2. Kelompok A 1.2
• Gina Supresyani 200110110011
• Rinaldy Noor 200110110013
• Sefyandi Adi P. 200110110015
• Hanifah Nur R. 200110110016
• Fauzy Eka F. 200110110018
• Rian Pebriana 200110110019
• Abdurokhim Amin 200110110024
• Dewi Permatahati 200110110026
• JajatRohmana 200110110030
3. Latar Belakang
• Diagnosa kebuntingan adalahsalah satu cara mengetahui status
kebuntingan seekor hewan dengan ketepatan100%.
• Tujuan utama: membantuprogram IB, ET dan diagnosa kelainan
dalam saluranreproduksi hewan.
4. Definisi
• Diagnosa kebuntingan: Cara mengetahui bunting atau tidaknya
seekor ternak atau untuk mengetahui normal tidaknya saluran
reproduksi ternak tersebut.
• Cara memonitor dan membuktikanhasil Inseminasi Buatan secara
cepat dan layak (jika dilakukaninseminasi buatan). Pemeriksaan
kebuntingan sebaiknya dilakukansetelah 60 hari pasca Inseminasi
Buatan, dikhawatirkan terjadi keguguran (Yulianty, 2013).
5. Manfaat Diagnosa Kebuntingan
Menurut Jainudin dan Hafez (2000):
• Mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB
sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan
penanganan yang tepat.
• Sebagai pertimbangan apabila ternak harus dijual atau di culling
• Untuk menekan biaya pada breeding program yang menggunakan teknik hormonal
yang mahal
• Membantu manajemen ternak yang ekonomis.
6. Tanda-tanda Kebuntingan
• Tidak ada tanda-tanda berahi.
• Adanya pembesaran abdomen pada 1/3 bagian bawah kanan pada
kebuntingan mendekati 3 bulan.
• Pada kebuntingan umur 5 bulan, massa otot di daerah Fossa Para Lumbal
melegok sekali karena relaksasi Ligamentum Sacro Illiaca.
• Predisposisi atau Penggemukan.
• Akhir kebuntingan : pada sapi dara kelenjar ambing volumenya meningkat.
• Adanya Fremitus : Arteria Uterina Media.
• Pada umumnya : Sapi Betina bunting karakternya tenang.
7. Perubahan selama Kebuntingan
• Vulva dan vagina
Oedema pada vulva pada sapi dara terlihat setelah kebuntingan berumur 6-7 bulan.
Pada sapi yang telah beranak 8,5-9 bulan. Semakin tua buntingnya semakin jelas
eodema vulva ini.
• Serviks
Segera setelah terjadi fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjar-kelenjar serviks.
Kripta-kripta menghasilkan lendir yang kental, semakin tua umur kebuntingan maka
semakin kental lendir tersebut.
8. Perubahan selama Kebuntingan
• Uterus
Terjadinya vaskularisasi pada endometriumdan terbentuk lebih banyak kelenjar
endometrium, sedangkankelenjar yang telah ada tumbuhlebih panjang dan
berkelok-kelok seperti spiral.
• Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan jugamengalamiperubahan.
Perubahan yang pertama adalah volumenya, dari sedikit menjadi banyak; kedua dari
perbandingannya. Hampir semuaspesies, cairan amnion menjadi lebih banyak dari
pada volume cairan allantois, tetapi pada akhir kebuntinan cairan allantois menjadi
lebih banyak.
• Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi, terjadilah kawah bekas folikel. Kawah ini segera dipenuhi oleh darah
yang dengan cepatmembeku yang disebut corpushemorrhagicum. Pada hari ke 5
sampai ke-6 korpus luteum telah terbentuk.
9.
10. Metode Diagnosa Kebuntingan
1. Non Return to Estrus
Selama kebuntingan, konseptus menekanregresi corpus luteum (CL)
dan mencegah hewan kembaliestrus. Oleh sebab itu, apabila hewan
tidak kembaliestrus setelah perkawinan maka diasumsikanbunting.
+ metode murah, sederhana
- ketepatan metodaini tergantung dari ketepatan deteksi estrusnya.
Pada kerbau, penggunaan metodaNR ini tidak dapat dipercaya karena
sulitnya mendeteksi estrus.
11. Metode Diagnosa Kebuntingan
2. Eksplorasi Rektal
Dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi.
Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba
pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus.
