1. DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA BARAT
BALAI PENGEMBANGAN BUDIDAYA
AIR PAYAU DAN LAUT (BPBAPL)
Jl. Raya Cipucuk No. 13, Desa Pusaka Jaya Utara Kec. Cilebar Tel/Fax (0267) 7005947
K A R A W A N G
3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BPBAPL (Pergubno 52 tahun 2010)
TUGAS POKOK:
Melaksanakan sebagian fungsi Dinas di
bidang pengembangan budidaya air
payau dan laut.
FUNGSI:
Penyelenggaraan pengkajian bahan
petunjuk teknis pengembangan
budidaya air payau dan laut;
Penyelenggaraan pengembangan
budidaya ikan air payau dan laut.
4. 1) Menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai;
2) Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis
pengembangan budidaya ikan air payau dan laut;
3) Menyelenggarakan pembinaan teknis pengembangan
budidaya ikan air payau dan laut;
4) Menyelenggarakan pengujian dan pengembangan
teknologi budidaya ikan air payau dan laut;
5) Menyelenggarakan desiminasi teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan serta publikasi teknis budidaya
ikan air payau dan laut;
6) Menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan ikan
air payau dan laut;
Rincian Tugas BPBAPL
5. 7) Menyelenggarakan supervisi, monitoring dan evaluasi
penerapan teknologi budidaya ikan air payau dan laut;
8) Menyelenggarakan ketatausahaan balai;
9) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
10) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja
terkait;
11) Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan;
12) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Rincian Tugas BPBAPL
(lanjutan)
6. SDM BPBAPL
No Status Kepegawaian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 16
2 Calon Pegawai Negeri Sipil 3
3 Tenaga Kerja Kontrak -
4 Tenaga Honorer/THL 22
Jumlah 41
7. SUMBER DAYA MANUSIA
(KEBUTUHAN)
No Kompetensi
Kebutuhan
Minimal
Pegawai yang ada
KekuranganPNS/
CPNS
THL/
Honorer
Jumlah
1 Teknis
Perikanan
18 7 2 9 9
2 Analis
Laboratorium
8 3 3 6 2
3 Pj.Fungsional 6 - - - 6
4 Tenaga
Lapangan
23 9 13 22 1
5 Administrasi/
Tata usaha
12 - 4 4 8
Jumlah 67 19 22 41 26
8. SUMBER DAYA MANUSIA
(KEKURANGAN)
No Kompetensi Jumlah
Pendidikan
(minimal)
Lingkup Pekerjaan
1 Teknis Perikanan 9 S1/D4 Perikanan Teknis Budidaya Laut,
Payau dan Pembenihan
/Hatchery
2 Analis Laboratorium 2 D3 Biologi/SDP
/Lingkungan
Analis Kualitas Air,
Mikrobiologi dan PCR
3 Pj. Fungsional
(Pengawas
Bdy/Benih/Pakan,
Penyuluh, Pj HPI)
6 S1/D4 Perikanan
Desiminasi Teknologi di 6
Kab/Kota
4 Tenaga Lapangan 1 SD Penjaga Tambak/
Operator Alsin
5 Administrasi 8 SMU/SMK Administrasi
Kepegawaian, Persuratan,
keuangan dan
perlengkapan
Jumlah 26
9. SARANA DAN PRASARANA
No Jenis Sarpras Jumlah
1 Tambak (3 lokasi) 28,8 Ha
2 Kantor, Aula, Asrama, Mess 5 Unit
3 Rumah Dinas 13 Unit
4 Laboratorium 1 Unit
5 Hatchery & Gudang 3 Unit
6 Kendaraan Roda 4 (Mobil) 3 Unit
7 Kendaraan Roda 3 1 Unit
8 Kendaraan Roda 2
(Sepeda Motor)
7 Unit
9 Backhoe/Exchavator 1 Unit
10 Perahu motor tempel (1 GT) 1 Unit
10. Data Pengunjung BPBAPL
No Pengunjung
Tahun
2008 2009 2010 2011
1
Petani/Pembudidaya Ikan
- Provinsi Jawa Barat 169 253 477 200
