Majas merupakan gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata secara tidak harfiah. Terdapat 61 jenis majas yang dijelaskan dalam dokumen tersebut, meliputi klimaks, antiklimaks, paralelisme, hingga kontradiksi. Beberapa contoh majas juga diberikan untuk memudahkan pemahaman.
1. 1
MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)
1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama
semakin meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman
harapan.
2. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal
namanya
3. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh
: Jika kamu minta, aku akan datang.
Jika kamu undang aku akan hadir.
4. Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap
keamanan bangsa.
5. Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
6. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali
berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.
7. Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru
8. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa
9. Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh
: Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,
Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
10. Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang
terserah aku.
11. Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.
12. Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang
kata pertama.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
13. Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama
dari klausa berikutnya.
Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.
2. 2
14. Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga
15. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya
16. Anastrof atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya
karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
17. Apofasis atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya
menyangkal.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan
ratusan juta rupiah uang negara
18. Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang
tidak hadir.
Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini
berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau
perjuangkan
19. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata
penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang
melepaskan nyawa.
20. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata
penghubung.
Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada
gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?
21. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan
satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa
atau klausa lainnya.
Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan
usaha itu.
22. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah
dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.
23. Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan
yang tidak menyenangkan.
Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran
24. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku!
25. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari
sesuatu yang wajar.
3. 3
Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas
dengan pasir putihnya
26. Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah
tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
27. Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-
kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
28. Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang
sama artinya.
Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu
29. Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata
sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.
30. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai
efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki
adanya suatu jawaban.
Contoh : inikah yang kau namai bekerja?
31. Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan
sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan
sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan
dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
32. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
33. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
34. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.
35. Oksimoron
adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh : Keramah-tamahan yang bengis
36. Asosiasi atau Simile
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan
keadaan yang dilukiskannya.
Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam
4. 4
37. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang
mempunyai sifat sama.
Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita
38. Alegori
adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.
39. Parabel
Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus
tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.
Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar
40. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting
41. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya
42. Eponim
Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu,
sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai
untuk menyatakan sifat itu.
Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.
43. Epitet
Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau
sesuatu hal.
Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.
44. Sinekdoke
- Pars Pro Tato
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya
- Totem Pro Parte
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh :
Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau
45. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai
pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah
46. Antonomasia
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang
sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
47. Hipalase
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan.
Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut
maskawin dari almarhum)
48. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan.
Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?
49. Sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini
5. 5
50. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk
ketelinga
51. Satire
Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!
52. Inuendo
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya
53. Antifrasis
Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya,
yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal
kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat
54. Pun atau Paronomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu
55. Simbolik
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain
sebagai simbol atau perlambang.
Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.
56. Tropen
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan
yang dilakukan seseorang.
Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol
minuman.
57. Alusio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.
Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?
58. Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam
kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
59. Eksklmasio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
60. Enumerasio
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap
peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur
perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini
bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang aromonis.
Itulah keindahan sejati.
61. Kontradiksio Interminis
Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah
dikemukakan sebelumnya.
Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.
6. 6
62. Anakronisme
Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra
dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam
belum ada)
63. Okupasi
Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh
orang banyak dianggap benar.
Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak
anak yang mengkonsumsinya.
64. Resentia
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian
tertentu dari kalimat yang dihilangkan.
Contoh : “Apakah ibu mau….?”
FONOLOGI
Pengertian: ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
Fonologi terdiri dari dua bagian ilmu, yaitu:
1) Fonetik, yaitu ilmu yang mempelajari atau menganalisis bunyi ujar serta mempelajari
bagaimana alat ujar itu dapat menghasilkan bunyi.
Fonetik berhubungan dengan alat ucap manusia baik secara anatomis maupun fisiologis.
Alat ucap apabila digerakkan akan menimbulkan bunyi karena alat ucap tersebut berfungsi
sebagai artikulator atau titik artikulasi yang bekerja sama dengan udara yang dikeluarkan paru-
paru.
2) Fonemik, yaitu ilmu yang mempelajari bunyi ujar dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Fonem
Bunyi bahasa yang berbeda atau mirip dinamakan Fonem. Dengan kata lain, fonem dapat
dikatakan sebagai satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.
