SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 19
Kasus Korupsi Yang
Terjadi Di Indonesia

          *Alvian Yusuf      01
          *Refita Syaiskha   14
          *Rizky Kurnia W    16
          *Ronny Eka R       19
1. Kasus Korupsi Al Amin
         Nasution
Mantan anggota Komisi Kehutanan Dewan Perwakilan Rakyat, Al
Amin Nur Nasution divonis delapan tahun penjara. Majelis menilai, Al
Amin hanya terbukti dalam dua dari tiga kasus korupsi yang
disangkakan jaksa.
     "Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana
dalam dakwaan pertama subsider dan dakwaan kedua," kata Ketua
Majelis Hakim, Edward Pattinasarani, di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta (5/1).
    Menurut hakim, dakwaan pertama tidak terbukti karena Amin
sebagai anggota Komisi Kehutanan tidak mempunyai kewenangan untuk
memutuskan soal peralihan fungsi hutan di Kabupaten Bintan.
     Al Amin juga mendapat hukuman membayar denda sebanyak Rp
250 juta subsider enam bulan penjara. Hukuman ini lebih ringan dari
tuntutan jaksa sebelumnya. Jaksa juga meminta hakim menjatuhi
hukuman denda sebesar Rp 500 juta subsider 6 bulan penjara. Jaksa
juga menuntut Amien mengembalikan uang yang dinikmati terdakwa
sebesar Rp 2,957 miliar.
Hal yang memberatkan menurut hakim, Al Amin seharusnya mencegah
menerima uang selaku anggota Dewan. Juga tidak seharusnya mencampuri urusan
legislatif. "Terdakwa pun seharusnya tidak berbuat keji menceredai amanat amanat
rakyat dengan meminta rakyat," kata Hakim Slamet. Hal yang meringankan, terdakwa
menyesali perbuatannya. "terdakwa masih muda dan masih memperbaiki dan
memberikan kontribusi kepada negara," kata Hakim.
       Majelis menilai Amin telah menerima uang atas jabatan untuk proses alih fungsi
kawasan hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang. Rencananya hutan lindung itu akan
dibangun kawasan pelabuhan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan. Amien bertemu calon
investor Chandra Antonio Tan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Azwar
Chesputera dan Sarjan Taher, Chandra menyerahkan uang dalam bentuk travel cheque.
"Al Amin menerima tiga lembar travel cheque senilai total Rp 75 juta," kata Hakim
Hendra Yospin.

        Al Amin tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 9 April
2008 di Pub Hotel Ritz Carlton Jakarta bersama Sekertaris Daerah Kabupaten Bintan
Azirwan. KPK menyita uang senilai Rp 4 juta saat penangkapan dan Rp 67 juta di mobil
Al Amin. Penyidik juga menemukan uang SGD $30 ribu dari Azirwan. Selain
uang, ditemukan fotokopi hasil rapat Komisi Kehutanan DPR perihal persetujuan alih
fungsi di Bintan. Azirwan sendiri sedang menjalani sidang. Dia divonis hukuman selama
2,5 tahun oleh majelis hakim.

        Al Amin meminta agar PT Almega Geosystem dimenangkan dalam proyek
pengadaan tersebut dengan tujuan keuntungan berupa komisi sebesar 20 persen dari
total pembayaran untuk terdakwa dan Sekertaris Badan Planologi Departemen
Kehutanan, M Ali Arsyad. "Ia mengancam akan mempersulit kelancaran proyek," kata
Hakim Martini.
Menurut dia, Amin mengungkapkan hal ini dalam pertemuan di
Rumah Makan Bebek Bali Senayan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh
Ketua Panitia Pengadaan Eko Widjajanto dan perwakilan dari PT
Almega Geosystem selaku distributor tunggal produk LEICA.
      Proyek pengadaan tersebut memutuskan PT Data Script sebagai
pemenang lelang. Atas hal ini, Amin kemudian meminta Eko agar PT
Data Script memberikan komisi 5,5 persen dari nilai pembayaran dan
PT Almega Geosystem memberikan komisi sebesar 20 persen dari nilai
pembayaran.
      Desember 2007, kata Hakim, Al Amin menerima penyerahan uang
dari PT Data Script melalui Bambang Dwi Hartono senilai Rp 186 juta
atau sama dengan tiga persen dari pembayaran yang diterima PT Data
Script. Atas hal ini, lanjut dia, Amin merasa uang yang diterimanya tidak
sesuai dengan permintaannya sebesar 5,5 persen. Terdakwa, kata
Martini, meminta kekurangannya serta mengancam akan membatalkan
kontrak dan akan mempermasalahkan pengadaan tersebut di DPR.
      PT Data Script kemudian memberikan tambahan uang sebesar Rp
100 juta kepada Amin. Januari 2008, lanjut Kadek, Amin menerima
uang dari PT Almega Geosystem sebanyak dua kali. Masing-masing
sebesar Rp 1,2 miliar.
2. Kasus Korupsi Eks Wali Kota
          Samarinda
Mantan Wali Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Achmad
Amins, hadiri pemeriksaan jaksa soal dugaan korupsi pengadaan lahan
matang untuk Korpri Samarinda, Jumat (11/2). Kehadiran Amins
merupakan panggilan kedua untuk diperiksa sebagai saksi dugaan
penyelewengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
2007.

