0,51 Sianida mg/L 0,05 ttd-ttd ttd Flourida mg/L 2 < 0,5 - < 0,5 <0,5 Timbal mg/L 0,1 0,0965 – 0,0987 0,0644 Nikel mg/L 0,2 ttd-ttd ttd Nitrat mg/L 20 8,0024 – 8,5269 3,5786 Nitrit mg/L 1 0,1046 – 0,3478 0,059 Amonia mg/L 1 109,6765 – 118,4533 52,0436 Besi mg/L 5 13,2 – 14,6 6,34 Mangan mg/L 2 3,11 – 4,32 2,02 Sulfida mg/L 0,05 - - Klorin bebas mg/L 1 0,0 0,0 Seng mg/L 5 3,5 – 3,8 1,01 Krom total mg/L 0,5 11,0142 – 12,764 3,1457 BOD mg/L 50 2248,46 – 2458,67 764 COD mg/L 100 5632,21 – 5892,51 1143,24 Phenol mg/L 0,5 2,2113 – 2,7352 1,3845 Cobalt mg/L 0,4 0,31 – 0,12 0,20 Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL “ YLH”26 Maret 2007 Keterangan : I . Limbah cair TPA piyungan sebelum pengolahan II.Limbah Cair TPA piyungan Sesudah pengolahan 33
  • 34. Tabel 18. Hasil Pengujian Lab Mengenai Efluen Yang Keluar Di Sungai Kadar maksimum yang Parameter Satuan di perbolehkan Hasil Pemeriksaan untuk kualitas air golongan B I II Zat padat terlarut mg/L 1000 431 462 – 684 0 Temperatur C Suhu air normal 28,5 28,6- 29,5 Zat padat mg/L - 10 11 – 18 tersuspensi Kadnium mg/L 0,01 ttd ttd -ttd Kromium mg/L 0,05 0,6432 0,8523 – 0,8856 Tembaga mg/L 1 ttd ttd -ttd Sianida mg/L 0,1 ttd ttd –ttd Flourida mg/L 1,5 ttd ttd-ttd Timbal mg/L 0,1 ttd ttd-ttd Nitrat mg/L 10 2,0432 2,8576-3,282 Nitrit mg/L 1 0,0126 0,0251-0,1582 Amonia mg/L 0,5 1,6436 1,9989 – 2,3696 Besi mg/L 5 13,2 2,39 – 2,67 Mangan mg/L 0,5 3,11 0,37 -0,48 Sulfida mg/L 0,1 ttd ttd-ttd Klorida mg/L 600 ttd ttd-ttd Seng mg/L 5 ttd ttd-ttd BOD mg/L - 160,75 188,54 – 214,23 COD mg/L - 204,66 212,53- 275,34 Phenol mg/L 0,5 0,0315 0,0424 – 0,0523 Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL “ YLH”26 Maret 2007 Keterangan : I . Sungai TPA II.Sungai Campuran 34
  • 35. Tabel 19. Hasil pengujian lab terhadap air sumur penduduk di sekitar TPA Piyungan Kadar maksimum Parameter Satuan yang di Hasil Pemeriksaan perbolehkan A. FISIKA Bau Tak berbau Tak berbau Kekeruhan NTU 5 15 - 23 Rasa Tak berasa Tak berasa Suhu udara ± 3 0 Temperatur C 27 – 27,9 Warna PtCo 15 10 - 18 B.KIMIA Air Raksa mg/L 0,001 ttd Arsen mg/L 0,01 ttd Barium mg/L 0,7 ttd Boron mg/L 0,3 ttd Kadnium mg/L 0,003 ttd Kromium mg/L 0,05 ttd Tembaga mg/L 2 ttd Sianida mg/L 0,07 ttd Flourida mg/L 1,5 0,26 – 0,41 Timbal mg/L 0,01 - Nikel mg/L 0,02 - Nitrat mg/L 50 0,0379 – 0,0653 Nitrit mg/L 3 0,0002 – 0,0068 Amonia mg/L 1,5 0,2123 – 0,8744 Alumunium mg/L 0,2 - Klorida mg/L 250 17 – 20 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 198,69 – 598,45 Hidrogen Sulfida mg/L 0,05 ttd Besi mg/L 0,3 0,10 – 13 Mangan mg/L 0,1 0,03 – 0,65 pH 6,5 – 8,5 7,0 – 7,1 Sulfat mg/L 250 25 – 29 Total zat padat mg/L 1000 - terlarut (TDS) Seng mg/L Bakteriologi Coliform MPN/100 mL 0 140 - 1900 E.Coli MPN/100 mL 0 73-1100 Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL “ YLH”26 Maret 2007 35
