Dokumen tersebut membahas tentang investasi perusahaan multinasional di Indonesia. Secara singkat, dibahas mengenai latar belakang maraknya perusahaan multinasional, masalah yang dihadapi oleh perusahaan multinasional dalam berinvestasi di Indonesia seperti ketidakpastian hukum dan politik, serta strategi yang digunakan perusahaan multinasional dalam berinvestasi seperti melalui inovasi produk.
1. INVESTASI PERUSAHAAN MULTINASIONAL DI INDONESIA
Ditujukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Manajemen Keuangan Internasional
Disusun Oleh
Jelita Widiastuti
12.05.51.0138
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
2015
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ketika masyarakat Indonesia saat ini semakin banyak memilih untuk bersifat
individualisme ternyata keputusan lain diambil oleh pemerintah Indonesia. Dengan alasan
perkembangan dunia yang semakin komplek, kerjasama yang baik dibidang ekonomi,
politik, sosial-budaya, maupun pendidikan yang terjadi antarnegara masih sangat
diperlukan oleh pemerintah Indonesia dan tentu saja oleh hampir seluruh negara didunia
ini. Hal ini didorong karena satu negara dengan negara lain saling membutuhkan satu
sama lain terutama kerjasama dibidang ekonomi dan politik. Sulit untuk membayangkan
dunia tanpa politik dan ekonomi karena kedua aspek tersebut saling bersinggungan satu
sama lain dan sering menjadi pokok bahasan penting dalam studi hubungan internasional.
Salah satu perkembangan dunia ekonomi politik internasional paska Perang Dunia II
adalah kemunculan perusahaan multinasional (MNC). Perusahaan multinasional (MNC)
adalah sebuah perusahaan internasional atau transnasional yang berkantor pusat di satu
negara tetapi memiliki kantor cabang di baik di negara maju maupun negara berkembang.
MNC merupakan aktor baru (non-state) dalam konstelasi internasional yang
perkembangannya menarik para scholars dalam hubungan internasional untuk
menelitinya (Lairson & Skidmore, 2003: 81).
Kelahiran MNC ini dapat dipahami dari catatan-catatan yang ditulis oleh Marx
mengenai perilaku-perilaku kaum kapitalis (Magdoff, 1978: 165). Menurut Marx, inti
sentral dari kelahiran MNC, ditandai oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) Kondisi
perusahaan kapitalis memaksa perusahaan individu perlunya untuk semakin memperluas
jaringan mereka. Perkembangan produksi kapitalis yang semakin tumbuh signifikan,
membuat mereka “dipaksa” untuk terus meningkatkan jumlah modal kapital mereka. (2)
Proses akumulasi modal dapat dilakukan melalui dua bentuk yang saling berkaitan satu
sama lain yaitu penyebaran produksi dalam skala besar dan kombinasi perusahaan
melalui merger dan akuisisi. Dan (3) pasar menyediakan dasar dan elemen penting dari
produksi kapitalis. Faktanya adalah, kapitalisme lahir di masa revolusi industri pada abad
3. ke-16 dan awal abad ke-17- sebuah revolusi yang dihasilkan pasar global, berpusat pada
kebutuhan dan keinginan bangsa-bangsa eropa barat. Inti utama atribut dari MNC sendiri
adalah perluasan investasi, konsentrasi kekuasaan perusahaan, dan pertumbuhan pasar
dunia (Magdoff, 1978: 166-167).
Kegiatan penanaman modal sebagai kegiatan perluasan investasi merupakan salah
satu bentuk transaksi bisnis, yang keberlangsungan dapat dikategorikan sebagai suatu
transaksi bisnis internasional (International Business Transactions) atau hukum
perdagangan internasional (International Trade Law) yang dilangsungkan oleh dan antar
warganegara atau badan usaha (Business Organization) lintas batas negara (Cross
Border), misalnya antara pelaku usaha Indonesia baik badan hukum Indonesia ataupun
perorangan warga negara Indonesia dengan pelaku usaha asing baik badan hukum hukum
asing ataupun perorangan warganegara asing. Dalam praktik, investasi asing dapat
dilakukan dalam bentuk investasi portofolio dan investasi asing langsung atau Foreign
Direct Investment (FDI).
Menurut Krugman (1991) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal
internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas
perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber
daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control terhadap perusahaan di luar negeri.