    Amins diperiksa Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri
Samarinda, Bambang Dwi Murcolono, di ruangannya. Mengenakan batik
corak Kalimantan Timur dipadu celana abu-abu, ia diperiksa sejak pukul
08.00 Wita.

    Usai diperiksa Amins yang ditunggu wartawan enggan memberikan
komentar perihal pemeriksaannya. "Nanti saja setelah salat Jumat saya
balik (diperiksa) lagi," kata Amins kepada wartawan, Jumat (11/2).
Pengadaan lahan kapling tanah itu untuk anggota Korpri Samarinda
di Kelurahan Sambutan dengan luas lahan 400 hektare.
Pembebasan lahan menghabiskan Rp 27,6 miliar dari sumber
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2007.
     Amins meninggalkan kantor Kejaksaan Negeri sekitar pukul
10.30 Wita. Ia dijemput dengan mobil Honda Freed warna merah
hati dengan nomor polisi B 1537 KFM.
    Pengungkapan perkara ini bermula dari temuan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Kejaksaan dalam proses
penyidikan, telah memeriksa David Effendi dari PT Davido Jaya
Mandiri dan Fauzi A Bahtar dari PT Tunas Satria Muda. Kedua
perusahaan ini merupakan penjual tanah sekaligus pengembang
perumahan untuk pegawai itu. Tapi hingga akhir pemeriksaan
BPK, kedua perusahaan itu tidak dapat menunjukkan bukti
kepemilikan tanah seluas 400 hektare itu.
Sempat ngendon setahun di Mahkamah Agung (MA), akhirnya perkara
korupsi reklamasi pantai Bawean yang menimpa Suhabuddin (53), diterima
Pengadilan Negeri Gresik. Dalam putusannya, majelis MA yang dipimpin Joko
Sarwoko mengganjar pria asal Bawean dengan vonis 1 tahun penjara.
       Dalam amar putusannya, majelis yang juga beranggotakan Qomariyah E
Sapardjaja dan Ahmadi Usman Sirathan mengabulkan kasasi JPU atau
pemohon. Ini artinya, MA membatalkan putusan PN Gresik Nomor
169/Pid.B/PN yang membebaskan segala dakwaan dari perkara korupsi senilai
Rp1,1 miliar.
      Dalam amar putusan yang ditetapkan 27 Oktober 2009 itu, majelis MA
juga membebani denda warga Jalan Tanah Massa Perum Gresik Kota Baru
tersebut sebesar Rp50 juta subsider 2 bulan penjara.
      Turunnya putusan kasasi yang diajukan JPU Wido Utomo itu terbilang
lama. Pasalnya, majelis MA sudah memutuskan 27 Oktober 2009, nyatanya
baru diterima Pengadilan Negeri Gresik pada 24 Januari 2011.
      Menanggapi hal ini, Humas Pengadilan Negeri (PN) Gresik H. Fathul
Mujib menegaskan, bila hal itu menjadi urusan dari MA. "Atas surat
pengantarnya, amar putusan dikirim dari MA pada 4 Januari 2011 dan baru
kami terima pada 24 Januari 2011,” ujarnya.
H. Fajtul Mujib juga menegaskan, bila sudah memberikan surat
pemberitahuan atas salinan amar putusan MA tersebut. Bahkan, semua
pihak-pihak sudah dikirimi surat tersebut, termasuk diantaranya dengan
Kejari Gresik.
     Perkara korupsi reklamasi pantai Bawean senilai Rp 1,1 miliar,
terdapat lima terdakwa. Selain, keempat terdakwa di atas, ada
tambahan Zainal Arifin, mantan Kesubdin Kelistrikan dan Pertambangan
BLH Gresik. Hanya untuk Zainal Arifin, saat sidang di Pengadilan Negeri
(PN) Gresik Pebruari 2009 lalu diputus 1,5 tahun penjara. Saat banding
dikurangi 1 tahun. Dan, sekarang pria yang tinggal di Jalan Kalimatan
Perum GKB itu sudah bebas.
     Sementara, untuk empat rekannya JPU Wido Utomo mengajukan
kasasi, setelah pada 10 Pebruari 2009, majelis yang dipimpin Eddy Kir
Biantoro memutus bebas. Kendati keempat terdakwa dalam satu
berkas, namun baru putusan Buang Idang Guntur dan Sihabuddin yang
turun. Sedangkan, untuk Soemarsono dan Siti Kuntjarni belum juga
turun.
     Sementara itu, Plt Kasie Pidsus Kejari Gresik Adung Sutranggono
menegaskan, pihaknya masih belum bisa melakukan eksekusi. Karena,
sampai saat ini pihaknya belum menerima salinan amar putusan
tersebut
4. Kasus Dugaan Korupsi Soeharto
Kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang negara oleh
7 buah yayasan yang diketuainya, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan
Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi
Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana
Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini
menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya
untuk Yayasan Dana Mandiri.
      Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas
setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan
9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang
pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999
      Uang negara 400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara tahun
1996 dan 1998. Asalnya dari pos Dana Reboisasi Departemen Kehutanan dan pos
bantuan presiden. Dalam berkas kasus Soeharto, terungkap bahwa Haryono
Suyono, yang saat itu Menteri Negara Kependudukan dan Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, mengalihkan dana itu untuk yayasan.