  • 36. − Hasil analisis kualitas leachate di TPA Jombang : Tabel 20. Analisis kualitas leachate TPA No Parameter Satuan Kadar max Hasil analisa o 1 Suhu C 40 28,3 2 pH - 6-9 7,38 3 TDS Ppm 4000 565 4 Sianida (Cn) mg/L 0.5 0,16 5 Cl2 bebas mg/L 0.04 0,002 6 Total Fe mg/L 1.5 8,2 7 Cr 6+ mg/L 0.5 0,09 8 Tembaga (Cu) mg/L 3 2,89 9 Nitrat (NO3-N) mg/L 30 47 10 Nitrat (NO2-N) mg/L 3 0,059 11 Total Chlor mg/L - 46 Sumber : Dinas CK, Tata Ruang dan Kebersihan Jombang Kualitas air memenuhi baku mutu sebagaimana ditetapkan SK Gubernur Jawa Timur no. 45 tahuh 2002 lampiran II golongan III − Efisiensi IPL di beberapa kota di Indonesia : Tabel 21. Efisiensi IPL di beberapa kota di Indonesia Kualitas Leacheate Efisiensi Pengolahan No. Lokasi Sistem IPL Inlet Outlet (%) BOD COD BOD COD BOD COD Balikpapan 1 (TPA Kolam stabilisasi & Aerasi 2719 10810 493,5 1422,76 81,8 86,8 Manggar ) Makasar 2 Kolam penampungan 1663 2209 1659 2347 0,2 - (TPA Tamangapa) Yogyakarta Kolam stabilitasi 3 2458,7 5892,5 764 1143,2 68,9 80,6 ( Piyungan ) & Aerasi Bekasi 4 (Bantargebang- Kolam penampungan 5328 18317 1270 1665 76,2 90,9 92) 36
  • 37. Beberapa persoalan yang spesifik dengan pengolahan leachate dari beberapa hasil kajian di atas adalah : o konsentrasi yang pekat serta kemungkinan menimbulkan pencemaran o variasi komposisi leachate berbeda dari tiap landfil, menyebabkan pengolahan yang sesuai untuk landfil tertentu tidak dapat diterapkan untuk landfil lainnya, sehingga harus setiap landfil harus dianalisis kembali sesuai dengan komposisi leachate yang akan diolah o sumber utama leachate adalah perkolasi air dimana tergantung curah hujan serta faktor musim o kandungan kimia dari sampah sangat mempengaruhi leachate o Fluktuasi dari kuantitas dan kualitas leachate sehingga desain awalnya harus dievaluasi untuk menentukan apakah hasil efluennya masih sama sejalan dengan umur landfil B. Uji Coba Model Penimbunan Semi Aerobik Landfil di TPA Cibeureum Banjar dengan menggunakan pipa pengumpul 80 cm (aplikasi pengelolaan sampah terpadu berbasis 3R pada kota sedang/kecil di Banjar dari hulu sampai ke hilir) Model pengelolaan sampah yang terintegrasi tersebut dan telah diaplikasikan di TPA Cibeurem Banjar, meliputi : - TPA semi aerobic landfill dengan kapasitas 1,86 ton - Kegiatan 3R dibeberapa desa, yaitu desa Raharja (1,6 ton), kelurahan Banjar (1,35 ton) desa Langensari (0,43 ton), desa Neglasari (1,66 ton) dan kelurahan Pataruman (1,6 ton) (dapat dilihat pada ilustrasi gambar dibawah ini). 37
  • 38. Gambar 13. Aplikasi model pengelolaan sampah berbasis 3R melalui pemberdayaan masyarakat kota Banjar 38
  • 39. Model TPA semi aerobik yang diterapkan di TPA Cibeureum Kota Banjar : Gambar 14. Model TPA Semi Aerobik TPA Cibeureum kota Banjar Keterangan : 3 sel masing-masing luas 10 m x 15 m Pipa leachate : pipa beton berlubang diameter 80 cm Mulai timbunan Desember 2009 Operasional pengisian 2 bulan, tinggi 5 39