7. 7
Aturan Penulisan Fonem
-fonem ditulis diantara dua garis miring (/.../), misalnya /p/ dan /b/.
-semua fonem ditulis dengan huruf kecil.
Dalam Bahasa Indonesia ada 28 fonem yang terdiri atas:
1)6 buah fonem vokal, yaitu:
Vokal Kata Fonem
/a/ anak /anak/
kota /kota/
/i/ ingin /iᶯin/
kecil /kᵊcil/
/u/ ukir /ukir/
unggas /uᶯngas/
/o/ obat /obat/
orang /oraᶯ/
/e/ ekor /ekor/
sore /sore/
/ᵊ/ emas /ᵊmas/
tante /tantᵊ/
Berdasarkar parameter depan-belakang lidah, dua vokal (i,e0 merupakan vokal depan, dua
merupakan vokal tengah (a, ᵊ), dan dua yang lain merupakan vokal belakang (u,o).
2) 22 buah fonem konsonal, yaitu:
/b/, /p/, /d/, /t/, /g/, /k/, /f/, /z/, /s/, /sy/, /kh/, /h/, /j/, /c/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /l/, /w/, dan /y/.
Konsonan dihasilkan apabila bunyi ujaran udara yang keluar dari paru-paru mendapat
rintangan atau halangan dari alat ucap lainnya.
Jenis Konsonan
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh : h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang (artikulator) dan langit-
langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas (titik
artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah (artikulator)
dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator), seperti t, d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang mendapat
halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator dengan lidah
bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-langit lembut
atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.
Diftong dan Monoftong
Diftong (vokal rangkap) yaitu dua vokal yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.
Misalnya: ai, au, oi.
Contoh: lantai, pulau, ramai, lerai, kacau, tembakau.
Monoftong adalah diftong yang diubah menjadi satu bunyi tunggal.
Misalnya:
pantai pante
pulau pulo
8. 8
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa,
secara umum fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran,
walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi ujaran itu
adalah (a, i, u, e, ə, ε, o, ).
Lafal dan fonem merupakan unsur segmental di dalam bahasa Indonesia. Selain unsur ini, ada
pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan, intonasi,
dan jeda.
Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya pengucapan.
Ada tiga jenis tekanan yang dapat digunakan, yaitu:
1)Tekanan dinamik (keras lembutnya pengucapan)
a) Tekanan dinamik silabis
Tekanan dinamik yang terdapat dalam salah satu kata.
b) Tekanan dinamik emfasis
Tekanan keras atas sepatah kata yang dipentingkan dalam kalimat atau dalam pembicaraan.
2)Tekanan tempo/waktu (cepat lambatnya pengucapan)
3)Tekanan nada (tinggi rendahnya pengucapan)
Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat.
Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah,
sedangkan angka 4 melambangkan titinada paling tinggi.
Jeda adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis ditandai oleh spasi, garis miring (/),
tanda koma (,), tanda titik koma(;), tanda titik dua(:), tanda hubung (-), tanda pisah (–), atau tanda
pagar (#)
Jenis-Jenis Puisi Lama Dan Pengertian Lengkap
1. Mantra
Mantra adalah sejenis puisi tua yang keberadaannya dianggap memiliki kekuatan gaib sebagaimana
doa. Pada mulanya mantra bukan bagian dari karya sastra, melainkan bagian dari adat atau
kepercayaan. Tetapi, setelah mengalami penelitian mantra memiliki ciri umum sebuah karya sastra.
Contoh mantra:
Sihir lontar pinang lontar
Terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang tua
Aku sapa tidak berbunyi
Assalamu’alaikum putry satulung besar
Yang beralun beriling simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Aku membasuh mukamu
2. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang mempunyai tiga ciri. Pertama, terdiri atas empat baris yang berpola
ab-ab. Kedua setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. Ketiga, dua baris pertama sebagai sampiran
dan dua baris berikutnya sebagai isi. Kata “pantun” berasal dari kata patutun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti penuntun. Sejak kemunculannya, pantun biasa digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai alat untuk memlihara bahasa dan mengakrabkan pergaulan
antarsesama.
