SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 18
DRAFT REVISI III




                             PERATURAN PEMERINTAH
                              NOMOR ... TAHUN 2013

                                      TENTANG


                 PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK
       DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)



                    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


                         PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


  Menimbang:       bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 40 ayat (1)
                   dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
                   Informasi dan Transaksi Elektronik, perlu menetapkan Peraturan
                   Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik oleh
                   Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah (E-government).


  Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
                  Tahun 1945;
              2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang
                 Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
                 Indonesia Tahun 2008 Nomor 58; Tambahan Lembaran Negara
                 Republik Indonesia Nomor 4843);
              3. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2003 tentang
                 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government


                                  MEMUTUSKAN :

   Menetapkan      :   PERATURAN       PEMERINTAH       TENTANG
                       PENYELENGGARAAN   SISTEM   ELEKTRONIK  DI
                       INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
                       (E-GOVERNMENT)




                                          1
BAB I
                              KETENTUAN UMUM

                                     Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
  1. Penyelenggaraan Sistem Elektronik di lingkungan Instansi Pemerintah Pusat
     dan Daerah, selanjutnya disebut e-government, adalah pemanfaatan
     Teknologi Informasi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi,
     dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

  2. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah adalah sekretariat lembaga tinggi
     negara (Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan
     Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung), Kementerian (Kementerian
     Koordinator, Kementerian, dan Kementerian Negara), Setingkat Menteri
     (Sekretariat Kabinet, Kejaksaan Agung, Tentara Nasional Indonesia, dan
     Kepolisian Negara Republik Indonesia), Lembaga Pemerintah Non
     Departemen, dan Pemerintah Daerah (gubernur, bupati, atau walikota, dan
     perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah).

  3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
     menyimpan,     memproses,     mengumumkan,      menganalisis,  dan/atau
     menyebarkan informasi.

  4. Infrastruktur Teknologi Informasi, selanjutnya disebut Infrastruktur, adalah
     peranti keras, peranti lunak, jaringan komunikasi data dan fasilitas pendukung
     lainnya, yang ketika digunakan bersama menjadi pondasi dasar untuk
     mendukung penyelenggaraan e-government.

  5. Interoperabilitas adalah kemampuan dua sistem atau dua komponen atau lebih
     untuk bertukar informasi dan untuk menggunakan informasi yang telah
     dipertukarkan.

  6. Keamanan Informasi adalah proteksi informasi dan sistem informasi dari
     akses, penggunaan, penyebaran, pengubahan, penggangguan, atau
     penghancuran oleh pihak yang tidak berwenang.

  7. Audit adalah evaluasi terhadap sistem, proses, program, dan produk dalam
     rangka untuk memastikan keabsahan, kehandalan, dan kesesuaian dengan
     standar yang berlaku.

  8. Nama Domain adalah alamat internet seseorang, perkumpulan, organisasi,
     badan usaha, atau Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang dapat
     digunakan untuk berkomunikasi melalui internet yang berupa kode atau
     susunan karakter yang bersifat unik.

  9. Aplikasi adalah komponen sistem informasi yang digunakan untuk
     menjalankan fungsi, proses, dan mekanisme kerja yang mendukung
     pelaksanaan e-government.




                                        2
10. Aplikasi umum adalah aplikasi e-government yang bersifat umum dan dapat
    digunakan oleh seluruh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah.

11. Aplikasi khusus adalah aplikasi e-government yang khusus digunakan untuk
    memenuhi kebutuhan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertentu sesuai
    dengan tugas pokok dan fungsinya.

12. Repositori adalah fasilitas untuk menyimpan informasi elektronik secara
    terpusat, seperti dokumen elektronik, perangkat lunak, kode sumber, dan
    pedoman dengan tujuan untuk memudahkan penyimpanan, pengaksesan,
    pemeliharaan, dan pendistribusian.

13. Tata Kelola Teknologi Informasi adalah kerangka kerja akuntabilitas untuk
    mendorong perilaku yang diinginkan dalam penggunaan Teknologi Informasi,
    yang melingkupi perencanaan, manajemen belanja/investasi, realisasi,
    pengoperasian, dan pemeliharaan sistem.

14. Rencana Induk adalah dokumen            perencanaan     yang   menjadi   acuan
    penyelenggaraan e-government.

15. Situs Web adalah kumpulan halaman web yang berisi informasi elektronik
    yang dapat diakses.

16. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
    tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
    electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,
    teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol,
    atau perforasi yang telah diolah, yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh
    orang yang mampu memahaminya.

17. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
    menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

18. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang
    berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
    menyimpan,        menampilkan,     mengumumkan,   mengirimkan,     dan/atau
    menyebarkan Informasi Elektronik.
19. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang
    berdiri sendiri atau dalam jaringan.

20. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan
    persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

21. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
    komunikasi dan informatika.

22. Media koneksi adalah sistem elektronik tertentu yang berfungsi sebagai
    sarana untuk menyediakan akses terhadap layanan yang disediakan secara
    elektronik




                                        3
BAB II
                           MAKSUD DAN TUJUAN

                                   Pasal 2

(1) Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk mengatur penyelenggaraan
    e-government secara nasional dengan memperhatikan efisiensi, efektifitas,
    keamanan dan kemandirian

(2) Peraturan pemerintah ini bertujuan untuk memberi acuan dalam :
     a. Penyusunan kebijakan
     b. Penyediaan Infrastruktur
     c. Penyediaan dan pengembangan Aplikasi
     d. Pengaturan Data dan Informasi
     e. Pengembangan Sumberdaya manusia
     f. Penyelenggaraan Kelembagaan



                                   BAB III
                                 KEBIJAKAN

                                   Pasal 3

(1) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyelenggarakan e-government
    sesuai dengan tugas dan fungsinya serta harus berkoordinasi dengan Menteri
    dan pimpinan instansi lain yang terkait.

(2) Menteri Menetapkan rencana induk e-government nasional;

(3) Dalam menyelenggarakan e-government sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1) setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib:
     a. Menyusun dan menetapkan rencana induk e-government yang spesifik,
        terukur, dan realistis berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, serta sesuai
        dengan rencana induk nasional;
     b. Mencantumkan rencana induk e-government sebagaimana yang dimaksud
        pada huruf a, dalam          Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana
        Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)/ Rencana
        Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
     c. Menetapkan peraturan yang diperlukan untuk mendukung e-government .



                                   Pasal 4

E-government dapat dilakukan melalui kemitraan antar-instansi pemerintah pusat,
antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah dengan Badan Usaha atau masyarakat, antar-instansi pemerintah daerah.




                                       4
Pasal 5

(1) Biaya penyelenggaraan e-government dapat diperoleh dari anggaran
    pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja
    daerah (APBD), atau sumber lain dalam negeri sesuai dengan peraturan
    perundang-undangan.

