SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 78
Rencana Kehutanan 
Tingkat Provinsi Jawa Tengah 
Tahun 2011 – 2030 
DINAS KEHUTANAN 
PROVINSI JAWA TENGAH 
2012
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH 
TAHUN 2011-2030 
Pengarah: 
Dr. Ir. Sri Puryono K.S., MP. 
Ir. Oman Djuharna, MM. 
Tim Penyunting: 
Ir. Triyono, MP. 
Ammy Rita Manalu, S.Hut, M.Si. 
Sigit Murhofiq, S.Hut. 
Indira Puspita, S.Si. 
Sumber Dana: 
- Dana APBD Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 
Foto Sampul : 
- Hutan, Sungai dan Sawah (Fotografer : T. Satyatama)
KATA PENGANTAR 
Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) Jawa Tengah Tahun 2011-2030 merupakan dokumen perencanaan sektor kehutanan jangka panjang, yang penyusunannya telah melalui proses sinkronisasi dengan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), konsultasi para pihak dan disahkan oleh Gubernur. RKTP sebagai rencana sektor kehutanan diharapkan menjadi acuan dalam penyusunan rencana pembangunan, rencana investasi dan rencana kerja usaha dengan cakupan lebih rendah baik berdasarkan skala geografis, jangka waktu maupun program-program pembangunan kehutanan di tingkat provinsi maupun kabupaten. 
Kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada para pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 ini, khususnya kepada Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Balai KSDA Jawa Tengah, BPKH Wilayah XI Jawa-Madura, BTN Karimunjawa, BTN Gunung Merapi, BTN Gunung Merbabu, BPDAS Solo, BPDAS Pemali Jratun, BPDAS Serayu Opak Progo, BPTKPDAS Solo dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Djoko Marsono, Dr. Ir. Rishadi Purwanto, M.Agr, Gatot Kurniawan, S.Si, M.Si, sebagai tim ahli RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030. 
Semarang, November 2012 
Kepala Dinas, 
Ir. Oman Djuharna, MM. 
Pembina Tk. I 
NIP. 19570512 198502 1 003
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
D
Hutan Lindung Perum Perhutani KPH Kendal di Weleri (Photograph by T. Satyatama)
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 F
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
I 
GUBERNUR JAWA TENGAH 
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 
NOMOR 46 TAHUN 2012 
TENTANG 
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH 
TAHUN 2011-2030 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
GUBERNUR JAWA TENGAH, 
Menimbang : 
a. bahwa dalam rangka pengelolaan Hutan di Provinsi Jawa Tengah, perlu dilakukan secara 
terpadu dan terencana, dengan mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional; 
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan sesuai ketentuan 
Pasal 36 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan 
Kehutanan, ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 42/ Menhut- 
II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan serta Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 
P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030, perlu 
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Jawa Tengah 
Tahun 2011-2030; 
Mengingat : 
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pem-bentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan 
Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950 Halaman 86-92); 
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan 
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 II 
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik 
Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang 
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang 
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang- 
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran 
Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4421); 
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara 
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang 
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah 
Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik 
Indonesia Tahun2007 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
4725); 
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Per-lindungan Dan Pengelolaan Lingkungan 
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran 
Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 5234); 
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik 
Indonesia Nomor 4405); 
11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik 
Indonesia Nomor 4452); 
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana 
Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 
2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana 
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
III 
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana 
Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 
2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara 
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4737); 
14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4833); 
15. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan 
Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217); 
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan 
Lindung Di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jateng Tahun 2003 Nomor 134); 
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan 
Hidup di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 
Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4); 
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan 
Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah 
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah 
Provinsi Jawa Tengah Nomor 10); 
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan 
Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 
2008 Nomor 6 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11); 
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang 
Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah 
Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); 
21. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menhut-II/ 2006 tentang Rencana Pembangunan 
Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025; 
22. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/ 2010 tentang Sistem Perencanaan 
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 460); 
23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/ 2011 tentang Rencana Kehutanan 
Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 381); 
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Penyusunan Produk Hukum 
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 
25. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 78 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan 
Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jateng Tahun 2008 
Nomor 78);
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 IV 
MEMUTUSKAN : 
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA 
TENGAH TAHUN 2011-2030. 
Pasal 1 
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah. 
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan 
daerah. 
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah. 
4. Dinas adalah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. 
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. 
6. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. 
7. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan 
yang diselenggarakan secara terpadu. 
8. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang 
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat 
dipisahkan. 
9. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk 
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 
10. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 
11. Hutan Hak yang selanjutnya disebut hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak 
atas tanah. 
12. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. 
13. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga 
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan 
memelihara kesuburan tanah. 
14. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan 
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. 
15. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasad yang berasal dari hutan. 
16. Rencana Kehutanan Tingkat Nasional yang selanjutnya disingkat RKTN adalah rencana yang berisi 
arahan-arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk 
pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta 
perkiraan kontribusi sektor kehutanan dalam skala nasional untuk jangka waktu 20 tahun. 
17. Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi yang selanjutnya disingkat RKTP adalah rencana yang berisi arahan-arahan 
makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk 
pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta 
perkiraan kontribusi sektor kehutanan di wilayah provinsi untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
V 
18. Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat RKTK adalah rencana yang berisi 
arahan-arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk 
pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta 
perkiraan kontribusi sektor kehutanan di wilayah kabupaten/kota untuk jangka waktu 20 tahun. 
19. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang memuat semua 
aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan 
dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta, dan nilai budaya masyarakat serta kondisi 
lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang 
lebih optimal dan lestari. 
20. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 
untuk periode lima tahun. 
21. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 
22. Misi adalah rumusan umum upaya-upaya yang akan dilaksanakan dalam mewujudkan visi. 
23. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 
24. Strategi adalah langkah-langkah untuk mewujudkan visi dan misi. 
Pasal 2 
(1) RKTP Jawa Tengah sebagai dokumen bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengelolaan dan 
pembangunan kehutanan dengan jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. 
(2) RKTP Jawa Tengah disusun secara transparan, dan partisipatif dengan melibatkan semua pemangku 
kepentingan. 
(3) RKTP Jawa Tengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) 
tahun sekali. 
Pasal 3 
RKTP Jawa Tengah, terdiri dari: 
a. RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, dengan sistematika 
sebagai berikut : 
BAB I : Pendahuluan; 
BAB II : Potensi Dan Realitas; 
BAB III : Arahan Indikatif Kebijakan Pengurusan Hutan; 
BAB IV : Visi Dan Misi Pengurusan Hutan; 
BAB V : Indikasi Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, Dan Peluang; 
BAB VI : Kebijakan Dan Strategi; 
BAB VII : Kontribusi Sektor Kehutanan; dan 
BAB VIII: Penutup. 
b. Data pendukung RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II;
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 VI 
c. Peta Arahan RKTP Jawa Tengah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III; merupakan bagian yang 
tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. 
Pasal 4 
(1) RKTP Jawa Tengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a sebagai pedoman bagi penyusunan Rencana 
Kehutanan yang meliputi: 
a. penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota; 
b. penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH); 
c. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Tingkat Provinsi ; 
d. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Tingkat Kabupaten/ Kota; 
e. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan; 
f. penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hutan; 
g. koordinasi perencanaan kehutanan jangka panjang dan menengah antar sektor; dan 
h. pengendalian kegiatan pembangunan kehutanan. 
(2) Penyusunan Rencana Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
Pasal 5 
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya 
dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah. 
Ditetapkan di Semarang 
Pada tanggal 28 September 2012 
GUBERNUR JAWA TENGAH, 
ttd 
BIBIT WALUYO 
Diundangkan di Semarang 
Pada tanggal 28 September 2012 
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH, 
ttd 
HADI PRABOWO 
BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 46.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
VII 
Hutan Produksi Jati KPH Kendal (Photograph by T. Satyatama)
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 VIII
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
IX 
LAMPIRAN I 
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 
NOMOR 46 TAHUN 2012 
TENTANG 
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 - 2030 
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI 
JAWA TENGAH 
TAHUN 2011-2030
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 X
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
1 
Sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah, yang dikelola dan dikembangkan oleh Pemerintah 
dan didukung dengan partisipasi masyarakat, sejak lama telah memberikan manfaat yang cukup besar, 
antara lain: 1). merupakan sistem penyangga kehidupan terutama fungsi hidroorologis (menjaga 
keseimbangan DAS, menyediakan air, dan menjaga degradasi tanah), bahan pangan, iklim, dan sumber 
plasma nutfah; 2). sebagai sumber keanekaragaman hayati yang tinggi untuk kebutuhan generasi saat 
ini maupun yang akan datang; 3). merupakan sumber bahan baku industri kehutanan (hasil hutan kayu, 
hasil hutan bukan kayu, dan jasa lingkungan); 4). menyerap investasi yang memberikan andil dalam 
pertumbuhan ekonomi; 5). menambah lapangan pekerjaan dan memberdayakan masyarakat di dalam 
dan sekitar kawasan hutan. 
Potensi sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah meliputi luas kawasan hutan negara mencapai 
761.200 ha (update SK Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2004) dan pengembangan areal hutan 
rakyat seluas lebih dari 949.593 ha (hasil analisa spasial RTRWP Jawa Tengah Tahun 2010 dengan 
Peta Penggunaan Lahan Provinsi Jawa Tengah). Mengingat besarnya potensi sumber daya hutan dan 
peranannya yang strategis dalam mendukung pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan didukung oleh 
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka sumber daya hutan perlu 
dipertahankan keberadaannya agar dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini maupun yang akan 
datang. Hal ini juga telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2004 tentang 
Perencanaan Kehutanan bahwa Provinsi dan/atau kabupaten/kota yang memiliki kawasan hutan yang 
fungsinya sangat penting bagi perlindungan lingkungan provinsi dan/atau kabupaten/kota lainnya, 
berkewajiban untuk mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan, serta mengelola kawasan hutan 
tersebut sesuai dengan fungsinya. 
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan Pasal 42 
mengamanatkan bahwa rencana kehutanan tingkat provinsi disusun oleh instansi kehutanan provinsi, 
yang dinilai melalui konsultasi para pihak dan disahkan oleh Gubernur. RKTP merupakan rencana 
kawasan hutan dengan periode waktu 20 tahun mencakup seluruh aspek pengurusan hutan yang meliputi 
kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan pada waktu yang akan datang, serta arahan kegiatan untuk 
menuju target yang diinginkan. Aspek pengurusan kehutanan, meliputi penyelenggaraan perencanaan 
1.1. Latar Belakang 
BAB I. 
PENDAHULUAN
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 2 
kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, penyuluhan 
kehutanan serta pengawasan. Penyusunan RKTP berdasarkan hasil inventarisasi hutan provinsi sebagai 
rencana jangka panjang 20 tahun yang memuat arahan makro yang bersifat indikatif serta meliputi 
seluruh fungsi pokok hutan (konservasi, lindung, dan produksi). RKTP sebagai rencana sektor kehutanan 
akan menjadi acuan bagi penyusunan rencana-rencana yang cakupannya lebih rendah baik berdasarkan 
skala geografis, jangka waktu rencana maupun program-program pembangunan kehutanan di tingkat 
provinsi dan kabupaten. 
Penyusunan RKTP tidak dapat mengesampingkan isu-isu strategis dan berbagai permasalahan 
mendasar yang dihadapi oleh sektor kehutanan di Jawa Tengah. Tekanan terhadap kawasan hutan 
dewasa ini antara lain benturan kepentingan pemanfaatan kawasan antar sektor, aktivitas tukar 
menukar kawasan yang belum ada lahan penggantinya serta pemanfaatan kawasan hutan tanpa izin. Di 
samping itu praktek illegal logging masih terus menjadi penyebab degradasi lahan. Pemanfaatan hutan 
yang belum optimal disebabkan karena pemahaman akan nilai dan manfaat hutan yang masih terbatas 
pada hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Adapun keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan 
belum dikembangkan pemanfaatannya secara optimal. Pengelolaan hutan lindung di Provinsi Jawa 
Tengah masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain adanya penggarap tanaman semusim 
di kawasan hutan lindung, pengolahan tanah intensif di hutan lindung, perencekan, dan konflik lahan 
(tenurial). Permasalahan kawasan hutan juga disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti 
penting kelestarian hutan dan lingkungan sehingga budidaya pertanian belum diikuti upaya rehabilitasi 
lahan dan konservasi tanah serta lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi di 
dalam kawasan Hutan Negara. 
Tantangan yang dihadapi oleh sektor kehutanan sebagai bagian dari tantangan pembangunan 
global antara lain perubahan iklim, ketahanan pangan-energi-air, pencapaian target Millenium 
Development Goals (MDG’s). Menghadapi tantangan tersebut, perlu direncanakan aksi jangka panjang 
dan penyusunan strategi pencapaian komitmen internasional melalui pencapaian target pembangunan 
kehutanan bersama sektor-sektor lain secara berkelanjutan. 
1.2. Tujuan Penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011 - 2030 
Tujuan penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 adalah untuk memberikan arahan dalam 
pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan 
kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan dalam skala 
provinsi untuk jangka waktu 20 tahun. 
RKTP Jawa Tengah berfungsi sebagai: 
a. Arahan makro yang bersifat indikatif untuk seluruh fungsi pokok hutan (konservasi, lindung,dan 
produksi), kawasan lindung/ budidaya, dan hutan rakyat di Provinsi Jawa Tengah. 
b. Acuan bagi penyusunan rencana-rencana yang cakupannya lebih rendah baik berdasarkan skala 
1.3. Fungsi dan Kedudukan RKTP
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
3 
geografis, jangka waktu rencana maupun program-program pembangunan kehutanan di tingkat 
provinsi dan kabupaten. 
Kedudukan RKTP di dalam pembangunan Provinsi Jawa Tengah terdapat pada Gambar 1.1. 
Gambar 1.1. RKTP Jawa Tengah dalam Sistem Perencanaan Kehutanan 
1.4. Kerangka Pikir RKTP 
Kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi pengelolaan hutan beserta isu-isu strategis 
baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional dengan memperhatikan potensi sumber 
daya hutan yang ada akan digunakan untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan 
kehutanan di Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2030. 
Kerangka pikir RKTP Jawa Tengah disajikan pada Gambar 1.2.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 4 
Dasar hukum penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 adalah sebagai berikut: 
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan 
Ekosistemnya; 
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah 
Pusat dan Daerah; 
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau 
Kecil; 
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 
Hidup; 
9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa; 
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar; 
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 
1.5. Dasar Hukum 
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
5 
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 
13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan 
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan; 
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, 
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 
16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 
17. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka 
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; 
18. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan 
Kawasan Pelestarian Alam; 
19. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; 
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan 
Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah 
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah 
Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029; 
22. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menhut-II/2006 tentang Rencana Pembangunan 
Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025; 
23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan 
Kehutanan; 
24. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata 
Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; 
24. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat 
Nasional Tahun 2011-2030; 
25. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.1/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Penyusunan 
Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi. 
1.6. Sistematika Penulisan 
BAB I PENDAHULUAN 
BAB II POTENSI DAN REALITAS 
BAB III ARAHAN INDIKATIF KEBIJAKAN PENGURUSAN HUTAN 
BAB IV VISI DAN MISI PENGURUSAN HUTAN 
BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN 
BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 
BAB VII KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN PADA PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH 
BAB VIII PENUTUP 
LAMPIRAN
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 6 
BAB II. 
POTENSI DAN REALITAS 
2.1. Potensi dan Kondisi Umum Hutan di Provinsi Jawa Tengah 
2.1.1. Luas Hutan di Provinsi Jawa Tengah 
Luas kawasan hutan dan konservasi perairan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan update SK 
Menteri Kehutanan Nomor: SK.359/Menhut-II/2004 Tahun 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan 
di wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah ±761.200 hektar. 
Sumber data: 
*) Update SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.359/Menhut-II/2004 Tahun 2004 
**) Potensi Hutan Rakyat pada RTRWP Jawa Tengah 2009-2029 (termasuk areal PTPN IX dan Perkebunan Swasta 
Besar) 
Tabel 2.1. Luas Hutan di Provinsi Jawa Tengah. 
Fungsi Luas (Ha) % 
A Hutan Konservasi (HK) ± 125.791 - 
- Non Perairan 
- Perairan 
± 15.674 
± 110.117 
0,48 
- 
B Hutan Lindung (HL) ± 84.464 2,59 
C Hutan Produksi (HP) ± 550.945 16,93 
1.Hutan Produksi Terbatas 
2.Hutan Produksi Jumlah Kawasan 
Hutan*) 
Jumlah Kawasan Hutan dan 
Konservasi Perairan 
± 185.976 
± 364.969 
± 651.083 
± 761.200 
5,72 
11,21 
20,00 
- 
D Hutan Rakyat **) ± 949.593 29,17 
Jumlah Kawasan Hutan dan Hutan Rakyat 
(tidak termasuk perairan) ± 1.600.677 49,18 
Luas daratan Provinsi Jawa Tengah ± 3.254.900 100,00
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
7 
Gambar 2.1. Perbandingan Luas Hutan dengan Luas Daratan Jawa Tengah 
Perkembangan hutan rakyat di Jawa Tengah mengalami peningkatan yang signifikan seiring 
dengan gencarnya Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan 
didukung minat budidaya kayu oleh masyarakat yang cukup tinggi. Potensi luas hutan rakyat di Jawa 
Tengah saat ini (2010) mencapai 949.593 ha (termasuk areal PTPN IX dan Perkebunan Swasta Besar). 
2.1.2. Potensi Hasil Hutan Kayu 
Hutan sebagai penyangga kehidupan secara alamiah merupakan harapan semua pihak karena 
terkait dengan keberlangsungan hidup dan kehidupan. Luas dan kualitas hutan bagi suatu wilayah 
menjadi sangat penting artinya bagi kehidupan karena diharapkan mampu menyediakan produk 
yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Hutan memiliki nilai 
keberlanjutan dan menegaskan keterkaitan antara kualitas kehidupan manusia dan kelestarian 
ekosistem hutan. Manfaat hutan dapat dinikmati secara terus menerus bila hutan juga terpelihara 
kelestariannya. 
