SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 17
Laporan Fisiologi Hewan Air
PENGAMATAN CHEMORESEPTOR PADA
UDANG (Macrobachium sp.)
Dosen Penanggung Jawab
Dr. Hesti Wahyuningsih, S.si, M.Si
Indra Lesmana. S.Pi, M.Si
Oleh
Tiur Natalia Manalu
120302028
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hewan yang termasuk dalam avertebrata adalah filum crustacea. Crusta
berarti kulit keras, kerak di alam terdapat sekitar 40.000 spesies mencakup jenis-
jenis copepoda, udang dan kepiting. Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm
sampai 60 cm. Demikian juga dengan bentuk tubuh mulai dari panjang sampai
yang bulat. Sebagian besar hidup crustacea di laut, 13% di air tawar dan 3% di
darat untuk filum crustacea, ada yang bersifat plankton baik itu sebagian hidupnya
sebagai plankton (nano plankton) atau seluruh hidupnya bersifat plankton (scolo
plankton). Ada juga bersifat benthos, baik sebagai spesies interstisial maupun
makroskopis. Ada juga hidup sebagai pasarit contohnya copepoda dan rebon
(Suwarni, 2008).
Udang adalah binatang yang hidup di perairan khususnya sungai maupun
laut atau danau. Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut.
Betina mampu menetaskan telur 50.000 hingga 1 juta telur yang akan menetas
setelah 24 jam menjadi larva (nauplius). Nauplius kemudian bermetamorfosis
memasuki fase ke dua yaitu zoea (jamakzoeae). Zoea memakan ganggang liar.
Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamak myses). Mysis
memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari kemudian
mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap postlarvae: udang muda
yang sudah memiliki ciri-ciri hewan dewasa. Udang air tawar mempunyai peranan
yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Udang air tawar berfungsi
sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar seperti ikan. Udang air
tawar juga berfungsi sebagai pemakan bangkai dan detritus di sungai, kolam dan
danau. Apabila udang air tawar tidak terdapat di perairan, perairan akan
mengalami pembusukan yang dapat meningkatkan zat amoniak dan bersifat racun
(Yoga, 2008).
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah
13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar
yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian
besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air
tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli
sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama
dari keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh para ahli. Udang
merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu
tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Walaupun masih banyak kendala namun hingga saat ini negara produsen udang
yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan atau
semakin meningkat (BPP Teknologi, 2001).
Pada udang hampir seluruh bagian tubuh yaitu daging dan bagian tubuh
yang lainnya terdiri atas protein yang terkandung dalam pakan. Dengan
menggunakan sumber protein dari Artemia yang susunannya mirip dengan
susunan protein udang, maka akan memperpendek waktu yang dibutuhkan udang
untuk proses metabolisme. Penambahan silase Artemia atau yang lebih dikenal
dengan Ekstrak Biomass Artemia (EBA) ternyata memberikan pertumbuhan
harian (Average Daily Growth, ADG) yang lebih baik. Udang Penaeid
membutuhkan konsumsi lemak sebagai sumber asam lemak esensial dan berbagai
kelas lemak yang lain seperti phospholipid dan sterol. Udang atau hewan
Crustacea yang lain memiliki kemampuan yang terbatas dalam elongasi dan
desaturasi Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) menjadi Highly Unsaturated Fatty
Acid (HUFA). Udang Penaeid dapat memperoleh asam lemak tersebut dari
Artemia sebagai pakan alami yang tak tergantikan. Namun, kandungan asam
lemaknya masih jauh dari ideal yang dibutuhkan, misalnya eicosapentaenoic acid
(EPA, C20:5n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA, C22:6n-3) (Yuniarso, 2006).
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup
di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial. Udang
laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan
mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah
terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih.
Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan
salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus hulu
estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies
untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas. Kelompok terakhir adalah udang air
tawar. Udang dari kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas
5%. Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya. Beberapa
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,
polichaeta, larva kerang dan lumut. Untuk mendeteksi sumber pakan udang
berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Makanan ditangkap
dengan capit kaki jalan (periopod) dan masukkan kebagian mulut (Didi, 2010).
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses
informasi indera. Di dalam sistem indera terdapat reseptor indera, jalur saraf dan
bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya sistem indera yang
dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu.
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan
sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai
rangsang dari lingkungan di luar tubuh. Sistem indera adalah bagian dari sistem
saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera,
terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera. Dalam kerjanya organ Indra tidak dapat dipisahkan dari fungsi
dan kerja sistem syaraf dan sistem endokrin yang keduanya membantu untuk
memadukan dan mengkoordinasikan informasi yang diterima dari lingkungan dan
untuk menimbulkan respon (Guspandi dan Riko, 2005).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara langsung bentuk dan morfologi pada tubuh
udang
2. Untuk mengetahui organ-organ pada tubuh udang dan fungsinya.
3. Untuk mengetahui organ pada udang yang berfungsi sebagai
chemoreseptor.
4. Mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehar-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Udang
Menurut Didi (2011), udang mempunyai tubuh yang bilateral simetris
terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kitin sebagai eksoskleton. Tiga
pasang maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan
mempunyai lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh
(Decapoda). Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali.
Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan
bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri
dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup kerapak,
bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod
dan ruas terakhir terdiri dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas).
Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang
antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae
(periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod. Adapun klasifikasi
udang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Familia : Penaeidae
Genus : Macrobachium
Species : Macrobachium sp.
Tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax dan abdomen.
Tubuhnya beruas-ruas biasanya disebut somite (meta meru). Tiap ruas tubuh
mempunyai sepasang appendix (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya
banyak. Ruas-ruas pembentuk kepala pada semua crustacean tumbuh menjadi
satu. Penyatuan kepala dengan ruas thorax disebut ciphalothorax dan ditutupi oleh
kerapas dibagian dorsalnya. Kerapas merupakan pelebaran dan melipatnya bagian
posterior kulit kepala. Biasanya tepi lateral kerapas menutupi kedua sisi
cephalothorax. Pada kepala crustacea mulai dari anterior sampai ke posterior
terdapat sepasang antena kedua (antena), sepasang mandibel menjepit mulut atau
menutup bagian ventral mulut sepasang maxilla pertama dan sepasang maxilla
kedua. Bentuk mandibel pendek dan tebal berfungsi untuk menggiling atau
menggigit, maxilla pertama dan kedua untuk membantu proses makan untuk
pencernaannya (Suwarni, 2008).
Secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan
bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang windu hidup di
dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada
siang hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan
yang tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk
pertumbuhan diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian
kerangka baru inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih
banyak sampai kulit luar yang baru mengeras. Pada umumnya semua udang
memiliki sifat alami yang sama, yakni aktif pada malam hari (nocturnal), baik
aktifitas untuk mencari makan dan reproduksi. Beberapa indera yang digunakan
udang untuk mendeteksi makanan adalah penglihatan (sight), audio atau vibrio
sense, thermosense dan chemosense. Dari keempat indera tersebut chemosense
atau chemoreseptor merupakan alat yang paling peka untuk mendeteksi pakan.
Dalam mencari pakan udang lebih mengandalkan indera kimia daripada indera
penglihatan. Alat chemoreseptor pada Crustacea bersifat sensitif dalam
memberikan respon untuk bahan-bahan kimia sebaik terhadap temperatur dan pH
(Yuniarso, 2006).
2.2 Chemoreseptor Pada Udang
Chemoreseptor merupakan organ indera yang distimulasi oleh berbagai
ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Ini meliputi indera.
Antenulla merupakan salah satu chemoreceptor yang terdapat disekitar mulut
udang yang biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai
alat penciuman. penciuman, perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi
oksigen dan karbondioksida Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk
mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-
rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup
berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang
dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering
pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Kemampuan saraf untuk menanggapi
rangsang, mempunyai peran sangat penting dalam adaptasi ekologis. Misalnya
menemukan makanan, kawin dan mengetahui tempat atau keluarganya dan
menghindari toksin dan predator. Hewan mengembangkan chemoreseptor yaitu
alat indera yang distimilsi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam
bentuk gas maupun cairan meliputi penciuman dan perasa sebagai alat untuk
berinteraksi dengan dunia luar dan dalam pengubahan penciuman dan sensitivitas
perasa (rasa), sering juga sebagai petunjuk (Wibowo, 2005).
Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia,
dalam hal ini adalah pakannya. Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu
untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa
rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus
cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang
datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan
sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Chemoreseptor berfungsi untuk
mendeteksi dan mengetahui adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga
dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak
kelamin (molting), dan mendeteksi adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma
pakan diterima antenula yang di dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang
berfungsi sebagai reseptor. Reseptor akan menerima dan mengirimkan rangsangan
melalui urat syaraf dan tanggapan akan diberikan oleh alat tubuh yang disebut
efektor (Raharjo, 2010).
Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ
chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan
ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga
menimbulkan aroma yang khas bagi udang. Rangsangan ini diterima oleh
chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent,
kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan
diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor
melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat
diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang
berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus
zat kimia. Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa
sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya
chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang
dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae,
mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan
respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Raharjo, 2010).
Antennula pendek dan antennula panjang adalah struktur gerakan sensoris
yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang dari lingkungan. Rahang
bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan. Antena tidak memiliki setae
chemosensory khusus sedangkan antennula dengan fungsinya yang lebih
kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus yang berguna untuk
mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan lingkungannnya.
Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan
merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada udang.
Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan, namun hanya sedikit yang
diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme akuatik. Cepat lambatnya
deteksi pakan dipengaruhi oleh keadaan fisiologi udang, keadaan lingkungan,
faktor kimia, tekanan osmosis, dan cahaya. Mata pada udang tidak berfungsi
untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak. Pakan yang
diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. Semakin banyak pakan
semakin cepat molekul kimia pakan berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus
tersebut direspon udang. Antenula udang sangat sensitif terhadap aroma dari
molekul kimiawi yang dikeluarkan pakan (Surya, 2010).
Menurut Wibowo (2005), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama
yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus
probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut
dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan
reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai
fungsi dalam orientasi secara kimia. Beberapa pergerakan pada udang untuk
mendekati pakan adalah:
1. Gerakan flicking, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan
antenulla ke depan, dan gerakan tersebut berfungsi dalam mencari atau
mendekati pakan.
2. Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antenulla, dimana gerakan
tersebut berfungsi dalam pembersihan setelah mendapatkan makanan atau
setelah memakan pakan.
3. Gerakan withdraw, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan
ke belakang, dimana gerakan tersebut berfungsi untuk melawan atau
menghindari musuh yang akan mendekatinya.
4. Gerakan rotation, yaitu gerakan pemutaran antenulla yang berfungsi untuk
mencari sensor kimia. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis
udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik,.
Chemoreseptor berfungsi untuk mendekati dan mengetahui tempat
hidupnya. Chemoreseptor juga digunakan untuk mengenal keberadaan sesamanya
dan hewan lain, serta menunjukkan tingkah laku matang kelamin. Fungsi
chemoreceptor pada udang (crustacea), adalah sebagai berikut : Sebagai indera
pembau, berperan dalam mencari dan menemukan makanan, untuk mengetahui
posisi tubuh, sebagai media komunikasi antar hewan yaitu menangkap stimulus
kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis. Frekuensi flicking dipengaruhi
oleh keadaan fisiologis udang seperti, parameter sensori berupa kimia, cahaya
osmotik dan rangsangan mekanik. Frekuensi flicking, pelecutan dipengaruhi oleh
keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik
dan tekanan mekanik. Rotasi antennula berupa pergerakan dari bagian proximal
ke bagian medial. Antennula mengarah ke sisi yang sama. Pembersihan antennula
berfungsi untuk chemoreceptor yang digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia
(Surya, 2010).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 08 April
2014, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium
Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: aquarium
sebagai wadah air untuk udang yang masih hidup, stowatch untuk menghitung
waktu udang melakukan berbagai gerakan, gunting kecil untukmengablasi mata
maupun antenullus udang, air suntuk mengisi aquarium, peralatan tulis untuk
mencatat data yang diperoleh
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah: udang air tawar yang
akan diamati organ yang berfungsi sebagai chemoreseptor dan pellet sbagai pakan
ikan.
1.3 Prosedur Praktikum
1. Diisi akuarium dengan air bersih, kemudian dimasukkan pakan pellet ke
dalamnya.
2. Diablasi satu mata udang sedangkan udang lain dua diablasi total, ablasi
jiga dilakukan pada antenulla.
3. Diamati gerakan udang sampai udang tersebut menyentuh pakan, waktu
dihitung.
4. Dilakukan pengamatan sampai 15 menit atau sampai udang mengambil
pakan dua atau tiga kali jika diperlukan.
5. Dicatat hasil yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Gambar udang
b. Data Morfometrik
No Nama Pengukuran Cm
1. Panjang Total 4
2 Panjang Antenulla 5
3 Panjang kaki jalan 2.5
4 Chepalatorax 1
c. Tabel Pengamatan
Ablasi 1 Mata
WAKTU PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 08.53 00.10
10.22 00.40
10.58 01.37
11.50
12.10
13.34
13.40
Ablasi 2 Mata
Waktu PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 08.25 01.05 00.31
01.13 00.54
02.48
Ablasi 1 Antenula
WAKTU PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 00.23 05.55 03.34 02.22
02.55 06.30 10.15
03.13 08.15
09.12
12.44
13.03
15’’ 00.05
00.40
01.22
01.33
02.00
10.52
03.30
04.00
04.11
04.33
05.05
05.58
07.23
08.17
09.27
10.21
10.53
13.05
13.55
14.24
14.50
14.58
d.
Ablasi 2 Antenula
WAK
TU
PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 00.45 01.34 02.23
02.45 03.15
04.32 09.32
05.00
06.58
07.52
13.19
15’’ 12.05 01.00 09.59
01.47 10.30
02.15 11.03
02.21
02.33
02.34
02.52
04.07
04.32
05.05
05.11
05.39
05.57
06.03
06.11
07.53
08.01
08.22
08.42
09.44
10.09
11.59
12.13
12.23
12.32
19.18
Kontrol
WAKTU PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 00.08 04.17 07.33 00.41
00.59 06.18 09.46 01.24
09.21 07.56 10.28 13.20
10.02 08.40 12.58
13.39 13.53
15’’ 10.42 03.35 05.11
14.09 05.51 09.08
14.24 06.27
14.57 14.42
Keterangan
FL (Flicking) : Gerakan Pelucutan Kedepan
WD (Withdraw) : Antenula Kebelakang
WP (Wipping) : Pembersihan Antenula
RT (Rotation) : Memutar Antenula
MP : Menuju Pakan
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa udang memiliki bagian-bagian
tubuh yang membedakannya dengan yang lain. Menurut literatur Yuniarso (2006),
secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan bagian
dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar
perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada siang
hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan yang
tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk pertumbuhan
diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian kerangka baru
inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih banyak sampai kulit
luar yang baru mengeras.
Dari hasil pengamatan praktikum diketahui bahwa udang memiliki alat
chemoreseptor pada organ tubuhnya yang membantunya untuk dapat bertahan
hidup. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan bahwa udang
mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, antenulla
bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara
fisiologis hampir sama. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian
antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam
orientasi secara kimia. Dan sesuai dengan literatur Raharjo (2010), yang
mengatakan bahwa chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui
adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga dipakai untuk mengenal satu sama
lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (molting), dan mendeteksi
adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antenula yang di
dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor.
Dari hasil pengamatan praktikum dapat dilihat bahwa pada udang yang
matanya diablasi satu dan diablasi total sekalipun masih memiliki kemampuan
untuk mendekati pakan. Menurut literatur surya (2010), yang menjelaskan bahwa
mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal
sesuatu yang bergerak. Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat
lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat molekul kimia pakan
berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon udang. Antenula
udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan
pakan.
Dari hasil pengamatan praktikum dapat lihat juga pergerakan memanjang
dan memendek antenullus dari udang control dan udang yang matanya diablasi
sebagai hasil dari respon terhadap pemberian pakan. Menurut literatur Surya
(2010), yang menjelaskan bahwa antennula pendek dan antennula panjang adalah
struktur gerakan sensoris yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang
dari lingkungan. Rahang bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan.
Antena tidak memiliki setae chemosensory khusus sedangkan antennula dengan
fungsinya yang lebih kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus
yang berguna untuk mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan
lingkungannnya. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk
mendeteksi makanan dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi
chemoreseptor pada udang. Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan,
namun hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme
akuatik.
Pada udang kontrol waktu bertahan hidup lebih lama serta gerakan lebih
aktif bila dibandingkan dengan perlakuan udang yang diablasi antenullus dan
matanya. Udang melakukan berbagai gerakan-gerakan sebagai respon terhadap
kondisi lingkungannya. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan
bahwa berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu
gerakan flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation.
Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter
sensori berupa kimia, cahaya, osmotic dan tekanan mekanik. Rotasi antennula
berupa pergerakan dari bagian proximal ke bagian medial. Antennula mengarah
ke sisi yang sama. Pembersihan antennula berfungsi untuk chemoreseptor yang
digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah :
1. Tubuh udang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian dada
(cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar perairan,
tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada
2. Udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian
medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan
yang secara fisiologis hampir sama.
3. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan
dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada
udang.
4. Mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk
mengenal sesuatu yang bergerak, pakan yang diberikan berpengaruh terhadap
cepat lambatnya respon.
5. Berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu gerakan
flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation, frekuensi
flicking dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori
berupa kimia, cahaya, osmotik dan tekanan mekanik.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya peralatan dan bahan yang
digunakan harus lengkap dan sesuai dengan prosedur kerja agar pelaksanaan
praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
BPP Teknologi. 2001. Budidaya Udang Windu (Palaemonidae / Penaeidae).
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Didi, A. 2010. Biologi Crustacea. Laborarium Kimia Fisik. Jurusan Kimia
Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro, Semarang.
Guspandi, F dan Riko, J. 2005. Sistem Saraf Hewan. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Raharjo, G. A. 2010. Fungsi Chemoreseptor Pada Udang. Kementerian
Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Biologi,
Purwokerto.
Surya, H. 2010. Fungsi Chemoreseptur pada Udang
(Macrobrachium rosenbergii. Fakultas FMIPA. Jurusan Biologi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Suwarni. 2008. Optimalisasi Proses Belajar Mengajar Mata Kuliah Avertebrata
Air Yang Berbasis Scl (Students Center Learning). Program Studi
Manajemen Sumber Daya Hayati Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pranata Yoga. 2008. Udang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tommy Yuniarso. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan
Daya Tahan Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.) Stadium Pl 7 – Pl 20
Setelah Pemberian Silase Artemia yang Telah Diperkaya dengan Silase
Ikan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wibowo, L. 2005. Fungsi Chemoreseptor Pada Lobster. Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnathaKelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnathaf' yagami
 