- Luar Provinsi Jawa Barat 18 37 52
2 Pengusaha/ Swasta 31 40 79
3
Pegawai/ Dinas
- Provinsi Jawa Barat 67 157 124 82
- Kabupaten/ Kota 33 346 369 50
- Luar Provinsi Jawa Barat 11 77 78
- Pusat 18 154 63 57
- Luar Provinsi - 34 47
4 Pelajar/ Mahasiswa 197 454 735 246
5 Dosen/ Peneliti 31 42 53 51
6 Luar Negeri - 3 17 4
Jumlah 575 1.597 2.042 690
12. Luas dan Produksi Tambak
Pantura Tahun 2011
Kab/Kota Luas Tambak
(Ha)
Produksi
(Ton)
Jumlah
Anggota
Pembudidaya
Cirebon 7.500 16.057,30 431
Kt.Cirebon 91 47,08 200
Indramayu 22.800 50.588,03 6565
Subang 10.000 18.810,14 548
Karawang 18.346 33.848,60 3887
Bekasi 12.000 21.820,89 1167
Jumlah 70.737 141.863,74 12.798
18. POLA SPATIAL KAWASAN TAMBAK PANTURA
Udang Windu Udang Vanname
Rumput Laut Bandeng
Mangrove Nila
19. Pemasukan air
laut
menggunakan
pompa
submersible 8”
Petak
tandon 1
(Mangrove)
dan
Bandeng
Air dialirkan
ke Petak
tandon 2
(Nila,
Bandeng,
dan Kakap)
Saluran
pemasukan
Rumput laut
(Gracillaria sp)
Saluran
pemasukan
Nila merah
(Oreochromis
niloticus)
Dialirkan ke tandon
3 melalui pompa
submersible 8”
Tandon 3 (Nila merah,
Bandeng, dan Rumput laut
(Gracillaria sp)
Membran Elektron (ME 1)
Pengisian air
menggunakan pipa 4”
Sistem Tandonisasi
21. 1. Pantura merupakan Tambak yang sangat luas di
Indonesia
2. Perkembangan tambak di Pantura dimulai sejak ratusan
tahun yang lalu, dimulai dengan budidaya bandeng.
Seiring dengan perkembangan teknologi, budidaya udang
windu mulai dilakukan pada awal tahun 80-an
3. Puncak kejayaan produksi udang windu tercapai pada
Tahun 1997
4. Produktifitas mulai menurun disebabkan karena masalah
penurunan daya dukung lingkungan akibat intensitas yang
berlebihan dan serangan penyakit.
5. Terjadi peningkatan produksi setelah introduksi udang
vaname, namun 2004 terpuruk kembali karena adanya
serangan virus WSSV dan TSV.
6. Tahun 2006 mulai terdeteksi penyakit baru seperti IMNV
dan IHHNV.
22. 1. Memanfaatkan tambak-tambak
idle.
2. Mengembalikan kejayaan industri
udang Indonesia.
3. Meningkatkan Produkvitas dan
Produksi tambak udang.
4. Memenuhi kebutuhan bahan baku
industri pengolahan.
5. Meningkatkan pendapatan
petambak.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan.
23. 1. Budidaya udang windu ekstensif (tradisional)
Hanya sedikit orang yang bernyali intensif
(H.Endi, ……)
2. Budidaya udang vaname semi-intensif
3. Budidaya udang vaname intensif dan
4. Budidaya polikultur (udang (windu/vaname),
bandeng dan rumput laut (Gracillaria sp)
24. Berdasarkan target areal dan asumsi produktivitas masing-
masing sistem budidaya (Teknologi) Yaitu:
1. Ekstensif (U. Windu) 300 kg/ha/MT*
2. Semi-intensif (U.Vaname) 1.200 kg/ha/MT Target
Prod.Tabel 3
3. Intensif (U. Vaname) 2.400 kg/ha/MT
4. Polikulture Udang 150-200 kg, Bandeng 500 Kg dan
Gracilaria 2.000 kg (basah) per ha/MT
(masih Uji kaji)
(*) MT = Musim Tanam
25. Berdasarkan sistem budidaya (tingkat teknologi) padat
tebar benur Vanname adalah sbb:
1. Ekstensif 20.000 ekor/ha/MT*
2. Semi-intensif 60.000 ekor/ha/MT
3. Intensif 150.000 ekor/ha/MT
(*) MT = Musim Tanam
26. KEBUTUHAN PAKAN UDANG
Pakan merupakan komponen terbesar
(60%) untuk biaya peroduksi.