Ketika itu, dia masih menjadi wakil ketua di Dana Mandiri. Bambang
Trihatmodjo, yang menjadi bendahara yayasan ini, bersama Haryono, ternyata
mengalirkan lagi dana Rp 400 miliar yang telah masuk ke yayasan itu ke dua bank
miliknya, Bank Alfa dan Bank Andromeda, pada 1996-1997, dalam bentuk
deposito.
Dari data dalam berkas Soeharto, Bob Hasan paling
besar merugikan keuangan negara, diduga mencapai Rp
3,3 triliun. Hal ini juga terungkap dari pengakuan Ali
Affandi, Sekretaris Yayasan Supersemar, ketika diperiksa
sebagai saksi kasus Soeharto. Dia membeberkan, Yayasan
Supersemar, Dakab, dan Dharmais memiliki saham di 27
perusahaan Grup Nusamba milik Bob Hasan. Sebagian
saham itu masih atas nama Bob Hasan pribadi, bukan
yayasan.
     Hutomo Mandala Putra, putra bungsu Soeharto
bersama bersama Tinton Suprapto, pernah memanfaatkan
nama Yayasan Supersemar untuk mendapatkan lahan 144
hektare di Citeureup, Bogor, guna pembangunan Sirkuit
Sentul. Sebelumnya, Tommy dan Tinton berusaha
menguasai tanah itu lewat Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, tapi gagal.
5. Kasus Suap Pemilihan DGS BI
Beberapa kasus korupsi yang menyeret nama
Nurdin, kembali menjadi sorotan, diantaranya kasus cek
perjalanan terkait pemenangan Miranda Swaray
Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia pada 2004 lalu. Nama Nurdin Halid disebut-
sebut ikut menerima aliran dana cek perjalanan senilai
Rp 500 juta.
    Hal itu terungkap dalam persidangan terpidana
kasus yang sama, Hamka Yandhu pada 27 April 2010
silam. Namun, Nurdin tidak masuk dalam daftar 25
tersangka baru yang telah ditahan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
    Nurdin ternyata juga pernah menjalani pemeriksaan
di KPK pada 12 Oktober 2009, sebelum kasus Hamka
Yandhu disidangkan. Kala itu, Nurdin dimintai
keterangan sebagai saksi untuk Hamka Yandhu. Adanya
pemeriksaan tersebut, semakin menguatkan indikasi
keterlibatan Nurdin, meski dirinya membantah telah
menerima aliran dana dari Hamka.
Di bagian lain, Indonesia Corruption
Watch (ICW) kembali mendesak KPK untuk
segera menindaklanjuti dugaan keterlibatan
Nurdin, terkait pengakuan Hamka Yandhu.
"Dalam persidangan kasus cek perjalanan di
Pengadilan Tipikor, terdakwa Hamka Yandhu
sempat mengatakan pernah menyetor uang
cash Rp 500 juta ke Nurdin Halid. Tapi
sekarang hilang begitu, saja. Nurdin juga
tidak masuk dalam list para tersangka baru
kasus tersebut. Pengakuan Hamka Yandhu
harus ditindaklanjuti," papar Wakil
Koordinator ICW Emerson Yuntho.
Menurut keterangan Hamka, ketiga pihak
 tersebut meminta jatah mereka dibayar dengan
 uang tunai, bukan dalam bentuk cek perjalanan
seperti yang diberikan Hamka kepada 11 anggota
      komisi IX fraksi Partai Golkar lainnya.
 Sebelumnya, ketiga nama tersebut tidak disebut
 dalam dakwaan Hamka. Hal itu terungkap ketika
      Jaksa Penunut Umum (JPU) Siswanto
   menanyakan kepada Hamka, apakah dirinya
   memberikan jatah cek perjalanan sebanyak
masing-masing sepuluh lembar kepada Abdullah
             Zaini dan Nurdin Halid.
Uang yang dibagikan Hamka kepada tiga pihak tersebut, berasal dari
bagian milik Hamka sebesar Rp 2,25 miliar, yakni sebanyak 45 lembar cek
perjalanan (satu cek bernilai Rp 50 juta). Hamka menerima duit panas
tersebut dari mantan staf Nunun Nurbaeti, Arie Malangjudo. Terkait
keterangan Hamka tersebut, Nurdin pernah menyatakan bantahannya.
"Tidak, itu tidak pernah, bantahnya saat itu.
      Selain Hamka, Pengadilan Tipikor telah memvonis tiga terpidana
lainnya, yakni Dudhie Makmun Murod, Endin Soefihara dan Udju Djuhaeri.
Dalam pengembangan kasus tersebut, KPK telah menetapkan 26 tersangka
baru para mantan anggota komisi IX DPR RI periode 1999-2004, yang juga
menerima aliran dana cek perjalanan. KPK juga telah melakukan
penahanan atas 24 tersangka.
      Dua tersangka yang tersisa, Jeffrey Tongas Lumbanbatu telah
meninggal dunia, sementara Anthony Zeidra Abidin telah menjadi
terpidana kasus korupsi dan mendekam di Lapas Cipinang.
      Terlepas dari dugaan keterlibatan pada kasus cek perjalanan, Nurdin
juga diincar dalam dugaan suap yang melibatkan General Manager
Persisam Samarinda Aidil Fitri. Seperti yang diketahui, Pengadilan Negeri
Samarinda telah memvonis Aidil dengan hukuman satu tahun penjara.
      Dia dinyatakan berslan lantaran telah menyalahgunakan penggunaan
dana klub yang berasal dari APBD. Dalam persidangan tersebut, PN
Samarinda juga menyatakan Nurdin Halid dan Ketua Badan Liga Sepakbola
Indonesia Andi Darussalam Tabusalla menerima uang dari hasil korupsi
APBD Kota Samarinda yang dilakukan Aidil.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Portal Surya
 