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Raden Iqrafia Ashna
 
Coelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesCoelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesSinggih Azwar Anas
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisSinggih Azwar Anas
 
Ppt mollusca
Ppt molluscaPpt mollusca
Ppt molluscaindmal
 
Sistem Pencernaan Hewan
Sistem Pencernaan HewanSistem Pencernaan Hewan
Sistem Pencernaan HewanAdy Erfy D'Nc
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanRizal EnsyaMada
 

La actualidad más candente (20)

Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
Kelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnathaKelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnatha
 
Kelompok 1 (gastropoda)
Kelompok 1 (gastropoda)Kelompok 1 (gastropoda)
Kelompok 1 (gastropoda)
 
Makalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasiMakalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasi
 
Rotifera
RotiferaRotifera
Rotifera
 
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
 
Coelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesCoelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandrites
 
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
PISCES PPT
PISCES PPTPISCES PPT
PISCES PPT
 
Protozoa volvox globator
Protozoa  volvox globatorProtozoa  volvox globator
Protozoa volvox globator
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
 
Ppt mollusca
Ppt molluscaPpt mollusca
Ppt mollusca
 
Sistem Pencernaan Hewan
Sistem Pencernaan HewanSistem Pencernaan Hewan
Sistem Pencernaan Hewan
 
Morfologi ikan
Morfologi ikanMorfologi ikan
Morfologi ikan
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
 
Peredaran darah ikan
Peredaran darah ikanPeredaran darah ikan
Peredaran darah ikan
 
Biologi udang
Biologi udangBiologi udang
Biologi udang
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
Platyhelminthes / Cacing Pipih
Platyhelminthes / Cacing PipihPlatyhelminthes / Cacing Pipih
Platyhelminthes / Cacing Pipih
 

Similar a Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname

Presentasi for arthropode
Presentasi for arthropodePresentasi for arthropode
Presentasi for arthropodeR Januari
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibamaYuga Rahmat S
 
Animalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas XAnimalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas Xfadillahsalsa
 
Makalah arthropoda dan echinodermata
Makalah arthropoda dan echinodermataMakalah arthropoda dan echinodermata
Makalah arthropoda dan echinodermataSeptian Muna Barakati
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemRatih Sulistyo
 
Bahan ajar Vertebrata
Bahan ajar VertebrataBahan ajar Vertebrata
Bahan ajar VertebrataEra Tarigan
 
klasifikasi arthropoda
klasifikasi arthropodaklasifikasi arthropoda
klasifikasi arthropodaAlex Susanto
 
Power point-crustacea
Power point-crustaceaPower point-crustacea
Power point-crustaceanhecha
 
Pisces and Amphibian
Pisces and AmphibianPisces and Amphibian
Pisces and AmphibianAdam Hars
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuDody Perdana
 
Biologi Presentation
Biologi PresentationBiologi Presentation
Biologi PresentationADHP
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANGAmos Pangkatana
 
Makalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docxMakalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docxirman15
 

Similar a Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname (20)

Presentasi for arthropode
Presentasi for arthropodePresentasi for arthropode
Presentasi for arthropode
 
Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
 
Taksonomi hewan
Taksonomi hewanTaksonomi hewan
Taksonomi hewan
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
Usulan pnltn geu rengki
Usulan pnltn geu rengkiUsulan pnltn geu rengki
Usulan pnltn geu rengki
 
Molusca
MoluscaMolusca
Molusca
 
biomedik 2.pptx
biomedik 2.pptxbiomedik 2.pptx
biomedik 2.pptx
 
Animalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas XAnimalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas X
 
Makalah arthropoda dan echinodermata
Makalah arthropoda dan echinodermataMakalah arthropoda dan echinodermata
Makalah arthropoda dan echinodermata
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
 
Bahan ajar Vertebrata
Bahan ajar VertebrataBahan ajar Vertebrata
Bahan ajar Vertebrata
 
Amphibia, reptilia & pisces
Amphibia, reptilia & piscesAmphibia, reptilia & pisces
Amphibia, reptilia & pisces
 
klasifikasi arthropoda
klasifikasi arthropodaklasifikasi arthropoda
klasifikasi arthropoda
 
Power point-crustacea
Power point-crustaceaPower point-crustacea
Power point-crustacea
 
Pisces and Amphibian
Pisces and AmphibianPisces and Amphibian
Pisces and Amphibian
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyu
 
Biologi Presentation
Biologi PresentationBiologi Presentation
Biologi Presentation
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
 
Makalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docxMakalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docx
 

Más de Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

Más de Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (14)

PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
LAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARATLAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARAT
 