(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib mengalokasikan dana dan
    sumber daya lain yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan e-
    government.


                                    Pasal 6

Menteri berwenang melakukan evaluasi e-government di setiap Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah dan melaporkan hasilnya kepada Presiden.



                                 BAB IV
                             INFRASTRUKTUR

                                  Pasal 7

Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan Infrastruktur
yang diperlukan dalam e-government sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini dan
peraturan perundang-undangan lain yang terkait.


                                  Pasal 8

(1) Penyediaan Infrastruktur harus sesuai dengan ketentuan dan acuan peralatan,
    interoperabilitas, keamanan sistem informasi, konfigurasi, dan ketentuan dan
    acuan lainnya.
(2) Infrastruktur e-government harus dapat diintegrasikan dengan kerangka
    interoperabilitas infrastruktur Nasional.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan dan acuan lainnya sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.


                                  Pasal 9

(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan fasilitas
    pusat data dan pusat pemulihan data (data recovery center) yang berupa
    sarana dan prasarana terpusat yang berada di wilayah hukum Republik
    Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku

(2) Menteri menyediakan fasilitas pusat data nasional yang terintegrasi dengan
    seluruh fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (1).




                                     5
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pusat data dan pusat pemulihan data (data
     recovery center) diatur dalam peraturan Menteri.


                                    Pasal 10

(1) Infrastruktur untuk penyelenggaraan e-government pada Instansi Pemerintah
    Pusat dan Daerah harus dapat diperiksa kesesuaian fungsinya melalui audit.

(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh instansi yang
    ditunjuk menteri

(3) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut melalui
    peraturan menteri


                                    Pasal 11

(1) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dapat menyediakan media koneksi
    yang khusus digunakan untuk penyelenggaraan e-government.

(2) Menteri menyediakan infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan
    nasional, jaringan interkoneksi antar instansi pemerintah dengan terkoneksi di
    jaringan Nasional dan mengalokasikan frekuensi untuk e- Government

(3) Penggunaan frekuensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenai
    biaya.




                                    Pasal 12

(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah             harus   mengadakan,
    mengembangkan, dan mengelola Situs Web resmi

(2) Situs web resmi yang dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan dengan
    menggunakan Nama Domain pemerintah .go.id.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Nama Domain pemerintah sebagaimana
    dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

(4) Situs Web Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang dimaksud pada ayat
    (2) harus menginduk pada portal nasional yang ditetapkan oleh Menteri.




                                       6
BAB V
                                  APLIKASI

                                   Pasal 13

(1) Aplikasi e-government terdiri dari aplikasi umum dan aplikasi khusus.

(2) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi:
     a. dokumen kebutuhan perangkat lunak;
     b. dokumen arsitektur atau desain;
     c. dokumen teknis;
     d. dokumen manual; dan
     e. dokumen lain yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.

(3) Aplikasi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh Menteri.

(4) Aplikasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan
    oleh setiap Instansi Pemerintah Pusat sesuai dengan sektor, tugas pokok dan
    fungsinya serta berkoordinasi dengan Menteri

(5) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus bersifat
    kode-sumber terbuka (open source) dengan memenuhi ketentuan untuk
    interoperabilitas, keamanan sistem informasi, antar muka, dan akses yang
    ditetapkan oleh Menteri

(6) Hak cipta atas aplikasi dan kode sumber yang dibangun oleh Instansi
    Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan
    pemerintah ini menjadi milik negara.



                                   Pasal 14

Pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e-government yang melibatkan
lebih dari satu Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dikoordinasikan oleh
Menteri.

                                   Pasal 15

 (1) Aplikasi e-government beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud
     dalam Pasal 13 wajib diserahkan kepada Menteri untuk disimpan di dalam
     repositori.

 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan repositori diatur dalam
     Peraturan Menteri.




                                      7
Pasal 16

Aplikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan e-government harus dapat
diperiksa kesesuaian fungsinya melalui audit yang dilakukan oleh instansi yang
ditunjuk Menteri.



                                  BAB VI
                           DATA DAN INFORMASI

                                   Pasal 17

(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan data dan
    informasi dalam e-government dalam keperluan internal dan eksternal untuk
    berbagi data sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menjaga keamanan,
    kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi,
    serta keutuhan data dan informasi diatur dalam Peraturan Menteri.


                                   Pasal 18

(1) Struktur dan format data yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
    teknis struktur dan format data interoperabilitas dan keamanan informasi diatur
    dalam peraturan Menteri.

(2) Menteri menetapkan data dan informasi minimal yang wajib disediakan oleh
    Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah.


                                   Pasal 19

(1) Data dan Informasi Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah ditempatkan dalam
    hosting milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

(2) Hosting sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dimiliki oleh Pemerintah
    Pusat atau Pemerintah Daerah, baik secara bersama-sama maupun secara
    sendiri-sendiri, dan wajib ditempatkan dalam wilayah hukum Republik
    Indonesia




                                       8
BAB VII
                          SUMBER DAYA MANUSIA

                                    Pasal 20

(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan sumber
    daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan.

(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus meningkatkan kompetensi
    sumber daya manusia untuk mendukung e-government.

(3) Sumber daya manusia yang melaksanakan e-government pada Instansi
    Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan pegawai negeri yang mendapatkan
    tunjangan fungsional dan insentif yang diatur dalam Peraturan Presiden



                                   BAB VIII
                                KELEMBAGAAN

                                    Pasal 21

(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus memiliki unit kerja yang
    bertanggung jawab dibidang e-government.

(2) Pimpinan unit kerja dalam bidang e-government bertanggung jawab langsung
    kepada pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya.

(3) Unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Pemerintah Pusat
    dipimpin oleh pejabat eselon I, dan untuk unit kerja di tingkat provinsi dipimpin
    oleh pejabat eselon IIa, serta untuk unit kerja di tingkat pemerintah
    kabupaten/kota dipimpin oleh pejabat eselon IIb.

(4) Struktur organisasi dan tata kelola unit kerja e-government diatur lebih lanjut
    dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.



                                   BAB IX
                                TATA KELOLA

                                    Pasal 22

(1) e-government harus mengacu pada ketentuan tata kelola teknologi informasi
    dan komunikasi yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi dalam e-government diaudit
    secara berkala oleh tim auditor yang ditunjuk Menteri.




                                        9
BAB X
                                    SANKSI

                                    Pasal 23

(1) Pimpinan Unit Kerja Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertanggung
    jawab terhadap pelanggaran ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (2),
    Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan (4), Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan (2),
    Pasal 19 ayat (2), Pasal 20 ayat (3), dan Pasal 21 ayat (1) dikenai sanksi
    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peraturan
    Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
    Sipil.

(2) Selain sanksi yang dikenakan kepada Pimpinan Unit Kerja Instansi Pemerintah
    Pusat dan Daerah yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
    pemerintah ini, sanksi administratif juga dikenakan kepada Instansi Pemerintah
    Pusat dan Daerah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) berupa peringatan tertulis oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk
    oleh Presiden.