Panayotou (1998) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan
pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab
terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how,
management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. Dan dia menyebutkan
bahwa lebih dari 80% modal swasta dan 75% dari FDI sejak tahun 1990 mengalir ke
negara-negara dengan pendapatan menengah (Middle Income Countries). Untuk kawasan
Asia nilainya mencapai 60% dan Amerika Latin sebesar 20%. World Bank (1999)
memperkirakan bahwa investasi asing di negara-negara berkembang akan tumbuh pada
tingkat 7 – 10% per tahun sampai akhir dekade. Hal ini didorong oleh dampak
liberalisasi, privatisasi, inovasi teknologi, penurunan biaya trasportasi, telekomunikasi,
mobilitas modal dan pertumbuhan integrasi keuangan. Pada dasarnya Penanaman modal
asing akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangannya perkonomian
Indonesia.
4. 1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja masalah perusahaan multinasional dalam melakukan investasi asing
langsung atau Foreign Direct Invesment di Indonesia ?
2. Bagaimana strategi perusahaan multinasional dalam melakukan investasi asing
langsung atau Foreign Direct Invesment di Indonesia ?
3. Apa saja peluang perusahaan multinasional dalam melakukan investasi asing
langsung atau Foreign Direct Invesment di Indonesia ?
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja masalah perusahaan multinasional dalam melakukan
investasi asing langsung atau Foreign Direct Invesment di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi perusahaan multinasional dalam melakukan
investasi asing langsung atau Foreign Direct Invesment di Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa peluang perusahaan multinasional dalam melakukan investasi
asing langsung atau Foreign Direct Invesment di Indonesia.
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MASALAH INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA
Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter. Krisis moneter ini
diawali dengan terdefresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Defresiasi nilai tukar rupiah makin tajam sehingga krisis moneter yang terjadi tersebut
berlanjut menjadi krisis ekonomi yang dampaknya terasa hingga saat ini. Pertumbuhan
ekonomi berjalan sangat lambat. Salah satu cara untuk membangkitkan atau
menggerakkan kembali perekonomian nasional seperti sediakala sebelum terjadinya krisis
ekonomi adalah kebijakan mengundang masuknya investasi di Indonesia. Investasi,
khususnya investasi asing sampai hari ini merupakan faktor penting untuk menggerakkan
dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya investasi asing dalam
kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya
keengganan masuk investasi ke Indonesia pada saat ini. Faktor-faktor yang dapat menjadi
pendukung masuknya arus investasi ke suatu negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas
politik, dan kepastian hukum, tampaknya menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi
Indonesia. Bahkan otonomi daerah yang sekarang diterapkan di Indonesia dianggap
menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa daerah.
Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi relokasi investasi
ke negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia dewasa
ini. Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor yang dituding menjadi penyebab dari
terjadinya tidak kondusifnya iklim investasi yaitu :
1. Instabilitas Politik dan Keamanan.
2. Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan.
3. Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah
serta belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan
otonomi daerah.
4. Kurangnya jaminan kepastian hukum.
6. 5. Lemahnya penegakkan hukum.
6. Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi.
7. Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan.
8. Masih maraknya praktek KKN.
9. Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan
tidak berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing Indonesia
dalam menarik investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.
10. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.
Elscom Monthly Journal juga mencatat beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
menariknya iklim investasi di Investasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Masalah keamanan, sosial, dan politik.
2. Lemahnya peraturan perundang-undangan supremasi hukum dan jaminan
kepastian hukum.
3. Banyaknya masalah ketenagakerjaan.
4. Implementasi otonomi daerah yang belum jelas.
5. Kebijakan pemerintah yang tidak mendorong investasi seperti inkonsistensi
kebijakan yang dikeluarkan.