+ Dapat digunakan pada tahap awal kebuntingan dengan hasilnya dapat
langsung diketahui. Palpasi transrectal pada uterus telah sejak lama
dilakukan. Teknik yang dikenal cukup akurat dan cepat ini juga relative murah.
- Sempitnya rongga pelvic pada kambing, domba dan babi maka eksplorasi
rektal untuk mengetahui isi uterus tidak dapat dilakukan. Dibutuhkan
pengalaman dan training bagi petugas yang ketepatan melakukannya. Teknik
ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30 hari.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. Metode Diagnosa Kebuntingan
3. Ultrasonography
Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini dapat
mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua uteri dalam
rongga abdomen.
+ Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat
dilakukan pada usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada
usia kebuntingan diatas 30 hari.
- Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator yang terlatih untuk
dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor. Ada resiko
kehilangan embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat
memasukkan probe.
20. Metode Diagnosa Kebuntingan
4. Diagnosa Imunologik
Teknik Imunologik untuk diagnosa kebuntingan berdasarkan pada
pengukuran level cairan yang berasal dari konseptus, uterus atau ovarium
yang memasuki aliran darah induk, urin dan air susu. Test ini dapat mengukur
dua macam cairan yaitu:
• Pregnancy Specific yg hadir dalam peredaran darah maternal : eCG dan EPF.
• Pregnancy Not Specific, perubahan-perubahan selama kebuntingan,
konsentrasi dalam darah maternal,urin dan air susu, contoh : progesteron
dan estrone sulfate.
• Beberapa protein-like substance telah diidentifikasi dari dalam peredaran
darah maternal selama terjadi kebuntingan.
+ Hasil lebih akurat
- Prosedur rumit dan membutuhkan interpretasi cermat
21. Metode Diagnosa Kebuntingan
5. Metode Punyakoti
• Metode deteksi kebuntingan ternak sapi dengan menggunankan urine.
Pada uji Punyakoti, ada senyawa lain yang menyusun urine yang digunakan
untuk menentukan kebuntingan baik pada manusia maupun sapi
(ruminansia). Selain urea dan asam urat yang dikeluarkan oleh urine sapi,
bagian terpenting yang menentukan dalam uji Punyakoti ini adalah hormon
tumbuhan yang disebut abscisic acid (ABA) (Istiana, 2010). Sedangkan
hormon progesteron dan estrogen yang tergandung dalam urine tidak
mempengaruhi uji ini, karena kedua hormon ini tidak mempengaruhi
perkembangan biji gandum (embrio).
+ Sederhana, unik
- Akurasi kurang
22. Metode Diagnosa Kebuntingan
6. Diagnosa kebuntingan berdasarkan konsentrasi hormon
Pengukuran hormon-hormonkebuntingan dalamcairan tubuh dapat
dilakukandengan metoda RIA dan ELISA. Memakai sampel plasma
darah dan air susu.
+ Dapat mendiagnosakebuntingan pada ternak lebih dini dibandingkan
dengan metodarectal. Dapat menentukan kandungan semua hormon
sampai konsentrasi yang sangat rendah sekali mencapai konsentrasi
pictogram(1 pg = 10-12 gram) untuk setiap satuan ml.
- Akan tetapi secara komersil, metodaRIA terlalumahaluntuk
digunakan.
23. Kesimpulan
• Diagnosa kebuntingan penting dilakukanuntuk mengetahui
bunting atau tidaknya seekor ternak atau untuk mengetahui
normal tidaknya saluran reproduksi ternak tersebut.
• Metode-metode yang digunakan dalam mendiagnosa
kebuntingan yaitu Non return to estrus, eksplorasi rektal,
ultrasonography, diagnosa imunologik,metode punyakoti, dan
diagnosa berdasarkan konsentrasi hormon.
24. Referensi
• Frandson. 1982. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan Srigandowo dan
Praseno. Gadjahmada University press. Yogyakarta
• Jainudeen, M.R. and Hafez. E.S.E. 2000. Pregnancy Diagnosis, dalam Hafez,
E.S.E and Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia.
• Partodihardjo. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.
• Rasad, SIti Darojah. 2011. Buku Ajar Teknologi Reproduksi Ternak. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang.
• Yulianty, Nia. 2013. Metode Pemeriksaan Kebuntingan.
http://niayulianty.blogspot.com/2013/10/metode-pemeriksaan-kebuntingan
• Anonim. http://www.ucd.ie/vetanat/images/image