SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 9
Descargar para leer sin conexión
Definisi Vaksin
                                                                      (Farmakope Indonesia Edisi IV)

            PRODUKSI VAKSIN                                    Vaksin  adalah sediaan yang mengandung
                                                                zat antigenik yang mampu menimbulkan
                                                                kekebalan aktif dan khas pada manusia.
                                                               Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia
                       Marlia Singgih Wibowo
                                                                atau virus dan dapat berupa suspensi
                      School of Pharmacy ITB
                                                                organisme hidup atau inaktif atau fraksi-
                                                                fraksinya atau toksoid.




      Jenis-jenis vaksin (menurut FI IV)                          Jenis-jenis vaksin virus menurut
1. Vaksin Bakteri                                                         Kistner, 2003 (2) :
    dibuat dari biakan galur bakteri yang sesuai dalam
    media cair atau padat yang sesuai dan mengandung
    bakteri hidup atau inaktif atau komponen                   Vaksin virus hidup yang dilemahkan
    imunogeniknya.                                              (Live Attenuated virus Vaccines).
2. Toksoid Bakteri
    diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau            Vaksin virus inaktif/mati
    dihilangkan sifat toksisitasnya hingga mencapai tingkat
    tidak terdeteksi, tanpa mengurangi sifat                    (Inactivated/killed virus Vaccines).
    imunogenisitas.
                                                               Vaksin subunit (subunit Vaccines).
3. Vaksin Virus dan Riketsia
    adalah suspensi virus atau riketsia yang ditumbuhkan
    dalam telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam
    jaringan yang sesuai. Mengandung virus atau riketsia
    hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya.
    Vaksin virus hidup umumnya dibuat dari virus galur
    khas yang virulensinya telah dilemahkan.
Mutant tersebut merupakan kandidat yang baik sebagai
          Vaksin virus hidup yang                                    vaksin karena mereka tidak lagi berkembang dengan baik
                dilemahkan                                           pada inang alaminya tetapi memiliki kemampuan bereplikasi
                                                                     yang cukup tinggi sehingga dapat menstimulasi respons
                                                                     imun, tetapi tidak menimbulkan penyakit.
Proses Pelemahan Virus (Atenuasi Virus) :
  Virus virulen dapat dibuat menjadi kurang virulen
  (attenuated) dengan cara menumbuhkan virus tersebut
  pada sel inang yang berbeda dari sel inang normal atau
  dengan cara mengembang-biakkan virus tersebut pada
  suhu non fisiologis. Mutan yang mampu berkembang biak
  lebih baik dibanding virus tipe liar (wild type) pada kondisi
  selektif tersebut akan meningkat selama replikasi virus.
  Jika mutan tersebut diisolasi, dimurnikan, dan diuji
  patogenisitas pada model yang tepat, beberapa tipe mutan
  dapat memiliki sifat patogen yang lebih rendah
  dibandingkan induknya.                                             Contoh Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine) :
                                                                     Vaksin BCG, Vaksin Sabin (polio), Vaksin campak, Vaksin rubella




            Vaksin virus inaktif/mati                                                     Vaksin Subunit

  Pada metoda ini, virus yang secara alami bersifat patogen           Mengambil hanya suatu bagian protein virus untuk dibuat
  diproduksi dalam jumlah besar dan diinaktifkan dengan               menjadi suatu vaksin, contoh : vaksin hepatitis B dan
  menggunakan bahan kimia atau prosedur fisik yang                    vaksin influenza.
  dirancang untuk menghilangkan sifat infektif dari virus tanpa
                                                                      atau Vaksin diformulasikan hanya dengan beberapa
  kehilangan sifat antigenisitasnya (yaitu kemampuan untuk
                                                                      komponen yang dimurnikan dari virus (tanpa memasukkan
  memicu respons imun yang diinginkan).
                                                                      seluruh bagian virus) disebut dengan vaksin subunit.
  Teknik yang umum digunakan adalah dengan cara perlakuan
  dengan formalin atau beta propriolactine atau ekstraksi dari
                                                                      Komponen virus yang diambil adalah protein virus yang
  partikel envelope virus dengan detergen nonionik seperti            dikenali oleh antibodi.
  Triton X-100. Jenis vaksin ini relatif tidak memerlukan proses      Pada banyak kasus, protein yang digunakan adalah
  pembuatan yang rumit dan berbiaya murah.                            protein struktural virus, khususnya protein yang
  Contoh Vaksin virus inaktif : Vaksin Influenza, Poliovirus (Salk    ditemukan pada permukaan virion, yang merupakan target
  Vaccine), Rabies , vaksin untuk hewan (veterinary).                 utama dari respons imun.
Contoh Vaksin Subunit : Herpes Simplex Virus
                                                                        Bagian Antigenik dari Herpes Simplex Virus adalah
Teknik Rekombinan DNA : mengklon suatu gen virus yang cocok pada
                                                                        HSV viral envelope glycoprotein D
virus non patogen, bakteri, ragi, atau sel serangga atau sel tanaman
untuk memproduksi protein yang imunogenik.
                                                                                     Skema Proses Produksi Vaksin subunit HSV


Keuntungan dari Vaksin Subunit :                                                                                    CHO cell    secreted protein
• Hanya genom virus yang digunakan dalam sistem ini, maka tidak                     clone gD
  ada kemungkinan kontaminasi dari virus terhadap vaksin yang
  dihasilkan
                                                                                      gene              transfect
• Protein virus dapat diproduksi dengan biaya terjangkau dalam
  jumlah besar dengan rekayasa organisme pada kondisi yang
  mempermudah pemurnian dan kontrol kualitas
                                                                              HSV                                                  purify &
Sebagai contoh, masalah dengan alergi telur setelah vaksinasi dapat                                  infect           inject
dieliminasi apabila protein NA dan HA pada virus influenza diproduksi                                                            concentrate
pada E. coli atau ragi.                                                              infect


                                                                                              Not Protected    Protected




                                                                              DNA digabungkan dalam suatu plasmid
 Teknik terbaru pembuatan vaksin yang sedang dikembangkan :
                                                                                      yang mengandung :
                            VAKSIN DNA