6,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,2018
6,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,20186,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,2018
6,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,2018Giriyogodwis
 
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...AgnesMonica14
 
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...rifaaa_092
 
Media Indonesia 14 Februari 2014
Media Indonesia 14 Februari 2014Media Indonesia 14 Februari 2014
Media Indonesia 14 Februari 2014hastapurnama
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanRestiPutri6
 
17 3 pbi_2015 kewajiban penggunaan rupiah
17 3 pbi_2015  kewajiban penggunaan rupiah17 3 pbi_2015  kewajiban penggunaan rupiah
17 3 pbi_2015 kewajiban penggunaan rupiahindah permata sari
 
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...Universitas Kanjuruhan Malang
 
Kasus Korupsi Gayus Tambunan
Kasus Korupsi Gayus TambunanKasus Korupsi Gayus Tambunan
Kasus Korupsi Gayus TambunanMala Wijayanti
 
Tugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD Malang
Tugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD MalangTugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD Malang
Tugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD Malangdilla1515
 

La actualidad más candente (13)

Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013
 
6,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,2018
6,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,20186,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,2018
6,Giri Yogo,Hapzi Ali,Tindak pidana pencucian uang,Universitas Mercu Buana,2018
 
14 p-hum-2009
14 p-hum-200914 p-hum-2009
14 p-hum-2009
 
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
 
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
 
Media Indonesia 14 Februari 2014
Media Indonesia 14 Februari 2014Media Indonesia 14 Februari 2014
Media Indonesia 14 Februari 2014
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan
 