Untuk revitalisasi Pantura
dibutuhkan sekitar…… ton
27. KEBUTUHAN MODAL KERJA
Kebutuhan biaya modal kerja dengan asumsi biaya produksi udang :
1. Windu ekstensif Rp. 20.000/kg, intensif Rp.30.000/kg
2. Vaname semi-intensif Rp. 25.000/kg
3. Vaname Intensif Rp. 30.000/kg
Kebutuhan modal kerja tersebut termasuk: penyiapan lahan, pengadaan
sarana produksi (benur, pakan, pupuk, obat-obatan, BBM dll.)
Biaya investasi (perbaikan tambak dan penambahan sar-pras penunjang
lainnya (irigasi, jalan produksi, instalasi listrik dll)
perlu identifikasi lapangan karena berbeda di masing-masing lokasi
28. PENYERAPAN TENAGA KERJA
Dengan asumsi bahwa kebutuhan tenaga kerja
untuk masing-masing sistem budidaya :
1. Ekstensif 2 orang/ha
2. Semi-intensif 3 orang/ha
3. Intensif 4 orang/ha
Perkiraan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam budidaya
udang pantura (belum termasuk multiplier effect : Pembenihan,
penggelondongan, kebun bibit,buruh persiapan tambak, buruh
panen, penyedia es, penyedia pakan, transportasi,dll)
29. STRATEGI PENGEMBANGAN
Revitalisasi Tambak Udang di Pantura dilakukan dengan
menerapkan strategi pengembangan kawasan secara bertahap dan
berkesinambungan dengan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia guna mewujudkan usaha budidaya udang yang berdaya
saing, bertanggung jawab dan berkelanjutan, pemilihan jenis udang
yang mudah dikembangkan dan mempunyai keunggulan komparatif
serta melalui pendekatan agribisnis.
Pengembangan kawasan tambak udang dalam satu kesatuan sistem
perlu dilakukan, sehingga memudahkan dalam penyediaan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan, serta pemasaran hasilnya.
Untuk menjamin tercapainya sasaran budidaya udang yang
ditetapkan harus dilakukan secara komprehensif, yang meliputi
penyediaan lahan yang baik (memenuhi persyaratan teknis tambak
udang), penyediaan sarana produksi (benih, pupuk, pakan, kapur,
pestisida dan alat mesin), penyediaan prasarana dan penyiapan
tenaga kerja serta pemasarannya.
30. Disamping itu perlu didukung adanya pembinaan yang dilakukan
secara intensif dan berkelanjutan dari UPTD, UPT Ditjen Perikanan
Budidaya, Tenaga Teknis/Penyuluh Lapangan, serta memberikan
fasilitas perkreditan yang diperlukan untuk usaha budidaya udang.
Teknologi yang diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi daya
dukung lingkungan dan kemampuan petambak, yautu ekstensif,
semi-intensif dan intensif. Penerapan teknologi ekstensif dapat
diarahkan pada budidaya sistem organik. Dalam proses produksi
udang, harus petambak harus menerapkan prinsip-prinsip Cara
Budidaya Udang Yang Baik (CBIB) dan melaksanakan
Sertifikasinya, agar memenuhi persyaratan dan standar pasar
internasional. Oleh karena itu, di samping pelatihan teknis budidaya
udang, petambak ppeserta revitalisasi perlu diberikan sosialisasi
atau pelatihan CBIB.
Lanjutan…….
