SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 4
Descargar para leer sin conexión
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                                    NOMOR 24 TAHUN 2000
                                         TENTANG
                 PERUBAHAN TARIF BEA METERAI DAN BESARNYA BATAS PENGENAAN
                        HARGA NOMINAL YANG DIKENAKAN BEA METERAI

                                     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang    :    a.    bahwa dalam rangka pembangunan nasional maka peran serta segenap masyarakat perlu
                        ditingkatkan dalam menghimpun dana pembiayaan yang sumbernya sebagian besar dari
                        sektor perpajakan;
                  b.    besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan
                        Bea Masuk Meterai yang berlaku sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
                        sosial ekonomi masyarakat;
                  c.    bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu untuk mengatur kembali
                        mengenai besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang
                        dikenakan Bea Meterai;
Mengingat    :    1.    Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
                  2.    Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (Lembaran Negara Tahun
                        1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3313);
                                                            MEMUTUSKAN :
Menetapkan   :    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN TARIF BEA
                  METERAI DAN BESARNYA BATAS PENGENAAN HARGA NOMINAL YANG DIKENAKAN
                  BEA METERAI.
                                                                Pasal 1
                  Dokumen yang dikenakan Bea Meterai berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985
                  tentang Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk :
                  a.    surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
                        alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
                  b.    akta-akta Notaris termasuk salinannya;
                  c.    akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
                        rangkapnya;
                  d.    surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
                        1) yang menyebutkan penerimaan uang;
                        2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank;
                        3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank; atau
                        4) yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
                             atau diperhitungkan;
                  e.    surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep; atau
                  f.    dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengendalian, yaitu :
                        1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;
                        2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
                             digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.
                                                                Pasal 2
                  (1) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f
                        dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah).
                  (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf d dan huruf e :
                        a. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh
                             ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
                        b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
                             rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai
                             dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah);
                        c. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
                             dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah).
                                                            Pasal 3
                  Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah)
                  tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.
                                                              Pasal 4
                  (1)   Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai
                        dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp.
                        3.000,00 (tiga ribu rupiah), sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.
                        1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00
                        (enam ribu rupiah).


                                                      1
(2)   Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat
                           kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta
                           rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah)
                           sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
                           dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah).
                                                                 Pasal 5
                     Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
                     Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dinyatakan tidak berlaku.
                                                                 Pasal 6
                     Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan oleh Menteri
                     Keuangan.
                                                                 Pasal 7
                     Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 2000.
                     Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
                     dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                                                             Ditetapkan di Jakarta
                                                                             Pada tanggal 20 April 2000

                                                                             PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
                                                                                         ttd.
                                                                                 ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20 April 2000
Pj. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
        ttd.
BONDAN GUNAWAN