                                                                             Sekuens DNA yang mengkode 1 atau lebih antigen
                                                                              protein, seringkali berupa epitope yang sederhana atau
                                                                              antigen lengkap.
                                                                              Sekuens DNA bergabung dalam suatu promoter yang
                                                                              akan memungkinkan DNA ini ditranskripsi secara efisien
                                                                              pada sel manusia.
                                                                             Seringkali sekuens DNA mengkodekan : Costimulatory
                                                                              molecules, juga mengandung sekuens yang mentarget
                                                                              protein yang diekspresikan pada lokasi intraselular
     Dengan vaksin DNA, pasien tidak disuntik dengan                          spesifik (seperti retikulum endoplasma).
     antigen tetapi dengan DNA yang mengkode suatu                           DNA vaksin dapat diinjeksikan ke otot seperti vaksin
     antigen.                                                                 konvensional, atau dapat juga diberikan menggunakan
                                                                              pistol gen
Keuntungan Vaksin DNA
                                                                      Produksi Vaksin Influenza Inaktif
- Relatif murah dan mudah diproduksi : seluruh vaksin DNA
  memerlukan proses produksi yang identik.
- DNA sangat stabil sehingga tidak memerlukan pendingin
  selama pengiriman atau penyimpanan
- Mudah dikloning sehingga memungkinkan vaksin untuk
  dimodifikasi dengan cepat jika diperlukan.                       Secara umum, vaksin Influenza ditumbuhkan pada media telur
- Vaksin multivalen dapat disiapkan dengan mudah dengan            ayam yang berembrio (embryonated chicken eggs), tetapi
  cara mencampur berbagai plasmid yang berbeda                     sekitar periode tahun 1990-an telah ada beberapa perusahaan
- Memicu respons imun yang tahan lama tanpa risiko infeksi         yang mencoba mengembangkan proses pembuatan vaksin
  yang tidak dikehendaki.                                          influenza dengan menggunakan media kultur jaringan mamalia
- Vaksin DNA yang saat ini sedang dalam tahap uji klinik :         (tissue culture), tetapi belum diproduksi untuk skala komersial
   Vaksin HIV                                                      di Eropa.




                                                                          Proses produksi vaksin Influenza
                            Allantoic Cavity                             menggunakan telur ayam berembrio
                                               Chorio-Allantoic
                                                 Membrane
  Natural Airspace
                                                                        Tahap 1 : Telur ditaruh dalam inkubator hingga
    Amniotic                                                             usia yang tepat (embrio berumur 9-11 hari).
     Cavity                                             Albumen
                                                           Sac
                                                                         Kemudian telur dilihat dibawah lampu untuk
                                                                         memisahkan telur yang mengandung embrio
    Shell
                                                                         dan telur yang embrionya tidak tumbuh.
  Membrane
                                                 Extra-Embryonic        Tahap 2 : Setelah cangkang telur disterilkan,
                                                   Body Cavity           maka telur diinokulasi dengan cara
                                Yolk Sac                                 menyuntikkan virus influenza spesifik ke dalam
                                                                         bagian allantoic dari telur.
                     embryonated chicken eggs
 Tahap 3 : Telur diinkubasi untuk waktu yang
   optimal (biasanya 48-96 jam) pada suhu optimal
   (33-36C) dan kemudian dilihat lagi dibawah
   lampu untuk memisahkan telur yang mati                   Tahap 5 : Cairan allantoic yang dipanen harus
   (nonviable eggs).
                                                             dijernihkan dengan cara filtrasi dan/ atau
                                                             sentrifuga sebelum proses pemurnian lebih
  Tahap 4 : Telur didinginkan (chilled) terlebih
                                                             lanjut.
   dahulu dalam lemari pendingin untuk
   meningkatkan hasil pada saat pemanenan dari
   cairan allantoic yang terinfeksi. Cairan allantioc       Tahap 6 : Penetapan potensi dilakukan pada
   atau cairan kultur jaringan kemudian diproses             setiap kelompok vaksin monovalen
   lebih lanjut untuk menghilangkan protein telur            menggunakan antigen standar yang diketahui
   atau protein sel dan sisa-sisa sel, kemudian              jumlah HA (Hemagglutinin)-nya dan suatu
   diinaktivasi secara kimia, dan disimpai sebagai           antiserum HA spesifik.
   bulk vaccines hingga proses formulasi berlangsung




                                                          Kekurangan sistem produksi menggunakan
                                                                      telur berembrio
                                                        • Perlu ribuan telur per minggu, sekitar 1-2 telur untuk 1 dosis
                                                        vaksin (cth.influenza), sehingga untuk jutaan dosis vaksin, perlu
Skema proses                                            lebih dari 1 juta telur berembrio yang harus diolah
produksi
vaksin dan                                              • Pada prosesnya, telur harus disinari satu per satu untuk melihat
jangka waktu                                            pertumbuhan embrio. Cangkang telur harus disterilkan, dan setiap
yang                                                    telur harus diinokulasi dengan menyuntikkan sejumlah virus ke
dibutuhkan                                              dalam bagian allantoic telur
untuk
produksi                                                •Telur kemudian diinkubasi selama 48-96 jam dan kemudian harus
                                                        disinari kembali satu persatu untuk memisahkan telur yang
                                                        embrionya tumbuh dan yang mati.
                                                        •Selain itu, produksi vaksin dengan metoda telur berembrio
                                                        memiliki risiko alergi pada pasien terhadap protein yang berasal
                                                        dari telur (egg proteins).
Teknik pembuatan dengan media lain telah dikembangkan,                                                                                    A Novel Vero Cell – Derived Influenza Vaccine
antara lain dengan menggunakan teknik lini sel menggunakan                                                                                       (produksi : Baxter Vaccine AG)
VERO (African Green Monkey) Cells.