32. KAJI TERAP BUDIDAYA UDANG (Windu dan
Vanname) dengan TEKNOLOGI FERMENTASI
Maksud
- Optimalisasi dan stabilitas kualitas air
- Efektivitas dan Efisiensi pemberian pakan
Tujuan
- Peningkatan produktivitas tambak budidaya
udang Windu dan Vannamei
Perlakuan
- Teknologi fermentasi
- Probiotik
- Penggunaan Plastik mulsa ( Full, semi,
tanpa plastik mulsa)
33. Kaji Terap Budidaya Udang Windu
dengan Teknologi Fermentasi
Pelaksanaan :
Udang Windu :
- Tambak C-2, luas 4800 m2, penggunaan
plastik mulsa melapisi pematang. Kincir 4 unit
- Jumlah benur 130.000 ekor, kepadatan 27
ekor/m2
- Tanggal tebar 16 November 2011
- Kondisi cuaca musim penghujan
34. Kaji Terap Budidaya Udang Vanname
dengan Teknologi Fermentasi
Pelaksanaan :
- Tambak A2-1 (L=600m2) full plastik mulsa, Kincir 2
unit, tebar 64.740 ekor @ 106 ek/m2;
- A-3.2 (L =2.400m2) tanpa plastik mulsa, kincir 4
unit tebar 250.000 ekor @ 104 ekor/m2 ;
- C-3 (L= 2400 m2) pematang dilapisi plastik mulsa ,
kincir 4 unit, tebar 229.500 ekor @ 70 ek/m2,
- C-4 (L= 3.320 m2), pematang dilapisi plastik mulsa,
kincir 4 unit, tebar 230.000 ekor @ 60 ek/m2.
- Tanggal tebar 28 Oktober 2011
- Kondisi cuaca musim penghujan
35. TEKNIK FERMENTASI
BAHAN
Permentasi :
• Ragi 10 butir
• Gula Pasir 1 kg
• Dedak 2 kg
• Molase ½ kg
• Air 100 liter
ditaburkan 2 kali/
minggu
Probiotik : Bacyllus
sp.
Ragi Dedak
Molase Gula
36. Cara Pembuatan Fermentasi
• Persiapkan alat dan bahan;
• Bahan : Gula, Dedak, Ragi, Molase
sedangkan alat yang digunakan yaitu
Blong/Tong;
• Lakukan penimbangan bahan untuk tambak
ukuran 4.800 m2 dan ketinggian air 1 m
diperlukan : Gula 1 kg, Dedak 2 Kg, molase
1/2 kg, ragi 10 butir dan air 100 liter;
• Masukan air kedalam Blong sampai mengisi
1/2nya, masukan dedak, ragi yang sudah
dibubukan aduk sampai homogen, setelah
itu masukan gula dan molase yang sudah
dilarutkan kemudian tambahkan air sampai
100 liter;
• Tutup rapat supaya tidak terjadi kontaminasi;
• Proses Fermentasi memerlukan waktu 24
jam;
• Sebelum ditebarkan hasil fermentasi diuji
terlebih dahulu di lab. Mikrobiologi dan
kualitas air;
• Apabila hasil analisa laboratorium dinyatakan
aman, maka produk fermentasi siap
ditebarkan;
37. Cara Pembuatan Probiotik
• Persiapkan alat dan bahan;
• Probiotik yang digunakan jenis Bacillus subtilis
• Bahan : Bacillus subtilis, Media Aktivasi / Nutrien, Ragi, Molase
sedangkan alat yang digunakan yaitu Blong/Tong dan
pompa/aerator
• Lakukan penimbangan bahan dengan komposisi: Bacillus
subtilis 1 kg, Media Aktivasi 1 kg, molase 1/2 kg, ragi 10 butir
dan air 100 liter ;
• Masukan air kedalam Blong sampai mengisi 1/2nya, masukan
Bacillus subtilis , media aktivasi dan ragi yang sudah
dibubukan aduk sampai homogen, setelah itu molase yang
sudah dilarutkan kemudian tambahkan air sampai 100 liter;
• Jalankan pompa dan Lakukan sirkulasi ;
• Proses probiotik memerlukan waktu 48 jam;
38. Lanjutan…
• Sebelum ditebarkan hasil probiotik diuji terlebih dahulu
di lab. Mikrobiologi dan kualitas air;
• Apabila hasil analisa laboratorium dinyatakan aman,
maka produk fermentasi siap ditebarkan;
• Penebaran probitik hanya 20 liter/petak ukuran 4.800
m2 komposisi diatas untuk 100 liter apabila ingin
membuat 20 liter tinggal dikonversi.