(3) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
    ditindaklanjuti oleh Pimpinan Unit Kerja Pemerintah Pusat dan Daerah, instansi
    tersebut dikenai sanksi pengurangan anggaran pendapatan dan belanja
    negara (APBN) / anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sesuai
    dengan peraturan perundang-undangan.



                                 BAB XI
                          KETENTUAN PERALIHAN

                                    Pasal 24

(1) Pada saat berlakunya peraturan pemerintah ini, semua peraturan perundang-
    undangan dan kelembagaan di bidang e-government yang telah ada yang tidak
    bertentangan dengan peraturan pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.

(2) Semua penyelenggaraan e-government yang telah ada harus disesuaikan
    dengan peraturan pemerintah ini dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak
    ditetapkannya peraturan pemerintah ini.




                                       10
BAB XII
                             KETENTUAN PENUTUP

                                     Pasal 25

  (1) Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

  (2) Peraturan Menteri dan peraturan lain sebagai pelaksanaan peraturan
      pemerintah ini harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak
      ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan             penempatan   Peraturan
Pemerintah ini dalam Berita Negara Republik Indonesia.


                                Ditetapkan di Jakarta
                                pada tanggal ... Maret 2013
                                PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,



                                DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO




                                        11
PENJELASAN
                             ATAS
            PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                      NOMOR ... TAHUN 2013
                           TENTANG
    PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH
               PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)


I. UMUM
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pemerintah
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, tranparansi, dan akuntabilitas
penyelengaraan pemerintah adalah merupakan arti dari           e-government. TIK
telah dirasakan manfaatnya di berbagai sektor kehidupan manusia. Penerapan TIK di
beberapa sektor kehidupan telah memungkinkan transfomasi pemanfaatan TIK yang
tadinya hanya menunjang kegiatan administrasi menuju ke peningkatan kualitas
layanan terhadap pelanggan. Pemanfaatan TIK telah mengubah perilaku masyarakat
ataupun peradaban manusia secara global.

Masyarakat dan dunia usaha memerlukan berbagai layanan, baik layanan yang
bersifat pemberian informasi seperti yang terkait dengan informasi pajak maupun
proses layanan kepemerintahan seperti perizinan usaha. Selain itu, masyarakat dan
dunia usaha juga dapat menyalurkan partisipasinya dalam bentuk penyampaian
saran dan kritik ataupun pemberian pendapat atas kebijakan yang akan dikeluarkan
oleh pemerintah.

Tanpa bantuan TIK, upaya untuk mendapatkan layanan ataupun pemberian
partisipasi menjadikan masyarakat dan dunia usaha perlu mendatangi instansi yang
bersangkutan. Dalam hal sebuah layanan melibatkan lebih dari satu instansi,
masyarakat dan dunia usaha seringkali harus meluangkan lebih banyak waktu dan
biaya untuk mendatangi satu instansi ke instansi lainnya. Waktu prosesnya pun dapat
menjadi lebih lama jika semua proses masih dilakukan secara manual.

Keharusan untuk mendatangi satu instansi ke instansi lainnya akan menjadi
berkurang jika tersedia sebuah pusat data terintegrasi yang menyimpan data yang
dibutuhkan untuk menjalankan pelayanan pemerintah sehingga orang tidak lagi
berjalan dari satu instansi ke instansi lain, tetapi orang cukup menuju pada satu pusat
layanan pemerintah untuk mendapatkan informasi dan berbagai layanan yang
diperlukan. Bahkan, orang bisa memperoleh layanan pemerintah melalui sistem
elektronik yang terintegrasi.

Selain masyarakat dan dunia usaha, implementasi e-government juga sangat
membantu aparatur pemerintah dan instansi dalam proses administrasi umum,
seperti manajemen dokumen elektronik, administrasi keuangan, dan administrasi
kepegawaian. Kumpulan peraturan yang ada juga dapat dipusatkan di manajemen
dokumen elektronik untuk mempermudah dan mempercepat proses pencarian saat
diperlukan.

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suksesnya pelaksanaan e-
government. Untuk itu, perlu upaya terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia seiring dengan perubahan yang terjadi.



                                          12
Upaya pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan dua strategi
yang saling melengkapi, yaitu strategi yang bersifat menguatkan kekuatan internal
dan strategi yang memanfaatkan kekuatan eksternal. sebagai berikut.

1. Mendorong Kekuatan Sumber Daya Manusia di Pemerintah
2. Dalam rangka menguatkan kemampuan internal pemerintah untuk memanfaatkan
   TIK, perlu disusun standar kompetensi yang terkait dengan TIK. Kompetensi
   dasar di bidang TIK perlu dimiliki pada saat penerimaan staf. Selain itu, pelatihan
   yang berkesinambungan yang disesuaikan dengan arahan karier yang
   bersangkutan juga perlu disediakan.
3. Pemerintah dapat memberdayakan sumber daya manusia dalam upaya
   meningkatkan kemampuan intelektulitas dan kinerja aparatur negara di bidang TIK
   melalui proses kerja sama saling menguntungkan antara Pemerintah Pusat dan
   Daerah dan pihak swasta.
4. Mengingat TIK merupakan komoditas yang sangat laris di semua sektor,
   remunerasi, dan evaluasi perlu disesuaikan agar SDM yang ada tetap dapat
   dipertahankan dan dikembangkan.
5. Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah aspek manajemen perubahan. TIK
   merupakan alat bantu untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat dan
   dunia usaha dan untuk mengambil keputusan yang tepat melalui proses yang
   lebih cepat. Perubahan budaya kerja sebagai hasil            e-government dapat
   memberikan berbagai reaksi dari pihak yang terlibat, baik reaksi yang mendukung
   maupun reaksi yang menolak. Untuk itu, manajemen perubahan perlu diterapkan
   untuk menyiapkan aparatur negara untuk lebih siap menerima perubahan yang
   terjadi.
6. Memanfaatkan Pakar TIK di Sektor Non- Pemerintah
7. Strategi selanjutnya ialah memanfaatkan kekuatan eksternal, yaitu bekerja sama
   dengan pakar TIK di sektor swasta. Kerja sama yang dibentuk dapat berupa
   kegiatan alih daya (outsourcing) ataupun kerja sama antara Pemerintah dan
   swasta (PPP = Public-Private Partnership). Kolaborasi dengan pihak eksternal
   dapat mempercepat pelaksanaan e-government mengingat sumber daya manusia
   Pemerintah yang jumlah dan kemampuannya terbatas.


II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
      Cukup jelas.