9. 9
Contoh pantun:
Burung merpati burung dara
Terbang menuju angkasa luas
Hati siapa takkan gembira
Karena aku telah naik kelas.
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang.
3. Karmina
Karmina adalah jenis pantun pendek yang hanya terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan
sampiran, sementara baris kedua merupakan isi. Dalam budaya Betawi, karmina sangat dikenal
sebagai pantun pendek yang sering digunakan dan disajikan dalam acara-acara penting, seperti
lamaran, pernikahan, pesta budaya, dll.
Contoh karmina:
Satu dua tiga empat
Kakek tua pakai tongkat
Burung perkutut terbang melayang
Abang kentut tidak bilang-bilang
4. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang mempunyai tiga ciri. Pertama, setiap bait terdiri dari dua baris
dengan rima yang sama (a-a atau b-b atau c-c). Kedua, jumlah suku kata dalam baris antara 10-14
suku kata. Ketiga, hubungan antar baris satu dan dua membentuk kalimat majemuk yang
mempunyai hubungan sebab- akibat.
Contoh gurindam:
Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Tahu pekerjaan tidak baik, tetapi dikerjakan
Bukannya manusia, itulah setan.
5. Syair
Syair adalah jenis puisi lama yang berirama yang berasal dari daerah arab dan mempunyai empat
ciri. Pertama, setiap bait terdiri dari empat baris dan bersajak a-a-a-a. Kedua, setiap baris
mempunyai makna yang paling berkaitan dengan baris-baris sebelumnya. Ketiga, kebanyakan syair
,menceritakan kisah yang mengandung nasihat/ petuah. Keempat, setiap baris terdiri dari 8-12 suku
kata.
Contoh syair:
Pada zaman dahulu kala
Tersebutlah sebuah cerita
Sebuah kerajaan yang aman sentosa
Dipimpin sang raja nan bijaksana
Paras elok amat sempurna
Petak majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina.
6. Seloka
10. 10
Seloka adalah jenis puisi melayu klasik yang mempunyai bentuk mirip pantun dan mengandung
senda gurau, kejenakaan, sindirian, bahkan ejekan. Kata “seloka” diambil dari bahasa Sansekerta,
yang berarti bahasa terkait yang bentuk maupun peranannya mirip seperti pantun. Seloka biasanya
ditulis dalam empat baris, tetapi ada juga yan ditulis lebih dari empat baris.
Contoh seloka :
Sudah bertemu kasih sayang
Duduk termangu malam siang
Hingga setampak tiada renggang
Tulang sendi habis terguncang
Warna merah menghias buku
Indah nian kian kupandang
Anak kecil menangis sendu
Seharian ia tak makan
7. Talibun
Talibun adalah jenis pantun panjnag yang terdiri dari lebih dari empat baris yang kesemuanya
berjumlah genap, antara lain enam, delapan, sepuluh, dua belas baris, dan seterusnya. Tetapi, dari
banyaknya talibun yang ditemui, biasanya terdiri dari enam atau delapan baris, dua belas, dan
seterusnya, meskipun talibun dengan jumlah baris seperti itu tetap ada.
Apabila talibum terdiri dari enam baris maka tiga baris pertama dikategorikan sebagai sampiran,
sementara tiga baris kedua dikategorikan sebagai isi. Apabila talibun terdiri dari delapan belas baris
maka empat baris pertama dikategorikan sebagai sampiran semetara empat baris kedua
dikategorikan sebagai isi.
Contoh taliban:
Penakik pisau seraut
Ambil alah batang lintabung
Selodang ambilkan niru
Yang setetes jadikan laut
Alam terkembang jadikan gunung
Jenis jenis Puisi Modern Berdasarkan Isinya
1. Ode
Ode adalah puisi yang mengungkapkan sanjungan atau pujaan kepada orang-orang yang berjasa.
Ode ini biasa ditulis dalam nada agung dan tema serius, sehingga karakteristik bahasanya terlihat
lebih berbeda daripada puisi-puisi baru jenis lain. Kata “ode” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “nyanyian”. Maka, tidak heran bila ode banyak dialntunkan oleh masyarakt pecinta puisi
sambil diiringi tari-tarian dan nyanyi-nyanyian dalam paduan suara.