Manfaat yang diperoleh dari hutan bagi masyarakat Jawa Tengah yang sudah dapat dinikmati 
masih jauh dari potensi yang ada karena tidak semua potensi dapat dihitung secara kuantitatif, di 
samping masih banyak kendala yang dihadapi. Namun demikian, data berikut memberikan gambaran 
upaya valuasi manfaat yang sudah dapat direalisasikan. 
Produksi hasil hutan kayu di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir tersaji pada Tabel 2.2.. 
Produksi kayu rakyat yang jauh lebih besar daripada kayu dari hutan negara akan menjadi tumpuan 
sebagai bahan baku industri perkayuan di Jawa Tengah pada masa depan, tampak dalam Gambar 2.2.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 8 
Tabel 2.2. Produksi Hasil Hutan Kayu di Jawa Tengah. 
No. Produksi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 
1 Kayu Bulat Perhutani 
(jati & rimba) 
m3 318.153 342.311 236.217 246.158 289.306 
2 Kayu Gergajian m3 3.606 8.490 8.231 9.320 8.556 
3 Kayu Bulat Hutan 
Rakyat 
m3 1.139.723 704.665 1.230.284 1.244.640 846.894 
4 Pendapatan Dalam 
Negeri *) 
x Rp Juta 440.420 573.562 487.975 524.850 603.032 
5 Devisa Kayu *) x 1.000 
US $ 
7.683 9.066 17.112 12.152 15.683 
Sumber: 1. Buku Saku Statistik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2006-2010 *) 
2. Statistik Kehutanan Jawa Tengah 2010 
Gambar 2.2. Produksi Kayu Bulat di Jawa Tengah 
Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) mampu memberikan andil yang signifikan bagi 
kontribusi ekonomi sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, pencapaian devisa hasil 
hutan bukan kayu lebih besar daripada hasil hutan kayu. Produksi HHBK di Jawa Tengah dalam 
lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.3 di bawah ini. 
2.1.3. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
9 
Tabel 2.3. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu di Jawa Tengah 
No. Produksi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 
1 Getah pinus ton 41.416 47.687 45.244 46.139 41.120 
2 Kopal ton 153 165 166 175 180 
3 Daun Kayu Putih ton 8.820 8.490 8.231 2.812 10.346 
4 Gondorukem ton 35.502 33.062 31.589 32.310 28.999 
5 Terpentin ton 159.068 6.214 6.302 5.384 
6 Minyak Kayu Putih kg 71.002 62.236 54.642 68.985 56.755 
7 Kokon kg 22.083 31.367 27.986 17.660 18.526 
8 Rotan batang 19.000 24.300 159.068 142.818 22.533 
9 Madu kg 5.318 8.844 - 5.095 14.023 
10 Pendapatan Dalam 
Negeri 
x Rp 
Juta 
70.694 51.650 54.098 85.995 113.767 
11 Devisa x 1.000 
US $ 
23.942 30.277 24.453 29.944 43.670 
Sumber: Buku Saku Statistik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2006-2010 
2.1.4. Potensi Jasa Lingkungan 
Potensi jasa lingkungan dari hutan yang dikembangkan baru sebatas pada: 
a. Jasling berupa wisata alam 
Saat ini, jumlah tempat wisata di Jawa Tengah yang dikelola secara komersial, baik oleh Dinas 
Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, BKSDA Jawa Tengah, BTN 
Gunung Merapi, BTN Gunung Merbabu, dan BTN Karimun Jawa sebanyak 37 lokasi. 
Penerimaan PNBP yang berasal dari Taman Wisata Alam pada tahun 2010 sebesar Rp. 
855.388.000,- (BKSDA), Rp. 20.547.000,- (TN Karimun Jawa), dan Rp. 17.550.000,- (TN Gunung 
Merbabu). Sementara itu penerimaan PNBP dari Tumbuhan dan Satwa Liar yang dihimpun oleh 
BKSDA Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp. 92.529.990,-. Adapun penerimaan jasa wisata 
dari wana wisata Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp. 5.005.073.000,-. 
b. Jasling pemanfaatan air 
Pengembangan potensi jasa lingkungan berupa pemanfaatan air di Jawa Tengah belum 
optimal. Data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 menunjukkan 
bahwa jumlah mata air di Jawa Tengah sebanyak 659 buah, dengan kapasitas 1.003.533.857
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 10 
c. Jasling berupa perlindungan keanekaragaman hayati 
Tercatat 8 (delapan) jenis burung endemik Jawa, salah satunya adalah Elang Jawa (Spizaetus 
bartelsi), mirip lambang negara Garuda Pancasila dijumpai di Gunung Slamet. Burung ini menjadi 
perhatian nasional karena statusnya yang terancam punah. Jenis–jenis lainnya adalah Burung 
madu gunung (Aethopygia eximia), Burung madu jawa (Aethopygia mystacalis), Wergan jawa 
(Alcippe pyrrhoptera), Bututut (Megalaima corvina), Kipasan ekor merah (Rhipidura phoenicura), 
dan Tepus leher putih (Stachyris theracica orientalis). Empat jenis primata endemik, yaitu: Owa 
Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung Jawa (Trachypitecus auratus), dan 
Kukang (Nycticebus coucang). 
d. Jasling berupa penyerapan dan penyimpanan karbon 
Potensi jasa lingkungan berupa potensi karbon belum banyak dikembangkan untuk 
memberikan kontribusi ekonomi. Berdasarkan inventarisasi hutan rakyat Tahun 2009 oleh BPKH 
Wilayah XI Jawa-Madura, potensi karbon pada hutan rakyat di Jawa Tengah terhitung sebesar 
11.792.964,98 ton. 
m3/tahun. Pemanfaatan mata air tersebut di antaranya untuk memenuhi kebutuhan air minum 
domestik, irigasi, PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro), maupun industri (termasuk air 
minum dalam kemasan/AMDK). Berdasarkan Buku Statistik Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah 
Tahun 2010, sedikitnya ada 29 unit PLTMH di seluruh wilayah Jawa Tengah. Pemanfaatan air tanah 
diperkirakan sebesar 156.578.851 m3/tahun dari potensi air tanah di Jawa Tengah sebesar kurang 
lebih 7,5 milyar m3. Potensi sumber daya yang ada tersebut telah merangsang bertambahnya 
jumlah pengguna komersial yang memanfaatkan air baik sebagai bahan baku utama maupun 
sebagai pendukung dalam proses produksi usahanya. Namun hingga saat ini jaminan sosial 
berupa kontribusi kembali ke alam masih belum ada, padahal pengelolaan sumber daya air 
merupakan tanggung jawab bersama antara hulu-hilir (kontribusi pengguna/pemanfaat/ publik 
kepada alam). Penerapan imbal jasa lingkungan dari pemanfaatan air di Jawa Tengah saat ini sudah 
dikembangkan 6 (enam) kabupaten, antara lain di Kabupaten Magelang, Kabupaten Banyumas, 
Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Karanganyar. 
Berdasarkan hasil penelitian Purwanto dkk. (2008) yang dilakukan di areal hutan lindung 
Baturraden, tepatnya di Sub DAS Banjaran, bagian hulu dari DAS Serayu, nilai ekonomi air yang 
dihasilkan sebesar Rp. 3.790.911.714,-, yang diperoleh dari pemanfaatan PLTA Ketenger, irigasi 
DAM Karangnangka, irigasi DAM Beji, dan irigasi DAM Bobosan. 
Valuasi ekonomi oleh Nababan et al. (2010) terhadap manfaat tidak langsung keberadaan 
ekosistem mangrove, terumbu karang, lamun, hutan hujan tropis dataran rendah di TN Karimun 
Jawa sebesar Rp. 11,2 Milyar per tahun (asumsi 1 US$=Rp. 9.000,-).
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
11 
2.1.5. Industri Pengolahan Kayu 
a. Industri Primer Hasil Hutan Kayu 
Perkembangan jumlah Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) semakin bertambah pesat 
b. Furnitur dan Pengolahan lainnya 
Pada tahun 2009, jumlah industri furnitur dan pengolahan kayu lainnya sebanyak 660 unit, 
dengan menyerap tenaga kerja kurang lebih 77.184 orang serta investasi yang ditanamkan kurang 
lebih sebesar Rp. 2.277,48 milyar (BPS Jateng, 2009). 
2.2. Kontribusi Sektor Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 
2.2.1. Kontribusi Ekonomi 
Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan 
bahwa kontribusi sektor kehutanan terbatas pada manfaat hutan yang berupa hasil hutan yang 
terhitung, bernilai uang, dan hasil hutan yang telah dipasarkan. 
Laju pertumbuhan sektor kehutanan Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami kenaikan 
yang signifikan, di mana pada tahun 2010 pertumbuhan sektor kehutanan mencapai 8,9%. Sementara 
itu, kontribusi ekonomi berupa PDRB sektor kehutanan Jawa Tengah atas dasar harga berlaku pada 
lima tahun terakhir tersaji dalam Gambar 2.3. 
seiring dengan meningkatnya produksi kayu rakyat sebagai bahan baku utama industri perkayuan 
di Jawa Tengah. Penyerapan tenaga kerja dan investasi yang ditanamkan berbanding lurus dengan 
bertambahnya jumlah IPHHK tersebut. 
Tabel 2.4. Jumlah IPHHK, Tenaga Kerja, dan Investasinya di Jawa Tengah 
No. Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 
1 IPHHK Unit 185 255 292 381 549 
2 Tenaga Kerja Orang 25.308 31.056 35.253 40.619 44.807 
3 Investasi x Rp Juta 240.765 408.913 504.857 657.776 827.278 
Sumber: Statistik Pengusahaan Hutan Jawa Tengah Tahun 2010
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 12 
Gambar 2.3. Produk Domestik Regional Bruto sektor Kehutanan 
Kontribusi ekonomi dikembangkan dengan mengoptimalkan penggunaan kawasan hutan. Pola 
pengelolaan kawasan hutan dengan mengombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman pangan 
(tumpang sari) telah lama diterapkan di kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani 
Unit I Jawa Tengah. Peranan hutan sebagai penyediaan pangan mampu menghasilkan produk pangan 
dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Realisasi sistem tumpang sari yang mampu menghasilkan 
bahan pangan tersebut selama lima tahun terakhir ditampilkan pada Tabel 2.5. 
Tabel 2.5. Hasil Tumpang Sari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 
No. Komoditi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 
1 Padi ton 14.793 42.811 22.302 26.654 16.240 
2 Jagung ton 85.716 101.293 97.648 470.308 278.569 
3 Kedelai ton 62 322 692 703 88 
4 Kacang tanah ton 3.878 9.078 3.328 5.174 6.287 
5 Lainnya ton 86.678 35.980 72.099 164.239 180.511 
Sumber: Buku Saku Statistik Tahun 2006-2010 Perum Perhutani Unit I Jateng 
Selain tanaman pangan, Pemanfaatan Lahan Di Bawah Tegakan (PLDT) dilaksanakan dengan 
penanaman berbagai jenis komoditas, antara lain: Kapulogo, Kopi, Ganyong, Porang, Garut, Kunyit, 
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 
PDRB (juta 
Rupiah) 
1.335.331 1.433.375 1.903.219 2.032.962 2.354.617 
Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2011
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
13 
Temulawak, Cengkeh, Kaliandra, Salak, Genetri, Rosela, Nanas, Kina, Bambu, Carica, Jahe Genjah, 
Kunci Pepet, dan sebagainya. 
Kontribusi Hasil Tanaman Pangan dalam Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan di wilayah Perum 
Perhutani Unit I Jawa Tengah dari Tahun 2001 s/d 2010 sebesar Rp. 1,98 Trilyun, seperti dalam Tabel 
2.6 berikut ini. 
Tabel 2.6. Kontribusi Hasil Tanaman Pangan di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Sampai Tahun 2010 
No. Komoditi Produksi (Ton) Nilai (Rp. Milyar) 
1 Padi 284.331,4 479,8 
2 Jagung 732.053,3 1.058,3 
3 Kedelai 16.621,4 49,3 
4 Kacang tanah 54.047,2 107,1 
5 Lainnya 385.209,2 292,0 
Jumlah 1.472.262,5 1.986,5 
Sumber: Perum Perhutani Unit I Jateng, 2010 
2.2.2. Kontribusi Ekologi 
Keberadaan hutan di Jawa Tengah diyakini mampu berfungsi sebagai pengatur tata air, menjaga 
waktu dan penyebaran aliran sungai, menjaga iklim mikro, perlindungan plasma nutfah, perlindungan 
habitat flora dan fauna, dan mampu melindungi dari bahaya banjir. Rusaknya hutan dapat berimbas 
pada terganggunya siklus hidrologi DAS. Serangkaian bencana seperti banjir, tanah longsor, dan 
kekeringan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir ini diduga terkait dengan kerusakan hutan di 
kawasan hulu DAS. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembukaan dan penebangan 
hutan berdampak negatif pada peningkatan aliran permukaan yang dapat menyebabkan banjir. Luas 
hutan jati yang optimal sebagai pengatur tata air di daerah aliran sungai berbahan induk kapur kurang 
lebih sebesar 53% (Pramono dkk., 2010). 
2.2.3. Kontribusi Sosial Budaya 
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan program 
pembangunan kehutanan di Jawa Tengah. Partisipasi masyarakat tersebut menjadi sangat penting 
karena pada akhirnya masyarakat adalah penerima manfaat pembangunan kehutanan. Pengelolaan 
hutan tidak cukup hanya dengan memperhatikan aspek bio-fisik semata. Pengelolaan Hutan Bersama 
Masyarakat merupakan salah satu bentuk tatanan pengelolaan hutan yang ditawarkan pemerintah 
untuk mengakomodir berbagai kepentingan pihak terkait sumber daya hutan.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 14 
Tabel 2.7. Sharing PHBM dari Produksi Kayu dan Non Kayu 
TAHUN PRODUKSI KAYU (Rp) 
PRODUKSI 
NON KAYU (Rp) 
JUMLAH 
(KAYU+NON KAYU) (Rp) 
2002 4.724.073 19.371.878 24.095.951 
2003 322.007.055 123.596.892 445.603.947 
2004 2.799.211.703 712.067.520 3.511.279.223 
2005 5.844.838.101 965.844.831 6.810.682.932 
2006 10.238.692.383 2.390.025.614 12.628.717.997 
2007 12.231.173.152 2.984.022.614 15.215.195.642 
2008 12.094.288.904 3.656.046.611 15.750.335.515 
2009 13.743.507.675 3.828.095.047 17.571.602.722 
JUMLAH 57.278.443.046 14.679.070.883 71.957.513.929 
Sumber: Perum Perhutani Unit I Jateng, 2009 
2.3. Kondisi Kelembagaan Sektor Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 
Untuk membangun sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah diperlukan sinergitas antara 
lembaga-lembaga pemerintah dan dukungan masyarakat Jawa Tengah. Instansi kehutanan di Provinsi 
Jawa Tengah terdiri dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, UPT Kementerian Kehutanan di wilayah 
Jawa Tengah, dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. UPT Kementerian Kehutanan yang dimaksud 
adalah BKSDA Jawa Tengah, BPK Solo, BTN Gunung Merapi, BTN Gunung Merbabu, BTN Karimun Jawa, 
BPDAS Solo, BPDAS Pemali Jratun, dan BPKH Wilayah XI Jawa-Madura. Sumber Daya Manusia sektor 
kehutanan pada tahun 2010 sebagai ujung tombak pembangunan kehutanan Provinsi Jawa Tengah 
jumlahnya tidak kurang dari 9.735 orang (8.993 laki-laki dan 742 perempuan), yang terdiri dari jumlah 
pegawai pada instansi kehutanan dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Luas kawasan hutan dan 
konservasi perairan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan update SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.359/ 
Menhut-II/2004 Tahun 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang 
tertuang dalam RTRW Jawa Tengah adalah ±761.200 ha. Dengan demikian rasio antara SDM yang 
tersedia dengan luas kawasan yang harus dikelola oleh 1 (satu) orang adalah seluas 78 ha. 
Sementara itu, kelembagaan di tingkat masyarakat terwadahi dalam Lembaga Masyarakat 
Desa Hutan (LMDH), Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan 
lembaga-lembaga lainnya. Hingga saat ini dari 1.929 desa hutan yang ada di Provinsi Jawa Tengah, 
terdapat LMDH sebanyak 1.923 buah. Sedangkan Kelompok Tani Hutan Rakyat di wilayah Provinsi Jawa 
Tengah jumlahnya tidak kurang dari 2.700 kelompok tani. Jumlah penduduk di dalam kawasan hutan 
sebanyak 162.383 orang, sedangkan jumlah penduduk di sekitar kawasan hutan mencapai 1.441.286 
orang.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
15 
2.4. Isu Strategis Terkait Pengurusan Hutan 
Perencanaan pengurusan hutan di Jawa Tengah perlu mengakomodasi berbagai isu strategis 
pengelolaan hutan dalam 20 tahun ke depan, yang meliputi: 
2.4.1. Ketataprajaan yang baik 
Pembangunan sektor kehutanan mensyaratkan pemerintahan yang baik dengan indikator 
bersih dari korupsi, efisien dalam bekerja, transparan, dan partisipatif konsisten dalam penyusunan 
maupun pelaksanaan kebijakan dan program, serta mampu mempertanggungjawabkan kebijakan 
dan program kepada publik. Kondisi seperti itu dirasa belum sepenuhnya tercapai, sehingga harapan 
tersebut perlu didukung dengan regulasi yang tepat dan penegakan hukum yang konsisten dalam 
pengawasan terhadap penyimpangan, sehingga keberhasilan pembangunan kehutanan dalam 20 
tahun mendatang dapat tercapai. 
2.4.2. Tata Ruang 
Penataan ruang menjadi isu strategis di Jawa Tengah berkaitan dengan tingginya kebutuhan 
sumberdaya lahan seiring dengan meningkatnya kepadatan penduduk. Kondisi yang sekarang ini di 
dalam pemanfaatan ruang, antar instansi pemerintah kadang masih terdapat ego sektoral. Untuk 
itu di dalam pemanfaatan kawasan yang berkaitan dengan peruntukan kegiatan kehutanan perlu 
selalu disinkronkan dengan berbagai kepentingan non kehutanan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 
(RTRW) di tingkat Provinsi sebagaimana dijabarkan dalam RTRW Kabupaten/Kota, yang dimaksudkan 
untuk mengoptimalkan alokasi pemanfaatan lahan secara terpadu serta menghindari konflik tenurial. 
Demikian pula wilayah perbatasan antar provinsi dan kabupaten perlu disepakati bersama dalam 
penyusunan tata ruang dengan semakin berkembangnya kerjasama antar daerah, khususnya terkait 
dengan pengelolaan sumber daya hutan yang seringkali melintasi batas administrasi. 
2.4.3. Pengelolaan Hutan 
Pengelolaan hutan di Pulau Jawa pada umumnya, termasuk di Jawa Tengah, menggunakan 
pendekatan sistem silvikultur hutan tanaman. Pengelolaan kawasan hutan negara yang berfungsi 
sebagai hutan konservasi dikelola dengan prinsip penerapan tiga pilar konservasi, yaitu perlindungan, 
pengawetan, dan pemanfaatan. Hutan produksi dikelola dengan penetapan kelas perusahaan 
menurut aspek kesesuaian jenis dengan kualitas tempat tumbuh, penetapan silvikultur dan trend 
pasar hasil hutan. Adapun hutan lindung di Jawa Tengah merupakan potensi pengembangan yang 
perlu mendapat perhatian serius, mengingat keberadaannya semakin rentan dari berbagai gangguan 
yang terkait dengan meningkatnya kebutuhan sumber daya lahan serta berbagai potensi hutan 
lindung yang belum digarap secara optimal. 
Hutan rakyat di Jawa Tengah diharapkan dapat dikembangkan mengingat peranannya cukup 
besar dalam memasok bahan baku hasil hutan kayu, meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun 
demikian, mengingat keberadaannya di atas lahan milik, maka pengelolaannya dilakukan oleh 
masyarakat sendiri dengan dukungan Pemerintah. Dalam 20 tahun ke depan pengelolaan hutan rakyat
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 16 
perlu dibenahi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pengelola, deregulasi, 
akses pasar hasil hutan serta tersedianya IPTEK dalam penyediaan bibit unggul, pemeliharaan 
(pemberantasan hama penyakit), dan pengolahan hasil hutan. 
2.4.4. Industri Kehutanan 
Industri primer hasil hutan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat sebanyak 549 unit 
serta 660 unit industri furnitur dan pengolahan kayu lainnya merupakan unit-unit pengolahan hasil 
hutan yang perlu mendapat perhatian mengingat peranannya sebagai outlet produk hasil hutan, 
penyerap tenaga kerja dan merupakan sektor pengungkit bagi pertumbuhan suatu kawasan. Dengan 
banyaknya industri hasil hutan dapat merupakan ancaman apabila kebutuhan bahan baku dari industri 
tersebut tidak dapat terpenuhi dari lahan hutan (utamanya kawasan hutan negara). Untuk itu dalam 
20 tahun ke depan peranan Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan akses produksi hutan rakyat 
dalam penyediaan bahan baku industri, penyediaan informasi dan IPTEK pengolahan hasil hutan kayu 
dan hasil hutan bukan kayu, serta pengendalian usaha industri pengolahan hasil hutan. 
2.4.5. Degradasi dan Konservasi Sumber Daya Hutan dan Lingkungan 
Deplesi sumber daya hutan dan degradasi lingkungan merupakan isu strategis yang terkait 
dengan dampak aktivitas pembangunan yang sangat signifikan, ditunjukkan dengan indikasi 
banyaknya kejadian bencana alam yang sangat serius, misalnya banjir besar, kekeringan, dan tanah 
longsor. 
Hutan berperan bukan hanya sebagai penghasil kayu yang bernilai ekonomi, tetapi juga 
sangat berperan untuk mencegah banjir, kekeringan dan tanah longsor. Untuk itu peran hutan 
sebagai jasa lingkungan seperti pencegah banjir, kekeringan, dan tanah longsor, penyerap emisi 
gas CO2 perlu dimasukkan sebagai pertimbangan dalam perencanaan pembangunan khususnya 
melalui penghitungan kontribusi hijau sektor kehutanan, sehingga pemahaman tentang nilai guna 
langsung dan nilai guna tidak langsung dari sumber daya hutan semakin dipahami dan menjadi bahan 
pertimbangan kebijakan dan pengelolaan sektor kehutanan 20 tahun ke depan. 
2.4.6. Kemiskinan 
Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi 
kebutuhan dasar. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp 192.435,- 
perkapita/bulan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita/ 
bulan di bawah nilai tersebut. Jumlah penuduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 
sebanyak 5.369.200 atau 16,56%. Persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih 
tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut menempatkan Jawa Tengah 
pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia. Isu kemiskinan dalam pengelolaan hutan terfokus 
pada penduduk miskin di desa-desa sekitar hutan. Saat ini di Provinsi Jawa Tengah terdapat 1.929 
desa hutan, di mana upaya-upaya pemberdayaan dilakukan terhadap 1.923 Lembaga Masyarakat 
Desa Hutan (LMDH) dan sekitar 2.700 Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR).
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
17 
2.4.7. Sumber Daya Manusia Sektor Kehutanan 
Sumber Daya Manusia (SDM) sektor kehutanan merupakan isu strategis yang penting dalam 
rencana pengelolaan sumber daya hutan di Jawa Tengah mengingat masih kurang memadainya baik 
dalam hal kuantitas maupun kualitasnya. Masih banyak dijumpai adanya keterbatasan jumlah maupun 
kualitas SDM di beberapa kabupaten/kota, sementara di sisi lain pengelolaan kawasan membutuhkan 
ketersediaan SDM yang profesional dan memiliki kapasitas yang memadai dalam mengelola sumber 
daya hutan. 
2.4.8. Gangguan Keamanan Hutan 
Gangguan keamanan hutan yang sampai saat ini masih dijumpai di Provinsi Jawa Tengah antara 
lain berupa illegal logging, perencekan cabang-cabang pohon untuk kayu bakar, penggembalaan 
liar (grazing), perambahan kawasan hutan, dan perburuan terhadap flora dan fauna yang dilindungi. 
Pembangunan kehutanan Jawa Tengah dalam 20 tahun ke depan perlu memasukkan isu ini dalam 
pengelolaan berbagai fungsi hutan mengingat hal tersebut juga telah masuk dalam komitmen dan 
kesepakatan internasional dalam sektor kehutanan. 
2.4.9. Perubahan Iklim 
Emisi gas rumah kaca yang berakibat pada perubahan iklim global dipastikan memiliki 
konsekuensi terhadap pengelolaan hutan. Untuk meminimalkan adanya dampak dari perubahan 
iklim tersebut diperlukan penyiapan dan pembenahan berbagai aspek pengembangan kebijakan 
pemanfaatan spasial, organisasi, regulasi, sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat 
sekitar hutan. Pembangunan kehutanan Jawa Tengah dalam 20 tahun ke depan perlu memasukkan 
isu perubahan iklim tersebut dalam pengelolaan hutan. Hal ini mengingat bahwa perubahan iklim 
merupakan salah satu agenda global yang diharapkan semua negara di dunia berperan aktif dalam 
hal pengurangan emisi gas CO2.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 18 
BAB III. 
ARAHAN INDIKATIF 
KEBIJAKAN PENGURUSAN HUTAN 
3.1. Analisis Spasial 
Arahan pemanfaatan ruang kawasan hutan provinsi dilakukan mengacu pada pemanfaatan 
ruang kawasan hutan nasional. Analisis spasial dilakukan terhadap hasil overlay peta-peta tematik 
dengan skala 1 : 250.000, meliputi peta kawasan hutan, peta morfologi DAS, peta lahan kritis, peta 
kelas perusahaan, peta kawasan pertambangan, peta hutan rakyat, dan peta kawasan lindung di luar 
kawasan hutan. Selanjutnya hasil tumpangsusun (overlay) diklasifikasikan menjadi 6 (enam) arahan 
spasial sebagai berikut: 
Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Arahan Spasial RKTP 
No. ARAHAN KRITERIA UMUM 
1 Kawasan untuk Konservasi • Seluruh kawasan konservasi dan usulan kawasan konservasi. 
2 Kawasan untuk Perlindungan • Kawasan Hutan Lindung; Hutan Mangrove/payau. 
3 Kawasan untuk Rehabilitasi • Kawasan hutan dalam wilayah DAS dengan kriteria agak kritis, 
kritis & sangat kritis yang berada di hulu,tengah & hilir DAS; 
• Areal pertambangan. 
4 Kawasan untuk Pengusahaan • Kawasan hutan produksi atau produksi terbatas dengan kriteria 
potensial kritis dan tidak kritis yang berada di hulu, tengah 
dan hilir DAS, dan bukan areal pertambangan. 
5 Hutan Rakyat untuk Perlindungan • Area di luar kawasan hutan dengan kriteria kawasan lindung 
fisiografis, kawasan resapan air, sempadan sungai/saluran, sempadan 
pantai, sempadan danau/ waduk, dan kawasan lindung karst. 
• Area di luar kawasan hutan yang rawan bencana longsor. 
