3. 3
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (PD3I) MASIH MENGANCAM DUNIA
▪ Imunisasi mencegah 2-3 juta kematian setiap tahun
akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis,
influenza, dan campak (WHO, 2021)
▪ Terdapat berbagai vaksin untuk mencegah >20 penyakit
yang mengancam jiwa, membantu orang-orang dari
segala usia hidup lebih lama, hidup lebih sehat
▪ PD3I masih mengancam dan diperlukan cakupan
imunisasi yang tinggi dan merata supaya:
1. Mencegah individu dari penyakit yang berbahaya
2. Mencegah penularan di masyarakat
4. TARGET GLOBAL DAN NASIONAL
4
1 2 3 4 5
Eradikasi
Polio
Eliminasi
Campak-
Rubela / CRS
Eliminasi
Tetanus
Neonatorum
Pengendalian
Difteri
Pengendalian
Pertusis
• 2014 SEARO
bebas polio
(Indonesia)
• 2026 Eradikasi
Polio
• 2023 Indonesia
eliminasi Campak
dan Rubela / CRS
• 2023 SEARO
eliminasi Campak
dan Rubela / CRS
• 2015 Tetanus
Neonatorum
eliminasi di seluruh
region
• Indonesia
mempertahankan
status Eliminasi
TN
Target Nasional
Indonesia
Target Nasional
Indonesia
1 2 3
5. Indikator Renstra Kemenkes 2020-2024
Program Imunisasi
(sbg Pendukung Pencapaian Indikator RPJMN)
NO INDIKATOR
2020 2021 2022* 2023 2024
TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET TARGET
1
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar lengkap
92,9 84,2 93,6 84,5 90 96,8 100 100
2
Persentase anak usia 12-24 bulan
yang mendapat imunisasi lanjutan
baduta
76,4 65,5 81 58,9 90 95,8 100 100
3
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang
mendapat antigen baru*
- - - - 90 85,8 100 100
4
Persentase anak yang mendapatkan
imunisasi lanjutan lengkap di usia
sekolah dasar ***
N/A (Indikator ini baru dimulai tahun 2022) 70 84,8 80 90
5
Persentase wanita usia subur yang
memiliki status imunisasi T2+
N/A (Indikator ini baru dimulai tahun 2022) 60 71 80 100
*Data per 25 Januari 2023
7. KLB PD3I di Indonesia Tahun 2019 - 2023
Data 01 May 2023
* Surveilans Pertusis mulai berjalan tahun 2022
34
6 8
79
43
54
22 22
59
17
57 58
0 0 0 1 3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2019 2020 2021 2022 2023
Frekuensi
KLB
KLB Suspek Campak KLB Difteri KLB Pertusis Kasus Polio cVDPV
Cakupan IDL dan IBL yang rendah di tahun 2020 dan 2021 berdampak peningkatan KLB PD3I di tahun 2022
8. • Aceh:
1. Pidie (1 kasus VDPV2 dan 4 VPDV2 dari spesimen anak sehat)
2. Aceh Utara (1 kasus VDPV2)
3. Bireuen (1 kasus VDPV2)
• Jawa Barat: 1 kasus VPDV2 dari Purwakarta dan 7 VDPV2 dari spesimen anak sehat)
Sebaran Kasus Polio Indonesia (6 bulan terakhir)
Data per tanggal 27 Maret 2023
9. 9
UPAYA PENANGGULANGAN KLB POLIO
SURVEILANS:
• Penyelidikan epidemiologi menyeluruh pada kasus
dan lingkungan sekita untuk mencari kasus2
tambahan
• Melakukan survei tinja pada kelompok sehat
(healthy targeted sampling) pada anak umur < 5
tahun sebanyak 30 anak di sekitar tempat tinggal
kasus
• Melakukan house to house screening ke 200 rumah
di sekitar tempat tinggal kasus untuk mengetahui
riwayat imunisasi, perjalanan, kebiasaan BAB, kasus
lumpuh layuh akut
• Pengambilan sampel polio lingkungan
• Melakukan Hospital record Review (HRR) di silent
area untuk mencari kasus lumpuh layuh akut yang
mungkin pernah berobat RS
IMUNISASI:
• Survei cepat status imunisasi pada rumah tangga
• Pertemuan dengan Komite Ahli untuk mendapatkan