                                                                                                                                    1. Asal : sel ginjal monyet hijau afrika (Cercopithecus aethiops) ATCC
                                                                                                                                       CCL81 yang diperoleh dari American Type Culture Collection at
                                                                                                                                       passage no. 124 in 1988.
                                                                                                                                    2. Cell Banks : MCB passage no. 128 (telah diuji tidak memiliki tumor
                                                                                                                                       genisitas, tidak ada adventitious agent, dan identity/ genetic
                                                                                                                                       stability)
                                                                                                                                    3. WCB passage no. 133
                                                                                                                                    4. Standard QC tests : Bacterial and mycotic sterility, Mycoplasma,
                                                                                                                                                           Extraneous agents
                                                                                                                                    5. Sistem Fermentasi : Fermentor dgn pengaduk 1300 liters,
                                                                                                                                                           direncanakan yad :6000 liters.




            Karakterisasi Vero Master Cell Bank (MCB)
Study                                                                         Result                                                         Acceptance of Vero Cells for Vaccine Production
Tumorigenicity   In vivo tumorigenicity in nude mice (FDA PTC 1993)           No evidence for the presence of tumor formation

Sterility        Pharm. Eur.                                                  Sterile
Mycoplasma       Pharm. Eur.                                                  Free of Mycoplasmas                                        Vero Cell Technology          Vaccine       Regulatory State
Mycobact.        Pharm. Eur.                                                  Free of Mycobacterium tuberculosis
tubercul.
                                                                                                                                                                         Polio         Licensed for
Adventitious     In vitro assay in MRC-5, Vero, CEC, primary simian cells     No adventitious viruses detected                                  Teknologi
Virus Testing                                                                                                                                                                           about 20
                 In vivo assay in suckling and adult mice, guinea pigs and    No presence of viral contaminants                               Konvensional
                 eggs                                                                                                                                                                 years; today in
Bovine and       Protocol for bovine virus detection according to 9CFR        No virus detected                                             (using foetal calf         Rabies
Porcine Virus    requirements                                                                                                                                                          more than 60
Testing
                                                                                                                                                 serum)
                 In vitro assay for detection of porcine viral contaminants
                 using PPK indicator cells
                                                                              No virus detected
                                                                                                                                                                                         countries
Retrovirus       Fluorescent product enhanced reverse transcriptase           Negative for the presence of retroviral RT activity
Testing          (PERT) assay
                                                                                                                                                                                      Application for
                 Transmission electron microscopy of sections for the         No viruses, virus-like particles, mycoplasmas,
                 detection of viruses, fungi, yeasts, bacteria and
                 mycoplasmas
                                                                              fungi, yeasts or bacteria were observed                     Baxter‘s Serum and                           EU licensure
Human and
Simian Virus
                 Detection of HIV-1/2, HTLV-1/2, EBV, HBV, HCV, CMV,
                 HHV-6/7/8, SFV, SIV, SV-40, SCMV, SAV, SRV-1/2/3
                                                                              No virus sequences detected                                    Protein Free             Influenza       First National
Testing          by PCR                                                                                                                      Technology                                Licensure in
Identity         Isoenzyme analysis of cell lines                             Identity confirmed
                                                                                                                                                                                      February 2002
Baxter‘s Pilot Plant in Orth, Austria
             with a 1200 Liter Fermenter                                  Vero Cell Microcarrier Cultures
                                                                      a) before infection :                  b) after 3 days infection with Influenza :




                                                                                                              Influenza induced CPE       microcarrier
                                                                                              microcarrier
                                                                          Vero cells                             (cytopathic effect)




Titers of Different Influenza Virus Strains in Vero Cell
          Cultures and in Embryonated Eggs                                                     Sediaan:
      Type/     Strain                  Hemagglutinating     Ratio           Baxter‘s Vero Cell-Derived Influenza Vaccine
      Subtype                             Units (HAU)      Vero/Egg
                                        Vero        Egg
                A/PR/8/34
                A/Brazil/11/78
                                        256
                                        128
                                                   1024
                                                   1024
                                                              3.6
                                                              1.8              Trivalent: 15 µg of hemagglutinin per strain, i.e.
                A/USSR/90/77            256        1024       3.6
      A/H1N1
                A/Singapore/6/86
                A/Taiwan/1/86
                                        128
                                        128
                                                    128
                                                    512
                                                             14.3
                                                              3.6
                                                                               A/H1N1, A/H3N2, and B
                A/Texas/36/91           128         256       7.2
                A/Bayern/7/95
                A/Johannesburg/82/96
                                        256
                                        256
                                                    128
                                                   1024
                                                             28.6
                                                              3.6
                                                                               Ditumbuhkan pada suatu lini sel kontinu yang
                A/Beijing/262/95        256        1024       3.6
                A/New Caledonia/20/99   256        1024       3.6              terkualifikasi (VERO) menggunakan egg-derived
      A/H2N2    A/Singapore/1/57        128         512       3.6              wildtype seed viruses yang disediakan WHO
                A/Hongkong/1/68         128        1024       1.8
                A/Texas/1/77
                A/Shangai/16/85
                                        128
                                        256
                                                    256
                                                    128
                                                              7.2
                                                             28.6              Diinaktivasi dengan Formalin
                A/Guizho/54/89          128         128      14.3
      A/H3N2    A/Beijing/353/89        256         256      14.3
                A/Johannesburg/33/94    256         128      28.6              Sucrose gradient purified whole virus vaccine
                A/Wuhan/359/95          256         512       7.2
                A/Nanchang/933/95       256         512       7.2
                A/Sydney/5/97           256        1024       3.6              Bebas pengawet dan antibiotik
                A/Panama/2007/99        256         256      14.3
                B/Massachusetts/71
                B/Yamagata/16/88
                                        128
                                        128
                                                    512
                                                    256
                                                              3.6
                                                              7.2
                                                                               Diisikan dalam single-use syringes
      B         B/Panama/45/90          128         256       7.2
                B/Harbin/7/94           256         512       7.2
                B/Shangdong/7/97        128         256       7.2
                B/Yamanashi/166/98      256         512       7.2
Keuntungan Vero-Derived Influenza Vaccine
                 Tinjauan keamanan
                                                                 1. Kemungkinan kontaminasi lebih kecil (pada telur
Mayoritas reaksi lokal yang diamati pada 7 studi dengan 9 lot       mungkin terkontaminasi avian retroviruses)
vaksin yang berbeda selama 4 musim influenza cukup ringan,       2. Penggunaan lini sel yang berkesinambungan,
sangat sedikit memberikan reaksi yang menengah, dan tidak           memungkinkan establishment Master Cell Bank (MCB)
ada yang memberikan reaksi yang parah.                              and Working Cell Bank (WCB) yang dapat ditapis secara
                                                                    sempurna terhadap bahan asing
Kasus efek samping sistemik minimal.                             3. Pengawet (misalnya thiomersal) tetap penting untuk egg
                                                                    derived vaccines; tapi tidak perlu untuk Vero derived
Frekuensi dan derajat keparahan reaksi lokal dan sistemik dari      vaccine
vaksin virus influenza yang diproduksi dengan media VERO         4. Residu antibiotik pada terdpt pada egg derived vaccines;
adalah sebanding dengan vaksin influenza yang diperoleh dari        tidak pada Vero derived vaccine
media telur yang dilisensikan dari EU.                           5. Bebas protein telur
                                                                 6. Mengurangi kemungkinan kandungan endotoksin (kira-
                                                                    kira 10 kali)