6 Hutan Rakyat untuk Budidaya • Area di luar kawasan hutan berupa hutan tanaman, pertanian lahan 
kering atau pertanian lahan kering campur semak, dalam wilayah 
DAS dengan kriteria agak kritis, kritis, sangat kritis, potensial kritis 
dan tidak kritis yang berada di hulu, tengah dan hilir DAS.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
19 
Pemanfaatan sumber daya hutan pada kriteria lahan tersebut bertujuan sebagai berikut: 
Tabel 3.2. Arahan Pemanfaatan Lahan 
No. ARAHAN PEMANFAATAN 
1 Kawasan untuk Konservasi Kawasan ini diarahkan untuk: 
• Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Dalam 
pengelolaannya tetap mempertimbangkan aspek ekonomi, 
sosial, dan lingkungan dan mempertimbangkan aspek 
perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan berdasarkan 
zonasi yang ditetapkan. 
2 Kawasan untuk Perlindungan Kawasan ini diarahkan untuk: 
• Perlindungan hidroorologis 
• Carbon stock 
• Pemanfaatan secara terbatas dapat dilakukan tanpa mening-galkan 
tujuan utamanya. 
3 Kawasan untuk Rehabilitasi Kawasan ini diarahkan untuk: 
• Percepatan rehabilitasi karena kondisinya berada dalam 
wilayah DAS kritis dan areal pertambangan. Apabila proses 
rehabilitasinya telah selesai dapat dilakukan pemanfaatan 
sesuai fungsi dan arahan pemanfaatannya. 
4 Kawasan untuk Pengusahaan Kawasan ini tujuan utamanya untuk pengusahaan hutan. Pada 
kawasan ini diharapkan peran serta dan akses masyarakat 
terhadap sumber daya hutan menjadi terbuka. 
5 Hutan Rakyat untuk 
Perlindungan 
Area ini diarahkan untuk: 
• Perlindungan hidroorologis 
• Carbon stock 
• Pemanfaatan secara terbatas dengan pemberian insentif dan 
disinsentif kepada masyarakat. 
6 Hutan Rakyat untuk Budidaya • Area ini diarahkan untuk pengusahaan hutan oleh masyarakat 
melalui percepatan rehabilitasi karena kondisinya berada 
dalam wilayah DAS kritis. Apabila proses rehabilitasinya telah 
selesai dapat dilakukan pemanfaatan sesuai fungsi dan arahan 
pemanfaatannya.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 20 
Hasil analisis kawasan hutan dan hutan rakyat secara spasial dengan metode tumpangsusun 
(overlay) peta lahan kritis, peta kawasan hutan (RTRW Provinsi), peta kelas perusahaan, peta 
morfologi DAS, peta kawasan pertambangan (RTRW Provinsi), peta hutan rakyat, dan peta kawasan 
lindung, serta mengacu pada arahan indikatif RKTN, menghasilkan data luas arahan indikatif RKTP 
sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.3., Tabel 3.4., Tabel 3.5., dan Gambar 3.1.. 
Tabel 3.3. Luas Arahan Indikatif RKTP 
NO ARAHAN LUAS (Ha) 
1 Kawasan untuk Konservasi 
- Non Perairan 
- Perairan 
125.791 
15.674 
110.117 
2 Kawasan untuk Perlindungan 100.440 
3 Kawasan untuk Rehabilitasi 386.272 
4 Kawasan untuk Pengusahaan 148.697 
Jumlah Kawasan Hutan 761.200 
5 Hutan Rakyat untuk Perlindungan 258.362 
6 Hutan Rakyat untuk Budidaya 691.231 
Jumlah Hutan Rakyat 949.594 
Total Luas Hutan 1.710.794 
3.2. Hasil Analisis Kawasan 
Tabel 3.4. Luas Arahan Indikatif RKTP berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan. 
No. ARAHAN LUAS 
(Ha) 
FUNGSI 
HK 
(Ha) 
HL 
(Ha) 
HP 
TETAP 
(Ha) 
TERBATAS 
(Ha) 
1 Kawasan untuk 
Konservasi 
125.791 125.791 
2 Kawasan untuk 
Perlindungan 
100.440 84.464 15.976 
3 Kawasan untuk 
Rehabilitasi 
386.272 237.549 148.723 
4 Kawasan untuk 
Pengusahaan 
148.697 111.444 37.253 
Jumlah 761.200 125.791 84.464 364.969 185.976
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
21 
Tabel 3.5 Luas Arahan Indikatif RKTP pada Hutan Rakyat. 
No. ARAHAN LUAS (Ha) 
1 Hutan Rakyat untuk Perlindungan 258.362 
2 Hutan Rakyat untuk Budidaya 691.231 
Jumlah 949.593 
Gambar 3.1. Persentase Luas Arahan Indikatif RKTP Jawa Tengah 
3.3. Hutan sebagai Sistem Penyangga Kehidupan 
Pencapaian visi terwujudnya hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan 
masyarakat dalam 20 tahun ke depan diupayakan dengan arahan alokasi hutan rakyat yang berfungsi 
lindung sebanyak 258.362,25 ha. Jika dijumlahkan dengan kawasan hutan konservasi non perairan 
seluas 15.674 ha, kawasan untuk perlindungan seluas 100.440,15 ha, dan hutan produksi terbatas seluas 
185.976,10 ha, maka hutan yang diharapkan dapat berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga 
kehidupan luasnya adalah 560.452,50 atau 17,22% dari luas daratan Jawa Tengah. Areal tersebut perlu 
dijaga keberadaannya mengingat kondisi fisiografisnya sehingga dengan pemanfaatan yang terbatas 
diharapkan mampu menjaga keseimbangan ekosistem.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 22 
BAB IV. 
VISI DAN MISI PENGURUSAN HUTAN 
Pembangunan kehutanan Provinsi Jawa Tengah berpedoman pada visi yang ingin dicapai 
dan penjabarannya dalam misi pembangunan kehutanan Tahun 2011–2030 sesuai dengan karakteristik 
wilayah provinsi Jawa Tengah termasuk biogeofisik, ekologi, sosial budaya, dan kondisi ekonomi serta 
mengacu pada visi pembangunan kehutanan nasional. Visi dan misi pembangunan kehutanan Jawa 
Tengah Tahun 2011–2030 adalah sebagai berikut: 
4.1. Visi 
Visi pembangunan kehutanan Jawa Tengah Tahun 2011-2030 ditetapkan sebagai berikut: 
“Terwujudnya hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat”. 
Dalam visi tersebut terkandung tujuan agar hutan Jawa Tengah dapat berfungsi sebagai ekosistem 
dengan terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan 
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia secara lestari. Hutan diharapkan dapat 
memberikan manfaat yang seimbang antara manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat 
ekonomi. Fungsi penyangga hutan penting untuk dipertahankan mengingat bahwa Provinsi Jawa 
Tengah dengan jumlah penduduk yang tinggi menyandang tekanan sosial ekonomi dalam pemenuhan 
kebutuhan masyarakat yang tinggi. 
4.2. Misi 
Misi pembangunan kehutanan adalah sebagai berikut: 
1. Memantapkan pra kondisi pengelolaan sumber daya hutan yang meliputi perencanaan sumber daya 
hutan dan pembangunan sistem informasi kehutanan. 
2. Menanggulangi deplesi dan degradasi hutan dan lahan. 
3. Mengoptimalkan produktifitas sumber daya hutan. 
4. Memantapkan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 
5. Mewujudkan kelembagaan pengelolaan hutan yang efisien dan efektif. 
6. Meningkatkan ketersediaan IPTEK pengelolaan sumber daya hutan. 
7. Mendorong partisipasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
23 
BAB V. 
INDIKASI KEKUATAN, 
KELEMAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG 
Pemanfaatan ruang kawasan hutan dan hutan rakyat Provinsi Jawa Tengah diarahkan 
menjadi 6 (enam) arahan, merupakan rencana spasial untuk mendukung pembangunan kehutanan 
berbasis sinergitas ekologi, ekonomi, dan sosial pembangunan untuk meningkatkan produktivitas 
kawasan hutan. Visi pembangunan kehutanan duapuluh tahun mendatang diwujudkan dengan 
memperhatikan indikasi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang. 
5.1. Analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman 
Proses transformasi potensi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan sumber daya hutan menjadi 
barang jasa nyata dalam mendukung hidup dan kehidupan kesejahteraan masyarakat di Provinsi 
Jawa Tengah dan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu mengelola kekuatan, 
kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada. 
Konsep pendekatan SWOT dengan mengenal kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman 
dalam pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat diketahui masalah 
yang dihadapi, bagaimana mencapainya serta tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan 
kekuatan dan merebut peluang yang ada serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi. 
5.1.1. Kekuatan dan Kelemahan (Strengths & Weaknesses) 
Faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) merupakan faktor-faktor yang berasal 
dari internal yang dilihat dari aspek regulator. Beberapa faktor tersebut dipergunakan untuk mengawasi 
tingkat berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan dan kehutanan di 
Provinsi Jawa Tengah. 
a. Faktor Kekuatan (Strenghts) 
Faktor kekuatan dalam memperkuat manajemen dan tingkat pencapaian penyelenggaraan 
pengelolaan sumber daya hutan Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 
- Eksistensi instansi kehutanan sebagai penyelenggara dalam pengelolaan hutan; 
- Semakin mantapnya penataan batas kawasan hutan; 
- Sistem pengelolaan hutan yang sudah mantap; 
- Rencana pengelolaan hutan cukup lengkap; 
- Potensi sumber daya kayu dan non kayu dari hutan negara;
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 24 
b. Faktor Kelemahan (Weaknesses) 
Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang memperlemah manajemen dan 
pencapaian tujuan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah adalah 
sebagai berikut: 
- Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang belum terpadu; 
- Minimnya kuantitas dan kualitas SDM, serta terbatasnya kompetensi; 
- Lemahnya koordinasi antar lembaga pengelola hutan; 
- Rendahnya pengawasan dan penegakan hukum; 
- Rendahnya investasi, akses modal, dan terbatasnya anggaran; 
- Rendahnya pemasaran dan akses pasar; 
- Belum lengkap dan akuratnya data potensi sumber daya hutan terkini; 
- Pemanfaatan hasil hutan masih berfokus pada hasil hutan kayu (timber management); 
- Distribusi manfaat hutan belum berkeadilan; 
- Pemberian peran kepada masyarakat dalam pengelolaan hutan masih kurang; 
- Hasil-hasil penelitian dan iptek belum terimplementasikan dalam pembangunan kehutanan; 
- Peraturan perundang-undangan yang terkait belum sinkron; 
- Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung. 
5.1.2. Peluang dan Ancaman (Opportunity & Threats) 
Peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor dari luar (eksternal), yang dapat mempengaruhi 
pada penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan dari aspek kemasyarakatan, aspek regulasi, 
dan infrastruktur. 
- Potensi sumber daya kayu dan non kayu dari hutan rakyat; 
- Adanya kelembagaan formal yang mendukung program-program kehutanan; 
- Adanya pasar bagi perdagangan hasil hutan baik kayu maupun non kayu; 
- Potensi hutan sebagai Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW); 
- Peraturan perundang-undangan untuk pembangunan hutan dan kehutanan; 
- Adanya peningkatan aksesibilitas dan transportasi terhadap kawasan hutan; 
- Kemitraan dengan Instansi terkait, swasta serta masyarakat; 
- Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan kehutanan tinggi; 
- Berkembangnya paradigma tentang konservasi hutan; 
- Adanya kelompok tani hutan binaan sebagai mitra pengelola hutan; 
- Peran sektor kehutanan dalam pembangunan nasional; 
- Faktor iklim tropis dan tanah Pulau Jawa yang relatif subur untuk pertumbuhan vegetasi; 
- Biodiversitas hutan yang tinggi.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
25 
b. Faktor Ancaman (Threats) 
- Masih banyaknya gangguan hutan (illegal logging, perencekan kayu bakar di hutan negara, dll); 
- Degradasi lingkungan akibat pembukaan areal pertanian di dalam kawasan; 
- Masih kentalnya sistem manajemen birokratis yang kurang memperhatikan aspek kinerja; 
- Masih adanya tukar guling kawasan hutan yang belum terselesaikan; 
- Kerusakan karena faktor alam terutama akibat bencana alam; 
- Minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai konservasi; 
- Adanya aktivitas penambangan di dalam kawasan hutan; 
- Ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang belum merata; 
- Masih tingginya penduduk miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan; 
- Ego sektoral yang cukup tinggi; 
- Rendahnya kontribusi PDRB dari sektor kehutanan; 
- Masih banyaknya lahan-lahan kritis. 
- Dukungan pemerintah pusat dalam kebijakan konservasi SDA dan ekosistemnya; 
- Tingginya permintaan pasar terhadap hasil hutan kayu & non kayu; 
- Pengembangan hutan rakyat; 
- Pengembangan kegiatan penelitian terkait dengan hutan & kehutanan; 
- Pengembangan budidaya sumber daya hutan berupa kayu dan non kayu; 
- Dukungan dunia internasional agar hutan dapat dikelola secara lestari; 
- Wacana perdagangan karbon di dunia (carbon trading); 
- Keterlibatan Perguruan Tinggi dan masyarakat dalam pembangunan kehutanan; 
- Diversitas produk-produk hutan non kayu; 
- Wacana dunia tentang pengutamaan jasa lingkungan dari hutan. 
5.2. Sintesis hasil analisis SWOT 
Berdasarkan hasil pengolahan data pada matrik evaluasi faktor strategis internal (X) dan 
eksternal (Y), diperoleh analisis kuadran SWOT sebagaimana tercantum pada Gambar 5.1. 
a. Faktor Peluang (Opportunity) 
- Potensi pengembangan obyek wisata alam; 
- Program back to nature & Bali nDeso mBangun Desa dari Pemprov Jateng;
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 26 
Berdasarkan Gambar 5.1., hasil analisis kuadran menunjukan bahwa posisi penyelenggaraan 
pengelolaan hutan di Provinsi Jawa Tengah berada pada Kuadran I (Strategi Agresif). Posisi ini 
menggambarkan bahwa pengelolaan hutan di Provinsi jawa Tengah mempunyai kekuatan dan 
berpeluang. Dengan kondisi ini, maka strategi perencanaan program mengarah pada bentuk Strategi 
Progresif yang memungkinkan untuk melakukan pengembangan atau ekspansi. 
5.2.1. Strategi memakai Kekuatan untuk memanfaatkan Peluang: 
a. Koordinasi secara sinergis dengan para pihak. 
b. Pengembangan hutan rakyat lestari secara berkelanjutan. 
c. Peningkatan PDRB sektor kehutanan secara berimbang. 
d. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan Kelompok Tani. 
e. Percepatan proses pengukuhan kawasan hutan. 
f . Peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan hutan dan HHBK. 
g. Mempertahankan keberadaan hutan. 
h. Sertifikasi hasil hutan utamanya kayu untuk meningkatkan nilai jual dalam rangka mencukupi 
pasar luar negeri. 
5.2.2. Strategi memakai Kekuatan untuk mengatasi Ancaman. 
a. Penegakan hukum dalam perlindungan hutan. 
b. Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan. 
c. Pemberian ruang kelola kepada masyarakat sekitar hutan. 
d. Penghitungan PDRB hijau sektor kehutanan dalam perencanaan pembangunan. 
1 
-1 
-1 
1 
- 2 2 
-2 
2 
(2,3801;0,0442) 
Kekuatan (S) 
Peluang (O) 
Kelemahan (W) 
Ancaman (T) 
Kuadran I (SO) 
mendukung 
Strategi Agresif 
Kuadran III (WO) 
mendukung Strategi 
Turn around 
Kuadran IV (WT) 
mendukung Strategi 
Defensif 
Kuadran II (ST) 
mendukung Strategi 
Diversifikasi 
Gambar 5. 1. Hasil analisis kuadran SWOT
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
27 
5.2.3. Strategi menanggulangi Kelemahan dengan memanfaatkan Peluang. 
a. Kerja sama dengan para pihak dalam updating database kehutanan. 
b. Sosialisasi keunggulan jasa lingkungan dan HHBK. 
c. Mendorong penelitian jasa lingkungan dan HHBK secara aplikatif. 
d. Penyempurnaan mekanisme sharing manfaat hasil hutan. 
e. Peningkatan keterlibatan masyarakat desa dalam pembangunan kehutanan, khususnya di 
daerah penyangga. 
f. Pengembangan ekonomi kerakyatan. 
5.2.4. Strategi memperkecil Kelemahan dan mengatasi Ancaman. 
a. Sinkronisasi penyelenggaraan kehutanan provinsi, kabupaten, dan KPH. 
b. Mendorong pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar hutan. 
c. Peningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Kehutanan. 
d. Peningkatan pemanfaatan aneka fungsi hutan. 
e. Penguatan kelembagaan masyarakat desa untuk mengembangkan usaha produktif. 
e. Peningkatan peran serta masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan hutan.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 28 
BAB VI. 
KEBIJAKAN DAN STRATEGI 
Untuk mencapai target kontribusi sektor kehutanan dalam pembangunan dalam kerangka arahan 
indikatif pengurusan hutan di Jawa Tengah selanjutnya disusun kebijakan dan strategi pembangunan 
kehutanan Jawa Tengah yang komprehensif. 
6.1. Umum 
Pembangunan sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah 20 tahun ke depan diarahkan untuk 
mewujudkan hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat. Pencapaian 
visi tersebut dilakukan melalui tiga aspek pengurusan hutan, yaitu: aspek ekologi, ekonomi, dan sosial 
secara seimbang menurut fungsi hutan. 
Kebijakan Strategi 
Milestone 
Instansi Penanggung 
2011- jawab 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Pembaharuan 
sistem 
Transformasi teknologi dan 
kelembagaan V Semua instansi 
Perbaikan Sistem pengelolaan 
kawasan hutan V 
Perhutani, BKSDA 
Jateng, Taman Nasional, 
Dinhut Jateng 
Pembangunan baseline sistem 
informasi kehutanan V 
Perhutani, BKSDA 
Jateng, Taman Nasional, 
Dinhut Jateng 
Penyelesaian review RTRWK 
tepat waktu V BAPPEDA Jateng, Dinas 
Cipkataru Jateng 
Peningkatan produktifitas hutan V V Taman Nasional, Dinhut 
Jateng BPDAS 
Penerapan multisistem dalam 
pengelolaan kawasan hutan 
(contoh:joint production) V V V V 
Perhutani, BKSDA ateng, 
Taman Nasional, Dinhut 
Jateng 
Peningkatan PNBP 
pemanfaatan kawasan hutan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng, 
BKSDA Jateng, Taman
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
29 
Kebijakan Strategi 
Milestone 
Instansi Penanggung 
2011- jawab 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Pemantapan 
dan 
optimalisasi 
kawasan 
hutan 
Pemanfaatan kawasan hutan 
dalam mendukung ketahanan 
pangan, air, dan energi 
V V V V 
Perhutani, BPDAS Jateng 
Dinhut Jateng 
Pengembangan/diversifikasi jasa 
lingkungan dan wisata alam yang 
kreatif 
V V V V 
Perhutani, Dinhut Jateng 
Taman Nasional 
Promosi/pemasaran termasuk 
penyusunan peta investasi jasa 
lingkungan dan wisata alam 
V V V V 
Perhutani, Taman 
Nasional, Dinhut Jateng 
BKSDA Jateng 
Pemantapan 
dan 
optimalisasi 
kawasan 
hutan 
Pelibatan swasta dalam 
meningkatkan HHBK V V V V Perhutani, Taman asional, 
Dinhut Jateng, Asosiasi 
Pengembangan energi baru 
terbarukan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng 
Penanganan dan penyelesaian 
masalah tenurial, pinjam pakai, 
dan tukar menukar kawasan 
hutan 
V V V V 
Perhutani, BPKH Wil. XI, 
Dinhut Jateng 
Pengem-bangan 
sistem 
insentif dan 
disinsentif 
Pemberian kemudahan proses 
perizinan kepada swasta yang 
secara sungguh-sungguh 
mengelola hutannya 
V 
Perhutani, BPKH Wil. XI, 
Dinhut Jateng 
Insentif Hutan Rakyat untuk yang 
bersertifikat V V V V Dinhut Jateng BPDAS 
Perhutani 
Peningkatan 
penelitian 
dan pengem-bangan 
kehutanan 
Pelaksanaan 9 (sembilan) tema 
penelitian dan pengembangan 
(lanskap hutan, hutan alam, hutan 
tanaman, biodiversitas, HHBK, 
pengelolaan DAS, perubahan 
iklim, pengolahan hasil hutan, 
dan kebijakan kehutanan) 
V V V V 
Perhutani, BPDAS, Taman 
Nasional, Dinhut Jateng 
Pengembangan penelitian 
berbasis kebutuhan V V V V BPTKP DAS, Badan 
Litbang Prov. Jateng
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 30 
Kebijakan Strategi 
Milestone Instansi 
Penanggung 
jawab 
2011- 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Peningkatan 
penelitian dan 
pengembangan 
kehutanan 
Pemanfaatan dan penerapan hasil riset dan 
teknologi bagi perbaikan pengelolaan hutan 
V V V V 
Semua Instansi 
Memberikan kemudahan kepada masyarakat 
untuk mengakses teknologi dan hasil riset 
kehutanan 
V V V V 
Semua Instansi 
Pola 
pengelolaan 
hutan 
Pengembangan ekonomi lokal dan daerah 
berbasis potensi wilayah V V V V 
Dinhut Jateng, 
Bappeda Jateng 
Peningkatan 
Koordinasi 
lintas sektor/ 
kerja sama 
daerah 
Pembangunan infrastruktur penunjang 
pembangunan kehutanan 
V V V V 
Perhutani 
Promosi produk-produk kayu, HHBK, dan 
jasa lingkungan V 
Perhutani,Dinhut 
Jateng, Taman 
Nasional 
Penggunaan PDRB kawasan hutan dalam 
instrument ekonomi provinsi 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
Pengelolaan daerah aliran sungai yang 
terintegrasi 
V V 
Perhutani, BP DAS, 
Dinhut Jateng 
Pengembangan 
SDM 
Kehutanan 
Peningkatan dan pengembangan SDM 
dengan Badan Diklat Daerah 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Pengembangan SDM kehutanan sesuai 
komoditas unggulan daerah V V V V 
Dinhut Jateng 
Pengembangan 
SDM 
Kehutanan 
Peningkatan kompetensi dan sertifikasi SDM 
kehutanan daerah V V V V 
Dinhut Jateng 
Peningkatan 
peran sektor 
kehutanan 
Provinsi di 
tingkat nasional 
dan global 
Peningkatan kerjasama daerah berbasis 
kesetaraan 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Bappeda Jateng 
Peningkatan kekuatan penetrasi produk 
kehutanan dalam pasar nasional dan global 
V V V V 
Perhutani 
Peningkatan peran kehutanan Jawa Tengah 
dalam kepemimpinan nasional dan global 
V V V V 
Semua Instansi 
Komitmen dan 
konsistensi 
penegakan 
hukum bidang 
kehutanan 
Penegakan hukum secara konsekuen dan 
konsisten 
V V V V 
Semua Instansi 
Penyiapan SDM Polhut provinsi dan 
kabupaten 
V 
Dinhut Jateng, 
BKSDA Jateng 
Koordinasi intensif dengan aparat hukum 
V V V V 
Dinhut Jateng,BKSDA 
Jateng, Perhutani, 
Taman Nasional
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
31 
6.2. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Konservasi 
Hasil analisis spasial pemanfaatan kawasan hutan, luas arahan kawasan untuk konservasi 
adalah 125.791 ha yang meliputi 15.674 ha kawasan non perairan dan 110.117 ha kawasan perairan. 
Pada prinsipnya kawasan konservasi dikelola melalui tiga pilar konservasi yang meliputi kegiatan 
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan biodiversity, dan pemanfaatan secara 
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 
Perlindungan sistem penyangga kehidupan meliputi penguatan kapasitas kelembagaan 
perlindungan hutan dan konservasi alam serta penegakan hukum. Pengawetan biodiversity diarahkan 
pada kegiatan-kegiatan pengelolaan keanekaragaman hayati baik keanekaragaman genetik, jenis 
maupun ekosistem. Pengelolaan beberapa kawasan ekosistem esensial perlu dioptimalkan sehingga 
dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Upaya ini perlu didukung dengan pemantapan 
kapasitas kelembagaan unit pengelolaan kawasan konservasi serta peningkatan sumber daya 
manusia dan sarana prasarana pengelolaan. 
Pemanfaatan di kawasan konservasi dalam 20 tahun ke depan dapat dikembangkan pada 
produk-produk hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, seperti wisata alam, karbon, air, dan 
energi panas bumi. Berbagai faktor pendukung dalam pengembangannya perlu disiapkan antara lain 
regulasi yang tepat, informasi yang lengkap dan akurat, inovasi teknologi produksi dan pengolahan 
hasil hutan bukan kayu, valuasi jasa lingkungan, dan akses pemasaran. 
Pengelolaan kawasan konservasi ke depan perlu didukung dengan pemantapan pengelolaan, 
baik dari segi perencanaan maupun kelembagaan dan peningkatan peran serta masyarakat di 
daerah penyangga, sehingga diharapkan kawasan konservasi dapat mengembalikan fungsi kawasan 
sebagai sistem penyangga kehidupan secara mandiri dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. 
Kebijakan Strategi 
Milestone Instansi 
Penanggung 
jawab 
2011- 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Penguatan 
pemanfaatan 
SDA untuk 
tujuan 
Perlindungan 
dan 
Pelestarian 
Alam 
Peningkatan peran pemanfaatan 
dalam perlindungan dan Konservasi 
SDH (Perlindungan, Pengawetan, 
dan Pemanfaatan) 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
BKSDA Jateng, 
Taman Nasional 
Mendorong investasi hijau (green 
investment) melalui pemberian 
insentif/ disinsentif 
V V V V 
BKSDA Jateng, 
Dinhut Jateng 
Optimalisasi pemanfaatan jasa 
lingkungan dan ekowisata V V V V 
Dinhut Jateng 
Taman Nasional, 
Perhutani
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 32 
Kebijakan Strategi 
Milestone Instansi 
Penanggung 
jawab 
2011- 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Perubahan orientasi kawasan 
konservasi yang mandiri (dari 
cost center menjadi profit 
center) tanpa menghilangkan 
fungsi konservasi 
V V V V 
BKSDA Jateng, 
BPKH Wil. XI, 
Taman Nasional, 
Dinhut Jateng 
Rehabilitasi Kawasan 
Konservasi yang rusak/ 
terdegradasi 
V V V V 
Taman Nasional, 
Dinhut Jateng 
Pemantapan pengelolaan 
Kawasan Konservasi dengan 
perencanaan pengelolaan 
secara terpadu 
V V V V 
Semua Instansi 
Pemberdayaan masyarakat di 
sekitar kawasan konservasi V V V V 
Dinhut Jateng 
BKSDA Jateng, 
Taman Nasional 
6.3. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Perlindungan 
Luas total kawasan untuk perlindungan adalah 100.440 ha. Kawasan ini berfungsi sebagai 