                     LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 51


                                          PENJELASAN
                                             ATAS
                           PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                                      NOMOR 24 TAHUN 2000
                                           TENTANG
                   PERUBAHAN TARIF BEA METERAI DAN BESARNYA BATAS PENGENAAN
                          HARGA NOMINAL YANG DIKENAKAN BEA METERAI
UMUM
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menjunjung tinggi hak dan kewajiban yang sama kepada semua Warga Negara untuk berperan serta dalam
pembangunan.
Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan untuk meningkatkan keikutsertaan segenap warga
masyarakat untuk berperan serta menghimpun dana pembangunan, maka salah satu cara dalam mewujudkannya
adalah memenuhi kewajiban pembayaran Bea Meterai atas dokumen-dokumen tertentu yang digunakan.
Besarnya tarif Bea Meterai yang berlaku sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial ekonomi
masyarakat sehingga perlu dilakukan penyesuaian yang wajar. Sesuai dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 13
Tahun 1985 tentang Bea Meterai, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan besarnya tarif Bea Meterai dan
besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Meterai, dapat ditiadakan, diturunkan, dinaikkan
setinggi-tingginya 6 (enam) kali.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka perlu diatur kembali mengenai besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas
pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Meterai dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
      Huruf a
              Pihak-pihak yang memegang suarat perjanjian atau surat-surat lainnya tersebut, dibebani kewajiban untuk
              membayar Bea Meterai atas suarat perjanjian atau surat-surat yang dipegangnya.
              Yang dimaksud surat-surat lainnya pada huruf a ini antara lain surat kuasa, surat hibah, dan surat
              pernyataan.
      Huruf b
              Cukup jelas
      Huruf c
              Cukup jelas
      Huruf d dan huruf e
              Jumlah uang ataupun harga nominal yang disebut huruf d dan huruf e ini juga meliputi jumlah uang ataupun
              harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang asing.
              Untuk menentukan nilai rupiahnya, maka jumlah uang atau harga nominal tersebut dikalikan dengan nilai
              tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat dokumen itu dibuat, sehingga
              dapat diketahui apakah dokumen tersebut dikenakan atau tidak dikenakan Bea Meterai.
      Huruf f
              Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengenakan Bea Meterai atas surat-surat yang semula tidak kena Bea
              Meterai, tetapi karena kemudian digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, maka lebih dahulu
                                                           2
harus dilakukan pemeteraian kemudian.
            Angka 1)
                  Surat-surat yang dimaksud huruf f angka 1 ini tidak untuk tujuan sesuatu pembuktian, misalnya
                  seseorang mengirim surat biasa kepada orang lain untuk menjualkan sebuah barang. Surat
                  semacam ini pada saat dibuat tidak kena Bea Meterai, tetapi apabila kemudian dipakai sebagai alat
                  pembuktian di muka pengadilan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeteraian kemudian.
                  Surat-surat kerumahtanggaan, misalnya daftar harga barang. Daftar ini dibuat tidak dimaksudkan
                  untuk digunakan sebagai alat pembuktian, oleh karena itu tidak dikenakan Bea Meterai. Apabila
                  kemudian ada sengketa dan daftar harga barang ini digunakan sebagai alat pembuktian, maka daftar
                  harga ini terlebih dahulu dilakukan pemeteraian kemudian.
            Angka 2)
                  Surat-surat yang dimaksud dalam huruf f angka 2 ini adalah surat-surat yang karena tujuannya tidak
                  dikenakan Bea Meterai, tetapi apabila tujuannya kemudian diubah maka surat yang demikian itu
                  dikenakan Bea Meterai.
                  Misalnya tanda penerimaan uang yang dibuat dengan tujuan untuk keperluan intern organisasi tidak
                  dikenakan Bea Meterai. Apabila kemudian tanda penerimaan uang tersebut digunakan sebagai alat
                  pembuktian di muka pengadilan, maka tanda penerimaan uang tersebut harus dilakukan
                  pemeteraian kemudian terlebih dahulu.
Pasal 2
     Ayat (1)
            Dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) yang dikenakan Bea Meterai dengan tarif
            Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) adalah dokumen yang semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13
            Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
            Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai
            dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).
     Ayat (2)
            Huruf a
                   Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a yang tidak dikenakan Bea Meterai
                   adalah dokumen yang semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea
                   Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah). Kemudian
                   dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai tidak
                   dikenakan Bea Meterai;
            Huruf b
                   Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b yang dikenakan Bea Meterai
                   dengan tarif Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) adalah dokumen yang semula berdasarkan
                   Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif
                   sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah). Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
                   1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 1.000,00
                   (seribu rupiah);
            Huruf c
                   Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c yang dikenakan Bea Meterai
                   dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) adalah dokumen yang semula berdasarkan
                   Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif
                   sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995
                   tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 2.000,00 (dua
                   ribu rupiah).
Pasal 3
     Dalam Pasal ini ditetapkan penggunaan Bea Meterai dengan tarif tunggal atas Cek dan Bilyet Giro sebesar
     Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah).
     Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan otomatis kliring, maka pengenaan tarif Bea Meterai sebesar Rp.
     3.000,00 (tiga ribu rupiah) tersebut dengan tidak memperhatikan besarnya harga nominal dari Cek dan Bilyet Giro.
     Oleh karena itu dalam penyelenggaraan kliring, Bank cukup menyediakan 1 (satu) macam bentuk buku Cek dan
     1 (satu) macam bentuk buku Bilyet Giro.
     Semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai atas Cek dan Bilyet Giro
     dikenakan Bea Meterai sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) dan Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), dengan
     memperhatikan besarnya harga nominal. Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1989 tentang
     Perubahan Besarnya Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai atas Cek
     dan Bilyet Giro, diubah menjadi Rp. 500,00 (lima ratus rupiah), dengan tidak memperhatikan besarnya harga
     nominal. Terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai,
     diubah menjadi Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), dengan tidak memperhatikan besarnya harga nominal.
Pasal 4
     Ayat (1)
            Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dikenakan
            Bea Meterai berdasarkan harga nominal per lembar.
     Ayat (2)
            Sekumpulan efek dengan nama dan bentuk apapun sebagaimana dimaksud dalam surat kolektif
            sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dikenakan Bea Meterai berdasarkan jumlah harga nominal
            dari sekumpulan efek tersebut.