   Baxters Influenza Vaccine Production Plants                           Titers of Different Influenza A Virus Strains
 in Bohumil, Czech Republic and Krems, Austria                        of Human or Animal Origin in Vero Cell Cultures

                                                                     Subtype   Host    Strain             Hemagglutinating Units (HAU)
                                                                                                                        Vero

                                                                               Human   A/PR/8/34                        256
                                                                               Human   A/USSR/90/77                     256
                                                                     H1N1
                                                                               Swine   A/Swine/1976/31                  256
                                                                               Duck    A/Duck/Bavaria/2/77              256

                                                                     H2N2      Human   A/Singapore/1/57                 128

                                                                               Human   A/Hong Kong/1/68                 128
                                                                               Swine   A/Swine/Hong Kong/3/76           128
                                                                     H3N2
                                                                               Swine   A/Swine/Hong Kong/127/82         256
                                                                               Duck    A/Duck/Hong Kong/24/75           256

                           Production Capacity in 2006:              H5N3      Duck    A/Duck/Singapore/3/97            256
                           Approx. 50 million doses of               H7N1      Fowl    A/FPV/Rostock/34                 256
                           trivalent influenza vaccine
Keuntungan penggunaan sel Vero untuk Vaksin
                                                                                                    DAFTAR PUSTAKA
              dibandingkan dengan penggunaan Telur
                      pada daerah Pandemik                              1.    Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995
Safety:                                                                 2.    Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, “A Novel Cell-Derived Influenza
                                                                              Vaccine, National Influenza Summit, Chicago, May 20-21, 2003
1) Influenza virus yang berpotensi pandemik memerlukan fasilitas BSL    3.    Abbas AK, Lichtman AH, Prober JS. Cellular and Molecular Immunology.
   3 (Safety Level 3 containment facilities) – Hal ini tidak mungkin          2nd edition. W. B. Saunders Company: Philadelphia, 1994.
   dipenuhi oleh produksi dengan telur. Namun Baxters Pilot Plant and   4.    Ada G. Strategies for Exploring the Immune System in the Design of
   the new Krems facility didisain untuk unit S3 / P3 d digunakan             Vaccines. Molecular Immunology 1991; 28(3):225-230.
   dibawah kondisi S3/P3. Oleh karena itu, virus wildtype dpt           5.    Ertl HCJ, Xiang Z. Novel Vaccine Approaches. Journal of Immunology
   digunakan, tidak perlu attenuasi                                           1996; 156(10):3579-3582.
                                                                        6.    Hilleman MR. DNA Vectors: Precedents and Safety. Annals New York
Logistik                                                                      Academy of Science 1995; 772:1-14.
2) Tahun 1997 Hongkong Avian flu menyebabkan produksi dengan telur      7.    Kuby J. Immunology. 2nd edition. W. H. Freeman and Company: New
                                                                              York, 1994.
   tidak dapat dilakukan.      Selain itu, virus demikian dapat
                                                                        8.    Liu MA. Overview of DNA Vaccines. Annals New York Academy of
   memusnahkan ayam betina, sehingga tidak dapat bertelur untuk
                                                                              Science 1995; 772:15-20.
   memenuhi kebutuhan telur berembrio.
                                                                        9.    Siegrist CA, Lamberst PH. DNA Vaccines: What Can We Expect?.
                                                                              Infectious Agents and Disease 1996; 5:55-59.
                                                                        10.   Subbarao EK, Murphy BR. A General Overview of Viral Vaccine
                                                                              Development. Genetically Engineered Vacines. Plenum Press: New York,
                                                                              1992.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

PPT VIRUS
PPT VIRUSPPT VIRUS
PPT VIRUS
 
Microsoft power point vaksinasi revisi [compatibility mode]
Microsoft power point   vaksinasi revisi [compatibility mode]Microsoft power point   vaksinasi revisi [compatibility mode]
Microsoft power point vaksinasi revisi [compatibility mode]
 
Presentasi virus 1
Presentasi virus 1Presentasi virus 1
Presentasi virus 1
 
Antibodi monoklonal ppt
Antibodi monoklonal pptAntibodi monoklonal ppt
Antibodi monoklonal ppt
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
Virus 5
Virus 5Virus 5
Virus 5
 
Farmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. AntibiotikaFarmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. Antibiotika
 
Bakteriofag t
Bakteriofag tBakteriofag t
Bakteriofag t
 
Powerpoint Sistem Pertahanan Tubuh Pada Manusia BAB V Biologi kelas 11 semest...
Powerpoint Sistem Pertahanan Tubuh Pada Manusia BAB V Biologi kelas 11 semest...Powerpoint Sistem Pertahanan Tubuh Pada Manusia BAB V Biologi kelas 11 semest...
Powerpoint Sistem Pertahanan Tubuh Pada Manusia BAB V Biologi kelas 11 semest...
 