Dicky armunanto
Dicky armunantoDicky armunanto
Dicky armunanto
 
17 3 pbi_2015 kewajiban penggunaan rupiah
17 3 pbi_2015  kewajiban penggunaan rupiah17 3 pbi_2015  kewajiban penggunaan rupiah
17 3 pbi_2015 kewajiban penggunaan rupiah
 
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
 
Gayus tambunan
Gayus tambunanGayus tambunan
Gayus tambunan
 
Kasus Korupsi Gayus Tambunan
Kasus Korupsi Gayus TambunanKasus Korupsi Gayus Tambunan
Kasus Korupsi Gayus Tambunan
 
Tugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD Malang
Tugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD MalangTugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD Malang
Tugas paper studi kasus penyimpangan keuangan daerah pada DPRD Malang
 

Destacado

pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8
pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8
pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8Idris Miaus
 
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannyaPKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannyaIdris Miaus
 
ANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARUANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARUMusanif Efendi
 
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIAUPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIAMarlinda
 
Narkoba Sebagai Ancaman Ketahanan Nasional
Narkoba Sebagai Ancaman Ketahanan NasionalNarkoba Sebagai Ancaman Ketahanan Nasional
Narkoba Sebagai Ancaman Ketahanan NasionalWayan Gracias
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiDini Islamiana
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 

Destacado (10)

pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8
pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8
pelajaran 12 KASUS KORUPSI Pkn kelas 8
 
[PKN Korupsi
[PKN Korupsi[PKN Korupsi
[PKN Korupsi
 
Korupsi
KorupsiKorupsi
Korupsi
 
Anti korupsi presentasi
Anti korupsi presentasiAnti korupsi presentasi
Anti korupsi presentasi
 
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannyaPKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
 
ANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARUANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARU
 
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIAUPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
 
Narkoba Sebagai Ancaman Ketahanan Nasional
Narkoba Sebagai Ancaman Ketahanan NasionalNarkoba Sebagai Ancaman Ketahanan Nasional
Narkoba Sebagai Ancaman Ketahanan Nasional
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 