Selain faktor disadvantage di atas, iklim investasi di Indonesia bertambah tidak
kondusif lagi karena stabilitas politik dan sosial serta jaminan keamanan dan penegakkan
hukum di dalam negeri yang masih rawan. Masalah yang paling sering dikeluhkan oleh
investor adalah masalah penegakkan hukum. Hasil survey dari Political and Economic
Risk Consultancy Ltd menunjukkan bahwa Indonesia paling buruk dalam skor hukum di
Asia. Indonesia pada posisi paling atas dengan tidak adanya kepastian hukum membuat
para investor merasa tidak nyaman untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Hal ini yang
juga sering dikeluhkan oleh banyak investor adalah masalah perizinan dan birokrasi yang
masih dianggap bertele-tele dan memakan biaya yang besar. Namun hal tersebut mulai
mengalami perbaikan dan peningkatan sejak dikelarkannya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan
kegiatan investasi di Indonesia adalah, terbitnya peraturan perundang-undangan yang tidak
mendukung kegiatan dunia usaha. Sebagai contoh adalah, Keputusan Menaker Nomor 150
7. Tahun 2000. Daya saing Indonesia untuk menarik investor asing semakin berkurang
dengan terbitnya Kepmenaker Nomor 150 Tahun 2000 tentang Penyelesaian Pemutusan
Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan
Ganti Kerugian di Perusahaan. Hal yang menjadi masalah dalam Kepmenaker tersebut
adalah, menyangkut kewajiban perusahaan untuk memberikan pesangon dan penghargaan
bagi pekerja yang mengundurkan diri. Jika diimplementasikan, ketentuan tersebut sangat
merugikan dunia usaha karena perusahaan harus membayar uang penghargaan jasa kepada
pekerja yang mengundurkan diri. Masalah perburuhan ini dianggap sebagai salah satu
penyebab ketidakpastian iklim investasi. Investor tidak akan masuk ke Indonesia apabila
ketentuan perburuhan tidak jelas dan sangat membebani dunia usaha. Apabila
Kepmenaker tersebut tidak direvisi, maka tidak akan ada investor yang berminat untuk
menanamkan modal di Indonesia.
2.2 STRATEGI INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA
Perusahaan Multinasional bersifat oligopolis yang mana pada saat ini dihubungkan
dengan ketidaksempurnaan pasar. Ketidak sempurnaan ini dapat terjadi di pasar produk
dan pasar faktor produksi di pasar keuangan. Penjelasan tentang MNC ini dapat
menggunakan teori organisasi (Industrial Organizatioan Theory), berdasarkan teori ini
perusahaan multinasional memiliki modal tak terwujud (Intangibel Capital) dalam bentuk
merk dagang, paten, keahlian pemasaran dan kemampuan organisasionalnya. Jika modal
tidak terwujud dapat diwujudkan dalam bentuk produk tanpa diperlukan adanya adaptasi,
maka ekspor dapat menjadi bentuk penanaman modal asing yang dipilih untuk melakukan
penetrasi pasar. Apabila pengetahuan perusahaan dalam bentuk produk khusus atau
tehnologi yang dapat ditransfer maka penguasaan pasar luar negeri dapat dilakukan
dengan pemberian lisensi.
Ketidaksempurnaan pasar meliputi kemampuan perusahaan multinasional untuk
memperoleh dana dari berbagai sumber atau disebut diversifikasi sumber dana. Dengan
memperoleh dana dari banyak negara maka risiko politik yang dihadapi perusahaan
multinasional dapat dikurangi. Pada umumnya perusahaan multinasional memiliki biaya
operasi yang lebih rendah dan modal yang lebih besar kepada perusahaan asing dan
perusahaan lokal. Sehingga perusahaan multinasional akan berproduksi pada tingkat biaya
rata-rata rendah atau mengalami skala ekonomi. Keunggulan ini akan merupakan halangan
bagi perusahaan lain untuk masuk ke industri yang sama.
8. Pengetahuan tentang strategi MNC akan mendorong terpilihnya proyek investasi yang
paling sesuai dengan tujuan perusahaan. Proyek investasi yang terbaik adalah proyek yang
menempati ranking teratas berdasarkan kriteria perusahaan. Hal yang lebih penting yang
akan diperoleh dari pengetahuan tentang strategi adalah peningkatan kreativitas tentang
strategi ekspansi global. Beberapa strategi yang digunakan perusahaan multinasional
adalah sebagai berikut :
1. Multinasional Berdasarkan Inovasi
Perusahaan multinasional seperti 3M (Amerika Serikat), N.V,Philips (Belanda)
dan Sony (Jepang) menciptakan barries to entry terus menerus. Perusahaan ini
menghabiskan dana yang jumlahnya besar untuk melakukan penelitian dan
pengembangan. Produk yang dihasilkan perusahaan ini didesain untuk memenuhi
kepuasan konsumen.
2. Multinasional Dewasa
Strategi yang memungkinkan industri otomobil, minyak, kertas dan makanan
kaleng untuk tetap beroperasi walaupun kemampuan inovatifnya telah hilang dan
produknya telah distandarisasi. Caranya adalah dengan menciptakan barries to
entery melalui skala produksi yang ekonomis dan kenaikan proporsi biaya
pemasaran dan distribusi yang paling rendah daripada kenaikan keuntungan yang
diperoleh.