Ppt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganismePpt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganisme
 
MATERI INJEKSI 2
MATERI INJEKSI 2MATERI INJEKSI 2
MATERI INJEKSI 2
 
Pendahuluan biologi-sel
Pendahuluan biologi-selPendahuluan biologi-sel
Pendahuluan biologi-sel
 
NUR HIKMAHWATI (PPT 1)
NUR HIKMAHWATI (PPT 1)NUR HIKMAHWATI (PPT 1)
NUR HIKMAHWATI (PPT 1)
 
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UBPertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
 
Kloning Gen
Kloning GenKloning Gen
Kloning Gen
 
Virus
Virus Virus
Virus
 
Virologi. bag 1
Virologi.  bag 1Virologi.  bag 1
Virologi. bag 1
 
Genetika mikroorganisme
Genetika mikroorganismeGenetika mikroorganisme
Genetika mikroorganisme
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
BIOLOGI - VIRUS
BIOLOGI - VIRUSBIOLOGI - VIRUS
BIOLOGI - VIRUS
 

Similar a Vaksin

Ppt bioteknologi produksi vaksin rekombinan
Ppt bioteknologi produksi vaksin rekombinanPpt bioteknologi produksi vaksin rekombinan
Ppt bioteknologi produksi vaksin rekombinanALLKuliah
 
Algae resume
Algae resumeAlgae resume
Algae resumeadnavi
 
UEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdf
UEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdfUEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdf
UEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdfRoniRiau
 
Ppt bioteknologi Vaksin
Ppt bioteknologi VaksinPpt bioteknologi Vaksin
Ppt bioteknologi VaksinALLKuliah
 
vaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotik
vaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotikvaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotik
vaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotikshovi fatimah
 
Bioteknologi kesehatan
Bioteknologi kesehatanBioteknologi kesehatan
Bioteknologi kesehatanYunita Sari
 
Update Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docx
Update Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docxUpdate Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docx
Update Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docxssuserc8776e
 
manfaat virus bagi manusia
manfaat virus bagi manusiamanfaat virus bagi manusia
manfaat virus bagi manusiameidina silviaaa
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziahlunalya
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziahlunalya
 
Imunisasi aktif dan Imunisasi pasif
Imunisasi aktif dan Imunisasi pasifImunisasi aktif dan Imunisasi pasif
Imunisasi aktif dan Imunisasi pasifDaPiDaBi
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziahlunalya
 
Penggunaan Tanaman Transgenik sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...
Penggunaan Tanaman Transgenik  sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...Penggunaan Tanaman Transgenik  sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...
Penggunaan Tanaman Transgenik sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...Enyrah
 
Mikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus InfluenzaMikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus InfluenzaSintia Julianti
 
PPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdf
PPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdfPPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdf
PPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdfNurUtamiMauli1
 

Similar a Vaksin (20)

Vaksin
VaksinVaksin
Vaksin
 
Ppt bioteknologi produksi vaksin rekombinan
Ppt bioteknologi produksi vaksin rekombinanPpt bioteknologi produksi vaksin rekombinan
Ppt bioteknologi produksi vaksin rekombinan
 
Algae resume
Algae resumeAlgae resume
Algae resume
 
UEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdf
UEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdfUEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdf
UEU-Course-23751-PPT 14 - Vaksin (Pertemuan ke-14).pdf
 
Ppt bioteknologi Vaksin
Ppt bioteknologi VaksinPpt bioteknologi Vaksin
Ppt bioteknologi Vaksin
 
vaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotik
vaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotikvaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotik
vaksin, antibodi monoklonal, antibodi dan antibiotik
 
Ppt virus mikro
Ppt virus mikroPpt virus mikro
Ppt virus mikro
 
Bioteknologi kesehatan
Bioteknologi kesehatanBioteknologi kesehatan
Bioteknologi kesehatan
 
Update Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docx
Update Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docxUpdate Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docx
Update Vaksinasi Covid-19 dr sandra (1) pdf-dikonversi.docx
 
manfaat virus bagi manusia
manfaat virus bagi manusiamanfaat virus bagi manusia
manfaat virus bagi manusia
 
Virus
VirusVirus
Virus
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziah
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziah
 
Imunisasi aktif dan Imunisasi pasif
Imunisasi aktif dan Imunisasi pasifImunisasi aktif dan Imunisasi pasif
Imunisasi aktif dan Imunisasi pasif
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziah
 
Penggunaan Tanaman Transgenik sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...
Penggunaan Tanaman Transgenik  sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...Penggunaan Tanaman Transgenik  sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...
Penggunaan Tanaman Transgenik sebagai Bioreaktor dalam pembuatan "edibel vak...
 
Mikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus InfluenzaMikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus Influenza
 
Virus bagian 2
Virus bagian 2Virus bagian 2
Virus bagian 2
 
PPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdf
PPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdfPPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdf
PPT Peran menguntungkan Virus by Nur Utami.pdf
 