penyangga kehidupan bagi ekosistem di bawahnya, untuk mengatur tata air, mencegah banjir, 
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Secara ekologis, 
kawasan ini memiliki peranan penting dalam mengendalikan pemanasan global karena kemampuan 
untuk menyerap karbon yang terkandung dalam gas-gas rumah kaca, yang ke depan merupakan salah 
satu sumber pendapatan ekonomi melalui perdagangan karbon. Berdasarkan data yang dipublikasikan 
Kementerian Kehutanan rata-rata potensi serapan karbon pada hutan lindung sebesar 177,7 ton/ 
ha. Dengan asumsi bahwa potensi karbon pada tegakan hutan 177,7 ton/ha, maka kawasan untuk 
perlindungan dapat menyimpan 17.848.188 ton karbon. 
Mengingat fungsi kawasan perlindungan yang penting dalam menjaga sumber daya air dan 
tanah, maka pemanfaatannya dilakukan secara terbatas. Pemanfaatan yang sesuai untuk kawasan ini 
meliputi pengembangan jasa lingkungan dan hasil hutan bukan kayu. Pada kawasan ini dapat dilakukan 
pemanfaatan untuk kebutuhan non sektor kehutanan, misalnya pertambangan secara tertutup, dengan 
prosedur sesuai perundangan. Reboisasi dan atau pengkayaan dikembangkan dengan jenis-jenis yang 
sesuai untuk perlindungan DAS dengan ciri berdaun panjang, mempunyai perakaran dalam, dan tingkat 
evapotranspirasi rendah serta menghasilkan getah, kulit, dan buah.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
33 
Kebijakan Strategi 
Milestone Instansi 
Penanggung 
jawab 
2011- 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Penyusunan 
pola 
pengelolaan 
kawasan 
Memperkuat kelembagaan LMDH dan 
ekonomi lokal sekitar kawasan berbasis 
potensi sumber daya hutan. 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
Menetapkan pola-pola pengelolaan 
kawasan di hutan mangrove V Dinhut Jateng 
Perhutani 
Menyusun Rencana Pengelolaan Hutan 
Lindung V Dinhut Jateng 
Perhutani. 
Penguatan 
pemanfaatan 
SDA untuk 
keseimbangan 
lingkungan 
global 
Mendorong investasi hijau (green 
investment) melalui pemberian insentif/ 
disinsentif 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan 
pengembangan jasa lingkungan dan HHBK V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
Melakukan reboisasi untuk menutup tanah 
kosong dan meningkatkan kerapatan 
pohon 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
Perlindungan 
Kawasan 
Peningkatan penegakan hukum V V V V Dinhut Jateng 
Perhutani 
Perlindungan pencurian, perambahan, 
kebakaran, hama penyakit, dan daya-daya 
alam 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
Penguatan kemitraan dengan masyarakat 
dalam perlindungan hutan V V V V 
Dinhut Jateng 
Perhutani 
6.4. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Rehabilitasi 
Arahan kawasan untuk rehabilitasi luasnya mencapai 386.272 ha, di mana area ini merupakan 
kawasan hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas dengan kondisi agak kritis, kritis, dan sangat 
kritis, yang perlu penanganan rehabilitasi lahan. Hasil rehabilitasi dapat dikelola sesuai dengan fungsi 
dan arahan pemanfaatannya, baik secara ekologi, ekonomi, dan sosial. 
Pada kawasan ini perlu rebosiasi dan atau pengkayaan yang ditujukan untuk percepatan pemulihan 
tanah kosong atau lahan terbuka, miskin riap, dan tegakan dengan pertumbuhan yang rendah, untuk 
mempercepat penutupan lahan. Pada kawasan ini diterapkan sistem silvikultur pada hutan tanaman 
disamping silvikultur intensif yang meliputi seleksi jenis unggul, manipulasi lingkungan tapak, dan 
proteksi tanaman.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 34 
Kebijakan Strategi 
Milestone 
Instansi Penanggung 
2011- jawab 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Percepatan 
rehabilitasi 
kawasan 
hutan 
Diversifikasi pola rehabilitasi di 
seluruh fungsi kawasan V V V V Dinhut Jateng, Perhutani 
Pemberian insentif kepada para 
pihak yang mempunyai inisiatif 
melakukan rehabilitasi/menarik 
investasi di bidang rehabilitasi 
V V V V 
Dinhut Jateng 
Optimalisasi pemanfaatan 
lahan di bawah tegakan dan 
pengembangan agroforestry 
V V V V 
Dinhut Jateng, Perhutani 
Mempermudah masyarakat 
untuk mengakses pusat bibit 
yang berkualitas (bersertifikat) 
dan dalam jumlah yang memadai 
V V V V 
Dinhut Jateng 
6.5. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Pengusahaan 
Arahan kawasan untuk pengusahaan luasnya mencapai 148.697 ha. Kawasan ini dimanfaatkan 
untuk tujuan meningkatkan produktivitas kawasan hutan produksi sebagai upaya pemenuhan bahan 
baku kayu dan pengembangan ekonomi rakyat. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah telah menghitung 
proyeksi produksi berdasarkan batasan etat luas dan volume dengan beberapa asumsi, yaitu: a). 
umur tebang minimal sama dengan daur; b). faktor koreksi sebagai faktor keamanan dan kegagalan 
tanaman; c). produktivitas tegakan JPP sesuai tabel volume Jati APB dengan pendekatan 2 kali lebih 
besar, selama 20 tahun yaitu sampai tahun 2030, diproyeksikan kawasan hutan produksi dan produksi 
terbatas mampu menghasilkan kayu sebanyak 9.183.334 m3 (jati 6.035.334 m3 dan rimba 3.148.000 m3) 
atau rata-rata 459.166,70 m3/tahun. 
Tabel 6.1. Proyeksi Produksi Kayu dari Kawasan untuk Pengusahaan 
No. Produksi Kayu 2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 Jumlah 
1 Jati (m3) 1.099.209 1.046.739 1.668.372 2.221.014 6.035.334 
2 Rimba (m3) 933.117 852.506 674.246 688.131 3.148.000 
3 Jumlah (m3) 2.080.476 1.850.373 2.342.618 2.909.145 9.183.334 
Sumber: Redesign Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2010 
Secara umum, pengusahaan dilakukan dengan pembangunan pada masing-masing kelas 
perusahaan dengan pengaturan daur, pengembangan jenis unggul dan fast growing species, dengan 
teknik silvikultur yang telah dikuasai, diorientasikan sesuai dengan kebutuhan pasar. Sebagian dari
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
35 
kawasan ini juga dimanfaatkan untuk pengusahaan hasil hutan non kayu (gondorukem dan terpentin) 
yang menghasilkan nilai tinggi di samping pemanfaatan jasa lingkungan serta mendukung kebutuhan 
lahan non sektor kehutanan dengan prosedur sesuai peraturan perundang-undangan. Kawasan ini juga 
dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan lahan non sektor kehutanan dengan prosedur sesuai 
perundang-undangan. 
Kebijakan Strategi 
Milestone 
Instansi Penanggung 
2011- jawab 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Peningkatan 
produk hasil 
hutan 
Intensifikasi produk hasil hutan 
kayu V V V V Perhutani 
Diversifikasi dan peningkatan 
nilai tambah hasil hutan kayu dan 
HHBK 
V V V V 
Perhutani 
Penetapan dan pengembangan 
komoditas strategi kehutanan V V V V Perhutani 
Pembentukan kelas hutan 
produktif (Kelas Perusahaan dan 
Klaster) 
V V V V 
Perhutani 
Peningkatan 
akses dan 
Pengembangan pengelolaan 
kawasan hutan berbasis 
masyarakat 
V V V V 
Dinhut jateng, 
Perhutani 
peran 
masyarakat 
dalam 
pengelolaan 
hutan 
Pembinaan dan pengembangan 
hutan rakyat dan industri 
ikutannya 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
Perhutani 
Kolaborasi pengadaan bahan 
baku dan peningkatan kemitraan 
dengan masyarakat 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
Perhutani 
6.6. Kebijakan dan Strategi Hutan Rakyat untuk Perlindungan 
Arahan hutan rakyat untuk perlindungan luasnya adalah 258.362 ha, dengan arahan pemanfaatan 
ditujukan untuk perlindungan kawasan di bawahnya, pengatur tata air, dan stok karbon. Berdasarkan 
penghitungan potensi karbon hutan rakyat di Pulau Jawa pada tahun 2009 oleh BPKH Wilayah XI Jawa- 
Madura bekerjasama dengan Multistakeholder Forestry Programme (MFP II), potensi karbon pada hutan 
rakyat di Jawa Tengah terhitung sebesar 11.792.964,98 ton, atau rata-rata 15,87 ton/ha. Dengan asumsi 
bahwa potensi karbon pada hutan rakyat 15,87 ton/ha, maka hutan rakyat untuk perlindungan dapat 
menyimpan 4.100.205 ton karbon. Pada areal ini dapat diberikan insentif kepada masyarakat, misalnya 
berupa fasilitasi usaha ekonomi produktif yang sesuai, antara lain pemanfaatan lahan di bawah tegakan,
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 36 
Kebijakan Strategi 
Milestone Instansi 
2011- Penanggung jawab 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Penyusunan pola 
pengelolaan 
kawasan 
Memperkuat kelembagaan 
KTHR dan pola pengembangan 
kawasan berbasis potensi SDH 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
Perhutani 
Pemanfaatan 
SDA untuk 
keseimbangan 
lingkungan global 
Mendorong investasi hijau 
(green investment) melalui 
pemberian insentif/ disinsentif. 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
Perhutani 
Optimalisasi pemanfaatan lahan 
melalui pengembangan jasling 
dan HHBK 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
Perhutani 
Rehabilitasi lahan yang rusak/ 
terdegradasi V V V V 
Dinhut Jateng 
BPDAS 
BLH Jateng 
6.7. Kebijakan dan Strategi Hutan Rakyat untuk Budidaya 
Luas arahan hutan rakyat untuk budidaya adalah 691.231 ha. Areal ini diupayakan untuk memiliki 
produktivitas yang optimal sebagai pemasok bahan baku kayu dan pengembangan ekonomi rakyat. 
Pada areal ini digunakan jenis tanaman yang sesuai lahan dan biofisik lainnya, juga mempertimbangkan 
pemilihan jenis yang diinginkan masyarakat sebagai pemilik lahan. 
Pada areal ini terdapat lahan kritis yang perlu dilakukan upaya rehabilitasi sampai tahun 2030 
seluas 158.871,06 ha. Upaya rehabilitasi lahan dikembangkan secara khas sesuai morfologi DAS, selain 
mempertimbangkan masalah utama yang dihadapi, juga mempertimbangkan faktor-faktor geo-biofisik 
dan sosial ekonomi serta budaya setempat terutama yang ditengarai sangat mempengaruhi 
sistem usaha tani. 
Rehabilitasi lahan hutan rakyat pada daerah hulu dikembangkan kegiatan vegetatif dengan jenis-silvopasture, 
silvofishery, pengembangan produk bukan kayu, dan jasa lingkungan. 
Mengingat kondisi areal ini berdasarkan peta kekritisan DAS juga meliputi areal yang agak kritis, 
kritis, dan sangat kritis, maka dalam pemulihan kawasan lindung di luar kawasan hutan diarahkan agar 
dapat mengembalikan lagi fungsi perlindungan daerah di bawah dan sekitarnya, sehingga dapat dipilih 
jenis-jenis tanaman dengan ciri mempunyai perakaran dalam, tingkat evapotranspirasi rendah, dan 
diupayakan yang hanya menghasilkan bukan kayu (HHBK) serta disertai penanaman rumput penguat 
teras. Diharapkan upaya pemulihan kawasan lindung pada hutan rakyat mampu memulihkan fungsi 
lindung, penyerap karbon, sekaligus meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat berfungsi 
secara optimal.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
37 
jenis yang memiliki perakaran dalam, penanaman dengan atau tanpa teras, dan dapat dilakukan 
pengembangan silvopastur. Hutan rakyat pada morfologi DAS tengah dan hilir direhabilitasi 
dengan jenis-jenis vegetasi yang memiliki kemampuan memperbaiki kondisi tanah, bernilai 
ekonomis tinggi, dengan atau tanpa teras. Kegiatan vegetatif dilakukan dengan penanaman secara 
penuh dilakukan pada lahan terlantar, lahan kosong maupun pengayaan tanaman pada lahan-lahan 
menurut pertimbangan teknis maupun sosial ekonomi masih perlu diperkaya dengan tanaman 
tahunan. Kegiatan teknik sipil sesuai kebutuhan diarahkan untuk mencegah erosi dan banjir serta 
mengatasi kekeringan. 
Penghijauan dan atau pengkayaan dilakukan dengan pengembangan jenis-jenis dengan 
ciri-ciri yang mempunyai pertumbuhan cepat, nilai komersialnya tinggi, teknik silvikulturnya 
telah dikuasai, mudah pengadaan benih dan bibit yang berkualitas, diorientasikan sesuai dengan 
kebutuhan pasar. Juga perlu dipertimbangkan jenis-jenis yang mempunyai perakaran dalam 
dengan pengembangan silvopasture secara umum. Pada areal untuk agroforestry diutamakan jenis-jenis 
yang mempunyai multifungsi (Multi Purpose Trees Species/MPTS) sehingga dapat memberikan 
tambahan pendapatan bagi petani.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 38 
Peningkatan 
akses dan 
peran 
masyarakat 
dalam 
pengelolaan 
hutan 
Pengembangan pengelolaan kawasan 
hutan berbasis masyarakat 
V V V V 
Dinhut Jateng, 
Perhutani, 
Penguatan kelembagaan dan jaringan 
bisnis UMKM 
V V V V 
Perhutani, Dinhut Jateng 
Dinkop & UMKM 
Pengembangan SDM pelaku UMKM 
V V V V 
Perhutani, Dinhut Jateng 
Dinkop & UMKM 
Pengembangan teknologi dan 
permodalan 
V V V 
Perhutani 
Pemantapan sistem basis data UMKM 
berdasarkan potensi (keunggulan), 
sebaran dan skala usaha dan jenis 
usaha 
V V V V 
Dinhut Jateng, Perhutani 
Pembinaan dan pengembangan hutan 
rakyat dan industri ikutannya V V V V 
Dinhut Jateng, 
Dinbun Jateng 
Dinperindag,Perhutani, 
Kolaborasi pengadaan bahan baku 
dan peningkatan kemitraan dengan 
masyarakat dengan dukungan regulasi 
V V V V Perhutani, Dinhut Jateng 
Kebijakan Strategi 
Milestone Instansi Penanggung jawab 
2011- 
2015 
2016- 
2020 
2021- 
2025 
2026- 
2030 
Percepatan 
rehabilitasi 
kawasan 
hutan 
Diversifikasi pola rehabilitasi di luar 
kawasan hutan V V V V BPDAS, Perhutani 
Dinhut Jateng 
Pemberian insentif kepada para pihak 
yang mempunyai inisiatif melakukan 
rehabilitasi/menarik investasi di 
bidang rehabilitasi 
V V V V 
BPDAS, Dinhut Jateng 
Perhutani 
Mempermudah masyarakat untuk 
mengakses pusat bibit yang 
berkualitas (bersertifikat) dan dalam 
jumlah yang memadai 
V V V V 
Perhutani, Dinhut Jateng 
Peningkatan 
produk 
hasil hutan 
Intensifikasi produk hasil hutan kayu V V V V Perhutani, Dinhut Jateng 
Diversifikasi dan peningkatan nilai 
tambah hasil hutan V V V V Perhutani, 
Dinhut Jateng 
Penetapan dan pengembangan 
komoditas strategi kehutanan 
V V V V 
Perhutani, 
Dinhut Jateng 
Penetapan wilayah-wilayah tertentu 
sebagai pusat produksi hasil hutan 
V V V V 
Perhutani, 
Dinhut Jateng
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
39 
BAB VII. 
KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN 
7.1. Target Kontribusi Ekonomi 
Pada tahun 2010 PDRB sektor kehutanan Jawa Tengah sebesar 0,53%, nilai tersebut bersumber 
dari nilai tambah pemanfaatan hasil hutan yang dapat divaluasi berupa kayu dan non kayu yang 
dihasilkan dari kawasan hutan negara. Sementara angka tersebut belum mencerminkan kontribusi 
ekonomi sebenarnya yang bisa diperoleh dari sumber daya hutan, yang meliputi kayu gelondongan 
(rimba dan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, hasil hutan lainnya, perburuan, penangkaran satwa 
liar, dan sebagainya. 
Pada tahun 2030, PDRB sektor kehutanan (PDRB Kawasan/satellite account) Jawa Tengah 
ditargetkan sebesar 2,53% dengan asumsi pertumbuhan sektor kehutanan sebesar 8,12% tiap tahunnya. 
Target tersebut diperkirakan dapat dicapai dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya hutan 
dan selanjutnya memasukkan dalam perhitungan PDRB beberapa komoditi yang dapat dikembangkan 
ke depannya, yaitu kayu rakyat, produk jasa lingkungan (ekowisata, air, karbon, energi), industri primer 
kehutanan, dan jasa kehutanan. 
7.1.1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu 
Hingga 20 tahun ke depan, kawasan hutan produksi diproyeksikan mampu memproduksi kayu 
sebesar 9.183.334 m3 (jati 6.035.334 m3 dan rimba 3.148.000 m3) atau rata-rata 459.166,7 m3/tahun. 
Sedangkan dari hutan rakyat untuk budidaya diharapkan mampu memproduksi kayu sebesar 5.529.848 
m3/tahun, dengan asumsi rata-rata riap volume pertumbuhan atau Mean Annual Increment (MAI) sebesar 
8 m3/ha/tahun. Dengan jumlah produksi tersebut pada 20 tahun ke depan produksi kayu dari kawasan 
hutan dan hutan rakyat rata-rata sebesar 5.989.014 m3/tahun. 
Tabel 7.1. Proyeksi Produksi Kayu 
No. Produksi Kayu 2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 Jumlah 
1 Perhutani (m3) 2.080.476 1.850.373 2.342.618 2.909.145 6.035.334 
2 Kayu Rakyat (m3) 27.649.240 27.649.240 27.649.240 27.649.240 110.596.960 
Jumlah (m3) 29.729.716 29.499.613 29.991.858 30.558.385 116.632.294 
Adapun kebutuhan bahan baku industri kehutanan di Jawa Tengah berdasarkan sumber bahan 
baku sebesar 4.676.619 m3/tahun, yang meliputi kayu hutan alam 1.590.127,12 m3 dan hutan tanaman 
(termasuk hutan rakyat) 3.086.491,55 m3. Dengan demikian pemenuhan bahan baku asal hutan tanaman
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 40 
7.1.2. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu 
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam 20 tahun mendatang harus dikembangkan di Jawa 
Tengah mengingat bahwa potensinya cukup besar baik di kawasan hutan negara maupun hutan rakyat. 
Proyeksi produksi hasil hutan bukan kayu dari kawasan hutan sampai tahun 2030 diperkirakan sebagai 
berikut: 
Tabel 7.2. Proyeksi Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu 
No. Produksi HHBK 2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 Jumlah 
1 Getah pinus (ton)* 252.838 322.251 431.070 463.925 6.842 
2 Kopal (ton)* 1.250 1.593 1.828 2.171 6.842 
3 Minyak Kayu Putih (ton)* 439 495 506 493 1.933 
4 Gondorukem (ton) 150.000 150.000 150.000 150.000 600.000 
5 Terpentin (ton) 30.000 30.000 30.000 30.000 120.000 
6 Daun Kayu Putih (ton) 37.500 37.500 37.500 37.500 150.000 
7 Kokon (kg) 100.000 100.000 100.000 100.000 400.000 
8 Rotan(batang) 350.000 350.000 350.000 350.000 1.400.000 
9 Madu (kg) 40.000 40.000 40.000 40.000 160.000 
Sumber: * Redesign Sumber Daya Hutan - Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2010 
Pengembangan hasil hutan bukan kayu untuk 20 tahun ke depan sesuai potensi dan prospek 
yang ada di Jawa Tengah adalah persuteraan, madu, bambu, minyak atsiri (nilam), rotan dan 
sebagainya. Di samping itu pengembangan tanaman nyamplung dan jarak sebagai penghasil bahan 
baku untuk produk biofuel perlu terus diteliti dan dikembangkan agar dapat bersaing secara ekonomi 
dengan produk bahan bakar fosil, didukung dengan regulasi dan inovasi teknologi pengolahan serta 
pemasaran yang tepat. 
7.1.3. Pemanfaatan Jasa Lingkungan 
Pemanfaatan jasa lingkungan di Jawa Tengah memiliki potensi dan prospek yang baik untuk 
pengembangan 20 tahun ke depan. Kawasan hutan lindung yang luasnya saat ini sebesar 84.464,02 
ha dan kawasan konservasi seluas 13.919,56 ha dapat dikelola untuk pengembangan produk jasa 
lingkungan berupa air, wisata alam, dan stok karbon. Pengembangan ini mensyaratkan perubahan 
regulasi dalam pengelolaan hutan, penyiapan SDM, dan informasi yang akurat dalam perencanaan 
pengembangannya. 
(termasuk hutan rakyat) dapat terpenuhi, bahkan surplus. Sedangkan kebutuhan industri akan kayu 
hutan alam, sesuai permintaan pasar, tetap dipasok dari luar Pulau Jawa.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 
41 
7.2. Target Kontribusi Sosial Budaya 
Kontribusi sosial budaya dinilai antara lain dengan peran sektor kehutanan dalam penciptaan 
lapangan kerja. Pada tahun 2030 diharapkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan 
semakin meningkat dan berperan aktif dalam pengawasannya. Hal ini sejalan dengan target RPJP 
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025, pada tahapan kedua (2010-2014) salah satunya adalah 
peningkatan daya saing ekonomi rakyat. Pengembangan ekonomi kerakyatan oleh sektor kehutanan 
dilakukan dengan mewujudkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan daerah dengan 
dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan. 
Kontribusi Sosial dapat diketahui peranannya dari indikator sosial antara lain dari nilai Indeks 
Pembangunan Manusia dan Indeks Kualitas Hidup (PQLI/Physical Quality Life Index). Dengan mengetahui 
indikator atau angka-angka indeks tersebut dan membandingkan dengan nilai pencapaian ideal dari 
angka indeks bersesuaian, maka dapat diketahui sejauh mana pencapaian pembangunan dan menyusun 
strategi untuk mencapai tujuan pembangunan, yaitu terwujudnya rakyat yang sejahtera. 
Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dengan tingkat 
kemiskinan pada tahun 2007 sebesar 20,43% penduduk. Jika mengacu pada indikator MDG’s, maka pada 
tahun 2015, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah harus berkurang setengahnya menjadi 10,21% 
penduduk. Angka tersebut diharapkan dapat tercapai dengan kontribusi sektor kehutanan dalam 
perhitungannya, khususnya kontribusi sosial bagi masyarakat sekitar hutan. 
Sharing produksi dari kawasan hutan negara (kayu dan non kayu) yang dikelola bersama 
masyarakat melalui kegiatan PHBM sejak tahun 2002 hingga 2009 sebesar Rp.71.957.513.929,-. Dengan 
asumsi peningkatan 10% setiap tahun, maka pada tahun 2030 diproyeksikan sharing PHBM dapat 
mencapai sebesar Rp. 22.594.315.511,-. Namun, ke depannya perlu dikembangkan mekanisme agar 
distribusi manfaat dari pengelolaan hutan bersama masyarakat dapat diterima secara adil, tidak saja 
oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi, namun juga hutan lindung dan hutan konservasi. 
7.3. Target Kontribusi Ekologi 
Proporsi luas tutupan pohon Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 32% dan menurut 
target dari MDG’s akan meningkat sampai tahun 2015 hingga 33% dari luas daratan Jawa Tengah. 
Pada tahun 2030 kondisi ekologi hutan di Jawa Tengah diharapkan semakin membaik dengan kualitas 
penutupan lahan di daratan sebesar 40% sehingga mampu menjaga fungsi hutan sebagai pengatur tata 
air, penyimpan karbon, dan fungsi ekologi lainnya. 
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan di Jawa Tengah pada tahun 2020 diperkirakan 
berkisar antara 173.000 ton CO2e sampai dengan maksimal 1.289.000 ton CO2e dengan emisi tengah 
sebesar 731.000 CO2e. Nilai tengah ini yang akan digunakan sebagai patokan target penurunan emisi 
gas rumah kaca di Jawa Tengah.
RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 42 
7.4. Target Kontribusi Kawasan Hutan di bidang Ketahanan Pangan 
Hutan selain memberi kontribusi berupa kayu dan non kayu, dari kawasan hutannya juga memberi 
kontribusi yang tidak sedikit dalam hal ketahan pangan. Sebagai salah satu contoh adalah rata-rata hasil 
tanaman pangan dari kegiatan tumpangsari di kawasan hutan Provinsi Jawa Tengah (ton) dari tahun 
2006-2010 adalah seperti yang tersaji di dalam Tabel 7.3 berikut ini. 
Kontribusi sektor kehutanan Jawa Tengah untuk menurunkan emisi diupayakan dengan 
meningkatkan luasan dan kualitas atau menekan laju penurunan luasan dan kualitas tutupan pohon. 
Rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca sektor kehutanan Jawa Tengah melalui kegiatan Rehabilitasi 
hutan dan lahan kritis, Perencanaan dan pengendalian pembangunan kehutanan, Pengembangan 
pengelolaan hutan bersama masyarakat, Pengembangan hasil hutan bukan kayu, Pengembangan 
jasa lingkungan, Penatagunaan hutan, Perlindungan hutan, Pengembangan hutan rakyat, Penertiban 
penatausahaan hutan dan hasil hutan, Pengelolaan kawasan konservasi daerah penyangga, dan 
Pengelolaan hutan produksi secara lestari diperkirakan berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca 
sebesar 114.000 ton CO2e hingga tahun 2020. Jika dibandingkan dengan skenario Bussiness as Ussual 
(BAU) emisi sektor kehutanan, maka penurunan emisi tersebut setara dengan 15,6%. 
No. Komoditi 2006 (ton) 200 (ton) 2008 (ton) 2009 (ton) 2010 (ton) Rata-rata 
(ton/th) 
Harga 
rata-rata 
(Rp/kg) 
1 Padi 14.793 42.811 22.302 26.654 16.240 21.637 1.700 
2 Jagung 85.716 101.293 97.648 470.308 278.568 206.707 1.450 
3 Kedelai 62 322 692 703 88 373 3.000 
4 
Kacang 
tanah 
3.878 9.078 3.328 5.174 6.287 5.549 1.980 
5 
Lainnya 
(ubikayu) 
86.678 35.980 72.099 164.239 180.511 101.425 760 
Sumber: Buku Saku Statistik Tahun 2006-2010 Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 
Pada Tabel 7.3 terlihat bahwa kontribusi kawasan hutan dalam memberikan pendapatan (uang) dari 
jenis-jenis tanaman pangan per tahun sebagai berikut: 
a. Padi = Rp 1.700/kg x 21.637 x 1000 kg 
= Rp 36.782.900.000,00 
b. Jagung = Rp 1.450/kg x 206.707 x 1000 kg 
= Rp 299.725.150.000,00 
c. Kedelai = Rp 3000/kg x 373 x 1000 kg 
= Rp 1.119.000.000,00 
Tabel 7.3. Kontribusi kawasan hutan di bidang ketahanan pangan nasional (ton)
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Penataan Kota Surakarta
Penataan Kota SurakartaPenataan Kota Surakarta
Penataan Kota Surakarta
enconika
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata Ruang
Sri Wahyuni
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Evant Manö
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
ju adi
 