KORUPSI_INDONESIA

  • 1. Kasus Korupsi Yang Terjadi Di Indonesia *Alvian Yusuf 01 *Refita Syaiskha 14 *Rizky Kurnia W 16 *Ronny Eka R 19
  • 2. 1. Kasus Korupsi Al Amin Nasution
  • 3. Mantan anggota Komisi Kehutanan Dewan Perwakilan Rakyat, Al Amin Nur Nasution divonis delapan tahun penjara. Majelis menilai, Al Amin hanya terbukti dalam dua dari tiga kasus korupsi yang disangkakan jaksa. "Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam dakwaan pertama subsider dan dakwaan kedua," kata Ketua Majelis Hakim, Edward Pattinasarani, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta (5/1). Menurut hakim, dakwaan pertama tidak terbukti karena Amin sebagai anggota Komisi Kehutanan tidak mempunyai kewenangan untuk memutuskan soal peralihan fungsi hutan di Kabupaten Bintan. Al Amin juga mendapat hukuman membayar denda sebanyak Rp 250 juta subsider enam bulan penjara. Hukuman ini lebih ringan dari tuntutan jaksa sebelumnya. Jaksa juga meminta hakim menjatuhi hukuman denda sebesar Rp 500 juta subsider 6 bulan penjara. Jaksa juga menuntut Amien mengembalikan uang yang dinikmati terdakwa sebesar Rp 2,957 miliar.
  • 4. Hal yang memberatkan menurut hakim, Al Amin seharusnya mencegah menerima uang selaku anggota Dewan. Juga tidak seharusnya mencampuri urusan legislatif. "Terdakwa pun seharusnya tidak berbuat keji menceredai amanat amanat rakyat dengan meminta rakyat," kata Hakim Slamet. Hal yang meringankan, terdakwa menyesali perbuatannya. "terdakwa masih muda dan masih memperbaiki dan memberikan kontribusi kepada negara," kata Hakim. Majelis menilai Amin telah menerima uang atas jabatan untuk proses alih fungsi kawasan hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang. Rencananya hutan lindung itu akan dibangun kawasan pelabuhan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan. Amien bertemu calon investor Chandra Antonio Tan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Azwar Chesputera dan Sarjan Taher, Chandra menyerahkan uang dalam bentuk travel cheque. "Al Amin menerima tiga lembar travel cheque senilai total Rp 75 juta," kata Hakim Hendra Yospin. Al Amin tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 9 April 2008 di Pub Hotel Ritz Carlton Jakarta bersama Sekertaris Daerah Kabupaten Bintan Azirwan. KPK menyita uang senilai Rp 4 juta saat penangkapan dan Rp 67 juta di mobil Al Amin. Penyidik juga menemukan uang SGD $30 ribu dari Azirwan. Selain uang, ditemukan fotokopi hasil rapat Komisi Kehutanan DPR perihal persetujuan alih fungsi di Bintan. Azirwan sendiri sedang menjalani sidang. Dia divonis hukuman selama 2,5 tahun oleh majelis hakim. Al Amin meminta agar PT Almega Geosystem dimenangkan dalam proyek pengadaan tersebut dengan tujuan keuntungan berupa komisi sebesar 20 persen dari total pembayaran untuk terdakwa dan Sekertaris Badan Planologi Departemen Kehutanan, M Ali Arsyad. "Ia mengancam akan mempersulit kelancaran proyek," kata Hakim Martini.
  • 5. Menurut dia, Amin mengungkapkan hal ini dalam pertemuan di Rumah Makan Bebek Bali Senayan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Ketua Panitia Pengadaan Eko Widjajanto dan perwakilan dari PT Almega Geosystem selaku distributor tunggal produk LEICA. Proyek pengadaan tersebut memutuskan PT Data Script sebagai pemenang lelang. Atas hal ini, Amin kemudian meminta Eko agar PT Data Script memberikan komisi 5,5 persen dari nilai pembayaran dan PT Almega Geosystem memberikan komisi sebesar 20 persen dari nilai pembayaran. Desember 2007, kata Hakim, Al Amin menerima penyerahan uang dari PT Data Script melalui Bambang Dwi Hartono senilai Rp 186 juta atau sama dengan tiga persen dari pembayaran yang diterima PT Data Script. Atas hal ini, lanjut dia, Amin merasa uang yang diterimanya tidak sesuai dengan permintaannya sebesar 5,5 persen. Terdakwa, kata Martini, meminta kekurangannya serta mengancam akan membatalkan kontrak dan akan mempermasalahkan pengadaan tersebut di DPR. PT Data Script kemudian memberikan tambahan uang sebesar Rp 100 juta kepada Amin. Januari 2008, lanjut Kadek, Amin menerima uang dari PT Almega Geosystem sebanyak dua kali. Masing-masing sebesar Rp 1,2 miliar.
  • 6. 2. Kasus Korupsi Eks Wali Kota Samarinda