Plaque
PlaquePlaque
Plaque
 

Vaksin

  • 1. Definisi Vaksin (Farmakope Indonesia Edisi IV) PRODUKSI VAKSIN  Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.  Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia Marlia Singgih Wibowo atau virus dan dapat berupa suspensi School of Pharmacy ITB organisme hidup atau inaktif atau fraksi- fraksinya atau toksoid. Jenis-jenis vaksin (menurut FI IV) Jenis-jenis vaksin virus menurut 1. Vaksin Bakteri Kistner, 2003 (2) : dibuat dari biakan galur bakteri yang sesuai dalam media cair atau padat yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif atau komponen  Vaksin virus hidup yang dilemahkan imunogeniknya. (Live Attenuated virus Vaccines). 2. Toksoid Bakteri diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau  Vaksin virus inaktif/mati dihilangkan sifat toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteksi, tanpa mengurangi sifat (Inactivated/killed virus Vaccines). imunogenisitas.  Vaksin subunit (subunit Vaccines). 3. Vaksin Virus dan Riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam jaringan yang sesuai. Mengandung virus atau riketsia hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya. Vaksin virus hidup umumnya dibuat dari virus galur khas yang virulensinya telah dilemahkan.
  • 2. Mutant tersebut merupakan kandidat yang baik sebagai Vaksin virus hidup yang vaksin karena mereka tidak lagi berkembang dengan baik dilemahkan pada inang alaminya tetapi memiliki kemampuan bereplikasi yang cukup tinggi sehingga dapat menstimulasi respons imun, tetapi tidak menimbulkan penyakit. Proses Pelemahan Virus (Atenuasi Virus) : Virus virulen dapat dibuat menjadi kurang virulen (attenuated) dengan cara menumbuhkan virus tersebut pada sel inang yang berbeda dari sel inang normal atau dengan cara mengembang-biakkan virus tersebut pada suhu non fisiologis. Mutan yang mampu berkembang biak lebih baik dibanding virus tipe liar (wild type) pada kondisi selektif tersebut akan meningkat selama replikasi virus. Jika mutan tersebut diisolasi, dimurnikan, dan diuji patogenisitas pada model yang tepat, beberapa tipe mutan dapat memiliki sifat patogen yang lebih rendah dibandingkan induknya. Contoh Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine) : Vaksin BCG, Vaksin Sabin (polio), Vaksin campak, Vaksin rubella Vaksin virus inaktif/mati Vaksin Subunit Pada metoda ini, virus yang secara alami bersifat patogen Mengambil hanya suatu bagian protein virus untuk dibuat diproduksi dalam jumlah besar dan diinaktifkan dengan menjadi suatu vaksin, contoh : vaksin hepatitis B dan menggunakan bahan kimia atau prosedur fisik yang vaksin influenza. dirancang untuk menghilangkan sifat infektif dari virus tanpa atau Vaksin diformulasikan hanya dengan beberapa kehilangan sifat antigenisitasnya (yaitu kemampuan untuk komponen yang dimurnikan dari virus (tanpa memasukkan memicu respons imun yang diinginkan). seluruh bagian virus) disebut dengan vaksin subunit. Teknik yang umum digunakan adalah dengan cara perlakuan dengan formalin atau beta propriolactine atau ekstraksi dari Komponen virus yang diambil adalah protein virus yang partikel envelope virus dengan detergen nonionik seperti dikenali oleh antibodi. Triton X-100. Jenis vaksin ini relatif tidak memerlukan proses Pada banyak kasus, protein yang digunakan adalah pembuatan yang rumit dan berbiaya murah. protein struktural virus, khususnya protein yang Contoh Vaksin virus inaktif : Vaksin Influenza, Poliovirus (Salk ditemukan pada permukaan virion, yang merupakan target Vaccine), Rabies , vaksin untuk hewan (veterinary). utama dari respons imun.
  • 3. Contoh Vaksin Subunit : Herpes Simplex Virus Bagian Antigenik dari Herpes Simplex Virus adalah Teknik Rekombinan DNA : mengklon suatu gen virus yang cocok pada HSV viral envelope glycoprotein D virus non patogen, bakteri, ragi, atau sel serangga atau sel tanaman untuk memproduksi protein yang imunogenik. Skema Proses Produksi Vaksin subunit HSV Keuntungan dari Vaksin Subunit : CHO cell secreted protein • Hanya genom virus yang digunakan dalam sistem ini, maka tidak clone gD ada kemungkinan kontaminasi dari virus terhadap vaksin yang dihasilkan gene transfect • Protein virus dapat diproduksi dengan biaya terjangkau dalam jumlah besar dengan rekayasa organisme pada kondisi yang mempermudah pemurnian dan kontrol kualitas HSV purify & Sebagai contoh, masalah dengan alergi telur setelah vaksinasi dapat infect inject dieliminasi apabila protein NA dan HA pada virus influenza diproduksi concentrate pada E. coli atau ragi. infect Not Protected Protected DNA digabungkan dalam suatu plasmid Teknik terbaru pembuatan vaksin yang sedang dikembangkan : yang mengandung : VAKSIN DNA  Sekuens DNA yang mengkode 1 atau lebih antigen protein, seringkali berupa epitope yang sederhana atau antigen lengkap.  Sekuens DNA bergabung dalam suatu promoter yang akan memungkinkan DNA ini ditranskripsi secara efisien pada sel manusia.  Seringkali sekuens DNA mengkodekan : Costimulatory molecules, juga mengandung sekuens yang mentarget protein yang diekspresikan pada lokasi intraselular Dengan vaksin DNA, pasien tidak disuntik dengan spesifik (seperti retikulum endoplasma). antigen tetapi dengan DNA yang mengkode suatu  DNA vaksin dapat diinjeksikan ke otot seperti vaksin antigen. konvensional, atau dapat juga diberikan menggunakan pistol gen