  • 40. Detail uji coba landfill yang diadakan di TPA Cibeureum kota Banjar dengan luasan 30 x 15 m sebagai berikut : Sistem perpipaan manifold menggunakan bahan buis beton, yang diletakkan bagian pinggir landfill Pemasangan pipa buis beton tidak perlu memasang kerikil, diletakan di atas galian yang dilapisi clay 2 x 25 cm dan diselimuti clay sampai ½ lingkaran bagian bawah buis beton. Pemasangan pipa lateral tidak diberi bantalan pasir, langsung diletakan di atas geomembran, bagian atas pipa baru lapisi pasir. Jenis pasir yang digunakan berupa pasir beton, jangan pasir urug, agar tidak terjadi penggumpalan sehingga dapat menyumbat dan menghalangi aliran air ke pipa. Ada sistem pengontrol leachate dilengkapi tutup buis (bilik) berupa manhole dan dipasang tangga monyet. Dalam bak control dipasang alat ukur Thomson untuk mengukur debit leachate yang dihasilkan. Kualitas leachate yang dihasilkan TPA Cibeureum kota Banjar : Tabel 22. Kualitas leachate yang di TPA Cibeureum kota Banjar 40
  • 41. 12000 10000 8000 m g/L COD 6000 BOD 4000 2000 0 1 2 3 4 5 6 Bulan ke Gambar 15. Grafik penurunan leachate hasil pengolahan di TPA Cibeureum kota Banjar Gambar 16. Pemantauan debit leachate 41
  • 42. Pemantauan debit leachate berkisar antara 0,002 – 0,442 L/det. - awal proses dekomposisi, debit leachate rata-rata 0,114 L/det - bulan ke 8 penimbunan rata-rata debit leachate adalah 0,022 L/det Target perencanaan efisiensi IPL di TPA Cibeureum Kota Banjar adalah: - Proses anaerobik : 70 – 90 % - Proses fakultatif : 70 – 90 % - Proses maturasi : 60 – 80% C. Cell uji coba model semi aerobik dan anaerobik landfil (revitalisasi TPA melalui reusable landfil dan landfil mining) Percobaan ini adalah untuk membandingkan efektivitas dari model semi aerobik dengan anaerobik landfil, baik dari pekerjaan liner dasar dan dinding, perpipaan gas dan leachate dan operasi pengisian sampah serta tanah penutup akhir. MODEL SEMI AEROBIK DAN ANAEROBIK LANDFILL • Luas tiap sel 30 x 15 m dengan tinggi pengisian sampah 8 m. • Total volume sampah 12.000 m3, dengan masing2 sel 6000 m3, dan sistem operasional yang dijalankan adalah dengan controll landfill • Konstruksi Semi Aerobik : pipa beton berlubang diamater 60 cm Konstruksi An aerobik landfill : pipa beton berlubang diameter 30 cm • Pipa dipasang menuju Bak Kontrol dan dipasang alat ukur debit (meter air) • Pipa leachate berhubungan dengan pipa vertikal 42
  • 43. Gambar 17. Potongan desain TPA Cibeureum kota Banjar 43
  • 44. Kualitas leachate hasil uji coba semi aerobik dan an aerobik landfil yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2011 (Setelah 2 bulan pasca penimbunan), sebagai berikut : Tabel 23. Hasil uji coba leachate semi aerobik dan anaerobik No Parameter An aerobik Semi aerobik 1 pH 8.44 8.42 2 DHL 1220 1183 3 Kekeruhan 113 127 4 Nitrit - NO2 < 0.03 <0.03 5 Ammonia-NH3 0.854 0.997 6 Ammonia-N 0.628 0.702 7 COD 1103 1070 8 BOD 717 696 D. Penelitian kinerja proses pengolahan leachate di TPA Suwung Denpasar Penelitian ini dilakukan karena kinerja pengelolaan leachate di TPA Suwung Denpasar belum beroperasi secara optimal. Kajian yang dilakukan meliputi : - Sampling kualitas leachate inlet, oulte, dan parameter tiap unit - Kajian efisiensi tiap unit - Kajian waktu kontak Gambar 18. Kualitas leachate tiap unit 44