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 

Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname

  • 1. Laporan Fisiologi Hewan Air PENGAMATAN CHEMORESEPTOR PADA UDANG (Macrobachium sp.) Dosen Penanggung Jawab Dr. Hesti Wahyuningsih, S.si, M.Si Indra Lesmana. S.Pi, M.Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hewan yang termasuk dalam avertebrata adalah filum crustacea. Crusta berarti kulit keras, kerak di alam terdapat sekitar 40.000 spesies mencakup jenis- jenis copepoda, udang dan kepiting. Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm sampai 60 cm. Demikian juga dengan bentuk tubuh mulai dari panjang sampai yang bulat. Sebagian besar hidup crustacea di laut, 13% di air tawar dan 3% di darat untuk filum crustacea, ada yang bersifat plankton baik itu sebagian hidupnya sebagai plankton (nano plankton) atau seluruh hidupnya bersifat plankton (scolo plankton). Ada juga bersifat benthos, baik sebagai spesies interstisial maupun makroskopis. Ada juga hidup sebagai pasarit contohnya copepoda dan rebon (Suwarni, 2008). Udang adalah binatang yang hidup di perairan khususnya sungai maupun laut atau danau. Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut. Betina mampu menetaskan telur 50.000 hingga 1 juta telur yang akan menetas setelah 24 jam menjadi larva (nauplius). Nauplius kemudian bermetamorfosis memasuki fase ke dua yaitu zoea (jamakzoeae). Zoea memakan ganggang liar. Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamak myses). Mysis memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari kemudian mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap postlarvae: udang muda yang sudah memiliki ciri-ciri hewan dewasa. Udang air tawar mempunyai peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Udang air tawar berfungsi sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar seperti ikan. Udang air tawar juga berfungsi sebagai pemakan bangkai dan detritus di sungai, kolam dan danau. Apabila udang air tawar tidak terdapat di perairan, perairan akan mengalami pembusukan yang dapat meningkatkan zat amoniak dan bersifat racun (Yoga, 2008). Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian
  • 3. besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan atau semakin meningkat (BPP Teknologi, 2001). Pada udang hampir seluruh bagian tubuh yaitu daging dan bagian tubuh yang lainnya terdiri atas protein yang terkandung dalam pakan. Dengan menggunakan sumber protein dari Artemia yang susunannya mirip dengan susunan protein udang, maka akan memperpendek waktu yang dibutuhkan udang untuk proses metabolisme. Penambahan silase Artemia atau yang lebih dikenal dengan Ekstrak Biomass Artemia (EBA) ternyata memberikan pertumbuhan harian (Average Daily Growth, ADG) yang lebih baik. Udang Penaeid membutuhkan konsumsi lemak sebagai sumber asam lemak esensial dan berbagai kelas lemak yang lain seperti phospholipid dan sterol. Udang atau hewan Crustacea yang lain memiliki kemampuan yang terbatas dalam elongasi dan desaturasi Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) menjadi Highly Unsaturated Fatty Acid (HUFA). Udang Penaeid dapat memperoleh asam lemak tersebut dari Artemia sebagai pakan alami yang tak tergantikan. Namun, kandungan asam lemaknya masih jauh dari ideal yang dibutuhkan, misalnya eicosapentaenoic acid (EPA, C20:5n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA, C22:6n-3) (Yuniarso, 2006). Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial. Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan
  • 4. salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas. Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang dari kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polichaeta, larva kerang dan lumut. Untuk mendeteksi sumber pakan udang berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Makanan ditangkap dengan capit kaki jalan (periopod) dan masukkan kebagian mulut (Didi, 2010). Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera terdapat reseptor indera, jalur saraf dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu. Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai rangsang dari lingkungan di luar tubuh. Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Dalam kerjanya organ Indra tidak dapat dipisahkan dari fungsi dan kerja sistem syaraf dan sistem endokrin yang keduanya membantu untuk memadukan dan mengkoordinasikan informasi yang diterima dari lingkungan dan untuk menimbulkan respon (Guspandi dan Riko, 2005). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Untuk mengetahui secara langsung bentuk dan morfologi pada tubuh udang 2. Untuk mengetahui organ-organ pada tubuh udang dan fungsinya. 3. Untuk mengetahui organ pada udang yang berfungsi sebagai chemoreseptor. 4. Mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehar-hari.
  • 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Udang Menurut Didi (2011), udang mempunyai tubuh yang bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kitin sebagai eksoskleton. Tiga pasang maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan mempunyai lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh (Decapoda). Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali. Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup kerapak, bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod dan ruas terakhir terdiri dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas). Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod. Adapun klasifikasi udang adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Familia : Penaeidae Genus : Macrobachium Species : Macrobachium sp. Tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax dan abdomen. Tubuhnya beruas-ruas biasanya disebut somite (meta meru). Tiap ruas tubuh mempunyai sepasang appendix (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya banyak. Ruas-ruas pembentuk kepala pada semua crustacean tumbuh menjadi satu. Penyatuan kepala dengan ruas thorax disebut ciphalothorax dan ditutupi oleh kerapas dibagian dorsalnya. Kerapas merupakan pelebaran dan melipatnya bagian