La actualidad más candente (20)

Pedoman umum rtbl
Pedoman umum rtblPedoman umum rtbl
Pedoman umum rtbl
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
 
Perka bnpb no.2 tahun 2012
Perka bnpb no.2 tahun 2012Perka bnpb no.2 tahun 2012
Perka bnpb no.2 tahun 2012
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desa
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa BaratRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
 
Penataan Kota Surakarta
Penataan Kota SurakartaPenataan Kota Surakarta
Penataan Kota Surakarta
 
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro JambiMateri Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Konsep Agropolitan
Konsep AgropolitanKonsep Agropolitan
Konsep Agropolitan
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata Ruang
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaTantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terhadap Strategi Penca...
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terhadap Strategi Penca...Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terhadap Strategi Penca...
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terhadap Strategi Penca...
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 

Similar a PERGUB Rktp jateng 2011 2030

Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Hari Susandi
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
bening2air
 
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Pipiet Noorch
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
walhiaceh
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
walhiaceh
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
walhiaceh
 
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
Anjas Asmara, S.Si
 
Perda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampung
Perda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampungPerda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampung
Perda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampung
Teguh Pribadi
 
Perda RTRW Kabupaten Tanggamus.doc
Perda RTRW Kabupaten Tanggamus.docPerda RTRW Kabupaten Tanggamus.doc
Perda RTRW Kabupaten Tanggamus.doc
Yulius Swardana
 
Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012
Gathot Msp
 

Similar a PERGUB Rktp jateng 2011 2030 (20)

Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
 
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
 
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung TengahRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
 
Perda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampung
Perda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampungPerda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampung
Perda mesuji-no-6-thn-2012-tentang-rtrw-kab-mesuji-lampung
 
Bab 1 rev 02
Bab 1 rev 02Bab 1 rev 02
Bab 1 rev 02
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten NagekeoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nagekeo
 
Perda RTRW Kabupaten Tanggamus.doc
Perda RTRW Kabupaten Tanggamus.docPerda RTRW Kabupaten Tanggamus.doc
Perda RTRW Kabupaten Tanggamus.doc
 
Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012
 

Más de Jhon Blora

Más de Jhon Blora (20)

Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
 
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanPp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
 
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
 
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
 
Data sosial kehutanan
Data sosial kehutananData sosial kehutanan
Data sosial kehutanan
 
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasData rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
 
Data umum
Data umumData umum
Data umum
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutan
 

Último

Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptxRESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
mirzagozali2
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
IniiiHeru
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
EndangNingsih7
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
sonyaawitan
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
ritch4
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
BangMahar
 

Último (20)

Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptxRESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 