  • 45. Gambar 19. Kualitas outlet dibandingkan dengan baku mutu Industri Menteri Negara Lingkungan Hidup no : Kep-51/MENLH/10/1995, tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, baku mutu limbah cair golongan II Hasil kajian yang didapat : - Proses belum berjalan secara stabil, sehingga perlu dilakukan proses seeding dan aklimatisasi - Efisiensi pengolahan leachate di setiap unit proses masih dibawah ketentuan dari kriteria desain (waktu kontak/TD dan kedalaman kolam) - Kondisi tanaman air pada kolam wetland belum tumbuh dengan baik sehingga kurang berfungsinya dalam penyerapan polutan (BOD, COD dan warna) Tabel 24. Hasil uji coba BOD efluen TPA Suwung EFFISIENSI PENGOLAHAN (PENYISIHAN BOD) NO UNIT PROSES INLET OUTLET % eksisting % standar 1 Kolam stabilisasi anaerobik 189,40 122,60 38,20 70 - 90 2 Kolam fakultatif 122,60 116,1 5,30 70- 90 3 Maturasi 2009 116,1 98,15 15,41 60 -80 4 Maturasi 2010 116,1 102,15 12 60 - 80 5 kolam wettland 102,15 92,6 9 50 6 IPL 189,40 92,6 51,11 45
  • 46. Tabel 25. Hasil uji coba BOD efluen TPA Suwung EFFISIENSI PENGOLAHAN (PENYISIHAN COD) NO UNIT PROSES INLET OUTLET % eksisting % standar 1 Kolam stabilisasi anaerobik 224,20 180,70 19,40 70 - 90 2 Kolam fakultatif 180,70 145,60 19,42 70- 90 3 Maturasi 2009 145,60 148,20 MINUS 60 -80 4 Maturasi 2010 145,60 136,70 6,11 60 - 80 5 kolam wettland 136,70 130,10 4,83 50 6 IPL 224,20 130,10 41,97 Sedangkan hasil pengolahan parameter kimia lainnya : Tabel 26. Hasil uji coba parameter kimia lainnya Efisiensi Pengolahan NO PARAMETER INLET OUTLET % 1 Besi Terlarut 4,10 0,65 84,15 2 Mangan terlarut 3,45 0,70 79,71 3 Barium 0,0 0,0 0,0 4 tembaga 2,60 0,78 70 5 Seng 6,70 1,10 83,58 6 Crom heksavalensi 0,9 0,06 93,33 7 Crom total 1,2 0,56 53,33 8 Cadmium 0,16 0,044 72,5 9 Raksa ttd ttd ttd 10 Timbal 0,45 0,095 78,89 11 Stanium ttd ttd ttd 12 Arsen 0,75 0,075 90 13 Selenium 0,70 0,35 50 14 Nikel ttd ttd ttd 15 Kobalt ttd ttd ttd 16 Sianida 0,90 0,08 91,11 17 Sulfida 1,90 0,28 85,26 18 Flourida ttd 0,08 ttd 19 Khlorin bebas ttd ttd ttd Penyisihan terhadap parameter-parameter diatas cukup baik sebagaian besar berada diatas 50 % 46
  • 47. Sehingga untuk peningkatan kinerja IPL di TPA Suwung ini, disarankan adanya : - Seeding dan aklimatisasi : • Seeding dilakukan dengan pemasukan bibit mikroorganisme dari septik tank yang kurang dari 1 bulan sampai mencapai MLSS 500 – 2 g/l dan ditambahkan gula sebagai bahan makanan bagi mikroorganisme yang ada • Selanjutnya bahan yang mengandung mikroorganisme ini dimasukan secara bertahap (aklimatisasi) mulai dari 10 %, 20 % dan seterusnya sampai BOD dan COD stabil - Penambahan oksigen pada kolam fakultatif dengan aerator, untuk penurunan BOD dan COD sampai 80 % - Penataan wetland antara lain dengan perbaikan : • Media tanam dengan kerikil dan antrasit/arang batok untuk mereduksi warna, dengan ketebalan media tanam 60 – 80 cm • Mengganti tanaman antara lain dengan reed beds/bamboo air, kana, papyrus, dengan jarak tanaman 30 – 50 cm Dari