  • 6. posterior kulit kepala. Biasanya tepi lateral kerapas menutupi kedua sisi cephalothorax. Pada kepala crustacea mulai dari anterior sampai ke posterior terdapat sepasang antena kedua (antena), sepasang mandibel menjepit mulut atau menutup bagian ventral mulut sepasang maxilla pertama dan sepasang maxilla kedua. Bentuk mandibel pendek dan tebal berfungsi untuk menggiling atau menggigit, maxilla pertama dan kedua untuk membantu proses makan untuk pencernaannya (Suwarni, 2008). Secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang windu hidup di dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada siang hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan yang tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk pertumbuhan diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian kerangka baru inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih banyak sampai kulit luar yang baru mengeras. Pada umumnya semua udang memiliki sifat alami yang sama, yakni aktif pada malam hari (nocturnal), baik aktifitas untuk mencari makan dan reproduksi. Beberapa indera yang digunakan udang untuk mendeteksi makanan adalah penglihatan (sight), audio atau vibrio sense, thermosense dan chemosense. Dari keempat indera tersebut chemosense atau chemoreseptor merupakan alat yang paling peka untuk mendeteksi pakan. Dalam mencari pakan udang lebih mengandalkan indera kimia daripada indera penglihatan. Alat chemoreseptor pada Crustacea bersifat sensitif dalam memberikan respon untuk bahan-bahan kimia sebaik terhadap temperatur dan pH (Yuniarso, 2006). 2.2 Chemoreseptor Pada Udang Chemoreseptor merupakan organ indera yang distimulasi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Ini meliputi indera. Antenulla merupakan salah satu chemoreceptor yang terdapat disekitar mulut udang yang biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai alat penciuman. penciuman, perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi oksigen dan karbondioksida Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk
  • 7. mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut- rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Kemampuan saraf untuk menanggapi rangsang, mempunyai peran sangat penting dalam adaptasi ekologis. Misalnya menemukan makanan, kawin dan mengetahui tempat atau keluarganya dan menghindari toksin dan predator. Hewan mengembangkan chemoreseptor yaitu alat indera yang distimilsi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan meliputi penciuman dan perasa sebagai alat untuk berinteraksi dengan dunia luar dan dalam pengubahan penciuman dan sensitivitas perasa (rasa), sering juga sebagai petunjuk (Wibowo, 2005). Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia, dalam hal ini adalah pakannya. Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (molting), dan mendeteksi adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antenula yang di dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor. Reseptor akan menerima dan mengirimkan rangsangan melalui urat syaraf dan tanggapan akan diberikan oleh alat tubuh yang disebut efektor (Raharjo, 2010). Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi udang. Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan
  • 8. diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus zat kimia. Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae, mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Raharjo, 2010). Antennula pendek dan antennula panjang adalah struktur gerakan sensoris yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang dari lingkungan. Rahang bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan. Antena tidak memiliki setae chemosensory khusus sedangkan antennula dengan fungsinya yang lebih kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus yang berguna untuk mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan lingkungannnya. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada udang. Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan, namun hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme akuatik. Cepat lambatnya deteksi pakan dipengaruhi oleh keadaan fisiologi udang, keadaan lingkungan, faktor kimia, tekanan osmosis, dan cahaya. Mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak. Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat molekul kimia pakan berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon udang. Antenula udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan pakan (Surya, 2010). Menurut Wibowo (2005), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai
  • 9. fungsi dalam orientasi secara kimia. Beberapa pergerakan pada udang untuk mendekati pakan adalah: 1. Gerakan flicking, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan antenulla ke depan, dan gerakan tersebut berfungsi dalam mencari atau mendekati pakan. 2. Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antenulla, dimana gerakan tersebut berfungsi dalam pembersihan setelah mendapatkan makanan atau setelah memakan pakan. 3. Gerakan withdraw, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan ke belakang, dimana gerakan tersebut berfungsi untuk melawan atau menghindari musuh yang akan mendekatinya. 4. Gerakan rotation, yaitu gerakan pemutaran antenulla yang berfungsi untuk mencari sensor kimia. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik,. Chemoreseptor berfungsi untuk mendekati dan mengetahui tempat hidupnya. Chemoreseptor juga digunakan untuk mengenal keberadaan sesamanya dan hewan lain, serta menunjukkan tingkah laku matang kelamin. Fungsi chemoreceptor pada udang (crustacea), adalah sebagai berikut : Sebagai indera pembau, berperan dalam mencari dan menemukan makanan, untuk mengetahui posisi tubuh, sebagai media komunikasi antar hewan yaitu menangkap stimulus kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis. Frekuensi flicking dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti, parameter sensori berupa kimia, cahaya osmotik dan rangsangan mekanik. Frekuensi flicking, pelecutan dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik dan tekanan mekanik. Rotasi antennula berupa pergerakan dari bagian proximal ke bagian medial. Antennula mengarah ke sisi yang sama. Pembersihan antennula berfungsi untuk chemoreceptor yang digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia (Surya, 2010).
  • 10. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 08 April 2014, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: aquarium sebagai wadah air untuk udang yang masih hidup, stowatch untuk menghitung waktu udang melakukan berbagai gerakan, gunting kecil untukmengablasi mata maupun antenullus udang, air suntuk mengisi aquarium, peralatan tulis untuk mencatat data yang diperoleh Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah: udang air tawar yang akan diamati organ yang berfungsi sebagai chemoreseptor dan pellet sbagai pakan ikan. 1.3 Prosedur Praktikum 1. Diisi akuarium dengan air bersih, kemudian dimasukkan pakan pellet ke dalamnya. 2. Diablasi satu mata udang sedangkan udang lain dua diablasi total, ablasi jiga dilakukan pada antenulla. 3. Diamati gerakan udang sampai udang tersebut menyentuh pakan, waktu dihitung. 4. Dilakukan pengamatan sampai 15 menit atau sampai udang mengambil pakan dua atau tiga kali jika diperlukan. 5. Dicatat hasil yang diperoleh.