Contoh:
Guruku....
Engkau pahlawanku
Pahlawan tanpa tanda jasa
Engkau menemaniku
Saatku di sekolah
Saatku belum mengenalmu
Engkau mengajariku
Mulai dari taman kanak-kanak
Engkau kusampai kuliah
Guruku ....
Takkan kulupakan semua jasamu
11. 11
Yang telah bersusah payah mengajariku
Hingga aku bisa
Terima kasih guruku
Thank you guruku
(ditulis oleh penyair tanpa nama)
2. Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tentang ajaran hidup atau tuntunan ke arah kebenaran. Kata
“epigram” berasal dari bahasa Yunani, epigramma yang berarti pedoman, teladan, nasihat, atau
ajakan untuk melakukan hal-hal yang benar. Dilihat dari strukturnya, epigram termasuk dalam
kategori puisi yang ditulis dalam bentuk sederhana, singkat, lansung tertuju pada tujuan, serta
menggunakan kosakata yang berlebihan.
Contoh :
Hari ini tak ada tempat untuk berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang berada di garis depan,
Yang menunggu sejanak sekalipun pasti tergilas
3. Remance
Romance adalah puisi yang berisi tentang kisah-kisah percintaan, romance pada umumnya lahir
dari pengalaman pengarang tentang kisah percintaan yang pernah dialaminya. Atau, romance juga
bisa lahir dari pengamatan pengarang terhadap orang-orang sekitar yang tengah menjalin hubungan
cinta dengan kekasihnya.
Contoh :
Mencintaimu
Mungkin aku bukanlah cinta yang paling sempurna
Hanya sebatas hati yang ingin mencurahkan rasa padamu
Karena mencintaimu adalah keindahan dilangit hatiku
Dan, mencintaimu adalah kesempurnaan kebahagiaan hatiku.
Aku mencintaimu
Seperti bunga mencintai keharumannya
Seperti hujan mencintai tetes airnya
Seperti bulan mencintai malamnya
Seperti matahari yang mencintai cahayanya
Jantung ini tidak akan berdetak selamanya
Tapi jika Tuhan mengijinkan
Selama jantungku berdetak
Ijinkan mencintaimu dalam ketulusan
Aku mencintaimu
Bukan karena aku inin memiliki apa yang ada di dalam dirimu
Hanya ingin melihatmu tersenyum
Melukis rasa bahagia di setiap titian hidupmu
Aku mencintaimu
Bukan karena aku kagum pada dirimu
Hanya ini membuatmu sempurna
Meski aku tak pernah bisa sempurna
Aku mencintaimu
Bukan kemarin atau saat ini
Tapi percayalah,
Kemarin, kini, dan nanti
Adalah saat-saat di mana aku kan terus mencintaimu.
12. 12
(ditulis penyair tanpa nama)
4. Elegi
Elegi adalah puisi baru yang berisi tentang ratap tangis atau kesedihan. Objek yang digambarkan di
salam elegi biasanya berupa pengalaman-pengalaman pahit atas hal yang pernah dialami, atau bisa
juga berupa penyesalan atau sesuatu yang pernah dilakukan di masa lalu.
Contoh:
Dalam rintihan hati
Aku selalu menyebut nama-Mu
Renungi dosa yang tak terampuni
Khilaf-khilaf kian perih
Sembahyangku bersujud kepada-Mu
Merangkai doa yang kian banyak
Menepis rasa sesal di hati
Oh Tuhan...
Hanya kepada-Mu aku memohon
Ampunilah dosa dan lhilafku
(ditulis oleh Dhea Permata Resky dengan judul “Doa dan Khilaf)
5. Satire
Satire adalah puisi baru yang berisi sindiran atau kritik kepada penguasa atau orang yang memiliki
kedudukan (jabatan). Satire berasal dari bahasa Latin, satura yang berarti sindiran atau kecaman.
Tokoh sastrawan yang sering menulis satire adalah W.S. Rendra.
Contoh:
Aku bertanya...