perbaikan-perbaikan diatas diharapkan dapat memperbaiki kualitas efluen sebagai berikut : - BOD : 10 mg/L - COD : 17 mg/L - Warna : 40 unit PtCo Kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang dilakukan adalah : o Pada umumnya leachate hasil IPL masih belum layak untuk dibuang ke badan air, sehingga perlu diadakan kajian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan kinerja dari IPL yang sudah ada atau dengan melakukan resirkulasi o Penerapan semiaerobik landfil terbukti lebih efisien dalam menurunkan kualitas leachate sekitar 6x lebih kecil dibanding dengan anaerobik o Untuk proses persiapan untuk peningkatan efisiensi IPL, maka perlu dilakukan antara lain : Aklimatisasi Penataan wetland 47
  • 48. X. BEBERAPA BEST PRACTICE DALAM PENGOLAHAN LEACHATE Sebagai hasil penguraian sampah, leachate mengandung senyawa-senyawa yang terdapat di dalam sampah. Oleh karena itu, jenis pengolahan leachate harus didasarkan pada karakteristik senyawa yang terdapat dalam leachate tersebut. Berikut adalah contoh pengolahan leachate di TPA Benowo dan TPA Bangli. A. Pengolahan leachate di TPA Benowo Dengan luas lahan TPA sebesar 37 ha, TPA Benowo menerima sampah sebesar 1,480 ton/hari. Dioperasikan secara controlled landfill, TPA Benowo juga dilengkapi dengan Instalasi Pengolah Leachate (IPL) dengan kapasitas ± 300 m3. Pengolahan leachate TPA Benowo terdiri dari 3 (tiga) proses, yaitu: a. pengolahan secara kimia-fisika b. pengolahan secara biologi c. pengolahan dengan gabungan kimia-fisika-biologi Dalam pengoperasiannya, IPL TPA Benowo telah melalui 3 (tiga) tahap pengembangan: a. IPL Tahap Pertama Pada tahap pertama ini, pengolahan leachate terdiri dari kolam ekualisasi, filter anaerobik dan kolam pematangan dengan aquaculture. Namun sistem ini tidak berfungsi dengan baik sehingga pengolahan leachate kurang berhasil. b. IPL Tahap Kedua Pada IPL tahap kedua ini digunakan penambahan bahan kimia berupa tawas, kapur dan poli elektrolit kationik. Proses yang digunakan pada IPL tahap kedua ini dapat dilihat pada Gambar 20 berikut. Efluen yang dihasilkan dari pengolahan tahap kedua ini secara umum lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas efluen hasil pengolahan tahap pertama. Secara fisik, warna leachate berkurang cukup signifikan sehingga efluen lebih jernih. Namun, hasil pemeriksaan efluen menunjukkan bahwa parameter pencemar masih berada diatas baku mutu yang ditetapkan. Ini terkait dengan ketersediaan karbon aktif yang terbatas padahal kebutuhan akan karbon aktif sangat besar untuk mencapai kualitas efluen yang memenuhi baku mutu. Secara keseluruhan, pengoperasian IPL tahap kedua ini memerlukan biaya yang tinggi dikarenakan penambahan bahan kimia yang relatif mahal. Selain 48