rekomendasi terkait respon surveilans dan
imunisasi termasuk untuk menentukan usia
sasaran Outbreak Response Immunization (ORI)
• Penyusunan microplanning bersama kab/kota
untuk pelaksanaan Sub-PIN Polio
• Pelaksanaan Sub-PIN Polio
• Notifikasi ke WHO untuk semua kasus VDPV2
• Talaksana kasus (rehabilitasi medis di RS)
• Advokasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah
10. Sebaran KLB Suspek Campak Tahun 2023
10
Titik ditempatkan secara random di wilayah provinsi
Sumber data: Laporan Provinsi (MR-02, MR-05)
Data per tgl 1 May 2023
PAPUA TENGAH
1. Kab Paniai (33)
2. Kab Nabire (56)
3. Kab Mimika (231)
4. Kab. Dogiyai (53)
5. Kab. Intan Jaya (8)
6. Kab. Puncak (9)
7. Kab. Deiyai (27)
8. Kab. Puncak Jaya (8)
SULAWESI SELATAN
1. Kab Luwu Timur (5)
BANTEN
1. Kab Serang (K1; 9)
2. Kab Serang (K2; 21)
3. Kab Serang (K3; 7)
4. Kab Serang (K4; 5)
5. Kab. Pandeglang (6)
JAMBI
1. Kota Jambi (11)
2. Kab. Muaro Jambi (9)
3. Kab. Merangin (5)
SUMATERA BARAT
1. Kab. Solok (6)
2. Kab. Agam (4)
3. Kab. Padang Pariaman (2)
21 KLB Campak Pasti di 15 Kab/Kota di 4 Provinsi
1 KLB Mix Campak – Rubela di 1 Kab/Kota di 1 Provinsi
21 KLB suspek campak di 17 Kab/Kota di 9 Provinsi
JAWA TIMUR
1. Kab Tulungagung (6)
JAWA BARAT
1. Kab Bandung Barat (12)
2. Kab. Pangandaran (5)
3. Kab. Cirebon (K1;6)
4. Kab. Ciamis (6)
5. Kota Tasikmalaya (2)
6. Kota Bekasi (K1; 12)
7. Kota Bekasi (K2; 23)
8. Kota Bekasi (K3; 11)
9. Kota Bekasi (K4; 7)
10.Kota Depok (4)
11.Subang (4)
12.Kab. Cirebon (K2; 6)
13.Kab. Cirebon (K3; 13)
14.Kab. Cirebon (K4; 8)
15.Kab. Bandung Barat (K2; 2)
: KLB Campak Pasti
: KLB Mix (Campak-Rubela)
: KLB Suspek Campak
SUMATERA UTARA
1. Kab. Padang Lawas (26)
SUMATERA SELATAN
1. Kab. OKI (31)
KALIMANTAN SELATAN
1. Kab Banjar (6)
2. Kab Tanah Laut (13)
MALUKU UTARA
1. Kota Ternate (6)
2. Kab. Halmahera Selatan (5)
KALIMANTAN UTARA
1. Kab Nunukan (26)
2. Kota Tarakan (2)
PAPUA BARAT
1. Kab Teluk Bintuni (53)
11. Frekuensi KLB Suspek Campak Per Minggu di Indonesia Minggu 17, 2023
11
Frekuensi KLB Suspek Campak minggu 1-17, tahun 2023 (N=43) meningkat 1,5x lipat dibanding periode yang sama tahun 2022
(N=28)
Data sampai dengan 1 Mei 2023
Upaya penanggulangan KLB :
▪ Isolasi dan tatalaksana kasus,
pemisahan kasus dari ibu hamil
▪ Penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan dan kontak
erat
▪ Penentuan/pernyataan KLB oleh
pemerintah daerah setempat
▪ Rapat koordinasi dengan Komite Ahli
PD3I untuk mendapatkan rekomendasi
strategi penanggulangan KLB campak
jika diperlukan
▪ Pelaksanaan ORI KLB campak
▪ Pelibatan pimpinan daerah, tokoh
agama, tokoh masyarakat untuk
penanggulangan KLB dan penguatan
imunisasi rutin
▪ Pemanfaatan media KIE PD3I dan
imunisasi untuk edukasi tenaga
kesehatan, kader, toma, dan masyarakat
12. Sebaran KLB Difteri Minggu 17, 2023
Kriteria KLB: hasil laboratorium kultur positif
(tidak termasuk hasil lab PCR)
Titik ditempatkan secara random dalam wilayah provinsi
Data sampai dengan 1 Mei 2023
Kriteria KLB: hasil laboratorium kultur positif
(tidak termasuk hasil lab PCR)
Provinsi DKI Jakarta
1. Kota Jakarta Utara (1 kasus)
2. Kota Jakarta Timur (1 kasus) Provinsi Jawa Timur
1. Malang (1 kasus)
2. Probolinggo (1 kasus)
3. Sampang (KLB 1; 2 kasus)