                                                         3
Pasal 5
     Cukup jelas
Pasal 6
     Pelaksanaan teknis yang diatur oleh Menteri Keuangan antara lain bentuk, ukuran, dan warna benda meterai, tata
     cara pelunasan Bea Meterai, pengadaan dan pengelolaan Benda Meterai.
Pasal 7
     Cukup jelas

                     TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 3950




                                                        4

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
Big pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial print
Big pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial printBig pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial print
Big pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial printDflowers Kost
 
2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+prov2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+provPA_Klaten
 
Perda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-peta
Perda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-petaPerda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-peta
Perda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-petaadinul_amal
 
Pp no 13 tahun 2010
Pp no 13 tahun 2010Pp no 13 tahun 2010
Pp no 13 tahun 2010gemblax
 
Lampiran Peraturan Pemerintah No
Lampiran Peraturan Pemerintah No Lampiran Peraturan Pemerintah No
Lampiran Peraturan Pemerintah No gemblax
 
Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009Chairudin NR
 
Uu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materaiUu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materaiInstansi
 
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_printPA_Klaten
 
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Yudhi Aldriand
 

La actualidad más candente (18)

UU 21 1997
UU 21 1997UU 21 1997
UU 21 1997
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
Uu 36 2000
Uu 36 2000Uu 36 2000
Uu 36 2000
 
7 tahun 2003
7 tahun 20037 tahun 2003
7 tahun 2003
 
Uu 17 2002+Pjls
Uu 17 2002+PjlsUu 17 2002+Pjls
Uu 17 2002+Pjls
 
Big pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial print
Big pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial printBig pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial print
Big pp-64-2014-tarif-pnbp-informasi-geospasial print
 
Pmk 162 2012ptkp
Pmk 162 2012ptkpPmk 162 2012ptkp
Pmk 162 2012ptkp
 
2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+prov2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+prov
 
Perda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-peta
Perda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-petaPerda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-peta
Perda 31-tahun-2006-retribusi-biaya-cetak-peta
 
Pp no 13 tahun 2010
Pp no 13 tahun 2010Pp no 13 tahun 2010
Pp no 13 tahun 2010
 
18. pph pasal 24
18. pph pasal 2418. pph pasal 24
18. pph pasal 24
 
Lampiran Peraturan Pemerintah No
Lampiran Peraturan Pemerintah No Lampiran Peraturan Pemerintah No
Lampiran Peraturan Pemerintah No
 
Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009
 
Uu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materaiUu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materai
 
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
 
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
 
Uu 14 2002
Uu 14 2002Uu 14 2002
Uu 14 2002
 

Similar a Perubahan Tarif Bea Meterai

Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008khairu_zikri
 
UU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdf
UU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdfUU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdf
UU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdfJinoJoni
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...iniPurwokerto
 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023shirizkiku
 
Persandingan uu ppn existing uu no 42 th 2009
Persandingan uu ppn existing   uu no 42 th 2009Persandingan uu ppn existing   uu no 42 th 2009
Persandingan uu ppn existing uu no 42 th 2009ikhsan hidayat
 
Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958kpwbi
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...iniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTEL
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTELPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTEL
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTELKota Serang
 
Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Ade Suerani
 
2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print
2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print
2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi printPA_Klaten
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...andika_combat
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEKota Serang
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...iniPurwokerto
 
1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf
1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf
1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdfDianMustikaHamdin1
 

Similar a Perubahan Tarif Bea Meterai (20)

Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008
 
UU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdf
UU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdfUU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdf
UU 10 Tahun 2020 Bea Meterai update.pdf
 
Uu 24 2002
Uu 24 2002Uu 24 2002
Uu 24 2002
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
 