  • 49. itu, kemampuan operator juga kurang memadai sehingga pengoperasian IPL tidak maksimal. KOLAM LEACHATE KOAGULASI BAFFLE CHANNEL BAK PELARUT PENAMPUNG SEMENTARA BAHAN KIMIA (bekas bak Flitrasi) PENAMPUNG SEMENTARA (bekas bak sedimentasi) KARBON AKTIF PENAMPUNG SEMENTARA RESERVOIR Gambar 20. IPL Tahap Kedua IPL Benowo c. IPL Tahap Ketiga Pada tahap ini, proses pengolahan leachate merupakan penyempurnaan dari IPL tahap kedua yang dicapai melalui penambahan proses biologi untuk menurunkan bahan pencemar dalam leachate. Sistem ini terdiri dari bioreaktor anaerobik (ABR), kolam aerasi, kolam pengendap, filter pasir dan filter karbon aktif. Kualitas efluen yang dihasilkan dari pengolahan tahap ketiga ini dapat dilihat pada Tabel 27. 49
  • 50. Tabel 27. Karakteristik Leachate TPA Tahap Ketiga TPA Benowo (Tahun 2005) No. Parameter Efluen Baku Mutu Golongan III 1 DHL 15400 - 2 pH 4.6 6–9 3 TSS 100 mg/l 200 mg/l 4 TDS 13860 mg/l 4000 mg/l 5 Fe 1.3 mg/l 15 mg/l 6 Mn 0 5 mg/l 7 Sisa Klor 0 0.04 mg/l 8 NH3 65.61 mg/l 5 mg/l 9 NO3 0.78 mg/l 30 mg/l 10 NO2 0 3 mg/l 11 BOD 210 mg/l 150 mg/l 12 COD 500 mg/l 300 mg/l 13 Deterjen 0.66 mg/l 10 mg/l 14 Fenol 0 1 mg/l 15 Minyak dan lemak 34 mg/l 15 mg/l Hasil analisa menunjukkan bahwa efluen IPL pengembangan tahap ketiga ini masih belum memenuhi baku mutu untuk parameter TDS, NH3, BOD, COD serta minyak dan lemak. Dalam upaya meningkatkan mutu pengolahan, pada tahun 2006 TPA Benowo mendapatkan bantuan teknik (bantek) dari Kementerian PU berupa penelitian pilot plant skala laboratorium. Pilot plant ini bertujuan untuk meneliti proses kimiawi pengolahan leachate dalam rangka meningkatkan efisiensi proses pengolahan IPL Benowo. Sistem IPL yang direkomendasikan untuk IPL Benowo ditunjukkan pada Gambar 21, sedangkan kualitas efluen yang dihasilkan dari pilot plant ditunjukkan pada Tabel 28. 50
  • 51. Polimer Tawas Kapur Baffle Chanel Efluen Bioreaktor Koagulator Pengendap Filter Pasir dan Karbon Aktif Kolam leachate Pengenceran Leachate Efluen Gambar 21. Rekomendasi Sistem IPL Benowo Berdasarkan Hasil Bantek Tabel 28. Kualitas Efluen Pilot Plant Parameter Efluen Satuan pH 9.5 COD 60 mg/l BOD 24 mg/l TSS 16 mg/l Saat ini, pengolahan leachate di IPL Benowo beroperasi menggunakan gabungan proses fisika-kimia-biologi. IPL dioperasikan oleh 24 operator yang dikoordinir oleh 1 (satu) koordinator operator dan dikepalai oleh 1 (satu) kepala instalasi. Sedangkan biaya operasional non-listrik yang dibutuhkan sebesar Rp 18.180,-/m3 leachate. 51
  • 52. Tabel 29. Kualitas Efluen Eksisting IPL Benowo Parameter Tanggal BOD COD NH4+-N Salinitas pH sampling (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) 10 Maret 420 880 538 2400 7.6 2010 21 April 2010 126 240 379.44 3500 7.62 12 Okt 2010 208 400 61.08 4000 7.3 5 Nov 2010 6 16 29.72 3900 7.85 Baku mutu 150 300 5 - 6-9 Dalam pengoperasiannya, IPL Benowo menghadapi kendala operasional berupa: a. Salinitas leachate dan kandungan nitrogen ammonia sangat tinggi sehingga mempengaruhi proses biologi. Rata-rata efisiensi proses biologi secara keseluruhan mencapai ± 60 %. b. Pengoperasian filter karbon aktif tidak dilakukan berdasarkan prinsip proses adsorpsi. c. Pembubuhan bahan kimia kurang terukur secara baik dikarenakan dosing pump sering rusak dan tidak berfungsi. d. Kemampuan SDM secara keseluruhan belum cukup memadai. e. Belum tersedianya SOP secara rinci. Sebagai alternatif, disediakan lembar monitoring operasional untuk masing-masing unit operasi. 52