• Proses penebaran probiotik dilakukan 1 minggu 2x
sampai udang umur 60 hari, selanjutnya dilakukan 1
minggu 1 x sampai panen
39. Kondisi Sumber Air dan Media Budidaya
No Sumber air Suhu pH Sal DO NH3 NH4 NO3
1 Air Laut 8,7 15-30 - - - -
2 Air Tandon 7,9 10-25 >3 - - -
3 Air Hujan 7,8 1-2 - - - -
4 Air artesis 7,7 2-4 - - - -
5 Air Budidaya 27-31 7,3-7,7 9-26 >4 0,01-0,06 0,25-1 0,2-0,3
6 Standar Bddy 25-31 6,5-7,5 25-30 >4 0,1 1 0,5
Ket : Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari pagi dan sore
Air Laut Tandon Lahan Budidaya
42. Hasil Panen Udang Vanname dengan
Teknologi Fermentasi
- Tambak A2-1 = 293,9 Kg parsial, bd masih berjalan
- Tambak A3.2 = 782 Kg, SR = 48 %, FCR = 2,1
- Tambak C-3 = 1.680 Kg, SR = 74,3 %, FCR =1,43
- Tambak C-4 = 1.375 Kg, SR = 79,6 %, FCR =1,38
43. KESIMPULAN
• Penggunaan Fermentasi dan Probiotik
meningkatkan kualitas air, ketahanan dan
pertumbuhan udang
• Penggunaan plastik mulsa meningkatkan
produktivitas tambak budidaya udang
vaname
• Resiko serangan HPI pada tambak yang
menggunakan platik mulsa relatif kecil
45. 45
Latar Belakang:
1. Peningkatan produksi ikan nila sebagai sumber protein hewani bagi
masyarakat belum dapat dilakukan secara optimal karena terkendala
oleh penurunan kualitas genetiknya
2. Ikan nila memiliki potensi untuk ditingkatkan produksinya melalui
budidaya dengan memanfaatkan lahan tambak idle yang selama ini
belum dilakukan
3. Diperlukan ikan nila berkualitas unggul toleran salinitas tinggi
KERJASAMA DENGAN UKM, SWASTA DAN INDUSTRI
BUDIDAYA,
PENGOLAHAN IKAN, PAKAN IKAN DAN OBAT-OBATAN
1) IKAN NILA UNGGUL TOLERAN SALINITAS TINGGI
2) PAKAN PROTEIN REKOMBINAN PERTUMBUHAN
3) VAKSIN DNA STREPTOCOCCUS
TERSEDIANYA TEKNOLOGI DAN PRODUK IKAN NILA UNGGUL(NILA
SALIN + GENIT*),
PAKAN PEMACU PERTUMBUHAN DAN VAKSIN DNA
BERKEMBANGNYA USAHA BUDIDAYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
KETAHANAN PANGAN (PENINGKATAN PRODUKSI) DAN EKSPOR
EXIT
STRATEGY
OUTPUT
BENEFIT
IMPACT
47. Teknik Perekayasaan
• Diallel crosing : untuk
menguji seluruh
kemungkinan kombinasi dari
varietas yang berbeda.
• Tujuannya untuk mengetahui
: Reproduksi, Pertumbuhan
Cepat, ketahanan terhadap
penyakit serta toleransi
parameter lingkungan
50. NATURAL / ALAMI
1 kepiting satu
basket
Tidak ada
perlakuan /
merekayasa
kepiting moulting
51. • Kepiting lebih besar
sehingga dapat
menaikan harga jual
• Lama berkisar 1 – 3
bulan
52. POPEYE
1 kepiting satu basket
Dilakukan perlakuan
merekayasa kepiting
dengan memotong
kaki jalan.
Selain itu ada sumber
lain yang mengatakan
dengan menyuntikkan
ekstrak bayam pada
tubuh kepiting.
55. Dilakukan perlakuan
merekayasa kepiting
dengan memotong
capit dan kaki jalan.
Wadah dapat berupa
keramba bambu yang
sudah dianyam atau
tutup bawah basket.
