Makalah ini membahas tentang Israiliyat dalam tafsir Al-Quran. Israiliyat merujuk kepada kisah-kisah dan informasi yang berasal dari Yahudi dan Nasrani yang kemudian masuk ke dalam tafsir Al-Quran. Beberapa kitab tafsir seperti karya Ath-Thabari dan Ibnu Katsir diketahui memuat banyak kisah Israiliyat. Para ulama berbeda pendapat dalam menanggapi Israiliyat, ada yang meriway
1. Makalah
ISRAILIYAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ulumul Qur’an
Yang diampu oleh Bapak Supardi, S.Ag, M.A.
Disusun Oleh:
Ikhsan Susilo : 11310044
Nur Ikhsan : 11310058
Ridwan Arrahmanu A. M : 11310060
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN)
SALATIGA
2012
2. PEMBAHASAN
A. Pengertian Israiliyat
Secara bahasa, kalimat Israiliyat berasal dari kata atau bahasa Ibraniyah dan ia adalah
murakab dari kata “isra” yang berarti abdun atau hamba, dan “il” yang bermakna Allah, jadi
kata Israil memiliki arti “hamba Allah”.
Sedangkan Israiliyat menurut istilah, yaitu kisah-kisah ataupun keterangan tentang Al-
qur’an yang ataupun sumber Hadis bersumberkan dari Yahudi, namun meski bersumber dari
Yahudi, Ulama sepakat untuk menggunakan istilah ini sebagai keterangan terhadap Al-qur’an,
baik bersumber dari Yahudi maupun Nasrani.
B. Sebab-sebab Masuknya Israiliyat
Ketika para ahli kitab masuk kedalam Islam, mereka membawa tsaqofah agama mereka
yang berupa berita-berita juga kisah-kisah agama. Ketika mereka mendengar kisah-kisah Al-
qur’an, terkadang mereka mengaitkannya dengan kisah yang ada dalam kitab-kitab mereka
sebelumnya. Para sahabat kemudian berpegang dari apa yang mereka dengar dari para ahli kitab.
Pada masa sebelum Islam, Israiliyat sudah mulai memasuki kebudayaan Arab (pada masa
Jahiliyah) karena ditengah-tengah mereka, orang-orang ahli kitab Yahudi telah lama hidup
berdampingan. Para ahli kitab Yahudi datang ke jazirah Arab dengan membawa kebudayaan
mereka yang bersandikan kitab-kitab keagamaan mereka.
Disamping itu, masyarakat Madinah dan sekitarnya termasuk masyarakat yang heterogen
dengan Yahudi dan Arab sebagai etnis yang paling dominan. Mereka yang masuk islam dari
Yahudi dan Nasrani masih tetap membawa kesan-kesan agama yang terdahulu dan pemahaman-
pemahaman mereka sebelumnya. Bangsa Arab sendiri tidak banyak mengetahui perihal kitab-
kitab terdahulu, tentang penciptaan alam, ataupun tentang kejadian-kejadian penting lainnya
mereka bertanya pada ahli-ahli kitab dari orang Yahudi dan Nasrani. Peristiwa inilah yang
mengakibatkan meresapnya faham-faham israiliyat kedalam Islam.
C. Dampak Israiliyat Terhadap tafsir
Menurut DR. Muhammad Husain Al-Dzahabi israiliyat memiliki beberapa dampak negatif
terhadap khazanah tafsir Al-Qur’an.
3. 1. Dapat merusak akidah kaum Muslimin karena ia mengandung unsur penyerupaan keadaan
Allah, peniadaan ishmah para Nabi dan Rasul dari dosa, serta mengandung tuduhan buruk
yang tidak pantas bagi seorang nabi.
2. Merusak citra islam, karena seolah-olah islam itu agama yang penuh dengan khurafat dan
mitos yang tidak ada sumbernya.
3. Menghilangkan kepercayaan kepada ulama salaf, baik di kalangan sahabat maupun tabi’in.
4. Memalingkan manusia dari maksud dan tujuan yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
D. Hukum Periwayatan Israiliyat
Dari segi kandungannya, secara garis besar, Israiliyyat terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama, kisah Israiliyyat yang benar isinya, sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Kedua, kisah
Israiliyyat yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Ketiga, kisah Israiliyyat yang tidak di
ketahui benar tidaknya.
Di antara kitab tafsir yang memuat banyak kisah-kisah Israiliyat adalah kitab Tafsir
Ath-Thabari dan Ibnu Katsir. Dalam kitab Tafsir Ath -Thabari memuat
tidak kurang dari 20 tema israiliyat, dan dari sekian banyak itu hanya satu riwayat
yang dapatdiklasifikasikan sejalan dengan Islam. Yang sejalan dengan Islam itu adalah yang
shahir riwayat dan redaksinya. Seperti riwayat yang menceritakan sifat Nabi yang disebutkan
dalam Taurat. Dalam shahih Bukhari bab tafsir disebutkan bahwa ayat Al-Qur’an surat Al-Ahzab
ayat 45 menyebutkan:
“Hai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai pembawa kabar gembira dan
pembawa peringatan.” Didalam Taurat juga disitir, “Hai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu
sebagai pembawa kabar gembira dan pembawa peringatan, engkau hamba-Ku, Rasul-Ku, Aku
menamakanmu orang yang bertawakkal, tidak keras, kasar, tidak suka mengumpat di pasar, tidak
membalas kejelekan dengan kejelekan, melainkan memafkan . Allah tidak akan mencabut
nyawanya sebelum agama tegak karenanya, sehingga orang-orang berkata, La Ilaha Illallah, ia
akan membuka mata orang yang buta dan membuka telinga orang yang tuli.