  • 53. AIR HUJAN AIR PADA SAMPAH AIR REMBESAN TAMBAK KOLAM LEACHATE PROSES FISIK - KIMIAWI PROSES FISIK – BIOLOGI KOLAM PENAMPUNG SUMUR PENGUMPUL I BAHAN KIMIA BAK RAPID MIXING BAK SEDIMENTASI I SLUDGE DRYING BED BAK FLOKULASI ANAEROBIC BAFFLED REACTOR BAK SEDIMENTASI II AEROBIK REAKTOR PROSES AERASI BAK SEDIMENTASI II BAHAN KIMIA KOAGULASI-FLOKULASI – SUMUR PENGUMPUL II SEDIMENTASI PROSES FILTRASI PROSES FILTRASI BADAN AIR PENERIMA BAK PENGUMPUL AKHIR BAK PENAMPUNG AKHIR Gambar 22. Sistem Eksisting IPL Benowo B. Teknologi Pengolahan Leachate dengan Kandungan Amonia dan Nitrat Tinggi Kandungan senyawa nitrogen banyak ditemukan di dalam leachate dalam bentuk NH3 bebas, NH4+, N2O, NO3- dan NO2-. Dalam konsentrasi berlebih, senyawa ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain: a. akumulasi nutrien di badan air dapat menyebabkan algae blooming b. sindrom baby blue pada bayi yang disebabkan oleh NO3- dan NO2- c. NO2- yang bereaksi dengan senyawa organik di alam akan membentuk Nitrosoamina yang bersifat karsinogen. 53
  • 54. Oleh karena itu diperlukan pengolahan senyawa nitrogen dalam leachate melalui: a. Nitrifikasi, yaitu proses oksidasi amonia untuk diubah menjadi nitrat dan nitrit oleh organisme. NH4+ NO2- NO3- b. Denitrifikasi, yaitu proses reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrogen bebas oleh organisme. reduksi reduksi reduksi reduksi nitrat nitrit nitrit oksida nitrat NO3- NO2- NO N2O N2 NO - NO - Proses denitrifikasi dapat dibedakan menjadi: NO NO N - Denitrifikasi heterotrof, dimana mikroba heterotrof tidak dapat menghasilkan nutrien untuk dikonsumsi sendiri sehingga mencari nutrien dari luar dengan mengkonsumsi senyawa organik. - Denitrifikasi autotrof, dimana mikroba tidak memerlukan bahan organik untuk melakukan aktivitas dan pertumbuhannya melainkan cukup dengan menggunakan senyawa anorganik. Denitrifikasi autotrof mempunyai keuntungan antara lain: (a) tidak perlu menambahkan sumber karbon organik sebagai nutrisi sehingga menekan biaya operasional; (b) tidak menimbulkan polusi sampingan oleh bahan organik yang tidak terolah; (c) dapat diterapkan dengan sistem yang sederhana; dan (d) tidak akan menghasilkan sisa lumpur sehingga mengurangi penanganan lumpur. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian terhadap leachate TPA dengan kandungan amonia dan nitrat yang tinggi menggunakan kombinasi proses biofilter anaerob, bioreaktor aerob dan denitrifikasi dengan media isian batu belerang dan batu kapur (Gambar 23). Belerang berfungsi sebagai donor proton (H+) yang akan bereaksi dengan senyawa nitrat untuk berubah menjadi senyawa antara, yaitu nitrat, dan akhirnya menjadi gas nitrogen. Sedangkan kapur (CaCO3) berperan sebagai penyangga (buffer) dan juga sebagai penetral kondisi pH di dalam bioreaktor. Belerang dan kapur akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai tempat tumbuh untuk melakukan aktifitas dalam pendegradasian senyawa nitrat dan nitrit. 54