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentur jidat penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
Termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian
(W.S. Rendra dengan judul “Aku Bertanya)
6. Himne
Himne adalah puisi yang berisi pujian-pujian untuk Tuhan atau pujian-pujian untuk tanah air
tercinta serta pahlawan yang telah ikut berjuang membela kemerdekaan. Kata “himne” berasal dari
bahasa Yunani, hymnos yang berarti pujian atau pujaan.
Contoh :
Aku kecil namun aku tak bisa dianggap kecil
Aku lemah namun aku tak bisa menyerah
Selama nyawa masih melekat di dalam raga
Dan suara detak jantung msih terasa
Ku akan terus berlari mengejar sang surya
Walaupun aku miskin bukan berarti aku tak punya
Dengan semangat empat lima
Dengan suara lantang mendeka
Ku terus kobarkan sang saka
Demi bangsaku tercinta
(ditulis oleh Fia Afridah dengan judul “Bangsaku”)
7. Balada
Balada adalah puisi yang menceritakan tentang kisah dari sebuah karangan pribadi, mitos, atau
legenda yang diyakini kebenarannya di masyarakat. Balada terkadang ditulis menyerupai dialog
oleh pengarang dengan tujuan untuk menghidupkan cerita yang ada di dalamnya.
Contoh:
13. 13
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya dipucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepun hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah dibahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan metiku jauh orang pap
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak parah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang
Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Bedah perutnya tapi maish setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menunggung kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak ansoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah.
Joko Pandan mengak, menjilat darah di pedang
Ia telah terbunuh bapaknya.
(ditulis oleh W.S. Rendra dengan judul “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo)
Jenis jenis Puisi Modern Berdasarkan Persajakannya
1. Distikon (Distichon)
Distikon atau Distichon adalah sajak yang terdiri dari dua baris kalimat dalam setiap baitnya.
Distokon bersajak a-a
contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. Tarzina (Terzina)
Tarzina atau sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat. Tarzina dapat
bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b.
Contoh:
Kadang-kadang au benci
Bahkan sampai aku maki
......diriku sendir
seperti aku
14. 14
menjadi seteru
...... diriku sendiri
Waktu itu
Aku .....
seperti seorang lain dari diriku
Aku tak puas
sebab itu aku menjadi buas
menjadi buas dan panas
(Or. Mandank)
3. Kuatrin (Quatrain)
Kuatrin atau Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah
kalimat. Kuatrin bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b
MENDATANG-DATANG JUA
Mendatang-datang jua
Kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4. Kuint (Quint)
Kuint adalah sajak atau puisi yang terdiri atas
lima baris kalimat dalam setiap baitnya. Kuint berjasak a-a-a-a-a.
Contoh:
HANYA KEPADA TUHAN
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
kepada Tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah di resh gelisahkan
satu-satu desiran
yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syarikan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
kepada Tuan
yang enggan merasakan
(Or. Madank)
15. 15
5. Sektet (Sextet)
Sektet adala sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam bauh kalimat dalam setiap
baitnya. Sektet mempunyai persajakan yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas
menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima bunyi.
Contoh:
MERINDUKAN BAGIA
Jika hari'lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti dalam samadhi
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terbatas
Menangis hari diiris sedih
(Ipih)
6. Septina
Septina adalah sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat. Sama halnya
dengan sektet, persajakan septina tidak berurutan.
API UNGGUN
Diam tenang kami memandang
Api unggun menyala riang
Menjilat meloncat menari riang
Berkilat-kilat bersinar terang
Nyala api nampak curai
Hanya satu cita dicapai
Alam nan tinggi, sunyi, sepi
(Intojo).
7. Stanza
Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza
disebut juga oktava. Persajakan stanza atau oktava tidak berurutan.
Contoh:
PERTANYAAN ANAK KECIL
Hai kayu-kayu dan daun-daun!
Mengapakah kamu bersenang-senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin dan tenang, serang?
Adakah angin tertawa dengan kami?
Bercerita bagus menyenangkan kami?
Aku tidak mengerti kesukaan kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa
Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!
Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan?
Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi!
Apakah yang kamu bunyi-bunyikan?
Bungakah itu atau madukah?
Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?
Mengapakan kamu tertawa-tawa?
(Mr. Dajoh)
8. Soneta
Perkataan Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang berbentuk dari kata latin Sono
yang berarti 'bunyi' atau 'suara', Adapun syarat-syarat soneta (bentuknya yang asli) adalah sebagai
berikut.
16. 16
a. Jumlah baris ada 14 buah
b. Keempat belas baris terdiri atas 2 buah kuatrain dan 2 buah terzina. Jadi pembagian bait itu: 2X4
dan 2X3
c. Kedua buah kuatrain merupakan kesatuan yang disebut stanza atau octav
d. Kedua buah Terzina merupakan kesatuan, disebut Sextet.
e. Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif
f. Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan dalam Octav; jadi
sifatnya subjektif.
g. Peralihan dari Octav ke Sextet disebut Volta.
h. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku kata.
i. Rumusan dan sajak a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
Tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia kesusastraan yang berubah sesuai
dengan jamannya, para pujangga tidak mengikuti syarat-syarat di atas. Pembagian atas bait-bait,
rumusan sajak serta hubungan isinya pun mengalami perubahan. Yang tetap dipatuhinya hanyalah
jumlah baris yang 14 buah itu saja. Bahkan acapkali jumlah yang 14 baris dirasa tidak cukup oleh
pengarang untuk mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris
menurut kehendak pengarang. Tambahan itu disebut Cauda yang berarti ekor. Karena itu, kini kita
temukan beberapa kemungkinan strukutur dan bagan. Soneta Shakespeare, misalnya mempunyai
bagan sendiri mengenai soneta-soneta gubahannya, yakni:
a. Pembagian baitnya : 3 X 4 dan 1 X 2
b. Sajaknya : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g
Demikian pula pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia mempunyai cara pembagian bait
serta rumus-rumus sajaknya sendiri.
Contoh:
GEMBALA
Perasaan siapa ta'kan nyala (a)
Melihat anak berlagu dendang (b)
Seorang saja ditengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan ridang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijua (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kebau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)
(Muhammad Yamin, SH).
Sejarah Kongres Bahasa Indonesia
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah, Oktober 1938
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara, 28 Oktober - 1 November 1954
Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta, November 1978
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta, 21 s.d. 26 November 1983.
Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta, 27 Oktober s.d. 3 November 1988
Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta, 28 Oktober – 2 November 1993 [1][2]
Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998[3]
Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14-17 Oktober 2003[4][5]
17. 17
Kongres Bahasa Indonesia IX, Jakarta, 28 Oktober-1 November 2008 [6]
Kongres Bahasa Indonesia X, Jakarta, 28 Oktober-31 Oktober 2013
HIKAYAT
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng
maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan
keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama
Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 (enam) :
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 (empat) :
1. Melayu Asli
Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
Hikayat Indera Bangsawan
Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
Hikayat Bachtiar
Hikayat Seribu Satu Malam
Ciri-ciri Hikayat :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan
dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
ANGKATAN SASTRA INDONESIA
Maksud kata “angkatan” adalah suatu usaha pengelompokan sastra dalam suatu masa tertentu.
Pengelompokan berdasarkan ciri khas karya sastra yang dilahirkan pada masa itu juga berdasarkan keadaan
masyarakat pada saat itu.
Sastra Indonesia dibagi menjadi 4 angkatan, yaitu:
18. 18
Angkatan ‘20-an | Angkatan Balai Pustaka (1920 – 1932)
Disebut angkatan ‘20-an sebab angkatan ini lahir pada tahun ’20-an. Roman yang pertama kali terbit pada
tahun 1920 berjudul Azab dan Sengsara karya Merary Siregar.
Disebut angkatan Balai Pustaka karena penerbit yang paling banyak menerbitkan buku-buku sastra pada
masa itu adalah Penerbit Balai Pustaka. Selain itu, Balai Pustaka juga banyak menerbitkan buku-buku sastra
daerah yang tersebar di Indonesia.
Selain disebut Angkatan BP, angkatan ’20-an juga disebut Angkatan Sitti Nurbaya karena roman yang
paling digemari dan laris oleh masyarakat ini adalah roman Sitti Nurbaya, karya Marah Rusli.