PERGUB Rktp jateng 2011 2030

  • 1. Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2030 DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH 2012
  • 2. RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2030 Pengarah: Dr. Ir. Sri Puryono K.S., MP. Ir. Oman Djuharna, MM. Tim Penyunting: Ir. Triyono, MP. Ammy Rita Manalu, S.Hut, M.Si. Sigit Murhofiq, S.Hut. Indira Puspita, S.Si. Sumber Dana: - Dana APBD Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Foto Sampul : - Hutan, Sungai dan Sawah (Fotografer : T. Satyatama)
  • 3. KATA PENGANTAR Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) Jawa Tengah Tahun 2011-2030 merupakan dokumen perencanaan sektor kehutanan jangka panjang, yang penyusunannya telah melalui proses sinkronisasi dengan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), konsultasi para pihak dan disahkan oleh Gubernur. RKTP sebagai rencana sektor kehutanan diharapkan menjadi acuan dalam penyusunan rencana pembangunan, rencana investasi dan rencana kerja usaha dengan cakupan lebih rendah baik berdasarkan skala geografis, jangka waktu maupun program-program pembangunan kehutanan di tingkat provinsi maupun kabupaten. Kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada para pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 ini, khususnya kepada Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Balai KSDA Jawa Tengah, BPKH Wilayah XI Jawa-Madura, BTN Karimunjawa, BTN Gunung Merapi, BTN Gunung Merbabu, BPDAS Solo, BPDAS Pemali Jratun, BPDAS Serayu Opak Progo, BPTKPDAS Solo dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Djoko Marsono, Dr. Ir. Rishadi Purwanto, M.Agr, Gatot Kurniawan, S.Si, M.Si, sebagai tim ahli RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030. Semarang, November 2012 Kepala Dinas, Ir. Oman Djuharna, MM. Pembina Tk. I NIP. 19570512 198502 1 003
  • 4. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 D
  • 5. Hutan Lindung Perum Perhutani KPH Kendal di Weleri (Photograph by T. Satyatama)
  • 6. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 F
  • 7. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 I GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengelolaan Hutan di Provinsi Jawa Tengah, perlu dilakukan secara terpadu dan terencana, dengan mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan sesuai ketentuan Pasal 36 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 42/ Menhut- II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan serta Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2030; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pem-bentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950 Halaman 86-92); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
  • 8. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 II 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Per-lindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
  • 9. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 III Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217); 16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jateng Tahun 2003 Nomor 134); 17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4); 18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10); 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 6 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11); 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); 21. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menhut-II/ 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025; 22. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/ 2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 460); 23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/ 2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 381); 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Penyusunan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 25. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 78 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jateng Tahun 2008 Nomor 78);
  • 10. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 IV MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2030. Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah. 4. Dinas adalah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. 6. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. 7. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. 8. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 9. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 10. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 11. Hutan Hak yang selanjutnya disebut hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. 12. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. 13. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 14. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. 15. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasad yang berasal dari hutan. 16. Rencana Kehutanan Tingkat Nasional yang selanjutnya disingkat RKTN adalah rencana yang berisi arahan-arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta perkiraan kontribusi sektor kehutanan dalam skala nasional untuk jangka waktu 20 tahun. 17. Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi yang selanjutnya disingkat RKTP adalah rencana yang berisi arahan-arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta perkiraan kontribusi sektor kehutanan di wilayah provinsi untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
  • 11. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 V 18. Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat RKTK adalah rencana yang berisi arahan-arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta perkiraan kontribusi sektor kehutanan di wilayah kabupaten/kota untuk jangka waktu 20 tahun. 19. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta, dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari. 20. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode lima tahun. 21. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 22. Misi adalah rumusan umum upaya-upaya yang akan dilaksanakan dalam mewujudkan visi. 23. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 24. Strategi adalah langkah-langkah untuk mewujudkan visi dan misi. Pasal 2 (1) RKTP Jawa Tengah sebagai dokumen bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengelolaan dan pembangunan kehutanan dengan jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. (2) RKTP Jawa Tengah disusun secara transparan, dan partisipatif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. (3) RKTP Jawa Tengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali. Pasal 3 RKTP Jawa Tengah, terdiri dari: a. RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan; BAB II : Potensi Dan Realitas; BAB III : Arahan Indikatif Kebijakan Pengurusan Hutan; BAB IV : Visi Dan Misi Pengurusan Hutan; BAB V : Indikasi Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, Dan Peluang; BAB VI : Kebijakan Dan Strategi; BAB VII : Kontribusi Sektor Kehutanan; dan BAB VIII: Penutup. b. Data pendukung RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II;
  • 12. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 VI c. Peta Arahan RKTP Jawa Tengah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III; merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 4 (1) RKTP Jawa Tengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a sebagai pedoman bagi penyusunan Rencana Kehutanan yang meliputi: a. penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota; b. penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH); c. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Tingkat Provinsi ; d. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Tingkat Kabupaten/ Kota; e. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan; f. penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hutan; g. koordinasi perencanaan kehutanan jangka panjang dan menengah antar sektor; dan h. pengendalian kegiatan pembangunan kehutanan. (2) Penyusunan Rencana Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah. Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 28 September 2012 GUBERNUR JAWA TENGAH, ttd BIBIT WALUYO Diundangkan di Semarang Pada tanggal 28 September 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH, ttd HADI PRABOWO BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 46.
  • 13. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 VII Hutan Produksi Jati KPH Kendal (Photograph by T. Satyatama)
  • 14. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 VIII
  • 15. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 IX LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 - 2030 RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2030
  • 16. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 X
  • 17. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 1 Sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah, yang dikelola dan dikembangkan oleh Pemerintah dan didukung dengan partisipasi masyarakat, sejak lama telah memberikan manfaat yang cukup besar, antara lain: 1). merupakan sistem penyangga kehidupan terutama fungsi hidroorologis (menjaga keseimbangan DAS, menyediakan air, dan menjaga degradasi tanah), bahan pangan, iklim, dan sumber plasma nutfah; 2). sebagai sumber keanekaragaman hayati yang tinggi untuk kebutuhan generasi saat ini maupun yang akan datang; 3). merupakan sumber bahan baku industri kehutanan (hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, dan jasa lingkungan); 4). menyerap investasi yang memberikan andil dalam pertumbuhan ekonomi; 5). menambah lapangan pekerjaan dan memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. Potensi sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah meliputi luas kawasan hutan negara mencapai 761.200 ha (update SK Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2004) dan pengembangan areal hutan rakyat seluas lebih dari 949.593 ha (hasil analisa spasial RTRWP Jawa Tengah Tahun 2010 dengan Peta Penggunaan Lahan Provinsi Jawa Tengah). Mengingat besarnya potensi sumber daya hutan dan peranannya yang strategis dalam mendukung pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan didukung oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka sumber daya hutan perlu dipertahankan keberadaannya agar dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini maupun yang akan datang. Hal ini juga telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan bahwa Provinsi dan/atau kabupaten/kota yang memiliki kawasan hutan yang fungsinya sangat penting bagi perlindungan lingkungan provinsi dan/atau kabupaten/kota lainnya, berkewajiban untuk mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan, serta mengelola kawasan hutan tersebut sesuai dengan fungsinya. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan Pasal 42 mengamanatkan bahwa rencana kehutanan tingkat provinsi disusun oleh instansi kehutanan provinsi, yang dinilai melalui konsultasi para pihak dan disahkan oleh Gubernur. RKTP merupakan rencana kawasan hutan dengan periode waktu 20 tahun mencakup seluruh aspek pengurusan hutan yang meliputi kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan pada waktu yang akan datang, serta arahan kegiatan untuk menuju target yang diinginkan. Aspek pengurusan kehutanan, meliputi penyelenggaraan perencanaan 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN
  • 18. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 2 kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, penyuluhan kehutanan serta pengawasan. Penyusunan RKTP berdasarkan hasil inventarisasi hutan provinsi sebagai rencana jangka panjang 20 tahun yang memuat arahan makro yang bersifat indikatif serta meliputi seluruh fungsi pokok hutan (konservasi, lindung, dan produksi). RKTP sebagai rencana sektor kehutanan akan menjadi acuan bagi penyusunan rencana-rencana yang cakupannya lebih rendah baik berdasarkan skala geografis, jangka waktu rencana maupun program-program pembangunan kehutanan di tingkat provinsi dan kabupaten. Penyusunan RKTP tidak dapat mengesampingkan isu-isu strategis dan berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi oleh sektor kehutanan di Jawa Tengah. Tekanan terhadap kawasan hutan dewasa ini antara lain benturan kepentingan pemanfaatan kawasan antar sektor, aktivitas tukar menukar kawasan yang belum ada lahan penggantinya serta pemanfaatan kawasan hutan tanpa izin. Di samping itu praktek illegal logging masih terus menjadi penyebab degradasi lahan. Pemanfaatan hutan yang belum optimal disebabkan karena pemahaman akan nilai dan manfaat hutan yang masih terbatas pada hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Adapun keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan belum dikembangkan pemanfaatannya secara optimal. Pengelolaan hutan lindung di Provinsi Jawa Tengah masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain adanya penggarap tanaman semusim di kawasan hutan lindung, pengolahan tanah intensif di hutan lindung, perencekan, dan konflik lahan (tenurial). Permasalahan kawasan hutan juga disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti penting kelestarian hutan dan lingkungan sehingga budidaya pertanian belum diikuti upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi di dalam kawasan Hutan Negara. Tantangan yang dihadapi oleh sektor kehutanan sebagai bagian dari tantangan pembangunan global antara lain perubahan iklim, ketahanan pangan-energi-air, pencapaian target Millenium Development Goals (MDG’s). Menghadapi tantangan tersebut, perlu direncanakan aksi jangka panjang dan penyusunan strategi pencapaian komitmen internasional melalui pencapaian target pembangunan kehutanan bersama sektor-sektor lain secara berkelanjutan. 1.2. Tujuan Penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011 - 2030 Tujuan penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 adalah untuk memberikan arahan dalam pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan dalam skala provinsi untuk jangka waktu 20 tahun. RKTP Jawa Tengah berfungsi sebagai: a. Arahan makro yang bersifat indikatif untuk seluruh fungsi pokok hutan (konservasi, lindung,dan produksi), kawasan lindung/ budidaya, dan hutan rakyat di Provinsi Jawa Tengah. b. Acuan bagi penyusunan rencana-rencana yang cakupannya lebih rendah baik berdasarkan skala 1.3. Fungsi dan Kedudukan RKTP
  • 19. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 3 geografis, jangka waktu rencana maupun program-program pembangunan kehutanan di tingkat provinsi dan kabupaten. Kedudukan RKTP di dalam pembangunan Provinsi Jawa Tengah terdapat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. RKTP Jawa Tengah dalam Sistem Perencanaan Kehutanan 1.4. Kerangka Pikir RKTP Kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi pengelolaan hutan beserta isu-isu strategis baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional dengan memperhatikan potensi sumber daya hutan yang ada akan digunakan untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan kehutanan di Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2030. Kerangka pikir RKTP Jawa Tengah disajikan pada Gambar 1.2.
  • 20. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 4 Dasar hukum penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030 adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 1.5. Dasar Hukum Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penyusunan RKTP Jawa Tengah Tahun 2011-2030
  • 21. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 5 12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029; 22. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menhut-II/2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025; 23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan; 24. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; 24. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030; 25. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.1/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN BAB II POTENSI DAN REALITAS BAB III ARAHAN INDIKATIF KEBIJAKAN PENGURUSAN HUTAN BAB IV VISI DAN MISI PENGURUSAN HUTAN BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB VII KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN PADA PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH BAB VIII PENUTUP LAMPIRAN
  • 22. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 6 BAB II. POTENSI DAN REALITAS 2.1. Potensi dan Kondisi Umum Hutan di Provinsi Jawa Tengah 2.1.1. Luas Hutan di Provinsi Jawa Tengah Luas kawasan hutan dan konservasi perairan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan update SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.359/Menhut-II/2004 Tahun 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah ±761.200 hektar. Sumber data: *) Update SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.359/Menhut-II/2004 Tahun 2004 **) Potensi Hutan Rakyat pada RTRWP Jawa Tengah 2009-2029 (termasuk areal PTPN IX dan Perkebunan Swasta Besar) Tabel 2.1. Luas Hutan di Provinsi Jawa Tengah. Fungsi Luas (Ha) % A Hutan Konservasi (HK) ± 125.791 - - Non Perairan - Perairan ± 15.674 ± 110.117 0,48 - B Hutan Lindung (HL) ± 84.464 2,59 C Hutan Produksi (HP) ± 550.945 16,93 1.Hutan Produksi Terbatas 2.Hutan Produksi Jumlah Kawasan Hutan*) Jumlah Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan ± 185.976 ± 364.969 ± 651.083 ± 761.200 5,72 11,21 20,00 - D Hutan Rakyat **) ± 949.593 29,17 Jumlah Kawasan Hutan dan Hutan Rakyat (tidak termasuk perairan) ± 1.600.677 49,18 Luas daratan Provinsi Jawa Tengah ± 3.254.900 100,00
  • 23. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 7 Gambar 2.1. Perbandingan Luas Hutan dengan Luas Daratan Jawa Tengah Perkembangan hutan rakyat di Jawa Tengah mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan gencarnya Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung minat budidaya kayu oleh masyarakat yang cukup tinggi. Potensi luas hutan rakyat di Jawa Tengah saat ini (2010) mencapai 949.593 ha (termasuk areal PTPN IX dan Perkebunan Swasta Besar). 2.1.2. Potensi Hasil Hutan Kayu Hutan sebagai penyangga kehidupan secara alamiah merupakan harapan semua pihak karena terkait dengan keberlangsungan hidup dan kehidupan. Luas dan kualitas hutan bagi suatu wilayah menjadi sangat penting artinya bagi kehidupan karena diharapkan mampu menyediakan produk yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Hutan memiliki nilai keberlanjutan dan menegaskan keterkaitan antara kualitas kehidupan manusia dan kelestarian ekosistem hutan. Manfaat hutan dapat dinikmati secara terus menerus bila hutan juga terpelihara kelestariannya. Manfaat yang diperoleh dari hutan bagi masyarakat Jawa Tengah yang sudah dapat dinikmati masih jauh dari potensi yang ada karena tidak semua potensi dapat dihitung secara kuantitatif, di samping masih banyak kendala yang dihadapi. Namun demikian, data berikut memberikan gambaran upaya valuasi manfaat yang sudah dapat direalisasikan. Produksi hasil hutan kayu di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir tersaji pada Tabel 2.2.. Produksi kayu rakyat yang jauh lebih besar daripada kayu dari hutan negara akan menjadi tumpuan sebagai bahan baku industri perkayuan di Jawa Tengah pada masa depan, tampak dalam Gambar 2.2.
  • 24. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 8 Tabel 2.2. Produksi Hasil Hutan Kayu di Jawa Tengah. No. Produksi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 1 Kayu Bulat Perhutani (jati & rimba) m3 318.153 342.311 236.217 246.158 289.306 2 Kayu Gergajian m3 3.606 8.490 8.231 9.320 8.556 3 Kayu Bulat Hutan Rakyat m3 1.139.723 704.665 1.230.284 1.244.640 846.894 4 Pendapatan Dalam Negeri *) x Rp Juta 440.420 573.562 487.975 524.850 603.032 5 Devisa Kayu *) x 1.000 US $ 7.683 9.066 17.112 12.152 15.683 Sumber: 1. Buku Saku Statistik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2006-2010 *) 2. Statistik Kehutanan Jawa Tengah 2010 Gambar 2.2. Produksi Kayu Bulat di Jawa Tengah Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) mampu memberikan andil yang signifikan bagi kontribusi ekonomi sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, pencapaian devisa hasil hutan bukan kayu lebih besar daripada hasil hutan kayu. Produksi HHBK di Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.3 di bawah ini. 2.1.3. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu
  • 25. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 9 Tabel 2.3. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu di Jawa Tengah No. Produksi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 1 Getah pinus ton 41.416 47.687 45.244 46.139 41.120 2 Kopal ton 153 165 166 175 180 3 Daun Kayu Putih ton 8.820 8.490 8.231 2.812 10.346 4 Gondorukem ton 35.502 33.062 31.589 32.310 28.999 5 Terpentin ton 159.068 6.214 6.302 5.384 6 Minyak Kayu Putih kg 71.002 62.236 54.642 68.985 56.755 7 Kokon kg 22.083 31.367 27.986 17.660 18.526 8 Rotan batang 19.000 24.300 159.068 142.818 22.533 9 Madu kg 5.318 8.844 - 5.095 14.023 10 Pendapatan Dalam Negeri x Rp Juta 70.694 51.650 54.098 85.995 113.767 11 Devisa x 1.000 US $ 23.942 30.277 24.453 29.944 43.670 Sumber: Buku Saku Statistik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2006-2010 2.1.4. Potensi Jasa Lingkungan Potensi jasa lingkungan dari hutan yang dikembangkan baru sebatas pada: a. Jasling berupa wisata alam Saat ini, jumlah tempat wisata di Jawa Tengah yang dikelola secara komersial, baik oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, BKSDA Jawa Tengah, BTN Gunung Merapi, BTN Gunung Merbabu, dan BTN Karimun Jawa sebanyak 37 lokasi. Penerimaan PNBP yang berasal dari Taman Wisata Alam pada tahun 2010 sebesar Rp. 855.388.000,- (BKSDA), Rp. 20.547.000,- (TN Karimun Jawa), dan Rp. 17.550.000,- (TN Gunung Merbabu). Sementara itu penerimaan PNBP dari Tumbuhan dan Satwa Liar yang dihimpun oleh BKSDA Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp. 92.529.990,-. Adapun penerimaan jasa wisata dari wana wisata Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp. 5.005.073.000,-. b. Jasling pemanfaatan air Pengembangan potensi jasa lingkungan berupa pemanfaatan air di Jawa Tengah belum optimal. Data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah mata air di Jawa Tengah sebanyak 659 buah, dengan kapasitas 1.003.533.857
  • 26. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 10 c. Jasling berupa perlindungan keanekaragaman hayati Tercatat 8 (delapan) jenis burung endemik Jawa, salah satunya adalah Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), mirip lambang negara Garuda Pancasila dijumpai di Gunung Slamet. Burung ini menjadi perhatian nasional karena statusnya yang terancam punah. Jenis–jenis lainnya adalah Burung madu gunung (Aethopygia eximia), Burung madu jawa (Aethopygia mystacalis), Wergan jawa (Alcippe pyrrhoptera), Bututut (Megalaima corvina), Kipasan ekor merah (Rhipidura phoenicura), dan Tepus leher putih (Stachyris theracica orientalis). Empat jenis primata endemik, yaitu: Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung Jawa (Trachypitecus auratus), dan Kukang (Nycticebus coucang). d. Jasling berupa penyerapan dan penyimpanan karbon Potensi jasa lingkungan berupa potensi karbon belum banyak dikembangkan untuk memberikan kontribusi ekonomi. Berdasarkan inventarisasi hutan rakyat Tahun 2009 oleh BPKH Wilayah XI Jawa-Madura, potensi karbon pada hutan rakyat di Jawa Tengah terhitung sebesar 11.792.964,98 ton. m3/tahun. Pemanfaatan mata air tersebut di antaranya untuk memenuhi kebutuhan air minum domestik, irigasi, PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro), maupun industri (termasuk air minum dalam kemasan/AMDK). Berdasarkan Buku Statistik Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, sedikitnya ada 29 unit PLTMH di seluruh wilayah Jawa Tengah. Pemanfaatan air tanah diperkirakan sebesar 156.578.851 m3/tahun dari potensi air tanah di Jawa Tengah sebesar kurang lebih 7,5 milyar m3. Potensi sumber daya yang ada tersebut telah merangsang bertambahnya jumlah pengguna komersial yang memanfaatkan air baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai pendukung dalam proses produksi usahanya. Namun hingga saat ini jaminan sosial berupa kontribusi kembali ke alam masih belum ada, padahal pengelolaan sumber daya air merupakan tanggung jawab bersama antara hulu-hilir (kontribusi pengguna/pemanfaat/ publik kepada alam). Penerapan imbal jasa lingkungan dari pemanfaatan air di Jawa Tengah saat ini sudah dikembangkan 6 (enam) kabupaten, antara lain di Kabupaten Magelang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil penelitian Purwanto dkk. (2008) yang dilakukan di areal hutan lindung Baturraden, tepatnya di Sub DAS Banjaran, bagian hulu dari DAS Serayu, nilai ekonomi air yang dihasilkan sebesar Rp. 3.790.911.714,-, yang diperoleh dari pemanfaatan PLTA Ketenger, irigasi DAM Karangnangka, irigasi DAM Beji, dan irigasi DAM Bobosan. Valuasi ekonomi oleh Nababan et al. (2010) terhadap manfaat tidak langsung keberadaan ekosistem mangrove, terumbu karang, lamun, hutan hujan tropis dataran rendah di TN Karimun Jawa sebesar Rp. 11,2 Milyar per tahun (asumsi 1 US$=Rp. 9.000,-).
  • 27. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 11 2.1.5. Industri Pengolahan Kayu a. Industri Primer Hasil Hutan Kayu Perkembangan jumlah Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) semakin bertambah pesat b. Furnitur dan Pengolahan lainnya Pada tahun 2009, jumlah industri furnitur dan pengolahan kayu lainnya sebanyak 660 unit, dengan menyerap tenaga kerja kurang lebih 77.184 orang serta investasi yang ditanamkan kurang lebih sebesar Rp. 2.277,48 milyar (BPS Jateng, 2009). 2.2. Kontribusi Sektor Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 2.2.1. Kontribusi Ekonomi Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa kontribusi sektor kehutanan terbatas pada manfaat hutan yang berupa hasil hutan yang terhitung, bernilai uang, dan hasil hutan yang telah dipasarkan. Laju pertumbuhan sektor kehutanan Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan, di mana pada tahun 2010 pertumbuhan sektor kehutanan mencapai 8,9%. Sementara itu, kontribusi ekonomi berupa PDRB sektor kehutanan Jawa Tengah atas dasar harga berlaku pada lima tahun terakhir tersaji dalam Gambar 2.3. seiring dengan meningkatnya produksi kayu rakyat sebagai bahan baku utama industri perkayuan di Jawa Tengah. Penyerapan tenaga kerja dan investasi yang ditanamkan berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah IPHHK tersebut. Tabel 2.4. Jumlah IPHHK, Tenaga Kerja, dan Investasinya di Jawa Tengah No. Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 1 IPHHK Unit 185 255 292 381 549 2 Tenaga Kerja Orang 25.308 31.056 35.253 40.619 44.807 3 Investasi x Rp Juta 240.765 408.913 504.857 657.776 827.278 Sumber: Statistik Pengusahaan Hutan Jawa Tengah Tahun 2010
  • 28. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 12 Gambar 2.3. Produk Domestik Regional Bruto sektor Kehutanan Kontribusi ekonomi dikembangkan dengan mengoptimalkan penggunaan kawasan hutan. Pola pengelolaan kawasan hutan dengan mengombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman pangan (tumpang sari) telah lama diterapkan di kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Peranan hutan sebagai penyediaan pangan mampu menghasilkan produk pangan dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Realisasi sistem tumpang sari yang mampu menghasilkan bahan pangan tersebut selama lima tahun terakhir ditampilkan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Hasil Tumpang Sari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah No. Komoditi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 1 Padi ton 14.793 42.811 22.302 26.654 16.240 2 Jagung ton 85.716 101.293 97.648 470.308 278.569 3 Kedelai ton 62 322 692 703 88 4 Kacang tanah ton 3.878 9.078 3.328 5.174 6.287 5 Lainnya ton 86.678 35.980 72.099 164.239 180.511 Sumber: Buku Saku Statistik Tahun 2006-2010 Perum Perhutani Unit I Jateng Selain tanaman pangan, Pemanfaatan Lahan Di Bawah Tegakan (PLDT) dilaksanakan dengan penanaman berbagai jenis komoditas, antara lain: Kapulogo, Kopi, Ganyong, Porang, Garut, Kunyit, Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB (juta Rupiah) 1.335.331 1.433.375 1.903.219 2.032.962 2.354.617 Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2011
  • 29. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 13 Temulawak, Cengkeh, Kaliandra, Salak, Genetri, Rosela, Nanas, Kina, Bambu, Carica, Jahe Genjah, Kunci Pepet, dan sebagainya. Kontribusi Hasil Tanaman Pangan dalam Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan di wilayah Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dari Tahun 2001 s/d 2010 sebesar Rp. 1,98 Trilyun, seperti dalam Tabel 2.6 berikut ini. Tabel 2.6. Kontribusi Hasil Tanaman Pangan di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Sampai Tahun 2010 No. Komoditi Produksi (Ton) Nilai (Rp. Milyar) 1 Padi 284.331,4 479,8 2 Jagung 732.053,3 1.058,3 3 Kedelai 16.621,4 49,3 4 Kacang tanah 54.047,2 107,1 5 Lainnya 385.209,2 292,0 Jumlah 1.472.262,5 1.986,5 Sumber: Perum Perhutani Unit I Jateng, 2010 2.2.2. Kontribusi Ekologi Keberadaan hutan di Jawa Tengah diyakini mampu berfungsi sebagai pengatur tata air, menjaga waktu dan penyebaran aliran sungai, menjaga iklim mikro, perlindungan plasma nutfah, perlindungan habitat flora dan fauna, dan mampu melindungi dari bahaya banjir. Rusaknya hutan dapat berimbas pada terganggunya siklus hidrologi DAS. Serangkaian bencana seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir ini diduga terkait dengan kerusakan hutan di kawasan hulu DAS. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembukaan dan penebangan hutan berdampak negatif pada peningkatan aliran permukaan yang dapat menyebabkan banjir. Luas hutan jati yang optimal sebagai pengatur tata air di daerah aliran sungai berbahan induk kapur kurang lebih sebesar 53% (Pramono dkk., 2010). 2.2.3. Kontribusi Sosial Budaya Partisipasi masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan program pembangunan kehutanan di Jawa Tengah. Partisipasi masyarakat tersebut menjadi sangat penting karena pada akhirnya masyarakat adalah penerima manfaat pembangunan kehutanan. Pengelolaan hutan tidak cukup hanya dengan memperhatikan aspek bio-fisik semata. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat merupakan salah satu bentuk tatanan pengelolaan hutan yang ditawarkan pemerintah untuk mengakomodir berbagai kepentingan pihak terkait sumber daya hutan.