  • 55. Penggunaan biofilter anaerob pada proses pengolahan leachate ini dipilih karena biofilter anaerob mempunyai keunggulan, antara lain: • tidak membutuhkan oksigen • menghasilkan lebih sedikit lumpur (3-20 kali lebih sedikit dari pada proses aerobik) • menghasilkan gas metan yang bermanfaat, yang dapat menurunkan BOD dalam penguraian lumpur limbah • cocok untuk limbah dengan konsentrasi polutan organik yang tinggi • energi untuk penguraian limbah kecil • memungkinkan untuk diterapkan pada proses penguraian limbah dalam jumlah besar • sistem anaerobik dapat membiodegradasi senyawa xenobiotik, antara lain chlorinated aliphatic hydrocarbons (seperti trichloroethylene dan trihalo- methanes) dan senyawa alami recalcitrant seperti lignin Gambar 23. Teknologi Pengolahan Leachate TPA Kombinasi Proses Biofilter Anaerob, Bioreaktor Aerob dan Denitrifikasi dengan Media Isian Batu Belerang dan Batu Kapur 55
  • 56. BPPT melakukan penelitian terhadap leachate yang dihasilkan oleh TPA Bantar Gebang, Jakarta, dan TPA Bangli, Denpasar. Khusus untuk TPA Bangli, BPPT melakukan penelitian terhadap kinerja pilot plant IPL Bangli. Kriteria perencanaan yang digunakan untuk pilot plant IPL ini adalah sebagai berikut. Tabel 30. Kriteria Perencanaan Pilot Plant IPL Bangli Bioreaktor Bioreaktor Bioreaktor Anaerob Aerob Denitrifikasi Waktu Tinggal/ 8 hari 3 hari 2 hari Reaksi (HRT) Efisiensi Penurunan 60% 80% 30% Organik COD Efisiensi Penurunan - 90% 20% Amonia (NH4-N) Efisiensi Penurunan - - 95% Nitrat/Nitrit COD Inlet : <5000 ppm dan NH4-N Inlet : <1000 ppm Gambar 24. Diagram Proses Pilot Plant IPL Bangli 56
  • 57. Tabel 31. Hasil Pengujian Kualitas Leachate Golongan Hasil Analisa Baku Mutu Leachate No Parameter Satuan Bangli Bantar I II Dry Gebang Cell 0 1 Suhu (Lab) C 38 40 26,0 26,0 2 Zat Padat mg/L 2.000 4.000 12.060 4.100 Terlarut (TDS) 3 Zat Padat mg/L 200 400 243 268 Tersuspensi (TSS) 4 pH (260C) mg/L 6,0 - 9,0 6,0 – 9,0 8,6 7,8 5 Amoniak mg/L 1 5 94,24 104,68 Bebas (NH3-N) 6 Nitrat mg/L 20 30 15,3 3,0 (NO3-N) 7 Nitrit mg/L 1 3 8,123 <0,002 (NO2-N) 8 BOD5 mg/L 50 150 954 800 9 COD mg/L 100 300 2.524 2052 10 Surfactan mg/L 5 10 6,20 1,10 anion (MBAS) 11 Fenol mg/L 0,5 1 2,999 <0,001 12 Minyak dan mg/L 7,5 30 1,2 < 0,2 Lemak 57
  • 58. Hasil pengujian terhadap kualitas pengolahan leachate yang ditampilkan dalam Tabel 31 di atas menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh BPPT mampu menurunkan kandungan amonia dan nitrat di dalam leachate. Namun perlu diperhatikan bahwa walaupun kandungan amonia dan nitrit berhasil diturunkan, pengolahan dengan metode ini belum berhasil menurunkan kandungan paramater- parameter lain sehingga memenuhi baku mutu. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan sistem pengolahan yang tidak hanya dapat menurunkan kandungan amonia dan nitrat, namun juga dapat menurunkan kandungan parameter-parameter lainnya. 58