Pasal 2
      Cukup jelas


Pasal 3
      Ayat (1)
            “Dikoordinasikan dengan Menteri dan pimpinan instansi lain yang terkait”
           dilakukan dengan pertimbangan agar Penyelenggaraan e-government
           dapat terintegrasi secara lintas sektor yang terkait, misalnya kementerian
           dalam negeri untuk sektor kependudukan dan kementerian kesehatan
           untuk sektor kesehatan.



                                         13
Ayat (2)
             Cukup jelas

      Ayat (3)
            Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus menetapkan rencana
            teknis setelah menetapkan rencana induk.
            a. Rencana Strategis (Renstra) adalah Adalah dokumen yang dengan
                jelas menerangkan tujuan organisasi dan menetapkan sasaran yang
                realistis dan obyektif (konsisten dengan misi) dalam jangka waktu
                tertentu.
            b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
                adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sebagai
                wujud rencana kerja pemerintah kurun waktu 5 tahun berdasarkan
                Platform Presiden terpilih, selaras dengan RPJM Daerah, dan
                Rencana Strategis Kementerian Negara/ Lembaga ( Renstra KL ).
.



Pasal 4
      Yang dimaksud dengan “kemitraan” ialah kerja sama baik antar-Instansi
      Pemerintah maupun antara Instansi Pemerintah dan Badan Usaha dan
      masyarakat, dalam hal penyediaan infrastruktur, aplikasi, data dan informasi,
      dan sumber daya manusia.


      Yang dimaksud ”sesuai dengan peraturan perundang-undangan”, antara lain:
      a. peraturan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, sebagaimana
         dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
         Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan aturan turunannya;
      b. peraturan tentang kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha,
         sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor [...] Tahun 2007 ;
         dan
      c. Peraturan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat dan daerah,
         sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
         Pemerintah Daerah.
      d. Peraturan tentang kependudukan, sebagaimana yang diatur dalam
         Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2006 beserta peraturan Menteri Dalam
         Negeri yang mengatur mengenai pemanfaatan data kependudukan.

Pasal 5
      Ayat (1)
             Cukup jelas.

      Ayat (2)
             Cukup jelas


Pasal 6
      Cukup jelas.



                                        14
Pasal 7
      Cukup jelas.

Pasal 8
      Ayat (1)
             Cukup jelas.

      Ayat (2)
             Cukup jelas

      Ayat (3)
             Cukup jelas

Pasal 9
      Ayat (1)
             Cukup jelas.

      Ayat (2)
             Cukup jelas

      Ayat (3)
             Cukup jelas

Pasal 10
      Proses audit dilaksanakan oleh         instansi yang ditunjuk oleh Instansi
      Pemerintah yang berwenang.

Pasal 11
      Ayat (2)
             Yang dimaksud dengan “infrastruktur tulang punggung (backbone)
             jaringan nasional” ialah mekanisme sambungan primer jaringan
             terdistribusi terstruktur hirarki, yang dapat dipastikan bahwa semua
             sistem yang memiliki sambungan kesebuah sistem lanjutan pada
             jaringan backbone, juga memiliki sambungan kejaringan lainnya.

Pasal 12
      Yang dimaksud dengan “menginduk pada portal nasional” ialah menyediakan
      tautan (link) dan sarana integrasi serta memanfaatkan portal nasional.


Pasal 13
      Ayat (1)
                 Cukup jelas.

      Ayat (2)
                 Yang dimaksud dengan dokumen Manual yaitu petunjuk penggunaan
                 (user manual ) dan acuan teknis.




                                        15
Ayat (3)
                 Aplikasi umum misalnya e-Office,

      Ayat (4)
             Cukup jelas

      Ayat (5)
             a. Yang dimaksud dengan “ aplikasi bersifat kode sumber terbuka”
                ialah aplikasi yang dibangun dengan kode sumber terbuka (open
                source), yang seluruh komponen kode sumber aplikasinya tidak
                bersifat kompilasi.
             b. Yang dimaksud dengan “dokumen kebutuhan perangkat lunak” ialah
                dokumen yang menyatakan fitur yang harus ada dalam perangkat
                lunak.
             c. Yang dimaksud dengan “dokumen arsitektur” berisi desain dari
                perangkat lunak, termasuk di dalamnya keterkaitan dengan
                perangkat lainnya.
             d. Yang dimaksud dengan “dokumen teknis” ialah dokumentasi kode,
                algoritma, antarmuka, dan API.
             e. Yang dimaksud dengan “dokumen manual” ialah panduan bagi
                pengguna akhir, sistem administrator, dan staf pendukung.

      Ayat (6)
             Yang dimaksud dengan “Hak Cipta” ialah hak eksklusif bagi pencipta
             atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
             ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
             pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan,
             sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Hak Cipta.


Pasal 14
      Yang dimaksud dengan “pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e-
      government yang melibatkan lebih dari satu Instansi Pemerintah Pusat dan
      Daerah” ialah pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e-government,
      baik yang dilakukan antar-instansi Pemerintah Pusat, antar-instansi
      Pemerintah Daerah maupun antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pasal 15
      Cukup jelas.


Pasal 16
      Cukup jelas.


Pasal 17
      Berbagi data       bertujuan   untuk mewujudkan   akurasi pengolahan   data
      e-government.




                                           16
Pasal 18
      Ayat (1)
             Cukup jelas

      Ayat (2)
             “Data dan informasi minimal” yang harus disediakan antara lain :
               a. Jenis data dan informasi yang harus disediakan;
               b. Klasifikasi data dan informasi, seperti data dan informasi yang
                  diberikan kepada masyakarat, pelaku usaha dan Instansi
                  Pemerintah. Dalam hal ini Menteri juga dapat menetapkan
                  ketentuan mengenai adanya pembatasan akses terhadap data dan
                  Informasi;
               c. Jangka waktu perbaruan data dan informasi, baik secara periodik
                  maupun secara real-time;


Pasal 19
      Ayat (1)
             “Hosting” ialah jasa layanan internet yang menyediakan sumber daya
             server yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk
             menempatkan informasi di internet.

      Ayat (2)
             Cukup jelas.

Pasal 20
      Ayat (1)
             Bahwa standar kompetensi dalam penyelenggaraan e-government
             ditetapkan oleh instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan
             kebutuhan dan peraturan perundang-undangan.

      Ayat (2)
             Peningkatan kompetensi dapat dilakukan oleh:
             a. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah;
             b. Kerja sama antar-instansi Pemerintah Pusat dan daerah;
             c. Kerja sama antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak
                lain.

      Ayat (3)
             Cukup jelas.

      Ayat (4)
             Pemberian tunjangan fungsional, insentif, dan gaji bertujuan untuk
             meningkatkan kinerja pegawai negeri sebagai apresiasi terhadap
             penyelenggaraan e-government yang memerlukan pengetahuan dan
             keterampilan khusus serta tanggung jawab yang besar.


Pasal 21
      Ayat (1)
             Cukup jelas.