  • 7. Mantan Wali Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Achmad Amins, hadiri pemeriksaan jaksa soal dugaan korupsi pengadaan lahan matang untuk Korpri Samarinda, Jumat (11/2). Kehadiran Amins merupakan panggilan kedua untuk diperiksa sebagai saksi dugaan penyelewengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2007. Amins diperiksa Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Samarinda, Bambang Dwi Murcolono, di ruangannya. Mengenakan batik corak Kalimantan Timur dipadu celana abu-abu, ia diperiksa sejak pukul 08.00 Wita. Usai diperiksa Amins yang ditunggu wartawan enggan memberikan komentar perihal pemeriksaannya. "Nanti saja setelah salat Jumat saya balik (diperiksa) lagi," kata Amins kepada wartawan, Jumat (11/2).
  • 8. Pengadaan lahan kapling tanah itu untuk anggota Korpri Samarinda di Kelurahan Sambutan dengan luas lahan 400 hektare. Pembebasan lahan menghabiskan Rp 27,6 miliar dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2007. Amins meninggalkan kantor Kejaksaan Negeri sekitar pukul 10.30 Wita. Ia dijemput dengan mobil Honda Freed warna merah hati dengan nomor polisi B 1537 KFM. Pengungkapan perkara ini bermula dari temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kejaksaan dalam proses penyidikan, telah memeriksa David Effendi dari PT Davido Jaya Mandiri dan Fauzi A Bahtar dari PT Tunas Satria Muda. Kedua perusahaan ini merupakan penjual tanah sekaligus pengembang perumahan untuk pegawai itu. Tapi hingga akhir pemeriksaan BPK, kedua perusahaan itu tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan tanah seluas 400 hektare itu.
  • 9.
  • 10. Sempat ngendon setahun di Mahkamah Agung (MA), akhirnya perkara korupsi reklamasi pantai Bawean yang menimpa Suhabuddin (53), diterima Pengadilan Negeri Gresik. Dalam putusannya, majelis MA yang dipimpin Joko Sarwoko mengganjar pria asal Bawean dengan vonis 1 tahun penjara. Dalam amar putusannya, majelis yang juga beranggotakan Qomariyah E Sapardjaja dan Ahmadi Usman Sirathan mengabulkan kasasi JPU atau pemohon. Ini artinya, MA membatalkan putusan PN Gresik Nomor 169/Pid.B/PN yang membebaskan segala dakwaan dari perkara korupsi senilai Rp1,1 miliar. Dalam amar putusan yang ditetapkan 27 Oktober 2009 itu, majelis MA juga membebani denda warga Jalan Tanah Massa Perum Gresik Kota Baru tersebut sebesar Rp50 juta subsider 2 bulan penjara. Turunnya putusan kasasi yang diajukan JPU Wido Utomo itu terbilang lama. Pasalnya, majelis MA sudah memutuskan 27 Oktober 2009, nyatanya baru diterima Pengadilan Negeri Gresik pada 24 Januari 2011. Menanggapi hal ini, Humas Pengadilan Negeri (PN) Gresik H. Fathul Mujib menegaskan, bila hal itu menjadi urusan dari MA. "Atas surat pengantarnya, amar putusan dikirim dari MA pada 4 Januari 2011 dan baru kami terima pada 24 Januari 2011,” ujarnya.
  • 11. H. Fajtul Mujib juga menegaskan, bila sudah memberikan surat pemberitahuan atas salinan amar putusan MA tersebut. Bahkan, semua pihak-pihak sudah dikirimi surat tersebut, termasuk diantaranya dengan Kejari Gresik. Perkara korupsi reklamasi pantai Bawean senilai Rp 1,1 miliar, terdapat lima terdakwa. Selain, keempat terdakwa di atas, ada tambahan Zainal Arifin, mantan Kesubdin Kelistrikan dan Pertambangan BLH Gresik. Hanya untuk Zainal Arifin, saat sidang di Pengadilan Negeri (PN) Gresik Pebruari 2009 lalu diputus 1,5 tahun penjara. Saat banding dikurangi 1 tahun. Dan, sekarang pria yang tinggal di Jalan Kalimatan Perum GKB itu sudah bebas. Sementara, untuk empat rekannya JPU Wido Utomo mengajukan kasasi, setelah pada 10 Pebruari 2009, majelis yang dipimpin Eddy Kir Biantoro memutus bebas. Kendati keempat terdakwa dalam satu berkas, namun baru putusan Buang Idang Guntur dan Sihabuddin yang turun. Sedangkan, untuk Soemarsono dan Siti Kuntjarni belum juga turun. Sementara itu, Plt Kasie Pidsus Kejari Gresik Adung Sutranggono menegaskan, pihaknya masih belum bisa melakukan eksekusi. Karena, sampai saat ini pihaknya belum menerima salinan amar putusan tersebut
  • 12. 4. Kasus Dugaan Korupsi Soeharto
  • 13. Kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang negara oleh 7 buah yayasan yang diketuainya, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri. Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999 Uang negara 400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara tahun 1996 dan 1998. Asalnya dari pos Dana Reboisasi Departemen Kehutanan dan pos bantuan presiden. Dalam berkas kasus Soeharto, terungkap bahwa Haryono Suyono, yang saat itu Menteri Negara Kependudukan dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, mengalihkan dana itu untuk yayasan. Ketika itu, dia masih menjadi wakil ketua di Dana Mandiri. Bambang Trihatmodjo, yang menjadi bendahara yayasan ini, bersama Haryono, ternyata mengalirkan lagi dana Rp 400 miliar yang telah masuk ke yayasan itu ke dua bank miliknya, Bank Alfa dan Bank Andromeda, pada 1996-1997, dalam bentuk deposito.