  • 30. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 14 Tabel 2.7. Sharing PHBM dari Produksi Kayu dan Non Kayu TAHUN PRODUKSI KAYU (Rp) PRODUKSI NON KAYU (Rp) JUMLAH (KAYU+NON KAYU) (Rp) 2002 4.724.073 19.371.878 24.095.951 2003 322.007.055 123.596.892 445.603.947 2004 2.799.211.703 712.067.520 3.511.279.223 2005 5.844.838.101 965.844.831 6.810.682.932 2006 10.238.692.383 2.390.025.614 12.628.717.997 2007 12.231.173.152 2.984.022.614 15.215.195.642 2008 12.094.288.904 3.656.046.611 15.750.335.515 2009 13.743.507.675 3.828.095.047 17.571.602.722 JUMLAH 57.278.443.046 14.679.070.883 71.957.513.929 Sumber: Perum Perhutani Unit I Jateng, 2009 2.3. Kondisi Kelembagaan Sektor Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Untuk membangun sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah diperlukan sinergitas antara lembaga-lembaga pemerintah dan dukungan masyarakat Jawa Tengah. Instansi kehutanan di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, UPT Kementerian Kehutanan di wilayah Jawa Tengah, dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. UPT Kementerian Kehutanan yang dimaksud adalah BKSDA Jawa Tengah, BPK Solo, BTN Gunung Merapi, BTN Gunung Merbabu, BTN Karimun Jawa, BPDAS Solo, BPDAS Pemali Jratun, dan BPKH Wilayah XI Jawa-Madura. Sumber Daya Manusia sektor kehutanan pada tahun 2010 sebagai ujung tombak pembangunan kehutanan Provinsi Jawa Tengah jumlahnya tidak kurang dari 9.735 orang (8.993 laki-laki dan 742 perempuan), yang terdiri dari jumlah pegawai pada instansi kehutanan dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Luas kawasan hutan dan konservasi perairan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan update SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.359/ Menhut-II/2004 Tahun 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam RTRW Jawa Tengah adalah ±761.200 ha. Dengan demikian rasio antara SDM yang tersedia dengan luas kawasan yang harus dikelola oleh 1 (satu) orang adalah seluas 78 ha. Sementara itu, kelembagaan di tingkat masyarakat terwadahi dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga-lembaga lainnya. Hingga saat ini dari 1.929 desa hutan yang ada di Provinsi Jawa Tengah, terdapat LMDH sebanyak 1.923 buah. Sedangkan Kelompok Tani Hutan Rakyat di wilayah Provinsi Jawa Tengah jumlahnya tidak kurang dari 2.700 kelompok tani. Jumlah penduduk di dalam kawasan hutan sebanyak 162.383 orang, sedangkan jumlah penduduk di sekitar kawasan hutan mencapai 1.441.286 orang.
  • 31. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 15 2.4. Isu Strategis Terkait Pengurusan Hutan Perencanaan pengurusan hutan di Jawa Tengah perlu mengakomodasi berbagai isu strategis pengelolaan hutan dalam 20 tahun ke depan, yang meliputi: 2.4.1. Ketataprajaan yang baik Pembangunan sektor kehutanan mensyaratkan pemerintahan yang baik dengan indikator bersih dari korupsi, efisien dalam bekerja, transparan, dan partisipatif konsisten dalam penyusunan maupun pelaksanaan kebijakan dan program, serta mampu mempertanggungjawabkan kebijakan dan program kepada publik. Kondisi seperti itu dirasa belum sepenuhnya tercapai, sehingga harapan tersebut perlu didukung dengan regulasi yang tepat dan penegakan hukum yang konsisten dalam pengawasan terhadap penyimpangan, sehingga keberhasilan pembangunan kehutanan dalam 20 tahun mendatang dapat tercapai. 2.4.2. Tata Ruang Penataan ruang menjadi isu strategis di Jawa Tengah berkaitan dengan tingginya kebutuhan sumberdaya lahan seiring dengan meningkatnya kepadatan penduduk. Kondisi yang sekarang ini di dalam pemanfaatan ruang, antar instansi pemerintah kadang masih terdapat ego sektoral. Untuk itu di dalam pemanfaatan kawasan yang berkaitan dengan peruntukan kegiatan kehutanan perlu selalu disinkronkan dengan berbagai kepentingan non kehutanan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di tingkat Provinsi sebagaimana dijabarkan dalam RTRW Kabupaten/Kota, yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan alokasi pemanfaatan lahan secara terpadu serta menghindari konflik tenurial. Demikian pula wilayah perbatasan antar provinsi dan kabupaten perlu disepakati bersama dalam penyusunan tata ruang dengan semakin berkembangnya kerjasama antar daerah, khususnya terkait dengan pengelolaan sumber daya hutan yang seringkali melintasi batas administrasi. 2.4.3. Pengelolaan Hutan Pengelolaan hutan di Pulau Jawa pada umumnya, termasuk di Jawa Tengah, menggunakan pendekatan sistem silvikultur hutan tanaman. Pengelolaan kawasan hutan negara yang berfungsi sebagai hutan konservasi dikelola dengan prinsip penerapan tiga pilar konservasi, yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan. Hutan produksi dikelola dengan penetapan kelas perusahaan menurut aspek kesesuaian jenis dengan kualitas tempat tumbuh, penetapan silvikultur dan trend pasar hasil hutan. Adapun hutan lindung di Jawa Tengah merupakan potensi pengembangan yang perlu mendapat perhatian serius, mengingat keberadaannya semakin rentan dari berbagai gangguan yang terkait dengan meningkatnya kebutuhan sumber daya lahan serta berbagai potensi hutan lindung yang belum digarap secara optimal. Hutan rakyat di Jawa Tengah diharapkan dapat dikembangkan mengingat peranannya cukup besar dalam memasok bahan baku hasil hutan kayu, meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun demikian, mengingat keberadaannya di atas lahan milik, maka pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan dukungan Pemerintah. Dalam 20 tahun ke depan pengelolaan hutan rakyat
  • 32. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 16 perlu dibenahi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pengelola, deregulasi, akses pasar hasil hutan serta tersedianya IPTEK dalam penyediaan bibit unggul, pemeliharaan (pemberantasan hama penyakit), dan pengolahan hasil hutan. 2.4.4. Industri Kehutanan Industri primer hasil hutan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat sebanyak 549 unit serta 660 unit industri furnitur dan pengolahan kayu lainnya merupakan unit-unit pengolahan hasil hutan yang perlu mendapat perhatian mengingat peranannya sebagai outlet produk hasil hutan, penyerap tenaga kerja dan merupakan sektor pengungkit bagi pertumbuhan suatu kawasan. Dengan banyaknya industri hasil hutan dapat merupakan ancaman apabila kebutuhan bahan baku dari industri tersebut tidak dapat terpenuhi dari lahan hutan (utamanya kawasan hutan negara). Untuk itu dalam 20 tahun ke depan peranan Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan akses produksi hutan rakyat dalam penyediaan bahan baku industri, penyediaan informasi dan IPTEK pengolahan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu, serta pengendalian usaha industri pengolahan hasil hutan. 2.4.5. Degradasi dan Konservasi Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Deplesi sumber daya hutan dan degradasi lingkungan merupakan isu strategis yang terkait dengan dampak aktivitas pembangunan yang sangat signifikan, ditunjukkan dengan indikasi banyaknya kejadian bencana alam yang sangat serius, misalnya banjir besar, kekeringan, dan tanah longsor. Hutan berperan bukan hanya sebagai penghasil kayu yang bernilai ekonomi, tetapi juga sangat berperan untuk mencegah banjir, kekeringan dan tanah longsor. Untuk itu peran hutan sebagai jasa lingkungan seperti pencegah banjir, kekeringan, dan tanah longsor, penyerap emisi gas CO2 perlu dimasukkan sebagai pertimbangan dalam perencanaan pembangunan khususnya melalui penghitungan kontribusi hijau sektor kehutanan, sehingga pemahaman tentang nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung dari sumber daya hutan semakin dipahami dan menjadi bahan pertimbangan kebijakan dan pengelolaan sektor kehutanan 20 tahun ke depan. 2.4.6. Kemiskinan Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp 192.435,- perkapita/bulan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita/ bulan di bawah nilai tersebut. Jumlah penuduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebanyak 5.369.200 atau 16,56%. Persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut menempatkan Jawa Tengah pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia. Isu kemiskinan dalam pengelolaan hutan terfokus pada penduduk miskin di desa-desa sekitar hutan. Saat ini di Provinsi Jawa Tengah terdapat 1.929 desa hutan, di mana upaya-upaya pemberdayaan dilakukan terhadap 1.923 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan sekitar 2.700 Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR).
  • 33. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 17 2.4.7. Sumber Daya Manusia Sektor Kehutanan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor kehutanan merupakan isu strategis yang penting dalam rencana pengelolaan sumber daya hutan di Jawa Tengah mengingat masih kurang memadainya baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya. Masih banyak dijumpai adanya keterbatasan jumlah maupun kualitas SDM di beberapa kabupaten/kota, sementara di sisi lain pengelolaan kawasan membutuhkan ketersediaan SDM yang profesional dan memiliki kapasitas yang memadai dalam mengelola sumber daya hutan. 2.4.8. Gangguan Keamanan Hutan Gangguan keamanan hutan yang sampai saat ini masih dijumpai di Provinsi Jawa Tengah antara lain berupa illegal logging, perencekan cabang-cabang pohon untuk kayu bakar, penggembalaan liar (grazing), perambahan kawasan hutan, dan perburuan terhadap flora dan fauna yang dilindungi. Pembangunan kehutanan Jawa Tengah dalam 20 tahun ke depan perlu memasukkan isu ini dalam pengelolaan berbagai fungsi hutan mengingat hal tersebut juga telah masuk dalam komitmen dan kesepakatan internasional dalam sektor kehutanan. 2.4.9. Perubahan Iklim Emisi gas rumah kaca yang berakibat pada perubahan iklim global dipastikan memiliki konsekuensi terhadap pengelolaan hutan. Untuk meminimalkan adanya dampak dari perubahan iklim tersebut diperlukan penyiapan dan pembenahan berbagai aspek pengembangan kebijakan pemanfaatan spasial, organisasi, regulasi, sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Pembangunan kehutanan Jawa Tengah dalam 20 tahun ke depan perlu memasukkan isu perubahan iklim tersebut dalam pengelolaan hutan. Hal ini mengingat bahwa perubahan iklim merupakan salah satu agenda global yang diharapkan semua negara di dunia berperan aktif dalam hal pengurangan emisi gas CO2.
  • 34. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 18 BAB III. ARAHAN INDIKATIF KEBIJAKAN PENGURUSAN HUTAN 3.1. Analisis Spasial Arahan pemanfaatan ruang kawasan hutan provinsi dilakukan mengacu pada pemanfaatan ruang kawasan hutan nasional. Analisis spasial dilakukan terhadap hasil overlay peta-peta tematik dengan skala 1 : 250.000, meliputi peta kawasan hutan, peta morfologi DAS, peta lahan kritis, peta kelas perusahaan, peta kawasan pertambangan, peta hutan rakyat, dan peta kawasan lindung di luar kawasan hutan. Selanjutnya hasil tumpangsusun (overlay) diklasifikasikan menjadi 6 (enam) arahan spasial sebagai berikut: Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Arahan Spasial RKTP No. ARAHAN KRITERIA UMUM 1 Kawasan untuk Konservasi • Seluruh kawasan konservasi dan usulan kawasan konservasi. 2 Kawasan untuk Perlindungan • Kawasan Hutan Lindung; Hutan Mangrove/payau. 3 Kawasan untuk Rehabilitasi • Kawasan hutan dalam wilayah DAS dengan kriteria agak kritis, kritis & sangat kritis yang berada di hulu,tengah & hilir DAS; • Areal pertambangan. 4 Kawasan untuk Pengusahaan • Kawasan hutan produksi atau produksi terbatas dengan kriteria potensial kritis dan tidak kritis yang berada di hulu, tengah dan hilir DAS, dan bukan areal pertambangan. 5 Hutan Rakyat untuk Perlindungan • Area di luar kawasan hutan dengan kriteria kawasan lindung fisiografis, kawasan resapan air, sempadan sungai/saluran, sempadan pantai, sempadan danau/ waduk, dan kawasan lindung karst. • Area di luar kawasan hutan yang rawan bencana longsor. 6 Hutan Rakyat untuk Budidaya • Area di luar kawasan hutan berupa hutan tanaman, pertanian lahan kering atau pertanian lahan kering campur semak, dalam wilayah DAS dengan kriteria agak kritis, kritis, sangat kritis, potensial kritis dan tidak kritis yang berada di hulu, tengah dan hilir DAS.
  • 35. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 19 Pemanfaatan sumber daya hutan pada kriteria lahan tersebut bertujuan sebagai berikut: Tabel 3.2. Arahan Pemanfaatan Lahan No. ARAHAN PEMANFAATAN 1 Kawasan untuk Konservasi Kawasan ini diarahkan untuk: • Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Dalam pengelolaannya tetap mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dan mempertimbangkan aspek perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan berdasarkan zonasi yang ditetapkan. 2 Kawasan untuk Perlindungan Kawasan ini diarahkan untuk: • Perlindungan hidroorologis • Carbon stock • Pemanfaatan secara terbatas dapat dilakukan tanpa mening-galkan tujuan utamanya. 3 Kawasan untuk Rehabilitasi Kawasan ini diarahkan untuk: • Percepatan rehabilitasi karena kondisinya berada dalam wilayah DAS kritis dan areal pertambangan. Apabila proses rehabilitasinya telah selesai dapat dilakukan pemanfaatan sesuai fungsi dan arahan pemanfaatannya. 4 Kawasan untuk Pengusahaan Kawasan ini tujuan utamanya untuk pengusahaan hutan. Pada kawasan ini diharapkan peran serta dan akses masyarakat terhadap sumber daya hutan menjadi terbuka. 5 Hutan Rakyat untuk Perlindungan Area ini diarahkan untuk: • Perlindungan hidroorologis • Carbon stock • Pemanfaatan secara terbatas dengan pemberian insentif dan disinsentif kepada masyarakat. 6 Hutan Rakyat untuk Budidaya • Area ini diarahkan untuk pengusahaan hutan oleh masyarakat melalui percepatan rehabilitasi karena kondisinya berada dalam wilayah DAS kritis. Apabila proses rehabilitasinya telah selesai dapat dilakukan pemanfaatan sesuai fungsi dan arahan pemanfaatannya.
  • 36. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 20 Hasil analisis kawasan hutan dan hutan rakyat secara spasial dengan metode tumpangsusun (overlay) peta lahan kritis, peta kawasan hutan (RTRW Provinsi), peta kelas perusahaan, peta morfologi DAS, peta kawasan pertambangan (RTRW Provinsi), peta hutan rakyat, dan peta kawasan lindung, serta mengacu pada arahan indikatif RKTN, menghasilkan data luas arahan indikatif RKTP sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.3., Tabel 3.4., Tabel 3.5., dan Gambar 3.1.. Tabel 3.3. Luas Arahan Indikatif RKTP NO ARAHAN LUAS (Ha) 1 Kawasan untuk Konservasi - Non Perairan - Perairan 125.791 15.674 110.117 2 Kawasan untuk Perlindungan 100.440 3 Kawasan untuk Rehabilitasi 386.272 4 Kawasan untuk Pengusahaan 148.697 Jumlah Kawasan Hutan 761.200 5 Hutan Rakyat untuk Perlindungan 258.362 6 Hutan Rakyat untuk Budidaya 691.231 Jumlah Hutan Rakyat 949.594 Total Luas Hutan 1.710.794 3.2. Hasil Analisis Kawasan Tabel 3.4. Luas Arahan Indikatif RKTP berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan. No. ARAHAN LUAS (Ha) FUNGSI HK (Ha) HL (Ha) HP TETAP (Ha) TERBATAS (Ha) 1 Kawasan untuk Konservasi 125.791 125.791 2 Kawasan untuk Perlindungan 100.440 84.464 15.976 3 Kawasan untuk Rehabilitasi 386.272 237.549 148.723 4 Kawasan untuk Pengusahaan 148.697 111.444 37.253 Jumlah 761.200 125.791 84.464 364.969 185.976
  • 37. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 21 Tabel 3.5 Luas Arahan Indikatif RKTP pada Hutan Rakyat. No. ARAHAN LUAS (Ha) 1 Hutan Rakyat untuk Perlindungan 258.362 2 Hutan Rakyat untuk Budidaya 691.231 Jumlah 949.593 Gambar 3.1. Persentase Luas Arahan Indikatif RKTP Jawa Tengah 3.3. Hutan sebagai Sistem Penyangga Kehidupan Pencapaian visi terwujudnya hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat dalam 20 tahun ke depan diupayakan dengan arahan alokasi hutan rakyat yang berfungsi lindung sebanyak 258.362,25 ha. Jika dijumlahkan dengan kawasan hutan konservasi non perairan seluas 15.674 ha, kawasan untuk perlindungan seluas 100.440,15 ha, dan hutan produksi terbatas seluas 185.976,10 ha, maka hutan yang diharapkan dapat berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan luasnya adalah 560.452,50 atau 17,22% dari luas daratan Jawa Tengah. Areal tersebut perlu dijaga keberadaannya mengingat kondisi fisiografisnya sehingga dengan pemanfaatan yang terbatas diharapkan mampu menjaga keseimbangan ekosistem.
  • 38. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 22 BAB IV. VISI DAN MISI PENGURUSAN HUTAN Pembangunan kehutanan Provinsi Jawa Tengah berpedoman pada visi yang ingin dicapai dan penjabarannya dalam misi pembangunan kehutanan Tahun 2011–2030 sesuai dengan karakteristik wilayah provinsi Jawa Tengah termasuk biogeofisik, ekologi, sosial budaya, dan kondisi ekonomi serta mengacu pada visi pembangunan kehutanan nasional. Visi dan misi pembangunan kehutanan Jawa Tengah Tahun 2011–2030 adalah sebagai berikut: 4.1. Visi Visi pembangunan kehutanan Jawa Tengah Tahun 2011-2030 ditetapkan sebagai berikut: “Terwujudnya hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat”. Dalam visi tersebut terkandung tujuan agar hutan Jawa Tengah dapat berfungsi sebagai ekosistem dengan terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia secara lestari. Hutan diharapkan dapat memberikan manfaat yang seimbang antara manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi. Fungsi penyangga hutan penting untuk dipertahankan mengingat bahwa Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk yang tinggi menyandang tekanan sosial ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang tinggi. 4.2. Misi Misi pembangunan kehutanan adalah sebagai berikut: 1. Memantapkan pra kondisi pengelolaan sumber daya hutan yang meliputi perencanaan sumber daya hutan dan pembangunan sistem informasi kehutanan. 2. Menanggulangi deplesi dan degradasi hutan dan lahan. 3. Mengoptimalkan produktifitas sumber daya hutan. 4. Memantapkan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 5. Mewujudkan kelembagaan pengelolaan hutan yang efisien dan efektif. 6. Meningkatkan ketersediaan IPTEK pengelolaan sumber daya hutan. 7. Mendorong partisipasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
  • 39. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 23 BAB V. INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG Pemanfaatan ruang kawasan hutan dan hutan rakyat Provinsi Jawa Tengah diarahkan menjadi 6 (enam) arahan, merupakan rencana spasial untuk mendukung pembangunan kehutanan berbasis sinergitas ekologi, ekonomi, dan sosial pembangunan untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan. Visi pembangunan kehutanan duapuluh tahun mendatang diwujudkan dengan memperhatikan indikasi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang. 5.1. Analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Proses transformasi potensi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan sumber daya hutan menjadi barang jasa nyata dalam mendukung hidup dan kehidupan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah dan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu mengelola kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada. Konsep pendekatan SWOT dengan mengenal kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi, bagaimana mencapainya serta tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kekuatan dan merebut peluang yang ada serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi. 5.1.1. Kekuatan dan Kelemahan (Strengths & Weaknesses) Faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) merupakan faktor-faktor yang berasal dari internal yang dilihat dari aspek regulator. Beberapa faktor tersebut dipergunakan untuk mengawasi tingkat berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan dan kehutanan di Provinsi Jawa Tengah. a. Faktor Kekuatan (Strenghts) Faktor kekuatan dalam memperkuat manajemen dan tingkat pencapaian penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: - Eksistensi instansi kehutanan sebagai penyelenggara dalam pengelolaan hutan; - Semakin mantapnya penataan batas kawasan hutan; - Sistem pengelolaan hutan yang sudah mantap; - Rencana pengelolaan hutan cukup lengkap; - Potensi sumber daya kayu dan non kayu dari hutan negara;
  • 40. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 24 b. Faktor Kelemahan (Weaknesses) Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang memperlemah manajemen dan pencapaian tujuan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: - Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang belum terpadu; - Minimnya kuantitas dan kualitas SDM, serta terbatasnya kompetensi; - Lemahnya koordinasi antar lembaga pengelola hutan; - Rendahnya pengawasan dan penegakan hukum; - Rendahnya investasi, akses modal, dan terbatasnya anggaran; - Rendahnya pemasaran dan akses pasar; - Belum lengkap dan akuratnya data potensi sumber daya hutan terkini; - Pemanfaatan hasil hutan masih berfokus pada hasil hutan kayu (timber management); - Distribusi manfaat hutan belum berkeadilan; - Pemberian peran kepada masyarakat dalam pengelolaan hutan masih kurang; - Hasil-hasil penelitian dan iptek belum terimplementasikan dalam pembangunan kehutanan; - Peraturan perundang-undangan yang terkait belum sinkron; - Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung. 5.1.2. Peluang dan Ancaman (Opportunity & Threats) Peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor dari luar (eksternal), yang dapat mempengaruhi pada penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan dari aspek kemasyarakatan, aspek regulasi, dan infrastruktur. - Potensi sumber daya kayu dan non kayu dari hutan rakyat; - Adanya kelembagaan formal yang mendukung program-program kehutanan; - Adanya pasar bagi perdagangan hasil hutan baik kayu maupun non kayu; - Potensi hutan sebagai Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW); - Peraturan perundang-undangan untuk pembangunan hutan dan kehutanan; - Adanya peningkatan aksesibilitas dan transportasi terhadap kawasan hutan; - Kemitraan dengan Instansi terkait, swasta serta masyarakat; - Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan kehutanan tinggi; - Berkembangnya paradigma tentang konservasi hutan; - Adanya kelompok tani hutan binaan sebagai mitra pengelola hutan; - Peran sektor kehutanan dalam pembangunan nasional; - Faktor iklim tropis dan tanah Pulau Jawa yang relatif subur untuk pertumbuhan vegetasi; - Biodiversitas hutan yang tinggi.
  • 41. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 25 b. Faktor Ancaman (Threats) - Masih banyaknya gangguan hutan (illegal logging, perencekan kayu bakar di hutan negara, dll); - Degradasi lingkungan akibat pembukaan areal pertanian di dalam kawasan; - Masih kentalnya sistem manajemen birokratis yang kurang memperhatikan aspek kinerja; - Masih adanya tukar guling kawasan hutan yang belum terselesaikan; - Kerusakan karena faktor alam terutama akibat bencana alam; - Minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai konservasi; - Adanya aktivitas penambangan di dalam kawasan hutan; - Ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang belum merata; - Masih tingginya penduduk miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan; - Ego sektoral yang cukup tinggi; - Rendahnya kontribusi PDRB dari sektor kehutanan; - Masih banyaknya lahan-lahan kritis. - Dukungan pemerintah pusat dalam kebijakan konservasi SDA dan ekosistemnya; - Tingginya permintaan pasar terhadap hasil hutan kayu & non kayu; - Pengembangan hutan rakyat; - Pengembangan kegiatan penelitian terkait dengan hutan & kehutanan; - Pengembangan budidaya sumber daya hutan berupa kayu dan non kayu; - Dukungan dunia internasional agar hutan dapat dikelola secara lestari; - Wacana perdagangan karbon di dunia (carbon trading); - Keterlibatan Perguruan Tinggi dan masyarakat dalam pembangunan kehutanan; - Diversitas produk-produk hutan non kayu; - Wacana dunia tentang pengutamaan jasa lingkungan dari hutan. 5.2. Sintesis hasil analisis SWOT Berdasarkan hasil pengolahan data pada matrik evaluasi faktor strategis internal (X) dan eksternal (Y), diperoleh analisis kuadran SWOT sebagaimana tercantum pada Gambar 5.1. a. Faktor Peluang (Opportunity) - Potensi pengembangan obyek wisata alam; - Program back to nature & Bali nDeso mBangun Desa dari Pemprov Jateng;
  • 42. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 26 Berdasarkan Gambar 5.1., hasil analisis kuadran menunjukan bahwa posisi penyelenggaraan pengelolaan hutan di Provinsi Jawa Tengah berada pada Kuadran I (Strategi Agresif). Posisi ini menggambarkan bahwa pengelolaan hutan di Provinsi jawa Tengah mempunyai kekuatan dan berpeluang. Dengan kondisi ini, maka strategi perencanaan program mengarah pada bentuk Strategi Progresif yang memungkinkan untuk melakukan pengembangan atau ekspansi. 5.2.1. Strategi memakai Kekuatan untuk memanfaatkan Peluang: a. Koordinasi secara sinergis dengan para pihak. b. Pengembangan hutan rakyat lestari secara berkelanjutan. c. Peningkatan PDRB sektor kehutanan secara berimbang. d. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan Kelompok Tani. e. Percepatan proses pengukuhan kawasan hutan. f . Peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan hutan dan HHBK. g. Mempertahankan keberadaan hutan. h. Sertifikasi hasil hutan utamanya kayu untuk meningkatkan nilai jual dalam rangka mencukupi pasar luar negeri. 5.2.2. Strategi memakai Kekuatan untuk mengatasi Ancaman. a. Penegakan hukum dalam perlindungan hutan. b. Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan. c. Pemberian ruang kelola kepada masyarakat sekitar hutan. d. Penghitungan PDRB hijau sektor kehutanan dalam perencanaan pembangunan. 1 -1 -1 1 - 2 2 -2 2 (2,3801;0,0442) Kekuatan (S) Peluang (O) Kelemahan (W) Ancaman (T) Kuadran I (SO) mendukung Strategi Agresif Kuadran III (WO) mendukung Strategi Turn around Kuadran IV (WT) mendukung Strategi Defensif Kuadran II (ST) mendukung Strategi Diversifikasi Gambar 5. 1. Hasil analisis kuadran SWOT
  • 43. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 27 5.2.3. Strategi menanggulangi Kelemahan dengan memanfaatkan Peluang. a. Kerja sama dengan para pihak dalam updating database kehutanan. b. Sosialisasi keunggulan jasa lingkungan dan HHBK. c. Mendorong penelitian jasa lingkungan dan HHBK secara aplikatif. d. Penyempurnaan mekanisme sharing manfaat hasil hutan. e. Peningkatan keterlibatan masyarakat desa dalam pembangunan kehutanan, khususnya di daerah penyangga. f. Pengembangan ekonomi kerakyatan. 5.2.4. Strategi memperkecil Kelemahan dan mengatasi Ancaman. a. Sinkronisasi penyelenggaraan kehutanan provinsi, kabupaten, dan KPH. b. Mendorong pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar hutan. c. Peningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Kehutanan. d. Peningkatan pemanfaatan aneka fungsi hutan. e. Penguatan kelembagaan masyarakat desa untuk mengembangkan usaha produktif. e. Peningkatan peran serta masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan hutan.
  • 44. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 28 BAB VI. KEBIJAKAN DAN STRATEGI Untuk mencapai target kontribusi sektor kehutanan dalam pembangunan dalam kerangka arahan indikatif pengurusan hutan di Jawa Tengah selanjutnya disusun kebijakan dan strategi pembangunan kehutanan Jawa Tengah yang komprehensif. 6.1. Umum Pembangunan sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah 20 tahun ke depan diarahkan untuk mewujudkan hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat. Pencapaian visi tersebut dilakukan melalui tiga aspek pengurusan hutan, yaitu: aspek ekologi, ekonomi, dan sosial secara seimbang menurut fungsi hutan. Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung 2011- jawab 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Pembaharuan sistem Transformasi teknologi dan kelembagaan V Semua instansi Perbaikan Sistem pengelolaan kawasan hutan V Perhutani, BKSDA Jateng, Taman Nasional, Dinhut Jateng Pembangunan baseline sistem informasi kehutanan V Perhutani, BKSDA Jateng, Taman Nasional, Dinhut Jateng Penyelesaian review RTRWK tepat waktu V BAPPEDA Jateng, Dinas Cipkataru Jateng Peningkatan produktifitas hutan V V Taman Nasional, Dinhut Jateng BPDAS Penerapan multisistem dalam pengelolaan kawasan hutan (contoh:joint production) V V V V Perhutani, BKSDA ateng, Taman Nasional, Dinhut Jateng Peningkatan PNBP pemanfaatan kawasan hutan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng, BKSDA Jateng, Taman