Lama moulting
berkisar 15 – 25 hari
56. PENEBARAN BENIH
• Menyortir kepiting yang sehat,
segar dan tidak lembek
• Kepiting berbobot rata- rata 60
-100 gr atau 1 Kg 10 -13 ekor
• Memeriksa secara visual
kelengkapan fisik kepiting
57. Pemeliharaan dan pemberian
pakan
• Pengontrolan dan pembersihan
kepiting dari lumut yang
menempel, dilakukan 3 kali
sehari atau dengan melihat ada
atau tidaknya lumut yang
menempel.
• Selama pemeliharaan
pengecekan kulaitas air tetep
dijaga agar salinitas air tidak
terjadi fluktuasi yang tinggi
sehingga daya hidup kepiting
akan bertahan lebih lama.
• Pemeliharaan antara 1 – 2 bulan
tergantung pada tingkat molting
kepiting.
58. Pemberian pakan berupa ikan segar (ikan rucah
berupa ikan tembang) atau keong mas sebanyak
5-10% BB/hari dengan frekuensi pemberian 1
kali/hari pada sore hari.
Sebelum pakan diberikan dicuci bersihkan dahulu
kemudian dialakukan pemotongan pakan.
59. PANEN
• Panen dilakukan secara selektif yaitu
memilih kepiting yang telah melakukan
molting kemudian diangkat dan
dipisahkan.
• Kepiting yang telah molting memiliki tubuh
yang sangat lunak sehingga harus hati –
hati dalam mengangkatnya
60. Cara pemanenan kepiting dari keramba dengan melakukan
pengecekan
Waktu pengecekan kepiting pada pagi hari pukul 6, siang
pukul 12, sore pukul 6 dan malam hari pukul 12.
Kepiting yang sudah jadi soka diambil kemudian
dikumpulkan dalam wadah baskom direndam dengan air
tawar/ sebelum masuk frezzzer kepiting dibasahi dengan
kain
61. PENJUALAN
• Kepiting dimasukan dalam plastik satu persatu.
• Mempersiapkan sterofoam sebagai wadah
untuk pengiriman.
• Dilakukan penimbangan.
62. PASAR
• Exportir ( PT.Fots)
• Restauran ( rumah makan sea
food) Mang Engking (pondok
indah,muara baru), saung udang
pa martani (cibubur), haji mul
cirebon
63. KESIMPULAN
• Proses pemotongan kaki dan capit yang paling menentukan
tingkat persentase keberhasilan panen kepiting soka nantinya
dikarenakan apabila salah dan tidak berhati-hati saat
menggunting kaki serta capit kepiting bibit maka akan
menimbulkan dampak pendarahan pada kepiting yang sangat
berpengaruh terhadap kematian bibit sebelum sampai
ketahap "molting" atau pelunakan cangkang kepiting soka
• Sangat disarankan bagi yang baru memulai usaha ini untuk
lebih dahulu memperdalam pengetahuan dasar teknik
“pemotongan”
• Setelah dilakukan pemotongan agar tidak tergesa-gesa dan
melempar kepiting bibit kedalam kotak agar tidak menambah
kondisi "stress“ namun meletakkannya dengan perlahan-
lahan
64. • 1 keramba dapat membuat 56 kepiting
sedangkan dalam 1 basket dapat memuat
satu kepiting diasumsikan untuk kebutuhan
masyrakat dengan memakai keramba dapat
lebih efisien dan terjangkau
65. • Angka kematian yang ada sebanyak 20 - 25%
umumnya terjadi pada awal pemeliharaan
disebabkan oleh benih kepiting pada awal
penebaran tidak kuat selama perjalanan, proses
adaptasi pada lingkungan air yang baru masih
kurang, dan proses pemotongan capit dan kaki
kepiting yang kurang baik.
• Penyediaan benih masih tergantung dari alam
sehingga perlu dikembangkan Teknologi
Pembenihan Kepiting
• Restocking benih kepiting
• Konservasi mangrove dan penetapan reservaat.