4. Sampang (KLB 2; 1 kasus)
5. Mojokerto (1 kasus)
6. Kota Probolinggo (2 kasus)
Provinsi Jawa Barat
1. Sukabumi (1 kasus)
2. Garut (14 kasus)
3. Kota Tasikmalaya (1 kasus)
Provinsi Lampung
1. Lampung Tengah (1 kasus)
Provinsi NTB
1. Bima (4 kasus)
Provinsi Sumatera Utara
1. Kota Medan (KLB 1; 2 kasus)
2. Kota Medan (KLB 2; 1 kasus)
3. Kota Medan (KLB 1; 1 kasus)
Provinsi Kepulauan
Riau
1. Bintan(1 kasus)
17 KLB di 14 Kab/Kota di 7 Provinsi
13. Frekuensi KLB Difteri Per Minggu di Indonesia Minggu 17, 2023
13
Frekuensi KLB difteri minggu 1-17, tahun 2023 (N=17) sama dengan periode yang sama tahun 2022 (N=17)
Data as received at Central on 01 May 2023
Upaya penanggulangan KLB :
▪ Isolasi dan tatalaksana kasus →
pemberian ADS
▪ Penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan dan kontak
erat
▪ Pemberian profilaksis pada kontak erat
▪ Penentuan/pernyataan KLB oleh
pemerintah daerah setempat
▪ Rapat koordinasi dengan Komite Ahli
PD3I untuk mendapatkan rekomendasi
strategi penanggulangan KLB difteri jika
diperlukan
▪ Pelaksanaan ORI KLB difteri
▪ Melibatkan pimpinan daerah, tokoh
agama, tokoh masyarakat untuk
penanggulangan KLB dan penguatan
imunisasi rutin
▪ Pemanfaatan media KIE PD3I dan
imunisasi untuk edukasi tenaga
kesehatan, kader, toma, dan
masyarakat
14. Sebaran Pertusis Konfirmasi Laboratorium Minggu 17 Tahun 2023
Jambi
1. Kota Jambi (4 kasus)
2. Tanjung Jabung Barat (2 kasus)
Sumatera Barat
1. Kota Payakumbuh (1 kasus)
2. Agam (1 kasus)
3. Solok (8 kasus)
4. Kota Solok (2 kasus)
5. Kota Pariaman (1 kasus)
6. Pesisir Selatan (1 kasus)
Jawa Barat
1. Garut (17 kasus)
2. Bandung Barat (5 kasus)
3. Kota Bogor (2 kasus)
4. Kuningan 2 kasus)
5. Kota Bandung (1 kasus)
6. Kota Depok (3 kasus)
Jawa Tengah
1. Kota Salatiga (2 kasus)
2. Banyumas (1 kasus)
3. Cilacap (1 kasus)
Jawa Timur
1. Malang (2 kasus)
2. Probolinggo (1 kasus)
3. Kota Malang (4 kasus)
4. Pacitan (1 kasus)
Sulawesi Selatan
1. Bulukumba (7 kasus)
Kepulauan Riau
1. Bintan (3 kasus)
2. Kota Batam (3 kasus)
Bangka Belitung
1. Kota Pangkal Pinang (1 kasus)
2. Bangka Barat (1 kasus)
3. Bangka (1 kasus)
4. Bangka Selatan (6 kasus)
Sumatera Selatan
1. Kota Palembang (17 kasus)
2. Ogan Komering Ilir 2 kasus)
3. Muara Enim (5 kasus)
4. Ogan Komering Ulu Timur (2 kasus)
5. Lahat (4 kasus)
6. Musi Banyuasin (2 kasus)
7. Kota Pagar Alam 4 kasus)
8. Banyuasin (3 kasus)
9. Ogan Ilir (1 kasus)
10.Empat Lawang (1 kasus)
11.Penungkal Abab Lematang Ilir (1 kasus)
Maluku Utara
1. Kota Ternate (9 kasus)
2. Halmahera Barat (3 kasus)
3. Kota Tidore Kepulauan (1 kasus)
Aceh
1. Kota Banda Aceh (1 kasus)
DKI Jakarta
1. Jakarta Pusat (7 kasus)
2. Jakarta Selatan (8 kasus)
3. Jakarta Utara (3 kasus)
4. Jakarta Barat (1 kasus)
Sulawesi Tenggara
1. Kota Kendari (2 kasus)
Papua
1. Keerom (1 kasus)
Titik ditempatkan secara random dalam wilayah provinsi
Data as received at central on 01 May 2023
DIY
1. Sleman (2 kasus)
Bengkulu
1. Kota Bengkulu (3 kasus)
2. Bengkulu Utara (2 kasus)
Lampung
1. Kota Bandar Lampung
(1 kasus)
NTB
1. Kota Matraman (1 kasus)
Kalimantan Barat
1. Kayong Utara (1 kasus)
174 Kasus di 55 Kab/Kota, 19 Provinsi
15. Frekuensi KLB Pertusis Per Minggu di Indonesia Minggu 17, 2023
15
Frekuensi KLB Pertusis minggu 1-17, tahun 2023 (N=58) meningkat 9,7x lipat dibanding periode yang sama tahun 2022 (N=6)