E. Israiliyat Dalam Kitab-Kitab Tafsir
Dalam tafsir Al-Qur’an, terdapat beberapa kitab-kitab tafsir yang disusun oleh para penulis
kitab tafsir dalam Islam.
1. Jamiiul Bayan fi Tafsir Al-Qur’an
Tafsir ini disusun oleh Ibnu Jarir Al-Thabariy (224-310), seorang yang dikenal faiq, mufassir,
dan ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Disebut-sebut sebagai Tafsir yang paling unggul dalam
4. tafsir bil-Ma’tsur. Paling shahih dan terkumpul di dalamnya pernyataan para sahabat dan tabi’in.
Tafsir ini dianggap sebagai referensi utama para mufassir. Bahkan sampai Imam An-Nawawi
berkata, “Kitab Ibnu jarir dalam tafsir tidak ada duanya.”
Ibnu Jarir Al-Thabariy menyebutkan riwayat dengan isnad yang menyatakan: “Telah
menceritakan kepada kami Humaid”; ia berkata:”telah menceritakan kepada kami salamah” ia
berkata: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bi Ishaq, yang berkata, ““Telah
menceritakan kepada kami salah seorang ahli kitab yang telah masuk Islam, yang suka
menceritakan kisah-kisah asing: “dari warisan-warisan cerita yang diperoleh, dikatakan bahwa
Zulkarnain termasuk salah seorang penduduk Mesir. Nama lengkapnya Mirzaban bin Murdhiyah,
bangsa Yunani keturunan Yunann bin Yafits bin Nuh dan seterusnya.”
Oleh para muhaqqiq seharusnya Ibnu jarir tidak menukil riwayat-riwayat yang belum jelas
kesahihannya berkenaan dengan Israiliyyat. Namun, bagaimanapun juga beliau selalu menulis
lengkap sanad-sanad riwayat yang dinukilnya.
2. Tafsir Muqatil
Disusun oleh muqatil bin Sulaiman wafat tahun 150 H. Dikenal sebagai ahli tafsir. Beliau
banyak mengambil hadis dari Mujahid, Atha bin Rabah. Dhahak, dan Atiyyah.
Tafsir karya Muqatil terkenal sebagai tafsir yang satrat dengan cerita-cerita Israiliyyat tanpa
memberi sanad sama sekali. Disamping itu tidak ditemukan komentar penelitian dan
penjelasannya, mana yang hak dan yang batil. Contoh yang diceritakan dalam tafsir ini hampir
merupakan bagian dari khurafat.
3. Tafsir Al-Quranul Adzim
Kitab tafsir buah karya Al-Hafizh Imaduddin Ismail bin Amr bin Katsir (700-774 H) ini
adalah kitab yang paling masyhur dalam bidangnya. Kedudukannya berada pada posisi kedua
setelah Tafsir Ibnu Jarir At-Thobari. Nama aslinya adalah Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim. Tafsir
yang diterima di khalayak ramai umat Islam.
Dalam menafsirkan Al-Qur’an beliau mengutip atsar para salaf dengan meringkas sanad-
sanadnya. Beliau juga membahas kaedah-kaedah tata bahasa dan hukum-hukum fiqh secara
panjang lebar. Tafsir ini juga banyak memuat kisah-kisah dan cerita sehingga kita juga bisa
menemukan diantaranya kisah-kisah Israiliat yang ternyata batil (menyelisihi syariat dan tak
rasional). Namun secara umum, tafsir ini lebih baik dan lebih selamat dibanding sebagian kitab-
kitab tafsir bil ma’tsur lain.
5. F. Sikap Ulama Tentang Kisah Israiliyat
Para ulama terutama ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam menyikapi berita-berita
israiliyat, mereka terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah ini dengan menyebutkan
sanad-sanadnya dan berpandangan bahwa dengan menyebutkan sanad-sanadnya maka
telah gugur tanggung jawabnya. Di antara mereka adalah Ibnu Jarir Ath-Thabari
rahimahullaahu.
2. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah israiliyat dan kebanyakan
tanpa menyertakan sanadnya, maka ibarat (mereka) adalah pencari kayu bakar di malam
hari. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaahu berkomentar tentang kitab Tafsir
Al-Baghawi rahimahullaahu: “Itu adalah ringkasan dari Tafsir Ats-Tsa’labi, hanya saja
Al-Baghawi menjaga tafsirnya dari hadits-hadits maudhu’ (palsu) dan pemikiran-
pemikiran yang bid’ah.” Sedangkan Syaikhul Islam rahimahullâhu mengomentari
tentang Tsa’labi bahwa dia adalah pencari kayu bakar di malam hari karena Tsa’labi
menukilkan semua yang dia dapati dari kitab-kitab tafsir baik shahih, dha’if ataupun
maudhu’.
3. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah ini lalu ada ulama yang
mengkritik sebagian riwayatnya bahwa itu dhaif atau mungkar. Contohnya Ibnu Katsir.
4. Di antara mereka ada yang berlebihan dalam menolak kisah-kisah israiliyat dan sama
sekali tidak menyebutkan dalam kitab tafsir Al-Qur’an-nya. Contohnya Muhammad
Rasyid Ridha.