                                       17
Ayat (2)
             Yang dimaksud dengan pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya,
             antara lain, bupati pada tingkat kabupaten, walikota pada tingkat kota,
             gubernur      pada    tingkat    provinsi,  menteri    pada     tingkat
             departemen/kementerian, jaksa agung, panglima Tentara Nasional
             Indonesia, kepala Kepolisian Republik Indonesia.

      Ayat (3)
             Cukup jelas.

      Ayat (4) :
             Cukup jelas.


Pasal 22
      Cukup jelas.


Pasal 23
      Cukup jelas.


Pasal 24
      Cukup jelas.




      TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....




                                        18

Más contenido relacionado

Similar a Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii

Permen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Permen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatPermen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Permen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatIr. Haitan Rachman MT, KMPC
 
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronikPerpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletroniktemanna #LABEDDU
 
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronikPerpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletroniktemanna #LABEDDU
 
PERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdf
PERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdfPERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdf
PERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdfMustariSekarLangit
 
Permen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronik
Permen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronikPermen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronik
Permen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronikSiti Halimah
 
Perbup 23 Tahun 2021.pdf
Perbup 23 Tahun 2021.pdfPerbup 23 Tahun 2021.pdf
Perbup 23 Tahun 2021.pdfاكبر علي
 
Materi Pelatihan Audit Infrastruktur.pdf
Materi Pelatihan Audit Infrastruktur.pdfMateri Pelatihan Audit Infrastruktur.pdf
Materi Pelatihan Audit Infrastruktur.pdfSherlyFero
 
Pp82 2012 transaksielektronik
Pp82 2012 transaksielektronikPp82 2012 transaksielektronik
Pp82 2012 transaksielektronikMelwin Syafrizal
 
Pp no 82 2012 transaksi elektronik
Pp no 82 2012 transaksi elektronikPp no 82 2012 transaksi elektronik
Pp no 82 2012 transaksi elektronikEvi Harini
 
PERBUP NO 103 TH 2022.pdf
PERBUP NO 103 TH 2022.pdfPERBUP NO 103 TH 2022.pdf
PERBUP NO 103 TH 2022.pdfاكبر علي
 
UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008Achmad Syafaat
 
TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptx
TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptxTATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptx
TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptxPengolahDataKepegDik
 
Peraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdf
Peraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdfPeraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdf
Peraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdfapri saut
 
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptxMATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptxIlhamIlham381854
 
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptxMATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptxabrahamwionkolen
 
UU 19 Tahun 2016.pdf
UU 19 Tahun 2016.pdfUU 19 Tahun 2016.pdf
UU 19 Tahun 2016.pdftcart1
 
UU 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik ITE
UU 19 tahun 2016   tentang informasi dan transaksi elektronik  ITEUU 19 tahun 2016   tentang informasi dan transaksi elektronik  ITE
UU 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik ITEYUSRA FERNANDO
 

Similar a Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii (20)

Permen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Permen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatPermen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Permen TIK Nomor 17 Tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronikPerpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
 
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronikPerpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
 
PERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdf
PERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdfPERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdf
PERMENDIKBUDRISTEK NOMOR 8 TAHUN 2022.pdf
 
Permen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronik
Permen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronikPermen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronik
Permen kominfo tata cara pendaftaran penyelenggara sistem elektronik
 
Perbup 23 Tahun 2021.pdf
Perbup 23 Tahun 2021.pdfPerbup 23 Tahun 2021.pdf
Perbup 23 Tahun 2021.pdf
 
Materi Pelatihan Audit Infrastruktur.pdf
Materi Pelatihan Audit Infrastruktur.pdfMateri Pelatihan Audit Infrastruktur.pdf
Materi Pelatihan Audit Infrastruktur.pdf
 
Pp82 2012 transaksielektronik
Pp82 2012 transaksielektronikPp82 2012 transaksielektronik
Pp82 2012 transaksielektronik
 
Pp no 82 2012 transaksi elektronik
Pp no 82 2012 transaksi elektronikPp no 82 2012 transaksi elektronik
Pp no 82 2012 transaksi elektronik
 
PERBUP NO 103 TH 2022.pdf
PERBUP NO 103 TH 2022.pdfPERBUP NO 103 TH 2022.pdf
PERBUP NO 103 TH 2022.pdf
 
UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
UU Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
 
RPM SMPI
RPM SMPIRPM SMPI
RPM SMPI
 
TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptx
TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptxTATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptx
TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK [Autosaved] (2).pptx
 
Peraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdf
Peraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdfPeraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdf
Peraturan Menteri PANRB No. 5 Tahun 2020.pdf
 
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptxMATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
 
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptxMATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
MATERI-SOSIALISADI-DAN-BIMTEK-SIKD.pptx
 
UUNo11Tahun2008.pdf
UUNo11Tahun2008.pdfUUNo11Tahun2008.pdf
UUNo11Tahun2008.pdf
 
UU 19 Tahun 2016.pdf
UU 19 Tahun 2016.pdfUU 19 Tahun 2016.pdf
UU 19 Tahun 2016.pdf
 
UU 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik ITE
UU 19 tahun 2016   tentang informasi dan transaksi elektronik  ITEUU 19 tahun 2016   tentang informasi dan transaksi elektronik  ITE
UU 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik ITE
 
UU No.19 tahun 2016
UU No.19 tahun 2016UU No.19 tahun 2016
UU No.19 tahun 2016
 

Más de Rizki Malinda

E-Government Collaboration
E-Government CollaborationE-Government Collaboration
E-Government CollaborationRizki Malinda
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisRizki Malinda
 
Format naskah dinas
Format naskah dinas Format naskah dinas
Format naskah dinas Rizki Malinda
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisRizki Malinda
 
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganMakalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganRizki Malinda
 
Makalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisMakalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisRizki Malinda
 
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHPEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHRizki Malinda
 
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIKSalinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIKRizki Malinda
 
Permenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuPermenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuRizki Malinda
 
Tata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikTata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikRizki Malinda
 

Más de Rizki Malinda (19)

E-Government Collaboration
E-Government CollaborationE-Government Collaboration
E-Government Collaboration
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisis
 
Format naskah dinas
Format naskah dinas Format naskah dinas
Format naskah dinas
 
Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika BisnisMakalah Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis
 
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganMakalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
 
Makalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisMakalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset Bisnis
 
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHPEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
 
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
 
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
 
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
 
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
 
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
 
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
 
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIKSalinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
 
Permenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuPermenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 buku
 
Kebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasanKebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasan
 
Tata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikTata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronik
 

Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii

  • 1. DRAFT REVISI III PERATURAN PEMERINTAH NOMOR ... TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 40 ayat (1) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah (E-government). Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT) 1
  • 2. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Sistem Elektronik di lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, selanjutnya disebut e-government, adalah pemanfaatan Teknologi Informasi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. 2. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah adalah sekretariat lembaga tinggi negara (Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung), Kementerian (Kementerian Koordinator, Kementerian, dan Kementerian Negara), Setingkat Menteri (Sekretariat Kabinet, Kejaksaan Agung, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia), Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah (gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah). 3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. 4. Infrastruktur Teknologi Informasi, selanjutnya disebut Infrastruktur, adalah peranti keras, peranti lunak, jaringan komunikasi data dan fasilitas pendukung lainnya, yang ketika digunakan bersama menjadi pondasi dasar untuk mendukung penyelenggaraan e-government. 5. Interoperabilitas adalah kemampuan dua sistem atau dua komponen atau lebih untuk bertukar informasi dan untuk menggunakan informasi yang telah dipertukarkan. 6. Keamanan Informasi adalah proteksi informasi dan sistem informasi dari akses, penggunaan, penyebaran, pengubahan, penggangguan, atau penghancuran oleh pihak yang tidak berwenang. 7. Audit adalah evaluasi terhadap sistem, proses, program, dan produk dalam rangka untuk memastikan keabsahan, kehandalan, dan kesesuaian dengan standar yang berlaku. 8. Nama Domain adalah alamat internet seseorang, perkumpulan, organisasi, badan usaha, atau Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang dapat digunakan untuk berkomunikasi melalui internet yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik. 9. Aplikasi adalah komponen sistem informasi yang digunakan untuk menjalankan fungsi, proses, dan mekanisme kerja yang mendukung pelaksanaan e-government. 2
  • 3. 10. Aplikasi umum adalah aplikasi e-government yang bersifat umum dan dapat digunakan oleh seluruh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. 11. Aplikasi khusus adalah aplikasi e-government yang khusus digunakan untuk memenuhi kebutuhan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 12. Repositori adalah fasilitas untuk menyimpan informasi elektronik secara terpusat, seperti dokumen elektronik, perangkat lunak, kode sumber, dan pedoman dengan tujuan untuk memudahkan penyimpanan, pengaksesan, pemeliharaan, dan pendistribusian. 13. Tata Kelola Teknologi Informasi adalah kerangka kerja akuntabilitas untuk mendorong perilaku yang diinginkan dalam penggunaan Teknologi Informasi, yang melingkupi perencanaan, manajemen belanja/investasi, realisasi, pengoperasian, dan pemeliharaan sistem. 14. Rencana Induk adalah dokumen perencanaan yang menjadi acuan penyelenggaraan e-government. 15. Situs Web adalah kumpulan halaman web yang berisi informasi elektronik yang dapat diakses. 16. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah, yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 17. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. 18. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. 19. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan. 20. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 21. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang komunikasi dan informatika. 22. Media koneksi adalah sistem elektronik tertentu yang berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan akses terhadap layanan yang disediakan secara elektronik 3
  • 4. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk mengatur penyelenggaraan e-government secara nasional dengan memperhatikan efisiensi, efektifitas, keamanan dan kemandirian (2) Peraturan pemerintah ini bertujuan untuk memberi acuan dalam : a. Penyusunan kebijakan b. Penyediaan Infrastruktur c. Penyediaan dan pengembangan Aplikasi d. Pengaturan Data dan Informasi e. Pengembangan Sumberdaya manusia f. Penyelenggaraan Kelembagaan BAB III KEBIJAKAN Pasal 3 (1) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyelenggarakan e-government sesuai dengan tugas dan fungsinya serta harus berkoordinasi dengan Menteri dan pimpinan instansi lain yang terkait. (2) Menteri Menetapkan rencana induk e-government nasional; (3) Dalam menyelenggarakan e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib: a. Menyusun dan menetapkan rencana induk e-government yang spesifik, terukur, dan realistis berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, serta sesuai dengan rencana induk nasional; b. Mencantumkan rencana induk e-government sebagaimana yang dimaksud pada huruf a, dalam Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)/ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); c. Menetapkan peraturan yang diperlukan untuk mendukung e-government . Pasal 4 E-government dapat dilakukan melalui kemitraan antar-instansi pemerintah pusat, antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Badan Usaha atau masyarakat, antar-instansi pemerintah daerah. 4
  • 5. Pasal 5 (1) Biaya penyelenggaraan e-government dapat diperoleh dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau sumber lain dalam negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib mengalokasikan dana dan sumber daya lain yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan e- government. Pasal 6 Menteri berwenang melakukan evaluasi e-government di setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan melaporkan hasilnya kepada Presiden. BAB IV INFRASTRUKTUR Pasal 7 Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan Infrastruktur yang diperlukan dalam e-government sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait. Pasal 8 (1) Penyediaan Infrastruktur harus sesuai dengan ketentuan dan acuan peralatan, interoperabilitas, keamanan sistem informasi, konfigurasi, dan ketentuan dan acuan lainnya. (2) Infrastruktur e-government harus dapat diintegrasikan dengan kerangka interoperabilitas infrastruktur Nasional. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan dan acuan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 9 (1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data (data recovery center) yang berupa sarana dan prasarana terpusat yang berada di wilayah hukum Republik Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku (2) Menteri menyediakan fasilitas pusat data nasional yang terintegrasi dengan seluruh fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 5
  • 6. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pusat data dan pusat pemulihan data (data recovery center) diatur dalam peraturan Menteri. Pasal 10 (1) Infrastruktur untuk penyelenggaraan e-government pada Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus dapat diperiksa kesesuaian fungsinya melalui audit. (2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh instansi yang ditunjuk menteri (3) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut melalui peraturan menteri Pasal 11 (1) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dapat menyediakan media koneksi yang khusus digunakan untuk penyelenggaraan e-government. (2) Menteri menyediakan infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan nasional, jaringan interkoneksi antar instansi pemerintah dengan terkoneksi di jaringan Nasional dan mengalokasikan frekuensi untuk e- Government (3) Penggunaan frekuensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenai biaya. Pasal 12 (1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus mengadakan, mengembangkan, dan mengelola Situs Web resmi (2) Situs web resmi yang dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan dengan menggunakan Nama Domain pemerintah .go.id. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Nama Domain pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. (4) Situs Web Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang dimaksud pada ayat (2) harus menginduk pada portal nasional yang ditetapkan oleh Menteri. 6