Data as received at Central on 01 May 2023
Upaya penanggulangan KLB :
▪ Isolasi dan tatalaksana kasus
▪ Penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan dan kontak
erat
▪ Pemberian profilaksis pada kontak erat
▪ Penentuan/pernyataan KLB oleh
pemerintah daerah setempat
▪ Rapat koordinasi dengan Komite Ahli
PD3I untuk mendapatkan rekomendasi
strategi penanggulangan KLB Pertusis
jika diperlukan
▪ Penguatan imunisasi rutin
▪ Melibatkan pimpinan daerah, tokoh
agama, tokoh masyarakat untuk
penanggulangan KLB dan penguatan
imunisasi rutin
▪ Pemanfaatan media KIE PD3I dan
imunisasi untuk edukasi tenaga
kesehatan, kader, toma, dan
masyarakat
17. Tantangan dan Kendala
17
1. Komitmen pemerintahan daerah dalam hal penyediaan anggaran
dan sumber daya belum optimal
2. Tingginya rotasi petugas yang sudah terlatih dan beban ganda
pekerjaan
3. Ketersediaan logistik, ADS dan reagen yang tidak tepat waktu
4. Terbatasnya laboratorium pemeriksa PD3I
5. Keterlambatan penemuan kasus dan pelaporan kasus PD3I
6. Penemuan kasus di Rumah Sakit masih rendah, baik RS
pemerintah maupun swasta
7. Penyelidikan epidemiologi yang belum optimal
8. Respon dan penanggulangan yang belum menjadi perhatian
sehingga potensi penularan yang semakin meluas
19. 19
Penguatan Surveilans PD3I Penguatan Imunisasi rutin
Desk review setiap bulan dengan dinkes provinsi dan kab/kota
terkait penemuan kasus PD3I dan kendala yang dihadapi
Rapat koordinasi dengan Komite Ahli Surveilans PD3I dan mitra
pembangunan dalam upaya peningkatan penemuan kasus dan
penanggulangn KLB PD3I
Penyediaan sarana dan prasarana surveilans dan penangangan
kasusPD3I (logistic pengambilan sampel, reagen pemeriksa AFP,
MR, polio lingkungan dan ADS)
Peningkatan koordinasi dengan RS dan fasyankes lainnya dalam
upaya penemuan dan pelaporan kasus PD3I
Peguatan jejaring Laboratorium Surveilans PD3I: rapat
koordinasi laboratorium jejaring, perluasan jejaring laboratorium
surveilans PD3I
Peningkatan kapasitas petugas surveilans dan laboratorium:
pelatihan, workshop, OJT, seminar, monev
Penyampaian umpan balik kepada provinsi dan kab/kota per
triwulan
Desk review setiap bulan dengan dinkes provinsi dan kab/kota
terkait cakupan imunisasi dan kendala yang dihadapi
Mengupayakan vaksin dan logistik lainnya tersedia dalam jumlah
yang cukup dan tepat waktu
Peningkatan kapasitas petugas: pelatihan, workshop, OJT,
seminar, monev
Memperkuat pemantauan wilayah setempat (PWS) dalam
program imunisasi
Meningkatkan Kerjasama dan integrasi dengan lintas program /
lintas sektor terkait, serta swasta dalam upaya mendukung
akselesari capaian imunisasi rutin
Advokasi kepada pemerintah daerah, institusi non pemerintah
(PKK), lembaga keagamaan
Penyampaian umpan balik kepada provinsi dan kab/kota per
triwulan
22. 22
1. Rendahnya cakupan imunisasi dan disparitas cakupan antar wilayah
yang menyebabkan peningkatan kasus PD3I
2. Penanggulangan yang tidak optimal menyebabkan semakin
meluasnya daerah terdampak kasus PD3I dan KLB
3. Surveilans yang baik dapat mendeteksi dini kasus PD3I sehingga
mencegah terjadinya KLB PD3I
4. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah pusat dan daerah
dalam ketersediaan anggaran, sarana prasarana dan sumber daya
manusia