3. Multinasional Menua
Saat produk distandarisasi, maka keahlian teknologi dan organisasional akan
berkurang dan semua barries to entery akan menghilang. Strategi yang digunkan
saat perusahaan multinasional mengalami keunggulan kompetitif produknya
menjadi hilang, salah satu kemungkinannya adalah dengan masuk kepasar baru
yang pesaingnya masih sedikit.
Dalam praktek perusahaan harus mampu mendapat dan meproses semua informasi
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang rasional berdasarkan semua fakta yang
terjadi. Perusahaan observasi dapat dilihat dari dua teori diantranya yaitu :
1. Teori proses Internasional, keputusan untuk berinvestasi keluar negeri untuk
pertama kali merupakan proses pengembangan pasar perusahaan.
2. Jaringan Internasional, dalam jaringan internasional ada perusahaan multinasional
yang berlaku sebagai perusahaan induk lainnya sebagai perusahaan cabang.
9. Bila perusahaan telah memutuskan untuk berinvestasi di luar negeri, maka yang harus
dipertimbangkan cara yang terbaik untuk melakukannya. Cara-cara yang dapat dipilih
untuk melakukan investasi luar negeri antara lain : Melakukan Joint Venture, melakukan
Merger atau akuisisi dengan perusahaan yang telah eksis, melakukan lisensi, melakukan
kontrak manajemen, dan lainnya.
2.3 PELUANG INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA
Dibawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah Indonesia
mengadakan International Infrastructure Summit pada tanggal 17 Januari 2005 dan
BUMN summit pada tanggal 25-26 Januari 2005. Infrastructure summit menghasilkan
keputusan eksplisit bahwa seluruh proyek infrastruktur dibuka bagi investor asing untuk
mendapatkan keuntungan, tanpa perkecualian. Pembatasan hanya akan tercipta dari
kompetisi antar perusahaan. Pemerintah juga menyatakan dengan jelas bahwa tidak akan
ada perbedaan perlakuan terhadap bisnis Indonesia ataupun bisnis asing yang beroperasi di
Indonesia. Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan proses liberalisasi yang saat ini sedang
berlangsung di semua sektor di Indonesia dan menunjukkan pentingnya FDI bagi
pemerintah Indonesia. Semangat ayat-ayat dalam UUD 1945 yang bermaksud melindungi
barang dan jasa publik yang bersifat strategis telah sirna.
Sejak tahun 2010 FDI yang masuk ke Indonesia menunjukkan peningkatan pesat.
Sejak itu Indonesia mulai masuk dan bertengger di radar screen perusahaan-perusahaan
asing. Daya tarik Indonesia sebagai pasar mulai tidak lagi dipandang sebelah mata oleh
mereka. Pemicunya adalah ketika Indonesia mampu menghadapi krisis global tahun 2008-
2009 dengan mencatatkan pertumbuhan positif 4,6 persen pada tahun 2009. Hanya China,
India, dan Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan positif di tengah perekonomian dunia
yang mengalami resesi.
Akhirnya, pada tahun 2012 untuk pertama kalinya Indonesia masuk ke dalam
kelompok 20 besar penerima FDI. Berdasarkan laporan United Nations Conference on
Trade and Development (UNCTAD) terbaru yang berjudul “World Investment Report
2013″ Indonesia menduduki urutan ke-17. Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga
yang sama, tentang pandangan dan rencana investasi perusahaan-perusahaan
10. transnasional, Indonesia berada di urutan keempat sebagai negara yang paling prospektif
sebagai penerima FDI untuk tahun 2013-2015. Posisi ini sama dengan posisi pada laporan
tahun lalu dan naik dua peringkat dibandingkan dengan laporan dua tahun lalu. Posisi
pertama sampai ketiga adalah China, Amerika Serikat, dan India. Berdasarkan survei yang
dilakukan ATKearney, peringkat Indonesia melonjak dari urutan ke-19 menjadi ke-9. Jika
kita keluarkan negara-negara maju, maka posisi Indonesia tak jauh berbeda dengan
laporan UNCTAD. Survei yang dilakukan Lembaga resmi pemerintah Jepang, JBIC juga
meningkatkan peringkat Indonesia dari urutan ke-5 pada tahun 2011 menjadi urutan ke-3
pada tahun 2012. Survei ini dilakukan hanya untuk perusahaan manufaktur Jepang yang
beroperasi di luar negeri.