  • 4. Keuntungan Vaksin DNA Produksi Vaksin Influenza Inaktif - Relatif murah dan mudah diproduksi : seluruh vaksin DNA memerlukan proses produksi yang identik. - DNA sangat stabil sehingga tidak memerlukan pendingin selama pengiriman atau penyimpanan - Mudah dikloning sehingga memungkinkan vaksin untuk dimodifikasi dengan cepat jika diperlukan. Secara umum, vaksin Influenza ditumbuhkan pada media telur - Vaksin multivalen dapat disiapkan dengan mudah dengan ayam yang berembrio (embryonated chicken eggs), tetapi cara mencampur berbagai plasmid yang berbeda sekitar periode tahun 1990-an telah ada beberapa perusahaan - Memicu respons imun yang tahan lama tanpa risiko infeksi yang mencoba mengembangkan proses pembuatan vaksin yang tidak dikehendaki. influenza dengan menggunakan media kultur jaringan mamalia - Vaksin DNA yang saat ini sedang dalam tahap uji klinik : (tissue culture), tetapi belum diproduksi untuk skala komersial Vaksin HIV di Eropa. Proses produksi vaksin Influenza Allantoic Cavity menggunakan telur ayam berembrio Chorio-Allantoic Membrane Natural Airspace  Tahap 1 : Telur ditaruh dalam inkubator hingga Amniotic usia yang tepat (embrio berumur 9-11 hari). Cavity Albumen Sac Kemudian telur dilihat dibawah lampu untuk memisahkan telur yang mengandung embrio Shell dan telur yang embrionya tidak tumbuh. Membrane Extra-Embryonic  Tahap 2 : Setelah cangkang telur disterilkan, Body Cavity maka telur diinokulasi dengan cara Yolk Sac menyuntikkan virus influenza spesifik ke dalam bagian allantoic dari telur. embryonated chicken eggs
  • 5.  Tahap 3 : Telur diinkubasi untuk waktu yang optimal (biasanya 48-96 jam) pada suhu optimal (33-36C) dan kemudian dilihat lagi dibawah lampu untuk memisahkan telur yang mati  Tahap 5 : Cairan allantoic yang dipanen harus (nonviable eggs). dijernihkan dengan cara filtrasi dan/ atau sentrifuga sebelum proses pemurnian lebih  Tahap 4 : Telur didinginkan (chilled) terlebih lanjut. dahulu dalam lemari pendingin untuk meningkatkan hasil pada saat pemanenan dari cairan allantoic yang terinfeksi. Cairan allantioc  Tahap 6 : Penetapan potensi dilakukan pada atau cairan kultur jaringan kemudian diproses setiap kelompok vaksin monovalen lebih lanjut untuk menghilangkan protein telur menggunakan antigen standar yang diketahui atau protein sel dan sisa-sisa sel, kemudian jumlah HA (Hemagglutinin)-nya dan suatu diinaktivasi secara kimia, dan disimpai sebagai antiserum HA spesifik. bulk vaccines hingga proses formulasi berlangsung Kekurangan sistem produksi menggunakan telur berembrio • Perlu ribuan telur per minggu, sekitar 1-2 telur untuk 1 dosis vaksin (cth.influenza), sehingga untuk jutaan dosis vaksin, perlu Skema proses lebih dari 1 juta telur berembrio yang harus diolah produksi vaksin dan • Pada prosesnya, telur harus disinari satu per satu untuk melihat jangka waktu pertumbuhan embrio. Cangkang telur harus disterilkan, dan setiap yang telur harus diinokulasi dengan menyuntikkan sejumlah virus ke dibutuhkan dalam bagian allantoic telur untuk produksi •Telur kemudian diinkubasi selama 48-96 jam dan kemudian harus disinari kembali satu persatu untuk memisahkan telur yang embrionya tumbuh dan yang mati. •Selain itu, produksi vaksin dengan metoda telur berembrio memiliki risiko alergi pada pasien terhadap protein yang berasal dari telur (egg proteins).
  • 6. Teknik pembuatan dengan media lain telah dikembangkan, A Novel Vero Cell – Derived Influenza Vaccine antara lain dengan menggunakan teknik lini sel menggunakan (produksi : Baxter Vaccine AG) VERO (African Green Monkey) Cells. 1. Asal : sel ginjal monyet hijau afrika (Cercopithecus aethiops) ATCC CCL81 yang diperoleh dari American Type Culture Collection at passage no. 124 in 1988. 2. Cell Banks : MCB passage no. 128 (telah diuji tidak memiliki tumor genisitas, tidak ada adventitious agent, dan identity/ genetic stability) 3. WCB passage no. 133 4. Standard QC tests : Bacterial and mycotic sterility, Mycoplasma, Extraneous agents 5. Sistem Fermentasi : Fermentor dgn pengaduk 1300 liters, direncanakan yad :6000 liters. Karakterisasi Vero Master Cell Bank (MCB) Study Result Acceptance of Vero Cells for Vaccine Production Tumorigenicity In vivo tumorigenicity in nude mice (FDA PTC 1993) No evidence for the presence of tumor formation Sterility Pharm. Eur. Sterile Mycoplasma Pharm. Eur. Free of Mycoplasmas Vero Cell Technology Vaccine Regulatory State Mycobact. Pharm. Eur. Free of Mycobacterium tuberculosis tubercul. Polio Licensed for Adventitious In vitro assay in MRC-5, Vero, CEC, primary simian cells No adventitious viruses detected Teknologi Virus Testing about 20 In vivo assay in suckling and adult mice, guinea pigs and No presence of viral contaminants Konvensional eggs years; today in Bovine and Protocol for bovine virus detection according to 9CFR No virus detected (using foetal calf Rabies Porcine Virus requirements more than 60 Testing serum) In vitro assay for detection of porcine viral contaminants using PPK indicator cells No virus detected countries Retrovirus Fluorescent product enhanced reverse transcriptase Negative for the presence of retroviral RT activity Testing (PERT) assay Application for Transmission electron microscopy of sections for the No viruses, virus-like particles, mycoplasmas, detection of viruses, fungi, yeasts, bacteria and mycoplasmas fungi, yeasts or bacteria were observed Baxter‘s Serum and EU licensure Human and Simian Virus Detection of HIV-1/2, HTLV-1/2, EBV, HBV, HCV, CMV, HHV-6/7/8, SFV, SIV, SV-40, SCMV, SAV, SRV-1/2/3 No virus sequences detected Protein Free Influenza First National Testing by PCR Technology Licensure in Identity Isoenzyme analysis of cell lines Identity confirmed February 2002