  • 7. BAB V APLIKASI Pasal 13 (1) Aplikasi e-government terdiri dari aplikasi umum dan aplikasi khusus. (2) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi: a. dokumen kebutuhan perangkat lunak; b. dokumen arsitektur atau desain; c. dokumen teknis; d. dokumen manual; dan e. dokumen lain yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. (3) Aplikasi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh Menteri. (4) Aplikasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan oleh setiap Instansi Pemerintah Pusat sesuai dengan sektor, tugas pokok dan fungsinya serta berkoordinasi dengan Menteri (5) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus bersifat kode-sumber terbuka (open source) dengan memenuhi ketentuan untuk interoperabilitas, keamanan sistem informasi, antar muka, dan akses yang ditetapkan oleh Menteri (6) Hak cipta atas aplikasi dan kode sumber yang dibangun oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah ini menjadi milik negara. Pasal 14 Pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e-government yang melibatkan lebih dari satu Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dikoordinasikan oleh Menteri. Pasal 15 (1) Aplikasi e-government beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 wajib diserahkan kepada Menteri untuk disimpan di dalam repositori. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan repositori diatur dalam Peraturan Menteri. 7
  • 8. Pasal 16 Aplikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan e-government harus dapat diperiksa kesesuaian fungsinya melalui audit yang dilakukan oleh instansi yang ditunjuk Menteri. BAB VI DATA DAN INFORMASI Pasal 17 (1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan data dan informasi dalam e-government dalam keperluan internal dan eksternal untuk berbagi data sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menjaga keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal 18 (1) Struktur dan format data yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan teknis struktur dan format data interoperabilitas dan keamanan informasi diatur dalam peraturan Menteri. (2) Menteri menetapkan data dan informasi minimal yang wajib disediakan oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. Pasal 19 (1) Data dan Informasi Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah ditempatkan dalam hosting milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. (2) Hosting sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dimiliki oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri, dan wajib ditempatkan dalam wilayah hukum Republik Indonesia 8
  • 9. BAB VII SUMBER DAYA MANUSIA Pasal 20 (1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan sumber daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan. (2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus meningkatkan kompetensi sumber daya manusia untuk mendukung e-government. (3) Sumber daya manusia yang melaksanakan e-government pada Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan pegawai negeri yang mendapatkan tunjangan fungsional dan insentif yang diatur dalam Peraturan Presiden BAB VIII KELEMBAGAAN Pasal 21 (1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus memiliki unit kerja yang bertanggung jawab dibidang e-government. (2) Pimpinan unit kerja dalam bidang e-government bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya. (3) Unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Pemerintah Pusat dipimpin oleh pejabat eselon I, dan untuk unit kerja di tingkat provinsi dipimpin oleh pejabat eselon IIa, serta untuk unit kerja di tingkat pemerintah kabupaten/kota dipimpin oleh pejabat eselon IIb. (4) Struktur organisasi dan tata kelola unit kerja e-government diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. BAB IX TATA KELOLA Pasal 22 (1) e-government harus mengacu pada ketentuan tata kelola teknologi informasi dan komunikasi yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi dalam e-government diaudit secara berkala oleh tim auditor yang ditunjuk Menteri. 9
  • 10. BAB X SANKSI Pasal 23 (1) Pimpinan Unit Kerja Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan (4), Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan (2), Pasal 19 ayat (2), Pasal 20 ayat (3), dan Pasal 21 ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. (2) Selain sanksi yang dikenakan kepada Pimpinan Unit Kerja Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah ini, sanksi administratif juga dikenakan kepada Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan tertulis oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk oleh Presiden. (3) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak ditindaklanjuti oleh Pimpinan Unit Kerja Pemerintah Pusat dan Daerah, instansi tersebut dikenai sanksi pengurangan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) / anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 (1) Pada saat berlakunya peraturan pemerintah ini, semua peraturan perundang- undangan dan kelembagaan di bidang e-government yang telah ada yang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku. (2) Semua penyelenggaraan e-government yang telah ada harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah ini dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya peraturan pemerintah ini. 10
  • 11. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 (1) Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Peraturan Menteri dan peraturan lain sebagai pelaksanaan peraturan pemerintah ini harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan Pemerintah ini dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal ... Maret 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO 11
  • 12. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT) I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pemerintah untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, tranparansi, dan akuntabilitas penyelengaraan pemerintah adalah merupakan arti dari e-government. TIK telah dirasakan manfaatnya di berbagai sektor kehidupan manusia. Penerapan TIK di beberapa sektor kehidupan telah memungkinkan transfomasi pemanfaatan TIK yang tadinya hanya menunjang kegiatan administrasi menuju ke peningkatan kualitas layanan terhadap pelanggan. Pemanfaatan TIK telah mengubah perilaku masyarakat ataupun peradaban manusia secara global. Masyarakat dan dunia usaha memerlukan berbagai layanan, baik layanan yang bersifat pemberian informasi seperti yang terkait dengan informasi pajak maupun proses layanan kepemerintahan seperti perizinan usaha. Selain itu, masyarakat dan dunia usaha juga dapat menyalurkan partisipasinya dalam bentuk penyampaian saran dan kritik ataupun pemberian pendapat atas kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah. Tanpa bantuan TIK, upaya untuk mendapatkan layanan ataupun pemberian partisipasi menjadikan masyarakat dan dunia usaha perlu mendatangi instansi yang bersangkutan. Dalam hal sebuah layanan melibatkan lebih dari satu instansi, masyarakat dan dunia usaha seringkali harus meluangkan lebih banyak waktu dan biaya untuk mendatangi satu instansi ke instansi lainnya. Waktu prosesnya pun dapat menjadi lebih lama jika semua proses masih dilakukan secara manual. Keharusan untuk mendatangi satu instansi ke instansi lainnya akan menjadi berkurang jika tersedia sebuah pusat data terintegrasi yang menyimpan data yang dibutuhkan untuk menjalankan pelayanan pemerintah sehingga orang tidak lagi berjalan dari satu instansi ke instansi lain, tetapi orang cukup menuju pada satu pusat layanan pemerintah untuk mendapatkan informasi dan berbagai layanan yang diperlukan. Bahkan, orang bisa memperoleh layanan pemerintah melalui sistem elektronik yang terintegrasi. Selain masyarakat dan dunia usaha, implementasi e-government juga sangat membantu aparatur pemerintah dan instansi dalam proses administrasi umum, seperti manajemen dokumen elektronik, administrasi keuangan, dan administrasi kepegawaian. Kumpulan peraturan yang ada juga dapat dipusatkan di manajemen dokumen elektronik untuk mempermudah dan mempercepat proses pencarian saat diperlukan. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suksesnya pelaksanaan e- government. Untuk itu, perlu upaya terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia seiring dengan perubahan yang terjadi. 12