  • 45. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 29 Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung 2011- jawab 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Pemantapan dan optimalisasi kawasan hutan Pemanfaatan kawasan hutan dalam mendukung ketahanan pangan, air, dan energi V V V V Perhutani, BPDAS Jateng Dinhut Jateng Pengembangan/diversifikasi jasa lingkungan dan wisata alam yang kreatif V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Taman Nasional Promosi/pemasaran termasuk penyusunan peta investasi jasa lingkungan dan wisata alam V V V V Perhutani, Taman Nasional, Dinhut Jateng BKSDA Jateng Pemantapan dan optimalisasi kawasan hutan Pelibatan swasta dalam meningkatkan HHBK V V V V Perhutani, Taman asional, Dinhut Jateng, Asosiasi Pengembangan energi baru terbarukan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Penanganan dan penyelesaian masalah tenurial, pinjam pakai, dan tukar menukar kawasan hutan V V V V Perhutani, BPKH Wil. XI, Dinhut Jateng Pengem-bangan sistem insentif dan disinsentif Pemberian kemudahan proses perizinan kepada swasta yang secara sungguh-sungguh mengelola hutannya V Perhutani, BPKH Wil. XI, Dinhut Jateng Insentif Hutan Rakyat untuk yang bersertifikat V V V V Dinhut Jateng BPDAS Perhutani Peningkatan penelitian dan pengem-bangan kehutanan Pelaksanaan 9 (sembilan) tema penelitian dan pengembangan (lanskap hutan, hutan alam, hutan tanaman, biodiversitas, HHBK, pengelolaan DAS, perubahan iklim, pengolahan hasil hutan, dan kebijakan kehutanan) V V V V Perhutani, BPDAS, Taman Nasional, Dinhut Jateng Pengembangan penelitian berbasis kebutuhan V V V V BPTKP DAS, Badan Litbang Prov. Jateng
  • 46. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 30 Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung jawab 2011- 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Peningkatan penelitian dan pengembangan kehutanan Pemanfaatan dan penerapan hasil riset dan teknologi bagi perbaikan pengelolaan hutan V V V V Semua Instansi Memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses teknologi dan hasil riset kehutanan V V V V Semua Instansi Pola pengelolaan hutan Pengembangan ekonomi lokal dan daerah berbasis potensi wilayah V V V V Dinhut Jateng, Bappeda Jateng Peningkatan Koordinasi lintas sektor/ kerja sama daerah Pembangunan infrastruktur penunjang pembangunan kehutanan V V V V Perhutani Promosi produk-produk kayu, HHBK, dan jasa lingkungan V Perhutani,Dinhut Jateng, Taman Nasional Penggunaan PDRB kawasan hutan dalam instrument ekonomi provinsi V V V V Dinhut Jateng Perhutani Pengelolaan daerah aliran sungai yang terintegrasi V V Perhutani, BP DAS, Dinhut Jateng Pengembangan SDM Kehutanan Peningkatan dan pengembangan SDM dengan Badan Diklat Daerah V V V V Dinhut Jateng Pengembangan SDM kehutanan sesuai komoditas unggulan daerah V V V V Dinhut Jateng Pengembangan SDM Kehutanan Peningkatan kompetensi dan sertifikasi SDM kehutanan daerah V V V V Dinhut Jateng Peningkatan peran sektor kehutanan Provinsi di tingkat nasional dan global Peningkatan kerjasama daerah berbasis kesetaraan V V V V Dinhut Jateng Bappeda Jateng Peningkatan kekuatan penetrasi produk kehutanan dalam pasar nasional dan global V V V V Perhutani Peningkatan peran kehutanan Jawa Tengah dalam kepemimpinan nasional dan global V V V V Semua Instansi Komitmen dan konsistensi penegakan hukum bidang kehutanan Penegakan hukum secara konsekuen dan konsisten V V V V Semua Instansi Penyiapan SDM Polhut provinsi dan kabupaten V Dinhut Jateng, BKSDA Jateng Koordinasi intensif dengan aparat hukum V V V V Dinhut Jateng,BKSDA Jateng, Perhutani, Taman Nasional
  • 47. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 31 6.2. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Konservasi Hasil analisis spasial pemanfaatan kawasan hutan, luas arahan kawasan untuk konservasi adalah 125.791 ha yang meliputi 15.674 ha kawasan non perairan dan 110.117 ha kawasan perairan. Pada prinsipnya kawasan konservasi dikelola melalui tiga pilar konservasi yang meliputi kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan biodiversity, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Perlindungan sistem penyangga kehidupan meliputi penguatan kapasitas kelembagaan perlindungan hutan dan konservasi alam serta penegakan hukum. Pengawetan biodiversity diarahkan pada kegiatan-kegiatan pengelolaan keanekaragaman hayati baik keanekaragaman genetik, jenis maupun ekosistem. Pengelolaan beberapa kawasan ekosistem esensial perlu dioptimalkan sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Upaya ini perlu didukung dengan pemantapan kapasitas kelembagaan unit pengelolaan kawasan konservasi serta peningkatan sumber daya manusia dan sarana prasarana pengelolaan. Pemanfaatan di kawasan konservasi dalam 20 tahun ke depan dapat dikembangkan pada produk-produk hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, seperti wisata alam, karbon, air, dan energi panas bumi. Berbagai faktor pendukung dalam pengembangannya perlu disiapkan antara lain regulasi yang tepat, informasi yang lengkap dan akurat, inovasi teknologi produksi dan pengolahan hasil hutan bukan kayu, valuasi jasa lingkungan, dan akses pemasaran. Pengelolaan kawasan konservasi ke depan perlu didukung dengan pemantapan pengelolaan, baik dari segi perencanaan maupun kelembagaan dan peningkatan peran serta masyarakat di daerah penyangga, sehingga diharapkan kawasan konservasi dapat mengembalikan fungsi kawasan sebagai sistem penyangga kehidupan secara mandiri dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung jawab 2011- 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Penguatan pemanfaatan SDA untuk tujuan Perlindungan dan Pelestarian Alam Peningkatan peran pemanfaatan dalam perlindungan dan Konservasi SDH (Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan) V V V V Dinhut Jateng, BKSDA Jateng, Taman Nasional Mendorong investasi hijau (green investment) melalui pemberian insentif/ disinsentif V V V V BKSDA Jateng, Dinhut Jateng Optimalisasi pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata V V V V Dinhut Jateng Taman Nasional, Perhutani
  • 48. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 32 Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung jawab 2011- 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Perubahan orientasi kawasan konservasi yang mandiri (dari cost center menjadi profit center) tanpa menghilangkan fungsi konservasi V V V V BKSDA Jateng, BPKH Wil. XI, Taman Nasional, Dinhut Jateng Rehabilitasi Kawasan Konservasi yang rusak/ terdegradasi V V V V Taman Nasional, Dinhut Jateng Pemantapan pengelolaan Kawasan Konservasi dengan perencanaan pengelolaan secara terpadu V V V V Semua Instansi Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi V V V V Dinhut Jateng BKSDA Jateng, Taman Nasional 6.3. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Perlindungan Luas total kawasan untuk perlindungan adalah 100.440 ha. Kawasan ini berfungsi sebagai penyangga kehidupan bagi ekosistem di bawahnya, untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Secara ekologis, kawasan ini memiliki peranan penting dalam mengendalikan pemanasan global karena kemampuan untuk menyerap karbon yang terkandung dalam gas-gas rumah kaca, yang ke depan merupakan salah satu sumber pendapatan ekonomi melalui perdagangan karbon. Berdasarkan data yang dipublikasikan Kementerian Kehutanan rata-rata potensi serapan karbon pada hutan lindung sebesar 177,7 ton/ ha. Dengan asumsi bahwa potensi karbon pada tegakan hutan 177,7 ton/ha, maka kawasan untuk perlindungan dapat menyimpan 17.848.188 ton karbon. Mengingat fungsi kawasan perlindungan yang penting dalam menjaga sumber daya air dan tanah, maka pemanfaatannya dilakukan secara terbatas. Pemanfaatan yang sesuai untuk kawasan ini meliputi pengembangan jasa lingkungan dan hasil hutan bukan kayu. Pada kawasan ini dapat dilakukan pemanfaatan untuk kebutuhan non sektor kehutanan, misalnya pertambangan secara tertutup, dengan prosedur sesuai perundangan. Reboisasi dan atau pengkayaan dikembangkan dengan jenis-jenis yang sesuai untuk perlindungan DAS dengan ciri berdaun panjang, mempunyai perakaran dalam, dan tingkat evapotranspirasi rendah serta menghasilkan getah, kulit, dan buah.
  • 49. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 33 Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung jawab 2011- 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Penyusunan pola pengelolaan kawasan Memperkuat kelembagaan LMDH dan ekonomi lokal sekitar kawasan berbasis potensi sumber daya hutan. V V V V Dinhut Jateng Perhutani Menetapkan pola-pola pengelolaan kawasan di hutan mangrove V Dinhut Jateng Perhutani Menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Lindung V Dinhut Jateng Perhutani. Penguatan pemanfaatan SDA untuk keseimbangan lingkungan global Mendorong investasi hijau (green investment) melalui pemberian insentif/ disinsentif V V V V Dinhut Jateng Perhutani Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan pengembangan jasa lingkungan dan HHBK V V V V Dinhut Jateng Perhutani Melakukan reboisasi untuk menutup tanah kosong dan meningkatkan kerapatan pohon V V V V Dinhut Jateng Perhutani Perlindungan Kawasan Peningkatan penegakan hukum V V V V Dinhut Jateng Perhutani Perlindungan pencurian, perambahan, kebakaran, hama penyakit, dan daya-daya alam V V V V Dinhut Jateng Perhutani Penguatan kemitraan dengan masyarakat dalam perlindungan hutan V V V V Dinhut Jateng Perhutani 6.4. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Rehabilitasi Arahan kawasan untuk rehabilitasi luasnya mencapai 386.272 ha, di mana area ini merupakan kawasan hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas dengan kondisi agak kritis, kritis, dan sangat kritis, yang perlu penanganan rehabilitasi lahan. Hasil rehabilitasi dapat dikelola sesuai dengan fungsi dan arahan pemanfaatannya, baik secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Pada kawasan ini perlu rebosiasi dan atau pengkayaan yang ditujukan untuk percepatan pemulihan tanah kosong atau lahan terbuka, miskin riap, dan tegakan dengan pertumbuhan yang rendah, untuk mempercepat penutupan lahan. Pada kawasan ini diterapkan sistem silvikultur pada hutan tanaman disamping silvikultur intensif yang meliputi seleksi jenis unggul, manipulasi lingkungan tapak, dan proteksi tanaman.
  • 50. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 34 Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung 2011- jawab 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Percepatan rehabilitasi kawasan hutan Diversifikasi pola rehabilitasi di seluruh fungsi kawasan V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Pemberian insentif kepada para pihak yang mempunyai inisiatif melakukan rehabilitasi/menarik investasi di bidang rehabilitasi V V V V Dinhut Jateng Optimalisasi pemanfaatan lahan di bawah tegakan dan pengembangan agroforestry V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Mempermudah masyarakat untuk mengakses pusat bibit yang berkualitas (bersertifikat) dan dalam jumlah yang memadai V V V V Dinhut Jateng 6.5. Kebijakan dan Strategi Kawasan untuk Pengusahaan Arahan kawasan untuk pengusahaan luasnya mencapai 148.697 ha. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan meningkatkan produktivitas kawasan hutan produksi sebagai upaya pemenuhan bahan baku kayu dan pengembangan ekonomi rakyat. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah telah menghitung proyeksi produksi berdasarkan batasan etat luas dan volume dengan beberapa asumsi, yaitu: a). umur tebang minimal sama dengan daur; b). faktor koreksi sebagai faktor keamanan dan kegagalan tanaman; c). produktivitas tegakan JPP sesuai tabel volume Jati APB dengan pendekatan 2 kali lebih besar, selama 20 tahun yaitu sampai tahun 2030, diproyeksikan kawasan hutan produksi dan produksi terbatas mampu menghasilkan kayu sebanyak 9.183.334 m3 (jati 6.035.334 m3 dan rimba 3.148.000 m3) atau rata-rata 459.166,70 m3/tahun. Tabel 6.1. Proyeksi Produksi Kayu dari Kawasan untuk Pengusahaan No. Produksi Kayu 2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 Jumlah 1 Jati (m3) 1.099.209 1.046.739 1.668.372 2.221.014 6.035.334 2 Rimba (m3) 933.117 852.506 674.246 688.131 3.148.000 3 Jumlah (m3) 2.080.476 1.850.373 2.342.618 2.909.145 9.183.334 Sumber: Redesign Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2010 Secara umum, pengusahaan dilakukan dengan pembangunan pada masing-masing kelas perusahaan dengan pengaturan daur, pengembangan jenis unggul dan fast growing species, dengan teknik silvikultur yang telah dikuasai, diorientasikan sesuai dengan kebutuhan pasar. Sebagian dari
  • 51. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 35 kawasan ini juga dimanfaatkan untuk pengusahaan hasil hutan non kayu (gondorukem dan terpentin) yang menghasilkan nilai tinggi di samping pemanfaatan jasa lingkungan serta mendukung kebutuhan lahan non sektor kehutanan dengan prosedur sesuai peraturan perundang-undangan. Kawasan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan lahan non sektor kehutanan dengan prosedur sesuai perundang-undangan. Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung 2011- jawab 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Peningkatan produk hasil hutan Intensifikasi produk hasil hutan kayu V V V V Perhutani Diversifikasi dan peningkatan nilai tambah hasil hutan kayu dan HHBK V V V V Perhutani Penetapan dan pengembangan komoditas strategi kehutanan V V V V Perhutani Pembentukan kelas hutan produktif (Kelas Perusahaan dan Klaster) V V V V Perhutani Peningkatan akses dan Pengembangan pengelolaan kawasan hutan berbasis masyarakat V V V V Dinhut jateng, Perhutani peran masyarakat dalam pengelolaan hutan Pembinaan dan pengembangan hutan rakyat dan industri ikutannya V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Kolaborasi pengadaan bahan baku dan peningkatan kemitraan dengan masyarakat V V V V Dinhut Jateng, Perhutani 6.6. Kebijakan dan Strategi Hutan Rakyat untuk Perlindungan Arahan hutan rakyat untuk perlindungan luasnya adalah 258.362 ha, dengan arahan pemanfaatan ditujukan untuk perlindungan kawasan di bawahnya, pengatur tata air, dan stok karbon. Berdasarkan penghitungan potensi karbon hutan rakyat di Pulau Jawa pada tahun 2009 oleh BPKH Wilayah XI Jawa- Madura bekerjasama dengan Multistakeholder Forestry Programme (MFP II), potensi karbon pada hutan rakyat di Jawa Tengah terhitung sebesar 11.792.964,98 ton, atau rata-rata 15,87 ton/ha. Dengan asumsi bahwa potensi karbon pada hutan rakyat 15,87 ton/ha, maka hutan rakyat untuk perlindungan dapat menyimpan 4.100.205 ton karbon. Pada areal ini dapat diberikan insentif kepada masyarakat, misalnya berupa fasilitasi usaha ekonomi produktif yang sesuai, antara lain pemanfaatan lahan di bawah tegakan,
  • 52. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 36 Kebijakan Strategi Milestone Instansi 2011- Penanggung jawab 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Penyusunan pola pengelolaan kawasan Memperkuat kelembagaan KTHR dan pola pengembangan kawasan berbasis potensi SDH V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Pemanfaatan SDA untuk keseimbangan lingkungan global Mendorong investasi hijau (green investment) melalui pemberian insentif/ disinsentif. V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Optimalisasi pemanfaatan lahan melalui pengembangan jasling dan HHBK V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Rehabilitasi lahan yang rusak/ terdegradasi V V V V Dinhut Jateng BPDAS BLH Jateng 6.7. Kebijakan dan Strategi Hutan Rakyat untuk Budidaya Luas arahan hutan rakyat untuk budidaya adalah 691.231 ha. Areal ini diupayakan untuk memiliki produktivitas yang optimal sebagai pemasok bahan baku kayu dan pengembangan ekonomi rakyat. Pada areal ini digunakan jenis tanaman yang sesuai lahan dan biofisik lainnya, juga mempertimbangkan pemilihan jenis yang diinginkan masyarakat sebagai pemilik lahan. Pada areal ini terdapat lahan kritis yang perlu dilakukan upaya rehabilitasi sampai tahun 2030 seluas 158.871,06 ha. Upaya rehabilitasi lahan dikembangkan secara khas sesuai morfologi DAS, selain mempertimbangkan masalah utama yang dihadapi, juga mempertimbangkan faktor-faktor geo-biofisik dan sosial ekonomi serta budaya setempat terutama yang ditengarai sangat mempengaruhi sistem usaha tani. Rehabilitasi lahan hutan rakyat pada daerah hulu dikembangkan kegiatan vegetatif dengan jenis-silvopasture, silvofishery, pengembangan produk bukan kayu, dan jasa lingkungan. Mengingat kondisi areal ini berdasarkan peta kekritisan DAS juga meliputi areal yang agak kritis, kritis, dan sangat kritis, maka dalam pemulihan kawasan lindung di luar kawasan hutan diarahkan agar dapat mengembalikan lagi fungsi perlindungan daerah di bawah dan sekitarnya, sehingga dapat dipilih jenis-jenis tanaman dengan ciri mempunyai perakaran dalam, tingkat evapotranspirasi rendah, dan diupayakan yang hanya menghasilkan bukan kayu (HHBK) serta disertai penanaman rumput penguat teras. Diharapkan upaya pemulihan kawasan lindung pada hutan rakyat mampu memulihkan fungsi lindung, penyerap karbon, sekaligus meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat berfungsi secara optimal.
  • 53. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 37 jenis yang memiliki perakaran dalam, penanaman dengan atau tanpa teras, dan dapat dilakukan pengembangan silvopastur. Hutan rakyat pada morfologi DAS tengah dan hilir direhabilitasi dengan jenis-jenis vegetasi yang memiliki kemampuan memperbaiki kondisi tanah, bernilai ekonomis tinggi, dengan atau tanpa teras. Kegiatan vegetatif dilakukan dengan penanaman secara penuh dilakukan pada lahan terlantar, lahan kosong maupun pengayaan tanaman pada lahan-lahan menurut pertimbangan teknis maupun sosial ekonomi masih perlu diperkaya dengan tanaman tahunan. Kegiatan teknik sipil sesuai kebutuhan diarahkan untuk mencegah erosi dan banjir serta mengatasi kekeringan. Penghijauan dan atau pengkayaan dilakukan dengan pengembangan jenis-jenis dengan ciri-ciri yang mempunyai pertumbuhan cepat, nilai komersialnya tinggi, teknik silvikulturnya telah dikuasai, mudah pengadaan benih dan bibit yang berkualitas, diorientasikan sesuai dengan kebutuhan pasar. Juga perlu dipertimbangkan jenis-jenis yang mempunyai perakaran dalam dengan pengembangan silvopasture secara umum. Pada areal untuk agroforestry diutamakan jenis-jenis yang mempunyai multifungsi (Multi Purpose Trees Species/MPTS) sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani.
  • 54. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 38 Peningkatan akses dan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan Pengembangan pengelolaan kawasan hutan berbasis masyarakat V V V V Dinhut Jateng, Perhutani, Penguatan kelembagaan dan jaringan bisnis UMKM V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Dinkop & UMKM Pengembangan SDM pelaku UMKM V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Dinkop & UMKM Pengembangan teknologi dan permodalan V V V Perhutani Pemantapan sistem basis data UMKM berdasarkan potensi (keunggulan), sebaran dan skala usaha dan jenis usaha V V V V Dinhut Jateng, Perhutani Pembinaan dan pengembangan hutan rakyat dan industri ikutannya V V V V Dinhut Jateng, Dinbun Jateng Dinperindag,Perhutani, Kolaborasi pengadaan bahan baku dan peningkatan kemitraan dengan masyarakat dengan dukungan regulasi V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Kebijakan Strategi Milestone Instansi Penanggung jawab 2011- 2015 2016- 2020 2021- 2025 2026- 2030 Percepatan rehabilitasi kawasan hutan Diversifikasi pola rehabilitasi di luar kawasan hutan V V V V BPDAS, Perhutani Dinhut Jateng Pemberian insentif kepada para pihak yang mempunyai inisiatif melakukan rehabilitasi/menarik investasi di bidang rehabilitasi V V V V BPDAS, Dinhut Jateng Perhutani Mempermudah masyarakat untuk mengakses pusat bibit yang berkualitas (bersertifikat) dan dalam jumlah yang memadai V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Peningkatan produk hasil hutan Intensifikasi produk hasil hutan kayu V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Diversifikasi dan peningkatan nilai tambah hasil hutan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Penetapan dan pengembangan komoditas strategi kehutanan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng Penetapan wilayah-wilayah tertentu sebagai pusat produksi hasil hutan V V V V Perhutani, Dinhut Jateng
  • 55. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 39 BAB VII. KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN 7.1. Target Kontribusi Ekonomi Pada tahun 2010 PDRB sektor kehutanan Jawa Tengah sebesar 0,53%, nilai tersebut bersumber dari nilai tambah pemanfaatan hasil hutan yang dapat divaluasi berupa kayu dan non kayu yang dihasilkan dari kawasan hutan negara. Sementara angka tersebut belum mencerminkan kontribusi ekonomi sebenarnya yang bisa diperoleh dari sumber daya hutan, yang meliputi kayu gelondongan (rimba dan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, hasil hutan lainnya, perburuan, penangkaran satwa liar, dan sebagainya. Pada tahun 2030, PDRB sektor kehutanan (PDRB Kawasan/satellite account) Jawa Tengah ditargetkan sebesar 2,53% dengan asumsi pertumbuhan sektor kehutanan sebesar 8,12% tiap tahunnya. Target tersebut diperkirakan dapat dicapai dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya hutan dan selanjutnya memasukkan dalam perhitungan PDRB beberapa komoditi yang dapat dikembangkan ke depannya, yaitu kayu rakyat, produk jasa lingkungan (ekowisata, air, karbon, energi), industri primer kehutanan, dan jasa kehutanan. 7.1.1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hingga 20 tahun ke depan, kawasan hutan produksi diproyeksikan mampu memproduksi kayu sebesar 9.183.334 m3 (jati 6.035.334 m3 dan rimba 3.148.000 m3) atau rata-rata 459.166,7 m3/tahun. Sedangkan dari hutan rakyat untuk budidaya diharapkan mampu memproduksi kayu sebesar 5.529.848 m3/tahun, dengan asumsi rata-rata riap volume pertumbuhan atau Mean Annual Increment (MAI) sebesar 8 m3/ha/tahun. Dengan jumlah produksi tersebut pada 20 tahun ke depan produksi kayu dari kawasan hutan dan hutan rakyat rata-rata sebesar 5.989.014 m3/tahun. Tabel 7.1. Proyeksi Produksi Kayu No. Produksi Kayu 2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 Jumlah 1 Perhutani (m3) 2.080.476 1.850.373 2.342.618 2.909.145 6.035.334 2 Kayu Rakyat (m3) 27.649.240 27.649.240 27.649.240 27.649.240 110.596.960 Jumlah (m3) 29.729.716 29.499.613 29.991.858 30.558.385 116.632.294 Adapun kebutuhan bahan baku industri kehutanan di Jawa Tengah berdasarkan sumber bahan baku sebesar 4.676.619 m3/tahun, yang meliputi kayu hutan alam 1.590.127,12 m3 dan hutan tanaman (termasuk hutan rakyat) 3.086.491,55 m3. Dengan demikian pemenuhan bahan baku asal hutan tanaman
  • 56. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 40 7.1.2. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam 20 tahun mendatang harus dikembangkan di Jawa Tengah mengingat bahwa potensinya cukup besar baik di kawasan hutan negara maupun hutan rakyat. Proyeksi produksi hasil hutan bukan kayu dari kawasan hutan sampai tahun 2030 diperkirakan sebagai berikut: Tabel 7.2. Proyeksi Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu No. Produksi HHBK 2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 Jumlah 1 Getah pinus (ton)* 252.838 322.251 431.070 463.925 6.842 2 Kopal (ton)* 1.250 1.593 1.828 2.171 6.842 3 Minyak Kayu Putih (ton)* 439 495 506 493 1.933 4 Gondorukem (ton) 150.000 150.000 150.000 150.000 600.000 5 Terpentin (ton) 30.000 30.000 30.000 30.000 120.000 6 Daun Kayu Putih (ton) 37.500 37.500 37.500 37.500 150.000 7 Kokon (kg) 100.000 100.000 100.000 100.000 400.000 8 Rotan(batang) 350.000 350.000 350.000 350.000 1.400.000 9 Madu (kg) 40.000 40.000 40.000 40.000 160.000 Sumber: * Redesign Sumber Daya Hutan - Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2010 Pengembangan hasil hutan bukan kayu untuk 20 tahun ke depan sesuai potensi dan prospek yang ada di Jawa Tengah adalah persuteraan, madu, bambu, minyak atsiri (nilam), rotan dan sebagainya. Di samping itu pengembangan tanaman nyamplung dan jarak sebagai penghasil bahan baku untuk produk biofuel perlu terus diteliti dan dikembangkan agar dapat bersaing secara ekonomi dengan produk bahan bakar fosil, didukung dengan regulasi dan inovasi teknologi pengolahan serta pemasaran yang tepat. 7.1.3. Pemanfaatan Jasa Lingkungan Pemanfaatan jasa lingkungan di Jawa Tengah memiliki potensi dan prospek yang baik untuk pengembangan 20 tahun ke depan. Kawasan hutan lindung yang luasnya saat ini sebesar 84.464,02 ha dan kawasan konservasi seluas 13.919,56 ha dapat dikelola untuk pengembangan produk jasa lingkungan berupa air, wisata alam, dan stok karbon. Pengembangan ini mensyaratkan perubahan regulasi dalam pengelolaan hutan, penyiapan SDM, dan informasi yang akurat dalam perencanaan pengembangannya. (termasuk hutan rakyat) dapat terpenuhi, bahkan surplus. Sedangkan kebutuhan industri akan kayu hutan alam, sesuai permintaan pasar, tetap dipasok dari luar Pulau Jawa.
  • 57. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 41 7.2. Target Kontribusi Sosial Budaya Kontribusi sosial budaya dinilai antara lain dengan peran sektor kehutanan dalam penciptaan lapangan kerja. Pada tahun 2030 diharapkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan semakin meningkat dan berperan aktif dalam pengawasannya. Hal ini sejalan dengan target RPJP Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025, pada tahapan kedua (2010-2014) salah satunya adalah peningkatan daya saing ekonomi rakyat. Pengembangan ekonomi kerakyatan oleh sektor kehutanan dilakukan dengan mewujudkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan daerah dengan dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Kontribusi Sosial dapat diketahui peranannya dari indikator sosial antara lain dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Kualitas Hidup (PQLI/Physical Quality Life Index). Dengan mengetahui indikator atau angka-angka indeks tersebut dan membandingkan dengan nilai pencapaian ideal dari angka indeks bersesuaian, maka dapat diketahui sejauh mana pencapaian pembangunan dan menyusun strategi untuk mencapai tujuan pembangunan, yaitu terwujudnya rakyat yang sejahtera. Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dengan tingkat kemiskinan pada tahun 2007 sebesar 20,43% penduduk. Jika mengacu pada indikator MDG’s, maka pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah harus berkurang setengahnya menjadi 10,21% penduduk. Angka tersebut diharapkan dapat tercapai dengan kontribusi sektor kehutanan dalam perhitungannya, khususnya kontribusi sosial bagi masyarakat sekitar hutan. Sharing produksi dari kawasan hutan negara (kayu dan non kayu) yang dikelola bersama masyarakat melalui kegiatan PHBM sejak tahun 2002 hingga 2009 sebesar Rp.71.957.513.929,-. Dengan asumsi peningkatan 10% setiap tahun, maka pada tahun 2030 diproyeksikan sharing PHBM dapat mencapai sebesar Rp. 22.594.315.511,-. Namun, ke depannya perlu dikembangkan mekanisme agar distribusi manfaat dari pengelolaan hutan bersama masyarakat dapat diterima secara adil, tidak saja oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi, namun juga hutan lindung dan hutan konservasi. 7.3. Target Kontribusi Ekologi Proporsi luas tutupan pohon Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 32% dan menurut target dari MDG’s akan meningkat sampai tahun 2015 hingga 33% dari luas daratan Jawa Tengah. Pada tahun 2030 kondisi ekologi hutan di Jawa Tengah diharapkan semakin membaik dengan kualitas penutupan lahan di daratan sebesar 40% sehingga mampu menjaga fungsi hutan sebagai pengatur tata air, penyimpan karbon, dan fungsi ekologi lainnya. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan di Jawa Tengah pada tahun 2020 diperkirakan berkisar antara 173.000 ton CO2e sampai dengan maksimal 1.289.000 ton CO2e dengan emisi tengah sebesar 731.000 CO2e. Nilai tengah ini yang akan digunakan sebagai patokan target penurunan emisi gas rumah kaca di Jawa Tengah.
  • 58. RKTP Jawa Tengah 2011 - 2030 42 7.4. Target Kontribusi Kawasan Hutan di bidang Ketahanan Pangan Hutan selain memberi kontribusi berupa kayu dan non kayu, dari kawasan hutannya juga memberi kontribusi yang tidak sedikit dalam hal ketahan pangan. Sebagai salah satu contoh adalah rata-rata hasil tanaman pangan dari kegiatan tumpangsari di kawasan hutan Provinsi Jawa Tengah (ton) dari tahun 2006-2010 adalah seperti yang tersaji di dalam Tabel 7.3 berikut ini. Kontribusi sektor kehutanan Jawa Tengah untuk menurunkan emisi diupayakan dengan meningkatkan luasan dan kualitas atau menekan laju penurunan luasan dan kualitas tutupan pohon. Rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca sektor kehutanan Jawa Tengah melalui kegiatan Rehabilitasi hutan dan lahan kritis, Perencanaan dan pengendalian pembangunan kehutanan, Pengembangan pengelolaan hutan bersama masyarakat, Pengembangan hasil hutan bukan kayu, Pengembangan jasa lingkungan, Penatagunaan hutan, Perlindungan hutan, Pengembangan hutan rakyat, Penertiban penatausahaan hutan dan hasil hutan, Pengelolaan kawasan konservasi daerah penyangga, dan Pengelolaan hutan produksi secara lestari diperkirakan berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 114.000 ton CO2e hingga tahun 2020. Jika dibandingkan dengan skenario Bussiness as Ussual (BAU) emisi sektor kehutanan, maka penurunan emisi tersebut setara dengan 15,6%. No. Komoditi 2006 (ton) 200 (ton) 2008 (ton) 2009 (ton) 2010 (ton) Rata-rata (ton/th) Harga rata-rata (Rp/kg) 1 Padi 14.793 42.811 22.302 26.654 16.240 21.637 1.700 2 Jagung 85.716 101.293 97.648 470.308 278.568 206.707 1.450 3 Kedelai 62 322 692 703 88 373 3.000 4 Kacang tanah 3.878 9.078 3.328 5.174 6.287 5.549 1.980 5 Lainnya (ubikayu) 86.678 35.980 72.099 164.239 180.511 101.425 760 Sumber: Buku Saku Statistik Tahun 2006-2010 Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Pada Tabel 7.3 terlihat bahwa kontribusi kawasan hutan dalam memberikan pendapatan (uang) dari jenis-jenis tanaman pangan per tahun sebagai berikut: a. Padi = Rp 1.700/kg x 21.637 x 1000 kg = Rp 36.782.900.000,00 b. Jagung = Rp 1.450/kg x 206.707 x 1000 kg = Rp 299.725.150.000,00 c. Kedelai = Rp 3000/kg x 373 x 1000 kg = Rp 1.119.000.000,00 Tabel 7.3. Kontribusi kawasan hutan di bidang ketahanan pangan nasional (ton)