  • 7. Baxter‘s Pilot Plant in Orth, Austria with a 1200 Liter Fermenter Vero Cell Microcarrier Cultures a) before infection : b) after 3 days infection with Influenza : Influenza induced CPE microcarrier microcarrier Vero cells (cytopathic effect) Titers of Different Influenza Virus Strains in Vero Cell Cultures and in Embryonated Eggs Sediaan: Type/ Strain Hemagglutinating Ratio Baxter‘s Vero Cell-Derived Influenza Vaccine Subtype Units (HAU) Vero/Egg Vero Egg A/PR/8/34 A/Brazil/11/78 256 128 1024 1024 3.6 1.8 Trivalent: 15 µg of hemagglutinin per strain, i.e. A/USSR/90/77 256 1024 3.6 A/H1N1 A/Singapore/6/86 A/Taiwan/1/86 128 128 128 512 14.3 3.6 A/H1N1, A/H3N2, and B A/Texas/36/91 128 256 7.2 A/Bayern/7/95 A/Johannesburg/82/96 256 256 128 1024 28.6 3.6 Ditumbuhkan pada suatu lini sel kontinu yang A/Beijing/262/95 256 1024 3.6 A/New Caledonia/20/99 256 1024 3.6 terkualifikasi (VERO) menggunakan egg-derived A/H2N2 A/Singapore/1/57 128 512 3.6 wildtype seed viruses yang disediakan WHO A/Hongkong/1/68 128 1024 1.8 A/Texas/1/77 A/Shangai/16/85 128 256 256 128 7.2 28.6 Diinaktivasi dengan Formalin A/Guizho/54/89 128 128 14.3 A/H3N2 A/Beijing/353/89 256 256 14.3 A/Johannesburg/33/94 256 128 28.6 Sucrose gradient purified whole virus vaccine A/Wuhan/359/95 256 512 7.2 A/Nanchang/933/95 256 512 7.2 A/Sydney/5/97 256 1024 3.6 Bebas pengawet dan antibiotik A/Panama/2007/99 256 256 14.3 B/Massachusetts/71 B/Yamagata/16/88 128 128 512 256 3.6 7.2 Diisikan dalam single-use syringes B B/Panama/45/90 128 256 7.2 B/Harbin/7/94 256 512 7.2 B/Shangdong/7/97 128 256 7.2 B/Yamanashi/166/98 256 512 7.2
  • 8. Keuntungan Vero-Derived Influenza Vaccine Tinjauan keamanan 1. Kemungkinan kontaminasi lebih kecil (pada telur Mayoritas reaksi lokal yang diamati pada 7 studi dengan 9 lot mungkin terkontaminasi avian retroviruses) vaksin yang berbeda selama 4 musim influenza cukup ringan, 2. Penggunaan lini sel yang berkesinambungan, sangat sedikit memberikan reaksi yang menengah, dan tidak memungkinkan establishment Master Cell Bank (MCB) ada yang memberikan reaksi yang parah. and Working Cell Bank (WCB) yang dapat ditapis secara sempurna terhadap bahan asing Kasus efek samping sistemik minimal. 3. Pengawet (misalnya thiomersal) tetap penting untuk egg derived vaccines; tapi tidak perlu untuk Vero derived Frekuensi dan derajat keparahan reaksi lokal dan sistemik dari vaccine vaksin virus influenza yang diproduksi dengan media VERO 4. Residu antibiotik pada terdpt pada egg derived vaccines; adalah sebanding dengan vaksin influenza yang diperoleh dari tidak pada Vero derived vaccine media telur yang dilisensikan dari EU. 5. Bebas protein telur 6. Mengurangi kemungkinan kandungan endotoksin (kira- kira 10 kali) Baxters Influenza Vaccine Production Plants Titers of Different Influenza A Virus Strains in Bohumil, Czech Republic and Krems, Austria of Human or Animal Origin in Vero Cell Cultures Subtype Host Strain Hemagglutinating Units (HAU) Vero Human A/PR/8/34 256 Human A/USSR/90/77 256 H1N1 Swine A/Swine/1976/31 256 Duck A/Duck/Bavaria/2/77 256 H2N2 Human A/Singapore/1/57 128 Human A/Hong Kong/1/68 128 Swine A/Swine/Hong Kong/3/76 128 H3N2 Swine A/Swine/Hong Kong/127/82 256 Duck A/Duck/Hong Kong/24/75 256 Production Capacity in 2006: H5N3 Duck A/Duck/Singapore/3/97 256 Approx. 50 million doses of H7N1 Fowl A/FPV/Rostock/34 256 trivalent influenza vaccine
  • 9. Keuntungan penggunaan sel Vero untuk Vaksin DAFTAR PUSTAKA dibandingkan dengan penggunaan Telur pada daerah Pandemik 1. Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995 Safety: 2. Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, “A Novel Cell-Derived Influenza Vaccine, National Influenza Summit, Chicago, May 20-21, 2003 1) Influenza virus yang berpotensi pandemik memerlukan fasilitas BSL 3. Abbas AK, Lichtman AH, Prober JS. Cellular and Molecular Immunology. 3 (Safety Level 3 containment facilities) – Hal ini tidak mungkin 2nd edition. W. B. Saunders Company: Philadelphia, 1994. dipenuhi oleh produksi dengan telur. Namun Baxters Pilot Plant and 4. Ada G. Strategies for Exploring the Immune System in the Design of the new Krems facility didisain untuk unit S3 / P3 d digunakan Vaccines. Molecular Immunology 1991; 28(3):225-230. dibawah kondisi S3/P3. Oleh karena itu, virus wildtype dpt 5. Ertl HCJ, Xiang Z. Novel Vaccine Approaches. Journal of Immunology digunakan, tidak perlu attenuasi 1996; 156(10):3579-3582. 6. Hilleman MR. DNA Vectors: Precedents and Safety. Annals New York Logistik Academy of Science 1995; 772:1-14. 2) Tahun 1997 Hongkong Avian flu menyebabkan produksi dengan telur 7. Kuby J. Immunology. 2nd edition. W. H. Freeman and Company: New York, 1994. tidak dapat dilakukan. Selain itu, virus demikian dapat 8. Liu MA. Overview of DNA Vaccines. Annals New York Academy of memusnahkan ayam betina, sehingga tidak dapat bertelur untuk Science 1995; 772:15-20. memenuhi kebutuhan telur berembrio. 9. Siegrist CA, Lamberst PH. DNA Vaccines: What Can We Expect?. Infectious Agents and Disease 1996; 5:55-59. 10. Subbarao EK, Murphy BR. A General Overview of Viral Vaccine Development. Genetically Engineered Vacines. Plenum Press: New York, 1992.