  • 13. Upaya pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan dua strategi yang saling melengkapi, yaitu strategi yang bersifat menguatkan kekuatan internal dan strategi yang memanfaatkan kekuatan eksternal. sebagai berikut. 1. Mendorong Kekuatan Sumber Daya Manusia di Pemerintah 2. Dalam rangka menguatkan kemampuan internal pemerintah untuk memanfaatkan TIK, perlu disusun standar kompetensi yang terkait dengan TIK. Kompetensi dasar di bidang TIK perlu dimiliki pada saat penerimaan staf. Selain itu, pelatihan yang berkesinambungan yang disesuaikan dengan arahan karier yang bersangkutan juga perlu disediakan. 3. Pemerintah dapat memberdayakan sumber daya manusia dalam upaya meningkatkan kemampuan intelektulitas dan kinerja aparatur negara di bidang TIK melalui proses kerja sama saling menguntungkan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak swasta. 4. Mengingat TIK merupakan komoditas yang sangat laris di semua sektor, remunerasi, dan evaluasi perlu disesuaikan agar SDM yang ada tetap dapat dipertahankan dan dikembangkan. 5. Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah aspek manajemen perubahan. TIK merupakan alat bantu untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat dan dunia usaha dan untuk mengambil keputusan yang tepat melalui proses yang lebih cepat. Perubahan budaya kerja sebagai hasil e-government dapat memberikan berbagai reaksi dari pihak yang terlibat, baik reaksi yang mendukung maupun reaksi yang menolak. Untuk itu, manajemen perubahan perlu diterapkan untuk menyiapkan aparatur negara untuk lebih siap menerima perubahan yang terjadi. 6. Memanfaatkan Pakar TIK di Sektor Non- Pemerintah 7. Strategi selanjutnya ialah memanfaatkan kekuatan eksternal, yaitu bekerja sama dengan pakar TIK di sektor swasta. Kerja sama yang dibentuk dapat berupa kegiatan alih daya (outsourcing) ataupun kerja sama antara Pemerintah dan swasta (PPP = Public-Private Partnership). Kolaborasi dengan pihak eksternal dapat mempercepat pelaksanaan e-government mengingat sumber daya manusia Pemerintah yang jumlah dan kemampuannya terbatas. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Ayat (1) “Dikoordinasikan dengan Menteri dan pimpinan instansi lain yang terkait” dilakukan dengan pertimbangan agar Penyelenggaraan e-government dapat terintegrasi secara lintas sektor yang terkait, misalnya kementerian dalam negeri untuk sektor kependudukan dan kementerian kesehatan untuk sektor kesehatan. 13
  • 14. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus menetapkan rencana teknis setelah menetapkan rencana induk. a. Rencana Strategis (Renstra) adalah Adalah dokumen yang dengan jelas menerangkan tujuan organisasi dan menetapkan sasaran yang realistis dan obyektif (konsisten dengan misi) dalam jangka waktu tertentu. b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sebagai wujud rencana kerja pemerintah kurun waktu 5 tahun berdasarkan Platform Presiden terpilih, selaras dengan RPJM Daerah, dan Rencana Strategis Kementerian Negara/ Lembaga ( Renstra KL ). . Pasal 4 Yang dimaksud dengan “kemitraan” ialah kerja sama baik antar-Instansi Pemerintah maupun antara Instansi Pemerintah dan Badan Usaha dan masyarakat, dalam hal penyediaan infrastruktur, aplikasi, data dan informasi, dan sumber daya manusia. Yang dimaksud ”sesuai dengan peraturan perundang-undangan”, antara lain: a. peraturan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan aturan turunannya; b. peraturan tentang kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor [...] Tahun 2007 ; dan c. Peraturan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat dan daerah, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. d. Peraturan tentang kependudukan, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2006 beserta peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai pemanfaatan data kependudukan. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas. 14
  • 15. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 10 Proses audit dilaksanakan oleh instansi yang ditunjuk oleh Instansi Pemerintah yang berwenang. Pasal 11 Ayat (2) Yang dimaksud dengan “infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan nasional” ialah mekanisme sambungan primer jaringan terdistribusi terstruktur hirarki, yang dapat dipastikan bahwa semua sistem yang memiliki sambungan kesebuah sistem lanjutan pada jaringan backbone, juga memiliki sambungan kejaringan lainnya. Pasal 12 Yang dimaksud dengan “menginduk pada portal nasional” ialah menyediakan tautan (link) dan sarana integrasi serta memanfaatkan portal nasional. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan dokumen Manual yaitu petunjuk penggunaan (user manual ) dan acuan teknis. 15
  • 16. Ayat (3) Aplikasi umum misalnya e-Office, Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) a. Yang dimaksud dengan “ aplikasi bersifat kode sumber terbuka” ialah aplikasi yang dibangun dengan kode sumber terbuka (open source), yang seluruh komponen kode sumber aplikasinya tidak bersifat kompilasi. b. Yang dimaksud dengan “dokumen kebutuhan perangkat lunak” ialah dokumen yang menyatakan fitur yang harus ada dalam perangkat lunak. c. Yang dimaksud dengan “dokumen arsitektur” berisi desain dari perangkat lunak, termasuk di dalamnya keterkaitan dengan perangkat lainnya. d. Yang dimaksud dengan “dokumen teknis” ialah dokumentasi kode, algoritma, antarmuka, dan API. e. Yang dimaksud dengan “dokumen manual” ialah panduan bagi pengguna akhir, sistem administrator, dan staf pendukung. Ayat (6) Yang dimaksud dengan “Hak Cipta” ialah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Hak Cipta. Pasal 14 Yang dimaksud dengan “pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e- government yang melibatkan lebih dari satu Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah” ialah pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e-government, baik yang dilakukan antar-instansi Pemerintah Pusat, antar-instansi Pemerintah Daerah maupun antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Berbagi data bertujuan untuk mewujudkan akurasi pengolahan data e-government. 16
  • 17. Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) “Data dan informasi minimal” yang harus disediakan antara lain : a. Jenis data dan informasi yang harus disediakan; b. Klasifikasi data dan informasi, seperti data dan informasi yang diberikan kepada masyakarat, pelaku usaha dan Instansi Pemerintah. Dalam hal ini Menteri juga dapat menetapkan ketentuan mengenai adanya pembatasan akses terhadap data dan Informasi; c. Jangka waktu perbaruan data dan informasi, baik secara periodik maupun secara real-time; Pasal 19 Ayat (1) “Hosting” ialah jasa layanan internet yang menyediakan sumber daya server yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menempatkan informasi di internet. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 20 Ayat (1) Bahwa standar kompetensi dalam penyelenggaraan e-government ditetapkan oleh instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan dan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Peningkatan kompetensi dapat dilakukan oleh: a. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah; b. Kerja sama antar-instansi Pemerintah Pusat dan daerah; c. Kerja sama antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak lain. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Pemberian tunjangan fungsional, insentif, dan gaji bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai negeri sebagai apresiasi terhadap penyelenggaraan e-government yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus serta tanggung jawab yang besar. Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas. 17
  • 18. Ayat (2) Yang dimaksud dengan pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya, antara lain, bupati pada tingkat kabupaten, walikota pada tingkat kota, gubernur pada tingkat provinsi, menteri pada tingkat departemen/kementerian, jaksa agung, panglima Tentara Nasional Indonesia, kepala Kepolisian Republik Indonesia. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) : Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR .... 18