66. PENGEMBANGAN USAHA
• PEMBERDAYAAN MASYARAKAT mll
DEMPLOT/DEMPOND & Pola Kemitraan
• Penguatan jaringan pemasaran didukung
pembangunan mini Cold Storage
67. TIGA ASPEK UTAMA PERLU PERBAIKAN
DALAM GAPURA
TEKNOLOGI
KELEMBAGAN INFRASTRUKTUR
PETANI/PEM
BUDIDAYA
68. LOKASI PELAKSANA DEMPOND ZONASI BUDIDAYA TAMBAK
KEGIATAN REVITALISASI BUDIDAYA TAMBAK PANTAI UTARA
BERWAWASAN LINGKUNGAN (GAPURA UTARA) DI BPBAPL TAHUN
ANGGARAN 2011
NO KABUPATEN KOMODITAS KELOMPOK KETUA ALAMAT
1. Bekasi Bandeng Mekar Bahagia Saripudin Ds. Pantai
Bahagia, Kec.
Muaragembong
2. Karawang Bandeng
Udang Windu
Udang Vanname
Mina Wana
Bakti
Atam F Ds. Tambak
Sumur Kec.
Tirtajaya
3. Subang Udang Windu Tani Lestari Samsudi
n
Ds. Langensari
Kec. Blanakan
4. Indramayu Bandeng Cemara Jaya Darus Ds. Cemara
Kec. CantigiUdang Windu Cemara Jaya Wahidin
Udang Vanname Buyut Tarsih
Jaya
Eko
Darminto
Ds.
Lamarantarung
Kec. Cantigi
69. LOKASI PELAKSANA DEMPOND ZONASI BUDIDAYA TAMBAK
KEGIATAN REVITALISASI BUDIDAYA TAMBAK PANTAI UTARA
BERWAWASAN LINGKUNGAN (GAPURA UTARA) DI BPBAPL TAHUN
ANGGARAN 2011
NO KABUPATEN KOMODITAS KELOMPOK KETUA ALAMAT
5. Cirebon Bandeng
Udang windu
Windu Kencana Mahmud Ds. Malakasari,
Kec. Gebang
6. Kota Cirebon Udang Vaname Budidaya Mulya Nanang Kelurahan
Kesenden
Lanjutan…
70. TEROBOSAN KOORDINASI
PENINGKATAN
KAPASITAS SDM
(Aparatur & Pelaku
UsahaPPTP)
PENINGKATAN
PELAYANAN
LABKESLING
PERAN LEMBAGA RISET
(Pusat Riset & BPPT) dan
UPT Ditjen Budidaya
PERGURUAN TINGGI
(IPB, STP, UNPAD DAN
ITB)
PERBANKAN (Kampung
BNI) & SWASTA
71. Prestasi Kinerja
• Penghargaan Adibakti Mina
Bahari Tahun 2010 Juara 1
Lomba Kinerja UPTD Tingkat
Nasional (Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No.
Kep.71 /Men/2010)
• Penghargaan Adibakti Mina
Bahari Tahun 2011 Juara 2
Lomba Kinerja Lab. Keskanling
Tingkat Nasional.
• Sertifikat CBIB Nomor ID-JR-
CBIB-P.0232 dengan nilai “
SANGAT BAIK (Execellent)
74. Permasalahan dan Upaya
Pemecahan
1. Degradasi kualitas air dan lingkungan budidaya; serta
fenomena cuaca ekstrim
2. Ketersediaan benih berkualitas (SPF/SPR)
3. Kualitas dan Kuantitas Sumberdaya Manusia
4. Adanya serangan hama penyakit ikan dan udang.
5. Masih terbatasnya sarana dan prasarana budidaya.
6. Minimnya permodalan bagi masyarakat.
PERMASALAHAN
75. Sosialisasi budidaya tambak berwawasan lingkungan :
mangrovisasi, bifilter, tandonisasi, dan aplikasi probiotik
Peningkatan aklimatisasi benih dan mendorong produksi
benih berkualitas (SPF/SPR)
Meningkatkan kapabilitas SDM : pelatihan, magang, kursus
dll serta penguatan kelembagaan petambak (PPTP JABAR)
Peningkatan monitoring HPI dan optimalisasi peran
Labkeskanling
Menjalin koordinasi dan sinergitas dengan stakeholders
(horizontal & vertikal)
Menjalin aksesibilitas permodalan dengan perbankan dan
lembaga keuangan lainnya ( BNI, BJB, ……….???
CSR )
PEMECAHAN MASALAH