Balai Pustaka didirikan pada tahun 1917. Pemimpinnya adalah Dr. A. Rinkes dibantu oleh Dr. Hidding dan
Dr. Drewes. Alasan utama pemerintah kolonial Belanda mendirikan BP adalah menjaga kelangsungan
pemerintahan mereka sebab pada masa itu mulai banyak tersebar bacaan Eropa yang berisi tentang
perjuangan bangsa Eropa dalam melawan pejajah. Itulah sebabnya buku-buku yang dianggap merugikan
bagi pemerintah kolonial Belanda dibuang dan digantikan dengan buku-buku yang memihak Belanda.
Lahirnya BP menguntungkan bangsa Indonesia, diantaranya:
Minat baca bangsa Indonesia semakin meningkat.
Buku bacaan berbahasa Indonesia bertambah banyak.
Pengetahuan rakyat semakin meningkat.
Banyak cerita rakyat atau cerita lama yang diterbitkan sehingga cerita tersebut dapat
dinikmati secara luas.
Para sastrawan Indonesia mendapat tempat untuk menerbitkan karya-karyanya.
Rakyat Indonesia banyak mengetahui karya bangsa asing karena banyak yang
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh BP.
Nama-nama sastrawan besar semakin banyak dikenali dalam masyarakat luas.
Bahasa Indonesia semakin tersebar luas karena buku-buku yang diterbitkan oleh BP banyak
yang berbahasa Indonesia.
Beberapa pengarang yang terkenal pada masa BP:
Marah Rusli
Abdul Muis
Merary Siregar
Amir Hamzah
M. Kasim
Moh. Yamin
Nur Sutan Iskandar
Rustam Efendi
Nursinah
Abas Datak Pamoengtjak
Adinegoro / Djamaloedin
Abdul Ager
Tulis Sutan Sati
H. M. Zaenuddin
Sutan Takdir Alisyahbanana
Sanusi Pane
Beberapa karya sastra angkatan BP:
Azab dan Sengsara
Sitti Nurbaya
Muda Teruna
Cerita Si Jamin dan Si Johan
Tanah Air
Indonesia Tumpah Darahku
Bebasari
Percikan Perenunggan
Darah Muda
Asmara Djaja
19. 19
Karang dalam Gelombang Percintaan
Pertemuan
Salah Pilih
Cinta yang Membawa Maut
Jeumpa Aceh
Tak Disangka
Tak Putus Dirundung Malang
Salah Asuhan
Pancaran Cinta
Puspa Mega
Madah Kelana
Airlangga
Kertajaya
Sandyakala Ning Majapahit
Angkatan ’30-an | Angkatan Pujangga Baru (PB) (1933 – 1942)
Nama Angkatan Pujangga Baru diambil dari pujangga sastra yang terbit pada tahun 1933, yang berjudul
Poedjangga Baroe. Pada saat itu, peran majalah Poedjangga Baroe sangat besar dalam memperkenalkan
para pengarang maupun karya sastra pada masyarakat Indonesia. Karya sastra yang banyak dipublikasikan
adalah berbentuk sajak atau puisi, cerpen, novel, roman, ataupun drama pendek yang diterbitkan secara
bertahap. Majalah Poedjangga Baroe dipimpin oleh Empat Serangkai: Sutan Takdir Alisyahbana, Amir
Hamzah, Sanusi Pane, dan Armin Pane.
Karya sastra yang lahir pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra angkatan sebelumnya, sebab para
pengarang pada masa ini memunyai pandangan tertentu tentang kesenian, kebudayaan, serta tentang
sastrawan. Karya sastra mereka mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat
dengan tradisi. Itulah sebabnya para angkatan sastrawan ini bersemboyan “Seni untuk masyarakat” atau
“Seni haruslah berorientasi untuk kepentingan masyarakat”.