Feldstein (2000) meyakini bahwa sebagai salah satu jenis aliran modal bebas, FDI
memiliki beberapa keuntungan. Diantaranya :
1. Aliran modal tersebut mengurangi risiko dari kepemilikan modal dengan
melakukan devesifikasi melalu investasi.
2. Integrasi global pasar modal dapat memberikan spread terbaik dalam
pembentukan corporate governance, accounting rules, dan legalitas.
3. Mobilitas modal secara global membatasi kemampuan pemerintah dalam
menciptakan kebijakan yang salah. Disamping keuntungan tersebut diatas, negara
penerima (host country) akan menerima keuntungan.
Kehadiran investasi langsung, khususnya FDI (Foreign Direct Investment) di suatu
negara akan menguntungkan negara tersebut, khususnya dalam hal pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Kehadiran FDI memberi
banyak hal positif terhadap perekonomian dari negara tuan rumah. Faktor-faktor yang
menjadi peluang perkembangan investasi di dalam negera Indonesia bagi MNC sebagai
investor asing langsung diantaranya:
1. Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokrasi yang secara terus-
menerus telah diambil oleh pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim
investasi.
2. Diberikannya fasilitas perpajakan khusus untuk daerah tertentu.
3. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas, bahan
tambang dan hasil hutan maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan, dan
keindahan alam Indonesia tetap menjadi daya tarik tersendiri yang telah
11. mengakibatkan tumbuhnya proyek-proyek yang bergerak di bidang industry
kima, industry perkayuan, industry perhotelan (tourisme), yang sekarang menjadi
sektor primadona yang banyak diminati para investor baik dalam rangka investor
dalam negeri maupun investor asing.
4. Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif memberikan
pengaruh terhadap peningkatan minta investor pada proyek-proyek yang bersifat
padat karya, seperti industri tekstil, industri sepatu dan mainan anak-anak.
12. BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuk investasi ke
Indonesia pada saat ini. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya
arus investasi ke suatu negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan
kepastian hukum, tampaknya menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi
Indonesia. Bahkan otonomi daerah yang sekarang diterapkan di Indonesia
dianggap menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa
daerah.
2. Pengetahuan tentang strategi MNC akan mendorong terpilihnya proyek investasi
yang paling sesuai dengan tujuan perusahaan. Proyek investasi yang terbaik
adalah proyek yang menempati ranking teratas berdasarkan kriteria perusahaan.
Hal yang lebih penting yang akan diperoleh dari pengetahuan tentang strategi
adalah peningkatan kreativitas tentang strategi ekspansi global. Beberapa strategi
yang digunakan perusahaan multinasional adalah strategi multinasional
berdasarkan inovasi, multinasional dewasa dan multinasional menua.
3. Infrastructure summit menghasilkan keputusan eksplisit bahwa seluruh proyek
infrastruktur dibuka bagi investor asing untuk mendapatkan keuntungan, tanpa
perkecualian. Pembatasan hanya akan tercipta dari kompetisi antar perusahaan.
Pemerintah juga menyatakan dengan jelas bahwa tidak akan ada perbedaan
perlakuan terhadap bisnis Indonesia ataupun bisnis asing yang beroperasi di
Indonesia. Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan proses liberalisasi yang saat ini
sedang berlangsung di semua sektor di Indonesia dan menunjukkan pentingnya
FDI bagi pemerintah Indonesia. Dengan ini peluang FDI di Indonesia makin
terbuka lebar.
13. DAFTAR PUSTAKA
Magdoff, Harry. 1978. “The Multinational Corporation and Development – A
Contradiction?” dalam Imperialism: from the Colonial Age to the Present. New York:
Monthly Preview Press, pp:165-197.
http://www.The-Journals.html
http://www.ADIB –Investasi-Langsung-Luar-Negeri-(FDI).html
http://www.jbs.co.id/penanaman-modal-asing-pma-menuperijinan-95.html
http://yolanda123.wordpress.com/2011/03/14/tugas-kelompok-makalah-investasi-atau-
penanaman-modal/
Curry, Jeffry Edmund. 2001, Memahami Ekonomi Internasional, Memahami Dinamika
Pasar Global, Penerbit PPM, Jakarta.
Dirdjosisworo, Soedjono. 1999, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di
Indonesia, cetakan Pertama, CV. Mandar Maju