Persandingan uu ppn existing uu no 42 th 2009
Persandingan uu ppn existing   uu no 42 th 2009Persandingan uu ppn existing   uu no 42 th 2009
Persandingan uu ppn existing uu no 42 th 2009
 
Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958
 
RUU APBN 2011
RUU APBN 2011RUU APBN 2011
RUU APBN 2011
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTEL
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTELPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTEL
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK HOTEL
 
Undang undang meterai
Undang undang meteraiUndang undang meterai
Undang undang meterai
 
4.bea materai
4.bea materai4.bea materai
4.bea materai
 
Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda
 
2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print
2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print
2013 Perda bank syariah bersinar klaten fasilitasi print
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 2 tahun 2012 tentang pajak sarang b...
 
Uu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbnUu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbn
 
Uu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbnUu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbn
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...
 
1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf
1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf
1. UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan.pdf
 

Más de khairu_zikri

Más de khairu_zikri (14)

Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunan
 
Ca lk pa.blg smt2 2010
Ca lk pa.blg smt2 2010Ca lk pa.blg smt2 2010
Ca lk pa.blg smt2 2010
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
 
Uu no 13 tahun 1985
Uu no 13 tahun 1985Uu no 13 tahun 1985
Uu no 13 tahun 1985
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009
 
Uu no 3 tahun 2006
Uu no 3 tahun 2006Uu no 3 tahun 2006
Uu no 3 tahun 2006
 
Uu no 1 tahun 1974
Uu no 1 tahun 1974Uu no 1 tahun 1974
Uu no 1 tahun 1974
 
Skkma 144
Skkma 144Skkma 144
Skkma 144
 
Pp no 9 tahun 1975
Pp no 9 tahun 1975Pp no 9 tahun 1975
Pp no 9 tahun 1975
 
Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009
 
Uu no 30 tahun 1999
Uu no 30 tahun 1999Uu no 30 tahun 1999
Uu no 30 tahun 1999
 

Perubahan Tarif Bea Meterai

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN TARIF BEA METERAI DAN BESARNYA BATAS PENGENAAN HARGA NOMINAL YANG DIKENAKAN BEA METERAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional maka peran serta segenap masyarakat perlu ditingkatkan dalam menghimpun dana pembiayaan yang sumbernya sebagian besar dari sektor perpajakan; b. besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Masuk Meterai yang berlaku sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu untuk mengatur kembali mengenai besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Meterai; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3313); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN TARIF BEA METERAI DAN BESARNYA BATAS PENGENAAN HARGA NOMINAL YANG DIKENAKAN BEA METERAI. Pasal 1 Dokumen yang dikenakan Bea Meterai berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk : a. surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata; b. akta-akta Notaris termasuk salinannya; c. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap- rangkapnya; d. surat yang memuat jumlah uang, yaitu : 1) yang menyebutkan penerimaan uang; 2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank; 3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank; atau 4) yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan; e. surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep; atau f. dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengendalian, yaitu : 1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan; 2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula. Pasal 2 (1) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah). (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf d dan huruf e : a. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai; b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah); c. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah). Pasal 3 Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal. Pasal 4 (1) Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah), sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah). 1
  • 2. (2) Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah). Pasal 5 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 2000. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 20 April 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. ABDURRAHMAN WAHID Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 20 April 2000 Pj. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd. BONDAN GUNAWAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 51 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN TARIF BEA METERAI DAN BESARNYA BATAS PENGENAAN HARGA NOMINAL YANG DIKENAKAN BEA METERAI UMUM Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban yang sama kepada semua Warga Negara untuk berperan serta dalam pembangunan. Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan untuk meningkatkan keikutsertaan segenap warga masyarakat untuk berperan serta menghimpun dana pembangunan, maka salah satu cara dalam mewujudkannya adalah memenuhi kewajiban pembayaran Bea Meterai atas dokumen-dokumen tertentu yang digunakan. Besarnya tarif Bea Meterai yang berlaku sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat sehingga perlu dilakukan penyesuaian yang wajar. Sesuai dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Meterai, dapat ditiadakan, diturunkan, dinaikkan setinggi-tingginya 6 (enam) kali. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka perlu diatur kembali mengenai besarnya tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Meterai dengan Peraturan Pemerintah. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Huruf a Pihak-pihak yang memegang suarat perjanjian atau surat-surat lainnya tersebut, dibebani kewajiban untuk membayar Bea Meterai atas suarat perjanjian atau surat-surat yang dipegangnya. Yang dimaksud surat-surat lainnya pada huruf a ini antara lain surat kuasa, surat hibah, dan surat pernyataan. Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d dan huruf e Jumlah uang ataupun harga nominal yang disebut huruf d dan huruf e ini juga meliputi jumlah uang ataupun harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang asing. Untuk menentukan nilai rupiahnya, maka jumlah uang atau harga nominal tersebut dikalikan dengan nilai tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat dokumen itu dibuat, sehingga dapat diketahui apakah dokumen tersebut dikenakan atau tidak dikenakan Bea Meterai. Huruf f Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengenakan Bea Meterai atas surat-surat yang semula tidak kena Bea Meterai, tetapi karena kemudian digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, maka lebih dahulu 2
  • 3. harus dilakukan pemeteraian kemudian. Angka 1) Surat-surat yang dimaksud huruf f angka 1 ini tidak untuk tujuan sesuatu pembuktian, misalnya seseorang mengirim surat biasa kepada orang lain untuk menjualkan sebuah barang. Surat semacam ini pada saat dibuat tidak kena Bea Meterai, tetapi apabila kemudian dipakai sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeteraian kemudian. Surat-surat kerumahtanggaan, misalnya daftar harga barang. Daftar ini dibuat tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai alat pembuktian, oleh karena itu tidak dikenakan Bea Meterai. Apabila kemudian ada sengketa dan daftar harga barang ini digunakan sebagai alat pembuktian, maka daftar harga ini terlebih dahulu dilakukan pemeteraian kemudian. Angka 2) Surat-surat yang dimaksud dalam huruf f angka 2 ini adalah surat-surat yang karena tujuannya tidak dikenakan Bea Meterai, tetapi apabila tujuannya kemudian diubah maka surat yang demikian itu dikenakan Bea Meterai. Misalnya tanda penerimaan uang yang dibuat dengan tujuan untuk keperluan intern organisasi tidak dikenakan Bea Meterai. Apabila kemudian tanda penerimaan uang tersebut digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, maka tanda penerimaan uang tersebut harus dilakukan pemeteraian kemudian terlebih dahulu. Pasal 2 Ayat (1) Dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) yang dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) adalah dokumen yang semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah). Ayat (2) Huruf a Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a yang tidak dikenakan Bea Meterai adalah dokumen yang semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah). Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai tidak dikenakan Bea Meterai; Huruf b Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b yang dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) adalah dokumen yang semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah). Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah); Huruf c Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c yang dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) adalah dokumen yang semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah). Pasal 3 Dalam Pasal ini ditetapkan penggunaan Bea Meterai dengan tarif tunggal atas Cek dan Bilyet Giro sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah). Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan otomatis kliring, maka pengenaan tarif Bea Meterai sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) tersebut dengan tidak memperhatikan besarnya harga nominal dari Cek dan Bilyet Giro. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan kliring, Bank cukup menyediakan 1 (satu) macam bentuk buku Cek dan 1 (satu) macam bentuk buku Bilyet Giro. Semula berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai atas Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) dan Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), dengan memperhatikan besarnya harga nominal. Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1989 tentang Perubahan Besarnya Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai atas Cek dan Bilyet Giro, diubah menjadi Rp. 500,00 (lima ratus rupiah), dengan tidak memperhatikan besarnya harga nominal. Terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai, diubah menjadi Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), dengan tidak memperhatikan besarnya harga nominal. Pasal 4 Ayat (1) Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dikenakan Bea Meterai berdasarkan harga nominal per lembar. Ayat (2) Sekumpulan efek dengan nama dan bentuk apapun sebagaimana dimaksud dalam surat kolektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dikenakan Bea Meterai berdasarkan jumlah harga nominal dari sekumpulan efek tersebut. 3
  • 4. Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Pelaksanaan teknis yang diatur oleh Menteri Keuangan antara lain bentuk, ukuran, dan warna benda meterai, tata cara pelunasan Bea Meterai, pengadaan dan pengelolaan Benda Meterai. Pasal 7 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 3950 4