  • 11. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil a. Gambar udang b. Data Morfometrik No Nama Pengukuran Cm 1. Panjang Total 4 2 Panjang Antenulla 5 3 Panjang kaki jalan 2.5 4 Chepalatorax 1 c. Tabel Pengamatan Ablasi 1 Mata WAKTU PERLAKUAN FL WD WP RT MP 15’ 08.53 00.10 10.22 00.40 10.58 01.37 11.50 12.10 13.34 13.40 Ablasi 2 Mata Waktu PERLAKUAN FL WD WP RT MP 15’ 08.25 01.05 00.31 01.13 00.54 02.48
  • 12. Ablasi 1 Antenula WAKTU PERLAKUAN FL WD WP RT MP 15’ 00.23 05.55 03.34 02.22 02.55 06.30 10.15 03.13 08.15 09.12 12.44 13.03 15’’ 00.05 00.40 01.22 01.33 02.00 10.52 03.30 04.00 04.11 04.33 05.05 05.58 07.23 08.17 09.27 10.21 10.53 13.05 13.55 14.24 14.50 14.58 d. Ablasi 2 Antenula WAK TU PERLAKUAN FL WD WP RT MP 15’ 00.45 01.34 02.23 02.45 03.15 04.32 09.32 05.00 06.58 07.52 13.19 15’’ 12.05 01.00 09.59 01.47 10.30
  • 13. 02.15 11.03 02.21 02.33 02.34 02.52 04.07 04.32 05.05 05.11 05.39 05.57 06.03 06.11 07.53 08.01 08.22 08.42 09.44 10.09 11.59 12.13 12.23 12.32 19.18 Kontrol WAKTU PERLAKUAN FL WD WP RT MP 15’ 00.08 04.17 07.33 00.41 00.59 06.18 09.46 01.24 09.21 07.56 10.28 13.20 10.02 08.40 12.58 13.39 13.53 15’’ 10.42 03.35 05.11 14.09 05.51 09.08 14.24 06.27 14.57 14.42 Keterangan FL (Flicking) : Gerakan Pelucutan Kedepan WD (Withdraw) : Antenula Kebelakang WP (Wipping) : Pembersihan Antenula RT (Rotation) : Memutar Antenula MP : Menuju Pakan
  • 14. 4.2 Pembahasan Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa udang memiliki bagian-bagian tubuh yang membedakannya dengan yang lain. Menurut literatur Yuniarso (2006), secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada siang hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan yang tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk pertumbuhan diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian kerangka baru inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih banyak sampai kulit luar yang baru mengeras. Dari hasil pengamatan praktikum diketahui bahwa udang memiliki alat chemoreseptor pada organ tubuhnya yang membantunya untuk dapat bertahan hidup. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan bahwa udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam orientasi secara kimia. Dan sesuai dengan literatur Raharjo (2010), yang mengatakan bahwa chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (molting), dan mendeteksi adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antenula yang di dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor. Dari hasil pengamatan praktikum dapat dilihat bahwa pada udang yang matanya diablasi satu dan diablasi total sekalipun masih memiliki kemampuan untuk mendekati pakan. Menurut literatur surya (2010), yang menjelaskan bahwa mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak. Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat molekul kimia pakan berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon udang. Antenula
  • 15. udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan pakan. Dari hasil pengamatan praktikum dapat lihat juga pergerakan memanjang dan memendek antenullus dari udang control dan udang yang matanya diablasi sebagai hasil dari respon terhadap pemberian pakan. Menurut literatur Surya (2010), yang menjelaskan bahwa antennula pendek dan antennula panjang adalah struktur gerakan sensoris yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang dari lingkungan. Rahang bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan. Antena tidak memiliki setae chemosensory khusus sedangkan antennula dengan fungsinya yang lebih kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus yang berguna untuk mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan lingkungannnya. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada udang. Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan, namun hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme akuatik. Pada udang kontrol waktu bertahan hidup lebih lama serta gerakan lebih aktif bila dibandingkan dengan perlakuan udang yang diablasi antenullus dan matanya. Udang melakukan berbagai gerakan-gerakan sebagai respon terhadap kondisi lingkungannya. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan bahwa berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu gerakan flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotic dan tekanan mekanik. Rotasi antennula berupa pergerakan dari bagian proximal ke bagian medial. Antennula mengarah ke sisi yang sama. Pembersihan antennula berfungsi untuk chemoreseptor yang digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia.
  • 16. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah : 1. Tubuh udang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada 2. Udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. 3. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada udang. 4. Mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak, pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. 5. Berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu gerakan flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation, frekuensi flicking dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik dan tekanan mekanik. 5.2 Saran Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya peralatan dan bahan yang digunakan harus lengkap dan sesuai dengan prosedur kerja agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA BPP Teknologi. 2001. Budidaya Udang Windu (Palaemonidae / Penaeidae). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Didi, A. 2010. Biologi Crustacea. Laborarium Kimia Fisik. Jurusan Kimia Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro, Semarang. Guspandi, F dan Riko, J. 2005. Sistem Saraf Hewan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin, Makassar. Raharjo, G. A. 2010. Fungsi Chemoreseptor Pada Udang. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Biologi, Purwokerto. Surya, H. 2010. Fungsi Chemoreseptur pada Udang (Macrobrachium rosenbergii. Fakultas FMIPA. Jurusan Biologi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Suwarni. 2008. Optimalisasi Proses Belajar Mengajar Mata Kuliah Avertebrata Air Yang Berbasis Scl (Students Center Learning). Program Studi Manajemen Sumber Daya Hayati Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Pranata Yoga. 2008. Udang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro, Semarang. Tommy Yuniarso. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.) Stadium Pl 7 – Pl 20 Setelah Pemberian Silase Artemia yang Telah Diperkaya dengan Silase Ikan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Wibowo, L. 2005. Fungsi Chemoreseptor Pada Lobster. Universitas Hasanuddin, Makassar.