  • 14. Dari data dalam berkas Soeharto, Bob Hasan paling besar merugikan keuangan negara, diduga mencapai Rp 3,3 triliun. Hal ini juga terungkap dari pengakuan Ali Affandi, Sekretaris Yayasan Supersemar, ketika diperiksa sebagai saksi kasus Soeharto. Dia membeberkan, Yayasan Supersemar, Dakab, dan Dharmais memiliki saham di 27 perusahaan Grup Nusamba milik Bob Hasan. Sebagian saham itu masih atas nama Bob Hasan pribadi, bukan yayasan. Hutomo Mandala Putra, putra bungsu Soeharto bersama bersama Tinton Suprapto, pernah memanfaatkan nama Yayasan Supersemar untuk mendapatkan lahan 144 hektare di Citeureup, Bogor, guna pembangunan Sirkuit Sentul. Sebelumnya, Tommy dan Tinton berusaha menguasai tanah itu lewat Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tapi gagal.
  • 15. 5. Kasus Suap Pemilihan DGS BI
  • 16. Beberapa kasus korupsi yang menyeret nama Nurdin, kembali menjadi sorotan, diantaranya kasus cek perjalanan terkait pemenangan Miranda Swaray Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004 lalu. Nama Nurdin Halid disebut- sebut ikut menerima aliran dana cek perjalanan senilai Rp 500 juta. Hal itu terungkap dalam persidangan terpidana kasus yang sama, Hamka Yandhu pada 27 April 2010 silam. Namun, Nurdin tidak masuk dalam daftar 25 tersangka baru yang telah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nurdin ternyata juga pernah menjalani pemeriksaan di KPK pada 12 Oktober 2009, sebelum kasus Hamka Yandhu disidangkan. Kala itu, Nurdin dimintai keterangan sebagai saksi untuk Hamka Yandhu. Adanya pemeriksaan tersebut, semakin menguatkan indikasi keterlibatan Nurdin, meski dirinya membantah telah menerima aliran dana dari Hamka.
  • 17. Di bagian lain, Indonesia Corruption Watch (ICW) kembali mendesak KPK untuk segera menindaklanjuti dugaan keterlibatan Nurdin, terkait pengakuan Hamka Yandhu. "Dalam persidangan kasus cek perjalanan di Pengadilan Tipikor, terdakwa Hamka Yandhu sempat mengatakan pernah menyetor uang cash Rp 500 juta ke Nurdin Halid. Tapi sekarang hilang begitu, saja. Nurdin juga tidak masuk dalam list para tersangka baru kasus tersebut. Pengakuan Hamka Yandhu harus ditindaklanjuti," papar Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho.
  • 18. Menurut keterangan Hamka, ketiga pihak tersebut meminta jatah mereka dibayar dengan uang tunai, bukan dalam bentuk cek perjalanan seperti yang diberikan Hamka kepada 11 anggota komisi IX fraksi Partai Golkar lainnya. Sebelumnya, ketiga nama tersebut tidak disebut dalam dakwaan Hamka. Hal itu terungkap ketika Jaksa Penunut Umum (JPU) Siswanto menanyakan kepada Hamka, apakah dirinya memberikan jatah cek perjalanan sebanyak masing-masing sepuluh lembar kepada Abdullah Zaini dan Nurdin Halid.
  • 19. Uang yang dibagikan Hamka kepada tiga pihak tersebut, berasal dari bagian milik Hamka sebesar Rp 2,25 miliar, yakni sebanyak 45 lembar cek perjalanan (satu cek bernilai Rp 50 juta). Hamka menerima duit panas tersebut dari mantan staf Nunun Nurbaeti, Arie Malangjudo. Terkait keterangan Hamka tersebut, Nurdin pernah menyatakan bantahannya. "Tidak, itu tidak pernah, bantahnya saat itu. Selain Hamka, Pengadilan Tipikor telah memvonis tiga terpidana lainnya, yakni Dudhie Makmun Murod, Endin Soefihara dan Udju Djuhaeri. Dalam pengembangan kasus tersebut, KPK telah menetapkan 26 tersangka baru para mantan anggota komisi IX DPR RI periode 1999-2004, yang juga menerima aliran dana cek perjalanan. KPK juga telah melakukan penahanan atas 24 tersangka. Dua tersangka yang tersisa, Jeffrey Tongas Lumbanbatu telah meninggal dunia, sementara Anthony Zeidra Abidin telah menjadi terpidana kasus korupsi dan mendekam di Lapas Cipinang. Terlepas dari dugaan keterlibatan pada kasus cek perjalanan, Nurdin juga diincar dalam dugaan suap yang melibatkan General Manager Persisam Samarinda Aidil Fitri. Seperti yang diketahui, Pengadilan Negeri Samarinda telah memvonis Aidil dengan hukuman satu tahun penjara. Dia dinyatakan berslan lantaran telah menyalahgunakan penggunaan dana klub yang berasal dari APBD. Dalam persidangan tersebut, PN Samarinda juga menyatakan Nurdin Halid dan Ketua Badan Liga Sepakbola Indonesia Andi Darussalam Tabusalla menerima uang dari hasil korupsi APBD Kota Samarinda yang dilakukan Aidil.