Beberapa pengarang yang produktif pada masa itu antara lain:
Sutan Takdir Alisyahbana
Sanusi Pane
Armin Pane
Amir Hamzah
Asmara Hadi
Imam Supardi
Tatengkeng
A. O. H. Kertahadimadja
Or. Mandam
Sutan Syahrir
Selasik
I Gusti Nyoman Panjitisna
Hamka
Adinegoro
Beberapa karya sastra angkatan PB:
Layar Terkembang
Anak Perawan di Sarang Penyamun
Tebaran Mega
Puisi Lama
Belenggu
Jiwa Berjiwa
Nyanyi Sunyi
Buah Rindu
Setangi Timur
Sastra Melayu Lama dengan Tokoh-Tokohnya
Rindu Dendam
Puspa Aneka
Tuba Dibalas dengan Susu
20. 20
Hulu Balang Raja
Katak Hendaknya di Lembung
Kalau Tak Untung
Pencuri Anak Perawan
Sukreni Gadis Bali
Si Cebol Merindukan Bulan
Ken Arok dan Ken Dedes
Di Bawah Lindungan Ka’bah
Tenggelamnya Kapalnya Van der Wijk
Andang Taruna
Cincin Stempel
Tebusan Darah
Angkatan ‘45
Angkatan ’45 disebut juga angkatan Chairil Anwar karena perjuangannya sangat besar pada angkatan ’45.
Dia pula yang dianggap sebagai pelopor angkatan ’45. Angkatan ’45 disebut juga angkatan kemerdekaan
sebab dilahirkan pada saat diproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa sebutan untuk angkatan
’45:
Angkatan Pembebasan
Angkatan Sesudah Perang
Angkatan Sesudah Pujangga Baru
Angkatan Gelanggang
Angkatan Perang
Karya yang lahir pada angkatan ini sangat berbeda dari angkatan sebelumnya. Ciri-ciri angkatan ’45:
Bebas
Tidak terpungkung dengan aturan sastra tertentu dan tidak terikat dengan adat istiadat.
Individualistis
Karya-karya yang lahir merupakan isi perasaan pikiran serta sikap pribadi penulis atau pengarangnya.
Universal
Karya sastra yang berasal dari Indonesia yang membawa kebudayaannya di tengah kebudayaan dunia.
Realistik
Mengungkapkan sesuatu yang telah biasa dilihat atau ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
Futuristik
Banyak karya yang berorientasi ke masa depan.
Sikap hidup dan sikap dalam mengarang para pengarang dan sastrawan angkatan ’45 sangat tegas. Mereka
mengumumkan sikap hidup tersebut melalui Majalah Siasat dalam rubrik Gelanggang. Sikap tersebut diberi
nama “Surat Kepercayaan Gelanggang”.
Selain Chairil Anwar, masih banyak pengarang lainnya, diantaranya:
Idrus
Rivai Avin
H. B. Jassin
Mochtar Lubis
Usmar Ismail
Rosihan Anwar
Achidat K. Mihardja
Beberapa karya sastra angkatan ’45:
Deru Campur Debu
21. 21
Surat Kertas Hijau
Bunga Rumah Makan
Sedih dan Gembira
Surat Singkat Tentang Essai
Kesusastraan Undonesian Modern dalam Kritik dan Essai
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Atheis
Chairil Anwar Pelopor Angkatan ‘45
Angkatan ‘66
Nama angkatan ’66 dikemukakan oleh H. B. Jassin oleh bukunya yang berjudul Angkatan ’66. Nama itu
disberikan H. B. Jassin untuk menamakan suatu kelompok sastra setelah angkatan ’45. Karya sastra yang
lahir pada angkatan ’66 banyak berbau protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.
Menurut H. B. Jassin, pelopor angkatan ’66 antara lain:
Taufik Ismail
W. S. Rendra
Gunawan Muhammad
Supandi Joko Darmono
Satya Graha Hurip
Bokor Huta Suhud
Bambang Sularto
Bastari Asmin
Djamil Suherman
Arif Budiman
Hartojo Andang Jaya
Isma Sawitri
Jussach Ananda
Suwardi Idris
Mansyur Samin
Beberapa karya sastra angkatan ’66:
Tirani
Pahlawan Tak Dikenal
Balada Orang-Orang Tercinta
Malam Jahana
Kapai-Kapai
Perjalanan Pengantin
Pagar Kawat Berduri
Pelabuhan Hati